PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
3.1. BATASAN DAN PENGERTIAN
1. Taman Bumi (Geopark) yang keterlibatan aktif dari
selanjutnya disebut Geopark masyarakat dan Pemerintah
adalah sebuah wilayah geografi Daerah, sehingga dapat
tunggal atau gabungan, yang digunakan untuk menumbuhkan
memiliki Situs Warisan Geologi pemahaman dan kepedulian
(Geosite) dan bentang alam yang masyarakat terhadap bumi dan
bernilai, terkait aspek Warisan lingkungan sekitarnya.
Geologi (Geoheritage),
2. Keragaman Geologi
Keragaman Geologi
(Geodiversity) adalah gambaran
(Geodiversity), Keanekaragaman
keunikan komponen geologi
Hayati (Biodiversity), dan
seperti mineral, batuan, fosil,
Keragaman Budaya (Cultural
struktur geologi, dan bentang
Diversity), serta dikelola untuk
alam yang menjadi kekayaan
keperluan konservasi, edukasi,
hakiki suatu daerah serta
dan pembangunan
keberadaan, kekayaan
perekonomian masyarakat
penyebaran, dan keadaannya
secara berkelanjutan dengan
3. Pengembangan Ekonomi
Salah satu tujuan Geopark adalah menstimulasi kegiatan ekonomi dan
pengembangan berkelanjutan.
Geopark mengaitkan antara aspek warisan budaya dengan warisan
geologis, menghormati lingkungan dan menstimulasi pembentukan usaha-
usaha lokal yang inovatif, bisnis kecil, indutri penginapan, kursus dan
pelatihan dan peningkatan lapangan pekerjaan.
4. Aspek Pendidikan
Geopark harus menyediakan dan mengorganisir pendukungan, peralatan
dan kegiatan yang mengkomunikasikan pengetahuan geosains/geologi
dan konsep-konsep lingkungan kepada masyarakat (misalnya: museum,
pusat-pusat interpretasi dan edukasi, jalur wisata (trails/trekking), wisata
yang terpandu, peta dan literatur populer, atau media komunikasi
modern). Juga menggalakan kegiatan riset bekerja sama dengan perguruan
tinggi, dan kontak antara para ahli dengan penduduk setempat.
Kesuksesan kegiatan edukasi Geopark akan sangat tergantung tidak hanya
pada kandungan program wisata, staf yang kompeten dan dukungan
logistik bagi pengunjung, tetapi juga kontak personal dengan penduduk
setempat, wakil media dan para pengambil keputusan.
Beberapa instrumen untuk transfer informasi di antaranya dengan
ekskursi anak-anak sekolah dan guru, seminar dan kuliah-kuliah saintifik.
Oleh karena itu, untuk memberikan persepsi yang sama dalam penyusunan
pekerjaan ini maka terminologi geowisata secara ilmiah kebumian maupun
kepariwisataan, dapat dijabarkan sebagai berikut: bahwa geowisata merupakan
Laporan Pendahuluan| Bab I-6
salah satu bentuk perjalanan wisata alam minat khusus yang didasari oleh
ketertarikan 1 rasa ingin tahu pada keragaman fenomena kebumian (geodiversify).
Keragaman fenomena kebumian yang nantinya menjadi dasar komoditas produk
dan promosi geowisata sebagai bentuk perjalanan wisata minatkhusus, meliputi:
Proses kebumian yang aktif, seperti: letusan gunungapi dan produknya, lokasi
rawan gempabumi tektonik, gerakan patahan batuan yang masih aktif, manifestasi
geotermal (panasbumi), serta kawasan rawan tanah longsor.
Keindahan alam akibat proses geodinamika masa lalu maupun Resen (masa
sekarang), seperti: pemandangan (gunung, sungai, pantai, karst, dataran tinggi,
terumbu karang), yang diikuti dengan pembelajaran wawasan ekologi. Aspek
kebudayaan masa lalu yang mengikuti perkembangan geodinamika, seperti: situs
hancurnya peninggalan purba oleh bencana alam masa lalu; situs arkeologi dan
paleoantropologi.
