Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geopark merupakan sebuah kawasan yang memiliki keunikan dalam sudut pandang
geologi. Dunia ini memilki banyak sekali geopark dengan aneka macam keunikan. Keunikan
yang dibuat oleh sang Pencipta. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dengan adanya
geopark. Manusia hanya ditugaskan untuk menjaga kelestariannya agar tetap terjaga hingga
masa depan.
Ciletuh, demikian namanya. Sebuah daerah yang dahulu letaknya termasuk pelosok, di
tepi pantai selatan-barat, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Setiap hari di kawasan
ini dapat kita saksikan pertunjukan alam nan megah, mulai dari
amfiteater alami raksasa, deretan air terjun, gulungan ombak yang menghantam tepian bukit
yang berbatuan unik & langka,dan atraksi lainnya. Kawasan yang seolah menyendiri di
sukabumi selatan ini, ternyata menorehkan catatan penting dalam bidang ilmu kebumian.
Di lingkungan alam Ciletuh yang cantik, di jumpai kumpulan batuan campuraduk (batuan
bancuh) yang dalam istilah geologi dunia di kenal dengan sebutan melange. Komposisinya
berupa batuan beku, mulai dari yang bersifat asam sampai ultrabasa;batuan sedimen,  dan
batuan metamorf yang semuanya berdampingan secara tektonik. Batuan-batuan ini
merupakan batuan tertua yang tersingkap ke permukaan di wilayah jawa barat yang terbentuk
(terendapkan) dalam palung laut hasil penunjaman lempeng samudra di bawah lempeng
benua pada zaman kapur, 50-65 juta tahun yang lalu(tyl). Kompleks batuan Ciletuh,
dalam geologi, menjadi kawasan yang khas, unik dan langka yang disebut juga sebagai fosil
tektonik. Persebaran batuannya terbentang sampai Ciamis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian geopark?
2. Bagaimana sejarah geopark?
3. Bagaimana deskripsi Geopark Nasional Ciletuh?
4. Bagaimana sejarah Geopark Nasional Ciletuh?
5. Objek apa saja yang ada di Geopark Nasional Ciletuh?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini antara lain:
1. Untuk mendeskripsikan karakteristik pengertian geopark.
2. Untuk mendeskripsikan sejarah geopark.
3. Untuk mendeskripsikan Geopark Nasional Ciletuh.
4. Untuk mendeskripsikan sejarah Geopark Nasional Ciletuh.
5. Untuk mendeskripsikan objek yang ada di Geopark Nasional Ciletuh.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengetahuan untuk mengenal
informasi tentang Geopark Nasional Ciletuh. Secara praktis makalah ini diharakan
bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana menambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya
dalam mengenal geopark nasional maupun internasional.
6. Pembaca, sebagai bahan bacaan serta mendapat informasi tentang Geopark
Nasional Ciletuh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geopark


Menurut UNESCO, Geopark adalah sebuah daerah dengan batasan yang sudah
ditetapkan dengan jelas dan memiliki kawasan permukaan yang cukup luas untuk
pembangunan ekonomi lokal. Geopark terdiri dari sejumlah tapak geologi yang memiliki
kepentingan ilmiah khusus, kelangkaan atau keindahan; Geopark tidak hanya berhubungan
dengan geologi tetapi juga arkeologi, ekologi, nilai sejarah atau budaya.

Geopark juga diartikan sebagai suatu kawasan yang memiliki arti sebagai sebuah
warisan alam (geologi), dan menjadi tempat implementasi strategi pengembangan ekonomi
berkelanjutan yang dilakukan melalui struktur menejemen yang baikdan realistis. Dengan
demikian geopark menjadi peluang bagi terciptanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat
setempat, yaitu dalam hal memperoleh keuntungan ekonomi secara nyata. Usaha penggalian,
penumbuhan dan pengembangan nilai ekonomi tersebut biasanya dilakukan melalui industri
pariwisata yang berkelanjutan.  Di dalam konsep geopark, objek warisan geologi dan
pengetahuan geologi berbagi dengan masyarakat umum. Unsur geologi dan bentang alam
yang terpetakan diketahui memiliki hubungan dengan aspek lingkungan alam dan budaya.

Geopark merupakan warisan geologi yang mempunyai nilai ilmiah (pengetahuan),


jarang memiliki pembanding ditempat lain (langka), serta mempunyai nilai estetika dalam
berbagai skala. Nilai-nilai itu menyatu membentuk kawasan yang unik. Selain menjadi
tempat kunjungan dan objek rekreasi alam-budaya, geopark juga berfungsisebagai kawasan
lindung dan sebagai situs pengembangan ilmu pengetahuan kebumian. Sebagai warisan alam,
kawasan sumberdaya geologi di banyak tempat teridentifikasi merupakan daerah padat
penduduk dan di dalamnya telah terjadi kegiatan ekonomi. Usaha ekonomi yang banyak
dilakukan berupa eksploitasi sumberdaya dari aspek pertambangan (mineral, batu). Meskipun
usaha itu terutama yang berskala besar sudah disertai dengan dokumen lingkungan tetapi
perubahan bentangalam di segmen daerah yang teridentifikasi memiliki makna sebagai
warisan bumi yang perlu dilestarikan tidak dapat dihindari. Pemanfaatan sumberdaya geologi
sebagai warisan alam dari aspek konservasipun menjadi tidak mungkin dilakukan atau
direkomendasikan di tempat tersebut.

