tp
s:
//j
ab
ar
.b
ps
.g
o.id
ht
tp
s:
//j
ab
ar
.b
ps
.g
o.id
STATISTIK PERUMAHAN
PROVINSI JAWA BARAT 2022
Katalog : 3303002.32
No. Publikasi : 32000.2338
o .id
Naskah : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
.g
ps
Penyunting : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
.b
ar
ab
Penulis
Partinah, S.A.P
.id
Cucu Rahmat Slamet, ST
o
Pengolah Data
.g
ps
Ferenda Kusdwinuryanto Saputro, S.ST
.b
Infografis
ar
Pemeriksa Tabel
s:
Penyunting / Editor
Isti Larasati Widiastuty, S.ST, M.P
Desain Cover
Dimas Tresna Suhartono, S.ST
Editor Layout
Asnafiya Asrof, S.ST, M.Stat
ht
tp
s:
//j
ab
ar
.b
ps
.g
o.id
KATA PENGANTAR
Perumahan merupakan kebutuhan dasar semua orang. Perumahan
yang layak akan mendatangkan kenyamanan, memperkuat keluarga, dan
berperan sebagai benteng pertahanan pertama melawan berbagai risiko
kesehatan termasuk pandemi Covid-19.
Publikasi Statistik Perumahan Jawa Barat 2022 berisi data dan
informasi terkait perumahan di Jawa Barat melalui Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) yang dilaksanakan di seluruh Indonesia umumnya dan
Provinsi Jawa Barat khususnya yaitu pada bulan Maret 2022. Dalam
.id
publikasi ini juga disertakan Relative Standard Error (RSE) yang merupakan
o
.g
bentuk tanggung jawab dalam menampilkan tingkat keakuratan data yang
ps
disajikan. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan
.b
perumahan.
ab
Marsudijono
.id
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………….. 4
o
.g
1.3 Sumber Data ………………………………………………………………. 4
ps
.b
.id
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….. 55
o
LAMPIRAN ………………………………………………………………………………………….
.g 59
ps
.b
ar
ab
//j
s:
tp
ht
.id
Gambar 4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding
o
Terluas dan Karakteristik di Jawa Barat, 2022 …………… 17
.g
ps
Gambar 5 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai
Terluas dan Karakteristik di Jawa Barat, 2022 …………. 19
.b
ar
.id
Gambar 16 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber
o
Penerangan Utama dan Karakteristik di Jawa Barat,
.g
2022 …………………………………………………………………………… 42
ps
Gambar 17 Persentase Rumah Layak Huni di Jawa Barat, 2020-
.b
2022 ………………………………………………………………………….. 47
ar
ab
2022 ………………………………………………………………………….. 50
ht
.id
Tabel 4 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Terluas
dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2022 ………………………. 64
o
Tabel 5 .g
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Terluas
ps
dan Kabupaten/Kota di Jawa Barat, 2022………………………. 65
.b
o .id
Tabel 18 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Status
.g
Kepemilikan Rumah Milik Sendiri di Jawa Barat, 2022 ……. 81
ps
Tabel 19 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Status
.b
o .id
Tabel 30 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Yang
.g
Menempati Rumah dengan Lantai Granit/Marmer/
ps
Keramik di Jawa Barat, 2022 …………………………………………. 93
.b
2022 ………………………………………………………………………………… 94
//j
o .id
.g
ps
.b
ar
ab
//j
s:
tp
ht
.id
tempat tinggal yang menghadirkan kedamaian dan ketenteraman bagi
o
penghuninya.
.g
ps
Fungsi rumah dapat menjadi penunjang identitas keluarga dengan
.b
hunian yang berkualitas dan dapat melindungi keluarga dari segala cuaca
ar
ab
dan kondisi. Fungsi rumah lainnya adalah dapat memenuhi kebutuhan sosial,
//j
budaya dan ekonomi serta sebagai penunjang rasa aman. Selain itu, rumah
s:
juga memiliki fungsi yang beragam sesuai dengan kondisi dan perkembangan
tp
pada saat kondisi pandemi yang memaksa untuk selalu tinggal di dalam
rumah. Memiliki rumah sendiri dengan status yang legal serta mempunyai
hak hukum yang kuat juga merupakan fungsi rumah, bukan hanya sebagai
tempat tinggal namun juga sebagai aset dan investasi.
.id
menjalankan berbagai program, seperti Program Satu Juta Rumah,
o
.g
penanganan rumah tidak layak huni melalui pembangunan rumah susun,
ps
rumah khusus, dan peningkatan kualitas rumah swadaya dan lainnya. Begitu
.b
juga dengan pemerintah Jawa Barat, sebagai provinsi yang memiliki jumlah
ar
masyarakat.
ht
.id
Mengulas kondisi fisik bangunan tempat tinggal seperti atap, dinding,
o
.g
lantai, dan luas lantai di Provinsi Jawa Barat.
ps
Bab III Fasilitas Rumah Sehat
.b
Mengulas akses air minum layak, akses sanitasi layak, dan rumah
tp
o .id
2.1 Status Kepemilikan Bangunan
.g
ps
Memiliki rumah merupakan impian setiap orang. Selain sebagai
.b
ar
tempat tinggal, rumah juga berfungsi sebagai pusat pendidikan keluarga dan
ab
Indonesia di masa depan. Berdasarkan hasil Susenas Maret 2022 yang akan
tp
tempat tinggal antara lain rumah milik sendiri, kontrak/sewa dan lainnya
(rumah bebas sewa dan rumah dinas). Rumah tangga dikatakan menempati
milik sendiri apabila rumah/bangunan tempat tinggal yang ditempati pada
saat pencacahan merupakan milik kepala rumah tangga atau anggota rumah
tangga, termasuk juga rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit
bank atau rumah dengan status sewa beli .
