Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KEGIATAN FASILITASI MASTERPLAN GEOWISATA DATARAN TINGGI DIENG & KAWASAN


LINDUNG GEOLOGI BAYAT

1. Latar Belakang
Geowisata termasuk jenis wisata minat khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya
alam geologi seperti bentuk bentang alam, batuan penyusun, struktur, dan sejarah bumi dengan
titik berat kunjungan untuk pengkayaan wawasan dalam pemahaman proses pembentukan
fenomena fisik alam. Kondisi alam Indonesia, sangat potensial untuk pengembangan geowisata.
Indonesia merupakan negara yang dipengaruhi oleh hasil pertemuan lempeng Hindia Australia
(bergerak ke Utara), Eurasia (relatif stabil) dan lempeng Pasifik (bergerak ke Barat), sehingga
Indonesia sangat kaya akan gunung berapi, jalur mineralisasi, serta berbagai bentuk fenomena
fisik alam. Indonesia juga memiliki banyak wilayah pertambangan emas, batubara, minyak dan
lainnya (Ansori C, 1999).
Pemahaman orang tentang geowisata sebagai objek dan daya tarik wisata jenis baru sangat
beragam. Dari sudut pandang keragaman unsur abiotik-biotik-budaya, geowisata antara lain
dimaknai sebagai: bagian dari aktivitas wisatawan, dimana objek warisan geologi menjadi atraksi
utamanya. Oleh karenanya warisan tersebut harus dilindungi, yaitu melalui kegiatan konservasi
sumberdaya alam dan penumbuhan rasa kesadaran lingkungan terhadap para pengunjung.
Pembuatan bahan-bahan interpretasi terhadap benda warisan itu akan menjadikan objek dan
daya tarik geowisata dapat diakses oleh masyarakat awam secara mudah. Upaya tersebut
sekaligus akan mempromosikan dan mempopulerkan pengetahuan kebumian kepada umum
(Ruchkys, 2007).
Suatu bentuk kawasan alam yang secara khusus berfokus pada bentangalam dan geologi,
dipromosikan kepada pengunjung untuk mendatangi geosite dan kawasan konservasi
geodiversity yang ada. Di tempat-tempat tersebut dibangunkan pemahaman tentang
pengetahuan kebumian, sehingga wisatawan dapat belajar secara langsung dan memberikan
apresiasinya. Melalui perjalanan wisata yang disertai oleh pemandu, pembelajaran dapat
dilakukan disepanjang geotrail dan view-point yang disediakan, atau melalui geo-activity dan
pusat-pusat informasi geosite (Newsome & Dowling, 2010).
Upaya penyediaan fasilitas interpretasi dan layanan untuk geosite dan geomorphosite yang
telah ditentukan, termasuk artefak in-situ dan ex-situ yang berhubungan, guna keperluan
konservasi yang ditujukan untuk kepentingan penciptaan apresiasi, pembelajaran, dan penelitian
bagi generasi saat ini dan generasi yang akan datang (Hose, 2012).
Sebagai catatan, geosite umumnya juga melibatkan situs-situs geomorfologi
(geomorphosite) dan situs geologi (geological site) lainnya seperti mineral dan batuan, fosil,
struktur geologi (patahan, lipatan) dan sebagainya.
Geowisata melandaskan pada konsep pariwisata berkelanjutan, sehingga peruntukannya
juga diproyeksikan untuk generasi mendatang. Geowisata melindungi karakter sebuah tempat,
serta mengadopsi cara-cara yang memungkinkan bagi upaya perlindungan yang tepat. Prinsip
geowisata mirip dengan ekowisata, yang ruang-lingkupnya meluas hingga aspek budaya dan
sejarah. Ini menjadi khas, manakala unsur-unsur tersebut hanya dimiliki oleh daerah yang
bersangkutan.
Geowisata yang didukung dengan geoproduct yang bervariasi merupakan aktivitas
ekonomi pada kawasan konservasi dalam kerangka pengembangan wilayah berdasarkan prinsip
Geopark.
Kawasan Lindung Geologi Bayat (KLGB) merupakan salah satu kawasan edukasi geologi di
Kabupaten Klaten yang telah terlibat dalam memberikan edukasi dasar geologi dan sains
kebumian kepada masyarakat umum dan para mahasiswa geologi di Indonesia. Kawasan Bayat
berada kurang lebih 25 km di sebelah timur kota Yogyakarta, yang secara fisiografis dibagi
menjadi dua wilayah yaitu wilayah di sebelah utara disebut sebagai area Perbukitan Jiwo (Jiwo
Hills), dan area di sebelah selatan wilayah Pegunungan Selatan (Southern Mountains). Perbukitan
Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di sekitar endapan Quartenary,
terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari
puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan
tersebut merupakan suatu perbukitan rendah. Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu
Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent.
Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula mengalir ke arah South-
Southwest, berbelok ke arah East kemudian ke North memotong perbukitan dan selanjutnya
mengalir ke arah Northeast. Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran
rendah di sekitar Perbukitan Jiwo. Menimbang begitu pentingnya kawasan tersebut, maka
kawasan ini perlu dilestarikan menjadi kawasan lindung geologi , agar batuan-batuanlangka yang
tersingkap di kawasan ini dapat dilindungi dari potensi kerusakan oleh aktifitas manusia maupun
pertambangan.
Dataran Tinggi Dieng (2.565 m dpl) adalah kawasan vulkanik aktif di Jawa Tengah, yang
masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara & Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah
barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Dataran Tinggi Dieng (DTD) adalah
dataran dengan aktivitas vulkanik dibawah permukaannya, yang sesungguhnya adalah kaldera
dengan gunung – gunung disekitarnya sebagai tepinya. Terdapat banyak kawah sebagai tempat
keluarnya gas, uap air dan berbagai material vulkanik lainnya.
Dieng, sering dijuluki negeri diatas awan. Di kawasan yang sebagian besar wilayahnya
termasuk Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo ini segala prasyarat untuk
pengembangan kawasan berbasis konservasi itu dari sisi kekayaan alam dan budaya telah
tersedia, sehingga cocok menjadi Geopark. Namun, potensi gas beracun yang sesekali muncul,
perlu diwaspadai dengan suatu penataan yang terintegrasi antara konservasi, pendidikan,
pariwisata, dan mitigasi bencana. Terdapat banyak kawah sebagai tempat keluarnya gas, uap air
dan berbagai material vulkanik lainnya. Di Komplek Dieng terdapat 26 kawah, dimana 8 buah
kawah bersifat aktif. Aktivitas kawah ini termanifestasi dengan munculnya fumarol, mofet,
solfatara dan lumpur panas.
2. Tujuan & Sasaran
3. Dasar Hukum
4. Ruang Lingkup Kegiatan
5. Lokasi Kegiatan
6. Keluaran
7. Sumber Pendanaan
8. Nama dan Organisasi Pengguna Jasa
9. Jangka Waktu Pelaksanaan
10. Tenaga Ahli
11. Laporan
12. Pembahasan / Diskusi

Anda mungkin juga menyukai