3
Pendekatan pemanfaatan yang sifatnya inovatif terhadap daerah yang berkarakteristik
seperti itu, yaitu dengan mengintegrasikan antara keperluan konservasi sumberdaya geologi
dengan keadaan yang telah terjadi pada saat ini, dipromosikan oleh UNESCO sebagai
geopark.
a.  Konsep geopark UNESCO menawarkan peluang untuk mengenal, melindungi dan
mengembangkan situs warisan bumi di tingkat global
b. Geopark akan mengenali hubungan antara manusia dengan geologi, selain mengenali
kemampuan situs tersebutsebagai pusat pengembangan ekonomi
c.  Konsep geopark sangat dekat dengan paradigma penyatuan antara ilmu pengetahuan
dengan budaya (masa kini dan masa lalu), yaitu melalui pengenalan keadaan fisik alam
yang memiliki makna dan bersifat unik
Dengan demikian pengertian geopark dapat dipahami melalui beberapa aspek seperti:
a. Geopark sebagai suatu kawasan Geopark merupakan sebuah kawasan yang berisi aneka
jenis unsur geologi sebagai warisan alam. Di kawasan itu dapat diimplementasikan dan
diaplikasikan aneka strategi pengembangan wilayah, yang dalam hal ini promosinya harus
didukung oleh program pemerintah. Sebagai kawasan, geopark harus memiliki batas yang
tegas dan nyata. Luas permukaan geopark-pun harus cukup, dalam artian dapat
mendukung penerapan kegiatan rencana aksi pengembangannya.
b. Geopark sebagai sarana pengenalan warisan bumiGeopark mengandung sejumlah situs
geologi (geosite) yang memiliki makna dari sisi ilmu pengetahuan, kelangkaan, keindahan
(estetika), dan pendidikan. Kegiatan di dalam geopark-pun tidak terbatas pada aspek
geologi saja, tetapi juga aspek lain seperti arkeologi, ekologi, sejarah dan budaya.
c. Geopark sebagai kawasan lindung warisan bumi (geologi) Situs geologi penyusun geopark
adalah bagian dari warisan bumi. Berdasarkan arti, fungsi dan peluang pemanfaatannya,
keberadaan situs-situs tersebut perlu dilindungi.
d. Geopark sebagai kawasan pengembangan geowisata. Objek warisan bumi di dalam
geopark berpeluang menciptakan nilai ekonomi, dan pengembangan ekonomi local
melalui penyelenggaraan pariwisata berbasis alam (geologi) atau geowisata merupakan
sebuah pilihan. Pengelolaan geopark berkelanjutan mempunyai pengertian
menyeimbangkan kegiatan ekonomi di dalamkawasan (melalui pariwisata) dengan usaha
konservasi.
e. Geopark sebagai sarana kerjasama dengan masyarakat setempatPengembangan geopark di
suatu kawasan berpengaruh langsung pada manusia yang berada di dalamnya dan
lingkungan di sekitarnya. Konsep geopark memperbolehkan masyarakat setempat untuk

4
tetap tinggal di dalamkawasan, yaitu dalam rangka menghubungkan kembali nilai warisan
bumi. Masyarakat dapat berpartisipasi aktifdalam revitalisasi kawasan secara keseluruhan.
f. Geopark sebagai tempat uji-coba ilmu pengetahuan dan teknologiDalam kegiatan
melindungi objek warisan alam dari kerusakan atau penurunan mutu lingkungan, kawasan
geopark menjadi tempat percobaan dan peningkatan metoda perlindungan yang
diberlakukan.

2.2 Sejarah Geopark


Geologi dan bentang alam secara nyata mempengaruhi keragaman masyarakat dan
budaya di planet bumi. Hingga saat ini, baik nasional maupun internasional, tidak ada usaha
untuk memperkenalkan situs warisan geologi tersebut. Inisiatif UNESCO mendukung
pembentukan geopark merupakan tanggapan terhadap keinginan banyak negarauntuk
meningkatkan nilai warisan bumi, di mana pengetahuan geologi menjadi saksi dari sejarah
kehidupan. Perlindungan dan pengembangan warisan geologi dan keanekaragaman-bumi
secara berkelanjutan melalui geopark mendukung sasaran Agenda 21. Agenda 21 merupakan
agenda ilmu pengetahuan untuk lingkungan yang dicetuskanoleh UNCED (United Nations
Conference on Enviroment and Development) di Rio de Janeiro pada tahun 1992.
Pada tahun 2002 pertemuan dilanjutkan di Johannesburg. Inisiatif pembentukan
geopark menjadi dimensi baru bagi perlindungan warisan budaya dan alam, yang
menekankan pada potensi interaksi antara pengembangan sosio-ekonomi dan budaya dengan
konservasi lingkungan alam.
Divisi Ilmu Kebumian UNESCO dan kelompok ahli geopark Eropa merekomendasi
pembentukan Jaringan Global Geopark Nasional dengan sasaran:
1. Konservasi lingkungan
2. Pendidikan ilmu kebumian secara luas
3. Penumbuhan dan pengembangan ekonomi lokal secara berkelanjutan.
Pada Februari 2004 kelompok ahli geopark UNESCO berkumpul di Paris dan
menghasilkan beberapa keputusan penting seperti:
1.  Menetapkan keberadaan Jaringan Global Geopark
2.  Menerima naskah pedoman dan tata cara pendaftaran geopark di jaringan global
3. Menerima 17 geopark lama di Eropa dan 8 geopark baru di Cina menjadi anggota Jaringan
Global Geopark Di Beijing, Cina (27-29 Juni 2004) diselenggarakan Konferensi Internasional
Geopark pertama, sebagai promosi adanya jaringan geopark dunia. Pertemuan diikuti oleh
perwakilan pemerintah dari beberapa negara dan komunitas bukan-pemerintah.

5
Jaringan Global Geopark bekerja secara sinergi dengan World Heritage Centre
UNESCO, Man & Biosphere (MAB) World Network of Biosphere Reserve, kelompok
nasional dan internasional (pemerintah, non-pemerintah) yangberafiliasi dengan konservasi
warisan geologi. Dalam hal ini UNESCO akan senantiasa bekerjasama, terutama dalamhal
pendidikan, menejemen (pengelolaan), kepariwisataan, pengembangan berkelanjutan dan
perencanaan regionaldi antara anggota jaringan. Hingga sekarang, 57 geopark dari 18 negara
telah menjadi anggota Jaringan Global Geopark.
Secara khusus, pada tahun 2000, dibentuk Jaringan Geopark Eropa yang bertujuan:
1. Melindungi keragaman-bumi
2. Mempromosikan warisan geologi kepada umum
3. Mendukung pengembangan ekonomi berkelanjutan di kawasan geopark, terutama melalui
pengembangan geowisata.
Dari awalnya yang hanya terdapat di 4 negara bagian, pada Juli 2006 geopark
selanjutnya menyebar di 33 negara bagian di 13 negara di Eropa. Jaringan Geopark Eropa itu
sendiri disahkan oleh UNESCO pada tahun 2001, dan pada tahun 2004 diberi tanggung-
jawab untuk mengatur keanggotaan Jaringan Global Geopark UNESCO di Eropa.  Semua
geopark di Eropa sudah dikembangkan menjadi objek dan daya-tarik wisata dalam kemasan
geowisata. Geopark-geopark yang tersebar di berbagai negara di Daratan Eropa itu terletak di
antara Samudera Atlantik, LautUtara, Laut Baltik, Laut Mediterania, dan Laut Hitam.
Seiring dengan tumbuhnya apresiasi di setiap negara (terutama Cina dan Jepang)
maka jumlah anggota yangtergabung dalam Jaringan Geopark Global UNESCO-pun semakin
bertambah. Dari sekitar 32 anggota pada tahun2004-2005 berkembang menjadi 64 anggota
hingga musim panas tahun 2009. Cina menjadi negara yang mempunyai geopark paling
banyak di dunia. Dari 160 geopark nasional yang terdapat di negara itu, 8 geopark terdaftar
sebagai geopark global pada tahun 2004, kemudian bertambah 4 buah di tahun 2005, 6 buah
selama tahun 2006, 2 buah ditahun 2008, dan pada tahun 2009 bertambah 3 buah lagi. Total,
hingga tahun 2009 Cina mempunyai 23 geoparkglobal yang tergabung dalam UNESCO. Di
tahun-tahun mendatang, geopark Cina yang tergabung dalam Jaringan Geopark Global-
UNESCO pasti akan terus bertambah. Pertambahan itu seiring dengan aneka manfaat yang
dapat diperoleh dari upaya perlindungan terhadap warisan bumi.

