Anda di halaman 1dari 24

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Geowisata


Geowisata adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan fenomena kebumian
dan lingkungannya sebagai daya-tarik utamanya. Mengingat bumi mempunyai sifat
yang selalu bergerak, yaitu dalam usahanya menuju ke bentuk keseimbangan
dinamis baru, maka tentunya fenomena yang terjadi di permukaan dan di bawah
permukaan akan terekspresikan dalam berbagai bentuk proses geologi. Keadaan
tatanan geologi di Indonesia yang khas, berupa busur kepulauan yang diapit oleh
samudera luas, sudah tentu akan menciptakan aneka bentang alam dan sumber daya
yang menjadi cikal bakal objek dan daya-tarik geowisata. (Kusumabrata, 1998)
Penganekaragaman dan pengkayaan jenis objek wisata alam yang berbasis
pada kebumian merupakan salah satu wujud nyata pembangunan industri pariwisata
yang mendasarkan pada azas kembali ke alam (back to nature). Pembangunan
pariwisata berkelanjutan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat setempat menjadikan usaha pengembangan geowisata dikemas dalam
kerangka program pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan. Sebagai
jenis wisata baru, geowisata diciptakan dalam rangka memanfaatkan nilai estetika
bentang alam di permukaan dan di bawah permukaan bumi secara arif dan
bijaksana. Wisata yang berbasis pada alam ini memanfaatkan aspek nirhayati nilai
keanekaragaman bumi (geodiversity). Penggalian dan pengembangan daya-tarik
fenomena kebumian yang menyusun geowisata sepenuhnya mendasarkan pada
program kepariwisataan yang berorientasi pada percepatan peningkatan
kesejahteraan masyarakat setempat (community based tourism).
Dari aspek kebumian, Indonesia memiliki tatanan geologi yang menarik.
Ribuan pulau dengan pantai yang mengelilinginya, deretan gunungapi aktif,
bentangan kawasan kars yang luas, dan mineral yang melimpah merupakan untaian
sumberdaya alam yang terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Secara
geologi pun, terdapat perbedaan yang mendasar antara Indonesia bagian Barat
dengan Indonesia bagian Timur yaitu tatanan geologi maupun sumberdaya yang
dimiliki.
Sebagai suatu bentuk kegiatan, di dalam geowisata sendiri dikenal pula
beberapa peristilahan khusus seperti speleowisata (wisata penelusuran gua).
Peristilahan tersebut sesungguhnya memiliki persamaan dalam penggunaan daya
tarik keindahan, kelangkaan dan keunikan fenomena alam sebagai muatan utama
berwisata. Perbedaannya adalah dalam penonjolan ciri khas dalam karakter alami
masing-masing kegiatan wisata. Oleh karena pengembangan geowisata di
Indonesia masih berada pada tahapan awal pencarian bentuk, maka sampai saat ini
belum ada referensi yang menstandarisasi bagaimana kegiatan geowisata harus
dilakukan. Informasi geologi sebagai muatan utama geowisata belum muncul
ataupun belum dimanfaatkan secara optimal untuk menambah bobot
penyelenggaraannya.

Agar tersosialisasinya pengetahuan geologi berbasis wisata dan kesampaian


informasi kepada masyarakat, maka perlunya adanya kesamaan persepsi beberapa
terminologi (peristilahan) yaang berkaitan dengan geowisata diantaranya ialah :

a. Geosite adalah situs geologi yang terbentuk secara alami dan mengandung
komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka dan benilai keilmuan
tinggi (Komoo, 2003).

b. Geotope adalah objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di
permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar biasa
(outstanding) sehingga perlu dilindungi dari pengaruh-pengaruh kegiatan manusia
(anthropogenic) yang dapat merusak keberadaannya (Komoo, 2003).

c. Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan memiliki
nilai tinggi karena merepresentasikan rekaman proses geologi yang saling
berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian penting dari sejarah
dinamika bumi (Komoo, 2003).

d. Geopark merupakan konsep pengembangan kawasan yang dipromosikan


UNESCO dimana beberapa sumber daya geoheritage yang terletak berdekatan di
wilayah terbangun dikelola dengan cara mengintegrasikan prinsip-prinsip
konservasi dan rencana tata ruang eksisting dari pemerintah (Komoo, 1993).

e. Konservasi Geologi adalah suatu upaya untuk mengelola, menjaga, melindungi,


dan melestarikan keberadaan beberapa kawasan di wilayah Indonesia yang
mempunyai keunikan, kelangkaan dan keajaiban fenomena alam yang bernilai
tinggi ditinjau dari aspek geologi.