Pada tahun
2022 sebanyak
82,61 persen
rumah tangga
82,61 6,95 10,44 menempati
bangunan
tempat tinggal
milik sendiri
Milik Sendiri Kontrak/Sewa Lainnya
o .id
92,61
Di daerah 79,70
.g
ps
perdesaan rumah
tangga yang
.b
menempati
ar
bangunan tempat
ab
banyak dibanding
s:
Perkotaan Perdesaan
ht
Kuintil 1;
Kuintil 5;
32,32
65,58
Kuintil 2;
37,75
Kuintil 4; Kuintil 3;
52,61 44,70
.id
karena mereka sudah memiliki rumah di kampung halamannya. Selain itu
o
harga rumah dan tanah di daerah perkotaan yang jauh lebih mahal sehingga
.g
rumah tangga kesulitan untuk memiliki rumah/bangunan sendiri. Hal ini
ps
sejalan dengan persentase rumah tangga yang menempati rumah
.b
ar
sendiri yang berada pada kuintil lima atau rumah tangga dengan tingkat
kesejahteraan yang paling tinggi merupakan yang paling rendah
dibandingkan dengan rumah tangga pada kuintil lainnya. Sebaliknya,
persentase paling tinggi terdapat pada rumah tangga yang berada pada
kuintil satu.
.id
punya bukti kepemilikan tanah.
o
Gambar 2 menunjukan di Jawa Barat, rumah tangga yang menempati
.g
ps
tempat tinggal dengan bukti kepemilikan tanah berupa SHM atas nama
.b
Anggota Rumah Tangga (ART) sebanyak 57,85 persen. Jika dirinci, sebanyak
ar
50,41 persen SHM atas nama ART dan 7,04 persen bukan atas nama anggota
ab
kepemilikan tanah berupa SHM atas nama ART lebih tinggi di daerah
perkotaan dibandingkan dengan yang di perdesaan. Di perkotaan rumah
tangga dengan bukti kepemilikan tanah berupa SHM sebesar 64,84 persen
yaitu 56,11 persen SHM atas nama ART dan 8,73 persen SHM bukan atas
nama ART. Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat di daerah
perkotaan terhadap pentingnya bukti kepemilikan atas tanah cukup tinggi
dibandingkan dengan yang di perdesaan. Sementara untuk bukti
kepemilikan tanah lainnya seperti, girik atau letter C lebih tinggi di wilayah
perdesaan yaitu sebesar 59,74 persen.
Lainnya
(girik, letter SHM Atas
C, dll); Nama ART;
38,86 50,41
Sertifikat
selain SHM
(SHGB,
SHSRS); 3,29 SHM Bukan
Atas Nama
ART; 7,44
.id
Lebih dari separuh rumah tangga di Jawa Barat yang menempati
o
.g
rumah/bangunan milik sendiri memiliki Bukti Kepemilikan Tanah
berupa SHM atas nama ART
ps
.b
ar
(SHGB, SHSRS)
kepemilikan tanah berupa Lainnya (girik, letter C,
tp
31,81 59,74
SHM atas nama ART dll)
ht
Perkotaan Perdesaan
68,68
55,22
40,41 44,69
36,19
.id
tanah berupa SHM atas nama ART terdapat di Kabupaten Cianjur (25,02
o
.g
persen), Kabupaten Garut (29,19 persen) dan Kabupaten Tasikmalaya 30,52
ps
persen (Lampiran, Tabel 2).
.b
ar
yang banyak digunakan rumah tangga di Jawa Barat yaitu genteng, asbes
dan beton.
Gambar 3
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Terluas dan
Karakteristik di Jawa Barat, 2022
Lainnya; Beton;
2,23 3,66
Asbes;
14,39 Pada tahun 2022, 80 dari 100
rumah tangga di Jawa Barat
menggunakan bahan bangunan
utama atap rumah terluas
berupa genteng
o .id
Genteng;
79,71
.g
ps
.b
76,82
2,35
4,23 16,60
ar
ab
89,67
1,82
1,72 6,79
//j
s:
82,85
82,22
80,05
77,29 77,33
.id
(Gambar 4).
o
.g
Jika dirinci menurut tipe daerah, persentase rumah tangga yang
ps
menempati rumah dengan dinding terluas berupa tembok di perkotaan
.b
satu, rumah tangga dengan dinding terluas tembok hanya sebesar 75,39
persen. Seiring dengan meningkatnya kuintil pengeluaran yang merupakan
proksi dari tingkat kesejahteraan, semakin meningkat juga persentase
rumah tangga yang menempati rumah dengan dinding tembok.
Lainnya;
Bambu/Anyaman 6,21
Bambu; 5,86
Pada tahun 2022, 88
dari 100 rumah tangga
di Jawa Barat
menggunakan bahan
bangunan utama
dinding rumah terluas
berupa tembok
.id
Tembok;
87,93
o
.g
ps
3,37 4,32
Persentase rumah tangga 92,31
.b
12,69
lebih tinggi di perdesaan 72,88
ab
dibanding perkotaan
Tembok Bambu/Anyaman Lainnya
//j
Bambu
s:
Perdesaan Perkotaan
tp
ht
93,20 97,02
82,61 87,30
75,39
.id
kayu/papan, semen/bata merah, bambu, tanah, dan lainnya. Berbagai jenis
o
bahan bangunan lantai ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-
masing. .g
ps
.b
Pada Gambar 5 terlihat pada tahun 2022 di Jawa Barat rumah tangga
ar
keramik sebesar 78,77 persen. Sementara itu masih ada sebanyak 1,43
//j
Lainnya;
14,19 Marmer/Granit
Tanah; /Keramik;
1,43 78,77
Kayu/Papan;
5,62 Pada tahun 2022 rumah
tangga di Jawa Barat
yang berlantai
marmer/granit/keramik
sebesar 78,77 persen
o .id
.g
ps
65,97 17,60
2,14
14,29
.b
82,49 13,19
ar
1,22
3,10
ab
Perkotaan Perdesaan
//j
s:
tp
93,33
85,38
71,81 77,15
59,96
.id
prasarana yang baik. Dalam bab ini akan dibahas fasilitas air minum,
o
sanitasi, sumber penerangan dan bahan bakar untuk memasak yang
.g
merupakan bagian yang terkait dengan rumah sehat.