6
2.3 Deskripsi Geopark Ciletuh

Geopark Ciletuh merupakan salah satu Geopark yang ada di Indonesia. Geopark ini
terletak di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi atau yang biasa disebut
Jampang/Pajampangan, tepatnya di Kecamatan Ciemas Kabupaten Sukabumi. Bernama
Ciletuh karena ada Sungai Ciletuh yang membelah Kecamatan Ciemas.

Gambar 1. Peta Lokasi Geopark Ciletuh

Geopark Ciletuh diresmikan sebagai Geopark Nasional oleh UNESCO pada tahun
2015 yang lalu. Geopark atau kawasan wisata taman alam batuan tua Ciletuh di Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat mendapatkan sertifikat sebagai Geopark Nasional dari Komite
Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian ESDM karena telah memenuhi
sejumlah persyaratan untuk sebuah taman bumi atau geopark. Tahun 2017 mendatang,
pemerintah akan mengajukan Ciletuh sebagai Geopark Internasional pada UNESCO.

Geopark Nasional Ciletuh di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan kawasan


wisata alam yang sarat dengan pemandangan yang indah. Selain dikelilingi dengan
perbukitan yang hijau, kawasan geopark ini juga memiliki air terjun di antara tebing
bebatuan. Batuan alam yang terdapat di geopark ini merupakan hasil sedimentasi berbagai
fosil, patahan, dan lempengan bumi puluhan juta tahun silam. Setelah menyandang gelar
sebagai Geopark Nasional, Ciletuh akan terus mengalami pemeliharaan dan pengembangan.
Pasalnya, konsep geopark berbeda dengan konsep objek wisata yang lain. Geopark harus

7
menjamin masyarakat sekitarnya bisa sejahtera. Berikut adalah pemandangan Geopark
Ciletuh yang dikelilingi oleh perbukitan hijau.

Gambar 2. Pemandangan Geopark Ciletuh

Orang boleh tidak percaya jika batuan, fosil, sesar (patahan), lipatan, dan bentangalam
dapat diajak berbicara.Tetapi melalui pengetahuan geologi, seorang ahli geologi dapat
mengajaknya berbincang. Unsur-unsur geologipun akan menuturkan sejarahnya, sebagai
bagian dari cerita panjang pembentukan bumi yang dimulai sekitar 4,5 milyar tahun lalu.
Melalui Geopark, orang diajak menelusuri lorong waktu geologi yang periodenya tidak hanya
mencakup masa ratusan tahun tetapi hingga jutaan tahun. Geoparktidak hanya menyajikan
alam yang termonumenkan secara geologi, tetapi juga kehidupan yang ada di dalamnya yaitu
manusia, hewan dan tumbuhan.

Manusia mungkin sudah tinggal di dalamnya selama beberapa generasi, bekerja di


kawasan itu sehingga sedikit banyak telah menghasilkan nilai ekonomi sendiri. Melalui
pengembangan Geopark nilai ekonomi masyarakat setempat akan ditingkatkan, selaras
dengan kegiatan konservasi berkelanjutan dan pendidikan yang menjadi kegiatan di dalam
kawasan.

Geopark menjadi bentuk apresiasi kita semua kepada nilai dan makna keunikan,
kelangkaan dan estetika dari keragaman dan warisan geologi yang terdapat di suatu
kawasan.Ditopang oleh pilar pembangunan berkelanjutan, pengembangan wilayah berciri

8
khusus seperti itu ditujukan kepada masyarakat setempat yang tinggal di dalam dan di sekitar
kawasan Geopark.

Dengan demikian masyarakat setempat akan merasakan manfaat yang diperoleh,


langsung atau tidak langsung, dari kegiatan pembangunan Geopark di daerahnya. Oleh
karenanya, sesuai dengan tujuan pembangunan Geopark, konsep ini mempunyai hakekat
merayakan dan membangun kembali hubungan antara alam dengan manusia.Sebelum
manusia ada, alam telah membentuk hubungan yang harmoni dengan binatang dan tumbuhan.

2.4 Sejarah Geopark Ciletuh

Ciletuh, demikian namanya. Sebuah daerah yang dahulu letaknya termasuk pelosok,


di tepi pantai selatan-barat, Sukabumi, Jawa Barat. Setiap hari di kawasan ini dapat kita
saksikan pertunjukan alam nan megah, mulai dari amfiteater alami raksasa, deretan air terjun,
gulungan ombak yang menghantam tepian bukit yang berbatuan unik & langka,dan atraksi
lainnya. Kawasan yang seolah menyendiri di sukabumi selatan ini, ternyata menorehkan
catatan penting dalam bidang ilmu kebumian.

Di lingkungan alam Ciletuh yang cantik, di jumpai kumpulan batuan campuraduk


(batuan bancuh) yang dalam istilah geologi dunia di kenal dengan sebutan melange.
Komposisinya berupa batuan beku, mulai dari yang bersifat asam sampai
ultrabasa;batuan sedimen,  dan batuan metamorf yang semuanya berdampingan
secara tektonik. Batuan-batuan ini merupakan batuan tertua yang tersingkap ke permukaan di
wilayah jawa barat yang terbentuk (terendapkan) dalam palung laut hasil penunjaman
lempeng samudra di bawah lempeng benua pada zaman kapur, 50-65 juta tahun yang
lalu(tyl). Kompleks batuan Ciletuh, dalam geologi, menjadi kawasan yang khas, unik dan
langka yang disebut juga sebagai fosil tektonik.

Kawasan Ciletuh sebenarnya terletak di daerah yang lebih luas cakupannya, baik
secara geologi, maupun sejarah, dan cerita rakyat, yaitu daerah Jampang. Dalam geologi Jawa
Barat, ada yang disebut Formasi Jampang, yaitu unit batuan yang terdiri atas breksi gunung
api, tup, dengan sisipan lava berselingan dengan batu pasir, batu lempeng, dan napal.
Umurnya antara Oligosen Atas – Miosen Bawah ( 25 juta tyl – 15 juta tyl ). Persebaran
batuan ini melampar mulai dari Sukabumi hingga wilayah Ciamis.