Kegiatan eksploitasi sumberdaya geologi, seperti: eskploitasi minyak dan gas bumi,
tambang emas, tambang batubara, juga pertambangan rakyat. Kegiatan eksploitasi
sumberdaya geologi yang bermasalah terhadap lingkungan di sekitamya.
Geowisata sebagai bentuk perjalanan wisata alam termasuk dalam kategori wisata
minat khusus. Pengertian wisata minat khusus menurut Hall & Weiler (1982)
adalah sebagai berikut :
Geowisata sebagai bentuk perjalanan wisata minat khusus mempunyai aspek REAL
Travel (Hall & Weiler, 1982), yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Geowisata adalah suatu kegiatan wisata berkelanjutan dengan fokus utama pada
kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong pemahaman akan
lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta kearifan lokal.
Indonesia adalah negara yang memiliki daya tarik geologis yang khas di berbagai
wilayah dan dapat dijadikan sebagai objek geowisata.
Salah satu hal yang penting dalam manajemen untuk kawasan lindung dan
terciptanya geokonservasi adalah kesadaran masyarakat akan pentingnya
perlindungan terhadap warisan geologi. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat
terhadap pengetahuan merupakan hal penting untuk mencapai implementasi
kebijakan pada kawasan lindung atau konservasi yang efektif. Oleh karena itu,
selain konservasi dan pengembangan ekonomi lokal, pendidikan juga merupakan
salah satu elemen dasar yang harus dimiliki sebuah geopark. Tujuan geopark adalah
untuk mengeksplor, mengembangkan, dan merayakan hubungan antara warisan
geologi, dan semua aspek kawasan lindung, budaya, dan warisan tak berwujud.
Kawasan Isu-isu
Geopark Strategis Kecamatan
Kawasan
Geopark
Perlu
Perlu disusun
disusun Rencana
Rencana Induk
Induk
Geopark
Geopark Ende-Kelimutu
Ende-Kelimutu
Di dalam penyusunan rencana ini masyarakat tidak hanya dilihat sebagai pelaku
pembangunan (stakeholder) tetapi juga sebagai pemilik dari pembangunan
(shareholder). Keterlibatan masyarakat sebagai shareholder dimaksudkan
untuk mengurangi ketergantungan wilayah terhadap investor dari luar wilayah,
tetapi yang diharapkan adalah kerjasama antara investor dengan masyarakat
sebagai pemilik lahan di wilayah tersebut. Dengan posisi sebagai shareholder
diharapkan masyarakat akan benar-benar memiliki pembangunan di
wilayahnya, dapat bersaing dengan penduduk pendatang, dan dengan demikian
masyarakat lokal tidak tergusur dari wilayahnya.
Potensi Angin; Potensi angin dalam perencanaan meliputi arah dan kekuatan
angin untuk mendapatkan udara yang sejuk dan mengurangi kelembaban.
Binatang/Habitat; mengidentifikasikan adanya habitat liar yang
membahayakan pengembangan area permukiman.
Daerah Banjir; Perencanaan dan pengolahan daerah-daerah yang rendah
pemanfaatan saluran-saluran alam secara optimal diharapkan mampu
mencegah kemungkinan bahaya banjir. Saluran drainase direncanakan
mengikuti arah kemiringan kontur pada titik terendah dalam kawasan
menuju saluran drainase induk.
Unit Visual dan Kapasitas Visual; Daerah yang berpotensi memiliki arah view
yang bagus antara lain adalah daerah hijau hutan, daerah sepanjang aliran
sungai, dan tepi pantai. Pemanfaatan daerah-aerah yang berpotensi ini
diperuntukkan untuk pariwisata, permukiman menengah ke atas.
Tahap
Tahap Dampak
Tahap
Tahap Dampak positif
positif arus
arus
Fakta
Fakta dan
dan Analisa
Analisa Penyusunan trickling down
trickling down effect
effect
Rencana
Rencana
Tujuan Metode pengumpulan data ini adalah untuk mengumpulkan data yang
diperlukan sebagai bahan kajian. Pada dasarnya ada dua jenis data yang
dikumpulkan, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data yang dikumpulkan
dan cara pengumpulannya harus sesuai dengan metode analisis yang akan
digunakan. Secara garis besar Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
masterplan ini adalah sebagai berikut:
A. Lokasi Survey
Sebelum melakukan survey sebaiknya harus dipahami terlebih dahulu lokasi
survey. Lokasi survey pada pelaksanaan pekerjaan ini adalah Kawasan Geopark
yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Dengan memahami lokasi kegiatan diharapkan
konsultan mampu untuk memberikan informasi baik berupa data sekunder
maupun data primer terbaru (up to date).
B. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ada dua tahapan kegiatan yang dilakukan, yaitu
pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Data primer
merupakan serangkaian kegiatan data yang diperoleh langsung di lapangan,
kegiatan data primer dibutuhkan untuk mendapatkan fakta berupa informasi
terbaru yang sedang terjadi di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan
serangkaian kegiatan pengumpulan data terhadapat instansi/dinas terkait dengan
Pembuatan Rencana Induk Kelimutu-Ende Geopark Kabupaten Ende. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini konsultan menguraikan metode pengumpulan data
menjadi daftar simak/check list, observasi, survey kawasan, wawancara, kuesioner,
jasmara dan survey instansional adapun dua kebutuhan data utama meliputi:
Kebutuhan data serta peta yang harus ada dalam proses Pembuatan Penyusunan
masterplan kawasan geopark ini sangat diperlukan, karena dengan tersedianya
data yang terbaru (up to date) akan berpengaruh juga terhadap rencana yang akan
dibuat. Berikut data penunjang yang diperlukan dalam penyusunan masterplan
kawasan geopark :
Tabel 3.2 Daftar Kebutuhan Data dalam Pembuatan Rencana Induk Geopark
Kalimutu-Ende Kab. Ende
2. Data mengenai tanah perkotaan meliputi data pola pemilikan tanah secara
umum, dan perkiraan umum harga/nilai yang disajikan dalam peta dengan skala
1:5.000.
3. Data mengenai sarana dan prasarana utama perkotaan dari pusat layanan
primer hingga pusat layanan tersier meliputi:
Pola distribusi fasilitas pendidikan, per-belanjaan, kesehatan dan rekreasi
beserta intensitas fungsi pelayanannya, pergudangan dan sebagainya
Sistem distribusi dan kapasitas sumber air bersih/minum kota
Sistem distribusi jaringan listrik dan jaringan telekomunikasi kota
Sistem pembuangan air limbah dan drainase kota
Sistem pembuangan sampah.
A. Analisis Geomorfologi
Morfografi berasal dari dua kata yaitu morfo yang berarti bentuk dan graphos
yang berarti gambaran, sehingga memiliki arti gambaran bentuk permukaan
bumi. Aspek morfografi dilakukan dengan cara menganalisis peta topografi,
berupa pengenalan bentuk lahan yang tampak dari tampilan kerapatan kontur
sehingga dapat menentukan perbukitan atau pedataran, juga kemiringan lereng
yang bisa mengindentifikasikan sesar atau perbedaan litologi, sedangkan
perubahan pola punggungan dan pola aliran bisa mengidentifikasikan kegiatan
tektonik yang ada di daerah penelitian. Pola pemukiman bisa mencirikan kondisi
material Recent, khususnya yang menyediakan mata air tanah dangkal. Aspek-
aspek morfografi diantaranya ialah :
Morfogenetik
B. Analisis Stratigrafi
Data yang dianalisis pada tahap ini adalah data pengamatan di lapanga dengan
ditunjang hasil analisis dari laboratorium. Pembagian satuan batuan didasarkan
pada satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan yang
berdasarkan pada ciri fisik batuan yang dapat diamati dilapangan meliputi: jenis
batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi stratigrafinya (Sandi Stratigrafi
Indonesia, pasal 15, Soejono, 1966), sedangkan penentuan batas penyebarannya
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Batas satuan lithostratigrafi adalah bidang sentuh antara dua satuan yang
berlainan ciri litologinya.
b. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya atau
bila perubahan tersebut tidak nyata, maka batasnya merupakan bidang yang
diperkirakan kedudukannya.
Laporan Pendahuluan| Bab III-35
c. Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjemari-jemari, peralihannya
dapat dipisahkan sebagai suatu satuan tersendiri apabila memenuhi
persyaratan sandi.
d. Penyebaran suatu satuan lithostratigrafi semata-mata ditentukan oleh
kelanjutan ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
e. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan lithostratigrafi dibatasi oleh batas
cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.
f. Batas-batas hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai alasan
berakhirnya penyebaran lateral (pelamparan) suatu batuan.