f. Kawasan Lindung Geologi atau Cagar Alam Geologi adalah suatu kawasan yang
memiliki karakteristik geologi yang khas, unik dan langka sehingga ditetapkan
sebagai kawasan yang dicagar dan dilindungi agar keberadaan fenomena alam
geologi tersebut dapat dilestarikan serta dimanfaatkan secara berkesinambungan
dan berwawasan lingkungan.

g. Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang diselenggarakan secara


bertanggung jawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan memanfaatkan
informasi geologi beraspek geodiversity untuk menjelaskan proses pembentukan
suatu keindahan, keunikan dan kelangkaan objek wisata alam. Agar dapat dipahami
oleh masyarakat umum, maka informasi geologi tersebut hendaknya dapat dikemas
secara sederhana dalam bahasa populer.

h. Ekowisata adalah suatu kegiatan wisata alam dan budaya berbasis komunitas
lokal (community based tourism) yang diselenggarakan secara bertanggungjawab
di suatu kawasan yang dilindungi dengan memanfaatkan aspek biodiversity,
geodiversity dan cultural diversity. Ekowisata memperlihatkan suatu interaksi
harmonis dalam pemanfaatan potensi alam dan lingkungan secara terbatas dan
berkesinambungan sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat disekitar
kawasan.

2.2. Sejarah Perkembangan Geowisata Di Indonesia


Indonesia sebagai negara megageodiversity dan biodiversity nomor dua di
dunia setelah Brasil memiliki banyak kekayaan alam berupa flora, fauna maupun
keindahan alam. Kondisi demikian menjadikan Indonesia sebagai daerah tujuan
wisata potensial bagi para wisatawan yang merupakan petualang-petualang yang
ingin menikmati keindahan alam Indonesia dan ingin mengetahui lebih banyak
tentang keanekaragaman alam dan hayati Indonesia. Potensi ini harus dapat
direspon dengan strategi pengembangan kawasan potensial sebagai daerah tujuan
wisata yang dapat memberikan nilai ekonomi secara nasional maupun bagi
masyarakat local dengan tetap memperhatikan keberlanjutan ekosistem yang ada
(Fandeli, 2000).
Selain kaya akan keanekaragaman biologi dan budaya, Indonesia juga terkena
dengan keanekaragaman geologinya (geodiversity). Sebagaimana disebutkan oleh
(Arif ,2011) dalam situs National Geographic Indonesia, Nusantara diberkahi
dengan bentang alam elok, tanah subur, hutan kaya satwa endemis dan berlimpah
mineral, meskipun Indonesia hanya meliputi 1,3% luas daratan di Bumi, tidak satu
negara pun yang mempunyai begitu banyak mamalia (500 jenis atau 1/8 dari jumlah
seluruh mamalia di dunia). Segenap kekayaan tersebut merupakan berkah dari
kondisi geologi pulau-pulau penyusun negeri yang hiperaktif ini
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World
Tourism Organization (WTO), telah mengakui bahwa pariwisata merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan social dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula hanya dinikmati
oleh segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal abad ke-20, kini telah
menjadi bagian dari hak azazi manusia. Hal ini terjadi tidak hanya di negara maju
tetapi mulai dirasakan pula di negara berkembang termasuk pula Indonesia. Dalam
hubungan ini, berbagai negara termasuk Indonesia pun turut menikmati dampak
dari peningkatan pariwisata dunia terutama pada periode 1990 - 1996.
Potensi geowisata di Indonesia sangatlah besar. Membentang dari Propinsi
Nangroe Aceh Darussalam sampai Propinsi Papua dengan segala keaneka ragaman
obyek wisata, berbagai kenekaragaman alam yang menawan dan ketersediaan
sarana dan prasara pendukung, yang kesemuanya itu diharapkan mampu menarik
lebih banyak lagi devisa negara, baik dari wisatawan manca negara maupun
domestik.
Badai krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997,
merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi masyarakat pariwisata Indonesia
untuk melakukan re-positioning sekaligus re-vitalization kegiatan pariwisata
Indonesia. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang
Program Perencanaan Nasional pariwisata mendapatkan penugasan baru untuk
turut mempercepat pemulihan ekonomi nasional dan memulihkan citra Indonesia
di dunia internasional.
Menghadapi tantangan dan peluang ini, telah dilakukan pula perubahan peran
Pemerintah dibidang kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan
sebagai pelaksana pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada tugas-
tugas pemerintahan terutama sebagai fasilitator agar kegiatan geowisata yang
dilakukan oleh swasta dapat berkembang lebih pesat. Peran fasilitator disini dapat
diartikan sebagai menciptakan iklim yang nyaman agar para pelaku kegiatan
kebudayaan dan pariwisata dapat berkembang secara efisien dan efektif.
Selain itu sub sektor geowisata pun diharapkan dapat menggerakan ekonomi
rakyat, karena dianggap sektor yang paling siap dari segi fasilitas, sarana dan
prasarana dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Harapan ini dikembangkan
dalam suatu strategi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata
yang berbasis kerakyatan dan lingkungan.
Geowisata di Indonesia pada dewasa ini mulai menunjukkan perkembangan dan
pertumbuhan menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri. Namun yang masih
harus diperhatikan bersama bahwa sampai sejauh ini kesadaran dan pengertian
tentang geowisata belum sampai menyentuh masyarakat secara umum. Memasuki
abad 21 secara nasional dunia kepariwisataan alam memulai babak baru setelah
dihantam berbagai kendala sebagai imbas dari krisis ekonomi yang membawa
kondisi kepariwisataan alam pada titik pertumbuhan terendah. Memulai program
penyelamatan (rescue programe) yang dilaksanakan pemerintah di tengah-tengah
krisis (1997-1998), sektor pariwisata alam secara bertahap mulai pulih dengan
makin hidupnya berbagai aktivitas yang merupakan komponen dalam industri
pariwisata (Muhammad Tahwin, 2003).
Dengan diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004, UU No.33 Tahun 2004 yang
memberikan kewenangan lebih luas pada Pemerintah Daerah untuk mengelola
wilayahnya, membawa implikasi semakin besarnya tanggung jawab dan tuntutan
untuk menggali dan mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
daerah dalam rangka menopang perjalanan pembangunan di daerah.
Pemerintah dalam hal ini para penggiat kepariwisataan yang menyadari
besarnya potensi kepariwisataan di daerah berusaha menggali, mengembangkan
serta membangun aset obyek dan daya tarik wisata alam, yang merupakan modal
awal untuk bangkitnya kegiatan pariwisata alam. Keputusan ini harus ditindak
lanjuti dengan memikirkan dan mengusahakan serta membenahi potensi obyek dan
daya tarik wisata (M. Yusuf, 2000 dalam Muhammad Tahwin, 2003).
Pengembangan sektor pariwisata alam hakekatnya merupakan interaksi antara
proses sosial, ekonomi, dan alam. Oleh karena itu unsur-unsur yang terlibat di
dalam proses tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Peran serta masyarakat
diharapkan mempunyai andil yang sangat besar dalam proses ini. Untuk itu
masyarakat ditempatkan pada posis memiliki, mengelola, merencanakan dan
memutuskan tentang program yang melibatkan kesejahteraannya (Kusmayadi dan
Ervina, 1999).
Dari sudut sosial, kegiatan geowisata akan memperluas kesempatan tenaga
kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana maupun dari berbagai
sektor usaha yang langsung maupun yang tidak langsung berkaitan dengan
kepariwisataan. Geowisata akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan
pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotifasi sikap
toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa,
selain itu juga geowisata mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi
terhadap nilai-nilai kehidupan Dari sudut pengetahuan alam bahwa kegiatan
geowisata dapat memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah bersumber
dari pajak, retribusi parkir dan karcis atau dapat mendatangkan devisa dari para
wisatawan mancanegara yang berkunjung. Adanya geowisata juga akan
menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai dan menunjang
kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Geowisata juga
merupakan komoditas yang dibutuhkan oleh setiap individu. Alasannya karena
aktivtas berwisata bagi seorang individu dapat meningkatkan daya kreatif,
menghilangkan kejenuhan kerja, relaksasi, berbelanja, bisnis, mengetahui
peninggalan sejarah dan budaya suatu etnik tertentu, kesehatan dan pariwisata
spiritualisme.

