Anda di halaman 1dari 348

ht

tp
s:
//w
w
w
.b
ps.
go
.id

i
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ISSN : 2598-5647

No. Publikasi : 04200.2308

Katalog : 3302001

Ukuran Buku : 18,2 x 25,7 cm

id
Jumlah Halaman : xxiv + 322 halaman

o.
Naskah
.g
: Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat
ps
Penyunting : Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat
.b

Desain Kover oleh : Direktorat Statistik Kesejahteraan Rakyat


w
w

Penerbit : ©Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia


w

Pencetak : Badan Pusat Statistik


s ://

Sumber Ilustrasi : freepik.com, flaticon.com


tp
ht

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/atau


menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa
izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
Pengarah : Dr. Ateng Hartono, S.E., M.Si.

Penanggung Jawab : Ahmad Avenzora, S.E., M.S.E.

Editor : Ika Maylasari, S.S.T., M.Si.

id
Ida Eridawaty Harahap, S.Si., M.Si.

o.
Henri Asri. R. S.S.T., M.Si.
.g
ps
Penulis : Ririn Kuncaraning Sari, S.S.T., M.E.K.K.
.b

Mayang Sari S.Si, M.KM, M.Biomed.Sc.


w

Rizqi Nafi' Syari'ati, S.Tr.Stat.


w
w

Pengolah Data : Sapta Hastho Ponco, S.S.T., M.Stat.


://

Desain/Layout : Ririn Kuncaraning Sari, S.S.T., M.E.K.K.


s
tp
ht
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Salah satu dari lima arahan presiden dalam pelaksanaan misi Nawacita
dan visi Indonesia 2045 adalah pembangunan infrastruktur. RPJMN 2020-2024
menyebutkan jika pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar yang berfokus pada
penyediaan perumahan dan permukiman, air minum, serta sanitasi merupakan strategi
dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur yang merata dan berkeadilan.
Dalam upaya membangun infrastruktur dasar berupa perumahan dan permukiman

id
tersebut, dibutuhkan data untuk dapat mengevaluasi kebutuhan dan memantau capaian

o.
pembangunan.

.g
Badan Pusat Statistik (BPS) melalui pelaksanaan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
ps
Kor berupaya untuk memenuhi kebutuhan data perumahan dan permukiman setiap
.b

tahun. Selanjutnya, untuk melengkapi data perumahan yang dibutuhkan untuk


w

mengevaluasi capaian pembangunan, khususnya yang telah ditargetkan dalam RPJMN


w

dilaksanakan Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) setiap tiga tahun sekali.
w

Tahun 2022 BPS menyelenggarakan Susenas MKP pada bulan September 2022 untuk
://

memenuhi kebutuhan data perumahan. Data yang diperoleh dari pelaksanaan Susenas
s

MKP 2022 dipublikasikan dalam publikasi Statistik Perumahan dan Permukiman 2022.
tp

Publikasi ini diterbitkan setiap tiga tahun sekali dan disajikan dalam beberapa disagregasi
ht

untuk memperkaya ulasan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan publikasi ini. Semoga publikasi Statistik Perumahan dan Permukiman 2022
dapat memberikan manfaat bagi pemerintah dalam proses pembangunan.
Kami juga berharap publikasi ini dapat digunakan dan bermanfaat secara luas untuk
pengguna lainnya.

Jakarta, Agustus 2023


Plt. Kepala Badan Pusat Statistik

Amalia Adininggar Widyasanti


ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Dalam pemenuhan kebutuhan dasar perumahan, negara bertanggung jawab untuk
menyediakan dan memberikan kemudahan akan bantuan perumahan. Sejalan dengan
itu, salah satu dari lima arahan presiden dalam pelaksanaan misi Nawacita dan
visi Indonesia 2045 adalah pembangunan infrastruktur, termasuk di dalamnya
penyediaan perumahan dan permukiman layak, aman, dan terjangkau.
Urgensi penyediaan perumahan dan permukiman layak di Indonesia turut
mempertimbangkan perubahan struktur dan dinamika kependudukan di Indonesia.
Selain memperhatikan syarat kelayakan, perumahan dan permukiman juga harus

id
memenuhi standar kualitas kesehatan. Intervensi pemerintah pada perumahan yang

o.
sehat merupakan kesempatan besar untuk mencegah penyakit dan mengurangi risiko
kesehatan pada masa yang akan datang.
.g
ps
Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) diselenggarakan tiga tahun sekali
.b

untuk menyediakan berbagai data kesehatan dan perumahan melengkapi Susenas


w

Kor (Maret) yang diselenggarakan setiap tahun. Data yang ditampilkan pada publikasi
w

Statistik Perumahan dan Permukiman 2022 bersumber dari Susenas MKP 2022.
w

Publikasi ini menyajikan berbagai indikator dan statistik untuk memantau pencapaian
://

berbagai target mengenai pembangunan infrastruktur dasar khususnya yang


s

berhubungan dengan perumahan dan permukiman. Pada tahun 2022, topik yang diulas
tp

dalam publikasi Statistik Perumahan dan Permukiman 2022 antara lain mengenai
ht

penguasaan rumah/bangunan tempat tinggal, kondisi rumah/bangunan tempat tinggal,


upaya penyediaan air minum, keamanan dan kenyamanan bermukim, potensi
pencemaran udara di rumah, dan kesehatan lingkungan tempat tinggal.

Data mengenai penguasaan rumah/bangunan tempat tinggal dibutuhkan dalam


merencanakan penyediaan perumahan. Beberapa bahasan yang ditampilkan meliputi
cara memperoleh rumah/bangunan milik sendiri, proses pembelian, serta kepemilikan
rumah lain selain yang ditempati dan rencana pembelian rumah (lagi). Data Susenas MKP
2022 menunjukkan bahwa secara umum, mayoritas rumah tangga yang menempati
rumah dengan status kepemilikan milik sendiri, memperoleh rumah/bangunan tempat
tinggal dengan cara membangun sendiri (82,68 persen). Sebaliknya, sangat sedikit yang
memperoleh rumah dengan cara membeli, baik dari pengembang (0,62 persen) maupun
bukan pengembang (2,58 persen). Sebesar 52,85 persen rumah tangga yang menempati
rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan milik sendiri dan
memperolehnya dengan cara membeli dari pengembang atau bukan pengembang,
membeli rumah/bangunan tempat tinggalnya secara tunai dan 36,08 persen melalui
angsuran Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Persentase tertinggi rumah tangga yang
menempati rumah dengan status kepemilikan milik sendiri dan memperoleh rumah
dengan membeli dari pengembang atau bukan pengembang dengan cara membeli
melalui angsuran KPR terdapat pada rumah tangga dengan status ekonomi tertinggi
(kuintil 5) sebesar 42,85 persen. Secara nasional, rumah tangga yang menempati
rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan milik sendiri dengan cara
membeli dari pengembang atau bukan pengembang dan cara membelinya melalui
angsuran KPR memiliki rata-rata jangka waktu KPR sekitar 13 tahun.

Dari seluruh rumah tangga di Indonesia, sebanyak 7,82 persen rumah tangga memiliki
rumah lain selain yang ditempati saat ini. Penggunaan rumah lain dengan persentase
tertinggi adalah untuk dihuni oleh keluarga/famili lain tanpa membayar (40,96 persen).
Selanjutnya, 20,33 persen rumah tangga di Indonesia berencana untuk membeli atau
membangun rumah/bangunan tempat sendiri (lagi). Dari rumah tangga yang memiliki
rencana untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri

id
ataupun membangun lagi, persentasenya meningkat seiring dengan meningkatnya

o.
status ekonomi rumah tangga. Sementara periode dengan persentase tertinggi akan
.g
mewujudkan rencana tersebut adalah dalam setahun ke depan sebesar 7,52 persen.
ps
Kondisi rumah/bangunan tempat tinggal digambarkan melalui keberadaan sarana
.b

ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara, pencahayaan, serta pengelolaan lumpur tinja.
w

Lebih dari 40 persen rumah tangga telah memiliki jendela yang dapat dibuka setiap hari
w

pada berbagai jenis ruangan di dalam rumah/bangunan tempat tinggal. Sementara itu,
w

persentase rumah tangga menurut keberadaan ventilasi yang memenuhi syarat


://

kesehatan (ventilasi dengan luas ≥10,00 persen dari luas lantai) pada berbagai ruangan
s
tp

di dalam rumah/bangunan tempat tinggal di Indonesia masih cukup rendah.


ht

Persentase rumah tangga yang memiliki ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan
pada kamar tidur utama sebesar 36,02 persen. Sedangkan menurut kecukupan
pencahayaan, lebih dari 60 persen rumah tangga di Indonesia telah memiliki cahaya yang
cukup pada berbagai ruang bangunan tempat tinggal. Salah satu indikator yang dipantau
oleh pemerintah dalam upaya mewujudkan sanitasi yang sehat adalah pengelolaan
lumpur tinja. Pihak yang melakukan pengosongan tangki septik dengan persentase
tertinggi dari rumah tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja (TPAT) tangki
septik yang dikosongkan/dilakukan penyedotan dalam lima tahun terakhir adalah pihak
swasta (70,22 persen), diikuti dengan anggota rumah tangga (11,80 persen),
pemerintah daerah (6,28 persen), dan perusahaan daerah (6,17 persen).
Lokasi pembuangan lumpur tinja setelah dilakukan penyedotan menjadi penting untuk
memastikan bahwa kotoran tidak mencemari lingkungan. Persentase rumah tangga
dengan TPAT tangki septik yang dikosongkan/dilakukan penyedotan dalam lima tahun
terakhir dan membuang tinja hasil pengosongan/penyedotan dari tangki septik ke IPLT
hanya sebesar 23,48 persen.
Upaya penyediaan air minum rumah tangga meliputi beberapa isu diantaranya
pengambil air untuk keperluan rumah tangga, perilaku rumah tangga terhadap air agar
lebih aman untuk diminum, serta media dalam mengakses sumber air yang digunakan
oleh rumah tangga. Pengambil air untuk keperluan rumah tangga di Indonesia mayoritas
berusia 15 tahun ke atas (99,56 persen). Disamping pengambil air, perlakuan terhadap
air juga merupakan tindakan yang cost effective untuk pencegahan penyakit dan telah
disarankan oleh World Health Organization. Merebus/memasak air hingga mendidih
(83,33 persen) merupakan upaya yang paling banyak dilakukan rumah tangga
di Indonesia supaya air lebih aman untuk diminum. Selanjutnya, data Susenas MKP 2022
menunjukkan bahwa sebesar 46,89 persen rumah tangga menggunakan media utama
perpipaan untuk mengakses sumber air minum, sementara untuk mengakses air untuk
mandi/cuci/dll. sebesar 84,94 persen.

Aspek keamanan dan kenyamanan bermukim dilihat dari beberapa hal misalnya lokasi
rumah, kondisi jalan di sekitar rumah, dan kejadian bencana di sekitar rumah.

id
Hasil Susenas MKP 2022 memperlihatkan persentase rumah tangga dengan lokasi rumah

o.
di sekitar area berbahaya cukup rendah. Sementara jika dilihat dari sisi fasilitas jalan,
.g
mayoritas lebar jalan di depan rumah adalah sebesar 2,00-3,90 meter (46,54 persen).
ps
Persentase rumah tangga dengan lebar jalan yang sempit (0,00-1,90 meter) lebih tinggi
.b

di daerah perkotaan (31,08 persen) dibandingkan di perdesaan (20,48 persen).


w

Selanjutnya, Provinsi Jawa Barat (51,72 persen), DKI Jakarta (42,35 persen), dan Banten
w

(38,44 persen) merupakan tiga provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga
w

dengan lebar jalan di depan rumah selebar 0,00-1,90 meter.


://

Sementara itu, masih ada sebanyak 41,21 persen rumah tangga dengan kondisi
s

mayoritas kualitas jalan di depan rumah berupa jalan tanah yang rusak. Provinsi Papua
tp

(61,62 persen), Nusa Tenggara Timur (49,81 persen), dan Lampung (48,60 persen)
ht

memiliki persentase tertinggi rumah tangga dengan kondisi jalan di sekitar rumah yang
rusak. Dari sisi bencana yang dialami, gempa (7,59 persen) dan banjir (6,94 persen)
merupakan jenis bencana dengan persentase tertinggi yang pernah dialami oleh rumah
tangga pada rumah atau sekitar rumahnya dalam setahun terakhir.

Potensi pencemaran udara di rumah dilihat dari dua aspek, yaitu keberadaan perokok
aktif di dalam rumah yang dapat menyebabkan anggota rumah tangga menjadi perokok
pasif, dan penggunaan bahan bakar padat (kayu bakar dan arang) di rumah tangga.
Terdapat sebanyak 35,84 persen rumah tangga dengan ART/orang lain yang selalu
merokok di dalam rumah, di mana daerah perdesaan (43,82 persen) lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perkotaan (29,99 persen). Dari segi penggunaan bahan bakar
padat, Susenas MKP 2022 menunjukkan bahwa sekitar tiga dari sepuluh rumah tangga
(30,49 persen) menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar untuk
memasak dalam setahun terakhir, baik sebagai bahan bakar utama ataupun sampingan.
Pada rumah tangga yang menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar
untuk memasak dalam setahun terakhir, mayoritas memperoleh kayu bakar atau arang
dari mencari sendiri (92,07 persen).

Dalam publikasi ini, pembahasan mengenai kesehatan lingkungan tempat tinggal


meliputi saluran pembuangan limbah dan sampah. Saluran pembuangan meliputi limbah
grey water. Rumah tangga yang memiliki saluran pembuangan air
limbah/mandi/dapur/cuci tertutup sebesar 44,45 persen dan saluran pembuangan air
limbah terbuka sebesar 41,84 persen. Sementara itu, masih terdapat 13,70 persen
rumah tangga yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah/mandi/dapur/cuci.
Persentase rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir air
limbah/mandi/dapur/cuci ke got/selokan memiliki nilai tertinggi (39,88 persen)
dibandingkan tempat pembuangan lainnya (tangki seprik, IPAL,
kolam/sawah/sungai/danau/laut, lubang tanah, pantai/tanah lapang/kebun, atau pilihan
lainnya). Jika dilihat jenis got/selokan, terdapat 63,29 persen rumah tangga yang memiliki
got/selokan di sekitar rumah dan 79,37 persen diantaranya mengalir dengan lancar.

id
o.
Pembahasan mengenai sampah dijabarkan menjadi sampah berbahaya dan beracun (B3)

.g
dan pengelolaan sampah rumah tangga. Sampah B3, di samping sampah rumah tangga
ps
dan sampah plastik merupakan sumber pencemar yang perlu menjadi prioritas
penanganan karena dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan.
.b

Baru sebanyak 15,82 persen rumah tangga di Indonesia yang menggunakan/menyimpan


w

B3 dengan cara pembuangan terpisah dari sampah rumah tangga. Sementara itu, sekitar
w

empat dari sepuluh rumah tangga di Indonesia tidak mengetahui mengenai pemisahan
w

sampah dan tidak melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik (39,87 persen).
://

Perilaku tersebut lebih tinggi di daerah perdesaan, di mana hampir separuh dari rumah
s
tp

tangga di daerah perdesaan (49,83 persen) tidak mengetahui mengenai pemisahan


ht

sampah dan tidak melakukan pemisahan sampah. Pengelolaan sampah dengan dibakar
merupakan cara yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga di Indonesia
(65,54 persen) diikuti dengan diangkut petugas sebesar 26,56 persen, dan dibuang ke
Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sebanyak 12,34 persen. Sedangkan untuk
pengelolaan sampah dengan dibuat menjadi kompos sebanyak 2,18 persen, disetor ke
bank sampah 1,68 persen, dan didaur ulang 0,39 persen.
KATA PENGANTAR..............................................................................................v
RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................................vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xxi
BAB 1 DATA SEBAGAI BAHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

id
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN ..................................................... 1

o.
1.1
.g
Mewujudkan Perumahan dan Permukiman Sehat di Indonesia ..... 1
ps
1.2 Pemenuhan Data Perumahan dan Permukiman Melalui
.b

Susenas MKP ......................................................................................... 3


w

BAB 2 PENGUASAAN RUMAH/ BANGUNAN TEMPAT TINGGAL ............... 5


w
w

2.1 Cara Memperoleh Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Milik


://

Sendiri ..................................................................................................... 5
s
tp

2.2 Proses Pembelian Rumah/Bangunan Tempat Tinggal ..................... 8


ht

2.3 Kepemilikan dan Rencana Pembelian/Pembangunan


Bangunan Tempat Tinggal................................................................. 11
BAB 3 KONDISI RUMAH/BANGUNAN TEMPAT TINGGAL ........................ 65
3.1 Keadaan Ruangan di Dalam Bangunan Tempat Tinggal ............... 66
3.2 Pengelolaan Lumpur Tinja Rumah Tangga...................................... 68
BAB 4 UPAYA PENYEDIAAN AIR MINUM ................................................... 93
4.1 Penyediaan Air Minum Rumah Tangga ........................................... 94
4.2 Perilaku Agar Air Aman Diminum ..................................................... 95
4.3 Media untuk Mengakses Sumber Air ............................................... 97
BAB 5 KEAMANAN DAN KENYAMANAN BERMUKIM ............................. 135
5.1 Lokasi Rumah .....................................................................................136
5.2 Akses Jalan Menuju Rumah..............................................................138
5.3 Risiko Bencana Alam .........................................................................141
BAB 6 POTENSI PENCEMARAN UDARA DI RUMAH................................. 173
6.1 Perilaku Merokok di Dalam Rumah.................................................174
6.2 Penggunaan Kayu Bakar untuk Memasak ......................................176
BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL ............................ 189
7.1 Saluran Pembuangan Limbah ..........................................................189
7.2 Penggunaan dan Kepemilikan Bahan Berbahaya dan Beracun ...196

id
7.3 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga .............................................199

o.
.g
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 281
ps
PENJELASAN TEKNIS ..................................................................................... 285
.b

Tanta-Tanda yang Digunakan dalam Publikasi.......................................285


w

Relative Standard Error (RSE) ....................................................................285


w
w

Metodologi Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan


://

(MKP) 2022 ..................................................................................................286


s
tp

Definisi Operasional....................................................................................287
ht

LAMPIRAN-VSEN22.MKP .............................................................................. 299


BAB 2 PENGUASAAN TEMPAT TINGGAL

Tabel 2.1 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Bangunan Tempat


Tinggal Milik Sendiri Menurut Karakteristik dan Cara Memperoleh,
2022 ................................................................................................................................. 18
Tabel 2.2 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli dari Pengembang atau
Bukan Pengembang Menurut Karakteristik dan Cara Membeli,
2022 ................................................................................................................................. 19

id
Tabel 2.3 Rata-rata Jangka Waktu Kredit Rumah pada Rumah Tangga yang

o.
Menempati Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri yang
Dibeli Dari Pengembang atau Bukan Pengembang dengan
.g
ps
Angsuran KPR Menurut Provinsi, 2022 .............................................................. 20
Tabel 2.4 Rata-rata Jangka Waktu Kredit Rumah pada Rumah Tangga yang
.b

Menempati Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri yang


w

Dibeli Dari Pengembang atau Bukan Pengembang dengan


w

Angsuran KPR Menurut Karakteristik, 2022 ..................................................... 21


w

Tabel 2.5 Rata-rata Biaya Angsuran per Bulan yang Dibayarkan oleh Rumah
://

Tangga yang Menempati Rumah/Bangunan Tempat Tinggal


s
tp

Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli dari Pengembang atau Bukan


Pengembang dengan Angsuran KPR Menurut Karakteristik, 2022 ........ 22
ht

Tabel 2.6 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat


Tinggal Lain Selain yang Ditempati Saat Ini Menurut Provinsi dan
Penggunaannya, 2022 .............................................................................................. 23
Tabel 2.7 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat
Tinggal Lain Selain yang Ditempati Saat Ini Menurut Karakteristik
dan Penggunaannya, 2022 ..................................................................................... 25
Tabel 2.8 Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau
Membangun Rumah/bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi)
Menurut Provinsi dan Jenis Rencana, 2022 ...................................................... 27
Tabel 2.9 Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau
Membangun Rumah/bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi)
Menurut Karakteristik dan Jenis Rencana, 2022 ............................................. 29
Tabel 2.10 Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau
Membangun Rumah Sendiri Menurut Provinsi dan Periode Waktu
Rencana Ingin Membeli/Membangun Rumah Sendiri, 2022 .................... 31
Tabel 2.11 Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membel atau
/Membangun Rumah Sendiri Menurut Karakteristik dan Periode
Waktu Rencana Ingin Membeli/Membangun Rumah Sendiri,
2022 ................................................................................................................................. 32
Tabel 2.12 Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau
Membangun Rumah Sendiri Menurut Karakteristik dan Persiapan
yang Sudah Dilakukan untuk Membeli atau Membangun Rumah
Sendiri, 2022 ................................................................................................................. 33
Tabel 2.13 Persentase Rumah Tangga yang Tidak Berencana Membeli atau
Membangun Rumah Sendiri Menurut Karakteristik dan Alasan
Utama Tidak Membeli/Membangun Rumah Sendiri, 2022 ....................... 34
Tabel 2.14 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menempati
Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri Menurut
Karakteristik dan Cara Membeli, 2022 ................................................................ 35

id
Tabel 2.15 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Memiliki

o.
Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain Selain yang Ditempati Saat

.g
Ini Menurut Penggunaan dan Provinsi, 2022 .................................................. 39
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Memiliki
ps
Tabel 2.16
Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain Selain yang Ditempati Saat
.b

Ini Menurut Penggunaan dan Karakteristik, 2022 ......................................... 43


w

Tabel 2.17 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk
w

Membeli atau Membangun Rumah/bangunan Tempat Tinggal


w

Sendiri (Lagi) Menurut Jenis Rencana dan Provinsi, 2022 .......................... 48


://

Tabel 2.18 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk
s
tp

Membeli atau Membangun Rumah/Bangunan Tempat Tinggal


ht

Sendiri (Lagi) Menurut Jenis Rencana dan Karakteristik, 2022 ................. 52


Tabel 2.19 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana
Membeli atau Membangun Rumah Sendiri Menurut Provinsi dan
Periode Waktu Rencana Ingin Membeli atau Membangun Rumah
Sendiri, 2022 ................................................................................................................. 56
Tabel 2.20 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana
Membeli atau Membangun Rumah Sendiri, 2022 ......................................... 59

BAB 3 KONDISI BANGUNAN TEMPAT TINGGAL

Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan
dengan Jendela, 2022 ............................................................................................... 72
Tabel 3.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis
Ruangan dengan Jendela, 2022 ............................................................................ 73
Tabel 3.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan
dengan Jendela yang Dibuka Setiap hari, 2022 ............................................. 74
Tabel 3.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis
Ruangan dengan Jendela yang Dibuka Setiap Hari, 2022 ......................... 75
Tabel 3.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan
dengan Ventilasi, 2022 ............................................................................................. 76
Tabel 3.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis
Ruangan dengan Ventilasi, 2022 .......................................................................... 77
Tabel 3.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan
dengan Ventilasi dengan Luas ≥10,00 Persen dari Luas Lantai
Ruangan, 2022 ............................................................................................................. 78
Tabel 3.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis
Ruangan dengan Ventilasi dengan Luas ≥10,00 Persen dari Luas
Lantai Ruangan, 2022................................................................................................ 79
Tabel 3.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan
dengan Pencahayaan yang Cukup, 2022 .......................................................... 80
Tabel 3.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis
Ruangan dengan Pencahayaan yang Cukup, 2022 ....................................... 81

id
Tabel 3.11 Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir

o.
Tinja Tangki Septik yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan
dalam Lima Tahun Terakhir Menurut Karakteristik dan Pihak yang
.g
ps
Mengosongkan/Melakukan Penyedotan saat Terakhir Kali Tangki
Septik Dikosongkan, 2022....................................................................................... 82
.b

Tabel 3.12 Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir


w

Tinja Tangki Septik yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan


w

dalam Lima Tahun Terakhir Menurut Karakteristik dan Tempat


w

Pembuangan Tinja dari Tangki Septik, 2022 ................................................... 83


://

Tabel 3.13 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Tempat


s
tp

Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik yang


ht

Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir


Menurut Karakteristik dan Pihak yang Mengosongkan/Melakukan
Penyedotan saat Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan, 2022 .......... 84
Tabel 3.14 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Tempat
Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik yang
Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Karakteristik dan Tempat Pembuangan Tinja dari Tangki
Septik, 2022................................................................................................................... 88

BAB 4 UPAYA PENYEDIAAN AIR MINUM

Tabel 4.1 Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air


Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah Menurut Karakteristik dan
Kelompok Umur Pengambil Air Minum untuk Keperluan Rumah
Tangga, 2022 ................................................................................................................ 100
Tabel 4.2 Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air
Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah Menurut Karakteristik,
Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin Pengambil Air Minum untuk
Keperluan Rumah Tangga, 2022........................................................................... 101
Tabel 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Upaya yang
Dilakukan Supaya Air Menjadi Lebih Aman untuk Diminum, 2022 ........ 102
Tabel 4.4 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Media Utama
Perpipaan untuk Mengakses Sumber Air Menurut Provinsi dan
Kegunaan Air, 2022 .................................................................................................... 104
Tabel 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik, Kegunaan Air,
dan Media Utama yang Digunakan Rumah Tangga untuk
Mengakses Sumber Air, 2022 ................................................................................ 105
Tabel 4.6 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi
Sumber/Fasilitas Air Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah
Menurut Karakteristik dan Kelompok Umur Pengambil Air Minum
untuk Keperluan Rumah Tangga, 2022.............................................................. 109

id
Tabel 4.7 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi

o.
Sumber/Fasilitas Air Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah
Menurut Karakteristik, Umur, dan Jenis Kelamin Pengambil Air
.g
ps
Minum untuk Keperluan Rumah Tangga, 2022 .............................................. 111
Tabel 4.8 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
.b

Upaya yang Dilakukan Supaya Air Menjadi Lebih Aman untuk


w

Diminum dan Karakteristik, 2022 ......................................................................... 115


w

Tabel 4.9 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik,


w

Kegunaan Air, dan Media Utama yang Digunakan Rumah Tangga


://

untuk Mengakses Sumber Air, 2022 ................................................................... 122


s
tp

BAB 5 KEAMANAN DAN KENYAMANAN BERMUKIM


ht

Tabel 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Permukaan Jalan di


Depan Rumah dan Kondisi Mayoritas Kualitas Jalan di Depan
Rumah, 2022 ................................................................................................................. 141
Tabel 5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Letak/Lokasi
Rumah, 2022 ................................................................................................................. 143
Tabel 5.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Lebar Jalan di
Depan Rumah, 2022 .................................................................................................. 145
Tabel 5.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Lebar Jalan
di Depan Rumah, 2022 ............................................................................................. 146
Tabel 5.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Permukaan
Jalan di Depan Rumah, 2022 .................................................................................. 147
Tabel 5.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kondisi
Mayoritas Kualitas Permukaan Jalan di Depan Rumah, 2022 ................... 149
Tabel 5.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Kondisi
Mayoritas Kualitas Permukaan Jalan di Depan Rumah, 2022 ................... 150
Tabel 5.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Bencana
yang Pernah Dialami dalam Setahun Terakhir, 2022 .................................... 151
Tabel 5.9 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik
dan Letak/Lokasi Rumah, 2022 ............................................................................. 153
Tabel 5.10 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Lebar Jalan di Depan Rumah, 2022 ..................................................................... 159
Tabel 5.11 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Kondisi Kualitas Permukaan Jalan di Depan Rumah, 2022 ........................ 164
Tabel 5.12 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik
dan Letak/Lokasi Rumah, 2022 ............................................................................. 166

BAB 6 POTENSI PENCEMARAN UDARA DI RUMAH

Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan


ART/Orang Lain yang Biasa Merokok di Dalam Rumah, 2022 ................. 179

id
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keberadaan
ART/Orang Lain yang Biasa Merokok di Dalam Rumah, 2022 ................. 180

o.
Tabel 6.3 Persentase dan Rata-Rata Lama Rumah Tangga Menggunakan
Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak .g
ps
dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi, 2022 ........................................... 181
.b

Tabel 6.4 Persentase dan Rata-Rata Lama Rumah Tangga Menggunakan


w

Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak


w

dalam Setahun Terakhir Menurut Karakteristik, 2022 .................................. 182


w

Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau
://

Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun


s

Terakhir Menurut Provinsi dan Cara Memperoleh Kayu Bakar atau


tp

Arang Tersebut, 2022 ................................................................................................ 183


ht

Tabel 6.6 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau
Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun
Terakhir Menurut Karakteristik dan Cara Memperoleh Kayu Bakar
atau Arang Tersebut, 2022...................................................................................... 184
Tabel 6.7 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan
Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak
dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan Cara Memperoleh
Kayu Bakar atau Arang Tersebut, 2022 .............................................................. 185

BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL

Tabel 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan


Saluran Pembuangan Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022 ..................... 205
Tabel 7.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keberadaan
Saluran Pembuangan Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022 ..................... 206
Tabel 7.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat
Pembuangan Akhir Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022 ......................... 207
Tabel 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Tempat
Pembuangan Akhir Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022 ......................... 209
Tabel 7.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022 .................................................................. 211
Tabel 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keberadaan
Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022 .................................................................. 212
Tabel 7.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keadaan Aliran
Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022 .................................................................. 213
Tabel 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keadaan
Aliran Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022 ..................................................... 214
Tabel 7.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi yang Jalan di Sekitar
Rumahnya Pernah Tergenang Air Lebih dari 30 cm Setelah
Dua Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir, 2022 ............................ 215
Tabel 7.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik yang Jalan di

id
Sekitar Rumahnya Pernah Tergenang Air Lebih dari 30 cm Setelah

o.
Dua Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir, 2022 ............................ 216
Tabel 7.11 Persentase Rumah Tangga Dengan Jalan di Sekitar Rumah Pernah
.g
ps
Tergenang Air Lebih Dari 30 Cm Setelah Dua Jam Hujan Berhenti
Dalam Setahun Terakhir Menurut Karakteristik dan Frekuensi,
.b

2022 ................................................................................................................................. 217


w

Tabel 7.12 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan/Menyimpan B3


w

Menurut Provinsi dan Jenis Bahan Beracun, 2022 ......................................... 218


w

Tabel 7.13 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan/Menyimpan


://

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Menurut Karakteristik dan


s
tp

Jenis B3, 2022 ............................................................................................................... 220


ht

Tabel 7.14 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Cara Rumah
Tangga Membuang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), 2022 ............... 222
Tabel 7.15 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Cara Rumah
Tangga Membuang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), 2022 ............... 223
Tabel 7.16 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Pengetahuan, dan
Perilaku Mengenai Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik,
2022 ................................................................................................................................. 224
Tabel 7.17 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik, Pengetahuan,
dan Perilaku Mengenai Pemilahan Sampah Organik dan
Anorganik, 2022 .......................................................................................................... 225
Tabel 7.18 Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kepemilikan
Tempat Pembuangan Sampah Tertutup, 2022 ............................................... 226
Tabel 7.19 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Kepemilikan
Tempat Pembuangan Sampah Tertutup, 2022 ............................................... 227
Tabel 7.20 Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Cara
Penanganan Sampah, 2022 .................................................................................... 228
Tabel 7.21 Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Diangkut
Petugas atau Dibuang ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Menurut Provinsi dan Frekuensi Sampah Diangkut Petugas atau
Dibuang ke TPS Dalam Seminggu, 2022 ........................................................... 230
Tabel 7.22 Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Diangkut
Petugas atau Dibuang ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Menurut Karakteristik dan Frekuensi Sampah Diangkut Petugas
atau Dibuang ke TPS Dalam Seminggu, 2022 ................................................ 231
Tabel 7.23 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Keberadaan Saluran Pembuangan Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci,
2022 ................................................................................................................................. 232
Tabel 7. 24 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
Tempat Pembuangan Akhir Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022......... 235
Tabel 7. 25 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

id
Keberadaan Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022 ........................................ 240

o.
Tabel 7. 26 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan

.g
Keadaan Aliran Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022 .................................. 242
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Jalan di Sekitar
ps
Tabel 7. 27
Rumahnya Pernah Tergenang Air Lebih dari 30 cm Setelah Dua
.b

Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi,


w

2022 ................................................................................................................................. 245


w

Tabel 7.28 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan


w

Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Menurut Provinsi, 2022 .................... 246
://

Tabel 7.29 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan
s
tp

Cara Rumah Tangga Membuang Bahan Berbahaya dan Beracun


ht

(B3), 2022 ....................................................................................................................... 253


Tabel 7.30 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi,
Pengetahuan, dan Perilaku Mengenai Pemilahan Sampah Organik
dan Anorganik, 2022 ................................................................................................. 257
Tabel 7.31 Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Tempat
Pembuangan Sampah Tertutup Menurut Provinsi,
2022 ................................................................................................................................. 261
Tabel 7.32 Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik
dan Cara Penanganan Sampah, 2022 ................................................................. 262
Tabel 7.33 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan
Sampah Diangkut Petugas atau Dibuang ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Menurut Provinsi dan Frekuensi
Sampah Diangkut Petugas, 2022 ......................................................................... 272
Tabel 7.34 Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan
Sampah Diangkut Petugas atau Dibuang ke Tempat
Penampungan Sementara (TPS) Menurut Karakteristik dan
Frekuensi Sampah Diangkut Petugas, 2022 ..................................................... 276

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht
BAB 2 PENGUASAAN TEMPAT TINGGAL

Gambar 2.1 Persentase Rumah Tangga yang Menempati Bangunan Tempat


Tinggal Milik Sendiri Menurut Cara Memperoleh dan Karakteristik,
2022 ................................................................................................................................. 7
Gambar 2. 2 Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan
Rumah/bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli dari
Pengembang atau Bukan Pengembang Menurut Cara Membeli
dan Klasifikasi Desa, 2022 ....................................................................................... 9
Gambar 2.3 Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan
Rumah/bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli dari

id
Pengembang atau Bukan Pengembang Menurut Cara Membeli

o.
dan Status Ekonomi, 2022....................................................................................... 10
Gambar 2.4 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat
.g
ps
Tinggal Lain Selain yang Ditempati Saat ini Menurut Karakteristik,
2022 ................................................................................................................................. 12
.b

Gambar 2.5 Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau
w

Membangun Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi)


w
w

Menurut Karakteristik, 2022 ................................................................................... 13


://

Gambar 2.6 Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau
s

Membangun Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi)


tp

Menurut Periode Waktu Rencana Ingin Membeli/Membangun


ht

Rumah Sendiri (Lagi) dan Status Ekonomi, 2022 ........................................... 14


Gambar 2.7 Persentase Rumah Tangga yang Berencana
Membeli/Membangun Rumah Sendiri (Lagi) Menurut Persiapan
yang Sudah Dilakukan untuk Membeli/Membangun Rumah
Sendiri (Lagi) dan Klasifikasi Desa, 2022............................................................ 16
Gambar 2.8 Persentase Rumah Tangga yang Tidak Berencana untuk Membeli
atau Membangun Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Sendiri
(Lagi) Menurut Alasan Utama dan Karakteristik, 2022 ................................ 17

BAB 3 KONDISI BANGUNAN TEMPAT TINGGAL

Gambar 3.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Ruang Bangunan Tempat


Tinggal dan Keberadaan Jendela di Ruang Bangunan Tempat
Tinggal, 2022 ................................................................................................................ 66
Gambar 3.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Ruang Bangunan Tempat
Tinggal dan Keberadaan Ventilasi di Ruang Bangunan Tempat
Tinggal, 2022 ................................................................................................................ 67
Gambar 3.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Ruang Bangunan Tempat
Tinggal yang Memiliki Kecukupan Pencahayaan, 2022 ............................... 68
Gambar 3.4 Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir
Tinja Tangki Septik yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan
dalam Lima Tahun Terakhir Menurut Pihak yang
Mengosongkan/Melakukan Penyedotan saat Terakhir Kali dan
Klasifikasi Desa, 2022 ................................................................................................ 70
Gambar 3.5 Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir
Tinja Tangki Septik yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan
dalam Lima Tahun Terakhir Menurut Tempat Pembuangan Tinja
dari Tangki Septik dan Klasifikasi Desa, 2022 .................................................. 71

BAB 4 UPAYA PENYEDIAAN AIR MINUM

Gambar 4.1 Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air

id
Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah Menurut Kelompok Umur
Pengambil Air Minum untuk Keperluan Rumah Tangga, 2022 ................ 95

o.
Gambar 4.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Upaya yang Dilakukan
.g
Supaya Air Menjadi Lebih Aman Untuk Diminum, 2022 ............................. 96
ps
Gambar 4.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Kegunaan Air dan Media
.b

Utama yang Digunakan Rumah Tangga untuk Mengakses Sumber


w

Air, 2022 ......................................................................................................................... 97


w
w

BAB 5 KEAMANAN DAN KENYAMANAN BERMUKIM


://

Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Letak/Lokasi Rumah dan


s

Klasifikasi Desa, 2022 ................................................................................................ 137


tp

Gambar 5.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Lebar Jalan di Depan Rumah
ht

dan Status Ekonomi, 2022 ....................................................................................... 139


Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Permukaan Jalan di
Depan Rumah dan Klasifikasi Desa, 2022 ......................................................... 140
Gambar 5.4 Persentase Rumah Tangga yang Rumah atau Sekitarnya Pernah
Terkena Bencana Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis
Bencana, 2022 .............................................................................................................. 142

BAB 6 POTENSI PENCEMARAN UDARA DI RUMAH

Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan ART/Orang Lain


yang Biasa Merokok di Dalam Rumah dan Karakteristik Desa,
2022 ................................................................................................................................. 174
Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan ART/Orang Lain
yang Biasa Merokok di Dalam Rumah dan Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan KRT, 2022 ................................................................ 175
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau
Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun
Terakhir, 2022 ............................................................................................................... 176
Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau
Arang Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun
Terakhir Menurut Cara Memperoleh Kayu Bakar atau Arang dan
Klasifikasi Desa, 2022 ................................................................................................ 178

BAB 7 KESEHATAN LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL

Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Saluran


Pembuangan Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci dan Karakteristik,
2022 ................................................................................................................................. 191
Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir
Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci dan Karakteristik, 2022 .............................. 192

id
Gambar 7.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Got/Selokan di
Sekitar Rumah dan Karakteristik, 2022 .............................................................. 194

o.
Gambar 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Keadaan Aliran Got/Selokan
.g
di Sekitar Rumah dan Karakteristik, 2022 ......................................................... 196
ps
Gambar 7.5 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan/Menyimpan
.b

Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Menurut Karakteristik,


w

2022 ................................................................................................................................. 198


w

Gambar 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan dan Perilaku


w

Mengenai Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik dan


://

Karakteristik, 2022 ...................................................................................................... 200


s

Gambar 7.7 Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Tempat Pembuangan


tp

Sampah Tertutup Menurut Karakteristik, 2022 ............................................... 202


ht

Gambar 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Penanganan Sampah


dan Karakteristik, 2022 ............................................................................................. 204
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
1.1 Mewujudkan Perumahan dan Permukiman Sehat di Indonesia

id
Undang-Undang Republik Indonesia

o.
No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
.g
Kawasan Permukiman menyebutkan jika
ps
perumahan merupakan kumpulan rumah
.b

sebagai bagian dari permukiman, baik di


perkotaan maupun perdesaan yang
w
w

dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan


w

utilitas umum sebagai hasil upaya


://

pemenuhan rumah yang layak huni. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa rumah atau
s

permukiman tidak hanya sebagai tempat untuk tinggal dan berlindung, namun juga
tp

harus memenuhi sejumlah aspek dan sarana yang membuat seseorang dapat tinggal
ht

pada kondisi yang sehat, aman, dan harmonis. Undang-undang tersebut juga
menyebutkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan dasar perumahan, negara
bertanggung jawab untuk menyediakan dan memberikan kemudahan serta bantuan
perumahan. Sejalan dengan itu, pembangunan infrastruktur, termasuk di dalamnya
penyediaan perumahan dan permukiman layak, aman, dan terjangkau telah menjadi
salah satu dari lima arahan presiden dalam pelaksanaan misi Nawacita dan visi Indonesia
2045.

Sensus Penduduk (SP) Tahun 2020 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia meningkat
dibandingkan hasil SP 2010, menjadi 270,20 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2021).
Disamping itu, hasil proyeksi penduduk 2020-2050 berdasarkan hasil SP 2020
memperlihatkan jika komposisi penduduk lanjut usia (lansia) akan makin meningkat dan
pada 2050 mendatang diperkirakan setidaknya 16 dari 100 penduduk Indonesia adalah
lansia (Badan Pusat Statistik, 2023). Peningkatan jumlah penduduk, khususnya lansia akan
meningkatkan kebutuhan perumahan pada masa yang akan datang. Hal tersebut
dikarenakan lansia dengan berbagai keterbatasannya akan menghabiskan sebagian
besar waktunya di rumah. Selain itu, tingkat urbanisasi yang makin tinggi, juga akan
meningkatkan kebutuhan hunian layak khususnya di perkotaan. Persentase penduduk
Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan diestimasi akan meningkat dan mencapai
66,60 persen pada tahun 2035 atau dengan kata lain lebih dari separuh penduduk akan
tinggal di daerah perkotaan (Badan Pusat Statistik, 2020). Dengan adanya struktur dan
dinamika kependudukan tersebut, kebutuhan perumahan di Indonesia pada masa yang
akan datang diperkirakan akan meningkat sehingga membutuhkan berbagai data dalam
upaya perencanaan dan penyediaan perumahan yang layak.

Selain memperhatikan aspek pemerataan, penyediaan perumahan dan permukiman juga


harus memenuhi standar kualitas kesehatan. Teori kesehatan menyebutkan jika kondisi
lingkungan tempat tinggal dan bekerja merupakan upstream determinan pembentuk
faktor yang langsung memengaruhi derajat kesehatan (Braveman et al., 2011). Kondisi
rumah yang sehat menjadi faktor lingkungan yang sangat penting untuk membentuk
kesehatan sejak dini. Dengan didukung lingkungan perumahan yang sehat, kesehatan

id
seseorang akan terakumulasi selama siklus hidup dan menghasilkan individu yang sehat

o.
untuk membentuk sumber daya manusia yang potensial guna memajukan negara.
.g
Intervensi pada perumahan sehat merupakan kesempatan besar dalam pencegahan
ps
penyakit dan mengurangi risiko kesehatan pada masa yang akan datang (World Health
.b

Organization, 2018). Penelitian di negara-negara persekutuan Eropa membuktikan


w

bahwa setiap tiga Euro yang diinvestasikan untuk meningkatkan kondisi perumahan,
w

diestimasi akan kembali karena adanya penghematan untuk biaya perawatan kesehatan
w

dan pembiayaan layanan publik pada masa depan (Eurofound, 2016).


://

Mengingat pentingnya perumahan, berbagai persyaratan kesehatan di dalam rumah


s
tp

perlu diperhatikan oleh rumah tangga. Selain itu pemerintah juga perlu hadir dalam
ht

menutup berbagai celah ketimpangan sosial dan ekonomi dalam kepemilikan


perumahan dan permukiman yang sehat. Pemerintah Indonesia melalui Keputusan
Menteri Kesehatan No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan telah mengatur berbagai hal mengenai persyaratan rumah yang memenuhi
standar kesehatan. Disebutkan jika beberapa persyaratan mengenai kawasan
perumahan, di antaranya adalah lokasi, kualitas udara, kebisingan dan getaran, kualitas
tanah, kualitas air tanah, dll. Selanjutnya, melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman juga
disebutkan jika perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus
memenuhi standar teknis yang meliputi standar prasarana berupa jaringan jalan, saluran
pembuangan air hujan atau drainase, penyediaan air minum, saluran pembuangan air
limbah atau sanitasi, dan tempat pembuangan sampah. Selain berhubungan dengan
aspek kesehatan, standar tersebut juga terkait dengan kenyamanan bermukim. Dari sisi
sanitasi, studi di 41 negara menunjukkan jika sanitasi yang layak berhubungan dengan
pengurangan diare dan undernutrition yang dapat mengakibatkan kematian anak dan
stunting (Geere & Hunter, 2020). Sementara penanganan sampah padat yang kurang
baik memiliki dampak pada kesehatan masyarakat seperti akan memengaruhi kesehatan
fisik, psikis, dll. (Fadhullah et al., 2022).

1.2 Pemenuhan Data Perumahan dan Permukiman Melalui Susenas MKP

Pemerintah memiliki tugas pembinaan dalam hal perumahan yang dengan merumuskan
dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan
perumahan (UU RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).
Dalam upaya memantau pencapaian berbagai target mengenai pembangunan
infrastruktur dasar khususnya yang berhubungan dengan perumahan dan permukiman,
serta melakukan evaluasi terhadap program-program kegiatan yang telah dicanangkan,
dibutuhkan data real dan dapat tersedia secara rutin. Badan Pusat Statistik (BPS)
berupaya untuk menyajikan data rutin mengenai perumahan melalui Survei Sosial
dan Ekonomi Nasional (Susenas). Susenas telah dilaksanakan oleh BPS sejak tahun 1963

id
dan mengumpulkan berbagai informasi mengenai keterangan demografi, pendidikan,

o.
ketenagakerjaan, kesehatan, perumahan, kesejahteraan sosial, pengeluaran rumah

.g
tangga, serta informasi sosial ekonomi lainnya. Setiap bulan September dilaksanakan
Susenas Modul secara bergantian antara Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP), Modul
ps
Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP), dan modul Ketahanan Sosial. Pada tahun 2022,
.b

dilaksanakan Susenas MKP untuk mengumpulkan data spesifik terkait bidang kesehatan,
w

perumahan, dan perlindungan sosial yang belum bisa diakomodir melalui Susenas Maret
w

maupun survei rutin lainnya.


w
://

Kerangka berfikir topik perumahan yang kemudian dijabarkan menjadi berbagai


s

pertanyaan pada Susenas MKP berangkat dari agenda Rencana Pembangunan Jangka
tp

Menengah Nasional (RPJMN) untuk memperkuat infrastruktur dengan tujuan


ht

mendukung pengembangan ekonomi dan pelayanan dasar. Pertanyaan disusun untuk


menjawab berbagai kebutuhan data perumahan, program percepatan pembangunan
sanitasi permukiman, serta pengembangan penyelenggaraan sistem penyediaan air
minum dan sanitasi layak dan aman. Selain itu, data persampahan yang terdapat dalam
Susenas MKP juga dipersiapkan untuk untuk melihat capaian Sustainable Development
Goals (SDGs), di antaranya Tujuan 11, yaitu menjadikan kota dan permukinan inklusif,
aman, tangguh, dan berkelanjutan.

Publikasi Statistik Perumahan dan Permukiman dipublikasikan secara rutin dalam tiga
tahunan, sejalan dengan pelaksanaan Susenas MKP. Beberapa indikator atau statistik
dalam publikasi disajikan dalam beberapa disagregasi untuk memperluas ulasan dan
melihat fenomena yang terjadi. Pada tahun 2022, topik yang diulas dalam publikasi
Statistik Perumahan dan Permukiman 2022 antara lain mengenai penguasaan
rumah/bangunan tempat tinggal, kondisi rumah/bangunan tempat tinggal, upaya
penyediaan air minum, keamanan dan kenyamanan bermukim, potensi pencemaran
udara di rumah, dan kesehatan lingkungan tempat tinggal.
Pada setiap bab, ditampilkan beberapa tabel standar error yang memuat Relative
Standard Error (RSE). Tabel indikator atau statistik dengan standar error menunjukkan
adanya isu mengenai kualitas data yang dilihat dari RSE yang tinggi. Nilai RSE yang makin
tinggi menunjukkan akurasi data yang rendah. Pengguna perlu lebih berhati-hati dalam
menggunakan statistik atau indikator dengan nilai RSE 25,00 persen atau lebih. Estimasi
untuk statistik atau indikator dengan nilai RSE lebih dari 50,00 persen, tidak dapat
ditampilkan dan ditandai dengan simbol NA.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht
Hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat, serta memperoleh pelayanan kesehatan

id
merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam

o.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
.g
Tahun 1945. Namun demikian, pesatnya pertumbuhan
ps
penduduk akibat pertumbuhan alami dan urbanisasi
.b

menyebabkan peningkatan kebutuhan hunian. Belum


optimalnya sistem penyediaan perumahan bagi
w
w

masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah telah


w

menyebabkan berkembangnya perumahan dan permukiman yang tidak layak, tidak


://

teratur, bahkan ilegal.


s
tp

Salah satu arahan utama Presiden dalam pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian
sasaran visi Indonesia 2045 adalah pembangunan infrastruktur, sebagaimana tertuang
ht

dalam RPJMN 2020-2024. Pembangunan infrastruktur tersebut meliputi infrastruktur


pelayanan dasar dan infrastruktur perkotaan, di dalamnya mencakup akses perumahan
dan permukiman layak, aman, dan terjangkau. Arah kebijakan dalam pembangunan
perumahan dan permukiman adalah meningkatkan akses masyarakat secara bertahap
terhadap perumahan dan permukiman layak dan aman yang terjangkau untuk
mewujudkan kota yang inklusif dan layak huni.

Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses rumah tangga memperoleh rumah milik
sendiri, proses pembelian rumah/bangunan tempat tinggal milik sendiri, dan jangka
waktu membayar KPR serta besaran angsuran. Selain itu, kepemilikan rumah lain
dan penggunaannya serta rencana pembelian atau pembangunan rumah sendiri juga
akan dibahas di bab ini.

2.1 Cara Memperoleh Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri

Mayoritas rumah tangga di Indonesia menempati bangunan tempat tinggal dengan


status kepemilikan milik sendiri. Pada tahun 2022, persentase rumah tangga yang
menempati rumah milik sendiri mencapai 83,99 persen (Badan Pusat Statistik, 2022a).
Status kepemilikan bangunan tempat tinggal milik sendiri memiliki pola yang berbeda
bagi rumah tangga di daerah perkotaan dan di daerah perdesaan, yaitu sebesar
91,76 persen di daerah perdesaan dan 78,31 persen di daerah perkotaan. Cukup
tingginya persentase rumah tangga yang menempati bangunan tempat tinggal dengan
status kepemilikan milik sendiri menjadi hal yang menarik jika dikaji lebih dalam lagi
mengenai cara perolehan rumah tersebut. Hal tersebut bermanfaat bagi pemerintah
dalam menentukan kebijakan penyediaan perumahan. Secara umum, terdapat dua cara
rumah tangga memiliki rumah/bangunan tempat tinggal sendiri, yaitu dengan membeli
atau membangun sendiri. Dalam pembahasan ini, membeli rumah dapat dibedakan
menjadi dua cara, yaitu membeli dari pengembang atau membeli dari bukan
pengembang. Pengembang adalah perusahaan yang melakukan kegiatan pengadaan
dan pengolahan tanah serta pengadaan bangunan dan/atau sarana
dan prasarana dengan maksud dijual atau disewakan.

id
Secara umum, mayoritas rumah tangga yang menempati rumah dengan status

o.
kepemilikan milik sendiri, memperoleh rumah/bangunan tempat tinggal dengan cara
.g
membangun sendiri (82,68 persen). Persentase tersebut jauh lebih tinggi di daerah
ps
perdesaan dibandingkan di daerah perkotaaan (Gambar 2.1). Sementara itu, membeli
.b

rumah baik dari pengembang maupun bukan pengembang lebih umum ditemui pada
w

rumah tangga yang tinggal di daerah perkotaan. Lebih lanjut, sebesar 8,53 persen rumah
w

tangga yang menempati rumah milik sendiri, memperoleh rumah tersebut dengan cara
w

lainnya (misalnya karena warisan dan hibah), dalam hal ini daerah perkotaan memiliki
://

persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan (9,61 berbanding


s

7,27 persen).
tp
ht

Pada tabel 2.1 dapat dilihat bahwa sekitar sembilan dari sepuluh rumah tangga dengan
Kepala Rumah Tangga (KRT) yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD
menempati rumah dengan status kepemilikan milik sendiri memperoleh rumah dengan
cara membangun sendiri. Sebaliknya, sangat sedikit yang memperoleh rumah dengan
cara membeli, baik dari pengembang (0,62 persen) maupun bukan pengembang
(2,58 persen). Selanjutnya, perolehan rumah dengan cara membeli banyak ditemui pada
rumah tangga dengan KRT yang berpendidikan tamat perguruan tinggi. Hal menarik
lainnya, jika dilihat cara perolehan rumah milik sendiri berdasarkan kelompok umur KRT,
maka persentase rumah tangga yang memperoleh rumah dengan cara membangun
sendiri paling tinggi terdapat pada rumah tangga dengan KRT berumur 60 tahun ke atas,
sedangkan dengan cara membeli baik dari pengembang maupun bukan dari
pengembang paling tinggi pada rumah tangga dengan KRT berumur 30-59 tahun,
sedangkan dengan cara lainnya tertinggi pada rumah tangga dengan KRT
berumur <30 tahun (Tabel 2.1).
Gambar 2.1
Persentase Rumah Tangga yang Menempati Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri
Menurut Cara Memperoleh dan Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

Tabulasi antara persentase rumah tangga yang menempati rumah dengan status
kepemilikan milik sendiri menurut cara memperoleh rumah dan status ekonomi rumah
tangga juga menunjukkan pola yang cukup menarik. Persentase rumah tangga yang
menempati rumah dengan status kepemilikan milik sendiri dengan cara membeli dari
pengembang maupun bukan pengembang, makin tinggi seiring dengan membaiknya
status ekonomi rumah tangga. Sekitar satu dari sepuluh rumah tangga pada status
ekonomi tertinggi (kuintil 5) memperoleh rumah dengan cara membeli dari
pengembang. Sementara itu, hanya 0,40 persen rumah tangga pada status ekonomi
terendah (kuintil 1) memperoleh rumah dengan cara membeli dari pengembang. Hal ini
sejalan dengan yang ditemukan oleh Noverita (2017) dalam penelitiannya yang
menyebutkan bahwa rumah-rumah yang disediakan oleh pengembang maupun
pemerintah melalui Perusahaan Umum Pembangunan Nasional (Perumnas) hanya dapat
diakses oleh mereka yang berpenghasilan tinggi dan tetap. Pola serupa juga ditunjukkan
pada rumah tangga yang menempati rumah milik sendiri dengan cara membeli dari
bukan pengembang (Tabel 2.1).

2.2 Proses Pembelian Rumah/Bangunan Tempat Tinggal

Hasil Susenas MKP 2022 pada Tabel 2.1 sebelumnya menunjukkan sekitar sembilan dari
seratus rumah tangga di Indonesia menempati rumah dengan status kepemilikan milik
sendiri yang dibeli dari pengembang atau bukan pengembang (8,79 persen).

id
Selanjutnya akan dilihat lebih rinci mengenai cara rumah tangga tersebut membeli

o.
rumah. Cara membeli rumah dibedakan menjadi angsuran Kredit Pemilikan Rumah (KPR),

.g
angsuran non-KPR, tunai, atau lainnya. Gambar 2.2 memperlihatkan separuh dari rumah
tangga yang menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan
ps
milik sendiri dan memperolehnya dengan cara membeli dari pengembang atau bukan
.b

pengembang membeli rumah/bangunan tempat tinggalnya secara tunai (52,85 persen).


w

Cara membeli tunai memiliki persentase tertinggi dibandingkan dengan angsuran KPR,
w

non-KPR, atau cara lainnya.


w
://

Selain membeli secara tunai, terdapat pilihan lain bagi rumah tangga untuk membeli
s

rumah, yakni dengan cara kredit dan membayarnya secara berkala atau sering disebut
tp

mengangsur. Program kredit pemilikan rumah di Indonesia dikenal dengan sebutan KPR.
ht

KPR adalah suatu fasilitas kredit rumah yang diberikan oleh perbankan kepada nasabah
perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Sebanyak 36,08 persen rumah
tangga yang menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan
milik sendiri dan memperoleh dengan membeli dari pengembang atau bukan
pengembang, melakukan pembelian rumah tersebut dengan cara angsuran KPR
(Gambar 2.2).

Rumah tangga yang membeli rumah secara tunai lebih banyak ditemui di daerah
perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan (85,49 persen berbanding 47,63 persen).
Sebaliknya, rumah tangga yang membeli rumah dengan angsuran KPR lebih banyak
ditemui di daerah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan (41,30 persen
berbanding 3,44 persen). Harga rumah di daerah perkotaan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan di perdesaan membuat cara membeli rumah dengan mengangsur lebih
umum di perkotaan. Hal ini juga dapat terjadi karena perumahan lebih banyak dibangun
di daerah perkotaan dibandingkan di perdesaan.
Gambar 2. 2
Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan Rumah/bangunan Tempat Tinggal
Milik Sendiri yang Dibeli dari Pengembang atau Bukan Pengembang Menurut Cara Membeli
dan Klasifikasi Desa, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://

Meskipun sudah ada fasilitas kredit khusus untuk membeli rumah (KPR), namun masih
tp

terdapat rumah tangga yang menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status
ht

kepemilikan milik sendiri dan membeli dari pengembang atau bukan pengembang,
melakukan pembelian dengan cara angsuran non-KPR, yaitu sebesar 10,39 persen
(Gambar 2.2). Angsuran non-KPR adalah angsuran untuk pembayaran kredit pemilikan
rumah/bangunan tempat tinggal yang sumbernya dari lembaga keuangan yang bukan
diperuntukkan sebagai pembiayaan KPR.

Cara rumah tangga dalam membeli rumah sangat ditentukan oleh status ekonomi rumah
tangga. Akses terhadap KPR biasanya terbatas untuk rumah tangga dengan penghasilan
tetap. Untuk bisa mendapatkan KPR, salah satu syarat yang harus dilampirkan adalah
keterangan penghasilan atau slip gaji atau berupa laporan keuangan bagi wirausahawan.
Persentase tertinggi rumah tangga yang menempati rumah dengan status kepemilikan
milik sendiri dan memperoleh rumah dengan membeli dari pengembang atau bukan
pengembang dengan cara membeli melalui angsuran KPR terdapat pada rumah tangga
dengan status ekonomi tertinggi (kuintil 5). Persentase tersebut makin rendah seiring
dengan makin rendahnya status ekonomi rumah tangga. Untuk mengatasi kesenjangan
pada rumah tangga dalam mengakses perumahan, pemerintah telah meluncurkan
berbagai program, salah satunya adalah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan
(FLPP) yang ditujukan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Masyarakat
Berpenghasilan Menengah Bawah (MBM) untuk mendapatkan bantuan pembiayaan
perumahan. Meskipun pembelian rumah/bangunan tempat tinggal secara tunai
menunjukkan persentase yang tinggi pada rumah tangga dengan status ekonomi
rendah, namun hal tersebut perlu dihubungakan lebih lanjut dengan wilayah, kondisi
tempat tinggal, maupun kelayakan rumah/bangunan tempat tinggal yang dibeli.