Batas satuan stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri satuan
dan keseragaman secara lateral atau suatu lapisan tergantung dari jenis litologi
dan media pengendapan. Jadi kontak antar satuan batuan atau sentuh stratigrafi
dapat bersifat tajam ataupun berangsur. Ada dua macam hubungan stratigrafi,
yaitu :
1. Lokasi singkapan.
2. Jenis singkapan, apakah berupa pergeseran batuan (offset litologi), cermin
sesar (slicken side), struktur kekar, zona hancuran, bukit segitiga (triangular
facet), air terjun, kelurusan sungai.
3. Litologi setempat dengan pola indikasi strukur geologi yang variatif.
4. Luas dan geometri singkapan.
5. Pengukuran arah jurus dan kemiringan bidang sesar.
Lipatan
Untuk mengamati adanya struktur lipatan di lapangan yaitu dengan melihat
perubahan berangsur pada kemiringan (dip) lapisan batuan, perulangan
urutan variasi liotologi, pembalikan dengan menentukan top dan bottom-nya
yang tidak sesuai dengan arah kemiringan lapisan. Perlipatan merupakan
hasil dari deformasi atau perubahan bentuk dan atau volume dari suatu
batuan yang ditunjukan sebagai suatu lengkungan atau himpunan lengkungan
pada unsur garis atau bidang-bidang dalam batuan. Unsur garis atau bidang
yang dimaksud adalah bidang perlapisan.
Kekar
Kekar didefinisikan sebagai suatu rekahan pada kerak bumi yang belum atau
sedikit sekali mengalami pergeseran sepanjang bidangnya, akibat tekanan
Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk diamati, sebab kekar
dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum
terjadinya suatu lipatan. Kesulitan lainnya adalah tidak adanya atau relatif
kecil pergeseran dari kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana
yang terbentuk sebelum atau sesudahnya. Walaupun demikian, di dalam
analisis, kekar dapat dipakai untuk membantu menentukan pola tegasan.
Secara genetik, kekar dapat dibedakan menjadi dua jenis (Hobs, 1976, dalam
Mc Clay, 1987), yaitu :
Nilai Scientific yaitu nilai – nilai keilmuan khususnya geologi yang terdapat pada
suatu geosite yang dapat menjelaskan fitur dan proses geologi. Terdapat 4
(empat) kriteria dalam penilaian scientific yaitu suatu geosite yang dapat
mewakili topik geologi, proses, unsur, dan kerangka geologi, hubungan status
conservasi suatu lokasi geosite, suatu unsur geologi yang tidak dapat ditemukan
dilokasi lain, dan keterdapatan data scientific yang telah terpublikasi mengenai
lokasi geosite tersebut.
Nilai Edukasi yaitu nilai – nilai pendidikan yang terkandung dalam suatu geosite
sehingga dapat menjadi pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan. Nilai –
nilai pendidikan tersebut didasarkan pada 4 (empat) kriteria yaitu kapasitas
suatu unsur geologi yang dapat dimengerti oleh siswa dengan berbagai tingkat
pendidikan, jumlah keragaman suatu unsur geologi yang dapat dijadikan
pembelajaran, akses untuk sampai ke lokasi geosite, dan keamanan bagi para
siswa saat melakukan pembelajaran di lokasi geosite.
Nilai Pariwisata yaitu nilai – nilai pariwisata yang terkandung dalam suatu
geosite yang dapat memberikan nilai tambah pendapatan suatu daerah. Nilai –
nilai pariwisata tersebut didasarkan pada 4 (empat) kriteria yaitu berhubungan
dengan keindahan suatu pemandangan geologi untuk dapat dilihat dari berbagai
arah, kemudahan untuk dapat dimengerti oleh orang awam, kemudahan akses
bagi para pengunjung umum, dan keamanan bagi para wisatawan.
