Anda di halaman 1dari 9

Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan

Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

MODEL INKUBATOR BISNIS


UNTUK MENUMBUHKAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

Hamdan
Hamdanunsera@gmail.com
Dosen FE Universitas Serang Raya

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model inkubator bisnis yang diorientasikan menjadi sebuah
inovasi. Pengembangan digunakan sebagai metodologi penelitian itu sendiri. Adapun populasi yang digunakan
adalah mahasiswa Universitas Serang Raya Banten yang secara tergabung berkumpul dalam sebuah inkubator
bisnis, yakni sebanyak 145 mahasiswa. Sementara teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sampel penuh
yang memilih keseluruhan populasi sebagai subjek penelitian. Lebih jauh lagi, teknik yang digunakan untuk
mengumpulan data tersebut dilakukan dengan cara memberikan tes, kuesioner, bimbingan observasi, wawancara,
dan studi dokumentasi. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif,
persentase, dan statistik non parameter dengan Microsoft excel, dan sistem SPSS 19. Hasil penelitian, ada
beberapa pokok persoalan yang dapat disimpulkan bahwa 1) perencanaan pemesanan dan perkembangan model
incubator bisnis siap dilaksanakan dengan didasarkan pada teori dan penelitian empiris dalam bidang studi secara
terkonsep dan terstruktur dengan baik. 2) Proses perkembangan model inkubator bisnis diselenggarakan dengan
melalui tiga tahapan, yaitu: pendahuluan, mengembangkan model, dan uji coba model. 3) Model inkubator bisnis
yang mendorong keterampilan kewirausahaan terhadap mahasiswa UNSERA adalah model inkubator bisnis yang
diorientasikan untuk menjadi inovasi dan menyaratkan keahlian kewirausahaan didalamnya. 4) Model inkubator
bisnis yang dikembangkan di UNSERA memungkinkan terciptanya pembentukkan keterampilan kewirausahaan
pada peserta.
Kata kunci: model inkubator bisnis, inovasi, kewirausahaan.

ABSTRACT
The purpose of research is developing model of business incubator which is oriented to be innovation. Development
is used as research methodology. Population of study is the students of Universitas Serang Raya Banten who
are jointly gathered at business incubator, 145 students. The technique of selecting samples is saturated sample
technique that is selecting all population as the subject of research study. The technique of collecting data uses test,
questionnaire, the guidelines of observation, interview, and documentation. Then, the data is analyzed by using
descriptive analysis, percentage, and non-parametric statistic with excel and SPSS 19 version program. Based
on the results of research, there are some issues concluded; 1) the planning of ordering and developing model
business incubator is already conducted which is based on theoretical and empirical research in the field study
conceptually and structurally as well. 2) the process of developing business incubator model is conducted within
three stages; preface, developing model, and testing model. 3) the business incubator model which encourages
the entrepreneurship skill towards students of UNSERA is the model of business incubator which is oriented to
the innovation and required entrepreneurship skill, and 4) the business incubator model which is developed at
UNSERA enables the increasement of the entrepreneurship skill of incubation participants.
Keywords: business incubator model, innovation, entrepreneurship.

PENDAHULUAN Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional


Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
pendidikan dan pengajaran, penelitian dan Maret 2010 menyebutkan bahwa jumlah
pengabdian kepada masyarakat merupakan penduduk miskin di Indonesia sebanyak
rambu-rambu proses pendidikan di perguruan 39,05 juta atau 17,75 persen dari total 222
tinggi yang tidak dapat ditawar lagi untuk juta penduduk. Penduduk miskin Indonesia
dipraktikkan oleh setiap perguruan tinggi bertambah empat juta orang dibanding
kepada masyarakat. yang tercatat pada Februari 2009. Angka