Gambar 2.3
Persentase Rumah Tangga dengan Status Kepemilikan Rumah/Bangunan Tempat Tinggal
Milik Sendiri yang Dibeli dari Pengembang atau Bukan Pengembang Menurut Cara Membeli
dan Status Ekonomi, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

Hal menarik lainnya terkait perolehan rumah/bangunan tempat tinggal dengan status
kepemilikan milik sendiri dengan cara membeli dari pengembang atau bukan
pengembang dan dibeli dengan cara angsuran KPR adalah lama jangka waktu KPR dan
besaran biaya angsuran yang dibayarkan setiap bulann. Rata-rata lama jangka waktu KPR
cukup bervariasi antar provinsi di Indonesia. Secara nasional, rumah tangga yang
menempati rumah/bangunan tempat tinggal dengan status kepemilikan milik sendiri
dengan cara membeli dari pengembang atau bukan pengembang dan cara membelinya
melalui angsuran KPR memiliki rata-rata jangka waktu KPR sekitar 13 tahun (Tabel 2.3)
dengan besaran angsuran rata-rata sebesar RP1.624.921,81 setiap bulan (Tabel 2.5).
2.3 Kepemilikan dan Rencana Pembelian/Pembangunan Bangunan Tempat
Tinggal

Susenas MKP 2022 juga mengumpulkan informasi mengenai kepemilikan


rumah/bangunan tempat tinggal lain selain yang ditempati saat ini serta rencana rumah
tangga untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal lain selain
yang ditempati saat ini. Kondisi rumah tangga dapat beragam, rumah tangga yang tidak
tinggal di rumah dengan status kepemilikan milik sendiri bisa saja telah memiliki
rumah/bangunan tempat tinggaldi tempat lain. Informasi tersebut diperlukan sebagai
bahan untuk menghitung kebutuhan perumahan. Kepemilikan rumah/bangunan tempat
tinggal lain selain yang ditempati saat ini mengacu pada rumah yang dimiliki oleh
KRT/pasangan/anak yang tinggal dalam satu rumah tangga.

Gambar 2.4 memberikan informasi mengenai persentase rumah tangga yang memiliki
rumah/bangunan tempat tinggal lain selain yang ditempati saat ini. Sebanyak 7,82 persen

id
rumah tangga memiliki rumah lain selain yang ditempati saat ini, di mana daerah

o.
perkotaan memiliki persentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan.

.g
Selanjutnya, Tabel 2.7 memperlihatkan jika kepemilikan rumah lain selain yang ditempati
saat ini makin meningkat seiring dengan makin tingginya tingkat pendidikan KRT.
ps
Pola yang serupa juga terlihat pada karakteristik status ekonomi dan kelompok umur
.b

KRT.
w
w

Pada Gambar 2.4 juga dapat dilihat penggunaan rumah/bangunan tempat tinggal lain
w

yang dimiliki. Sebesar 40,96 persen rumah tangga menggunakan rumah/bangunan


://

tempat tinggal lain yang dimiliki untuk dihuni oleh keluarga/famili lain tanpa membayar.
s

Di daerah perkotaan, persentase rumah/bangunan tempat tinggal lain yang dimiliki


tp

dan digunakan untuk dikontrakkan juga cukup tinggi jika dibandingkan dengan
ht

di perdesaan (26,54 persen berbanding 9,15 persen). Lengkapnya fasilitas hidup dan taraf
perekonomian yang lebih maju menjadi pemicu bagi para pendatang atau migran untuk
pindah ke perkotaan. Hal ini menyebabkan tingginya permintaan terhadap perumahan
di perkotaan. Dengan adanya demand yang tinggi, usaha persewaan rumah di daerah
perkotaan menjadi menguntungkan. Hal tersebut didukung dengan data dari publikasi
Profil Migran Hasil Susenas tahun 2021 yang menyebutkan bahwa peluang rumah tangga
migran untuk menempati rumah kontrak/sewa empat kali lebih tinggi dibandingkan
rumah tangga nonmigran (Badan Pusat Statistik, 2022c).
Gambar 2.4
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain Selain
yang Ditempati Saat ini Menurut Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Selanjutnya, Susenas MKP 2022 juga mengumpulkan informasi mengenai rencana
rumah tangga untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri
(lagi). Gambar 2.5 menunjukkan sekitar 2 dari 10 rumah tangga di Indonesia berencana
untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat sendiri (lagi).
Persentase di daerah perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan di perdesaan
(22,10 persen berbanding 17,93 persen).

Gambar 2.5
Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau Membangun Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Sendiri (Lagi) Menurut Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Sementara itu, dari rumah tangga yang memiliki rencana untuk membeli atau
membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi), mayoritas ingin membangun
rumah sendiri (81,61 persen), diikuti dengan membeli tunai (24,80 persen).
Jika dibandingkan antardaerah perkotaan dan perdesaan, rumah tangga yang berencana
untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi) dengan
membangun rumah sendiri, baik dengan biaya sendiri maupun pinjaman/hutang lebih
lebih tinggi di daerah perdesaan. Sedangkan untuk rumah tangga yang berencana
membeli tunai, membeli dengan angsuran KPR, ataupun angsuran non-KPR
persentasenya lebih tinggi di perkotaan. Persentase rumah tangga yang memiliki rencana
untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi) dengan
cara membeli dengan angsuran KPR di daerah perkotaan hampir enam kali lipat lebih
tinggi jika dibandingkan dengan di perdesaan (Gambar 2.5).

Dari rumah tangga yang memiliki rencana untuk membeli atau membangun
rumah/bangunan tempat tinggal sendiri ataupun membangun lagi, persentasenya

id
meningkat seiring dengan meningkatnya status ekonomi rumah tangga. Disamping itu,

o.
jika dilihat dari kelompok umur KRT, pola data menunjukkan jika persentase rumah
.g
tangga yang berencana untuk membeli atau membangun rumah/bangunan tempat
ps
tinggal sendiri (lagi) lebih tinggi pada rumah tangga dengan kelompok umur KRT yang
.b

makin muda. Sekitar 3 dari 10 rumah tangga dengan KRT yang berumur kurang dari
w

30 tahun berencana membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri


w

(lagi) (Tabel 2.9).


w

Selanjutnya, dari 20,33 persen rumah tangga yang berencana untuk membeli atau
://

membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi), periode akan mewujudkan


s
tp

rencana tersebut dalam setahun ke depan sebesar 7,52 persen, dengan waktu lebih dari
ht

setahun kemudian sebesar 39,67 persen, dan yang menjawab tidak tahu sebesar 52,81
persen. Dengan kata lain, lebih dari separuh rumah tangga yang berencana untuk
membeli atau membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi)
belum mengetahui kapan akan mewujudkan rencana tersebut. Jika dilihat menurut status
ekonomi rumah tangga, pada rumah tangga dengan status ekonomi terendah (kuintil 1)
persentase rumah tangga yang berencana untuk membeli atau membangun
rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi), namun tidak tahu kapan akan
mewujudkan rencana tersebut bahkan semakin tinggi (58,11 persen) (Gambar 2.6).
Gambar 2.6
Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau Membangun Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Sendiri (Lagi) Menurut Periode Waktu Rencana Ingin Membeli/Membangun
Rumah Sendiri (Lagi) dan Status Ekonomi, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

Beragam cara yang digunakan untuk mewujudkan rencana membeli atau membangun
rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi), dalam hal ini menabung (55,61 persen)
memiliki persentase tertinggi, diikuti dengan memiliki tanah untuk dibangun
(16,27 persen). Akan tetapi, masih ada sekitar 31,32 persen rumah tangga yang belum
memiliki persiapan meskipun sudah memiliki rencana (Gambar 2.7). Menurut status
ekonomi, persentase rumah tangga yang belum memiliki persiapan tersebut paling
tinggi pada rumah tangga dengan status ekonomi terendah (41,89 persen). Hal tersebut
dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki keinginan untuk memiliki rumah,
namun belum memiliki kemampuan untuk mewujudkannya (Tabel 2.12).
Gambar 2.7
Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli/Membangun Rumah Sendiri (Lagi)
Menurut Persiapan yang Sudah Dilakukan untuk Membeli/Membangun Rumah Sendiri (Lagi)
dan Klasifikasi Desa, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht

Berkebalikan dengan rumah tangga yang berencana untuk membeli atau membangun
rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi) sebesar 20,33 persen (Gambar 2.5),
terdapat 79,67 persen rumah tangga yang tidak berencana untuk membeli atau
membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri atau lagi. Gambar 2.8
menunjukkan alasan utama rumah tangga tidak berencana untuk membeli atau
membangun rumah/bangunan tempet tinggal sendiri (lagi). Tiga alasan utama dengan
persentase tertingginya adalah karena sudah punya rumah (60,10 persen), diikuti dengan
tidak punya uang/dana (33,03 persen), dan alasan keluarga (4,15 persen). Baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan, kedua alasan tersebut memiliki persentase yang paling
tinggi dibandingkan dengan alasan lainnya (Gambar 2.8). Jika dilihat menurut kelompok
umur KRT, persentase rumah tangga yang tidak berencana untuk membeli atau
membangun rumah/bangunan tempat tinggal sendiri (lagi) karena alasan tidak punya
uang/dana, dan alasan keluarga lebih tinggi pada kelompok umur KRT di bawah 30
tahun.
Gambar 2.8
Persentase Rumah Tangga yang Tidak Berencana untuk Membeli atau Membangun Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Sendiri (Lagi) Menurut Alasan Utama dan Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.1
Persentase Rumah Tangga yang Menempati Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri
Menurut Karakteristik dan Cara Memperoleh, 2022

Membeli dari Lainnya


Membeli dari Membangun
Karakteristik Bukan (Warisan,
Pengembang Sendiri
Pengembang Hibah, dll.)
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 7,32 6,80 76,27 9,61
Perdesaan 0,42 2,21 90,10 7,27

Umur KRT
<30 Tahun 3,98 4,04 75,17 16,81
30-59 Tahun 4,74 4,94 81,44 8,89
60+ 2,59 4,12 87,29 5,99

Tingkat Pendidikan

id
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT

o.
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat
SD
0,62 2,58
.g 90,08 6,71
ps
SD/Sederajat 0,70 2,93 88,47 7,90
.b

SMP/Sederajat 2,18 4,38 83,21 10,22


SM/Sederajat 7,36 6,20 76,57 9,87
w

Perguruan Tinggi 15,82 10,30 66,94 6,94


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 0,40 2,34 86,01 11,25


://

Kuintil 2 1,39 2,77 87,15 8,69


s

Kuintil 3 1,81 3,76 85,51 8,91


tp

Kuintil 4 4,08 4,85 83,79 7,27


Kuinitl 5 10,98 8,49 73,36 7,17
ht

Indonesia 4,12 4,67 82,68 8,53

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.2
Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Milik Sendiri
yang Dibeli dari Pengembang atau Bukan Pengembang
Menurut Karakteristik dan Cara Membeli, 2022

Angsuran
Karakteristik Angsuran KPR Tunai Lainnya
non-KPR
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 41,30 10,53 47,63 0,54
Perdesaan 3,58 9,53 85,37 1,52

Umur KRT
<30 Tahun 38,88 6,98 53,38 0,76
30-59 Tahun 39,60 10,82 49,07 0,52
60+ 22,48 9,62 66,65 1,25

Tingkat Pendidikan

id
Tertinggi yang

o.
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 4,97 9,07 84,43 1,53
Sekolah dan Tidak Tamat
.g
ps
SD
SD/Sederajat 9,77 10,14 79,20 0,90
.b

SMP/Sederajat 23,16 12,37 62,91 1,56


SM/Sederajat 46,92 11,22 41,35 0,51
w

Perguruan Tinggi 44,70 8,71 46,35 0,25


w
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 10,02 10,92 77,79 1,27
://

Kuintil 2 23,03 12,98 62,82 1,17


s

Kuintil 3 25,59 11,10 62,68 0,62


tp

Kuintil 4 37,62 11,28 50,56 0,54


ht

Kuinitl 5 42,84 9,38 47,18 0,60

Indonesia 36,08 10,39 52,85 0,68

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.3
Rata-rata Jangka Waktu Kredit Rumah pada Rumah Tangga yang Menempati Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli Dari Pengembang atau Bukan Pengembang dengan
Angsuran KPR Menurut Provinsi, 2022

Rata-Rata Jangka Wakt Kredit Rumah


Provinsi
(Tahun)
(1) (2)

Aceh 12,68
Sumatera Utara 13,78
Sumatera Barat 14,55
Riau 12,25
Jambi 14,96
Sumatera Selatan 13,90
Bengkulu 13,81
Lampung 14,41
Kep. Bangka Belitung 15,62

id
Kep. Riau 11,44

o.
DKI Jakarta 14,07

.g
Jawa Barat 13,41
Jawa Tengah 12,08
ps
DI Yogyakarta 14,01
Jawa Timur 11,56
.b

Banten 12,67
w

Bali 14,62
w

Nusa Tenggara Barat 14,76


w

Nusa Tenggara Timur 8,23


://

Kalimantan Barat 14,03


s

Kalimantan Tengah 14,46


tp

Kalimantan Selatan 14,15


ht

Kalimantan Timur 10,02


Kalimantan Utara 13,40

Sulawesi Utara 13,11


Sulawesi Tengah 11,40
Sulawesi Selatan 11,88
Sulawesi Tenggara 11,35
Gorontalo 14,01
Sulawesi Barat 13,65

Maluku 11,76
Maluku Utara 13,41

Papua Barat 14,64


Papua 13,38

Indonesia 12,95

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.4
Rata-rata Jangka Waktu Kredit Rumah pada Rumah Tangga yang Menempati Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli Dari Pengembang atau Bukan Pengembang dengan
Angsuran KPR Menurut Karakteristik, 2022

Rata-Rata Jangka Wakt Kredit


Karakteristik Rumah
(Tahun)
(1) (2)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 12,97
Perdesaan 11,71

Umur KRT
<30 Tahun 13,60
30-59 Tahun 12,75
60+ 14,01

id
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan Tidak Tamat SD 10,00
SD/Sederajat 13,23
SMP/Sederajat
.g 13,56
ps
SM/Sederajat 13,04
Perguruan Tinggi 12,73
.b

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 16,17
w

Kuintil 2 14,49
w

Kuintil 3 13,68
Kuintil 4 12,51
://

Kuinitl 5 12,79
s
tp

Indonesia 12,95
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.5
Rata-rata Biaya Angsuran per Bulan yang Dibayarkan oleh Rumah Tangga
yang Menempati Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Tinggal Milik Sendiri yang Dibeli
dari Pengembang atau Bukan Pengembang dengan Angsuran KPR
Menurut Karakteristik, 2022

Karakteristik Rata-rata Biaya Angsuran per Bulan


(1) (2)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1.632.971,95
Perdesaan 1.254.579,07

Status Ekonomi
Kuintil 1 1.131.458,81
Kuintil 2 1.075.994,33
Kuintil 3 927.103,75

id
Kuintil 4 1.148.049,87
Kuinitl 5 2.004.681,33

o.
Indonesia
.g
1.624.921,81
ps
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
.b
w
w
w
s ://
tp
ht
Tabel 2.6
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain
Selain yang Ditempati Saat Ini Menurut Provinsi dan Penggunaannya, 2022

Memiliki Penggunaan
Rumah/Bangunan Dihuni oleh
Provinsi Tepat Tinggal Lain Dijadikan Tempat Keluarga/Famili
Selain yang Usaha oleh ART Lain Tanpa
Ditempati Saat ini Membayar
(1) (2) (3) (4)

Aceh 5,00 10,94 36,48


Sumatera Utara 5,77 7,27 36,49
Sumatera Barat 7,74 5,84 39,14
Riau 7,36 6,88 48,39
Jambi 7,91 17,06 44,34
Sumatera Selatan 5,77 9,07 49,90
Bengkulu 7,74 15,98 27,96

id
Lampung 5,12 15,49 39,82
Kep. Bangka Belitung 8,07 NA 35,00

o.
Kep. Riau 12,61 11,75 34,39

DKI Jakarta 16,88


.g 4,27 42,57
ps
Jawa Barat 7,62 14,55 37,50
Jawa Tengah 6,49 16,49 38,03
.b

DI Yogyakarta 10,12 8,85 31,39


w

Jawa Timur 6,45 10,97 39,05


Banten 7,69 8,47 31,67
w
w

Bali 11,32 8,46 61,14


://

Nusa Tenggara Barat 8,68 16,44 32,21


Nusa Tenggara Timur 7,60 6,32 49,57
s
tp

Kalimantan Barat 6,46 8,67 50,30


Kalimantan Tengah 11,20 9,80 44,73
ht

Kalimantan Selatan 9,03 3,00 36,45


Kalimantan Timur 15,02 9,18 40,03
Kalimantan Utara 13,64 NA 50,09

Sulawesi Utara 7,87 5,71 49,81


Sulawesi Tengah 10,01 4,61 55,68
Sulawesi Selatan 8,06 8,71 45,67
Sulawesi Tenggara 7,63 7,66 46,72
Gorontalo 5,87 NA 32,26
Sulawesi Barat 7,79 16,27 39,35

Maluku 9,40 NA 60,82


Maluku Utara 7,74 12,30 47,03

Papua Barat 14,18 3,72 56,67


Papua 10,05 NA 72,82

Indonesia 7,82 10,62 40,96


Tabel 2.6 (Lanjutan)

Penggunaan
Provinsi
Dikontrakkan/Disewakan Dibiarkan Kosong
(1) (5) (6)

Aceh 23,42 29,74


Sumatera Utara 34,29 22,76
Sumatera Barat 26,57 28,74
Riau 14,84 31,77
Jambi 18,05 17,19
Sumatera Selatan 20,46 18,99
Bengkulu 26,31 29,73
Lampung 16,63 26,28
Kep. Bangka Belitung 21,87 33,06
Kep. Riau 39,91 13,96

DKI Jakarta 35,85 18,38

id
Jawa Barat 25,73 23,94
Jawa Tengah 12,40 31,52

o.
DI Yogyakarta 41,15 20,23
Jawa Timur
Banten
16,28
34,53 .g 31,63
25,26
ps
Bali 12,49 19,18
.b

Nusa Tenggara Barat 10,71 41,04


w

Nusa Tenggara Timur 15,17 28,86


w

Kalimantan Barat 18,84 21,10


w

Kalimantan Tengah 7,63 38,74


://

Kalimantan Selatan 28,24 32,83


Kalimantan Timur 25,97 24,17
s

Kalimantan Utara 16,17 29,83


tp

Sulawesi Utara 8,19 35,35


ht

Sulawesi Tengah 14,11 24,83


Sulawesi Selatan 11,68 32,26
Sulawesi Tenggara 13,86 28,28
Gorontalo 15,07 34,36
Sulawesi Barat NA 37,78

Maluku NA 32,79
Maluku Utara 12,60 23,48

Papua Barat 6,62 30,80


Papua 7,56 14,89

Indonesia 21,75 26,53

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.7
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain
Selain yang Ditempati Saat Ini Menurut Karakteristik dan Penggunaannya, 2022

Memiliki Penggunaan
Rumah/Bangunan Dihuni oleh
Provinsi Tepat Tinggal Lain Dijadikan Tempat Keluarga/Famili
Selain yang Usaha oleh ART Lain Tanpa
Ditempati Saat ini Membayar
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 9,83 9,84 39,23
Perdesaan 5,09 12,66 45,53

Umur KRT
<30 Tahun 4,57 8,37 54,08
30-59 Tahun 7,88 11,29 39,79
60+ 8,68 9,21 41,91

id
Tingkat Pendidikan Tertinggi

o.
yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 4,64
.g 8,16 50,45
ps
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 5,01 11,52 46,85
.b

SMP/Sederajat 6,74 10,84 46,41


SM/Sederajat 9,45 11,18 36,97
w

Perguruan Tinggi 17,86 9,79 35,16


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 3,35 12,11 44,75


://

Kuintil 2 3,97 8,34 38,19


s

Kuintil 3 5,06 11,78 41,77


tp

Kuintil 4 7,50 10,76 44,01


Kuinitl 5 16,11 10,48 39,52
ht

Indonesia 7,82 10,62 40,96


Tabel 2.7 (Lanjutan)

Penggunaan
Provinsi Dikontrakkan/
Dibiarkan Kosong Lainnya
disewakan
(1) (5) (6) (7)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 26,54 24,62 1,37
Perdesaan 9,15 31,55 2,51

Umur KRT
<30 Tahun 11,64 23,15 3,98
30-59 Tahun 20,48 27,77 1,97
60+ 26,78 23,80 0,53

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT

id
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat

o.
SD 12,69 28,72 1,76
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
14,26
15,39 .g
26,14
27,58
1,52
1,98
ps
SM/Sederajat 24,34 26,71 1,85
Perguruan Tinggi 31,54 25,04 1,32
.b
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 5,98 36,84 NA
w

Kuintil 2 11,75 39,72 2,29


w

Kuintil 3 17,69 27,84 1,82


://

Kuintil 4 18,79 25,83 1,99


Kuinitl 5 27,95 22,66
s

1,48
tp

Indonesia 21,75 26,53 1,68


ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.8
Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau Membangun
Rumah/bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi)
Menurut Provinsi dan Jenis Rencana, 2022

Berencana untuk Jenis Rencana


Membangun atau
Membeli atau
Provinsi Membangun Membangun Membeli dengan
Rumah/bangunan Rumah Sendiri Angsuran KPR
Tempat Tinggal
Sendiri (Lagi)
(1) (2) (3) (4)

Aceh 16,59 92,02 2,06


Sumatera Utara 24,94 85,18 6,35
Sumatera Barat 26,78 89,60 6,70
Riau 20,36 78,63 16,05

id
Jambi 22,90 92,27 11,11
Sumatera Selatan 22,62 86,71 11,53

o.
Bengkulu 28,30 83,40 8,60
Lampung 16,92
.g 94,88 4,16
ps
Kep. Bangka Belitung 21,76 85,91 NA
Kep. Riau 25,76 73,14 22,93
.b

DKI Jakarta 27,07 41,41 30,48


w

Jawa Barat 19,58 73,86 10,26


w

Jawa Tengah 24,61 88,24 5,99


DI Yogyakarta 23,97 82,66 10,97
w

Jawa Timur 17,03 85,12 6,65


://

Banten 14,72 75,41 17,37


s

Bali 13,01 90,58 19,00


tp

Nusa Tenggara Barat 18,93 93,23 4,75


ht

Nusa Tenggara Timur 18,30 95,47 NA

Kalimantan Barat 14,05 83,44 11,69


Kalimantan Tengah 12,88 91,86 7,02
Kalimantan Selatan 21,49 81,87 13,16
Kalimantan Timur 31,59 87,40 12,07
Kalimantan Utara 23,32 93,14 4,20

Sulawesi Utara 20,23 85,74 7,61


Sulawesi Tengah 16,93 89,77 4,37
Sulawesi Selatan 21,55 80,30 10,79
Sulawesi Tenggara 20,56 88,74 8,71
Gorontalo 18,30 91,44 7,13
Sulawesi Barat 20,06 94,58 2,57

Maluku 16,27 96,99 NA


Maluku Utara 14,90 98,98 NA

Papua Barat 18,31 88,70 9,61


Papua 10,85 91,06 3,89

Indonesia 20,33 81,61 9,82


Tabel 2.8 (Lanjutan)

Jenis Rencana
Provinsi Membeli dengan
Membeli Tunai
Angsuran non-KPR
(1) (5) (6)

Aceh 1,17 23,15


Sumatera Utara 2,41 26,22
Sumatera Barat 0,66 13,41
Riau 1,56 16,19
Jambi 3,27 14,66
Sumatera Selatan 5,90 28,09
Bengkulu NA 17,46
Lampung NA 21,39
Kep. Bangka Belitung NA 23,65
Kep. Riau NA 26,26

DKI Jakarta 2,66 45,71

id
Jawa Barat 2,85 33,19
Jawa Tengah 2,56 24,02

o.
DI Yogyakarta NA 13,44
Jawa Timur
Banten
1,93
3,35 .g 25,47
29,51
ps
Bali 7,01 25,84
.b

Nusa Tenggara Barat NA 7,52


w

Nusa Tenggara Timur NA 1,94


w

Kalimantan Barat 4,04 19,70


w

Kalimantan Tengah NA 8,97


://

Kalimantan Selatan NA 20,82


Kalimantan Timur 5,05 19,22
s

Kalimantan Utara NA NA
tp

Sulawesi Utara 1,35 15,32


ht

Sulawesi Tengah NA 11,51


Sulawesi Selatan 3,98 21,33
Sulawesi Tenggara NA 8,39
Gorontalo 0,00 13,89
Sulawesi Barat NA 9,09

Maluku NA NA
Maluku Utara 0,00 NA

Papua Barat NA 9,11


Papua 0,00 8,39

Indonesia 2,57 24,80

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.9
Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau Membangun
Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi) Menurut Karakteristik dan Jenis Rencana, 2022

Berencana untuk Jenis Rencana


Membangun atau
Membeli atau
Provinsi Membangun Membangun Membeli dengan
Rumah/bangunan Rumah Sendiri Angsuran KPR
Tempat Tinggal
Sendiri (Lagi)
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 22,10 74,28 14,15
Perdesaan 17,93 93,91 2,55

Umur KRT
<30 Tahun 30,38 80,74 14,49

id
30-59 Tahun 22,69 81,24 9,38

o.
60+ 10,29 84,78 8,33

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT .g
ps
Tidak/Belum Pernah Sekolah
12,43 91,80 3,33
.b

dan Tidak Tamat SD


SD/Sederajat 16,88 90,58 4,37
w

SMP/Sederajat 21,53 85,61 7,71


w

SM/Sederajat 24,35 75,03 14,58


w

Perguruan Tinggi 28,18 70,59 14,29


://

Status Ekonomi
s

Kuintil 1 18,18 91,45 3,08


tp

Kuintil 2 18,86 87,91 5,20


Kuintil 3 19,44 86,72 7,94
ht

Kuintil 4 21,28 79,62 12,16


Kuinitl 5 22,76 70,62 15,65

Indonesia 20,33 81,61 9,82


Tabel 2.9 (Lanjutan)

Jenis Rencana
Provinsi Membeli dengan
Membeli Tunai
Angsuran non-KPR
(1) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,31 29,67
Perdesaan 1,33 16,63

Umur KRT
<30 Tahun 2,37 21,35
30-59 Tahun 2,50 25,04
60+ 3,23 26,47

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 2,38 22,70

id
Sekolah dan Tidak Tamat

o.
SD
SD/Sederajat 2,03 19,51
SMP/Sederajat 2,59
.g 21,07
ps
SM/Sederajat 2,77 27,32
Perguruan Tinggi 3,09 34,08
.b

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 2,02 17,19


w

Kuintil 2 2,34 21,10


w

Kuintil 3 2,53 21,49


://

Kuintil 4 2,14 25,74


Kuinitl 5 3,38 32,64
s
tp

Indonesia 2,57 24,80


ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.10
Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau Membangun Rumah Sendiri
Menurut Provinsi dan Periode Waktu Rencana Ingin Membeli atau Membangun Rumah Sendiri, 2022

Dalam Setahun ke Lebih dari Setahun


Provinsi Tidak Tahu
Depan ke Depan
(1) (2) (3) (4)

Aceh 8,41 41,12 50,47


Sumatera Utara 10,26 33,11 56,63
Sumatera Barat 5,56 51,44 43,00
Riau 7,77 44,83 47,40
Jambi 7,14 43,96 48,91
Sumatera Selatan 10,55 30,60 58,84
Bengkulu 9,75 40,68 49,57
Lampung 4,61 40,87 54,51
Kep. Bangka Belitung 10,93 43,23 45,84
Kep. Riau 5,65 36,00 58,35

id
DKI Jakarta 3,04 47,09 49,87

o.
Jawa Barat 7,50 32,12 60,38
Jawa Tengah 5,57 43,87 50,56
DI Yogyakarta 4,22
.g 54,74 41,04
ps
Jawa Timur 5,93 37,02 57,05
Banten 5,61 34,23 60,16
.b

Bali NA 54,81 41,26


w

Nusa Tenggara Barat 8,88 42,37 48,74


w

Nusa Tenggara Timur 18,98 61,60 19,42


w

Kalimantan Barat 9,41 43,98 46,61


://

Kalimantan Tengah 12,77 34,33 52,90


s

Kalimantan Selatan 8,09 37,43 54,48


tp

Kalimantan Timur 14,80 41,68 43,52


Kalimantan Utara 4,57 44,00 51,44
ht

Sulawesi Utara 9,24 44,82 45,94


Sulawesi Tengah 13,89 51,45 34,66
Sulawesi Selatan 8,33 34,22 57,44
Sulawesi Tenggara 16,15 51,51 32,34
Gorontalo 15,23 41,73 43,04
Sulawesi Barat 9,00 47,12 43,88

Maluku 14,56 31,72 53,72


Maluku Utara 24,57 49,09 26,33

Papua Barat 10,29 52,83 36,88


Papua 8,45 43,32 48,23

Indonesia 7,52 39,67 52,81

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.11
Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau Membangun Rumah Sendiri
Menurut Karakteristik dan Periode Waktu Rencana Ingin Membeli atau Membangun Rumah Sendiri,
2022