Dalam sejarah Jawa Barat, seperti di beritakan oleh naskah ”wangsakerta”,


nama”JAMPANG” sudah disebut-sebut sejak abad ke 17 M, yaitu suatu tempat pertapaan

9
atau penggemblengan diri raja-raja Sunda Galuh di masa lalu. Tempatnya  di
sukabumi selatan. Salah satu raja yang terkenal adalah sang bunisora yang bergelar Prabu
Batara Guru Pangdiparamarta Jayadewabrata atau sering juga disebut Batara Guru di
jampang atau Kuda Lalean dari abad ke 14 M.

Tercatat juga sejarah Perlawanan terhadap Belanda yang dipimpin oleh pangeran alit (
Haji prawatasari ) pada 1705. Di sebutkan bahwa pangeran Alit menggembleng pasukannya
di daerah jampang, Yaitu di Sukabumi Selatan. Disebutkan pula dalam kisah rakyat, bahwa
Abang Jampang – tokoh legenda Betawi yang terkenal itu – ibunya berasal dari daerah
jampang.

Dengan demikian,wilayah jampang disini, selain mencakup Kawasan Ciletuh,


juga meliputi Ciracap, Ujunggenteng, Surade & Cikaso, Jampang Tengah, dan Jampang
Kulon, dan sekitarnya. Secara administratif, nama “JAMPANG” masih di gunakan sebagai
dua nama kecamatan di sukabumi, yaitu kecamatan Jampang Kulon dan kecamatan Jampang
Tengah. Kawasan Jampang secara keseluruhan, dan lebih khususnya lagi di kawasan ciletuh,
ternyata memiliki keragaman bumi ( geodiversity ) yang unik dan menarik, yang dapat di
kembangkan menjadi geokonservasi dengan terlebih dahulu memilih atau menentukan
warisan geologi ( geoheritage ) dari keragaman geologinya.

2.5 Objek Wisata Geopark Ciletuh

Objek-objek wisata yang yang ada di geopark ciletuh yang dikembangkan bersama
masyarakat sangat bervariasi dan banyak yang ada di satu kawasan geopark ciletuh baik dari
segi wisata pendidikan, umum, dan khusus yang ditampilkan oleh alam pakidulan sukabumi.
Berikut adalah objek-objek yang bisa dikunjungi ketika di Geopark Ciletuh.

a. Panenjoan dan Amfiteater Raksasa Lembah Ciletuh

Gambar 3. Bukit Panenjoan

10
Atraksi alam yang tampak dari Panenjoan tidak boleh dilewatkan oleh siapapun yang
berkunjung ke kawasan Ciletuh – Jampang. Di sinilah panorama langka, Amfiteater alami
berukuran raksasa, dapat dinikmati, yaitu lembah Ciletuh yang terlihat dari Panenjoan
(selanjutnya disebut “Amfiteater raksasa lembah ciletuh” ).

Hamparan lembah menghijau, Rumah-rumah tampak bagaikan deret titik


kecoklatakan, dan perkampungan seperti gerumbul kehijauan menyembul dari hamparan
sawah. Di kiri kanan dan belakang lembah raksasa ini, tampak tebing tegak ditutupi hutan
yang lebat. Sedangkan di depannya, membayang laut lepas Samudra Indonesia.

Secara administratif bagian utara lembah raksasa ini termasuk ke dalam Desa Ciwaru,
bagian tengahnya termasuk Desa Mandrajaya, dan bagian selatannya termasuk Desa
Sidomulya. Sedangkan Panenjoan, titik untuk melihat pemndangan yang menakjubkan ini
berada di Desa Tamanjaya, sekitar satu kilo meter dari pusat desa. Dalam bahasa
Sunda,”Panenjoan” belarti tempat untuk melihat atau memandang.

Amfiteater raksasa lembah Ciletuh merupakan lembah alami berbentuk tapal kuda
yang terbesar di indonesia. Gambaran besarnya adalah 12 km panjang, yaitu jarak dari pantai
Palangpang ke tebing di Panenjoan; dan sekitar 7 km lebar, yaitu jarak dari tebing Curug
Cikanteh ke Panenjoan.

Adapun titik tertinggi, 360 m di atas muka laut, berada di Pamoyanan (dekat
Panenjoan), Desa Ciemas; sedangkan titik terendahnya, tentunya adalah ) 0 meter, di pantai
teluk Ciletuh. Lokasi ini secara geologi merupakan bagian dari Tinggian Jampang yang
ambruk dan menjadi lembah raksasa berbentuk tapal kuda yang menghadap ke laut lepas.

Di sela-sela menikmati suguhan alam amfiteater raksasa yang sangat indah ini,
pengunjung harus berhati hati untuk tidak bergerak terlalu jauh hingga ke tepi tebing. Sebab,
landasan berpijak di tepi yang paling ujung secara langsung berubah menjadi bibir jurang
yang berbahaya. Akan lebih baik jika pinggiran tempat melihat pemandangan di Panenjoan
ini di beri pagar yang kuat untuk keamanan pengunjung.

b. Curug Awang dan Curug Tengah

Curug Awang dan Curug Tengah lokasinya berdekatan, biasanya di kunjungi dalam
satu lintasan perjalanan. Curug Awang merupakan lokasi yang terbuka, yakni air terjunnya
sudah tampak dari kejauhan dapat dilihat dari landasan atasnya.Sedangkan curug Tengah,
lokasinya cukup tersembunyi dan hanya bisa dilihat dari  samping atau dari depan.
11
Gambar 4. Curug Tengah

Curug-Curug ini terbentuk karena adanya bidang lemah akibat sesar atau bidang sesar
itu sendiri yang memotong aliran sungai. Tebing yang tegak sepanjang kurang lebih 80 m
seperti di Curug Awang, menjadi bukti adanya sesar yang menyebabkan terbentuknya air
terjun.

Di Curug Awang, pada saat musim kemarau, air terjun hanya akan mengisi sisi
sebelah timur dari Curug. sedangkan di bagian atas Curug ini,dapat dilihat batuan dasar
sungai yang sangat datar yang terdiri dari batu pasir bagian dari Formasi Jamapang.Curug
Awang memiliki ketinggian sekitar 40 m. Di bagian dinding Curug dapat dilihat perlapisan
batupasir yang berumur lebih muda dari batuan di kompleks ciletuh.

Gambar 5. Curug Ciawang

12
Curug Tengah yang berjarak sekitar 300 m dari Curug Awang di aliran sungai yang
sama, Ciletuh, memiliki ketinggian sekitar 5 m dan lembahnya jauh lebih sempit di banding
lembah Curug Awang. Batuan yang mendasari Curug ini juga masih berupa batupasir bagian
dari Formasi Jampang.