2.3. Prinsip Utama Geowisata


Secara umum, prinsip utama geowisata terbagi menjadi 5 (Dowling, 2010),
yaitu:
a. Geologi merupakan dasar utama dalam Geowisata
Penjelasan mengenai bentuk proses akibat proses geologi adalah hal yang
harus dilakukan dalam geowisata. Pembelajaran singkapan – singkapan
dan implementasinya pada seluruh lanskap dapat dilakukan di alam
maupun kota.
b. Konsep berkelanjutan pada perencanaan ekonomi, pemberdayaan
komunitas, dan pengembangan geokonservasi
Dalam setuap geowisata yang dilakukan harus memperhatikan kapasitas
dan kualitas dari wisata itu sendiri dengain kaidah konservasi yang ada,
tidak membahayakan atau merusak situs – situs geologi di tempat tersebut.
c. Bersifat edukatif (didapatkan melalui interpretasi geologi)
Edukasi mengenai kebumian dan interpretasinya adalah alat penting untuk
membuat pengalaman wisata yang santai dan bermakna. Geowisata
mengajak setiap orang yang inginberinteraksi dengan alam untuk
mengembangkan pengetahuan, kepedulian, dan apresiasi terhadap potensi
tersebut (usaha konservasi).
d. Kebermanfaatan masyarakat lokal
Pemberdayaan komunitas lokal dalam geowisata melalui keikutsertaan
dalam menjalankan aktivitas – aktivitas geowisata dan menyediakan
pengetahuan, pelayanan, fasilitas, dan produk. Selain keuntungan secara
langsung yang akan didapatkan oleh masyarakat lokal, geowisata juga akan
menghasilkan pendapatan untuk menunjang usaha konservasi dan
pengembangan sosial-budaya di Geopark tersebut.
e. Kepuasan wisatawan
Grant (2010) dalam Dowling (2010) mengemukakan adanya beberapa
pembagian spektrum bagi pengunjung situs geologi (geosites): Dimulai
dari pengunjung umum yang tidak mempunyai pengetahuan geologi,
pengunjung yang mempunyai ketertarikan pada wisata geologi,
pengunjung yang sering mengunjungi objek wisata geologi (geotourist),
Pengunjung penyuka ilmu geologi, penjung yang punya ilmu khusus pada
bidang geologi, hingga ahli geologi (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Tipe Pengunjung Situs Geologi (Geosite)(Grant,2010)