89
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

pengangguran berada pada kisaran 10,8% beberapa yang aktif. Program tersebut belum
sampai dengan 11% dari tenaga kerja yang banyak menghasilkan alumni yang terbukti
masuk kategori sebagai pengangguran lebih kompetitif di dunia kerja (Dikti, 2008).
terbuka. Bahkan mereka yang lulus Tidak semua Inkubator Bisnis dapat
perguruan tinggi semakin sulit mendapatkan berkembang sebagaimana yang diharapkan.
pekerjaan karena tidak banyak terjadi Dari ratusan inkubator yang pernah tumbuh di
ekspansi kegiatan usaha. Dalam keadaan Indonesia, kini tinggal sekitar 50-an. Sebagian
seperti ini, masalah pengangguran termasuk besar dalam kondisi memprihatinkan.
yang berpendidikan tinggi akan berdampak Kendala yang dihadapi antara lain kurangnya
negatif terhadap stabilitas ekonomi, sosial dukungan dan koordinasi lembaga terkait
dan kemasyarakatan. terutama sarana pendukung dan dana (Dikti,
Kondisi tersebut didukung pula oleh 2008).
kenyataan bahwa sebagian besar lulusan Melihat permasalahan di atas, dipandang
perguruan tinggi adalah lebih sebagai perlu dilakukan pengembangan model
pencari kerja (job seeker) dari pada pencipta inkubator bisnis untuk menumbuhkan
lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini bisa kompetensi kewirausahaan pada Mahasiswa,
jadi disebabkan karena sistem akademik dan sehingga dapat diperoleh rujukan mengenai
pembelajaran yang diterapkan di perguruan best practices Inkubator Bisnis yang
tinggi saat ini bukan menyiapkan lulusan efektif dan efisien. Mengingat kompleknya
yang siap menciptakan lapangan pekerjaan. permasalahan yang ada dalam kegiatan
Indeks Entrepreneurial activity diterjemah- inkubator bisnis di Universitas Serang Raya,
kan sebagai individu aktif dalam memulai peneliti merumuskan masalah penelitiannya
bisnis baru dan dinyatakan dalam persen yaitu: Bagaimanakah menumbuhkan
total penduduk aktif bekerja. Semakin kompetensi kewirausahaan pada mahasiswa?
tinggi indeks Entrepreneurial activity maka Berdasarkan rumusan masalah ini, dirinci
semakin tinggi level of entrepreneurship menjadi pertanyaan penelitian sebagai
suatu negara (Boulton dan Turner, 2005). berikut: (1) Bagaimanakah perencanaan
Untuk menumbuhkembangkan jiwa pengembangan model inkubator bisnis
kewirausahaan, diperlukan suatu usaha nyata di Universitas Serang Raya dalam
yang terprogram dalam kurikulum pada menumbuhkan kompetensi kewirausahaan
perguruan tinggi atau universitas. Pembekalan mahasiswa; (2) Bagaimanakah pengembang-
dan penanaman jiwa entrepreneur pada an model inkubator bisnis yang sesuai untuk
mahasiswa ternyata belum dapat memotivasi menumbuhkan kompetensi kewirausahaan
untuk melakukan kegiatan kewirausahaan. mahasiswa di Universitas Serang Raya;
Pengalaman yang diperoleh di bangku (3) Bagaimanakah model inkubator
kuliah belum dapat ditindaklanjuti setelah bisnis yang dikembangkan di Universits
lulus, sehingga belum mampu melahirkan Serang Raya dalam menumbuhkan
wirausaha baru yang berhasil menciptakan kompetensi kewirausahaan mahasiswa;
lapangan kerja sekaligus menyerap tenaga (4) Bagaimanakah evaluasi yang dapat
kerja (Dikti, 2008). diterapkan untuk mengetahui efektivitas
Pada tahun 1997 dikembangkan Inkubator model inkubator bisnis dalam meningkatkan
Wirausaha Baru (INWUB) sebanyak kompetensi kewirausahaan mahasiswa.
29. Sebagian besar merupakan program Tujuan penelitian ini adalah untuk
perguruan tinggi. Tahun 2004 dari sebanyak mengembangkan model inkubator bisnis dalam
56 unit inkubator di Indonesia, hanya ada menumbuhkan kompetensi kewirausahaan

90
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

pada mahasiswa di Universitas Serang Raya. with Firms that Go Public: a Resource-
Kajian Pustaka penelitian ini; Kuratko Based View of Academic Entrepreneurship,”
(2004) dalam penelitiannya yang berjudul menyimpulkan bahwa perguruan tinggi
Entrepreneurship education in the 21st dalam perspektif kewirausahaan dapat
centry: from Legitimization to Leadership, dijadikan sebagai penyuplai teknologi inovasi
menjelaskan bahwa, entrepreneurship adalah yang masih baru dan belum ditemukan atau
proses dinamis atas visi, perubahan, dan digunakan oleh orang lain bagi perusahaan
kreativitas. Entrepreneurship merujuk pada yang sudah go public.
sebuah penerapan kekuatan dan dorongan Berkaitan dengan budaya berwirausaha,
dari dalam menuju kreativitas dan penerapan Naughton dan Cornwall (2009) pernah
ide baru dan jalan keluar yang kreatif. melakukan penelitian tentang, “Culture
Alberti, Sciascia, dan Poli (2004) dalam as the basis of the good entrepreneur,”
mengkaji “Entrepreneurship Education” menyimpulkan bahwa budaya sebagai dasar
menjelaskan bahwa keberhasilan seseeorang terbentuknya jiwa kewirausahaan yang
dalam berwirausaha dipengaruhi oleh iklim baik. Budaya yang baik akan menghasilkan
usaha yang diciptakan oleh negara, dukungan karakter yang baik, mendorong seseorang
dunia pendidikan, dunia usaha itu sendiri untuk melakukan inovasi, mendorong
yang juga harus bergairah. semangat moral dan spiritual untuk berusaha.