Dalam Setahun ke Lebih dari Setahun ke


Karakteristik Tidak Tahu
Depan Depan
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 6,86 38,04 55,10
Perdesaan 8,63 42,42 48,95

Umur KRT
<30 Tahun 8,11 43,51 48,39
30-59 Tahun 7,41 38,95 53,63
60+ 7,64 40,76 51,60

Tingkat Pendidikan

id
Tertinggi yang

o.
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 7,98
.g
34,22 57,80
ps
SD
SD/Sederajat 7,58 39,43 52,99
.b

SMP/Sederajat 6,94 38,16 54,90


SM/Sederajat 7,09 40,19 52,72
w

Perguruan Tinggi 8,98 44,32 46,70


w
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 6,12 35,76 58,11
://

Kuintil 2 5,90 38,64 55,46


s

Kuintil 3 7,47 40,47 52,06


tp

Kuintil 4 8,08 38,73 53,19


ht

Kuinitl 5 8,84 42,63 48,53

Indonesia 7,52 39,67 52,81

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.12
Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau Membangun Rumah Sendiri
Menurut Karakteristik dan Persiapan yang Sudah Dilakukan untuk Membeli atau Membangun
Rumah Sendiri, 2022

Memiliki
Menyiapkan
Tanah Tidak Ada
Karakteristik Menabung Bahan Lainnya
untuk Persiapan
Bangunan
Dibangun
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 58,34 12,58 3,55 0,60 31,92
Perdesaan 51,02 22,48 9,55 0,74 30,33

Umur KRT
<30 Tahun 63,68 14,01 4,45 0,46 25,60
30-59 Tahun 55,01 16,04 5,86 0,58 32,09
60+ 52,03 19,89 6,54 1,27 31,71

id
o.
Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
.g
ps
Tidak/Belum Pernah 42,64 19,40 10,54 NA 39,64
Sekolah dan Tidak
.b

Tamat SD
SD/Sederajat 48,09 17,86 7,25 0,52 36,61
w

SMP/Sederajat 53,57 18,03 6,17 NA 32,79


w

SM/Sederajat 59,25 13,95 4,00 0,81 29,92


w

Perguruan Tinggi 70,78 15,06 4,20 1,14 18,20


://

Status Ekonomi
s

Kuintil 1 42,56 16,25 8,24 0,63 41,89


tp

Kuintil 2 47,42 16,11 6,44 0,46 38,68


ht

Kuintil 3 51,73 16,64 6,72 0,65 34,16


Kuintil 4 57,48 16,08 4,79 0,70 29,88
Kuinitl 5 68,75 16,30 4,24 0,73 20,42

Indonesia 55,61 16,27 5,79 0,65 31,32

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.13
Persentase Rumah Tangga yang Tidak Berencana Membeli atau Membangun Rumah Sendiri
Menurut Karakteristik dan Alasan Utama Tidak Membeli atau Membangun Rumah Sendiri, 2022

Lokasi
Tidak Punya Sudah Punya Rumah
Karakteristik Keluarga Lainnya
Uang/Dana Rumah Strategis/
Nyaman
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 4,41 36,39 56,00 2,49 0,71
Perdesaan 3,80 28,68 65,41 1,62 0,48

Umur KRT
<30 Tahun 6,44 39,85 51,66 1,15 0,90
30-59 Tahun 4,02 34,20 59,11 2,35 0,32
60+ 3,90 28,42 64,67 1,74 1,28

id
Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang

o.
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak 3,30 34,90 .g
59,60 1,03 1,16
ps
Tamat SD
.b

SD/Sederajat 3,51 34,41 60,11 1,54 0,43


SMP/Sederajat 4,31 34,40 59,18 1,58 0,53
w

SM/Sederajat 4,84 34,18 57,73 2,69 0,56


w

Perguruan Tinggi 5,38 18,75 70,13 5,16 0,57


w

Status Ekonomi
://

Kuintil 1 4,63 41,28 52,66 0,82 0,61


s

Kuintil 2 4,33 37,74 56,22 1,16 0,54


tp

Kuintil 3 4,01 34,95 58,93 1,73 0,38


Kuintil 4 4,11 30,07 63,05 2,25 0,53
ht

Kuinitl 5 3,80 24,51 66,80 3,96 0,93

Indonesia 4,15 33,03 60,10 2,11 0,61

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.14
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah/Bangunan
Tempat Tinggal Milik Sendiri Menurut Karakteristik dan Cara Membeli, 2022

Angsuran KPR

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 41,30 2,26 5,47 36,87 45,73
Perdesaan 3,58 0,80 22,37 2,01 5,16

Umur KRT
<30 Tahun 38,88 9,61 24,73 20,03 57,73

id
30-59 Tahun 39,60 2,44 6,15 34,82 44,37
60+ 22,48 2,41 10,70 17,76 27,20

o.
Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
.g
ps
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
4,97 1,80 36,181 1,44 8,50
.b

dan Tidak Tamat SD


w

SD/Sederajat 9,77 1,72 17,61 6,39 13,14


SMP/Sederajat 23,16 3,20 13,83 16,88 29,44
w

SM/Sederajat 46,92 2,70 5,77 41,61 52,22


w

Perguruan Tinggi 44,70 2,86 6,39 39,09 50,30


://

Status Ekonomi
s

Kuintil 1 10,02 2,50 24,94 5,12 14,93


tp

Kuintil 2 23,03 4,71 20,44 13,79 32,26


ht

Kuintil 3 25,59 3,15 12,32 19,41 31,78


Kuintil 4 37,62 3,22 8,55 31,31 43,93
Kuinitl 5 42,84 2,60 6,06 37,75 47,94

Indonesia 36,08 2,07 5,74 32,02 40,14


Tabel 2.14 (Lanjutan)

Angsuran non-KPR

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 10,53 1,00 9,52 8,57 12,50
Perdesaan 9,53 1,21 12,66 7,16 11,89

Umur KRT
<30 Tahun 6,98 2,73 39,071 1,63 12,34
30-59 Tahun 10,82 0,99 9,17 8,87 12,76
60+ 9,62 1,45 15,03 6,78 12,45

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
9,07 1,98 21,85 5,18 12,96
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 10,14 1,45
.g
14,30 7,29 12,98
ps
SMP/Sederajat 12,37 2,16 17,44 8,14 16,60
SM/Sederajat 11,22 1,36 12,15 8,55 13,90
.b

Perguruan Tinggi 8,71 1,33 15,32 6,09 11,32


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 10,92 2,33 21,36 6,35 15,50


w

Kuintil 2 12,98 2,59 19,92 7,91 18,05


://

Kuintil 3 11,10 2,02 18,22 7,14 15,07


Kuintil 4 11,28 1,60 14,16 8,15 14,42
s

Kuinitl 5 9,38 1,21 12,86 7,01 11,74


tp
ht

Indonesia 10,39 0,88 8,46 8,67 12,12


Tabel 2.14 (Lanjutan)

Tunai

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 47,63 2,08 4,37 43,55 51,71
Perdesaan 85,37 1,50 1,75 82,43 88,30

Umur KRT
<30 Tahun 53,38 8,88 16,64 35,96 70,80
30-59 Tahun 49,07 2,22 4,53 44,71 53,43
60+ 66,65 2,72 4,08 61,32 71,98

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
84,43 2,68 3,17 79,17 89,68
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 79,20 2,16
.g 2,73 74,96 83,44
ps
SMP/Sederajat 62,91 3,52 5,59 56,00 69,81
SM/Sederajat 41,35 2,38 5,75 36,68 46,02
.b

Perguruan Tinggi 46,35 2,71 5,85 41,04 51,67


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 77,79 3,05 3,92 71,81 83,77


w

Kuintil 2 62,82 4,41 7,02 54,18 71,47


://

Kuintil 3 62,68 3,29 5,24 56,24 69,13


Kuintil 4 50,56 2,95 5,83 44,78 56,33
s

Kuinitl 5 47,18 2,43 5,15 42,41 51,95


tp
ht

Indonesia 52,85 1,92 3,63 49,09 56,61


Tabel 2.14 (Lanjutan)

Lainnya

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,54 0,19 34,381 0,18 0,91
Perdesaan 1,52 0,55 36,271 0,44 2,60

Umur KRT
<30 Tahun NA NA 100,792 NA NA
30-59 Tahun 0,52 0,16 31,091 0,20 0,83
60+ 1,25 0,61 48,821 0,05 2,44

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
NA NA 71,602 NA NA
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat NA NA
.g
53,242 NA NA
ps
SMP/Sederajat NA NA 61,102 NA NA
SM/Sederajat 0,51 0,22 42,811 0,08 0,94
.b

Perguruan Tinggi NA NA 58,842 NA NA


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 NA NA 72,132 NA NA
w

Kuintil 2 NA NA 60,192 NA NA
://

Kuintil 3 NA NA 71,662 NA NA
Kuintil 4 0,54 0,26 48,621 0,03 1,06
s

Kuinitl 5 0,60 0,27 44,471 0,08 1,12


tp
ht

Indonesia 0,68 0,18 26,241 0,33 1,02

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 2.15
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain
Selain yang Ditempati Saat Ini Menurut Penggunaan dan Provinsi, 2022

Dijadikan Tempat Usaha oleh ART


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 10,94 3,93 35,941 3,23 18,65


Sumatera Utara 7,27 2,04 28,131 3,26 11,28
Sumatera Barat 5,84 1,79 30,631 2,33 9,34
Riau 6,88 2,21 32,191 2,54 11,22
Jambi 17,06 4,43 25,941 8,38 25,74
Sumatera Selatan 9,07 2,97 32,691 3,26 14,89
Bengkulu 15,98 4,60 28,771 6,96 24,99
Lampung 15,49 3,72 24,01 8,20 22,78

id
Kep. Bangka Belitung NA NA 50,632 NA NA

o.
Kep. Riau 11,75 5,39 45,861 1,19 22,31

DKI Jakarta 4,27 1,82


.g
42,561 0,71 7,83
ps
Jawa Barat 14,55 2,42 16,63 9,80 19,29
Jawa Tengah 16,49 2,79 16,92 11,02 21,96
.b

DI Yogyakarta 8,85 3,80 42,941 1,40 16,31


Jawa Timur 10,97 1,80 16,40 7,45 14,50
w

Banten 8,47 2,58 30,481 3,41 13,53


w

Bali 8,46 2,74 32,391 3,09 13,83


w

Nusa Tenggara Barat 16,44 5,34 32,461 5,98 26,91


://

Nusa Tenggara Timur 6,32 2,03 32,061 2,35 10,29


s
tp

Kalimantan Barat 8,67 3,00 34,551 2,80 14,54


Kalimantan Tengah 9,80 3,05 31,151 3,81 15,78
ht

Kalimantan Selatan 3,00 1,24 41,221 0,58 5,43


Kalimantan Timur 9,18 2,13 23,23 5,00 13,36
Kalimantan Utara NA NA 68,492 NA NA

Sulawesi Utara 5,71 1,91 33,511 1,96 9,47


Sulawesi Tengah 4,61 1,83 39,761 1,02 8,21
Sulawesi Selatan 8,71 2,34 26,871 4,12 13,30
Sulawesi Tenggara 7,66 2,65 34,631 2,46 12,85
Gorontalo NA NA 51,552 NA NA
Sulawesi Barat 16,27 6,41 39,371 3,71 28,84

Maluku NA NA 51,532 NA NA
Maluku Utara 12,30 5,38 43,701 1,76 22,84

Papua Barat 3,72 1,78 47,781 0,23 7,20


Papua NA NA 54,942 NA NA

Indonesia 10,62 0,70 6,56 9,25 11,98


Tabel 2.15 (Lanjutan)

Dihuni oleh Keluarga/Famili Lain Tanpa Membayar


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 36,48 4,50 12,34 27,65 45,31


Sumatera Utara 36,49 3,67 10,04 29,30 43,67
Sumatera Barat 39,14 4,36 11,15 30,59 47,69
Riau 48,39 6,09 12,59 36,45 60,34
Jambi 44,34 5,49 12,38 33,58 55,11
Sumatera Selatan 49,90 5,81 11,64 38,51 61,29
Bengkulu 27,96 4,11 14,69 19,91 36,02
Lampung 39,82 4,92 12,37 30,16 49,47
Kep. Bangka Belitung 35,00 6,31 18,03 22,63 47,37
Kep. Riau 34,39 7,15 20,79 20,37 48,40

DKI Jakarta 42,57 6,07 14,25 30,67 54,46

id
Jawa Barat 37,50 3,03 8,08 31,56 43,45

o.
Jawa Tengah 38,03 2,80 7,37 32,54 43,53
DI Yogyakarta 31,39 4,41 14,04 22,75 40,04
Jawa Timur 39,05 3,11 7,96
.g 32,95 45,14
ps
Banten 31,67 6,12 19,33 19,66 43,67
.b

Bali 61,14 5,16 8,44 51,03 71,26


Nusa Tenggara Barat 32,21 6,23 19,34 20,00 44,42
w

Nusa Tenggara Timur 49,57 4,44 8,96 40,87 58,28


w

Kalimantan Barat 50,30 5,55 11,03 39,42 61,18


w

Kalimantan Tengah 44,73 4,74 10,59 35,45 54,02


://

Kalimantan Selatan 36,45 4,45 12,22 27,71 45,18


s

Kalimantan Timur 40,03 4,35 10,86 31,51 48,55


tp

Kalimantan Utara 50,09 10,66 21,27 29,20 70,99


ht

Sulawesi Utara 49,81 5,56 11,16 38,92 60,71


Sulawesi Tengah 55,68 5,61 10,08 44,68 66,69
Sulawesi Selatan 45,67 4,15 9,08 37,54 53,81
Sulawesi Tenggara 46,72 6,22 13,30 34,54 58,91
Gorontalo 32,26 7,88 24,43 16,81 47,71
Sulawesi Barat 39,35 6,39 16,23 26,83 51,88

Maluku 60,82 7,18 11,80 46,75 74,90


Maluku Utara 47,03 7,60 16,15 32,14 61,93

Papua Barat 56,67 4,62 8,15 47,61 65,72


Papua 72,82 4,80 6,59 63,41 82,24

Indonesia 40,96 1,09 2,66 38,83 43,10


Tabel 2.15 (Lanjutan)

Dikontrakkan/disewakan
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 23,42 3,55 15,16 16,45 30,38


Sumatera Utara 34,29 4,24 12,37 25,97 42,61
Sumatera Barat 26,57 3,74 14,09 19,23 33,91
Riau 14,84 3,26 21,97 8,45 21,23
Jambi 18,05 4,29 23,79 9,63 26,46
Sumatera Selatan 20,46 5,24 25,641 10,18 30,74
Bengkulu 26,31 6,11 23,21 14,34 38,29
Lampung 16,63 4,29 25,811 8,22 25,05
Kep. Bangka Belitung 21,87 6,09 27,851 9,93 33,81
Kep. Riau 39,91 7,45 18,66 25,31 54,51

DKI Jakarta 35,85 5,30 14,79 25,45 46,25

id
Jawa Barat 25,73 2,76 10,74 20,31 31,15

o.
Jawa Tengah 12,40 1,74 14,01 9,00 15,81
DI Yogyakarta 41,15 5,30 12,87 30,77 51,53
Jawa Timur 16,28 2,06
.g
12,68 12,23 20,33
ps
Banten 34,53 5,15 14,93 24,42 44,63
.b

Bali 12,49 3,99 31,911 4,68 20,30


Nusa Tenggara Barat 10,71 3,63 33,861 3,60 17,82
w

Nusa Tenggara Timur 15,17 3,14 20,72 9,01 21,34


w

Kalimantan Barat 18,84 3,64 19,31 11,71 25,97


w

Kalimantan Tengah 7,63 2,66 34,901 2,41 12,85


://

Kalimantan Selatan 28,24 5,67 20,09 17,11 39,36


s

Kalimantan Timur 25,97 4,54 17,48 17,07 34,87


tp

Kalimantan Utara 16,17 7,35 45,461 1,76 30,59


ht

Sulawesi Utara 8,19 3,00 36,671 2,30 14,08


Sulawesi Tengah 14,11 3,46 24,50 7,33 20,88
Sulawesi Selatan 11,68 2,47 21,12 6,84 16,52
Sulawesi Tenggara 13,86 6,26 45,191 1,58 26,15
Gorontalo 15,07 7,37 48,891 0,62 29,52
Sulawesi Barat NA NA 53,252 NA NA

Maluku NA NA 53,662 NA NA
Maluku Utara 12,60 6,44 51,132 -0,03 25,22

Papua Barat 6,62 1,75 26,401 3,19 10,04


Papua 7,56 2,56 33,861 2,54 12,57

Indonesia 21,75 0,91 4,19 19,96 23,54


Tabel 2.15 (Lanjutan)

Dibiarkan Kosong
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Aceh 29,74 4,65 15,65 20,62 38,86


Sumatera Utara 22,76 3,28 14,43 16,32 29,20
Sumatera Barat 28,74 3,57 12,41 21,75 35,73
Riau 31,77 6,24 19,64 19,53 44,01
Jambi 17,19 4,21 24,46 8,95 25,44
Sumatera Selatan 18,99 4,37 23,03 10,42 27,57
Bengkulu 29,73 6,11 20,56 17,75 41,71
Lampung 26,28 4,65 17,70 17,15 35,40
Kep. Bangka Belitung 33,06 7,36 22,28 18,62 47,50
Kep. Riau 13,96 4,24 30,391 5,64 22,27

DKI Jakarta 18,38 4,58 24,90 9,41 27,35

id
Jawa Barat 23,94 2,54 10,59 18,96 28,91

o.
Jawa Tengah 31,52 2,73 8,65 26,17 36,87
DI Yogyakarta 20,23 4,38 21,66 11,64 28,82
Jawa Timur 31,63 2,80 8,84
.g 26,15 37,12
ps
Banten 25,26 5,53 21,88 14,42 36,09
.b

Bali 19,18 4,22 22,02 10,90 27,45


Nusa Tenggara Barat 41,04 6,21 15,13 28,87 53,22
w

Nusa Tenggara Timur 28,86 3,75 12,99 21,51 36,21


w

Kalimantan Barat 21,10 4,75 22,50 11,79 30,41


w

Kalimantan Tengah 38,74 4,47 11,55 29,97 47,51


://

Kalimantan Selatan 32,83 4,88 14,87 23,25 42,40


s

Kalimantan Timur 24,17 3,90 16,14 16,52 31,82


tp

Kalimantan Utara 29,83 7,26 24,33 15,60 44,06


ht

Sulawesi Utara 35,35 5,03 14,23 25,48 45,21


Sulawesi Tengah 24,83 4,12 16,61 16,75 32,92
Sulawesi Selatan 32,26 4,12 12,77 24,18 40,33
Sulawesi Tenggara 28,28 5,31 18,78 17,87 38,70
Gorontalo 34,36 9,48 27,591 15,78 52,95
Sulawesi Barat 37,78 9,09 24,06 19,95 55,60

Maluku 32,79 7,39 22,54 18,30 47,29


Maluku Utara 23,48 6,37 27,131 10,99 35,97

Papua Barat 30,80 4,96 16,10 21,08 40,52


Papua 14,89 3,22 21,62 8,58 21,20

Indonesia 26,53 0,93 3,49 24,71 28,35

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.16
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Rumah/Bangunan Tepat Tinggal Lain
Selain yang Ditempati Saat Ini Menurut Penggunaan dan Karakteristik, 2022

Dijadikan Tempat Usaha oleh ART

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 9,84 0,88 8,93 8,12 11,57
Perdesaan 12,66 1,02 8,07 10,66 14,67

Umur KRT
<30 Tahun 8,37 2,43 29,051 3,60 13,13
30-59 Tahun 11,29 0,80 7,08 9,72 12,86
60+ 9,21 1,19 12,91 6,88 11,54

id
Tingkat Pendidikan

o.
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
.g
ps
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 8,16 1,44 17,61 5,34 10,97
.b

SD/Sederajat 11,52 1,43 12,44 8,71 14,33


SMP/Sederajat 10,84 1,58 14,54 7,75 13,93
w

SM/Sederajat 11,18 1,27 11,32 8,70 13,66


w

Perguruan Tinggi 9,79 1,21 12,40 7,41 12,16


w

Status Ekonomi
://

Kuintil 1 12,11 2,34 19,29 7,53 16,69


s

Kuintil 2 8,34 1,64 19,69 5,12 11,56


tp

Kuintil 3 11,78 1,75 14,83 8,36 15,21


Kuintil 4 10,76 1,67 15,52 7,49 14,04
ht

Kuinitl 5 10,48 0,92 8,73 8,68 12,27

Indonesia 10,62 0,70 6,56 9,25 11,98


Tabel 2.16 (Lanjutan)

Dihuni oleh Keluarga/Famili Lain Tanpa Membayar

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 39,23 1,39 3,55 36,50 41,96
Perdesaan 45,53 1,51 3,31 42,58 48,49

Umur KRT
<30 Tahun 54,08 4,53 8,38 45,20 62,97
30-59 Tahun 39,79 1,22 3,07 37,39 42,19
60+ 41,91 1,92 4,58 38,14 45,67

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
50,45 3,19 44,19 56,70
dan Tidak Tamat SD 6,33
SD/Sederajat 46,85 2,21
.g
4,71 42,52 51,18
ps
SMP/Sederajat 46,41 2,77 5,96 40,99 51,84
SM/Sederajat 36,97 1,61 4,36 33,80 40,13
.b

Perguruan Tinggi 35,16 2,13 6,06 30,98 39,33


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 44,75 3,80 8,50 37,29 52,20


w

Kuintil 2 38,19 3,00 7,85 32,31 44,06


://

Kuintil 3 41,77 2,73 6,53 36,43 47,12


Kuintil 4 44,01 2,19 4,98 39,72 48,30
s

Kuinitl 5 39,52 1,54 3,89 36,51 42,54


tp
ht

Indonesia 40,96 1,09 2,66 38,83 43,10


Tabel 2.16 (Lanjutan)

Dikontrakkan/Disewakan

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 26,54 1,21 4,57 24,16 28,91
Perdesaan 9,15 0,81 8,87 7,55 10,74

Umur KRT
<30 Tahun 11,64 3,05 26,181 5,67 17,62
30-59 Tahun 20,48 1,02 5,00 18,48 22,49
60+ 26,78 1,69 6,31 23,46 30,09

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 12,69 2,30 18,12 8,18 17,19
SD/Sederajat 14,26 1,51
.g 10,59 11,30 17,22
ps
SMP/Sederajat 15,39 1,93 12,55 11,60 19,18
SM/Sederajat 24,34 1,51 6,18 21,39 27,29
.b

Perguruan Tinggi 31,54 2,02 6,39 27,59 35,49


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 5,98 1,53 25,661 2,97 8,98


w

Kuintil 2 11,75 2,15 18,31 7,53 15,97


://

Kuintil 3 17,69 2,20 12,45 13,37 22,00


Kuintil 4 18,79 1,74 9,28 15,38 22,21
s

Kuinitl 5 27,95 1,40 5,02 25,19 30,70


tp
ht

Indonesia 21,75 0,91 4,19 19,96 23,54


Tabel 2.16 (Lanjutan)

Dibiarkan Kosong

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 24,62 1,17 4,76 22,33 26,92
Perdesaan 31,55 1,34 4,25 28,93 34,18

Umur KRT
<30 Tahun 23,15 3,54 15,27 16,22 30,08
30-59 Tahun 27,77 1,06 3,83 25,69 29,86
60+ 23,80 1,63 6,84 20,61 26,99

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 28,72 2,83 9,86 23,17 34,28
SD/Sederajat 26,14 1,81
.g
6,92 22,60 29,69
ps
SMP/Sederajat 27,58 2,33 8,45 23,01 32,15
SM/Sederajat 26,71 1,54 5,75 23,70 29,73
.b

Perguruan Tinggi 25,04 1,74 6,94 21,64 28,45


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 36,84 3,57 9,68 29,85 43,83


w

Kuintil 2 39,72 3,05 7,68 33,74 45,69


://

Kuintil 3 27,84 2,18 7,83 23,57 32,12


Kuintil 4 25,83 1,90 7,35 22,11 29,55
s

Kuinitl 5 22,66 1,28 5,65 20,15 25,17


tp
ht

Indonesia 26,53 0,93 3,49 24,71 28,35


Tabel 2.16 (Lanjutan)

Lainnya

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,37 0,25 18,54 0,87 1,86
Perdesaan 2,51 0,46 18,42 1,60 3,41

Umur KRT
<30 Tahun 3,98 1,61 40,461 0,82 7,14
30-59 Tahun 1,97 0,29 14,80 1,40 2,54
60+ 0,53 0,20 37,961 0,14 0,93

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
1,76 0,70 39,641 0,39 3,14
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,52 0,40
.g 26,221 0,74 2,30
ps
SMP/Sederajat 1,98 0,59 29,731 0,82 3,13
SM/Sederajat 1,85 0,41 21,96 1,06 2,65
.b

Perguruan Tinggi 1,32 0,45 34,301 0,43 2,21


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 NA NA 62,302 NA NA
w

Kuintil 2 2,29 0,74 32,481 0,83 3,75


://

Kuintil 3 1,82 0,61 33,401 0,63 3,02


Kuintil 4 1,99 0,53 26,771 0,95 3,04
s

Kuinitl 5 1,48 0,30 20,03 0,90 2,06


tp
ht

Indonesia 1,68 0,22 13,31 1,24 2,12

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 2.17
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau Membangun
Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi) Menurut Jenis Rencana dan Provinsi, 2022

Membangun Rumah Sendiri


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 92,02 1,61 1,75 88,86 95,19


Sumatera Utara 85,18 2,16 2,54 80,94 89,42
Sumatera Barat 89,60 2,34 2,61 85,01 94,19
Riau 78,63 3,43 4,36 71,91 85,35
Jambi 92,27 1,83 1,98 88,68 95,86
Sumatera Selatan 86,71 2,78 3,20 81,26 92,15
Bengkulu 83,40 3,05 3,66 77,42 89,38
Lampung 94,88 1,59 1,68 91,76 98,01
Kep. Bangka Belitung 85,91 4,73 5,51 76,64 95,19

id
Kep. Riau 73,14 5,70 7,80 61,96 84,32

o.
DKI Jakarta 41,41 5,78 13,96 30,08 52,75
Jawa Barat
Jawa Tengah
73,86
88,24
2,34
1,26 .g
3,17
1,42
69,26
85,78
78,46
90,70
ps
DI Yogyakarta 82,66 3,94 4,77 74,93 90,38
.b

Jawa Timur 85,12 1,94 2,27 81,33 88,92


Banten 75,41 4,66 6,17 66,28 84,54
w

Bali 90,58 3,48 3,84 83,76 97,41


w

Nusa Tenggara Barat 93,23 1,86 2,00 89,58 96,87


w

Nusa Tenggara Timur 95,47 1,14 1,19 93,24 97,70


://

Kalimantan Barat 83,44 3,73 4,47 76,13 90,75


s

Kalimantan Tengah 91,86 2,21 2,41 87,52 96,19


tp

Kalimantan Selatan 81,87 3,67 4,48 74,69 89,06


ht

Kalimantan Timur 87,40 2,82 3,23 81,87 92,92


Kalimantan Utara 93,14 3,44 3,69 86,41 99,88

Sulawesi Utara 85,74 3,44 4,01 79,00 92,47


Sulawesi Tengah 89,77 2,83 3,15 84,23 95,32
Sulawesi Selatan 80,30 2,45 3,06 75,49 85,11
Sulawesi Tenggara 88,74 3,24 3,65 82,40 95,08
Gorontalo 91,44 3,51 3,84 84,55 98,32
Sulawesi Barat 94,58 2,22 2,34 90,24 98,93

Maluku 96,99 1,65 1,70 93,77 100,22


Maluku Utara 98,98 1,01 1,02 97,01 100,96

Papua Barat 88,70 4,34 4,90 80,19 97,22


Papua 91,06 3,40 3,73 84,40 97,72

Indonesia 81,61 0,77 0,94 80,11 83,11


Tabel 2.17 (Lanjutan)

Membeli dengan Angsuran KPR


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 2,06 0,76 36,991 0,56 3,55


Sumatera Utara 6,35 1,22 19,16 3,97 8,74
Sumatera Barat 6,70 1,45 21,71 3,85 9,55
Riau 16,05 3,21 19,99 9,76 22,34
Jambi 11,11 3,21 28,841 4,83 17,40
Sumatera Selatan 11,53 3,04 26,331 5,58 17,48
Bengkulu 8,60 2,55 29,641 3,60 13,60
Lampung 4,16 1,75 42,061 0,73 7,59
Kep. Bangka Belitung NA NA 75,142 NA NA
Kep. Riau 22,93 5,51 24,05 12,12 33,74

DKI Jakarta 30,48 5,74 18,84 19,22 41,73

id
Jawa Barat 10,26 1,48 14,40 7,37 13,16

o.
Jawa Tengah 5,99 0,81 13,53 4,40 7,58
DI Yogyakarta 10,97 3,29 29,961 4,53 17,42
Jawa Timur 6,65 1,09
.g16,39 4,51 8,79
ps
Banten 17,37 3,13 18,03 11,23 23,50
.b