Ada dua alasan mengapa Curug ini di sebut Curug Tengah.Pertama, karena lokasinya
berada di tengah antara Curug Awang di hulunya dan Curug Puncakmanik di
hilirnya.Kedua,karena berbeda dengan Curug Awang, Air sungai di Curug Tengah mengalir
persis di tengah-tengah bentangan Curug dan menembus hingga ke tengah batuan yang
dilaluinya.

c. Curug Puncakmanik

Curug Puncakmanik dapat dicapai dengan dua jalan. Pertama, langsung dari Curug
Tengah dengan berjalan kaki menyusuri dengan tepian Sungai Ciletuh sekitar satu jam
lamanya. Kedua, dari Curug Tengah kembali lagi ke arah Panenjoan untuk kemudian
berbelok menyusuri kebun kelapa sampai batas akhir yang dapat dicapai kendaraan. Dari
lokasi parkir ini dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni bukit sampai ke Ciletuh, dan
terus ke arah hulu samapai ke Curug Puncakmanik.

Curug Puncakmanik memiliki tinggi sekitar 100 m, menjulang dengan latar batu di
dinding curug yang mengkilat kehitaman, terbentuk karena aliran sungai yang terpotong oleh
gawir tinggi, sekitar 100 m. Tebing atau gawir itu sendiri terbentuk akibat sesar atau
pergeseran turun dari blok batuan.

Gambar 6. Curug Puncakmanik

13
Curug ini sebenarnya terdiri atas dua bagian, yaitu bagian atas yang utama dengan
tinggi sekitar 100 m; dan curug kecil di bawahnya, tinngi sekitar 10 m. Adapun batuannya
termasuk bagian dari batupasir Formasi Jampang.

Selain itu, ada yang menarik dari Curug Puncakmanik, yaitu ditemukannya lava bantal, persis
dibawah, di lokasi jatuhan air terjun. Kehadiran lava bantal disini sangat menarik dari segi
geologi, karena mengundang pertanyaan penting, apakah lava bantal ini berasal dari lokasi di
situ  atau terbawa dari lokasi lain. Jawaban atas pertanyaan ini berimplikasi pada rincian teori
kawasan Ciletuh sebagai fosil tektonik.

Di kiri kanan tebing Curug ini masih bisa dinikmati kehijauan rumput dan tumbuhan
keras. Hamparan rerumputan yang hijau  di kaki curug dan sekitarnya yang sangat memukau,
menambah keindahan Curug ini. Suara burung-burung yang terdengar, mencirikan suasana
Curug dan sekitarnya masih alami.

d. Ciwaru-Gunung Badak

Segmen Ciwaru-Gunung Badak meliputi keragaman geologi yang berada di dua blok,
yaitu ciwaru dan Gunung Badak. Blok Ciwaru merupakan daratan yang secara administratif
termasuk wilayah Desa Ciwaru, kecamatan Ciemas.

Di blok Ciwaru, keragaman geologi yang dijumpai terutama adalah deretan air terjun
atau Curug di tebing amfiteater alami Ciletuh, yaitu Curug Cimarinjung, tiga Curug dalam
satu sungai, ialah Curug Cikanteh, Curug Ngelay, dan Curug Sodong ; serta Curug Cikaret di
sebelah timurnya.

Atraksi lainnya di blok ini adalah pemandangan lepas ke Teluk Ciletuh dari
ketinggian titik pandang di Bukit Puncakdarma. Lokasi ini dapat dicapai dari tepi jalan di
Desa Girimukti dengan berjalan kaki kurang lebih satu kilometer.

Sedangkan di blok Gunung badak yang secara administratif termasuk wilayah Desa
Mandrajaya, keragaman geologi dapat juga dijumpai di Pulau Mandra, Pulau Manuk, Pulau
Kunti, termasuk lava bantal di dekatnya, dan Gunung Badak atau Gunung Aseupan. Untuk
memperoleh ururtan pandangan dari gambaran jauh ke jarak dekat, pembahasan selanjutnya
dimulai dari Puncakdarma.

14
e. Puncak Darma

Puncakdarma (320 m di atas muka laut ) kini mulai menjadi target perburuan para
peminat keindahan pemandangan alam yang berkunjung ke kawasan Ciletuh-Jampang.Daya
tariknya terutama karena kemampuannya menyuguhkan seluruh bentang alam Teluk Ciletuh
dan lanskap kawasan Ciletuh sebagai daerah fosil tektonik di Jawa Barat. Para pengunjung
atau pelaku geotrek dan geowisata ke kawasan Ciletuh-Jampang disarankan untuk terlebih
dahulu  berkunjung ke Puncakdarma sebelum menjelejahi daerah lainnya.

Akses ke puncakdarma disarankan berawal dari Tamanjaya melalui jalan darat dengan
berkendaraan ke arah bagbagan sejauh kurang lebih 20 km dan berhenti di kampung
Pasirmuncang, Desa Girimukti. Selanjutnya, perjalanan di sambung dengan berjalan kaki ke
bukit Puncakdarma, kurang lebih 1 km jaraknya, Dari Puncakdarma kita dapat melihat
lanskap yang akan dikunjungi hari-hari berikutnya.

Akses ke Puncakdarma dapat juga dicapai melalui Ciwaru-Tamanjaya-Puncakdarma,


jika pengunjung masuk ke kawasan Ciletuh melalui jalan laut dari Palabuhanratu. Rute ini
dapat ditempuh pada hari yang sama menjelang sore untuk melihat pemandangan (scanic
view) Teluk Ciletuh sampai horizon yang paling jauh dari Puncakdarma ketika matahari
tenggelam (sunset). Atau, dapat pula keesokan harinya, untuk melihat lokasi yang sama  saat
matahari terbit (sunrise). Jika pilihan ini yang diambil, pengunjung setelah dari Curug-curug
di Ciwaru dapat menginap di Desa Tamanjaya.

Pemandangan dari Puncakdarma adalah atraksi yang mengasyikan di wilayah Ciletuh-


Jampang. Keseluruhan panorama dan lanskap teluk Ciletuh jelas terlihat dari kejauhan,
menyuguhkan daya tariknya tersendiri. Tempat ini juga sering dipakai sebagai titik awal
penerbangan paralayang.

Dari puncakdarma, terlihat hamparan bentang alam teluk Ciletuh, muara dari sungai
Cimarinjung di palangpang, dan laut lepas; juga kawasan Ciletuh mulai dari Gunung Badak
hingga ke ujung selatan, blok Citirem, meski hanya perkiraan.