Pendidikan kewirausahaan menurut hasil Membahas semangat kapitalis tidak akan bisa
penelitian yang dilakukan oleh Welsch lepas dari Spirit kapitalis yang dikemukakan
(1993) disimpulkan bahwa ada dua yang oleh Weber. Brouwer (2002) yang melakukan
faktor dapat diterapkan di kelas untuk studi tentang, “Weber, Schumpeter, and
meningkatkan kemampuan kewirausahaan, Knight on Entrepreneurship and Economic
yaitu faktor dari dalam sekolah dan dari luar Development.” Menyimpulkan bahwa
sekolah. Faktor dari dalam sekolah berupan konsep Protestant Ethic dengan semangat
pelatihan menumbuhkan jiwa kewirausahaan, Calvinist untuk mengejar kehidupan yang
dan faktor dari luar berupa keikutsertaan lebih baik merupakan kewajiban stiap
dunia industry dalam melatih kemampuan manusia yang hidup di dunia.
kewirausahaan siswa, baik siswa langsung Stevenson, Howard H, dan J. Carlos Jarillo,
ke perusahaan, atau perusahaan mendatangi (1990), A Paradigm of Entrepreneurship:
sekolah untuk melakukan pelatihan. Entrepreneurial management menjelaskan
Winslow, Solomon, dan Tarabishy (1997) bahwa kompetensi kewirausahaan lebih
menyimpulkan bahwa pendidikan mengarah pada kemampuan menumbuhkan
kewirausahaan dan praktik mendirikan usaha jiwa wirausaha, inovasi, fleksibilitas,
kecil yang dibimbing oleh guru, ternyata penanganan korporasi besar, dengan teori
tidak serta merta mampu meningkatkan dan kemampuan praktis yang sesuai.
kemampuan kewirausahaan siswa, akan Ada beberapa model yang perlu mendapatkan
tetapi pembelajaran kewirausahaan dengan pertimbangan dalam pengembangan
menggunakan self directed learning, mampu model inkubator bisnis. Pertama, model
meningkatkan kemampuan kewirausahaan yang dikembangkan oleh Lacho, (2010)
siswa. saat melakukan pengembangan model
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang “Entrepreneurship Education” di Universitas
dilakukan oleh Powers dan Dougall (2005) New Orleans (UNO) selama dua musin.
yang meneliti tentang, “University Start- Kemampuan yang diajarkan khusus tentang
up Information and Technology Licensing membangun kemampuan jaringan dan