Sedangkan secara khusus (Rachmat, 2011), geowisata menitikberatkan


pada aspek:
1. Pemanfaatan nilai ilmiah selama kunjungan di mana setelah
mengetahuisejarahpembentukan bumi akan tumbuh kepedulian untuk
melindungi alam warisan bumi.
2. Pendalaman informasi aneka ragam bentangalam seperti bukit, gua,
pegunungan tinggi, lembah dalam, airterjun, mata air, gletser, gunungapi,
gurun, danau, ragam jenis batuan dan sebagainya sebagai bagian dalam
menikmati keindahan alam.
3. Penambahan pengalaman terhadap keunikan kehidupan dan budaya
masyarakat setempat.

2.4. Jenis – jenis Geowisata


Mendasarkan pada unsur-unsur alam yang membentuk tatanan geologi
setempat, jenis-jenis geowisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah:

2.4.1. Geowisata kars dan goa


Bentukan bentangalam khas hasil pelarutan air pada batugamping ini hampir
dijumpai di setiap pulau di Indonesia. Gejala major exokarst features yang memiliki
nilai estetika diwujudkan dalam bentuk bukit, lembah kering yang buntu (blind
valley), dolina, uvala, polje, telaga kars, dan mata air (sendang). Keberadaannya
membentuk berbagai tipe. Tipe-tipe kars di Indonesia mewakili sebagian besar
bentangalam kars di dunia. Nilai strategis kawasan kars dan gua berkaitan dengan
kandungan unsur-unsur dasar yang dimilikinya, yang mencakup nilai ilmiah, nilai
ekonomi, nilai kemanusiaan (sosio-budaya), dan nilai konservasi. Keragaman unsur
hayati (biotik) dan nirhayatinya (abiotik) merupakan bagian penting dari
keanekaragaman-bumi, sehingga di dalam konteks pengelolaan secara
berkelanjutan kegiatan pemanfaatan perlu diseimbangkan dengan usaha
perlindungannya.

2.4.2. Geowisata Sungai .


Sungai yang mengalir di Kawasan Kars Kaloi, mengekspos dinding sungai
bewarna abu-abu yang termasuk kedalam Formasi Kaloi, Oleh karena itu situs
warisan budaya ini memiliki arti penting geologi dan arkeologi (prasejarah
budaya) aspek. Batu-artefak dari budaya Kaloi di situs sungai Kuala parit ini
sepenuhnya terbuka untuk kunjungan wisata.
Sungai Tamiang sendiri mengalami siklus banjir sekitar 10 tahun sekali, dapat
dilihat dari banyaknya ditemukan endapan yang berukuran gravel (kerikil dan
kerakal) pada hampir disetiap pointbar yang ada di sungai Tamiang ini. material
dengan ukuran kerikil, kerakal dan bongkah nya dapat tertransportasi oleh arus
yang sangat kuat, yaitu arus turbidit, yang hanya akan terjadi pada saat suatu sungai
mengalami banjir atau banjir bandang. Pada kondisi normal dengan arus sungai
normal, hanya akan tertransportasi material berukuran pasir.