ps
.b
sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks
s:
antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Diantara
tp
ht
Air minum yang layak dan aman dikonsumsi adalah tidak memiliki
rasa, bau, atau warna, tidak mengandung bakteri, dan tidak mengandung
bahan kimia melebihi batas yang diperbolehkan. Sumber air minum utama
dalam Susenas 2022 terdiri dari air kemasan bermerk/air isi ulang, leding,
sumur bor/pompa, sumur terlindung/tidak terlindung, mata air
terlindung/tidak terlindung, dan lainnya (air hujan, air permukaan, dan
lainnya).
Leding 4,57
.id
Mata air terlindung/
10,33
Tidak terlindung
o
Lainnya 0,62
.g
ps
.b
54,65
tp
ht
37,97
7,38
.id
terdekat. Hal yang patut diperhatikan adalah persentase dengan jarak
o
kurang dari 10 meter yang masih cukup tinggi, yaitu 37,97 persen.
.g
ps
Jika dilihat dari lokasi sumber/fasilitas air minum utama rumah
.b
tangga, pada tahun 2022 sebanyak 44,96 persen rumah tangga memiliki
ar
Jika dirinci menurut tipe daerah, terlihat bahwa pada tahun 2022
//j
s:
Lokasi sumber/fasilitas
55,04 air utama untuk minum
44,96 sebagian besar di luar
kawasan rumah
.id
51,67 56,99
48,33
43,01
o
.g
ps
.b
Perkotaan Perdesaan
ab
//j
s:
< 30 menit;
87,15
o .id
Waktu yang dibutuhkan untuk mengambil air minum di luar
.g
kawasan pagar rumah < 30 menit sebesar 87,15 persen
ps
.b
87,73 84,79
ar
Perkotaan Perdesaan
Gambar 9
Skema Kepemilikan Akses terhadap Layanan Sumber Air Minum Layak
o .id
.g
ps
.b
ar
ab
//j
s:
tp
ht
Sumber: Bappenas
Tidak layak;
6,96
Layak;
93,04
.id
Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap
o
air minum layak sebesar 93,04 persen
.g
ps
94,99
.b
86,32
ar
minum layak di
perkotaan lebih tinggi
//j
13,68
dibandingkan dengan 5,01
s:
yang di perdesaan
tp
Perkotaan Perdesaan
97,15
94,62 Persentase
92,87
91,21 tertinggi akses
87,59 teradap air
minum layak
ditunjukkan
oleh kuintil 5
3.3 Sanitasi
Sanitasi dan perilaku higienis masyarakat merupakan salah satu
.id
aspek yang perlu dicapai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
o
.g
Pada Target 6.2 SDGs disebutkan bahwa pada tahun 2030, mencapai akses
ps
terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua,
.b
.id
(ART) sendiri. Persentase rumah tangga di daerah perkotaan yang memiliki
o
fasilitas tempat BAB dan digunakan hanya ART sendiri lebih besar daripada
.g
ps
di daerah perdesaan. Hal ini dikarenakan penduduk perkotaan cenderung lebih
.b
rumahnya. Meski sudah cukup banyak rumah tangga yang memiliki fasilitas
//j
s:
tempat BAB dan digunakan hanya ART sendiri, masih ada sekitar 3 (tiga)
tp
hingga 4 (empat) persen rumah tangga di Jawa Barat yang tidak ada
ht
.id
Lebih dari 80 persen rumah tangga menggunakan fasilitas BAB
o
dan digunakan hanya anggota rumah tangga (ART) sendiri
.g
ps
81,25 5,78
.b
6,17 6,80
ar
88,53 6,76
ab
1,96 2,75
//j
Perkotaan Perdesaan
ht
Kloset menjadi salah satu benda paling penting yang harus ada di
toilet atau kamar mandi. Kloset ini akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia perihal pembuangan, baik itu buang air besar ataupun
buang air kecil. Jenis kloset yang digunakan untuk buang air besar cukup
beragam, antara lain leher angsa, plengsengan dengan tutup/tanpa tutup,
dan cemplung/cubluk. Kloset leher angsa merupakan jenis kloset yang
paling baik dan memenuhi syarat kesehatan. Pada kloset leher angsa
terdapat alat yang berbentuk seperti leher angsa yang berfungsi mencegah
.id
timbulnya bau dan juga mencegah kotoran dihinggapi lalat.
o
Dari Gambar 12 terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga di Jawa
.g
ps
Barat sudah menggunakan kloset jenis leher angsa sebagai tempat buang
.b
air besar yaitu sebesar 94,40 persen. Namun masih ada sebanyak 1,89
ar
Plengsengan
tanpa Cemplung/cubluk;
tutup; 2,28 1,89
Plengsengan
dengan
tutup; 1,43
Leher
angsa;
94,40
o .id
.g
Sebagian besar rumah tangga yang fasilitas BAB nya sendiri/
ps
Bersama/MCK Komunal menggunakan kloset jenis leher angsa
.b
ar
89,26 1,38
ab
4,83 4,53
//j
95,78 1,44
s:
1,60 1,18
tp
Perkotaan Perdesaan
Salah satu hal penting yang berkaitan erat dengan sanitasi adalah
Tempat Pembuangan Akhir Tinja (TPAT). Limbah yang berasal dari tempat
BAB baik tinja maupun air limbah seharusnya diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke sungai maupun ke tanah. Air limbah BAB mengandung
bakteri E. coli yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare,
kolera, dan lain sebagainya. TPAT dikelompokkan menjadi enam, yaitu
tangki septik, Instalasi Pembuangan Akhir Limbah (IPAL), kolam/sawah/
sungai/danau/laut,lubang tanah, pantai/tanah lapang/kebun, dan lainnya.