91
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

negosiasi, sebagaimana kemampuan utuh set), mencari partner kerja (partnership),


yang dikuasai oleh karyawan perusahaan. pengolah kemampuan diri secara terus
Pengembangan model hanya diikuti oleh menerus, menyiapkan jiwa kewirausahaan
10 mahasiswa. Hasilnya seluruh mahasiswa (entrepreneurial alertness), sebagai proses
mampu lulus dengan baik. Peneliti intinya (core process) adalah membangun
manerapkan eanentrepeneruship dengan persepsi yang baik (perception), menemukan
membuat usaha bisnis kesil di kampus. hal menarik (discovery), melakukan kreasi
Dari 10 mahasiswa ada yang berperan inovasi yang bisa mendatangkan keuntungan
sebagai pihak internal perusahaan dan (creation). Bila hal itu sudah tercipta,
eksternal perusahaan. Peran internal yang tinggal mengembangkan (development), dan
harus diperankan adalah: pemilik usaha, mengevaluasi kelebihan dan kelemahannya,
pekerja, pimpinan, dan supervisor. Pihak untuk dikembangkan dalam bentuk
eksternal yang harus diperankan antara lain: yang lebih baik di kemudian hari (future
pelanggan, bank, pemasok (supplier), media, formation) dengan memperhatikan berbagai
dan lainnya. Kemampuan membangun tipe kesempatan (type of opportunity) yang
jaringan dan negosiasi harus dikembangkan ada.
selama mempraktikkan usaha tersebut. Keempat, model yang dikembangkan oleh
Hasilnya, metode ini ternyata lebih efektif Neck, Neck, dan Mayer (1998) yang pernah
dan applicable (mudah diterapkan) dalam diadaptasi oleh Lacho, (2010) yakni dengan
situasi nyata. mengajak mahasiswa menonton video (film)
Kedua, model yang dikembangkan oleh untuk melatih beberapa konsep penting
Kordnaeij, et.al., (2011), saat melakukan tentang kewirausahaan, sehingga dalam diri
penelitian tentang, “Origins of entrepreneurial mahasiswa tumbuh mind set kewirausahaan.
Opportunities in e-Banking.” Model yang Mind set kewirausahaan sangat penting
dikembangkan mengambil salah satu model ditumbuhkan dalam jiwa mahasiswa,
yang pernah digunakan oleh Plummer sehingga seluruh pikiran, perasaan, tindakan,
(2007: 368 dalam Kordnaeij, et.al., (2011)) ucapan, diskusi, perilaku kehidupan sehari-
yang digambarkan bahwa pengembangan hari, dan seluruh proses kegiatan dalam
model kewirausahaan dapat dimulai segala bentuk aktivitasnya selalu berorientasi
dengan: merasakan adanya kesempatan pada bisnis.
kewirausahaan, menyusun strategi Kelima, model yang dikembangkan oleh
kewirausahaan, menentukan kesempatan Wiedy Murtini (2007) dalam melakukan
baru yang bisa dilakukan untuk memulai penelitian berjudul, Pengembangan Desain
usaha, dan mengeksekusi kesempatan itu Pembelajaran Pendidikan Kewirausahaan
dalam bentuk eksploitasi usaha yang diyakini di Perguruan Tinggi dengan Pemodelan
dapat menguntungkan. Wirausahawan Usaha Kecil dan Menengah
Ketiga, Ardichvili et.al Model. (2003: Sukses menghasilkan sebuah model
118 dalam Kordnaeij, et.al., 2011: 25). pembelajaran kewirausahaan untuk siswa kelas
Model ini lebih rumit dibandingkan TK dan SD. Hasil penelitian menyimpulkan
model Plummer. Untuk menumbuhkan bahwa untuk menumbuh kembangkan jiwa
kemampuan wirausaha perlu: dilakukan wirausaha memerlukan waktu yang cukup
trait yaitu suatu perlakuan agar muncul panjang, oleh karena itu perlu diperkenalkan,
kreativitas dan rasa optimis personal, dimotivasi, dan ditanamkan sejak dini, yaitu
membentuk jaringan sosial (social network), dimulai sejak pendidikan yang ditanamkan
dengan mencoba mengatasi kelemahan dalam keluarga, yang menekankan tentang
diri, membuat sejumlah tindakan (action pentingnya kedisiplinan dan kemandirian.

92
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

Pengenalan kisah-kisah perjalanan meraih akan mengurangi pertambahan jumlah


sukses (succes story) dari para wirausahawan, pengangguran, dan mampu menambah
bisa dilakukan kepada para siswa sejak jumlah lapangan pekerjaan. Upaya yang bisa
tingkat sekolah dasar bahkan taman kanak- dilakukan seperti memberikan pendidikan
kanak. kewirausahaan dan memberikan wadah
Keenam, model yang dikembangkan bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmunya
oleh Alma (2008: 138) bahwa, “Rintisan dengan mendirikan bisnis kecil di lokasi
usaha wirausaha baru dapat digambarkan kampus.
melalui proses dan karakteristik orang yang Begitu juga penelitian yang dilakukan
berpotensi menjadi kaya.” Fandi Ahmad (2007) juga berbeda dengan
Penelitian terdahulu yang meneliti tentang penelitian ini. Ia menyimpulkan bahwa
inkubator bisnis telah banyak dilakukan, yang keinginan menjadi wirausaha, keberanian
semuanya mempunyai orisinalitas sendiri- mengambil risiko, dan kemampuan menjadi
sendiri, dan tentunya juga mempunyai wirausaha berpengaruh baik parsial maupun
perbedaan dengan studi ini. Misalnya saja, secara simultan terhadap intensity menjadi
studi yang dilakukan I Wayan Dipta (2003, wirausaha.
dalam Suwandi dkk, 2008), melakukan studi Penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti,
tentang perkembang Inkubator di Indonesia, dkk (2008) menyimpulkan bahwa
menyimpulkan bahwa: (a) penyediaan model inkubator bisnis yang tepat untuk
fasilitas operasional masih sangat terbatas mengembangkan soft-skill adalah dengan
sehingga berdampak pada rendahnya memberikan pengetahuan praktis lebih
kemampuan menyerap inwall tenants, banyak dibandingkan dengan memberikan
(b) dukungan modal awal (seed capital) teori.
untuk Inkubator belum ditangani secara
profesional, dan (c) komitmen dan dukungan METODE PENELITIAN
pemerintah relatif kurang dan tidak konsisten
dalam mengembangkan inkubator. Penelitian ini menggunakan metode
Penelitian dan Pengembangan (Research and
Hasil penelitian Wiedy Murtini (2007) Development) dari Gall and Borg (2003: 569
menyimpulkan bahwa untuk menumbuh dalam Sri Setiti, 2013) dan proses menguji
kembangkan jiwa wirausaha, kedisiplinan, efektivitas model terhadap penumbuhan
dan kemandirian memerlukan waktu kompetensi kewirausahaan dilakukan dengan
yang cukup panjang, oleh karena itu perlu pendekatan quasi-eksperimen. Kerangka yang
diperkenalkan, dimotivasi, dan ditanamkan digunakan oleh peneliti dengan merujuk pada
sejak dini, yaitu sejak dalam keluarga, Sukmadinata (2005: 189 dalam Sri Setiti,
dan taman kanak-kanak (TK). Pengenalan 2013), secara operasional prosedur dalam
kisah-kisah sukses (succes story) para penelitian ini dibagi ke dalam tiga tahapan
wirausahawan, bisa dilakukan sejak tingkat utama, yaitu: (1) studi pendahulan, (2) tahap
sekolah dasar (SD) bahkan taman kanak- pengembangan model, dan (3) tahap validasi/
kanak. uji model.
Penelitian Yohnson (2003) yang meneliti Penelitian dilakukan pada bulan Februari s.d.
tentang peranan universitas dalam memotivasi Juli 2011. Penelitian ini dilaksanakan di: (1)
sarjana menjadi young entrepreneur Desa Cimanuk Kecamatan Menes Kabupaten
menyimpulkan bahwa peranan universitas Pandeglang (budiaya ikan lele/patin), (2)
dalam memotivasi sarjana menjadi Desa Pulau Panjang, Kecamatan Kasemen,
wirausaha muda sangat penting, sehingga Kota Serang (budidaya rumput laut), dan (3)