2.4.3. Geowisata air terjun


Pembentukan air terjun terbentuk karena aktivitas erosi dari aliran air,
mengalir diatas lapisan batuan bervariasi dari yang memiliki tingkat erosi yang
berbeda. Aliran air yang melintas di atas lapisan batuan lunak akan memiliki tingkat
erosi yang lebih tinggi, dibandingkan dengan daerah lain dengan lapisan batuan
keras. Kejadian tersebut menyebakan peningkatan kecepatan air sungai yang
membentuk arus yang lebih cepat ke arah bawah menuju ke dasar sungai. Seiring
dengan waktu, air sungai tersebut perlahan-lahan membentuk ngarai atau
jurang pada hilir sungai (Arif,2011).
Air terjun merupakan fenomena bentangalam yang menarik, karena biasanya
berkaitan dengan struktur geologi (patahan). Tebing terjal setinggi belasan hingga
puluhan meter yang memotong aliran sungai merupakan gawir patahan yang
disebabkan oleh gerakan bumi yang dinamis. Air terjun yang bertingkat-tingkat
dapat disebabkan oleh gawir patahan menangga (step faults), atau perbedaan
ketahanan batuan terhadap proses pengikisan. Sungai yang mengalir melalui daerah
mineralisasi tembaga di Irian Jaya sering mengendapkan mineral itu di sekitar dasar
air terjun. Batuan yang dilapisi oleh tembaga memberikan warna hijau kebiruan
yang sangat indah.

2.4.4. Geowisata situs geologi

Batuan, atau kelompok batuan yang tersingkap di suatu tempat, bentukan


bentangalam yang dihasilkan oleh kegiatan tektonik, dan jejak kehidupan masa lalu,
dapat dianggap sebagai situs geologi jika keberadaannya :
1. Menunjukkan sejarah pembentukan dan perkembangan geologi selama
kurun ruang dan waktu yang panjang
2. Menunjukkan dan memecahkan masalah kedinamikaan bumi
3. Mempunyai kelimpahan spesies flora dan fauna yang lebih dibanding
daerah lainnya
4. Menunjukkan dan mencirikan keunikan suatu perioda waktu geologi
5. Mampu memberi sumbangan terhadap pemahaman perkembangan bumi
dan kehidupan di dalamnya
Secara umum, objek dan daya-tarik geowisata situs geologi terletak pada
keunikan dan kelangkaan unsur-unsur geologi yang merekam sejarah pembentukan
dan evolusi bumi, termasuk kehidupan, selama kurun waktu tertentu.
Pengembangan geowisata ini diproyeksikan untuk wisatawan umum dan wisatawan
minat-khusus yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejarah perkembangan
bumi dan kehidupan yang pernah ada di dalamnya (Srijono, 2001).

2.5. Pengembangan Geowisata.


Pada dasarnya pengembangan geoiwisata adalah suatu proses yang
berkesinambungan untuk melakukan pengamatan dan pengembangan yang terus
menerus antara sisi pemasukan dan minat dari kepariwisataan yang tersedia untuk
mencapai misi yang telah ditentukan (Nuryanti, 1994). Sedangkan pengembangan
potensi geowisata mengandung makna upaya untuk lebih meningkatkan sumber
daya yang dimiliki oleh suatu obyek wisata dengan cara melakukan pembangunan
unsur-unsur fisik maupun non fisik dari sistem pariwisata sehingga meningkatkan
produktivitas. Dalam hal ini yang dimaksud produktivitas obyek wisata berupa
meningkatnya pendapatan daerah yang diperoleh dari kunjungan wisatawan yang
masuk.
Disamping itu untuk dapat melakukan pengembangan perlu memperhatikan
berbagai aspek, suatu obyek wisata yang akan dikembangkan harus memperhatikan
syarat-syarat pengembangan daerah menjadi obyek wisata yang dapat diandalkan,
yaitu :
a. Seleksi terhadap potensi, hal ini dilakukan untuk memilih dan menentukan
potensi obyek wisata yang memungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan
dana yang ada.
b. Evaluasi letak potensi terhadap wilayah, pekerjaan ini mempunyai latar belakang
pemikiran tentang ada atau tidaknya pertentangan atau kesalahpahaman antar
wilayah administrasi yang terkait.
c. Pengukuran jarak antar potensi, pekerjaan ini untuk mendapatkan informasi
tentang jarak antar potensi, sehingga perlu adanya peta potensi obyek geowisata.
Dari peta potensi diperoleh informasi tentang lokasi dan jarak relatif antar
obyek wisata. Melalui informasi jarak antar potensi dapat digunakan untuk
menentukan potensi mana yang cukup sesuai untuk dikembangkan. Selain itu
melalui peta juga dapat di gunakan untuk alat pemandu pasif bagi wisatawan,
terutama wisatawan yang bersifat individu atau bahkan yang berbentuk rombongan,
serta untuk wisatawan yang berjiwa avontir (tidak mau terikat pada suatu paket
wisata misalnya lewat trevel biro yang akan mengggunakan ). (Sujali, 1989).