Tampak pula dilatar belakang, amfiteater alami yang berukuran raksasa, Lembah
Ciletuh yang secara administrasi termasuk Desa Ciwaru, Mandrajaya, dan Sidomulya.
Singkat kata, bukit Puncakdarma adalah salah satu titik terbaik untuk melihat seluruh bentang
alam kawasan Teluk Ciletuh bahkan kawasan lainnya, seperti amfiteater Lembah Ciletuh.

15
Perjalanan dari Puncakdarma, jika hari sebelumnya menjelajahi Tamanjaya dan belum
ke Ciwaru-Gunung Badak, maka dapat di teruskan ke bawah dengan menggunakan sepeda
motor atau kendaraan 4WD (penggerak roda empat) menuju Desa Ciwaru untuk selanjutnya
mengitari segmen Ciwaru-Gunung Badak lainnya.

Gambar 7. Puncak Darma

f. Ciwaru

Blok Ciwaru, segmen Ciwaru-Gunung Badak, meliputi fenomena beberapa air terjun
pada tebing batas amfiteater alami Ciletuh, seperti Curug Cimarinjung, Curug Sodong, Curug
Ngelay, dan Curug Cikanteh; dan satu Curug lagi di kejauhan bernama Curug Cikaret.
Deretan air tersebut, meskipun secara administratif tidak semuanya masuk ke wilayah Desa
Ciwaru, namun pencapaiannya lebih mudah dilakukan dari Desa Ciwaru. Aksesnya pertama-
tama dari Pantai Palangpang ke arah Curug Cimarinjung.

Curug Cimarinjung, merupakan air terjun yang terbentuk karena aliran sungai yang
terpotong oleh patahan. Menurut sebuah penjelasan, tinggian Jampang(Jampang plateau)
mengalami longsoran yang menyebabkan terbentuknya dinding-dinding amfiteater seperti
sekarang. Pada salah satu dinding di bagian barat aliran sungai Cimarinjung bertemu diding
yang curam tersebut dan menjadi air terjun.

Tinggi air terjun Cimarinjung sekitar 45 m. Airnya di musim kemarau sangat jernih dan
menyuguhkan pemandangan yang begitu indah. Dimusim hujan maka airnya akan keruh.
Namun demikian, pemandangan ke arah teluk Ciletuh dari kawasan ini tetap indah.

16
Gambar 8. Curug Cimarinjung

Berikutnya, terpisahkan sekitar dua kilometer dari Curug Cimarinjung, namun masih
pada tebing yang sama, terdapat tiga Curug berurutan yang berada di satu sugai yang sama.
Ketiga Curug tersebut, masing-masing dari yang paling bawah ke yang paling atas, adalah
Curug Sodong,Curug Ngelay, dan Curug Cikanteh. Curug Sodong, yang paling bawah,
karena terdiri dari atas  dua air terjun, sering pula di sebut”Curug Kembar” atau “Curug
Panganten” .Secara keseluruhan, Curug bersusun tiga ini sering di sebut” Curug Cikanteh”
Saja. Letak ketiganya berada di Desa Ciwaru yang dapat dicapai dengan kendaraaan
bermotor atau roda empat. Curug Cikanteh termasuk Curug yang mudah di akses .

Terdapat satu lagi Curug di sebelah timur Curug Cikanteh,yaitu Curug Cikaret. Curug
ini sebenarnya Curug yang besar, tapi aksesnya sulit, sehingga jarang di kunjungi. Dari
pertengahan lembah, lintasan jalan antara Cimarinjung-Cikanteh, Curug ini terlihat sangat
jelas berhadapan dengan Curug Cikanteh di sebelah baratnya di tebing utara amfiteater
raksasa lembah ciletuh. Dengan lingkungan sekitar yang masih hijau serta hamparan
pesawahan yang juga menghijau, pemandangan dua Curug yang saling berhadapan
berlatarbelakang tebing memenjang itu sangatlah spektakuler.

Proses terbentuknya ketiga curug tersebut secara umum sama dengan terbentuknya
Curug Cimarinjung, yaitu aliran sungai  yang terpotong oleh patahan atau secara tiba-tiba
menemukan tebing atau gawir. Dari kejauhan, yang tampak dari Curug ini adalah Curug yang
palin atas,yaitu Curug Cikanteh.

17
Setelah dekat lokasi Curug, maka akan terlihat mulai dari Curug yang paling
bawah,yaitu Curug Sodong atau Curug Kembar  atau Curug Panganten, tingginya sekitar 15
m dengan curahan air yang sangat deras. ke arah atas, agak tersembunyi, terlihat Curug
Ngelay, sekitar 7 meter tingginya, dan Curug yang paling atas adalah Curug Cikanteh yang
tingginya sekitar 50 m.

g. Gunung Badak

Gambar 9. Gunung Badak

Dari desa Cikadal terlihat jelas kerucut Gunung Badak yang berada dikawasan Suaka
Alam Cibanteng. Namun, masyarakat setempat menyebut bukit itu Gunung Aseupan karena
bentuknya menyerupai Aseupan, alat  mengukus khas masyarakat sunda. karena sebagian
besar kawasan Ciletuh merupakan kawasan Suaka Alam dan Suaka Margasatwa, khususnya
banteng(sekarang sudah punah), tidak tersedia akses jalan di dalam kawasan hutan Suaka
tersebut.Perjalanan di tempuh dengan berjalan kaki atau melalui laut dengan perahu.

Untuk bisa memasuki inti kawasan ini melalui jalan darat, pengunjung harus
mendapatkan izin dari Kantor Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam(BBKSDA)
stempat.Petugas BBKSDA akan mendampingi untuk keselamatan dan keamanan perjalanan,
terutama saat melintasi hutan Suaka.Namun, untuk singgah dipulau Mandra,Pulau
Manuk,Pulau kunti,dan tepian Pantai lainnya melalui jalur laut, tidak diperlukan izin tersebut.

Kawasan Gunung Badak secara administratif seluruhnya berada di wilayah Desa


Mandrajaya, kecamatan Cemas.

18
Pulau Mandra adalah lokasi yang pertama kali dijumpai jika perjalanan lewat laut
jrak tempuhnya dari muara Cikadal sekitar 5 menit berperahu motor. Luasnya sekitar 1 x 0,5
km2 yang terdiri atas bukit-bukit kecil yang unik, dengan puncak tertinngi sekitar kurang
lebih 30 m.Sebagai latar belakang, tampak tinggian jampang (Jampang high) .Di musim
kemarau, pulau yang tidak berpenghuni ini di tutupi beringin,ilalang,dan rumput kecoklatan
karena tersapu panas yang berkepanjangan. Pada saat laut surut, pulau ini dapat dicapai
dengan bejalan kaki dari tepi kampung Cikadal, Desa Mandrajaya.