Bali 19,00 6,09 32,071 7,05 30,94


Nusa Tenggara Barat 4,75 1,67 35,101 1,48 8,02
w

Nusa Tenggara Timur NA NA 59,722 NA NA


w

Kalimantan Barat 11,69 4,04 34,561 3,77 19,61


w

Kalimantan Tengah 7,02 2,02 28,711 3,07 10,98


://

Kalimantan Selatan 13,16 2,48 18,82 8,30 18,01


s

Kalimantan Timur 12,07 2,84 23,51 6,51 17,64


tp

Kalimantan Utara 4,20 2,01 47,821 0,26 8,14


ht

Sulawesi Utara 7,61 2,74 36,011 2,24 12,98


Sulawesi Tengah 4,37 1,84 42,141 0,76 7,98
Sulawesi Selatan 10,79 1,82 16,89 7,22 14,37
Sulawesi Tenggara 8,71 3,15 36,191 2,53 14,90
Gorontalo 7,13 2,87 40,341 1,49 12,76
Sulawesi Barat 2,57 1,21 47,141 0,20 4,95

Maluku NA NA 69,772 NA NA
Maluku Utara NA NA 98,582 NA NA

Papua Barat 9,61 3,09 32,151 3,55 15,66


Papua 3,89 1,58 40,691 0,79 6,99

Indonesia 9,82 0,56 5,67 8,73 10,91


Tabel 2.17 (Lanjutan)

Membeli dengan Angsuran Non-KPR


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 1,17 0,57 48,341 0,06 2,28


Sumatera Utara 2,41 0,69 28,441 1,07 3,76
Sumatera Barat 0,66 0,27 40,191 0,14 1,18
Riau 1,56 0,61 38,691 0,38 2,75
Jambi 3,27 1,20 36,611 0,92 5,61
Sumatera Selatan 5,90 2,71 45,881 0,59 11,20
Bengkulu NA NA 52,042 NA NA
Lampung NA NA 51,362 NA NA
Kep. Bangka Belitung NA NA 70,592 NA NA
Kep. Riau NA NA 53,122 NA NA

DKI Jakarta 2,66 1,26 47,341 0,19 5,12

id
Jawa Barat 2,85 0,90 31,581 1,09 4,62

o.
Jawa Tengah 2,56 0,63 24,71 1,32 3,80
DI Yogyakarta NA NA 59,582 -0,20 2,60
Jawa Timur 1,93 0,50 25,831
.g 0,95 2,90
ps
Banten 3,35 1,55 46,341 0,31 6,40
.b

Bali 7,01 2,99 42,621 1,15 12,87


Nusa Tenggara Barat NA NA 75,202 NA NA
w

Nusa Tenggara Timur NA NA 78,992 NA NA


w

Kalimantan Barat 4,04 1,50 37,071 1,10 6,98


w

Kalimantan Tengah NA NA 59,562 NA NA


://

Kalimantan Selatan NA NA 50,792 NA NA


s

Kalimantan Timur 5,05 2,32 46,001 0,50 9,60


tp

Kalimantan Utara NA NA 72,332 NA NA


ht

Sulawesi Utara 1,35 0,66 48,841 0,06 2,64


Sulawesi Tengah NA NA 64,432 NA NA
Sulawesi Selatan 3,98 1,49 37,481 1,06 6,91
Sulawesi Tenggara NA NA 100,172 NA NA
Gorontalo 0,00 0,00 - 0,00 0,00
Sulawesi Barat NA NA 55,182 NA NA

Maluku NA NA 101,732 NA NA
Maluku Utara 0,00 0,00 - 0,00 0,00

Papua Barat NA NA 59,082 NA NA


Papua 0,00 0,00 - 0,00 0,00

Indonesia 2,57 0,27 10,34 2,05 3,09


Tabel 2.17 (Lanjutan)

Membeli Tunai
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Aceh 23,15 3,26 14,10 16,75 29,55


Sumatera Utara 26,22 2,51 9,59 21,29 31,15
Sumatera Barat 13,41 4,30 32,071 4,98 21,83
Riau 16,19 3,24 20,04 9,83 22,55
Jambi 14,66 3,46 23,61 7,88 21,45
Sumatera Selatan 28,09 4,26 15,15 19,74 36,43
Bengkulu 17,46 3,49 20,00 10,61 24,30
Lampung 21,39 4,89 22,84 11,81 30,97
Kep. Bangka Belitung 23,65 6,13 25,901 11,64 35,66
Kep. Riau 26,26 5,15 19,59 16,18 36,35

DKI Jakarta 45,71 6,09 13,33 33,77 57,65

id
Jawa Barat 33,19 2,69 8,09 27,93 38,46

o.
Jawa Tengah 24,02 2,15 8,93 19,82 28,23
DI Yogyakarta 13,44 3,87 28,751 5,87 21,02
Jawa Timur 25,47 2,54
.g 9,97 20,49 30,44
ps
Banten 29,51 4,82 16,34 20,06 38,96
.b

Bali 25,84 7,18 27,811 11,75 39,92


Nusa Tenggara Barat 7,52 2,61 34,641 2,41 12,63
w

Nusa Tenggara Timur 1,94 0,68 34,951 0,61 3,26


w

Kalimantan Barat 19,70 5,44 27,611 9,04 30,37


w

Kalimantan Tengah 8,97 4,13 46,101 0,86 17,07


://

Kalimantan Selatan 20,82 4,20 20,18 12,59 29,06


s

Kalimantan Timur 19,22 3,95 20,57 11,47 26,97


tp

Kalimantan Utara NA NA 51,432 NA NA


ht

Sulawesi Utara 15,32 3,49 22,76 8,48 22,15


Sulawesi Tengah 11,51 3,03 26,311 5,58 17,45
Sulawesi Selatan 21,33 3,19 14,95 15,08 27,58
Sulawesi Tenggara 8,39 2,34 27,911 3,80 12,97
Gorontalo 13,89 5,85 42,121 2,42 25,37
Sulawesi Barat 9,09 2,56 28,111 4,08 14,10

Maluku NA NA 58,642 NA NA
Maluku Utara NA NA 62,982 NA NA

Papua Barat 9,11 2,53 27,751 4,15 14,07


Papua 8,39 3,05 36,381 2,41 14,37

Indonesia 24,80 0,87 3,50 23,10 26,51

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.18
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana untuk Membeli atau Membangun
Rumah/Bangunan Tempat Tinggal Sendiri (Lagi) Menurut Jenis Rencana dan Karakteristik, 2022

Membangun Rumah Sendiri

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 74,28 1,15 1,55 72,02 76,54
Perdesaan 93,91 0,51 0,54 92,92 94,91

Umur KRT
<30 Tahun 80,74 1,76 2,17 77,30 84,18
30-59 Tahun 81,24 0,81 1,00 79,64 82,83
60+ 84,78 1,48 1,75 81,87 87,69

id
Tingkat Pendidikan

o.
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
.g
ps
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 91,80 1,15 1,26 89,54 94,06
.b

SD/Sederajat 90,58 0,80 0,89 89,01 92,15


SMP/Sederajat 85,61 1,11 1,30 83,43 87,78
w

SM/Sederajat 75,03 1,39 1,85 72,31 77,76


w

Perguruan Tinggi 70,59 1,66 2,34 67,35 73,84


w

Status Ekonomi
://

Kuintil 1 91,45 1,00 1,09 89,49 93,41


s

Kuintil 2 87,91 1,17 1,33 85,62 90,20


tp

Kuintil 3 86,72 1,08 1,25 84,60 88,83


Kuintil 4 79,62 1,25 1,57 77,18 82,07
ht

Kuinitl 5 70,62 1,65 2,34 67,38 73,85

Indonesia 81,61 0,77 0,94 80,11 83,11


Tabel 2.18 (Lanjutan)

Membeli dengan Angsuran KPR

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 14,15 0,86 6,08 12,46 15,83
Perdesaan 2,55 0,33 12,78 1,91 3,19

Umur KRT
<30 Tahun 14,49 1,53 10,55 11,49 17,49
30-59 Tahun 9,38 0,54 5,72 8,33 10,43
60+ 8,33 1,18 14,17 6,01 10,64

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 3,33 0,59 17,79 2,17 4,49
SD/Sederajat 4,37 0,54
.g 12,24 3,33 5,42
ps
SMP/Sederajat 7,71 0,88 11,47 5,98 9,44
SM/Sederajat 14,58 1,10 7,55 12,42 16,74
.b

Perguruan Tinggi 14,29 1,13 7,94 12,07 16,52


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 3,08 0,55 17,86 2,00 4,15


w

Kuintil 2 5,20 0,66 12,66 3,91 6,49


://

Kuintil 3 7,94 0,79 9,98 6,38 9,49


Kuintil 4 12,16 1,02 8,35 10,17 14,15
s

Kuinitl 5 15,65 1,36 8,67 12,99 18,31


tp
ht

Indonesia 9,82 0,56 5,67 8,73 10,91


Tabel 2.18 (Lanjutan)

Membeli dengan Angsuran Non-KPR

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,31 0,40 12,11 2,52 4,09
Perdesaan 1,33 0,23 17,53 0,87 1,78

Umur KRT
<30 Tahun 2,37 0,67 28,231 1,06 3,68
30-59 Tahun 2,50 0,26 10,28 1,99 3,00
60+ 3,23 0,92 28,631 1,42 5,04

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 2,38 1,06 44,671 0,30 4,46
SD/Sederajat 2,03 0,37
.g
18,46 1,30 2,77
ps
SMP/Sederajat 2,59 0,48 18,43 1,66 3,53
SM/Sederajat 2,77 0,40 14,53 1,98 3,56
.b

Perguruan Tinggi 3,09 0,49 15,71 2,14 4,05


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 2,02 0,73 36,051 0,59 3,45


w

Kuintil 2 2,34 0,53 22,47 1,31 3,37


://

Kuintil 3 2,53 0,46 18,07 1,63 3,42


Kuintil 4 2,14 0,39 18,19 1,38 2,90
s

Kuinitl 5 3,38 0,47 13,80 2,46 4,29


tp
ht

Indonesia 2,57 0,27 10,34 2,05 3,09


Tabel 2.18 (Lanjutan)

Membeli Tunai

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 29,67 1,22 4,13 27,27 32,07
Perdesaan 16,63 1,06 6,36 14,55 18,70

Umur KRT
<30 Tahun 21,35 1,73 8,08 17,97 24,73
30-59 Tahun 25,04 0,91 3,62 23,27 26,82
60+ 26,47 1,97 7,44 22,61 30,33

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
dan Tidak Tamat SD 22,70 2,17 9,58 18,43 26,96
SD/Sederajat 19,51 1,30
.g 6,66 16,96 22,06
ps
SMP/Sederajat 21,07 1,36 6,44 18,41 23,73
SM/Sederajat 27,32 1,25 4,58 24,86 29,77
.b

Perguruan Tinggi 34,08 1,95 5,71 30,26 37,89


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 17,19 1,59 9,24 14,07 20,30


w

Kuintil 2 21,10 1,43 6,79 18,29 23,91


://

Kuintil 3 21,49 1,36 6,33 18,82 24,15


Kuintil 4 25,74 1,42 5,52 22,95 28,53
s

Kuinitl 5 32,64 1,56 4,78 29,58 35,69


tp
ht

Indonesia 24,80 0,87 3,50 23,10 26,51

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 2.19
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau Membangun Rumah Sendiri
Menurut Provinsi dan Periode Waktu Rencana Ingin Membeli atau Membangun Rumah Sendiri, 2022

Dalam Setahun ke Depan


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 8,41 1,57 18,71 5,33 11,50


Sumatera Utara 10,26 2,83 27,621 4,70 15,81
Sumatera Barat 5,56 1,24 22,24 3,14 7,99
Riau 7,77 2,27 29,181 3,32 12,21
Jambi 7,14 1,94 27,251 3,32 10,95
Sumatera Selatan 10,55 2,30 21,82 6,04 15,07
Bengkulu 9,75 1,97 20,22 5,88 13,61
Lampung 4,61 1,26 27,401 2,14 7,09
Kep. Bangka Belitung 10,93 2,98 27,241 5,10 16,77

id
Kep. Riau 5,65 1,78 31,421 2,17 9,13

o.
DKI Jakarta 3,04 1,17 38,661 0,74 5,34
Jawa Barat
Jawa Tengah
7,50
5,57
1,13
0,71 .g
15,08
12,73
5,28
4,18
9,72
6,96
ps
DI Yogyakarta 4,22 1,29 30,611 1,69 6,75
.b

Jawa Timur 5,93 0,86 14,48 4,25 7,61


Banten 5,61 2,16 38,431 1,38 9,84
w

Bali NA NA 50,132 NA NA
w

Nusa Tenggara Barat 8,88 2,58 29,041 3,83 13,94


w

Nusa Tenggara Timur 18,98 2,82 14,84 13,46 24,50


://

Kalimantan Barat 9,41 2,01 21,41 5,46 13,36


s

Kalimantan Tengah 12,77 3,14 24,57 6,62 18,92


tp

Kalimantan Selatan 8,09 1,83 22,68 4,49 11,68


ht

Kalimantan Timur 14,80 2,98 20,14 8,95 20,64


Kalimantan Utara 4,57 1,90 41,511 0,85 8,28

Sulawesi Utara 9,24 2,16 23,38 5,01 13,48


Sulawesi Tengah 13,89 2,75 19,79 8,50 19,28
Sulawesi Selatan 8,33 1,38 16,56 5,63 11,04
Sulawesi Tenggara 16,15 2,93 18,12 10,41 21,89
Gorontalo 15,23 4,21 27,651 6,97 23,49
Sulawesi Barat 9,00 3,24 35,961 2,65 15,34

Maluku 14,56 3,30 22,64 8,09 21,02


Maluku Utara 24,57 4,63 18,86 15,49 33,66

Papua Barat 10,29 2,81 27,271 4,79 15,80


Papua 8,45 2,59 30,631 3,37 13,52

Indonesia 7,52 0,38 5,06 6,77 8,27


Tabel 2.19 (Lanjutan)

Lebih dari Setahun ke Depan


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 41,12 3,42 8,31 34,42 47,82


Sumatera Utara 33,11 2,61 7,87 28,01 38,22
Sumatera Barat 51,44 4,17 8,11 43,26 59,63
Riau 44,83 3,97 8,86 37,05 52,62
Jambi 43,96 4,55 10,35 35,04 52,87
Sumatera Selatan 30,60 3,11 10,16 24,51 36,70
Bengkulu 40,68 5,02 12,33 30,85 50,52
Lampung 40,87 4,73 11,57 31,60 50,15
Kep. Bangka Belitung 43,23 5,45 12,62 32,54 53,92
Kep. Riau 36,00 4,85 13,48 26,49 45,51

DKI Jakarta 47,09 6,93 14,71 33,51 60,67

id
Jawa Barat 32,12 2,75 8,55 26,73 37,51

o.
Jawa Tengah 43,87 2,44 5,57 39,08 48,66
DI Yogyakarta 54,74 5,96 10,89 43,05 66,43
Jawa Timur 37,02 2,75
.g7,43 31,63 42,42
ps
Banten 34,23 5,45 15,93 23,54 44,92
.b

Bali 54,81 9,28 16,94 36,61 73,01


Nusa Tenggara Barat 42,37 5,46 12,88 31,68 53,07
w

Nusa Tenggara Timur 61,60 3,38 5,48 54,98 68,22


w

Kalimantan Barat 43,98 5,10 11,59 33,99 53,97


w

Kalimantan Tengah 34,33 5,85 17,05 22,86 45,81


://

Kalimantan Selatan 37,43 4,31 11,50 28,99 45,88


s

Kalimantan Timur 41,68 3,94 9,46 33,95 49,40


tp

Kalimantan Utara 44,00 6,89 15,67 30,48 57,51


ht

Sulawesi Utara 44,82 4,64 10,35 35,73 53,91


Sulawesi Tengah 51,45 5,84 11,35 40,01 62,90
Sulawesi Selatan 34,22 3,49 10,20 27,38 41,07
Sulawesi Tenggara 51,51 4,50 8,74 42,68 60,33
Gorontalo 41,73 7,36 17,64 27,30 56,16
Sulawesi Barat 47,12 6,00 12,74 35,35 58,89

Maluku 31,72 5,20 16,39 21,53 41,91


Maluku Utara 49,09 5,25 10,69 38,80 59,39

Papua Barat 52,83 5,70 10,80 41,65 64,01


Papua 43,32 7,50 17,32 28,61 58,03

Indonesia 39,67 2,41 0,96 37,80 41,55


Tabel 2.19 (Lanjutan)

Tidak Tahu
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 50,47 3,42 6,78 43,75 57,18


Sumatera Utara 56,63 2,93 5,17 50,89 62,37
Sumatera Barat 43,00 4,19 9,74 34,79 51,20
Riau 47,40 4,34 9,16 38,89 55,91
Jambi 48,91 4,54 9,29 40,00 57,81
Sumatera Selatan 58,84 3,79 6,44 51,41 66,27
Bengkulu 49,57 5,30 10,69 39,19 59,96
Lampung 54,51 5,07 9,30 44,58 64,45
Kep. Bangka Belitung 45,84 5,48 11,95 35,10 56,58
Kep. Riau 58,35 5,22 8,95 48,11 68,59

DKI Jakarta 49,87 6,81 13,65 36,52 63,22

id
Jawa Barat 60,38 2,88 4,78 54,72 66,04

o.
Jawa Tengah 50,56 2,56 5,06 45,55 55,57
DI Yogyakarta 41,04 5,90 14,37 29,48 52,60
Jawa Timur 57,05 2,95 5,17
.g 51,27 62,83
ps
Banten 60,16 5,67 9,43 49,03 71,28
.b

Bali 41,26 8,95 21,68 23,72 58,80


Nusa Tenggara Barat 48,74 5,55 11,38 37,87 59,62
w

Nusa Tenggara Timur 19,42 3,10 15,95 13,35 25,50


w

Kalimantan Barat 46,61 4,98 10,68 36,85 56,36


w

Kalimantan Tengah 52,90 6,16 11,64 40,83 64,97


://

Kalimantan Selatan 54,48 4,53 8,32 45,59 63,36


s

Kalimantan Timur 43,52 4,21 9,67 35,27 51,78


tp

Kalimantan Utara 51,44 6,94 13,50 37,83 65,05


ht

Sulawesi Utara 45,94 4,48 9,75 37,16 54,72


Sulawesi Tengah 34,66 6,01 17,33 22,88 46,43
Sulawesi Selatan 57,44 3,56 6,20 50,46 64,43
Sulawesi Tenggara 32,34 4,26 13,17 23,99 40,69
Gorontalo 43,04 8,41 19,54 26,55 59,52
Sulawesi Barat 43,88 6,11 13,92 31,91 55,86

Maluku 53,72 6,46 12,03 41,05 66,39


Maluku Utara 26,33 5,73 21,75 15,10 37,56

Papua Barat 36,88 5,70 15,45 25,71 48,05


Papua 48,23 7,65 15,86 33,24 63,23

Indonesia 52,81 0,99 1,88 50,86 54,75

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 2.20
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Berencana Membeli atau Membangun Rumah Sendiri
Menurut Karakteristik dan Persiapan yang Sudah Dilakukan
untuk Membeli atau Membangun Rumah Sendiri, 2022

Menabung

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 58,34 1,31 2,25 55,77 60,92
Perdesaan 51,02 1,22 2,39 48,63 53,41

Umur KRT
<30 Tahun 63,68 2,00 3,14 59,76 67,60

id
30-59 Tahun 55,01 0,98 1,79 53,08 56,93
60+ 52,03 2,01 3,87 48,09 55,98

o.
Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
.g
ps
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
42,64 2,04 4,78 38,64 46,63
.b

dan Tidak Tamat SD


w

SD/Sederajat 48,09 1,51 3,13 45,13 51,04


SMP/Sederajat 53,57 1,54 2,87 50,56 56,59
w

SM/Sederajat 59,25 1,28 2,16 56,74 61,76


w

Perguruan Tinggi 70,78 1,54 2,18 67,76 73,80


://

Status Ekonomi
s

Kuintil 1 42,56 2,03 4,77 38,58 46,53


tp

Kuintil 2 47,42 1,69 3,57 44,10 50,75


ht

Kuintil 3 51,73 1,48 2,85 48,84 54,62


Kuintil 4 57,48 1,42 2,47 54,69 60,26
Kuinitl 5 68,75 1,30 1,89 66,20 71,29

Indonesia 55,61 0,94 1,68 53,78 57,45


Tabel 2.20 (Lanjutan)

Memiliki Tanah untuk DIbangun

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 12,58 0,69 5,52 11,22 13,94
Perdesaan 22,48 0,93 4,14 20,66 24,30

Umur KRT
<30 Tahun 14,01 1,26 9,00 11,53 16,48
30-59 Tahun 16,04 0,60 3,77 14,86 17,22
60+ 19,89 1,42 7,15 17,10 22,68

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
19,40 1,57 8,08 16,33 22,48
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 17,86 1,04
.g
5,83 15,82 19,91
ps
SMP/Sederajat 18,03 1,10 6,09 15,88 20,19
SM/Sederajat 13,95 0,72 5,17 12,53 15,36
.b

Perguruan Tinggi 15,06 1,08 7,15 12,95 17,17


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 16,25 1,24 7,61 13,83 18,68


w

Kuintil 2 16,11 1,14 7,10 13,87 18,35


://

Kuintil 3 16,64 1,07 6,44 14,54 18,74


Kuintil 4 16,08 0,95 5,88 14,22 17,93
s

Kuinitl 5 16,30 0,88 5,40 14,57 18,03


tp
ht

Indonesia 16,27 0,56 3,47 15,17 17,38


Tabel 2.20 (Lanjutan)

Menyiapkan Bahan Bangunan

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,55 0,42 11,91 2,72 4,37
Perdesaan 9,55 0,58 6,12 8,41 10,70

Umur KRT
<30 Tahun 4,45 0,83 18,59 2,83 6,07
30-59 Tahun 5,86 0,38 6,57 5,11 6,62
60+ 6,54 0,78 11,92 5,01 8,07

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
10,54 1,21 8,16 12,92
dan Tidak Tamat SD 11,51
SD/Sederajat 7,25 0,77
.g 10,58 5,75 8,75
ps
SMP/Sederajat 6,17 0,68 11,01 4,83 7,50
SM/Sederajat 4,00 0,36 8,93 3,30 4,70
.b

Perguruan Tinggi 4,20 0,58 13,76 3,06 5,33


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 8,24 0,94 11,46 6,39 10,09


w

Kuintil 2 6,44 0,73 11,30 5,01 7,86


://

Kuintil 3 6,72 0,77 11,45 5,21 8,23


Kuintil 4 4,79 0,47 9,86 3,86 5,71
s

Kuinitl 5 4,24 0,45 10,49 3,37 5,11


tp
ht

Indonesia 5,79 0,35 5,98 5,11 6,46


Tabel 2.20 (Lanjutan)

Lainnya

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,60 0,11 19,18 0,37 0,82
Perdesaan 0,74 0,15 20,08 0,45 1,03

Umur KRT
<30 Tahun 0,46 0,19 41,941 0,08 0,83
30-59 Tahun 0,58 0,10 16,56 0,39 0,77
60+ 1,27 0,37 28,941 0,55 1,99

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
NA NA 54,672 NA NA
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,52 0,14
.g
27,561 0,24 0,80
ps
SMP/Sederajat NA NA 52,052 NA NA
SM/Sederajat 0,81 0,17 21,03 0,48 1,15
.b

Perguruan Tinggi 1,14 0,33 28,571 0,50 1,78


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 0,63 0,20 32,041 0,23 1,02


w

Kuintil 2 0,46 0,18 39,431 0,10 0,81


://

Kuintil 3 0,65 0,19 28,821 0,28 1,01


Kuintil 4 0,70 0,20 29,171 0,30 1,10
s

Kuinitl 5 0,73 0,18 24,97 0,38 1,09


tp
ht

Indonesia 0,65 0,09 13,96 0,47 0,83


Tabel 2.20 (Lanjutan)

Tidak Ada Persiapan

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 31,92 1,32 4,13 29,33 34,50
Perdesaan 30,33 1,16 3,84 28,05 32,61

Umur KRT
<30 Tahun 25,60 1,83 7,14 22,02 29,19
30-59 Tahun 32,09 0,98 3,05 30,17 34,01
60+ 31,71 1,98 6,25 27,82 35,60

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah 39,64 2,07 5,22 35,59 43,70
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 36,61 1,42
.g 3,89 33,82 39,40
ps
SMP/Sederajat 32,79 1,48 4,52 29,88 35,70
SM/Sederajat 29,92 1,26 4,22 27,45 32,39
.b

Perguruan Tinggi 18,20 1,35 7,43 15,55 20,85


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 41,89 2,07 4,95 37,83 45,95


w

Kuintil 2 38,68 1,75 4,53 35,24 42,11


://

Kuintil 3 34,16 1,41 4,14 31,39 36,93


Kuintil 4 29,88 1,35 4,53 27,22 32,53
s

Kuinitl 5 20,42 1,23 6,00 18,01 22,82


tp
ht

Indonesia 31,32 0,94 2,99 29,49 33,16

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 829/Menkes/SK/VII/1999 menyebutkan bahwa
salah satu prasyarat untuk kesehatan perumahan yang

id
dapat melindungi keluarga dari dampak kualitas

o.
lingkungan perumahan dan rumah tinggal yang tidak
.g
sehat adalah komponen dan penataan ruang rumah,
ps
pencahayaaan, dan kualitas udara. Aspek kualitas udara
.b

sangat dipengaruhi oleh lingkungan dalam dan luar


w

rumah melalui keberadaan ventilasi. Kualitas udara di


w

dalam rumah yang buruk karena buruknya sistem pencahayaan serta ventilasi
w

berdampak negatif terhadap kesehatan yang berpengaruh terhadap alergi, sistem imun,
://

kanker, serta iritasi kulit, mata, hidung, atau tenggorokan (World Health Organization,
s

2018).
tp
ht

Sementara itu, setiap rumah tangga idealnya juga memiliki sarana pembuangan
dan pengolahan limbah rumah tangga. Air limbah domestik terdiri dari air limbah kotoran
(black water) dan air limbah non kakus (grey water). Pembuangan limbah kotoran
sembarangan selain dapat secara langsung menyebabkan berbagai penyakit juga dapat
mencemari lingkungan. Penggunaan tangki septik dipandang sebagai salah satu upaya
terbaik dalam pengolahan tinja agar tidak mencemari air baku. Pentingnya pengelolaan
limbah kotoran rumah tangga perlu mendapatkan perhatian. Pemerintah Indonesia telah
menetapkan sejumlah standar pelayanan untuk meningkatkan kualitas lingkungan
perumahan dan perumahan, khususnya sanitasi.

Bab ini akan membahas kondisi bangunan tempat tinggal yang dilihat dari beberapa
aspek. Pertama mengenai keadaan ruangan dalam bangunan tempat tinggal melalui
keberadaan jendela, ventilasi, dan pencahayaan pada ruangan yang ada pada
rumah/bangunan tempat tinggal. Kedua mengenai pengelolaan lumpur tinja rumah
tangga yang meliputi perilaku pengosongan tangki septik rumah tangga dan pihak yang
mengosongkan tangki septik.
3.1 Keadaan Ruangan di Dalam Bangunan Tempat Tinggal

Komponen rumah perlu memenuhi persyaratan fisik, salah satunya adalah keberadaan
sarana ventialasi untuk pengaturan sirkulasi udara. Sirkulasi udara yang buruk dalam
bangunan tempat tinggal dapat memicu tumbuhnya jamur dan berbagai serangga
penyebab alergi yang menyebabkan kesakitan. Penelitian di Amerika membuktikan
bahwa kondisi bagian dalam rumah yang lembab memperburuk kondisi pernapasan
khususnya pada anak (Lanphear et al., 2001). Sarana sirkulasi udara di dalam rumah erat
kaitannya dengan keberadaan jendela dan ventilasi.

Persentase rumah tangga yang memiliki jendela pada berbagai ruangan yang ada
di dalam rumah dapat dilihat pada Gambar 3.1. Lebih dari 60 persen rumah tangga telah
memiliki jendela pada berbagai jenis ruangan di dalam rumah. Untuk dapat mengalirkan
udara di dalam rumah, idealnya jendela harus dapat dibuka setiap hari. Lebih dari
40 persen rumah tangga telah memiliki jendela yang dapat dibuka setiap hari pada

id
berbagai jenis ruangan di dalam rumah. Persentase rumah tangga dengan keberadaan

o.
jendela yang dibuka setiap hari pada kamar tidur utama lebih tinggi dibandingkan
dengan ruangan lainnya (63,60 persen).
.g
ps
Gambar 3.1
.b

Persentase Rumah Tangga Menurut Ruang Bangunan Tempat Tinggal


w

dan Keberadaan Jendela di Ruang Bangunan Tempat Tinggal, 2022


w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Gambar 3.2 menunjukkan jika persentase rumah tangga menurut keberadaan ventilasi
pada berbagai ruangan di dalam bangunan tempat tinggal telah lebih dari 60 persen.
Sama halnya dengan jendela, persentase tertinggi adalah pada ruang tidur utama dan
ruang masak/dapur. Kepmepenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 menyebutkan salah
satu prasyarat kesehatan rumah tinggal adalah luas penghawaan atau ventilasi alamiah
yang permanen minimal sepuluh persen dari luas lantai. Dari batasan tersebut, terlihat
jika persentase rumah tangga menurut keberadaan ventilasi yang memenuhi syarat
kesehatan seperti yang pada berbagai ruangan di dalam bangunan tempat tinggal
di Indonesia masih cukup rendah (Gambar 3.2).