Selain itu dalam pengembangan geowisata di perlukan strategi


pengembangan geowisata, adapun strategi pengembangan geowisata bertujuan
untuk mengembangkan produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan
bertahap. Beberapa kebijakan pengembangan pariwisata antara lain :
(a) Promosi
Pelaksanaan upaya pemasaran dan promosi pariwisata harus dilaksanakan secara
selaras dan terpadu, baik dalam negeri maupun luar negeri.
(b) Aksesibilitas
Merupakan salah satu aspek penting yang mendukung pengembangan geowisata,
karena menyangkut lintas sektoral, kemudahan dan keefektifan mencapai kawasan.

(c) Kawasan geowisata


Pengembangan kawasan geowisata dimaksudkan untuk :
 Meningkatkan peran daerah dan swasta dalam pengembangan geowisata.
 Memperbesar dampak positif pembangunan.
 Mempermudah pengendalian terhadap dampak lingkungan.
(d) Wisata Bahari
Merupakan salah satu jenis produk wisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan. Jenis wisata ini memiliki keunggulan komperatif yang tinggi
terhadap produk wisata sejenis di luar negeri.
(e) Produk Wisata
Upaya untuk menampilkan produk wisata yang bervariasi dan mempunyai daya
saing yang tinggi.
(f) Sumber Daya Manusia
Merupakan salah satu modal dasar pengembangan pariwisata, sumber daya
manusia harus memiliki keahlian dan ketrampilan yang di perlukan untuk memberi
jasa pelayanan pariwisata.
(g) Kampanye Nasional Sadar Wisata
Upaya masyarakat untuk mempromosikan dan memperkenalkan jati diri dan
karakteristik daerah dengan beberapa kelebihannnya.

2.5.1. Faktor pokok Geologi dan pendukung lainya


Faktor pokok dalam mengindentifikasi keberadaan informasi situs-situs
warisan alam geologi, terdapat beberapa unsur-unsur pokok sebagai betikut :
1. Kondisi Geologi
Faktor kondisi geologi adalah prihal yang paling utama dalam menemukan dan
mengindentifikasi situs warisan geologi yang akan menjadi pembahasan utama
sehingga dapat mempublikasikan keberadaan situs tersebut, hal yang menjadi suatu
permasalahannya ialah kesulitan bagi masyarakat umum untuk menemukan nya dan
memahami proses sejarah situs tersebut, sehingga para geologist membuat suatu
publikasi yang tidak hanya dapat dinikmati oleh para geologist. Unsur – unsur
tersebut meliputi : Proses keterbentukanya, karakteristik situs, umur situs, dan
keberadaan situs (Batuan, Struktur Geologi, Fosil, Mineral, Morfologi dan situs
bersejarah lainya), yang kesemua ini di rangkum dan di ceritakan proses dan
keberadaan nya dangan bahasa yang sederhana sehingga masyarakat umum
mengerti dan memahami keberadaan situs geologi yang bersejarah tersebut.
A. Proses keterbentukanya
Berdasarkan keilmuan geologi proses dan kejadian merupakan aset yang penting
dalam hal memberikan informasi suatu keterbentukan dan proses dari pada situs
atau pun aspek geologi yang akan dijelaskan, hal ini dikarenakan dalam
penyampainya seorang geologist menceritakan secara detail dan terinci berdasarkan
skala waktu geologi dan keilmuan geologi yang ia miliki.
 Karakteristik situs
Berbica tentang karakteristik maka, didalam membahas suatu keterbentukan suatu
aspek geologi karakteristik harus dijelaskan secara detail, karena padanya bisa
terdapat perbedaan antara situs yang dianggap sama namun pada kenyataan
berdasarkan keilmuan geologi ini sangat berbeda.
B. Umur situs
Dalam menemukan dan mengindentifikasi suatu situs atau aspek geologi umur
merupakan tahapan yang harus dijelaskan, hal ini karena terdapat beberapa situs
geologi yang sama namun umur berbeda, ini dapat meningkatkan nilai sejarahnya
suatu situs, didalam ilmu geologi satuan umur geologi tidak berdasarkan satu –
sepuluh tahun tetapi Ribuan tahun bahkan Jutaan Tahun dalam pengkajiannya,
sehingga hal ini menjadi pendorong dan nilai estetika situs bersejarah yang akan di
publikasikan.
C. Keberadaan Situs
Minat suatu masyarakat untuk mengetahui dan menjaga situs bersejarah geologi
salah satu berdasarkan letak dan keberadaanya situs, karena letaknya suatu situs
tersebut mempengaruhi mudahnya informasi bagi masyarakat untuk mengunjungi
situs tersebut, hal ini harus memperhatikan bagaimana kondisi sekitar situs, baik
dari segi kebencanaan dan kesampainya daerahnya.