.id
Dari keenam kelompok TPAT tersebut, tangki septik dan IPAL, merupakan
o
TPAT yang termasuk dalam komponen sanitasi layak.
.g
ps
Gambar 13 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di
.b
memiliki TPAT berupa tangki septik. Selain tangki septik, TPAT yang masih
ab
Lubang
tanah; 11,47
Lainnya;
Kolam/sawah/sungai/ 0,89
danau/laut; 11,21
IPAL; 1,58
Lubang tanah;
11,47
Tangki
septik;Lainnya;
74,85 0,89
.id
Kolam/sawah/s
ungai/danau/la
o
ut; 11,21
.g
Sebagian besar rumah tangga yang fasilitas BAB nya
sendiri/bersama/MCK Komunal menggunakan tangki septik
ps
sebagai pembuangan akhir tinja
.b
IPAL; 1,58
ar
Perkotaan Perdesaan
77,24 83,52
66,78 68,87 73,32
.id
tempat pembuangan akhir tinja.
o
.g
Gambar 14 menunjukkan bahwa pada tahun 2022 di Jawa Barat, 75
ps
dari 100 rumah tangga memiliki akses terhadap sanitasi layak. Persentase
.b
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Hal ini ditunjukkan dengan
ht
persentase tertinggi rumah tangga yang mengakses air layak terdapat pada
kuintil 5.
Tidak layak;
25,25
Pada tahun 2022,
Persentase rumah
tangga terhadap akses
Layak; sanitasi layak sebesar
74,75 74, 02 persen
.id
74,75 71,49
o
Persentase tertinggi .g
ps
rumah tangga 25,25 28,51
.b
terhadap akses
sanitasi layak
ar
perkotaan
Perkotaan Perdesaan
//j
s:
tp
83,79
ht
74,31 78,43
68,30
60,96
.id
utama. Adapun penggunaan listrik yang bukan dihasilkan oleh PT. PLN
o
(Persero) dan bukan listrik sebagai sumber penerangan utama masing-
.g
ps
masing sebesar 0,21 persen dan 0,02 persen (Gambar 15).
.b
penggunaan listrik yang dihasilkan oleh PT. PLN (Persero) sebagai sumber
ht
99,77
0,21 0,02
.id
Pada tahun 2022, hampir seluruh rumah tangga
sudah menggunakan listrik PLN
o
.g
ps
99,81
.b
0,01
Listriktinggi
lebih PLN dibandingkan Listrik non PLN Bukan listrik
//j
99,86
99,81
99,77
99,71
99,67
Bahan bakar gas sebagai bahan bakar utama untuk memasak meliputi
LPG 3 kg, LPG 5,5 kg/blue gaz, LPG 12 kg, gas kota, dan biogas. Persentase
.id
rumah tangga yang menggunakan bahan bakar utama untuk memasak
o
berupa gas pada tahun 2022 di Jawa Barat sebesar 92,89 persen. Persentase
.g
ps
rumah tangga yang menggunakan kayu bakar, minyak tanah, listrik, briket,
.b
arang, dan lainnya sebagai bahan bakar utama masing-masing sebesar 5,68
ar
persen, 0,15 persen, 0,71 persen dan 0,03 persen. Adapun yang tidak
ab
bahan bakar utama untuk memasak berupa gas di daerah perkotaan (95,71
ht
0,15 Listrik
Gas
Minyak tanah
Kayu bakar
Briket, Arang, Lainnya
Tidak Memasak
92,89
o .id
Sebagian besar rumah tangga di Jawa Barat menggunakan
.g
bahan bakar utama untuk memasak berupa gas
ps
.b
95,71
ar
ab
perdesaan
ht
Perkotaan Perdesaan
96,86
95,03
93,08
91,00
86,61
.id
Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
o
.g
agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang
ps
layak dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan
.b
.id
3. Memiliki akses air minum layak (access to improved water) yaitu
o
sumber air yang berasal dari leding meteran (keran individual),
.g
ps
leding eceran, keran umum (komunal), hidran umum, penampungan
.b
air hujan (PAH), sumur bor/pompa, sumur terlindung, dan mata air
ar
minum terlindung.
4. Memiliki akses sanitasi layak (access to adequate sanitation) yaitu
fasilitas sanitasi yang memenuhi kelayakan bangunan atas dan
bawah, antara lain: memiliki fasilitas sanitasi yang klosetnya
menggunakan leher angsa, dan tempat pembuangan akhir tinjanya
menggunakan tanki septik (septic tank) atau Sistem Pengolahan Air
Limbah (SPAL), dan fasilitas sanitasi tersebut digunakan oleh rumah
tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain tertentu.
Khusus untuk rumah tangga di perdesaan, tempat pembuangan akhir
tinja berupa lubang tanah dikategorikan layak.