Seluruh pulau mandra ditutupi batupasir graywacke.Menurut para ahli , batuan ini di
duga merupakan bagian bawah dari pormasi Cletuh atau formasi Bayah yang berumur Eosen
tengah-Eosen akhir, mungkin juga sampai Oligosen awal.Lingukngan pengendapannya
diperkirakan “fluviatile lacustrine system “.Namun, ada juga yang memperkirakan sebagai
hasil endapan laut dengan sampai delta, karena adanya lignit yang menjadi fragmen dalam
lensa-lensa batupasir kasar dari satuan batupasir graywackenya.

Tujuan berikutnya adalah Pulau Manuk yang berjarak sekitar 5 menit dari pulau
Mandra. pulau seluas kurang lebih 500 x 200 m2 ini ditutupi tumbuhan ilalang dan tidak ada
tumbuhan keras yang hidup di atasnya. Nama pulau manuk memang cocok di berikan ke
Pulau ini, karena banyak burung camar yang hinggap dan berkumpul di atasnya , serta terlihat
banyak kotoran burung dipermukaan batuannya .

Pulau manuk juga ditutupi satuan Batupasir graywackey yang menunjukan perlapisan
yang hampir tegak dan ditutupi breksi polimik(breksi dengan aneka bahan penyusun).
komponen breksi ini berupa basal,gabro,batu gamping,sekis,kuarsit,dan rijang dalam matriks
batupasir.menurut sukamto (1975) ,breksi polemik ini di perkirakan bagian dari formasi
Ciletuh bagian atas . Setelah Pulau Manuk,perjalanan di arahkan ke Pulau Kunti dan sisi barat
Gunung Badak. Pulau Kunti berjarak 7 menit dari Pulau Manuk. Pulau yang berbentuk
morfologisnya sangat unik dan eksotis itu luasnya 200 x 100 m.Bagian selatan Pulau menyatu
dengan lereng Gunung Badak.Pulau ini di tumbuhi sejenis beringin dan ilalang , serta rumput
liar yang tumbuh diatas sedikit tanah asli pelapukan bereaksi folemik seperti yang menyusun
Pulau manuk.

Dibagian sisi lain Pulau Kunti yang menyatu dengan Gunun Badak, dijumpai endapan
melange atau endapan bancuh dalam penyebrangan yang terbatas.Sejenis batuan dapat di
bedakan  menjadi breksi folemik, dan scally clay. endapan lempung ini dianggap sebagai batu
lempung yang tergerus akibat subduksi,batuan ini posisinya berada dibawah breksi folemik.

19
Breksi folemik disini menunjukan komposisi yang sangat beragam , mulai dari batu
gamping numulites,batuan metamorfik ( serpentinit, sekis), batuan ultrabasa
(peridotit,gabbro,lava bantal) dan batupasir greywacke,batupasir kuarsa-konglomerat serta
chert/rijang banyak dijumpai berbagai bongkah-bongkah yang berserakan ditepi pantai nya
dalam  ukuran relatip lebih besar yang menunjukan lokasi pencampurannya tidak jauh dari
sumber asalnya.

Tempat berikut yang dikunjungi adalah singkapan batuan yang di anggap sebagai
“maskot” atau ciri khas yang unik dari kompleks Ciletuh ini,yaitu singkapan lava Bantal.
Struktur bantal guling yang bertumpuk-tumpuk menunjukan arah asal aliran lava. singkapan
lava bantal yang tidak terlalu luas ini diyakini sebagai bagian atas dari lapisan batuan kerak
samudra.

Lava ini diyakini sebagai hasil pemekaran dasar laut yang mengeluarkan magma
dalam bentuk aliran lava , dan arena pada saat keluar dari perut bumi langsung bersentuhan
dengan air laut, maka lava segera membeku da seterusnya di dorong oleh aliran lava yang
lain,sehingga menunjukan saling bergulungan.Di beberapa bagian permukaan lava,kita bisa
mengamati adanya pola kekar-kekar yang diisi kalsit dan silika,sehingga berbentuk seperti
jaring dan rongga-rongga vesikuler sebagai tempat keluarnya gas pada saat pembekuan lava
berlangsung.

h. Citisuk-Cikepuh

Segmen Citisuk-Cikepuh meliputi keragaman geologi yang seluruhnya berada di


wilayah Desa Mandrajaya,Kecamatan Ciemas. Lokasi-lokasi penting di segmen ini adalah
Pantai Karangantu, Batunungul, Batu Punggung Naga (blok Citisuk), Tegal Sabuk, Keusik
Luhur,Gunung Beas,dan Sodong Parat (Blok Cikepuh). Komplek ini seluruhnya merupakan
bagian dari Cagar Alam da Suaka Margasatwa Cibanteng-Cikepuh.

Untuk mencapai lokasi segmen Citisuk-Cikepuh,umumnya harus melalui jalur


transportasi laut. Jalan darat melalui Cagar Alam dan Suaka Margasatwa Cibanteng-Cikepuh
baru dapat dilakukannya hanya setelah mendapat ijin dan pengawalan dari pihak pengelola.

Blok Citisuk termasuk di dalamnya adalah kompleks pantai Karangantu, Batunungul


dan Gunung Beas serta kompleks Batu Punggung Naga. Di sepanjang Pantai Karangantu,
perahu biasanya tidak bisa mendarat ke pantai, karena lanskap pantai yang curam, berbatu
karang dan ombaknya cukup besar besar.walaupun demikian,sepanjang perjalanan di jalur

20
ini, kita akan disuguhi bentuk-bentuk batuan yang sangat unik dan eksotik, seperti Batu
Pagar, Batu Badak Bercula, Batu Munding, Batu Kodok (kenampakan wajah dengan bola
mata dan mulut yang besar dan bergigi tajam).

Gambar 10. Batuan di Citisuk

Kenampakan unik tersebut, berdasarkan beberapa peneliti, sebenarnya merupakan


susunan batupasir kuarsa dan konglomerat. Batuan tersebut merupakan bagian atas dari
formasi Ciletuh atau Bayah, yang berumur Eosen Tengah-Eosen Akhir. Ada juga yang
menyebutkan umurnya sampai Oligosen Awal sedangkan lingkungan
pengendapannya,menurut adalah ”fluviatile lacustrine system” atau ada juga yang
menyebutnya endapan laut dangkal sampai delta.

Bentuk-bentuk unik tersebut disebabkan oleh adanya Abrasi akibat ombak dan air laut
yang mengikis bagian-bagian yang lunak dari batuan yang mengalami pelapukan,sementara
dominasi mineral kuarsa cenderung lebih tahan dari proses pelapukan sehingga menyisakan
bentukan yang unik tersebut.Bila kita mengamati lebih dekat,terlihat batuan konglomerat
yang tersusun oleh anekaragam komponen batuan,mulai dari komponen berkomposisi
kuarsit,peridotit,serpentinit,rijang,hingga batugamping dan batupasir struktur sedimennya
cukup jelas terlihat seperti adanya pelapisan bersusun graded bedding,atau silang siur dan
laminasi sejajar.