Data Susenas MKP 2022 menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki ventilasi pada
kamar tidur utamanya sudah mencapai sekitar 89 persen dari total rumah tangga
di Indonesia. Sayangnya, tidak semua rumah tangga tersebut memiliki kamar tidur utama
dengan ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan. Hal ini terlihat pada Gambar 3.2,
di mana rumah tangga yang memiliki ventilasi dengan luas minimal sepuluh persen dari
luas lantai pada kamar tidur utama sebesar 36,02 persen. Artinya hanya sekitar satu dari

id
tiga rumah tangga yang keberadaan ventilasi pada kamar tidur utamanya sudah

o.
memenuhi syarat kesehatan. Selanjutnya, tingkatan status ekonomi rumah tangga yang
.g
makin rendah menunjukkan keberadaan ventilasi yang memenuhi syarat kesehatan dan
ps
jendela yang dibuka setiap hari pada berbagai ruangan bangunan tempat tinggal yang
makin rendah (Tabel 3.8 dan Tabel 3.4)
.b
w

Gambar 3.2
w

Persentase Rumah Tangga Menurut Ruang Bangunan Tempat Tinggal


w

dan Keberadaan Ventilasi di Ruang Bangunan Tempat Tinggal, 2022


s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Selain aliran udara, pencahayaan di dalam ruangan juga menjadi faktor penting yang
memengaruhi kesehatan dalam bangunan tempat tinggal. Dikategorikan memiliki
pencahayaan yang cukup apabila penghuni rumah dapat membaca secara jelas di dalam
ruangan, tanpa bantuan pencahayaan buatan atau alat penerangan di pagi atau siang
hari. Pencahayaan yang kurang dapat berhubungan dengan kerusakan retina mata akibat
proses akomodasi mata yang terlalu tinggi. Sebaliknya, pencahayaan yang terlalu tinggi
akan mengurangi kenyamanan di dalam rumah karena akan mengakibatkan peningkatan
suhu udara. Gambar 3.3 menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen rumah tangga di
Indonesia memiliki cahaya yang cukup pada berbagai ruang bangunan tempat tinggal.
Persentase rumah tangga memiliki kecukupan pecahayaan pada kamar tidur lebih tinggi
dibandingkan dengan ruangan lainnya. Jika dilihat menurut klasifikasi desa, persentase
rumah tangga yang memiliki kecukupan pencahayaan lebih tinggi di daerah perdesaan
dibandingkan dengan perkotaan (Tabel 3.10).

Gambar 3.3

id
Persentase Rumah Tangga Menurut Ruang Bangunan Tempat Tinggal

o.
yang Memiliki Kecukupan Pencahayaan, 2022

.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

3.2 Pengelolaan Lumpur Tinja Rumah Tangga

Rumah yang memenuhi syarat kesehatan juga perlu memperhatikan pengolahan limbah
rumah tangga, khususnya limbah cair yang mengandung kotoran manusia agar tidak
menimbulkan bau dan mencemari permukaan tanah. Limbah berupa lumpur tinja yang
tidak dikelola dengan baik dapat mencemari air tanah yang merupakan sumber air
minum. Penggunaan tangki septik merupakan salah satu upaya efektif agar limbah tinja
tidak mencemari lingkungan. Selain ditampung di dalam tangki septik, lumpur tinja yang
mengendap idealnya dikosongkan secara regular dalam periode tiga sampai lima tahun
sekali sesuai dengan kapasitas tangki septik.

Sanitasi dan pengelolaan limbah serta pengaruhnya terhadap kesehatan telah menjadi
perhatian pemerintah Indonesia. Jumlah rumah tangga yang terlayani instalasi
pengolahan lumpur tinja merupakan salah satu sasaran pembangunan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan target sebanyak 6,50 juta rumah
tangga pada tahun 2024 (Kementerian PUPR, 2020). Pengelolaan lumpur tinja termasuk
ke dalam Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD). Dalam penyelenggaraannya,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Republik Indonesia
No. 04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik
menyebutkan jika penyelenggaraan SPALD dapat dilakukan oleh pemerintah pusat,

id
pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah

o.
(BUMD), badan usaha, kelompok masyarakat, atau perorangan.
.g
ps
Pentingnya peran pemerintah dalam hal pengelolaan lumpur tinja adalah untuk
mewujudkan akses terhadap sanitasi aman yang merata di seluruh Indonesia.
.b

RPJMN 2020-2024 menyebutkan jika salah satu dari arah program percepatan
w

pembangunan sanitasi permukiman adalah peningkatan komitmen kepala daerah untuk


w

layanan sanitasi yang berkelanjutan. Hal tersebut diwujudkan melalui penyusunan


w

regulasi daerah mengenai pengelolaan air limbah domestik dan sampah,


://

mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur sanitasi dan/atau penyediaan


s
tp

subsidi bagi operasional dan pemeliharaan sanitasi, serta penerapan regulasi daerah
ht

yang mengatur kewajiban pembayaran layanan sanitasi oleh masyarakat/konsumen dan


mewajibkan rumah tangga untuk menjadi pelanggan pelayanan pengelolaan lumpur
tinja dan sampah (Kementerian PPN/Bappenas, 2020).

Dari data Susenas Maret 2022 diketahui bahwa sebesar 14,40 persen rumah tangga
dengan fasilitas tempat buang air besar sendiri/bersama/MCK komunal dengan tempat
pembuangan akhir tinja berupa tangki septik dikosongkan/dilakukan penyedotan dalam
lima tahun terakhir (Badan Pusat Statistik, 2022a). Selanjutnya, Gambar 3.4 menunjukkan
lebih rinci bahwa pihak yang melakukan pengosongan dengan persentase tertinggi dari
rumah tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja (TPAT) tangki septik yang
dikosongkan/dilakukan penyedotan dalam lima tahun terakhir adalah pihak swasta
(70,22 persen), diikuti dengan anggota rumah tangga (11,80 persen), pemerintah daerah
(6,28 persen), dan perusahaan daerah (6,17 persen). Cukup rendahnya persentase
pengosongan/penyedotan tangki septik oleh pemerintah daerah menunjukkan perlunya
peningkatan layanan dan promosi yang lebih giat pada masyarakat agar dapat
memperoleh layanan pengelolaan lumpur tinja yang lebih terjangkau dan terjamin.
Gambar 3.4
Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik
yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Pihak yang Mengosongkan/Melakukan Penyedotan dan Klasifikasi Desa, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

Lokasi pembuangan lumpur tinja setelah dilakukan penyedotan menjadi penting untuk
memastikan bahwa kotoran tidak mencemari lingkungan. Hal tersebut berhubungan
dengan banyaknya penyakit yang dapat ditransfer ke tubuh manusia yang diakibatkan
oleh kotoran manusia. Pengelolaan dan pembuangan lumpur tinja dari tangki septik atau
secara langsung idealnya dibuang melalui Instalasi Pengolaan Lumpur Tinja (IPLT).
IPLT menerima dan mengolah lumpur tinja yang diangkut melalui truk tinja, agar
kemudian aman dibuang di media lingkungan.

Hasil Susenas MKP 2022 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga dengan TPAT
tangki septik yang dikosongkan/dilakukan penyedotan dalam lima tahun terakhir
dan membuang tinja hasil pengosongan/penyedotan dari tangki septik ke IPLT hanya
sebesar 23,48 persen. Sementara itu, rumah tangga di daerah perdesaan yang
membuang tinja hasil pengosongan/penyedotan dari tangki septik
ke kolam/sawah/sungai/danau/laut menunjukkan persentase yang cukup tinggi, terlebih
jika dibandingkan dengan daerah perkotaan (33,38 persen berbanding 7,65 persen).
Persentase tersebut meningkat seiring dengan makin rendahnya status ekonomi rumah
tangga (Tabel 3.12). Lebih dari seperempat rumah tangga yang ada pada status ekonomi
terendah (kuintil 1) dengan TPAT tangka septic yang dikosongkan/dilakukan penyedotan
dalam lima tahun terakhir membuang tinja hasil pengosongan
ke kolam/sawah/sungai/danau/laut.

Gambar 3.5
Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik
yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Tempat Pembuangan Tinja dari Tangki Septik dan Klasifikasi Desa, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan dengan Jendela, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Provinsi
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 91,59 85,88 59,99 67,03


Sumatera Utara 91,29 85,85 55,30 74,91
Sumatera Barat 94,13 84,95 49,66 80,21
Riau 94,09 84,62 69,94 71,29
Jambi 96,04 87,97 75,46 74,30
Sumatera Selatan 91,85 83,51 69,80 71,06
Bengkulu 95,42 80,24 72,22 64,35
Lampung 97,74 85,32 78,02 62,52
Kep. Bangka Belitung 97,86 82,25 82,84 77,94
Kep. Riau 91,46 67,30 63,89 65,69

DKI Jakarta 63,49 60,07 53,13 62,21

id
Jawa Barat 86,89 71,25 64,04 64,05
Jawa Tengah 84,18 64,30 53,81 70,53

o.
DI Yogyakarta 83,83 57,94 51,32 58,79
Jawa Timur 86,19 73,44
.g 58,64 61,65
ps
Banten 89,94 68,22 67,47 64,80

Bali 88,72 80,30 48,86 46,20


.b

Nusa Tenggara Barat 87,32 67,15 53,89 61,05


w

Nusa Tenggara Timur 88,58 57,13 56,20 56,37


w

Kalimantan Barat 96,26 89,16 66,43 72,03


w

Kalimantan Tengah 95,92 87,88 71,01 66,77


://

Kalimantan Selatan 93,99 85,21 57,30 81,62


Kalimantan Timur 93,61 89,49 64,80 72,42
s

Kalimantan Utara 91,74 87,18 66,00 61,36


tp

Sulawesi Utara 96,95 84,06 65,78 69,29


ht

Sulawesi Tengah 95,83 86,85 74,31 62,14


Sulawesi Selatan 85,24 71,69 67,74 60,58
Sulawesi Tenggara 91,84 79,80 70,07 55,52
Gorontalo 97,97 80,79 78,46 63,38
Sulawesi Barat 84,34 60,47 58,40 65,97

Maluku 97,21 75,35 83,25 54,03


Maluku Utara 96,76 85,93 81,26 74,82

Papua Barat 92,06 79,92 74,56 50,78


Papua 73,10 63,80 46,16 56,40

Indonesia 87,66 73,81 61,41 65,67

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis Ruangan dengan Jendela, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Karakteristik
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 85,96 71,11 59,61 64,80
Perdesaan 89,97 77,50 63,88 66,87

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 83,28 67,93 53,86 62,25
Sekolah dan Tidak Tamat
SD
SD/Sederajat 87,96 74,08 60,98 65,87
SMP/Sederajat 87,62 73,65 60,69 65,74

id
SM/Sederajat 87,56 74,32 62,46 66,68
Perguruan Tinggi 93,57 80,44 71,96 67,01

o.
.g
Status Ekonomi
Kuintil 1 84,41 68,40 55,56 61,71
ps
Kuintil 2 86,91 73,28 59,16 65,67
Kuintil 3 88,44 74,81 60,44 66,43
.b

Kuintil 4 88,92 75,31 63,00 67,15


w

Kuinitl 5 88,70 75,80 66,43 66,50


w

Indonesia 87,66 73,81 61,41 65,67


w
://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 3.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan dengan Jendela
yang Dibuka Setiap hari, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Provinsi
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 70,93 72,76 44,42 51,09


Sumatera Utara 78,41 78,03 50,43 66,40
Sumatera Barat 78,47 73,60 39,41 66,28
Riau 74,61 73,27 55,94 58,41
Jambi 82,91 79,30 62,20 62,08
Sumatera Selatan 74,67 73,86 55,82 57,38
Bengkulu 80,59 73,13 60,35 53,67
Lampung 77,35 69,99 52,89 42,99
Kep. Bangka Belitung 69,23 65,11 55,78 52,90
Kep. Riau 74,29 59,12 56,95 55,97

id
DKI Jakarta 51,02 47,67 39,50 47,38

o.
Jawa Barat 52,16 46,70 39,63 39,75
Jawa Tengah 58,36 49,01 35,94 46,41
DI Yogyakarta 51,89 44,65
.g 30,04 35,00
ps
Jawa Timur 62,40 58,61 40,21 42,03
Banten 51,38 42,01 39,66 36,15
.b

Bali 69,42 66,33 40,82 34,90


w

Nusa Tenggara Barat 54,56 46,44 31,61 34,06


w

Nusa Tenggara Timur 69,94 47,87 45,74 45,48


w

Kalimantan Barat 77,86 79,78 53,83 62,74


://

Kalimantan Tengah 79,66 78,70 58,80 55,12


s

Kalimantan Selatan 83,61 78,41 48,39 71,89


tp

Kalimantan Timur 75,86 79,74 52,62 60,48


Kalimantan Utara 72,29 76,98 56,66 54,00
ht

Sulawesi Utara 87,52 77,48 57,48 60,91


Sulawesi Tengah 77,78 71,88 61,63 51,13
Sulawesi Selatan 62,94 55,72 49,60 43,11
Sulawesi Tenggara 71,01 64,99 55,15 42,58
Gorontalo 80,34 73,40 65,43 52,73
Sulawesi Barat 68,07 50,56 49,53 54,86

Maluku 86,02 66,08 70,22 46,58


Maluku Utara 82,74 75,20 67,03 62,33

Papua Barat 74,60 68,87 61,30 44,13


Papua 56,50 55,92 38,88 46,43

Indonesia 63,60 58,12 43,87 46,97

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis Ruangan dengan Jendela
yang Dibuka Setiap Hari, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Karakteristik
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 61,52 55,27 42,25 45,79
Perdesaan 66,44 62,01 46,07 48,57

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 54,86 51,31 36,00 41,07
Sekolah dan Tidak Tamat
SD
SD/Sederajat 61,20 56,67 41,79 45,99

id
SMP/Sederajat 65,21 58,53 43,31 47,20

o.
SM/Sederajat 66,49 59,89 46,49 49,50
Perguruan Tinggi 72,25 66,49 54,77 50,63

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 55,75 50,08 35,72 40,79
.b

Kuintil 2 61,64 56,73 40,14 45,54


Kuintil 3 64,67 60,29 43,74 48,19
w

Kuintil 4 67,12 60,91 46,61 50,29


w

Kuinitl 5 66,50 60,49 49,85 48,40


w

Indonesia 63,60 58,12 43,87 46,97


://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 3.5
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan dengan Ventilasi, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Provinsi
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 91,54 87,92 62,69 67,86


Sumatera Utara 90,62 88,62 55,44 73,20
Sumatera Barat 93,60 87,20 50,63 79,89
Riau 94,37 90,03 70,84 71,73
Jambi 87,93 84,76 71,88 68,48
Sumatera Selatan 88,91 87,33 68,84 69,02
Bengkulu 94,04 87,96 73,17 65,88
Lampung 94,96 89,86 79,51 64,21
Kep. Bangka Belitung 96,82 91,13 86,13 78,58
Kep. Riau 84,77 72,50 60,71 58,13

DKI Jakarta 74,98 75,36 56,85 64,05

id
Jawa Barat 92,73 88,78 69,14 67,32
Jawa Tengah 88,94 84,46 59,22 73,64

o.
DI Yogyakarta 89,48 81,88 57,51 65,23
Jawa Timur 85,84 83,85
.g 60,96 63,56
ps
Banten 92,59 88,69 70,65 68,82

Bali 88,13 84,40 49,53 45,81


.b

Nusa Tenggara Barat 89,19 82,58 53,41 61,12


w

Nusa Tenggara Timur 81,04 59,17 53,99 52,12


w

Kalimantan Barat 92,30 90,73 66,84 70,95


w

Kalimantan Tengah 88,31 85,38 70,13 62,62


://

Kalimantan Selatan 90,59 85,14 58,82 81,49


Kalimantan Timur 92,11 91,16 65,01 71,43
s

Kalimantan Utara 84,74 84,09 62,16 57,97


tp

Sulawesi Utara 95,89 88,92 67,70 69,89


ht

Sulawesi Tengah 90,54 86,98 73,49 62,28


Sulawesi Selatan 82,84 79,84 66,51 60,36
Sulawesi Tenggara 83,43 78,84 66,15 55,46
Gorontalo 95,50 87,05 79,72 63,50
Sulawesi Barat 86,11 68,23 61,59 66,43

Maluku 94,29 86,87 83,41 54,21


Maluku Utara 95,81 89,83 81,08 75,32

Papua Barat 93,03 84,39 74,50 50,49


Papua 67,58 63,72 46,59 51,87

Indonesia 88,99 84,98 63,86 66,94

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.6
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis Ruangan dengan Ventilasi, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Karakteristik
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 89,76 85,71 63,57 67,14
Perdesaan 87,93 83,98 64,26 66,67

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 83,65 78,49 54,99 62,89
Sekolah dan Tidak Tamat
SD
SD/Sederajat 88,78 85,10 63,21 66,86
SMP/Sederajat 88,88 84,59 62,83 66,96

id
SM/Sederajat 90,16 86,32 65,60 68,54
Perguruan Tinggi 94,17 90,86 75,46 68,35

o.
.g
Status Ekonomi
Kuintil 1 84,88 79,88 57,49 62,60
ps
Kuintil 2 87,63 83,78 60,50 67,19
Kuintil 3 89,49 85,93 62,54 67,24
.b

Kuintil 4 90,81 85,98 65,95 68,63


w

Kuinitl 5 90,81 87,70 69,90 68,01


w

Indonesia 88,99 84,98 63,86 66,94


w
://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 3.7
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan dengan Ventilasi
dengan Luas ≥10,00 Persen dari Luas Lantai Ruangan, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Provinsi
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 39,85 39,18 29,34 31,00


Sumatera Utara 34,92 35,16 24,92 30,84
Sumatera Barat 27,76 29,93 19,80 29,62
Riau 33,49 33,05 28,64 28,05
Jambi 25,33 25,63 24,48 21,69
Sumatera Selatan 34,28 33,55 30,18 29,69
Bengkulu 31,36 30,37 26,89 22,30
Lampung 42,10 40,52 35,13 27,00
Kep. Bangka Belitung 26,34 26,02 24,68 26,33
Kep. Riau 43,00 30,18 29,65 30,77

id
DKI Jakarta 42,96 37,37 35,22 37,12

o.
Jawa Barat 38,13 35,80 32,67 31,89
Jawa Tengah 34,88 35,16 25,76 31,83
DI Yogyakarta 39,89 40,16
.g 23,90 30,18
ps
Jawa Timur 33,16 35,25 27,61 27,54
Banten 37,92 36,79 29,93 28,29
.b

Bali 33,30 35,07 23,59 18,73


w

Nusa Tenggara Barat 38,86 37,74 25,46 28,16


w

Nusa Tenggara Timur 31,49 24,09 21,48 19,50


w

Kalimantan Barat 40,68 41,74 30,33 34,21


://

Kalimantan Tengah 38,09 39,14 30,46 30,32


s

Kalimantan Selatan 27,19 26,92 20,60 24,78


tp

Kalimantan Timur 38,98 38,96 28,62 31,84


Kalimantan Utara 36,39 38,02 24,90 24,56
ht

Sulawesi Utara 46,20 49,00 39,47 36,18


Sulawesi Tengah 38,98 38,88 31,31 28,90
Sulawesi Selatan 33,55 32,22 26,82 25,89
Sulawesi Tenggara 29,48 28,71 25,64 19,10
Gorontalo 36,70 35,12 32,85 27,68
Sulawesi Barat 23,05 22,01 20,18 26,35

Maluku 46,23 44,70 41,66 28,96


Maluku Utara 45,78 43,30 41,06 37,74

Papua Barat 39,31 38,09 31,78 24,11


Papua 35,38 35,56 28,52 26,45

Indonesia 36,02 35,34 28,77 29,53

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis Ruangan dengan Ventilasi
dengan Luas ≥10,00 Persen dari Luas Lantai Ruangan, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Karakteristik
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 37,35 35,77 29,52 30,18
Perdesaan 34,22 34,76 27,75 28,65

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 30,68 30,57 23,01 25,51
SD
SD/Sederajat 33,68 34,51 27,41 28,51

id
SMP/Sederajat 35,55 34,71 27,21 28,84

o.
SM/Sederajat 38,34 36,78 30,84 31,53
Perguruan Tinggi 44,78 41,62 37,87 33,74

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 30,56 31,18 23,78 25,27
.b

Kuintil 2 32,28 32,36 24,69 28,03


Kuintil 3 34,95 34,84 27,49 28,29
w

Kuintil 4 37,50 36,96 30,49 31,26


w

Kuinitl 5 42,03 39,34 34,67 33,00


w

Indonesia 36,02 35,34 28,77 29,53


://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 3.9
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Ruangan dengan Pencahayaan yang Cukup,
2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Provinsi
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 90,50 91,96 64,84 71,00


Sumatera Utara 87,62 88,09 56,53 74,31
Sumatera Barat 90,03 90,07 51,61 79,34
Riau 91,44 91,47 70,65 75,33
Jambi 94,01 92,09 77,28 74,52
Sumatera Selatan 87,22 89,30 70,61 70,65
Bengkulu 92,30 90,66 75,28 67,74
Lampung 94,35 92,01 80,09 66,73
Kep. Bangka Belitung 92,26 88,16 82,73 74,24
Kep. Riau 90,45 84,29 66,13 68,65

id
DKI Jakarta 78,33 79,56 67,65 69,63

o.
Jawa Barat 87,06 86,06 68,63 68,33
Jawa Tengah 90,87 91,08 62,09 77,85
DI Yogyakarta 92,02 93,11
.g 62,12 70,28
ps
Jawa Timur 88,12 89,88 66,18 69,59
Banten 88,92 86,08 73,47 73,68
.b

Bali 86,89 85,96 52,56 47,98


w

Nusa Tenggara Barat 86,25 83,06 56,12 61,69


w

Nusa Tenggara Timur 88,12 78,30 62,20 61,86


w

Kalimantan Barat 93,10 93,49 68,45 74,44


://

Kalimantan Tengah 94,46 94,06 74,42 68,40


s

Kalimantan Selatan 92,22 89,30 60,53 83,66


tp

Kalimantan Timur 91,95 91,74 65,85 72,05


Kalimantan Utara 87,42 93,16 67,56 61,06
ht

Sulawesi Utara 95,62 94,39 69,31 73,93


Sulawesi Tengah 96,46 95,57 77,90 67,67
Sulawesi Selatan 87,44 85,05 72,60 66,38
Sulawesi Tenggara 87,89 87,67 71,67 59,02
Gorontalo 95,65 95,67 82,17 67,50
Sulawesi Barat 82,26 69,33 63,01 69,34

Maluku 94,44 92,16 85,29 54,77


Maluku Utara 95,68 93,53 82,66 77,34

Papua Barat 91,73 90,18 77,02 55,89


Papua 66,02 65,63 49,74 53,62

Indonesia 88,57 88,07 66,65 70,43

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.10
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Jenis Ruangan
dengan Pencahayaan yang Cukup, 2022

Kamar Tidur Ruang Ruang Ruang


Karakteristik
Utama Masak/Dapur Keluarga Campuran
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 87,09 86,37 65,42 69,33
Perdesaan 90,59 90,39 68,33 71,92

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 84,67 84,81 58,92 68,43
Sekolah dan Tidak Tamat
SD
SD/Sederajat 88,71 88,63 66,07 70,84

id
SMP/Sederajat 88,85 88,09 65,64 69,85

o.
SM/Sederajat 88,76 88,01 68,22 71,29
Perguruan Tinggi 92,89 91,34 76,82 70,58

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 85,83 86,14 61,39 67,72
.b

Kuintil 2 88,78 88,26 63,68 70,86


Kuintil 3 88,91 88,89 65,14 71,30
w

Kuintil 4 88,89 88,32 68,29 71,37


w

Kuinitl 5 89,74 88,38 72,16 70,45


w

Indonesia 88,57 88,07 66,65 70,43


://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 3.11
Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik
yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Karakteristik dan Pihak yang Mengosongkan/Melakukan Penyedotan
saat Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan, 2022

Perusahaan
Pemerintah Daerah Anggota
Karakteristik Pihak Swasta
Daerah (PDAM/ Rumah Tangga
PD PAL)
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 6,39 6,42 72,70 8,91
Perdesaan 5,66 4,77 56,41 27,93

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang

id
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah

o.
Sekolah dan Tidak Tamat 4,55 5,94 65,93 21,17
SD
SD/Sederajat 6,46 4,03 .g 64,54 20,12
ps
SMP/Sederajat 5,64 6,08 66,78 16,46
.b

SM/Sederajat 5,88 6,70 72,30 9,39


Perguruan Tinggi 7,83 7,12 75,09 2,88
w
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 5,50 4,22 61,08 23,49
w

Kuintil 2 5,12 4,51 64,27 21,57


://

Kuintil 3 6,54 2,64 68,64 15,96


s

Kuintil 4 5,71 7,64 70,25 10,83


tp

Kuinitl 5 6,90 7,44 73,73 6,42


ht

Indonesia 6,28 6,17 70,22 11,80

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.12
Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik
yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Karakteristik dan Tempat Pembuangan Tinja dari Tangki Septik, 2022

Instalasi
Kolam/Sawah/
Pengolahan
Karakteristik Sungai/Danau/ Lainnya Tidak Tahu
Lumpur Tinja
Laut
(IPLT)
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 24,28 7,65 0,73 67,34
Perdesaan 19,01 33,38 3,32 44,29

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah

id
Sekolah dan Tidak Tamat 22,46 19,85 3,51 54,19

o.
SD

.g
SD/Sederajat 21,74 19,85 1,92 56,49
SMP/Sederajat 18,66 15,03 1,36 64,95
ps
SM/Sederajat 25,52 9,10 0,67 64,71
Perguruan Tinggi 25,22 3,61 NA 70,87
.b

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 20,52 25,41 2,89 51,18


w

Kuintil 2 19,18 23,58 1,93 55,31


w

Kuintil 3 20,71 16,87 1,91 60,51


://

Kuintil 4 20,73 9,15 0,38 69,74


Kuinitl 5 27,40 5,50 0,73 66,36
s
tp

Indonesia 23,48 11,57 1,13 63,83


ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 3.13
Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik
yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Karakteristik dan Pihak yang Mengosongkan/Melakukan
Penyedotan saat Terakhir Kali Tangki Septik Dikosongkan

Pemerintah Daerah

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 6,39 0,95 14,86 4,53 8,26
Perdesaan 5,66 1,62 28,681 2,47 8,84

Tingkat Pendidikan

id
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah
4,55 1,37 30,191 1,86 7,25
dan Tidak Tamat SD
.g
ps
SD/Sederajat 6,46 1,38 21,38 3,75 9,17
SMP/Sederajat 5,64 1,32 23,39 3,05 8,23
.b

SM/Sederajat 5,88 1,01 17,25 3,89 7,87


Perguruan Tinggi 7,83 2,11 26,891 3,70 11,96
w
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 5,50 1,65 29,911 2,27 8,73
w

Kuintil 2 5,12 1,35 26,391 2,47 7,78


://

Kuintil 3 6,54 1,37 21,02 3,84 9,23


s

Kuintil 4 5,71 1,09 19,07 3,57 7,84


tp

Kuinitl 5 6,90 1,36 19,75 4,23 9,58


ht

Indonesia 6,28 0,84 13,41 4,63 7,93


Tabel 3.13 (Lanjutan)

Perusahaan Daerah (PDAM/PD PAL)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 6,42 0,79 12,32 4,87 7,97
Perdesaan 4,77 1,32 27,651 2,18 7,35

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
5,94 2,02 33,941 1,99 9,90
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 4,03 1,13 27,891 1,83 6,24
SMP/Sederajat 6,08 1,27 20,87 3,59 8,56

id
SM/Sederajat 6,70 1,01 15,12 4,72 8,69

o.
Perguruan Tinggi 7,12 1,24 17,36 4,70 9,55

Status Ekonomi
Kuintil 1 4,22 1,49 .g 35,211 1,31 7,14
ps
Kuintil 2 4,51 1,41 31,351 1,74 7,28
.b

Kuintil 3 2,64 0,64 24,37 1,38 3,90


Kuintil 4 7,64 1,50 19,61 4,70 10,57
w

Kuinitl 5 7,44 1,09 14,63 5,30 9,57


w
w

Indonesia 6,17 0,70 11,33 4,80 7,54


s ://
tp
ht
Tabel 3.13 (Lanjutan)

Pihak Swasta

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 72,70 1,72 2,36 69,33 76,07
Perdesaan 56,41 3,16 5,60 50,22 62,60

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
65,93 4,35 6,59 57,40 74,46
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 64,54 3,00 4,65 58,65 70,42
SMP/Sederajat 66,78 3,06 4,58 60,78 72,78

id
SM/Sederajat 72,30 2,02 2,79 68,34 76,27

o.
Perguruan Tinggi 75,09 2,85 3,80 69,49 80,69

Status Ekonomi
Kuintil 1 61,08 4,58 .g 7,50 52,10 70,06
ps
Kuintil 2 64,27 3,53 5,49 57,35 71,19
.b