.id
yang lebih baik. Persentase rumah tangga yang tinggal pada rumah layak
o
.g
huni (RLH) di Jawa Barat terus mengalami kenaikan selama tiga tahun
ps
terakhir. Pada tahun 2020, persentase RLH sebesar 52,28 persen, lalu naik
.b
di tahun 2021 menjadi 53,14 persen dan pada tahun 2022 naik kembali
ar
Gambar 17
s:
53,14 53,37
52,28
.id
Jawa Barat.
o
Gambar 18 .g
ps
Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Layak Huni
.b
ab
72,32
70,11
68,28
66,75
66,24
60,85
60,83
59,03
//j
56,13
54,36
53,77
53,37
52,58
49,98
47,34
s:
45,75
45,40
42,48
40,54
36,75
36,57
35,52
35,15
34,24
tp
ht
Kota Tasikmalaya
Kab. Karawang
Kab. Pangandaran
Kota Cirebon
Kab. Majalengka
Kab. Garut
Kab. Bandung
Kab. Bogor
Kota Depok
Kota Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Kuningan
Jawa Barat
Kota Sukabumi
Kota Banjar
Kab. Subang
Kab. Sumedang
Kab. Ciamis
Kab. Sukabumi
Kab. Cianjur
Kab. Purwakarta
Kab. Tasikmalaya
Kab. Indramayu
Kota Bekasi
Kota Cimahi
Kota Bogor
.id
kecukupan luas tempat tinggal, memiliki akses air minum dan memiliki
o
.g
akses sanitasi layak. Apabila satu saja dari empat indikator pada suatu
ps
rumah tidak memenuhi syarat maka bisa dikatakan rumah tersebut tidak
.b
layak huni.
ar
ab
Pada tahun 2021 dan 2022, komponen rumah layak huni yang nilainya
//j
lebih dari 90 persen adalah kecukupan luas tempat tinggal dan kepemilikan
s:
akses air minum layak. Untuk kecukupan luas tempat tinggal mayoritas
tp
Kabupaten dan Kota memang sudah berada di atas 90 persen, hanya ada 4
ht
Sanitasi layak
2021 100
71,66
50
o .id
.g
ps
93,24
.b
Sanitasi layak
100
s:
2022
74,02
tp
ht
50
92,17
Kecukupan luas
tempat tinggal
Gambar 20
Komponen Rumah Layak Huni di Kabupaten Garut dan
Kabupaten Cirebon, 2022
Kabupaten Garut
.id
Sanitasi layak
100
o
.g
51,9
50
ps
.b
Ketahanan
Air minum layak 0 bangunan
ar
78,15
77,38
ab
//j
s:
87,58
tp
Kecukupan luas
tempat tinggal
ht
50
Ketahanan
Air minum layak 0 bangunan
94,99 92,53
96,28
Kecukupan luas
tempat tinggal
.id
dari 80 persen.
o
.g
Bila dibandingkan Kabupaten Cirebon dengan Kota Bandung yang
ps
merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat perbedaannya juga cukup
.b
tangga yang memiliki akses sanitasi layak juga sangat rendah yaitu hanya
ab
sebesar 49,85 persen. Selain itu, persentase rumah tangga yang memiliki
//j
s:
Kabupaten Cirebon dan Garut, nilai ini cukup rendah. Untuk Kota Bandung
ht
hal ini mungkin wajar, karena sebagai kota besar, penduduk mungkin agak
sulit untuk membangun atau tinggal di rumah dengan luas rumah yang
cukup, mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki atau tidak ada pilihan
untuk tinggal di tempat yang lebih luas.
Sanitasi layak
100
49,85
50
Ketahanan
Air minum layak 0 bangunan
99,03 86,19
o .id
.g
ps
74,45
Kecukupan luas
.b
tempat tinggal
ar
ab
.id
Pusat Statistik
o
.g
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
ps
(2020). Presiden: Pemerintah Indonesia Berupaya Keras Sediakan
.b
ar
berupaya-keras-sediakan-rumah-layak-huni-bagi-warganya
s:
Sanitation and Water for All 2022, Wapres Tegaskan Tiga Strategi
Hadapi Tantangan Global Sanitasi dan Air Minum.
https://www.setneg.go.id/baca/index/buka_sector_ministers_me
eting_sanitation_and_water_for_all_2022_wapres_tegaskan_tiga_s
trategi_hadapi_ta ntangan_global_sanitasi_dan_air_minum.