93
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

Kampus Unsera-Banten (koperasi). dengan baik, struktur dan infrastruktur kurang


Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta memadai, administrasi belum dilakukan
didik inkubator bisnis Universitas Serang secara tertib dan rapih, akses jaringan usaha
Raya Tahun 2011 berjumlah 145 orang. Dari dan informasi serta akses jaringan modal atau
populasi sebanyak 145 orang mahasiswa, pembiayaan di kalangan mahasiswa peserta
saat uji model lingkup terbatas diambil inkubasi dirasakan masih kurang.
sampel dengan menggunakan teknik rundom Adapun fakta empiris struktual menunjukkan
sampling (teknik sampling acak sederhana) bahwa Inkubator Bisnis UNSERA
sebanyak 60 orang. Saat uji model lingkup sebagai sebuah sistem yang terintegrasi
luas, sampel diambil dengan menggunakan di bawah pengelolaan perguruan tinggi.
teknik sampel jenuh sebanyak 145 orang. Keberadaannya memiliki nilai strategis
Pengumpulan data menggunakan test, dalam mengaplikasikan konsep link and
kuesioner, pedoman pengamatan, pedoman match. Selain itu, Inkubator Bisnis UNSERA
wawancara, dan dokumentasi. Data yang berfungsi sebagai wadah bagi pembinaan
terkumpul dianalisis dengan menggunakan dan pengembangan kewirausahaan secara
analisis deskriptif, persentase, dan statistik akademik yang tetap mengacu pada
nonparametrik dengan program excel dan pengembangan sumberdaya manusia
SPSS versi 19. berdasarkan konsep-konsep akademik. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian Suwandi
(2008) yang mengevaluasi model-model
HASIL PENELITIAN inkubator bisnis yang dikembangkan oleh
1. Perencanaan Pengembangan Model perguruan tinggi negeri di Indonesia, yang
menyimpulkan bahwa seluruh perguruan
Perencanan penyusunan dan pengem­ tinggi sebelum menentukan model yang
bangan model dilakukan berdasarkan: (a) akan digunakan terlebih dahulu menyusun
kajian teoritis dan (b) fakta empiris di la­ berbagai perencanaan model, sehingga dalam
pangan baik secara konseptual maupun pelaksanaan pengembangan model dapat
struk­tural. Pertama, kajian teoritis terhadap terlaksana dengan baik.
mo­ del inkubator bisnis menggunakan
analisis SWOT. Hasil perhitungan SWOT 2. Proses Penyusunan dan Pengembangan
menunjukkan bahwa inkubator bisnis Unsera Model
memiliki kekuatan yang lebih dominan Proses penyusunan dan pengembangan
dibanding kelemahannya, dan peluang yang model inkubator bisnis di Universitas
lebih besar dibanding ancamannya. Dengan Serang Raya, dapat disimpulkan sebagai
memperhatikan hasil analisis SWOT, posisi berikut: (a) Langkah pertama, melakukan
inkubator bisnis UNSERA berada pada posisi studi pendahuluan untuk mengembangkan
Keadaan Bertumbuh, yaitu memanfaatkan pramodel inkubator bisnis yang meliputi
seoptimal mungkin kekuatan memperoleh studi kepustakaan/literature, dan survey
peluang-peluang yang tersedia diluar lapangan. Berdasarkan kedua hal tersebut
lingkungan Inkubator Bisnis Unsera. dilakukan analisis SWOT dan analisis empiris
baik secara konseptual maupun structural.
Kedua, fakta empiris konseptual Langkah pertama ini menghasilkan pramodel
menunjukkan bahwa sarana pendukung inkubator bisnis; (b) Langkah kedua,
pelaksanaan inkubator bisnis UNSERA melakukan pengembangan model, yang
belum sepenuhnya tersedia, penumbuhan dan meliputi langkah validasi pramodel yang
penetasan usaha melalui penyediaan fasilitas sudah ada oleh ahli dan pengujian model
sarana dan prasarana belum dapat dilakukan inkubator bisnis, baik sekala terbatas maupun