2. Kondisi Geografis
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks
keruangan.
Menurut (Bintarto, 2000.), ruang lingkup geografi dibagi menjadi:
1) Lingkup Fisikal, yang meliputi aspek topologi (letak, luas ,bentuk dan batas),
aspek fisik (tanah, iklim, air), aspek biotis (manusia, hewan, tumbuhan).
2) Lingkup non Fisikal yang meliputi aspek sosial (tradisi, adat, kelompok,
masyarakat), aspek ekonomi (perdagangan, industri, perkebunan, transportasi),
aspek budaya (pendidikan, agama, dan budaya).
Sehingga dalam mengindentifikasi suatu situs geologi peranan geografi juga
dibutuhkan, unsur-unsur geografi tersebut adalah :
A. Lokasi
Lokasi dalam penelitian ini menyangkut pada letak geografis baik jarak, maupun
luas. Lokasi ini juga dapat diartikan sebagai lokasi relatif artinya bagaimana
hubungan antara situs geologi dengan obyek situs lain yang ada di Kecamatan
Bahorok.
B. Iklim
kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi.
Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat
tersebut. Sehingga dalam mengindetifikasi situs geologi kondisi iklim sangat
berpengaruh, dalam hal ini faktor iklim yang berkaitan di penelitian ini adalah Suhu
dan Curah hujan.
C. Suhu
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda, dalam hal
ini untuk mengindentifikasi suhu daerah situs geologi menggunakan persamaan
Braak yang mengacu pada ketinggian tempat, yaitu semakin tinggi
tempat maka suhu udara semakin rendah (Ance Gunarsih 1986). Dengan Rumus
persamaan Braak adalah :

T = (26.3 – 0,61 . H) °C
Keterangan :
T : Rata- rata temperature
26.3 : Rata-rata suhu daerah tropis
0.61 : Konstant temperature (penurunan suhu setiap naik 100 meter)
H : Ketinggian tempat dalam meter (m)
C : Satuan temperature (celcius)

D. Curah Hujan
Untuk menggambarkan jumlah hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan
jangka waktu tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan
kondisi ini sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor
dan efek negatif terhadap kawasan konservasi geologi. Hujan merupakan satu
bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Analisa curah hujan dalam indentifikasi
situs geologi berfungsi sebagai acuan iklim pada kawasan situs. Dalam penetuan
tipe iklim ini memakai persamaan rumus oleh (Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam
Tjasyono, 2006) yang mendasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering yaitu
apabila curah hujan kurang dari 60mm dan rata-rata jumlah bulan basah apabila
curah hujan lebih dari100mm, adalah :

a. Rata-rata bulan kering :

Σ fd
Md = 𝑇

Dimana :
Md : Rata-rata bulan kering
Σ fd : Frekuensi bulan kering
T : Banyaknya tahun penelitian
b. Rata-rata bulan basah

Σ fw
Mw = 𝑇

Dimana :
Mw : Rata-rata bulan basah
Σ fw : Frekuensi bulan basah
T : Banyaknya tahun penelitian
Sehingga berdasarkan data-data bulan kering dan basah, Schmid dan Ferguson
(1951) menentukan nilai Q untuk mendapatkan tipe iklim yaitu sebagai berikut :

Q= Rata-rata jumlah bulan kering (Md) X 100

Rata-rata jumlah bulan basah (Mw)

Keterangan :
Q : Tipe Iklim
Md : Rata-rata jumlah bulan kering
Mw : Rata-rata jumlah bulan basah

Tabel 2.1. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt dan Ferguson (1951)


2.5.2. Faktor pokok pengembangan
Faktor pokok yang dapat menunjang pengembangan geowisata di daerah
tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan
pengembangannya meliputi:
a) Daya tarik
Daya tarik merupakan pusat dari industri geowisata. Menurut pengertiannya atraksi
mampu menarik wisatawan yang ingin berkunjung (Spillane, 1994). Atraksi atau
daya tarik dapat timbul dari keadaan alam (keindahan panorama, flora fauna, sifat
kekhasan perairan air laut/danau), obyek buatan manusia (museum, katedral, masjid
kuno, makam kuno dan sebagainya), ataupun unsur-unsur dan peristiwa budaya
(kesenian, adat istiadat dan makanan). Atraksi atau daya tarik dalam penelitian ini
dapat dibedakan menjadi dua yaitu daya tarik utama dan daya tarik tambahan.

b) Fasilitas Pelayanan
Walaupun atraksi menarik wisatawan dari rumah atau tempat tinggalnya, namun
fasilitas dibutuhkan untuk melayani mereka dalam perjalanan. Fasilitas ini
maksudnya memberikan pelayanan dan menyediakan sarana yang dibutuhkan para
wisatawan, baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik. Fasilitas dan
pelayanan yang harus disediakan meliputi fasilitas pelayanan jasa untuk kebutuhan
sehari-hari. untuk menginap, untuk tempat makan, untuk menjaga keamanan dan
lain sebagainya yang menyangkut kebutuhan wisatawan. Ada satu hal yang harus
diperhatikan dalam kaitannya dengan kenyamanan untuk menginap, dalam hal ini
sebaiknya isi dan susunan hotel/penginapan tersebut disesuaikan dengan budaya
setempat sehingga dengan demikian benar-benar para wisatawan dapat menikmati
kehidupan dan budaya setempat.

c) Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai atau bergerak dari satu tempat ke
tempat lain dalam satu wilayah. Aksesibilitas dalam penelitian ini menyangkut
transportasi dan juga komunikasi-informasi. Dalam kegiatan pariwisata hanya
mungkin berkembang dengan dukungan teknologi modern, khususnya di bidang
transportasi dan komunikasi. Transportasi ini sangat penting membantu para
wisatawan, mengantar dari tempat asal atau tempat penginapan ke obyek wisata.
Namun penggunaan transportasi ini tergantung pada jarak dan kebutuhan
komunikasi antara tempat di mulainya suatu kunjunngan ke obyek wisata yang akan
di kunjungi. (Nyoman S. Pendit, 1986).

d) Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi fasilitas pelayanan, baik yang
berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah maupun
di bawah tanah. Penyediaan infrastruktur tersebut meliputi penyediaan saluran air
bersih, pembangunan sarana transportasi seperti jalan dan terminal, penyediaan
penerangan listrik, sistem komunikasi dan juga saluran pembuangan limbah.

(e) Akomodasi
Penyediaan akomodasi atau tempat menginap merupakan salah satu sarana yang
penting bagi para wisatawan. Akomodasi merupakan rumah kedua bagi para
wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata dengan tujuan untuk menginap.
Fasilitas akomodasi menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi keberadaan suatu
obyek wisata.

2.6. Geowisata Goa

 Teori Umum Gua

Gua atau disebut “goa” merupakan suatu ruangan bentukan alamiah dibawah tanah
baik
yang berdiri sendiri maupun saling terhubung dengan ruangan-ruangan lainnya
yang bisa dilalui oleh manusia. Gua dapat terbentuk melalui beberapa proses.
Proses pembentukkan gua
memerlukan waktu yang lama bahkan sampai ribuan tahun. Adapun proses
pembentukan gua
adalah :
a. Tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan batu
gamping menuju kesungai permukaan.
b. Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai dan mulai membentuk
jalur gua horizontal.
c. Setelah semakin dalam tergerus, aliran air tanah akan mencari jalur gua horizontal
yang baru
dan langit-langit atas dua tersebut aklan runtuh dan bertemu sistem gua horizontal.
Gua yang
terdapat di Indonesia yang dikenal oleh masyarakat luas adalah :

1. Gua-gua Vulkanik
Gua-gua vulkanik di wilayah yang sebagian besar tersusun oleh batuan yang berasal
dari gunungapi. Gua-gua Vulkanik ini pada umumnya berupa lorong-lorong yang
dulunya merupakan jalan aktivitas magma yang gagal ketika menuju permukaan.

2. Gua-gua Kapur
Gua-gua kapur ini dapat ditemukan di wilayah yang sebagian besar tersusun oleh
batu kapur/batugamping. Gua kapur ini terbentuk akibat dari aktivitas air purba,
selain itu gua kapur juga dapatterbentuk ketika suatu tempat lokasi gua masih
berada di zona phreatik atau berada disuatu tempat lokasi gua masih berada di zona
phreatik atau berada di bawah level air tanah
maupun dapat terbentuk setelah lokasinya berada diatas level air tanah. (Zona
Vadose).

2.6.1. Ornamen-Ornamen Goa


Adapun ornamen-ornamen goa adalah sebagai berikut :
1. Flow Stone Adalah kalsit yang terdeposisi (diendapkan) pada lorong gua.
2. Grous
Adalah kumpulan kalsit yang berkupul (terbentuk) dialiran air atau kemiringan
tanah. Aliran ini banyak mengan dung carbon dioksida (CO2), semakin CO2
menguap atau memuai, calsit yang terbentuk semakin banyak.

3. Marble
Adalah batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh
panas dan tekanan, sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
4. Stalagtit
Adalah larutan batugamping menggantung.

5. Stalagmit
Adalah formasi yang menjulang keatas dibawah atap stalagtit.
6. Straw
Bentuknya seperti stalagtit tetapi berdiameter kecil, sebesar tetesan air,
panjangnya 1-15 Cm.

7. Pearls
Adalah kumpulan batu kalsit yang berkembang didalam kolam dibawah tetesan
air, disebut pearls karena bentuknya seperti mutiara.
8. Styalalite
Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.

9. Curtain
Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-
langit gua atau di dinding gua.
10. Rimstone Pool
Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air,
CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.

Anda mungkin juga menyukai