.id
Kab. Ciamis 91,94 1,50 6,56 100,00
o
Kab. Kuningan
.g
90,72 2,30 6,98 100,00
Kab. Cirebon
ps
70,17 1,26 28,58 100,00
Kab. Majalengka 88,22 2,17 9,61 100,00
.b
.id
Kab. Garut 29,19 2,79 0,91 67,12 100,00
o
Kab. Tasikmalaya 30,52 4,54 1,20 63,75 100,00
Kab. Ciamis 41,92 2,67 .g 3,57 51,84 100,00
ps
Kab. Kuningan 51,03 4,64 2,83 41,50 100,00
.b
.id
Kab. Ciamis 0,62 94,83 3,73 0,82 100,00
o
Kab. Kuningan 2,81 91,42 4,25 1,52 100,00
Kab. Cirebon 1,30 94,07 .g 2,95 1,68 100,00
ps
Kab. Majalengka 2,45 95,76 0,99 0,81 100,00
.b
.id
Kab. Ciamis 78,91 10,27 10,82 100,00
o
Kab. Kuningan 97,20 0,85 1,95 100,00
Kab. Cirebon 97,74 .g
0,89 1,37 100,00
ps
Kab. Majalengka 92,98 2,24 4,78 100,00
.b
.id
Kab. Ciamis 67,46 4,44 1,50 26,60 100,00
o
Kab. Kuningan 79,55 0,46 0,58 19,42 100,00
Kab. Cirebon 77,90 .g
1,10 2,73 18,27 100,00
ps
Kab. Majalengka 83,34 1,13 0,35 15,17 100,00
.b
.id
Kab. Garut 20,80 2,81 12,56 30,41 29,48 3,94 100,00
o
Kab. Tasikmalaya 20,67 2,36 22,97 29,42 22,76 1,82 100,00
Kab. Ciamis 23,80 5,52 23,72
.g 28,61 18,16 0,19 100,00
ps
Kab. Kuningan 20,25 15,19 22,96 24,11 17,39 0,09 100,00
.b
.id
Kab. Tasikmalaya 43,84 53,01 3,16 100,00
o
Kab. Ciamis 38,56 60,45 0,99 100,00
Kab. Kuningan 33,74 .g
52,83 13,43 100,00
ps
Kab. Cirebon 42,15 48,67 9,18 100,00
.b
Kabupaten/Kota Di rumah/
Di luar kawasan
kawasan dalam Total
pagar rumah
pagar rumah
(1) (2) (3) (4)
Kab. Bogor 62,14 37,86 100,00
Kab. Sukabumi 55,63 44,37 100,00
Kab. Cianjur 49,41 50,59 100,00
Kab. Bandung 33,96 66,04 100,00
.id
Kab. Garut 53,54 46,46 100,00
Kab. Tasikmalaya 51,58 48,42 100,00
o
Kab. Ciamis 64,70
.g 35,30 100,00
ps
Kab. Kuningan 60,01 39,99 100,00
.b
.id
Kab. Ciamis 89,20 10,80 100,00
o
Kab. Kuningan 66,50 33,50 100,00
Kab. Cirebon 86,75 .g 13,25 100,00
ps
Kab. Majalengka 84,07 15,93 100,00
.b
.id
Kab. Ciamis 6,20 93,80 100,00
o
.g
Kab. Kuningan 4,49 95,51 100,00
ps
Kab. Cirebon 5,01 94,99 100,00
Kab. Majalengka 4,30 95,70 100,00
.b
Ada,
Ada, di MCK
Ada, digunakan Ada, ART tidak
Kabupaten/Kota komunal/
digunakan bersama menggunakan/
umum/ Total
hanya ART ART rumah tidak ada
siapapun
sendiri tangga fasilitas
menggunakan
tertentu
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kab. Bogor 85,77 6,25 1,65 6,33 100,00
Kab. Sukabumi 83,71 5,67 6,16 4,46 100,00
Kab. Cianjur 78,96 9,15 5,69 6,20 100,00
.id
Kab. Bandung 88,55 6,82 3,83 0,80 100,00
o
Kab. Garut 77,05 9,42 8,96 4,57 100,00
Kab. Tasikmalaya 76,59 4,04
.g13,91 5,46 100,00
ps
Kab. Ciamis 88,12 4,13 2,15 5,60 100,00
.b
.id
Kab. Tasikmalaya 90,09 1,56 3,15 5,19 100,00
o
Kab. Ciamis 94,77 1,92 1,37 1,93 100,00
Kab. Kuningan 93,18 1,27 .g 5,36 0,20 100,00
ps
Kab. Cirebon 98,27 0,93 0,22 0,58 100,00
.b
.id
Kab. Tasikmalaya 56,99 0,21 25,91 16,68 0,20 100,00
o
Kab. Ciamis 65,39 0,54 13,18 19,35 1,53 100,00
Kab. Kuningan 71,95 0,05
.g7,94 19,83 0,23 100,00
ps
Kab. Cirebon 92,89 0,93 3,95 2,05 0,18 100,00
.b
.id
Kab. Tasikmalaya 99,89 0,11 0,00 100,00
Kab. Ciamis 99,84 0,11 0,05 100,00
o
Kab. Kuningan 99,99
.g
0,01 0,00 100,00
ps
Kab. Cirebon 100,00 0,00 0,00 100,00
Kab. Majalengka 99,95 0,05 0,00 100,00
.b
ar
.id
Kab. Tasikmalaya 0,19 80,27 0,00 19,49 0,00 0,05 100,00
o
Kab. Ciamis 0,26 81,77 0,00 17,94 0,00 0,03 100,00
Kab. Kuningan 2,23 91,70 0,03
.g5,96 0,04 0,05 100,00
ps
Kab. Cirebon 0,63 96,13 0,00 1,55 0,10 1,59 100,00
.b
Kab. Bandung Barat 0,37 89,71 0,00 9,85 0,00 0,07 100,00
Kab. Pangandaran 0,00 84,25 0,06 15,69 0,00 0,00 100,00
Kota Bogor 0,08 98,98 0,46 0,18 0,00 0,30 100,00
Kota Sukabumi 0,05 98,10 0,69 0,64 0,04 0,49 100,00
Kota Bandung 0,38 97,87 0,29 0,10 0,09 1,26 100,00
Kota Cirebon 0,79 97,38 0,19 0,55 0,00 1,09 100,00
Kota Bekasi 1,16 98,22 0,00 0,10 0,00 0,52 100,00
Kota Depok 0,12 99,07 0,20 0,04 0,00 0,57 100,00
Kota Cimahi 0,50 97,40 0,48 0,16 0,18 1,28 100,00
Kota Tasikmalaya 0,00 95,71 0,65 3,20 0,00 0,44 100,00
Kota Banjar 1,07 89,08 0,20 9,28 0,00 0,38 100,00
Jawa Barat 0,71 92,89 0,15 5,68 0,03 0,53 100,00
.id
Kab. Ciamis 6,20 93,80 100,00
o
Kab. Kuningan 4,49 95,51 100,00
Kab. Cirebon 5,01 .g 94,99 100,00
ps
Kab. Majalengka 4,30 95,70 100,00
.b
.id
Kab. Ciamis 40,97 59,03 100,00
o
Kab. Kuningan 39,17 60,83 100,00
Kab. Cirebon 24,63 .g75,37 100,00
ps
Kab. Majalengka 27,68 72,32 100,00
.b
.id
teknik sampling dalam suatu survei. Besarnya sampling error secara teori
o
statistik ditunjukan oleh besarnya angka standard error dari suatu angka
.g
estimasi persentase suatu variabel yang disajikan dari hasil Susenas 2022.