94
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

sekala luas. Berdasarkan langkah-langkah mencoba menjadi bagian yang tidak


tersebut terwujudlah model inkubator bisnis terpisahkan dari pengembangan usaha
yang yang telah teruji secara teoritik dan bisnis. Komponen model meliputi: a)
empirik; (c) Langkah ketiga, melakukan uji masukan input; b) proses inkubator bisnis
model dengan membandingkan antara model yang terdiri dari teori dan pelatihan;
yang diujicobakan skup terbatas, dan model c) output; d) outcome; e) monitoring,
yang diujicobakan dengan skup luas, sehingga evaluasi dan tindak lanjut. Untuk lebih
tercipta model akhir inkubator bisnis Unsera; jelasnya dapat dilihat model berikut.
(d) Langkah keempat, implementasi model Prosedur operasional pelatihan model
sehingga menghasilkan output dan outcome. inkubator bisnis Unsera meliputi: (a)
Langkah-langkah pengembangan model di Menjaring raw input yaitu mahasiswa
atas, pada dasarnya sesuai dengan langkah- semester VI (enam) atau VII (tujuh) yang telah
langkah pengembangan inkubator bisnis lulus mata kuliah kewirausahaan dan alumni;
yang telah dikembangkan oleh peneliti (b) Setelah mendapatkan row input, mereka
terdahulu seperti Buchori Alma (2008) dan diberi pelatihan inkubator bisnis sebagai
Ardichvili et.al (2003). bentuk interaksi peserta inkubator bisnis,
3. Model Inkubator Bisnis yang sarana, dan sumber belajar untuk melahirkan
Dikembangkan pengetahuan, keterampilan dan kompetensi
kewirausahaan; (c) Setelah pelatihan teori
Model Inkubator bisnis Unsera yang keterampilan selesai, mereka dikelompokan
berorientasi inovasi dalam bentuk pelatihan dalam unit pengembangan dan inovasi pada
inkubator bisnis budidaya lele/patin, inkubator bisnis Unsera (budidaya ikan lele/
budidaya rumput laut, dan koperasi bertujuan patin, budidaya rumput laut, dan koperasi);
menumbuhkan Kompetensi Kewirausahaan. (d) Selanjutnya inkubasi bisnis menghasilkan
1. Prinsip dasar model, sebagai suatu sistem output yaitu meningkatnya pengetahuan,
model pelatihan yang berkelanjutan, sikap, keterampilan dan aktivitas peserta
dalam arti peserta pelatihan tidak inkubasi yang aktif dalam kegiatan inkubator
hanya lulus pelatihan akan tetapi yang bisnis yang meliputi; kompetensi inti
bersangkutan disiapkan untuk menjadi kewirausahaan, kecakapan, keberhasilan,
wira usahawan yang handal dan mandiri. kerjasama dan dapat mempraktikan hasil
pelatihan; (e) Pada tahap akhir dihasilkan
2. Karakteristik model meliputi: a) pelatihan
outcome yaitu sarjana/alumni sebagai
inkubator bisnis merupakan kesatuan
wirausahawan baru yang profesional,
program pembelajaran bagi mahasiswa,
berwawasan global, mandiri dan inovatif,
b) sebagai bentuk pelatihan inkubator
mampu menciptakan peluang usaha sesuai
bisnis Unsera yang dibangun atas dasar
hasil pelatihan; (f) Untuk memantapkan
peluang dan potensi sumberdaya yang
proses inkubasi bisnis dilakukan monitoring,
dimiliki Unsera, c) pelatihan inkubator
eavaluasi, dan tindak lanjut sebagai alat
bisnis dilakukan sesuai dengan minat
kontrol terhadap keberhasilan proses
mahasiswa, dilaksanakan di lokasi
inkubator bisnis dan upaya perbaikan dan
inkubator bisnis, d) model ini memerlukan
inovasi bisnis sebagai tururunan dari
kesediaan pembina, pendamping, dan
inkubator bisnis Unsera.
kemitraan usaha dalam menjalankan
bisnis baru, dan e) menekankan nilai Hasil penelitian ini mendukung model yang
kejujuran, keuletan, kecerdasan dalam dikembangkan oleh Lacho (2010), Kordnaeij,
memanfaatkan peluang, mampu et.al. (2011), Ardichvili at.al. (2003), Neck,
melakukan analisis resiko dan berani Neck, dan Mayer (1998 dalam Lacho, 2010).