Kuintil 3 68,64 2,96 4,31 62,83 74,44


Kuintil 4 70,25 2,69 3,84 64,96 75,53
w

Kuinitl 5 73,73 2,07 2,80 69,67 77,78


w
w

Indonesia 70,22 1,54 2,20 67,20 73,25


s ://
tp
ht
Tabel 3.13 (Lanjutan)

Anggota Rumah Tangga

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 8,91 1,06 11,93 6,82 10,99
Perdesaan 27,93 2,82 10,11 22,39 33,47

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
21,17 4,03 19,03 13,27 29,08
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 20,12 2,53 12,58 15,15 25,08
SMP/Sederajat 16,46 2,50 15,18 11,56 21,36

id
SM/Sederajat 9,39 1,24 13,20 6,95 11,82

o.
Perguruan Tinggi 2,88 0,76 26,431 1,39 4,37

Status Ekonomi
Kuintil 1 23,49 3,91 .g 16,65 15,82 31,15
ps
Kuintil 2 21,57 3,06 14,21 15,56 27,58
.b

Kuintil 3 15,96 2,36 14,80 11,33 20,59


Kuintil 4 10,83 1,63 15,02 7,64 14,02
w

Kuinitl 5 6,42 1,22 19,03 4,02 8,82


w
w

Indonesia 11,80 1,00 8,47 9,84 13,76


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht
Tabel 3.14
Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Tempat Pembuangan Akhir Tinja Tangki Septik
yang Dikosongkan/Dilakukan Penyedotan dalam Lima Tahun Terakhir
Menurut Karakteristik dan Tempat Pembuangan Tinja dari Tangki Septik, 2022

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 24,28 1,72 7,08 20,91 27,65
Perdesaan 19,01 3,51 18,47 12,12 25,89

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah

o.
22,46 3,78 16,83 15,04 29,87
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
21,74
18,66
2,83
2,52 .g13,03
13,51
16,19
13,71
27,30
23,61
ps
SM/Sederajat 25,52 2,19 8,58 21,22 29,81
Perguruan Tinggi 25,22 2,76 10,93 19,81 30,62
.b
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 20,52 4,14 20,17 12,40 28,65
w

Kuintil 2 19,18 2,73 14,26 13,81 24,54


w

Kuintil 3 20,71 2,79 13,45 15,25 26,17


://

Kuintil 4 20,73 2,33 11,24 16,16 25,30


Kuinitl 5 27,40 2,25 8,21 22,99 31,82
s
tp

Indonesia 23,48 1,55 6,59 20,44 26,51


ht
Tabel 3.14 (Lanjutan)

Kolam/Sawah/Sungai/Danau/Laut

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 7,65 0,93 12,18 5,82 9,48
Perdesaan 33,38 3,46 10,38 26,59 40,18

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
19,85 4,21 21,21 11,59 28,10
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 19,85 2,57 12,96 14,80 24,90

id
SMP/Sederajat 15,03 2,15 14,27 10,82 19,24
SM/Sederajat 9,10 1,13 12,37 6,89 11,31

o.
Perguruan Tinggi 3,61 0,90 24,86 1,85 5,38

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 25,41 4,32 16,99 16,94 33,88
Kuintil 2 23,58 3,29 13,95 17,13 30,04
.b

Kuintil 3 16,87 2,48 14,68 12,01 21,73


w

Kuintil 4 9,15 1,44 15,76 6,32 11,97


Kuinitl 5 5,50 0,79 14,43 3,94 7,06
w
w

Indonesia 11,57 0,99 8,54 9,63 13,51


s ://
tp
ht
Tabel 3.14 (Lanjutan)

Lainnya

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,73 0,21 28,731 0,32 1,14
Perdesaan 3,32 1,24 37,281 0,89 5,75

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
3,51 1,59 45,491 0,38 6,64
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,92 0,83 43,371 0,29 3,56

id
SMP/Sederajat 1,36 0,57 42,011 0,24 2,48
SM/Sederajat 0,67 0,29 43,321 0,10 1,24

o.
Perguruan Tinggi NA NA 82,442 NA NA

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 2,89 1,40 48,561 0,14 5,64
Kuintil 2 1,93 0,89 46,171 0,18 3,69
.b

Kuintil 3 1,91 0,82 42,991 0,30 3,51


w

Kuintil 4 0,38 0,19 49,161 0,01 0,75


Kuinitl 5 0,73 0,29 40,171 0,16 1,31
w
w

Indonesia 1,13 0,26 23,24 0,61 1,64


s ://
tp
ht
Tabel 3.14 (Lanjutan)

Tidak Tahu

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 67,34 1,92 2,86 63,57 71,11
Perdesaan 44,29 3,66 8,27 37,10 51,48

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
54,19 4,83 8,92 44,71 63,67
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 56,49 3,31 5,86 50,00 62,98

id
SMP/Sederajat 64,95 3,27 5,03 58,54 71,36
SM/Sederajat 64,71 2,41 3,73 59,98 69,44

o.
Perguruan Tinggi 70,87 2,82 3,99 65,33 76,42

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 51,18 5,23 10,21 40,92 61,43
Kuintil 2 55,31 3,83 6,93 47,79 62,83
.b

Kuintil 3 60,51 3,42 5,65 53,81 67,22


w

Kuintil 4 69,74 2,66 3,82 64,52 74,97


Kuinitl 5 66,36 2,39 3,61 61,67 71,06
w
w

Indonesia 63,83 1,77 2,77 60,35 67,30


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Air minum yang bersih dan aman merupakan hak asasi
setiap manusia. Data Susenas Maret 2022 menunjukkan
bahwa 91,05 persen rumah tangga di Indonesia telah
memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak.
Akan tetapi, ketimpangan akses terhadap air minum layak
masih terjadi, di mana baru sekitar 63,00 persen rumah

id
tangga di Papua yang memiliki akses (Badan Pusat

o.
Statistik, 2022a). Pemerataan akses terhadap air layak
.g
menjadi penting, karena penggunaan air ditambah dengan sanitasi yang buruk
ps
berhubungan dengan transmisi penyakit seperti kolera, diare, disentri, hepatitis A, tifus,
.b

dan polio, serta keracunan bahan timbal (World Health Organization, 2018).
w

Perlakuan yang dilakukan terhadap air, serta penyimpanan dan penyaluran air yang baik
w

merupakan upaya dalam rangka membuat air lebih aman untuk diminum. Perlakuan yang
w

dilakukan terhadap air sebelum diminum dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan,
://

khususnya dalam kondisi sistem perpipaan air yang tidak tersedia, sumber air yang
s

kemungkinan terkontaminasi, atau tempat penyimpanan air menjadi terkontaminasi saat


tp

memperoleh air, atau saat air dalam perjalanan (World Health Organization, 2016).
ht

Beberapa kebijakan dan intervensi telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
mewujudkan akses terhadap air minum yang merata. Peraturan Presiden RI No. 18 Tahun
2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-
2024 menyebutkan jika salah satu major project RPJMN 2020-2024 adalah akses air
minum perpipaan (sepuluh juta sambungan rumah) dalam upaya untuk meningkatkan
akses air minum layak pada tahun 2024 menjadi 100,00 persen.

Air minum dan sanitasi yang tidak layak disertai dengan praktik kebersihan yang buruk
dapat mengakibatkan penyakit diare yang merupakan penyebab tertinggi kematian
anak, khususnya pada balita (World Health Organization, 2018). Selain penyediaan air
minum layak, proses mengambil air dan pengambil air juga menjadi isu penting terhadap
kesehatan air minum. Air yang terkontaminasi saat proses pengangkutan berkontribusi
terhadap penyakit yang disebabkan oleh air misalnya hepatitis A dan E, kolera, tifus, dan
poliomyelitis (Rosa & Clasen, 2010). Pengambil air yang dipergunakan untuk untuk
minum pada rumah tangga juga menjadi pembahasan karena beberapa konsekuensi
yang harus ditanggung ketika air diangkut oleh wanita atau oleh anak-anak dalam jarak
yang jauh atau membutuhkan waktu yang lama.

Pada daerah dengan kualitas fisik air yang kurang baik, terdapat beberapa upaya yang
dapat dilakukan oleh rumah tangga agar air lebih aman untuk diminum. Upaya tersebut
terdiri dari yang paling sederhana seperti mengendapkan air, sampai dengan
menggunakan saringan air modern. Data mengenai penyediaan air pada rumah tangga
mulai dari siapa yang mengambil air, perilaku terhadap air, dan media untuk mengakses
air dikumpulkan untuk melihat intervensi apa yang dapat diberikan pada level rumah
tangga. Data yang dikumpulkan dari Susenas MKP 2022 mengenai penyediaan air minum
rumah tangga merupakan pelengkap dari data Susenas Maret 2022.

4.1 Penyediaan Air Minum Rumah Tangga

Mengangkut air dapat memengaruhi kesehatan si pembawa air. Pada kasus daerah
dengan keterbatasan air, wanita dan anak-anak seringkali menanggung risiko yang tinggi

id
karena mereka menjadi pihak yang bertanggung jawab sebagai pengambil air

o.
(UNICEF, 2021). Penelitian di Afrika menunjukkan jika anak yang membawa air
.g
meningkatkan kecenderungan untuk menjadi diare dan penurunan status gizi.
ps
Sementara itu, Ibu yang mengambil air dalam waktu yang lama dan terus menerus
.b

memiliki kecenderungan lebih rendah untuk melahirkan di fasilitas kesehatan, membawa


w

anak untuk pemeriksaan antenatal, dan cenderung meninggalkan anak balitanya


w

sendirian ketika mengambil air (Geere & Hunter, 2020).


w

Dalam Susenas MKP 2022, pertanyaan mengenai pengambil air untuk keperluan rumah
://

tangga ditanyakan pada rumah tangga dengan sumber/fasilitas air minum yang berlokasi
s
tp

di luar kawasan pagar rumah. Gambar 4.1 menunjukkan jika pengambil air untuk
ht

keperluan rumah tangga mayoritas berusia 15 tahun ke atas. Pengambil air untuk
keperluan rumah tangga yang berusia di bawah 15 tahun persentasenya lebih tinggi di
daerah perkotaan dibandingkan dengan di perdesaan. Selanjutnya jika dilihat menurut
jenis kelamin lebih banyak laki-laki yang menjadi pengambil air minum dibandingkan
dengan perempuan (Tabel 4.2). Data tersebut menunjukkan informasi awal mengenai
pengambil air, untuk menentukan efek mengambil air terjadap kesehatan diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai seberapa air yang diambil dan seberapa jauh jarak
pengambilan air dari sumber ke rumah tangga.
Gambar 4.1
Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah
Menurut Kelompok Umur Pengambil Air Minum untuk Keperluan Rumah Tangga, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


://

4.2 Perilaku Agar Air Aman Diminum


s
tp

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Syarat Air Minum


ht

Layak Konsumsi, yaitu memenuhi syarat fisik, kimiawi, dan mikrobiologis. Data hasil
Susenas Maret 2022 menunjukkan jika sekitar 90 persen sumber air utama untuk minum
baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan telah memenuhi syarat fisik (tidak keruh,
tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa, dan tidak berbau) (Badan Pusat Statistik,
2022a). Walaupun kondisi fisik air minum menunjukkan ciri-ciri fisik yang baik, namun air
minum belum tentu terbebas dari kontaminasi unsur-unsur yang membahayakan.
Upaya perlakuan terhadap air yang dikonsumsi pada level rumah tangga dapat
mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh kontaminasi saat pengangkutan air,
transportasi, penggunaan di rumah, dan penurunan kualitas air. Terlebih lagi, perlakuan
terhadap air minum oleh rumah tangga disarankan untuk dilakukan pada kondisi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap air, namun air tersebut memiliki kualitas
mikrobiologis yang tidak menentu.

Penelitian di India menunjukkan jika cara penyimpanan air saja dapat secara signifikan
mengurangi penyakit diare (Ercumen et al., 2015). Perlakuan terhadap air juga merupakan
tindakan yang cost effective untuk pencegahan penyakit dan telah disarankan oleh
World Health Organization khususnya pada rumah tangga yang belum dapat mengakses
air minum perpipaan (World Health Organization, 2018). Mengidentifikasi populasi yang
melakukan upaya perlakuan pada air minum dengan menggunakan cara yang efektif
secara mikrobiologis dapat membantu pemerintah untuk menargetkan intervensi efektif
yang berkaitan dengan air minum, menyediakan sarana perpipaan, meningkatkan
pasokan air, serta menunjukkan wilayah yang memerlukan informasi mengenai
pentingnya upaya perlakuan terhadap air minum.

Gambar 4.2 menunjukkan jika merebus/memasak air hingga mendidih (83,33 persen),
diikuti dengan membiarkan air sampai mengendap (26,65 persen), dan menyaring
dengan kain (6,76 persen) merupakan tiga upaya yang dilakukan rumah tangga supaya
air lebih aman untuk diminum dengan persentase tertinggi. Lebih dari 85 persen rumah
tangga di perdesaan merebus/memasak air hingga mendidih agar lebih aman untuk
diminum, sementara di perkotaan sekitar 82 persen (Tabel 4.3). Merebus air merupakan
upaya yang relatif mudah dan terjangkau untuk membuat air lebih aman untuk diminum.

id
Penelitian pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah menyebutkan jika

o.
merebus air merupakan tindakan yang efektif secara mikrobiologis untuk membuat air
lebih aman untuk diminum (Rosa & Clasen, 2010) .g
ps
Gambar 4.2
.b

Persentase Rumah Tangga Menurut Upaya yang Dilakukan Supaya Air


w

Menjadi Lebih Aman Untuk Diminum, 2022


w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Terdapat perbedaan pola yang dipilih rumah tangga dalam upaya membuat air menjadi
lebih aman diminum. Rumah tangga pada status ekonomi rendah terlihat lebih memilih
upaya yang sederhana dan murah untuk membuat air lebih aman untuk diminum, seperti
dengan merebus, membiarkan air sampai mengendap, atau menyaring dengan kain.
Sementara itu upaya menjadikan air lebih aman untuk diminum dengan penggunaan
filter modern (keramik, bio-sand, dll.), menyaring dengan filter air tradisional, menambah
penjernih terlihat memiliki persentase tertinggi pada rumah tangga dengan status
ekonomi tertinggi, begitu pula pada rumah tangga dengan Kepala Rumah Tangga (KRT)
yang berpendidikan perguruan tinggi (Tabel 4.3). Meskipun hasil menunjukkan jika
sebagian besar rumah tangga telah melakukan upaya agar air lebih aman untuk diminum
paling tidak dengan memasak air hingga mendidih, akan tetapi kontinuitas upaya
perlakuan juga harus diperhatikan. Penelitian menunjukkan jika mayoritas rumah tangga
yang telah melakukan upaya perlakuan terhadap air untuk lebih aman diminum masih

id
mengonsumsi air yang tidak dilakukan perlakuan atau upaya tersebut hanya berlaku
untuk keperluan minum anggota rumah tangga tertentu, misalkan anak-anak

o.
(Rosa & Clasen, 2010).
.g
ps
4.3 Media untuk Mengakses Sumber Air
.b

Media yang digunakan untuk menyalurkan air baku menuju rumah berpengaruh
w

terhadap kontaminasi organisme yang dapat menjadi sumber penyakit. Media untuk
w

mengakses air minum juga berhubungan dengan rumah tangga yang menggunakan
w

saluran perpipaan untuk mengakses air minum dan air mandi/cuci/dll. pada level rumah
://

tangga. Secara umum, air minum perpipaan dianggap ideal jika dibandingkan dengan
s

sumber air minum lainnya, walaupun perpipaan dapat juga mengalami kontaminasi
tp

(Apanga et al., 2021). Dalam upaya penyediaan akses air minum aman yang merata di
ht

seluruh Indonesia, arah dan strategi kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
Indonesia yang disebutkan dalam RPJMN 2020-2024 adalah penyadaran masyarakat
untuk mengakses layanan perpipaan, menggunakan air minum bukan jaringan perpipaan
yang terlindungi secara swadaya, serta menerapkan pengelolaan air minum aman dalam
rumah tangga. Sementara akses air minum perpipaan (sepuluh juta sambungan rumah)
merupakan proyek prioritas untuk mendukung penyediaan akses air minum dan sanitasi
yang layak dan aman.
Gambar 4.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Kegunaan Air dan Media Utama
yang Digunakan Rumah Tangga untuk Mengakses Sumber Air, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp

Data Susenas MKP 2022 menunjukkan bahwa sebesar 46,89 persen rumah tangga
menggunakan media utama perpipaan untuk mengakses sumber air minum, sementara
ht

untuk mengakses air untuk mandi/cuci/dll. sebesar 84,94 persen (Gambar 4.3).
Jika dilihat menurut provinsi, Papua merupakan provinsi dengan persentase terendah
rumah tangga yang menggunakan media perpipaan untuk mengakses air, baik untuk
minum maupun air untuk mandi/cuci/ dll. Sementara itu, provinsi dengan persentase
tertinggi rumah tangga yang menggunakan media utama perpipaan untuk mengakses
sumber air minum adalah Bengkulu dan untuk air mandi/cuci/dll. adalah Bali. Meskipun
penggunaan air minum perpipaan belum menghilangkan risiko kesehatan, namun
pemerataan penggunaan air perpipaan di Indonesia perlu terus ditingkatkan agar akses
terhadap air minum layak dapat merata di seluruh wilayah Indonesia dan risiko kesehatan
dari penggunaan air minum tidak layak dapat ditekan.
Persentase rumah tangga yang menggunakan media perpipaan untuk mengakses air
yang digunakan untuk minum terlihat lebih tinggi di daerah perdesaan, sebaliknya
persentase rumah tangga yang menggunakan media perpipaan untuk mengakses
air mandi/cuci/dll. lebih tinggi di perkotaan. Hal tersebut kemungkinan berhubungan
dengan banyaknya rumah tangga di daerah perkotaan yang menggunakan air kemasan
atau air isi ulang sebagai sumber air minumnya, namun pada dasarnya mereka telah
memiliki sambungan perpipaan untuk air yang digunakan untuk mandi/cuci/dll.
Persentase rumah tangga yang menggunakan media perpipaan untuk mengakses air
yang digunakan untuk mandi/cuci/ dll. terlihat lebih tinggi pada status ekonomi yang
lebih tinggi. Persentase juga meningkat seiring dengan tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan KRT yang makin tinggi (Tabel 4.5).

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht
Tabel 4.1
Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah
Menurut Karakteristik dan Kelompok Umur Pengambil Air Minum untuk Keperluan Rumah Tangga,
2022

Karakteristik Di Bawah 15 Tahun 15 Tahun ke Atas


(1) (2) (3)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,53 99,47
Perdesaan 0,27 99,73

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang


Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan 0,60 99,40
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,27 99,73
SMP/Sederajat 0,25 99,75

id
SM/Sederajat 0,50 99,50

o.
Perguruan Tinggi NA 99,28

Status Ekonomi
Kuintil 1 0,27 .g 99,73
ps
Kuintil 2 0,25 99,75
Kuintil 3 0,37 99,63
.b

Kuintil 4 0,33 99,67


w

Kuinitl 5 NA 99,28
w
w

Indonesia 0,44 99,56


://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 4.2
Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air Minum di Luar Kawasan Pagar Rumah
Menurut Karakteristik, Kelompok Umur, dan Jenis Kelamin Pengambil Air Minum
untuk Keperluan Rumah Tangga, 2022

Di Bawah 15 Tahun 15 Tahun ke Atas


Karakteristik
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 93,44 NA 85,15 14,85
Perdesaan 58,94 41,06 86,41 13,59

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 56,86 43,14 69,77 30,23

id
Sekolah dan Tidak Tamat
SD

o.
SD/Sederajat 80,62 NA 84,41 15,59
SMP/Sederajat 77,36 NA
.g 88,79 11,21
ps
SM/Sederajat 98,96 NA 88,87 11,13
Perguruan Tinggi 94,65 NA 89,05 10,95
.b

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 78,95 NA 87,04 12,96


w

Kuintil 2 96,69 3,31 86,82 13,18


Kuintil 3 90,37 NA 87,67 12,33
w

Kuintil 4 78,64 21,36 86,14 13,86


://

Kuinitl 5 87,38 NA 82,84 17,16


s
tp

Indonesia 86,56 13,44 85,57 14,43


ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 4.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Upaya yang Dilakukan
Supaya Air Menjadi Lebih Aman untuk Diminum, 2022

Menyaring
Menggunakan
Membiarkan dengan Filter
Menyaring Filter Modern
Karakteristik Sampai Air Tradisional
dengan Kain (Keramik,
Mengendap (Ijuk, Pasir,
Bio-Sand, Dll.)
Dll.)
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 22,38 5,04 1,17 3,00
Perdesaan 32,48 9,10 1,19 1,15

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 32,24 7,48 0,89 0,92

id
Sekolah dan Tidak Tamat

o.
SD
SD/Sederajat 29,60 7,61 1,09 1,21
SMP/Sederajat 25,75 6,75
.g 1,11 1,98
ps
SM/Sederajat 23,31 6,01 1,31 2,83
Perguruan Tinggi 21,15 5,40 1,56 5,70
.b

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 31,28 8,03 0,94 0,87


w

Kuintil 2 29,45 7,42 1,11 1,18


w

Kuintil 3 27,14 6,64 1,22 1,31


Kuintil 4 25,34 6,48 1,21 2,09
://

Kuinitl 5 22,20 5,74 1,32 4,70


s
tp

Indonesia 26,65 6,76 1,18 2,22


ht
Tabel 4.3 (Lanjutan)

Menambah
Menjemur di Bawah Merebus/
Penjernih
Karakteristik Sinar Matahari Memasak Hingga
(Tawas/Klorin/
(Solar Disinfectant) Mendidih
Disinfectant)
(1) (6) (7) (8)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,62 0,60 81,85
Perdesaan 0,86 0,85 85,35

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,71 0,76 86,04
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,71 0,64 86,35
SMP/Sederajat 0,73 0,65 82,76
SM/Sederajat 0,64 0,72 80,96

id
Perguruan Tinggi 0,99 0,89 78,43

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 0,33 0,57 87,43
Kuintil 2 0,79
.g 0,65 85,46
ps
Kuintil 3 0,72 0,68 84,13
Kuintil 4 0,64 0,62 83,02
.b

Kuinitl 5 1,00 0,94 78,64


w

Indonesia 0,72 0,71 83,33


w
w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 4.4
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Media Utama Perpipaan
untuk Mengakses Sumber Air Menurut Provinsi dan Kegunaan Air, 2022

Provinsi Air untuk Minum Air untuk Mandi/Cuci/Dll.


(1) (2) (3)

Aceh 45,07 80,31


Sumatera Utara 48,50 85,08
Sumatera Barat 42,77 84,98
Riau 26,96 75,99
Jambi 59,48 88,21
Sumatera Selatan 53,67 76,89
Bengkulu 72,05 88,63
Lampung 61,42 81,60
Kep. Bangka Belitung 27,07 85,05
Kep. Riau 18,92 92,45

id
DKI Jakarta 16,49 90,14
Jawa Barat 44,90 87,19

o.
Jawa Tengah 60,24 89,92
DI Yogyakarta
Jawa Timur
64,70
56,35 .g 89,97
90,22
ps
Banten 30,68 79,00
.b

Bali 45,66 94,79


w

Nusa Tenggara Barat 57,33 89,42


w

Nusa Tenggara Timur 35,41 43,34


w

Kalimantan Barat 32,93 70,10


://

Kalimantan Tengah 40,03 81,05


Kalimantan Selatan 53,15 89,24
s

Kalimantan Timur 14,57 91,42


tp

Kalimantan Utara 15,26 83,38


ht

Sulawesi Utara 42,78 83,23


Sulawesi Tengah 41,51 84,89
Sulawesi Selatan 52,55 86,49
Sulawesi Tenggara 46,78 86,33
Gorontalo 26,97 87,49
Sulawesi Barat 53,53 78,15

Maluku 45,78 65,93


Maluku Utara 50,22 77,19

Papua Barat 37,17 76,65


Papua 11,07 37,26

Indonesia 46,89 84,94

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 4.5
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik, Kegunaan Air, dan Media Utama
yang Digunakan Rumah Tangga untuk Mengakses Sumber Air, 2022

Air untuk Minum


Karakteristik Perpipaan Hidran Umum Keran Umum
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 39,31 0,21 0,57
Perdesaan 57,22 0,49 1,65

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan 56,44 0,60 1,15
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 55,10 0,39 1,56
SMP/Sederajat 46,80 0,37 0,88

id
SM/Sederajat 39,00 0,22 0,69

o.
Perguruan Tinggi 32,05 NA 0,51

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 60,84 0,67 1,95
Kuintil 2 54,64 0,44 1,27
.b

Kuintil 3 50,25 0,30 1,13


w

Kuintil 4 44,16 0,22 0,69


Kuinitl 5 31,48 0,13 0,41
w
w

Indonesia 46,89 0,33 1,02


s ://
tp
ht
Tabel 4.5 (Lanjutan)

Air untuk Minum


Karakteristik
Terminal Air Tidak Ada Tidak Tahu
(1) (5) (6) (7)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,19 58,49 0,22
Perdesaan 1,11 39,09 0,43

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan 1,26 40,04 0,51
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,44 41,16 0,36
SMP/Sederajat 1,07 50,58 0,31
SM/Sederajat 1,05 58,83 0,22
Perguruan Tinggi 0,67 66,55 0,15

id
Status Ekonomi

o.
Kuintil 1 1,59 34,45 0,50

.g
Kuintil 2 1,30 42,12 0,22
Kuintil 3 1,34 46,62 0,35
ps
Kuintil 4 0,90 53,72 0,30
Kuinitl 5 0,84 66,90 0,23
.b
w

Indonesia 1,16 50,28 0,31


w
w
s://
tp
ht
Tabel 4.5 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll.


Karakteristik
Perpipaan Hidran Umum Keran Umum
(1) (8) (9) (10)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 88,80 0,32 0,66
Perdesaan 79,68 0,47 1,58

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan 77,77 0,64 1,00
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 82,59 0,41 1,59
SMP/Sederajat 85,22 0,40 0,95
SM/Sederajat 88,59 0,26 0,76
Perguruan Tinggi 91,14 0,24 0,53

id
Status Ekonomi

o.
Kuintil 1 79,10 0,67 1,89

.g
Kuintil 2 83,62 0,42 1,10
Kuintil 3 84,32 0,37 1,05
ps
Kuintil 4 86,56 0,24 0,72
Kuinitl 5 88,96 0,29 0,72
.b
w

Indonesia 84,94 0,38 1,05


w
w
s ://
tp
ht
Tabel 4.5 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll.