ps
Untuk mengukur presisi dari suatu angka estimasi digunakan besarnya
.b
relative standard error, yaitu rasio dari nilai standard error dengan nilai
ar
ab
dikurangi dua standard error dan batas atas sebesar nilai estimasi ditambah
ht
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Effect
Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Bogor 83,49 1,65 80,26 86,73 6,00 1,98
Kab. Sukabumi 87,73 1,74 84,31 91,16 3,77 1,99
Kab. Cianjur 90,27 1,16 88,00 92,54 1,89 1,28
Kab. Bandung 79,89 1,71 76,54 83,24 3,43 2,14
Kab. Garut 90,73 1,49 87,81 93,65 3,32 1,64
.id
Kab. Tasikmalaya 89,96 1,50 87,01 92,90 2,49 1,67
o
Kab. Ciamis 91,94 1,53 88,95 94,93 2,12 1,66
Kab. Kuningan 90,72 1,42 .g
87,93 93,51 1,30 1,57
ps
Kab. Cirebon 70,17 2,33 65,60 74,73 2,99 3,32
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 1,50 0,49 0,53 2,46 1,11 32,83
o
Kab. Kuningan 2,30 0,65 1,03 3,58 1,03 28,28
Kab. Cirebon 1,26 0,42 .g
0,43 2,09 1,66 33,51
ps
Kab. Majalengka 2,17 0,59 1,00 3,33 1,07 27,45
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 6,56 1,22 4,16 8,96 1,64 18,63
o
Kab. Kuningan 6,98 1,24 4,55 9,41 1,29 17,76
Kab. Cirebon 28,58 2,31 .g
24,05 33,10 3,02 8,08
ps
Kab. Majalengka 9,61 1,45 6,76 12,46 1,57 15,14
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Effect
Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Bogor 29,24 2,80 23,74 34,73 11,52 9,59
Kab. Sukabumi 31,32 3,46 24,53 38,11 7,43 11,06
Kab. Cianjur 22,58 3,12 16,46 28,70 6,88 13,82
Kab. Bandung 29,18 2,78 23,73 34,63 7,06 9,53
Kab. Garut 26,48 2,80 20,98 31,98 5,08 10,59
.id
Kab. Tasikmalaya 27,45 2,98 21,60 33,30 4,45 10,87
o
Kab. Ciamis 38,54 3,53 31,61 45,47 3,55 9,17
Kab. Kuningan 46,30 4,08
.g
38,29 54,30 3,65 8,82
ps
Kab. Cirebon 41,51 2,80 36,02 47,01 3,74 6,75
.b
.id
Kab. Ciamis 2,45 0,73 1,01 3,89 1,52 29,93
o
Kab. Kuningan 4,21 1,01 2,22 6,20 1,38 24,06
Kab. Cirebon 5,13 1,16 .g2,86 7,41 3,19 22,60
ps
Kab. Majalengka 4,42 1,20 2,06 6,78 2,21 27,24
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Tasikmalaya 1,08 0,36 0,37 1,78 1,20 33,32
Kab. Ciamis 3,28 0,98 1,36 5,21 2,04 29,86
o
.g
Kab. Kuningan 2,56 1,15 0,31 4,82 2,88 44,87
Kab. Cirebon 1,54 0,51 0,53 2,54 2,00 33,29
ps
Kab. Majalengka 3,03 0,86 1,34 4,72 1,62 28,42
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Tasikmalaya 88,75 1,44 85,93 91,57 2,06 1,62
o
Kab. Ciamis 94,83 0,93 93,01 96,65 1,18 0,98
Kab. Kuningan 91,42 1,85
.g
87,79 95,05 2,38 2,03
ps
Kab. Cirebon 94,07 1,40 91,33 96,81 4,06 1,49
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 3,73 0,79 2,18 5,27 1,17 21,14
o
Kab. Kuningan 4,25 1,52 1,26 7,24 3,11 35,87
Kab. Cirebon 2,95 1,23
.g
0,53 5,36 6,13 41,79
ps
Kab. Majalengka 0,99 0,39 0,23 1,75 0,98 39,10
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 0,82 0,28 0,27 1,38 0,66 34,50
o
Kab. Kuningan 1,52 0,55 0,45 2,59 1,09 35,93
Kab. Cirebon 1,68 0,42
.g
0,85 2,51 1,25 25,19
ps
Kab. Majalengka 0,81 0,37 0,09 1,52 1,08 45,43
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 78,91 1,71 75,56 82,25 1,18 2,16
o
Kab. Kuningan 97,20 0,71 95,81 98,59 1,01 0,73
Kab. Cirebon 97,74 0,56 .g
96,64 98,84 1,65 0,57
ps
Kab. Majalengka 92,98 1,36 90,31 95,65 1,82 1,46
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 10,27 1,35 7,63 12,92 1,33 13,14
o
Kab. Kuningan 0,85 0,42 0,04 1,67 1,11 48,76
Kab. Cirebon 0,89 0,39
.g
0,13 1,65 1,95 43,35
ps