95
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

4. Evaluasi dan Tindak Lanjut, untuk koperasi, mampu menumbuhkan jiwa


Mengetahui Efektivitas Model. wirausahaan dan kesadaran peserta inkubasi
Berdasarkan hasil evaluasi dapat akan kebersihan dan menjaga lingkungan
disimpulkan bahwa model Inkubator dalam meningkatkan mutu produksi.
Bisnis Unsera berorientasi Inovasi pada Dampak positif pengembangan inkubator
kelompok eksperimen dapat dikatakan bisnis bagi kemampuan kewirausahaan
efektif. Efektivitas pembelajaran tersebut mahasiswa sejalan dengan hasil penelitian
dapat dilihat dari: (a) Tercapainya tujuan terdahulu khususnya yang berkaitan dengan
pembelajaran sesuai dengan prioritas kewirausahaan di dunia pendidikan seperti
tujuan yang ditetapkan peserta inkubasi Lacho dan Bradley (2010); Winslow;
dengan pengelola incubator; (b) Memiliki Solomon, dan Tarabishy (1997); Alberty,
kesesuaian dengan kebutuhan belajar peserta Sciascia, dan Poli (2004); Welsch (1993);
inkubasi; (c) Berpengaruh positif terhadap dan Kuratoko (2004).
peningkatan pengetahuan, sikap, prilaku dan
keterampilan, sangat mendukung terhadap KESIMPULAN
peningkatan kompetensi kewirausahaan;
(d) Dapat menggali, mengoptimalkan dan Berdasarkan hasil uji coba model, analisis
menyalurkan potensi, bakat dan minat peserta data, dan pembahasan, simpulan hasil
inkubasi; (e) Membantu, meningkatkan dan penelitian pengembangan model inkubator
mempercepat proses pembelajaran yang lebih bisnis berorientasi inovasi dapat dirumuskan
kondusif Hasil uji statistik diperoleh nilai t sebagai berikut:
hitung kelompok eksperimen pengetahuan 1.
Perencanan penyusunan dan
(9,54), sikap (10,71), dan keterampilan pengembangan model dilakukan
(12,88). Sedangkan kelompok control berdasarkan: (a) kajian teoritis dan (b)
(pembanding) nilai pengetahuan (7,76), sikap fakta empiris di lapangan baik secara
(9,26) dan keterampilan (10,58). Hasil ini konseptual maupun struktural. Kajian
membuktikan bahwa kelompok eksperimen teoritis terhadap model inkubator bisnis
nilainya cukup signifikan yaitu lebih besar menggunakan analisis SWOT. Hasil
dari nilai tabel 1% (2,62) dan 5% (1,76) serta perhitungan SWOT menunjukkan
lebih besar dari nilai kelompok control baik bahwa inkubator bisnis Unsera berada
pengetahuan, sikap maupun keterampilan. pada posisi Keadaan Bertumbuh, yaitu
Hal ini menunjukkan bahwa model memanfaatkan seoptimal mungkin
inkubator bisnis Unsera berorientasi inovasi kekuatan memperoleh peluang-peluang
memberikan pengaruh yang lebih baik yang tersedia diluar lingkungan Inkubator
terhadap peningkatan hasil pembelajaran; Bisnis Unsera.
(f) Mempunyai dampak yang baik bagi 2. Proses penyusunan dan pengembangan
mahasiswa, sehinga mereka memiliki minat model inkubator bisnis di Universitas
untuk menyebarluaskan pengetahuan yang Serang Raya, dapat disimpulkan
telah dimiliki kepada orang lain, memiliki sebagai berikut. Pertama, melakukan
motivasi, tanggungjawab, kreatifitas, studi pendahuluan. Kedua, melakukan
inovasi, dan percaya diri yang lebih tinggi, pengembangan model. Ketiga, melakukan
salah satu peserta inkubasi (dari kelompok uji model dengan membandingkan
eksperimen) siap diangkat sebagai tenaga antara model yang diujicobakan skup
penyuluh dalam pemeliharaan pembesaran terbatas, dan model yag diujicobakan
lele dan rumput laut, memiliki keinginan dengan skup luas, sehingga tercipta
untuk membentuk organisasi profesi dan model akhir inkubator bisnis Unsera.