Lokasi geosite dikenal sebagai GSSP atau ASSP oleh IUGS atau sebagai
lokasi rujukan IMA. (4)
Paper pada jurnal sains internasional mengenai lokasi geosite ini, terkait
dengan kerangka geologi (4)
Paper pada publikasi sains skala nasional mengenai lokasi geosite ini
terkait dengan kerangka geologi. (3)
Abstrak yang dipresentasikan pada even sains internasional mengenai
lokasi geosite ini, terkait dengan kerangka geologi. (2)
Abstrak yang dipresentasikan pada even sains nasional mengenai lokasi
geosite ini, terkait dengan kerangka geologi. (1)
4. Kondisi lokasi/situs geologi
Berhubungan dengan status conservasi pada unsur geologi utama
(berhubungan dengan kerangka geologi dalam pertimbangan saat
diaplikasikan). Semakin baik kondisi lokasi geosite maka, semakin tinggi pula
nila SV.
5. Keanekaragaman Geologi
Lokasi geosite memiliki lebih dari 4 fitur geologi yang relevan secara sains.
(4)
Lokasi geosite memiliki 4 fitur geologi yang relevan secara sains. (3)
Lokasi geosite memiliki 3 fitur geologi yang relevan secara sains. (2)
Lokasi geosite memiliki 2 fitur geologi yang relevan secara sains. (1)
a. Mineral
Fitur yang unik dan jarang ditemukan di negara ini dan negara tetangga
(4)
Fitur yang unik dan jarang ditemukan di seluruh wilayah negara ini. (3)
Fitur umum di wilayah ini, tetapi jarang ditemukan di wilayah lain (dalam
negara). (2)
Fitur yang umum dijumpai di semua wilayah negara ini. (1)
b. Batuan
Fitur yang unik dan jarang ditemukan di negara ini dan negara tetangga
(4)
Fitur yang unik dan jarang ditemukan di seluruh wilayah negara ini. (3)
Fitur umum di wilayah ini, tetapi jarang ditemukan di wilayah lain (dalam
negara). (2)
Fitur yang umum dijumpai di semua wilayah negara ini. (1)
c. Fosil
Fitur yang unik dan jarang ditemukan di negara ini dan negara tetangga
(4)
Fitur yang unik dan jarang ditemukan di seluruh wilayah negara ini. (3)
Fitur umum di wilayah ini, tetapi jarang ditemukan di wilayah lain (dalam
negara). (2)
Fitur yang umum dijumpai di semua wilayah negara ini. (1)
d. Struktur/Tektonik/Proses (geodinamika)
Lokasi geosite ini tidak memiliki hambatan (perijinan, hambatan fisik, dll)
untuk kegiatan sampling atau kegiatan lapangan. (4)
Kegiatan lapangan dan sampling dapat dilaksanakan pada lokasi geosite
ini, setelah menyelesaikan hambatan (perijinan, hambatan fisik, dll). (3)
1. Kerentanan
Kemungkinan adanya unsur geologi yang dapat dirusak oleh pelajar yang
dapat menurunkan nilai edukasi dari suatu lokasi geosite.
Lokasi geosite terletak kurang dari 100 m dari jalan pavling dan tempat
parkir bus. (4)
Lokasi geosite terletak kurang dari 500 m dari jalan pavling. (3)
Lokasi geosite dapat diakses dengan bus, tetapi melewati jalan kerikil. (2)
Lokasi geosite tidak memiliki akses langsung, terletak kurang dari 1 km
dari jalan yang bisa di akses menggunakan bus. (1)
3. Hambatan pemanfaatan lokasi
Adanya kendala yang mungkin menjadi masalah bagi pengembangan kegiatan
pembelajaran sehingga berdampak pada nilai edukasi dari lokasi geosite
tersebut.
Tidak ada hambatan pada lokasi geosite untuk digunakan oleh pelajar dan
turis. (4)
Lokasi geosite dapat digunakan oleh pelajar dan turis, hanya dalam waktu
tertentu. (3)
Lokasi geosite dapat digunakan oleh pelajar dan turis setelah mengatasi
hambatan (perijinan, hambatan fisik, pasang, banjir, dll). (2)
Penggunaan oleh pelajar dan turis sangat sulit dilakukan karena hambatan
yang sulit diatasi (perijinan, hambatan fisik, pasang, banjir, dll). (1)
4. Fasilitas keamanan
Jika kegiatan lapangan dapat dilakukan dalam kondisi dengan resiko rendah
bagi para siswa, maka nilai edukasi meningkat.