Kab. Majalengka 2,24 0,74 0,78 3,69 1,63 33,26
.b
.id
Kab. Ciamis 10,82 1,22 8,42 13,21 1,04 11,29
o
Kab. Kuningan 1,95 0,60 0,78 3,12 1,01 30,57
Kab. Cirebon 1,37 0,40
.g0,58 2,16 1,39 29,37
ps
Kab. Majalengka 4,78 1,03 2,76 6,81 1,51 21,58
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 67,46 1,76 64,01 70,91 0,95 2,61
o
Kab. Kuningan 79,55 2,26 75,13 83,97 1,70 2,84
Kab. Cirebon 77,90 1,89
.g
74,20 81,60 2,39 2,42
ps
Kab. Majalengka 83,34 1,36 80,68 86,00 0,85 1,63
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Lower Upper Effect
.id
Kab. Ciamis 26,60 1,75 23,17 30,03 1,05 6,57
o
Kab. Kuningan 19,42 2,17 15,16 23,67 1,64 11,17
Kab. Cirebon 18,27 1,75 .g
14,85 21,70 2,36 9,56
ps
Kab. Majalengka 15,17 1,32 12,59 17,76 0,87 8,68
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Effect
Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Bogor 30,68 2,81 25,18 36,18 11,24 9,15
Kab. Sukabumi 17,33 2,66 12,11 22,55 6,59 15,36
Kab. Cianjur 25,46 3,34 18,92 32,01 7,25 13,11
Kab. Bandung 58,56 3,77 51,17 65,94 11,02 6,43
Kab. Garut 20,80 2,52 15,86 25,74 4,84 12,11
Kab. Tasikmalaya 20,67 3,00 14,78 26,57 5,48 14,53
.id
Kab. Ciamis 23,80 2,69 18,53 29,07 2,69 11,29
o
Kab. Kuningan 20,25 2,69 14,98 25,53 2,44 13,28
.g
ps
Kab. Cirebon 61,48 3,51 54,60 68,36 6,01 5,71
Kab. Majalengka 37,14 3,90 29,50 44,78 4,19 10,49
.b
.id
Kab. Ciamis 64,70 3,52 57,79 71,61 3,66 5,44
o
Kab. Kuningan 60,01 3,92 52,31 67,70 3,49 6,54
Kab. Cirebon 34,63 3,48
.g
27,81 41,45 6,18 10,04
ps
Kab. Majalengka 55,57 3,73 48,26 62,88 3,63 6,71
.b
95% Confidence
Standard Interval Design
Kabupaten/Kota Estimate RSE
Error Effect
Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Kab. Bogor 37,86 2,96 32,06 43,65 11,27 0,12
Kab. Sukabumi 44,37 3,02 38,45 50,28 4,91 0,32
Kab. Cianjur 50,59 3,27 44,18 56,99 5,28 0,14
Kab. Bandung 66,04 3,55 59,08 73,00 10,59 0,15
Kab. Garut 46,46 3,00 40,57 52,34 4,56 0,47
Kab. Tasikmalaya 48,42 3,24 42,07 54,77 4,18 0,11
.id
Kab. Ciamis 35,30 3,52 28,39 42,21 3,66 0,09
o
Kab. Kuningan 39,99 3,92 32,30 47,69 3,49 0,01
Kab. Cirebon 65,37 3,48 .g
58,55 72,19 6,18 0,00
ps
Kab. Majalengka 44,43 3,73 37,12 51,74 3,63 0,05
.b
.id
Kab. Ciamis 99,84 0,09 99,67 100,02 0,35 0,09
o
Kab. Kuningan 99,99 0,01 99,98 100,01 0,04 0,01
Kab. Cirebon 100,00 0,00 .g
100,00 100,00 127,81 0,00
ps
Kab. Majalengka 99,95 0,05 99,85 100,05 0,33 0,05
.b
.id
Kab. Ciamis 81,77 1,96 77,93 85,61 1,73 2,39
o
Kab. Kuningan 91,70 1,92 87,92 95,47 2,64 2,10
Kab. Cirebon 96,13 0,84
.g
94,49 97,78 2,20 0,87
ps
Kab. Majalengka 95,48 0,84 93,83 97,13 1,06 0,88
.b
.id
Kab. Ciamis 88,12 1,38 85,41 90,83 1,23 1,57
o
Kab. Kuningan 91,41 2,01 87,47 95,36 2,81 2,20
Kab. Cirebon 77,99 2,90 .g
72,30 83,68 5,67 3,72
ps
Kab. Majalengka 90,34 1,41 87,58 93,10 1,46 1,56
.b
.id
Kab. Ciamis 94,77 1,45 91,92 97,63 2,65 1,53
o
Kab. Kuningan 93,18 2,51 88,26 98,09 5,19 2,69
Kab. Cirebon .g
ps
98,27 0,56 97,18 99,37 1,97 0,57
Kab. Majalengka 97,43 0,84 95,78 99,07 1,71 0,86
.b
.id
Kab. Ciamis 65,39 3,64 58,26 72,53 3,63 5,57
o
Kab. Kuningan 71,95 4,41 63,30 80,61 5,06 6,14
Kab. Cirebon 92,89 1,37
.g
90,19 95,58 3,08 1,48
ps
Kab. Majalengka 83,98 2,74 78,60 89,35 3,39 3,26
.b
.id
Kab. Kuningan 60,83 4,10 52,80 68,87 3,84 6,74
o
.g
Kab. Cirebon 75,37 2,27 70,92 79,83 3,21 3,01
ps
Kab. Majalengka 72,32 3,01 66,42 78,22 2,91 4,16
Kab. Sumedang 66,75 3,39 60,11 73,40 3,30 5,08
.b