96
Model Inkubator Bisnis untuk Menumbuhkan
Kompetensi Kewirausahaan .... (Hamdani) ISSN 1412-565 X

Keempat, implementasi model sehingga 4.


Model Inkubator Bisnis Unsera
menghasilkan output dan outcome. berorientasi Inovasi pada kelompok
3. Model Inkubator bisnis Unsera yang eksperimen dapat dikatakan efektif.
berorientasi inovasi, sebagai suatu sistem Efektivitas pembelajaran tersebut
model pelatihan yang berkelanjutan, dapat dilihat dari: tercapainya tujuan
dalam arti peserta pelatihan tidak pembelajaran sesuai dengan prioritas
hanya lulus pelatihan akan tetapi yang tujuan yang ditetapkan peserta inkubasi
bersangkutan disiapkan untuk menjadi dengan pengelola inkubator, memiliki
wira usahawan yang handal dan mandiri. kesesuaian dengan kebutuhan belajar
Komponen model meliputi: a) masukan peserta inkubasi, dan berpengaruh positif
input; b) proses inkubator bisnis yang terhadap peningkatan pengetahuan,
terdiri dari teori dan pelatihan; c) output; sikap, prilaku dan keterampilan, sangat
d) outcome; e) monitoring, evaluasi dan mendukung terhadap peningkatan
tindak lanjut. kompetensi kewirausahaan.

DAFTAR PUSTAKA
Alberti, F., Salvatore S. dan Alberto P. 2004, Entrepreneurship Education: Notes on and Ongoing Debate, 14th
Annual int. Ent. Conference, University of Napoli Federico II (Italy) 4-7 July 2004
Alma, B. 2003. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Ardichvili, A.; Richard C. dan Sourav R. 2003: A theory of Entrepreneurial opportunity identification and
development, Journal of Business Venturing, Vol. 18 pp. 105—123.
Badan Pusat Statistik, 2010, Hasil Susenas, Jakarta: BPS
Brouwer, M. T., 2002 Weber, Schumpeter, and Knight on Entrepreneurship and Economic Development, Journal
of Evolutionary economics, Springer, Verlag, Vol. 12, 2002, pp 83—105.
Dikti, Depdiknas, 2008, Materi TOT Soft Skill, Hotel Pangrangon Bogor tanggal 28-30 November 2006
Disman, 2004, Efektivitas Pendidikan Ekonomi dalam Pembentukan Nilai-nilai Perilaku Ekonomi (Studi tentang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran Ekonomi dan Implikasinya terhadap Nilai-nilai
Perilaku Ekonomi Berdasarkan Asas Kekeluargaan pada Siswa SMA Negeri di Kota Bandung), Disertasi,
Bandung: PPs Univeristas Pendidikan Indonesia
Pujiastuti, Eny E., dkk. (2008). Perpaduan antara Teori dengan Praktek pada Model Inkubator Bisnis. Makalah
Kordnaeij, et.al., 2011, origins of entrepreneurial Opportunities in e-Banking, Journal of Global Entrepreneurship
Research, Winter & Spring, 2011, Vol.1 No. 1 pp 21-33
Kuratko, D. F. 2004, Entrepreneurship Education in the 21st Century: from Legitimization to Leadership, A
Coleman Foundation White Paper USASBE National Conference, January 16, 2004
Lacho, K. 2010, Entrepreneurship Education: Another Approach, Small Business Institute Journal, Vol. 5. April
2010 pp 67—82.
Naughton, M. dan Jeffry C. 2009, Culture as the Basis of The Good Entrepreneur, Journal of Religion and Business
Ethics, Vol. 1, Issue I, article 2. 2009
Powers, J. B dan Patricia P. McDougall, 2005, University Start-up Information and Technology Licensing with
Firms that Go Public: a Resource-Based View of Academic Entrepreneurship, Journal of Business Venturing
No 20 (2005), pp. 291—311.
Setiti, S. 2013, Pengembangan Sikap Kemandirian Melalui Pendidikan Kewirausahaan: Studi pada Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP UNLAM Banjarmasin, Disertasi, Bandung: PPS, UPI Bandung
Stevenson, H. H. 2000, Why entrepreneurship has won!, Coleman White paper, USASBE Plenary Address,
February 17, 2000
Suwandi, dkk. 2008, Pengembangan Model Inkubator Bisnis Perguruan Tinggi, Laporan Hasil Penelitian, Jakarta:
Balibang Depdiknas

97

Anda mungkin juga menyukai