Mendarat di pantai Cibatunungul yang merupakan muara sungai Ci Batunugul,kita


akan disuguhi pemandangan Batu besar yang menjulang dengan komposisi breksi polimik
seperti yang dapat dijumpai di kompleks pulau kunti. Di kejauhan kearah belakang, dapat
dilihat bukit yang hampir kehitaman,kondisinya hampir gundul yang hanya di tumbuhi oleh
ilalang berwarna kecoklatan. Bukit itu adalah Gunung Beas yang terdiri atas batuan feridotit.

21
Batuan ini menjadi penting karena merupakan batuan paling bawah penyusun kerak
samudara.

Berjalan menyusuri pantai berbatu kearah selatan selama satu jam akan tiba
dikompleks Batu Punggung Naga yang pertama. Di kompleks ini kita akan disuguhi
kenampakan yang indah berupa barisan yang menyerupai Punggung Naga yang berduri
berwarana putih kemerahan diantara gelembur samudra Indonesia.

Kompleks ini disusun oleh Batupasir kuarasa dan konglomerat dengan sisipan sedikit
Batulempung dan lignit yang berlapis hampir tegak. Proses pengubahan (alterasi) dan Abrasi
oleh ombak menyebabkan Batua berlapis tegak ini menjadi seperti barisan punggung Naga.
Di beberapa tempat di jumpai kolam-kolam ”jacuzzi” alami,yaitu air yang terjebak di antara
dinding Batupasir yang tegak yang membentuk kolam kecil. Jika berjalan terus kearah selatan
sekitar 30 menit, kita akan menemukan kompleks Batu Punggung Naga yang
kedua.Pemandangan dikompleks ini tidak kalah indahnya dari kompleks yang
pertama.Kompleks Batu Punggung Naga ini oleh masyarakat lebih dikenal sebagai Batu
Batik,dimana proses pelapukan,erosi, dan abrasi pada Batuan ini membentuk seperti kotak-
kotak yang berwarna kuning-kemerahan,seperti motif Batik. Ditempat ini juga dapat dijumpai
bentukan abrasi dan erosi ini membentuk seperti tapak kaki Naga.
Selanjutnya ialah Cikepuh, di muara Cikepuh dijumpai singkapan batuan beku
berkomposisi basa berjenis gabro dengan tekstur sangat kasar hingga mikrogabro yang di
potong oleh urat-urat berkomposisi epidot,yang pada bagian atasnya terlihat jelas di tutupi
oleh batuan konglomeratik dan breksi.Jika berjalan kaki terus hingga kearah ujung
Sodongparat sekitar 45 menit,kita akan disuguhi keindahan Gua Sodongparat.Dari gua
dengan lebar sekitar 3 x 10 m ini menembus hingga kebagian laut dibelakangnya.

Gambar 11. Batuan di Citisuk

22
Kompleks batuan disini masih berkomposisi batuan ofiolit (batuan yang menyusun
kerak samudra dan biasanya berada diatas lapisan peridotit) yang terdiri atas gabro,
mikrograbro berwarna hitam berbintik putih, setempat-setempat dijumpai amfibolit,
serpentinit yang berwarna hitam – kehijauan dan yang dipotong oleh batuan anortosit yang
berwarna putih. Kembali kearah muara Cikepuh. Daratan yang tampak bervegetasi sedikit
berupa ilalang, adalah wilayah Tegal Sabuk dan Keusik Luhur. Batuan penyusunnya adalah
batuan metamorfik, sekis, dan peridotit. Dikawasan ini kita tidak dapat menjelajah lebih jauh
kedaratan karena akses masuk yang sulit, sehingga perjalanan diakhiri di Cikepuh, dan
kembali ke Cikadal.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut UNESCO, Geopark adalah sebuah daerah dengan batasan yang sudah
ditetapkan dengan jelas dan memiliki kawasan permukaan yang cukup luas untuk
pembangunan ekonomi lokal. Geopark terdiri dari sejumlah tapak geologi yang memiliki
kepentingan ilmiah khusus, kelangkaan atau keindahan; Geopark tidak hanya berhubungan
dengan geologi tetapi juga arkeologi, ekologi, nilai sejarah atau budaya.

Geopark Nasional Ciletuh adalah sebuah kawasan di daerah Kabupaten Sukabumi


Selatan tepatnya di Kecamatan Ciemas yang memiliki keunikan tersendiri dalam sudut
pandang geologi. Disana terdapat formasi batuan bancuh atau melange sebagai hasil proses
tektonik jutaan tahun lalu. Komposisinya berupa batuan beku, mulai dari yang bersifat asam
sampai ultrabasa;batuan sedimen,  dan batuan metamorf yang semuanya berdampingan
secara tektonik. Batuan-batuan ini merupakan batuan tertua yang tersingkap ke permukaan di
wilayah jawa barat yang terbentuk (terendapkan) dalam palung laut hasil penunjaman
lempeng samudra di bawah lempeng benua pada zaman kapur, 50-65 juta tahun yang
lalu(tyl). Kompleks batuan Ciletuh, dalam geologi, menjadi kawasan yang khas, unik dan
langka yang disebut juga sebagai fosil tektonik.

Geopark Ciletuh diresmikan sebagai Geopark Nasional oleh UNESCO pada tahun
2015 yang lalu. Geopark atau kawasan wisata taman alam batuan tua Ciletuh di Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat mendapatkan sertifikat sebagai Geopark Nasional dari Komite
Nasional Indonesia untuk UNESCO dan Kementerian ESDM karena telah memenuhi
sejumlah persyaratan untuk sebuah taman bumi atau geopark. Tahun 2017 mendatang,
pemerintah akan mengajukan Ciletuh sebagai Geopark Internasional pada UNESCO.

Setiap hari di kawasan ini dapat kita saksikan pertunjukan alam nan megah, mulai dari
amfiteater alami raksasa, deretan air terjun, gulungan ombak yang menghantam tepian bukit
yang berbatuan unik & langka,dan atraksi lainnya. Kawasan yang seolah menyendiri di
sukabumi selatan ini, ternyata menorehkan catatan penting dalam bidang ilmu kebumian.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Oman. “Geopark Nasional Ciletuh”. 12 Maret 2016. www.papsiciletuh.com

Rosana, Mega. “Eksotisme Geopark Ciletuh”. 12 Maret 2016. arsitektour.wordpress.com

25

Anda mungkin juga menyukai