6. Kepadatan penduduk
Keberadaan suatu penduduk yang berada dekat dengan lokasi geosite, dan
berpotensi bagi siswa untuk menggunakan lokasi geosite tersebut maka nila
edukasi akan meningkat.
Lokasi geosite menunjukan fitur yang unik dan jarang dijumpai di negara
ini dan negara tetangga. (4)
Lokasi geosite menunjukan fitur yang unik dan jarang dijumpai di negara
ini. (3)
Lokasi geosite menunjukan fitur yang cukup umum hadir pada wilayah ini,
tetapi jarang dijumpai di wilayah lain di negara ini. (2)
Lokasi geosite merupakan lokasi yang umum dijumpai di seluruh wilayah
negara ini. (1)
13. Pembobotan
Bobot untuk berbagai kriteria berdasarkan pada nilai-nilai edukasi:
Kriteria Kawasan Cagar Alam Geologi mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penetapan Kawasan Cagar Alam Geologi.
Analisa SWOT pada kegiatan ini dilakukan melalui analisis interaksi faktor internal
(strength / kekuatan dan weakness / kelemahan) dan eksternal (opportunity /
peluang dan threat / ancaman) dengan mengalikan antara kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Dari hasil perkalian kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman tersebut akan diperoleh beberapa jenis strategi, antara lain : strategi SO,
strategi ST, strategi WT, dan strategi OT.
Secara rinci, kajian analisis SWOT dalam perumusan tujuan dan strategi
pengembangan kawasan fungsional perkotaan akan melalui beberapa tahapan
teknis sebagai berikut.
Analisis ini digunakan menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari setiap
kegiatan permukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang digunakan
adalah sebagai berikut :
PL = 1,903 + LogKLB
0,381
Dimana :
Hasil
Morfologi Lereng Skl Morfoloi Nilai
Pengamatan
Gunung/Pegunungan (Groundcheck Kemampuan lahan dari
>40 % 1
dan Bukit/Perbukitan /Survey morfologi tinggi
Gunung/Pegunungan Lapangan) Kemampuan lahan dari
25 - 40 % 2
dan Bukit/Perbukitan morfologi cukup
Bukit/Perbukitan 15 – 25 Kemampuan lahan dari 3
Ketinggia Lereng
Peta Morfologi Skl Kestabilan Lereng Nilai
n (Mdpl) (%)
Tinggi >40 Pegunungan/Perbukitan Kestabilan lereng 5
Sangat Terjal rendah
Cukup 15-40 Pegunungan/Perbukitan Kestabilan lereng 4
Tinggi Terjal kurang
Rendah 5-15 Perbukitan Sedang Kestabilan lereng 3
sedang
Sangat 2-5 Landai 2
Rendah Kestabilan lereng tinggi
Rendah 0-2 Dataran 1
Skl Kestabilan
Penggunaan Lahan Skl Kestabilan Pondasi Nilai
Lereng
Kestabilan lereng Daya dukung dan kestabilan
Semak, Berlukar, Ladang 1
rendah pondasi rendah
Kestabilan lereng Kebun, Hutan, Hutan
2
kurang Belukar Daya dukung dan kestabilan
Kestabilan lereng pondasi kurang
Semua 3
sedang
Kestabilan lereng Semua Daya dukung dan kestabilan 4
tinggi Semua pondasi tinggi 5
M u t la k k o n s e r v a s i
> 4 0 %
2 0 0 0 m d p l
1 0 0 0 m d p l
K B U
1 5 -4 0 % P e rk o ta a n
K o n se rvasi p e r t a n ia n d a n p e r d e s a a n < 1 5 %
(1) kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia;
Sehingga daya dukung kawasan dalam kawasan konservasi perlu dibatasi dengan
“Daya Dukung Pemanfaatan” (DDP) dengan rumus: DPP = 10% x DDK.
Selam 2 8
Snorkling 3 6
Berenang 2 4
Berperahu 1 8
Berjemur 2 4
Rekreasi Pantai 3 6
Olahraga Air 2 4