Karakteristik
Terminal Air Tidak Ada Tidak Tahu
(1) (11) (12) (13)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,29 8,52 0,41
Perdesaan 1,14 16,53 0,60

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan 1,17 18,74 0,67
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,38 13,46 0,56
SMP/Sederajat 1,22 11,75 0,47
SM/Sederajat 1,14 8,90 0,35
Perguruan Tinggi 1,12 6,48 0,49

id
Status Ekonomi

o.
Kuintil 1 1,47 16,30 0,56

.g
Kuintil 2 1,28 13,22 0,35
Kuintil 3 1,30 12,39 0,57
ps
Kuintil 4 1,03 10,90 0,55
Kuinitl 5 1,12 8,47 0,44
.b
w

Indonesia 1,23 11,91 0,49


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


w
s://
tp
ht
Tabel 4.6
Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air Minum
di Luar Kawasan Pagar Rumah Menurut Karakteristik dan Kelompok Umur Pengambil Air Minum
untuk Keperluan Rumah Tangga

Berumur di Bawah 15 Tahun

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,53 0,21 39,911 0,12 0,94
Perdesaan 0,27 0,06 21,88 0,15 0,38

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,60

o.
0,20 32,911 0,21 0,99
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
0,27
0,25
0,07
0,09 .g 24,51
36,181
0,14
0,07
0,40
0,43
ps
SM/Sederajat 0,50 0,24 48,831 0,02 0,98
Perguruan Tinggi NA NA 50,742 NA NA
.b
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 0,27 0,13 48,221 0,01 0,52
w

Kuintil 2 0,25 0,09 36,291 0,07 0,42


w

Kuintil 3 0,37 0,15 40,361 0,08 0,66


://

Kuintil 4 0,33 0,11 32,511 0,12 0,55


Kuinitl 5 NA NA 51,142 NA NA
s
tp

Indonesia 0,44 0,14 32,271 0,16 0,72


ht
Tabel 4.6 (Lanjutan)

15 Tahun ke Atas

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 99,47 0,21 0,21 99,06 99,88
Perdesaan 99,73 0,06 0,06 99,62 99,85

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
99,40 0,20 0,20 99,01 99,79
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 99,73 0,07 0,07 99,60 99,86

id
SMP/Sederajat 99,75 0,09 0,09 99,57 99,93
SM/Sederajat 99,50 0,24 0,25 99,02 99,98

o.
Perguruan Tinggi 99,28 0,37 0,37 98,55 100,00

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 99,73 0,13 0,13 99,48 99,99
Kuintil 2 99,75 0,09 0,09 99,58 99,93
.b

Kuintil 3 99,63 0,15 0,15 99,34 99,92


w

Kuintil 4 99,67 0,11 0,11 99,45 99,88


Kuinitl 5 99,28 0,37 0,37 98,56 100,00
w
w

Indonesia 99,56 0,14 0,14 99,28 99,84


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
Tabel 4.7
Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Lokasi Sumber/Fasilitas Air Minum
di Luar Kawasan Pagar Rumah Menurut Karakteristik, Umur, dan Jenis Kelamin
Pengambil Air Minum untuk Keperluan Rumah Tangga, 2022

Laki-Laki di Bawah 15 Tahun

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 93,44 3,91 4,19 85,54 101,34
Perdesaan 58,94 8,08 13,71 42,63 75,26

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 56,86 11,94 20,99 32,77 80,94

o.
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
80,62
77,36
10,40
13,11 .g 12,90
16,94
59,64
50,91
101,61
103,81
ps
SM/Sederajat 98,96 1,14 1,15 96,66 101,25
Perguruan Tinggi 94,65 3,60 3,81 87,38 101,91
.b
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 78,95 13,69 17,34 51,31 106,58
w

Kuintil 2 96,69 1,15 1,19 94,37 99,01


w

Kuintil 3 90,37 9,41 10,41 71,38 109,35


://

Kuintil 4 78,64 9,02 11,47 60,44 96,84


Kuinitl 5 87,38 7,91 9,05 71,42 103,33
s
tp

Indonesia 86,56 4,89 5,65 76,69 96,44


ht
Tabel 4.7 (Lanjutan)

Perempuan di Bawah 15 Tahun

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan NA NA 59,652 NA NA
Perdesaan 41,06 8,08 19,69 24,74 57,37

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 43,14 11,94 27,672 19,06 67,23
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat NA NA 53,672 NA NA

id
SMP/Sederajat NA NA 57,892 NA NA
SM/Sederajat NA NA 109,172 NA NA

o.
Perguruan Tinggi NA NA 67,272 NA NA

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 NA NA 65,052 NA NA
Kuintil 2 3,31 1,15 34,701 0,99 5,63
.b

Kuintil 3 NA NA 97,662 NA NA
w

Kuintil 4 21,36 9,02 42,211 3,16 39,56


Kuinitl 5 NA NA 62,632 NA NA
w
w

Indonesia 13,44 4,89 36,421 3,56 23,31


s ://
tp
ht
Tabel 4.7 (Lanjutan)

Laki-Laki di Atas 15 Tahun

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 85,15 0,41 0,48 84,36 85,95
Perdesaan 86,41 0,38 0,44 85,66 87,15

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 69,77 1,05 1,50 67,72 71,82
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 84,41 0,60 0,72 83,22 85,59

id
SMP/Sederajat 88,79 0,59 0,66 87,64 89,94
SM/Sederajat 88,87 0,46 0,52 87,97 89,77

o.
Perguruan Tinggi 89,05 0,67 0,76 87,73 90,36

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 87,04 0,75 0,86 85,58 88,51
Kuintil 2 86,82 0,66 0,77 85,52 88,12
.b

Kuintil 3 87,67 0,63 0,72 86,44 88,90


w

Kuintil 4 86,14 0,57 0,66 85,02 87,26


Kuinitl 5 82,84 0,57 0,69 81,73 83,96
w
w

Indonesia 85,57 0,30 0,35 84,98 86,15


s ://
tp
ht
Tabel 4.7 (Lanjutan)

Perempuan di Atas 15 Tahun

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 14,85 0,41 2,73 14,05 15,64
Perdesaan 13,59 0,38 2,79 12,85 14,34

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 30,23 1,05 3,46 28,18 32,28
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 15,59 0,60 3,88 14,41 16,78

id
SMP/Sederajat 11,21 0,59 5,23 10,06 12,36
SM/Sederajat 11,13 0,46 4,14 10,23 12,03

o.
Perguruan Tinggi 10,95 0,67 6,14 9,64 12,27

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 12,96 0,75 5,76 11,49 14,42
Kuintil 2 13,18 0,66 5,04 11,88 14,48
.b

Kuintil 3 12,33 0,63 5,09 11,10 13,56


w

Kuintil 4 13,86 0,57 4,12 12,74 14,98


Kuinitl 5 17,16 0,57 3,32 16,04 18,27
w
w

Indonesia 14,43 0,30 2,07 13,85 15,02


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
Tabel 4.8
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Upaya
yang Dilakukan Supaya Air Menjadi Lebih Aman untuk Diminum dan Karakteristik, 2022

Membiarkan Sampai Mengendap

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 22,38 0,78 3,47 20,85 23,90
Perdesaan 32,48 0,75 2,31 31,00 33,95

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 32,24 0,95 2,95 30,38 34,10

id
dan Tidak Tamat SD

o.
SD/Sederajat 29,60 0,76 2,58 28,10 31,10
SMP/Sederajat 25,75 0,74 2,89 24,29 27,21
SM/Sederajat 23,31 0,66
.g 2,83 22,02 24,61
ps
Perguruan Tinggi 21,15 0,89 4,21 19,40 22,90
.b

Status Ekonomi
Kuintil 1 31,28 1,03 3,30 29,26 33,30
w

Kuintil 2 29,45 0,84 2,85 27,80 31,10


w

Kuintil 3 27,14 0,75 2,75 25,68 28,60


w

Kuintil 4 25,34 0,73 2,88 23,91 26,78


://

Kuinitl 5 22,20 0,75 3,39 20,73 23,68


s

Indonesia 26,65 0,55 2,07 25,57 27,73


tp
ht
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Menyaring dengan Kain

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 5,04 0,38 7,58 4,29 5,79
Perdesaan 9,10 0,43 4,74 8,25 9,94

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 7,48 0,45 6,05 6,59 8,36
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 7,61 0,41 5,38 6,81 8,41

id
SMP/Sederajat 6,75 0,38 5,60 6,01 7,49
SM/Sederajat 6,01 0,37 6,21 5,28 6,74

o.
Perguruan Tinggi 5,40 0,44 8,13 4,54 6,26

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 8,03 0,51 6,34 7,03 9,03
Kuintil 2 7,42 0,46 6,15 6,53 8,32
.b

Kuintil 3 6,64 0,38 5,75 5,89 7,39


w

Kuintil 4 6,48 0,39 5,97 5,72 7,24


Kuinitl 5 5,74 0,50 8,64 4,77 6,71
w
w

Indonesia 6,76 0,29 4,24 6,20 7,32


s ://
tp
ht
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Menyaring dengan Filter Air Tradisional (Ijuk, Pasir, Dll.)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,17 0,15 12,77 0,87 1,46
Perdesaan 1,19 0,12 10,42 0,95 1,43

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,89 0,14 15,72 0,62 1,16
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,09 0,13 11,65 0,84 1,34

id
SMP/Sederajat 1,11 0,15 13,86 0,81 1,42
SM/Sederajat 1,31 0,15 11,07 1,03 1,60

o.
Perguruan Tinggi 1,56 0,34 21,50 0,90 2,22

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,94 0,14 14,86 0,66 1,21
Kuintil 2 1,11 0,15 13,58 0,81 1,40
.b

Kuintil 3 1,22 0,15 12,49 0,92 1,52


w

Kuintil 4 1,21 0,15 12,00 0,93 1,50


Kuinitl 5 1,32 0,19 14,42 0,95 1,70
w
w

Indonesia 1,18 0,10 8,56 0,98 1,37


s ://
tp
ht
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Menggunakan Filter Modern (Keramik, Bio-Sand, Dll.)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,00 0,26 8,72 2,49 3,51
Perdesaan 1,15 0,13 11,56 0,89 1,41

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,92 0,23 24,81 0,47 1,37
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,21 0,14 11,63 0,93 1,48

id
SMP/Sederajat 1,98 0,28 14,34 1,43 2,54
SM/Sederajat 2,83 0,23 8,26 2,37 3,29

o.
Perguruan Tinggi 5,70 0,60 10,45 4,53 6,86

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,87 0,17 20,04 0,53 1,21
Kuintil 2 1,18 0,16 13,76 0,86 1,49
.b

Kuintil 3 1,31 0,15 11,81 1,01 1,61


w

Kuintil 4 2,09 0,20 9,54 1,70 2,49


Kuinitl 5 4,70 0,43 9,18 3,86 5,55
w
w

Indonesia 2,22 0,16 7,27 1,90 2,53


s ://
tp
ht
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Menambah Penjernih (Tawas/Klorin/Disinfectant)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,62 0,10 15,88 0,43 0,81
Perdesaan 0,86 0,11 13,17 0,64 1,08

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,71 0,13 18,25 0,46 0,97
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,71 0,09 12,60 0,54 0,89

id
SMP/Sederajat 0,73 0,12 15,91 0,50 0,95
SM/Sederajat 0,64 0,09 14,50 0,46 0,83

o.
Perguruan Tinggi 0,99 0,35 34,881 0,31 1,67

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,33 0,06 17,55 0,22 0,45
Kuintil 2 0,79 0,15 18,71 0,50 1,08
.b

Kuintil 3 0,72 0,10 14,13 0,52 0,92


w

Kuintil 4 0,64 0,10 15,46 0,44 0,83


Kuinitl 5 1,00 0,18 17,78 0,65 1,35
w
w

Indonesia 0,72 0,07 10,30 0,58 0,87


s ://
tp
ht
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Menjemur di Bawah Sinar Matahari (Solar Disinfectant)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (27) (28) (29) (30) (31)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,60 0,11 17,50 0,40 0,81
Perdesaan 0,85 0,13 15,08 0,60 1,10

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,76 0,15 20,17 0,46 1,06
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,64 0,10 15,85 0,44 0,84

id
SMP/Sederajat 0,65 0,12 19,07 0,41 0,90
SM/Sederajat 0,72 0,11 14,65 0,51 0,93

o.
Perguruan Tinggi 0,89 0,20 22,83 0,49 1,28

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,57 0,12 20,58 0,34 0,80
Kuintil 2 0,65 0,13 19,44 0,40 0,90
.b

Kuintil 3 0,68 0,11 16,63 0,46 0,90


w

Kuintil 4 0,62 0,10 16,32 0,42 0,82


Kuinitl 5 0,94 0,14 15,31 0,65 1,22
w
w

Indonesia 0,71 0,08 11,53 0,55 0,87


s ://
tp
ht
Tabel 4.8 (Lanjutan)

Merebus/Memasak Hingga Mendidih

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (32) (33) (34) (35) (36)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 81,85 0,58 0,71 80,70 82,99
Perdesaan 85,35 0,49 0,58 84,38 86,32

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 86,04 0,67 0,78 84,72 87,35
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 86,35 0,48 0,56 85,40 87,29

id
SMP/Sederajat 82,76 0,58 0,70 81,62 83,90
SM/Sederajat 80,96 0,55 0,68 79,88 82,04

o.
Perguruan Tinggi 78,43 0,85 1,09 76,76 80,11

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 87,43 0,65 0,74 86,16 88,70
Kuintil 2 85,46 0,60 0,70 84,30 86,63
.b

Kuintil 3 84,13 0,55 0,66 83,04 85,21


w

Kuintil 4 83,02 0,55 0,66 81,94 84,09


Kuinitl 5 78,64 0,65 0,83 77,36 79,92
w
w

Indonesia 83,33 0,40 0,48 82,55 84,11


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht
Tabel 4.9
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik, Kegunaan Air,
dan Media Utama yang Digunakan Rumah Tangga untuk Mengakses Sumber Air, 2022

Air untuk Minum (Perpipaan)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 39,31 0,82 2,08 37,70 40,91
Perdesaan 57,22 0,71 1,23 55,84 58,61

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 56,44 0,91 1,61 54,66 58,22

id
dan Tidak Tamat SD

o.
SD/Sederajat 55,10 0,77 1,39 53,60 56,60
SMP/Sederajat 46,80 0,80 1,71 45,23 48,36
SM/Sederajat 39,00 0,69
.g 1,77 37,64 40,35
ps
Perguruan Tinggi 32,05 0,90 2,80 30,30 33,81
.b

Status Ekonomi
Kuintil 1 60,84 0,99 1,62 58,91 62,78
w

Kuintil 2 54,64 0,85 1,56 52,97 56,31


w

Kuintil 3 50,25 0,80 1,59 48,68 51,81


w

Kuintil 4 44,16 0,77 1,74 42,65 45,67


://

Kuinitl 5 31,48 0,72 2,30 30,06 32,90


s

Indonesia 46,89 0,56 1,19 45,79 47,98


tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Minum (Hidran Umum)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,21 0,06 26,821 0,10 0,33
Perdesaan 0,49 0,09 18,49 0,31 0,67

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,60 0,14 23,19 0,32 0,87
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,39 0,09 22,33 0,22 0,55

id
SMP/Sederajat 0,37 0,09 23,80 0,20 0,54
SM/Sederajat 0,22 0,05 24,53 0,11 0,32

o.
Perguruan Tinggi NA 0,03 51,322 0,00 0,13

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,67 0,19 28,051 0,30 1,04
Kuintil 2 0,44 0,09 20,68 0,26 0,62
.b

Kuintil 3 0,30 0,08 26,871 0,14 0,46


w

Kuintil 4 0,22 0,05 24,06 0,12 0,33


Kuinitl 5 0,13 0,04 27,861 0,06 0,21
w
w

Indonesia 0,33 0,05 15,30 0,23 0,43


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Minum (Keran Umum)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,57 0,11 18,91 0,36 0,78
Perdesaan 1,65 0,18 10,84 1,30 2,00

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 1,15 0,16 14,16 0,83 1,47
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,56 0,18 11,37 1,21 1,90

id
SMP/Sederajat 0,88 0,14 15,70 0,61 1,14
SM/Sederajat 0,69 0,09 13,74 0,50 0,87

o.
Perguruan Tinggi 0,51 0,13 26,121 0,25 0,78

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 1,95 0,30 15,37 1,36 2,54
Kuintil 2 1,27 0,15 12,03 0,97 1,57
.b

Kuintil 3 1,13 0,14 12,35 0,86 1,41


w

Kuintil 4 0,69 0,09 12,97 0,52 0,87


Kuinitl 5 0,41 0,07 16,97 0,28 0,55
w
w

Indonesia 1,02 0,10 9,54 0,83 1,22


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Minum (Terminal Air)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,19 0,19 16,14 0,82 1,57
Perdesaan 1,11 0,15 13,29 0,82 1,40

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 1,26 0,20 16,06 0,86 1,65
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,44 0,19 12,99 1,07 1,81

id
SMP/Sederajat 1,07 0,17 15,58 0,75 1,40
SM/Sederajat 1,05 0,17 15,89 0,72 1,37

o.
Perguruan Tinggi 0,67 0,15 21,88 0,38 0,96

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 1,59 0,33 20,54 0,95 2,23
Kuintil 2 1,30 0,21 16,13 0,89 1,71
.b

Kuintil 3 1,34 0,20 14,59 0,96 1,73


w

Kuintil 4 0,90 0,15 16,20 0,62 1,19


Kuinitl 5 0,84 0,13 15,46 0,59 1,10
w
w

Indonesia 1,16 0,13 11,00 0,91 1,41


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Minum (Tidak Ada)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 58,49 0,83 1,42 56,86 60,13
Perdesaan 39,09 0,70 1,78 37,73 40,45

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 40,04 0,91 2,27 38,26 41,82
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 41,16 0,76 1,85 39,66 42,65

id
SMP/Sederajat 50,58 0,81 1,59 49,00 52,16
SM/Sederajat 58,83 0,70 1,20 57,45 60,22

o.
Perguruan Tinggi 66,55 0,91 1,37 64,76 68,34

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 34,45 0,93 2,69 32,64 36,27
Kuintil 2 42,12 0,86 2,03 40,44 43,80
.b

Kuintil 3 46,62 0,81 1,73 45,04 48,20


w

Kuintil 4 53,72 0,77 1,44 52,20 55,23


Kuinitl 5 66,90 0,74 1,11 65,45 68,35
w
w

Indonesia 50,28 0,57 1,12 49,18 51,39


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Minum (Tidak Tahu)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (27) (28) (29) (30) (31)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,22 0,05 21,06 0,13 0,32
Perdesaan 0,43 0,08 19,49 0,27 0,60

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,51 0,11 20,56 0,31 0,72
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,36 0,07 20,22 0,22 0,51

id
SMP/Sederajat 0,31 0,08 26,661 0,15 0,47
SM/Sederajat 0,22 0,05 23,87 0,12 0,32

o.
Perguruan Tinggi 0,15 0,04 28,141 0,07 0,23

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,50 0,10 20,18 0,30 0,69
Kuintil 2 0,22 0,06 24,96 0,11 0,34
.b

Kuintil 3 0,35 0,10 28,761 0,15 0,55


w

Kuintil 4 0,30 0,07 22,46 0,17 0,44


Kuinitl 5 0,23 0,06 24,99 0,12 0,34
w
w

Indonesia 0,31 0,04 14,38 0,22 0,40


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll. (Perpipaan)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (32) (33) (34) (35) (36)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 88,80 0,57 0,64 87,69 89,91
Perdesaan 79,68 0,55 0,68 78,61 80,75

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 77,77 0,73 0,94 76,34 79,21
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 82,59 0,56 0,67 81,50 83,68

id
SMP/Sederajat 85,22 0,60 0,70 84,04 86,39
SM/Sederajat 88,59 0,49 0,55 87,63 89,55

o.
Perguruan Tinggi 91,14 0,60 0,66 89,95 92,32

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 79,10 0,83 1,05 77,47 80,72
Kuintil 2 83,62 0,58 0,70 82,48 84,76
.b

Kuintil 3 84,32 0,57 0,67 83,21 85,43


w

Kuintil 4 86,56 0,56 0,64 85,46 87,65


Kuinitl 5 88,96 0,54 0,60 87,91 90,01
w
w

Indonesia 84,94 0,40 0,47 84,15 85,73


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll. (Hidran Umum)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (37) (38) (39) (40) (41)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,32 0,07 22,40 0,18 0,46
Perdesaan 0,47 0,09 18,77 0,30 0,64

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,64 0,15 23,80 0,34 0,94
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,41 0,09 21,10 0,24 0,58

id
SMP/Sederajat 0,40 0,09 23,52 0,22 0,58
SM/Sederajat 0,26 0,06 22,06 0,15 0,38

o.
Perguruan Tinggi 0,24 0,10 41,001 0,05 0,44

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,67 0,19 28,041 0,30 1,04
Kuintil 2 0,42 0,09 21,27 0,25 0,60
.b

Kuintil 3 0,37 0,09 25,011 0,19 0,55


w

Kuintil 4 0,24 0,07 27,801 0,11 0,38


Kuinitl 5 0,29 0,07 22,92 0,16 0,41
w
w

Indonesia 0,38 0,06 14,51 0,27 0,49


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll. (Keran Umum)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (42) (43) (44) (45) (46)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,66 0,12 17,60 0,43 0,88
Perdesaan 1,58 0,18 11,22 1,23 1,93

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 1,00 0,15 15,12 0,71 1,30
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,59 0,18 11,35 1,24 1,95

id
SMP/Sederajat 0,95 0,15 16,24 0,65 1,25
SM/Sederajat 0,76 0,11 14,10 0,55 0,97

o.
Perguruan Tinggi 0,53 0,14 26,261 0,26 0,80

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 1,89 0,32 16,65 1,28 2,51
Kuintil 2 1,10 0,14 12,66 0,82 1,37
.b

Kuintil 3 1,05 0,14 13,10 0,78 1,33


w

Kuintil 4 0,72 0,09 12,82 0,54 0,90


Kuinitl 5 0,72 0,12 16,53 0,48 0,95
w
w

Indonesia 1,05 0,10 9,58 0,85 1,24


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll. (Terminal Air)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (47) (48) (49) (50) (51)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,29 0,22 17,28 0,85 1,73
Perdesaan 1,14 0,15 13,44 0,84 1,43

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 1,17 0,22 19,10 0,73 1,61
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,38 0,17 12,41 1,04 1,71

id
SMP/Sederajat 1,22 0,23 18,91 0,77 1,67
SM/Sederajat 1,14 0,20 17,80 0,74 1,54

o.
Perguruan Tinggi 1,12 0,30 26,571 0,54 1,70

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 1,47 0,40 27,381 0,68 2,26
Kuintil 2 1,28 0,21 16,49 0,87 1,69
.b

Kuintil 3 1,30 0,19 14,88 0,92 1,68


w

Kuintil 4 1,03 0,17 16,48 0,70 1,37


Kuinitl 5 1,12 0,19 16,93 0,75 1,50
w
w

Indonesia 1,23 0,14 11,75 0,94 1,51


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll. (Tidak Ada)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (52) (53) (54) (55) (56)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 8,52 0,48 5,69 7,57 9,47
Perdesaan 16,53 0,48 2,89 15,59 17,46

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 18,74 0,67 3,57 17,43 20,05
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 13,46 0,49 3,63 12,51 14,42

id
SMP/Sederajat 11,75 0,51 4,36 10,74 12,75
SM/Sederajat 8,90 0,41 4,65 8,09 9,71

o.
Perguruan Tinggi 6,48 0,48 7,37 5,55 7,42

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 16,30 0,65 4,01 15,02 17,59
Kuintil 2 13,22 0,52 3,93 12,20 14,24
.b

Kuintil 3 12,39 0,50 4,02 11,41 13,36


w

Kuintil 4 10,90 0,50 4,57 9,92 11,88


Kuinitl 5 8,47 0,47 5,56 7,55 9,39
w
w

Indonesia 11,91 0,35 2,90 11,23 12,59


s ://
tp
ht
Tabel 4.9 (Lanjutan)

Air untuk Mandi/Cuci/Dll. (Tidak Tahu)

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (57) (58) (59) (60) (61)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,41 0,08 19,84 0,25 0,57
Perdesaan 0,60 0,11 17,74 0,39 0,81

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 0,67 0,13 19,51 0,41 0,92
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,56 0,10 17,70 0,37 0,76

id
SMP/Sederajat 0,47 0,10 22,09 0,27 0,67
SM/Sederajat 0,35 0,08 23,83 0,19 0,51

o.
Perguruan Tinggi 0,49 0,17 34,281 0,16 0,81

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,56 0,11 19,58 0,34 0,77
Kuintil 2 0,35 0,08 22,24 0,20 0,51
.b

Kuintil 3 0,57 0,13 22,34 0,32 0,81


w

Kuintil 4 0,55 0,12 21,10 0,32 0,77


Kuinitl 5 0,44 0,11 23,66 0,24 0,65
w
w

Indonesia 0,49 0,07 13,26 0,36 0,62


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Keamanan dan kenyamanan bermukim diipengaruhi
oleh banyak hal. Dalam Susenas MKP 2022, informasi
mengenai aspek keamanan dan keyamanan bermukim
dikumpulkan melalui beberapa pertanyaan, yaitu
lokasi rumah, akses untuk menuju rumah, serta risiko

id
bencana di lingkungan sekitar rumah. Rumah yang

o.
berlokasi di wilayah permukiman dengan risiko tinggi

.g
dapat memengaruhi keamanan penghuni rumah.
ps
Begitu pula, rumah dengan jalan akses masuk yang sulit serta sering terjadi bencana juga
akan memengaruhi kenyamanan penghuninya. Sebagai contoh, permukiman yang
.b

terletak dekat dengan daerah gunung berapi akan menyebabkan kerentanan yang tinggi,
w

karena adanya kemungkinan terjadi gempa dan erupsi. Erupsi gunung berapi dapat
w

mengakibatkan berbagai kerugian mulai dari rusaknya infrastruktur, perumahan, lahan


w

pertanian, sampai membahayakan keselamatan penduduk yang tinggal di area gunung


://

berapi.
s
tp

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas
ht

Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan


Kawasan Permukiman Pasal 14 menyebutkan bahwa salah satu standar teknis dalam
perencanaan dan perancangan rumah adalah pemilihan lokasi rumah. Sementara itu,
Pasal 17 pada peraturan tersebut menyebutkan jika salah satu standar teknis dalam
perencanaan prasarana umum perumahan adalah jaringan jalan. Untuk mengetahui data
mengenai lokasi rumah dan kondisi jalan dari sisi rumah tangga, bab ini akan membahas
mengenai rumah tangga yang memiliki lokasi rumah pada area-area berbahaya dan
berisiko seperti di area Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) sampah, pabrik berpolusi, pinggir rel kereta, tepi danau atau laut,
maupun jalur pesawat terbang. Selain itu, bab ini juga akan memberikan informasi
mengenai keadaan lingkungan permukiman yang meliputi kondisi jalan di sekitar rumah
dan kejadian bencana yang dialami pada rumah tangga atau sekitarnya dalam setahun
terakhir. Adapun bencana yang dicakup meliputi banjir/banjir rob, tanah longsor,
kebakaran, gempa, angin topan/puting beliung, gunung meletus, atau tsunami.
5.1 Lokasi Rumah

Tujuan 11 dari Sustainable Development Goals (SDGs) adalah menjadikan kota dan
pemukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Untuk memantau tujuan
tersebut, perlu dilakukan identifikasi dan penghitungan proporsi populasi yang hidup di
daerah kumuh, permukiman informal, dan mereka yang tinggal di perumahan yang tidak
memadai untuk kemudian dapat disusun kebijakan yang tepat. Salah satu dari tujuh
kriteria rumah tangga kumuh menurut United Nations Human Settlements Programme
(UN Habitat) adalah kurangnya daya tahan rumah.

Rumah dianggap memiliki daya tahan yang baik apabila dibangun di lokasi yang tidak
berbahaya dan memiliki struktur permanen. Kriteria lokasi rumah yang tidak berbahaya
meliputi hunian tidak terletak di atau dekat limbah beracun, hunian tidak berlokasi di
dataran banjir, hunian tidak berlokasi di lereng yang curam, hunian tidak berlokasi di
jalan yang berbahaya seperti di dekat rel kereta api, jalan tol, bandara, dan saluran listrik.

id
Melalui Susenas MKP 2022 dikumpulkan informasi mengenai letak atau lokasi rumah

o.
pada lokasi-lokasi yang dinilai berbahaya, seperti di bawah kabel listrik Saluran Udara

.g
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), dalam radius satu kilometer dari Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) sampah, dalam radius dua kilometer dari pabrik berpolusi, di pinggir rel
ps
kereta api kurang dari 15 meter, di tepian/atas sungai/danau/laut, dan di sekitar jalur
.b

landasan pesawat terbang.


w
w

Lokasi rumah di bawah kabel listrik SUTET dapat berdampak buruk terdapat kesehatan.
w

Penelitian Draper et al. (2005) menemukan jika secara statistik, terdapat hubungan antara
://

leukemia anak-anak dan letak rumah yang dekat dengan saluran listrik tegangan tinggi.
s

Selain itu, Anies (2004) juga menemukan bahwa pajanan medan elektromagnetik SUTET
tp

500 kV berisiko menimbulkan gangguan kesehatan pada penduduk yang bertempat


ht

tinggal dibawahnya, berupa electrical sensitivity. Pemerintah telah membuat peraturan


mengenai ruang bebas dan jarak bebas minimum jaringan transmisi tenaga listrik dan
kompensasi atas tanah, bangunan, dan/atau tanaman yang berada di bawah ruang bebas
jaringan transmisi tenaga listrik. Di mana jarak bebas minimum vertikal dari konduktor
dengan bangunan untuk SUTET 275 kV adalah tujuh meter, SUTET 500 kV adalah
sembilan meter, SUTTAS 250 kV adalah enam meter, dan untuk SUTTAS 500 kV adalah
sembilan meter. Meskipun secara umum persentase rumah tangga yang tinggal di bawah
kabel listrik SUTET cenderung kecil, yakni di bawah satu persen, hal ini tetap perlu
menjadi perhatian karena masih terdapat rumah tangga yang tinggal di bawah kabel
SUTET, terutama di daerah perkotaan. Hasil Susenas MKP 2022 juga menunjukkan
persentase yang lebih besar di daerah perkotaan (Gambar 5.1).

Rumah tangga yang tinggal di dekat TPA sampah mengalami dampak buruk dari segi
kesehatan. Sampah .yang menumpuk mengakibatkan polusi udara dan dapat
mengganggu warga yang tinggal di sekitar dengan bau yang menyengat. Tumpukan
sampah juga dapat mencemari tanah dan menyebabkan air tanah menjadi tercemar yang
apabila dikonsumsi dapat berdampak buruk, baik dalam jangka pendek maupun
panjang. Tamod dalam Walid et al. (2020) menemukan sampah kota yang ditimbun di
TPA berpotensi menyebabkan pencemaran, baik pencemaran air permukaan maupun air
tanah karena adanya air lindi. Air lindi adalah cairan yang timbul dari hasil dekomposisi
biologis sampah yang mengalami pelarutan akibat masuknya air ekstrenal ke dalam
timbunan sampah. Secara nasional, persentase rumah tangga yang tinggal di dekat TPA
sampah sangat kecil (Gambar 5.1).

Gambar 5.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Letak/Lokasi Rumah dan Klasifikasi Desa, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Selanjutnya, Gambar 5.1 juga menunjukkan persentase rumah tangga yang tinggal di
dekat pabrik berpolusi dengan radius kurang dari dua kilometer lebih tinggi di daerah
perkotaan dibandingkan di perdesaan. Hal ini dapat terjadi karena umumnya
pabrik-pabrik terletak di daerah perkotaan. Pabrik menghasilkan berbagai macam polusi
yang dapat mencemari air, tanah, ataupun udara. Batasan dua kilometer digunakan
karena merujuk pada Peraturan Menteri Perindustrian No. 40 Tahun 2016 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri. Diharapkan dengan jarak minimal
tersebut dapat mengurangi dampak polutan dan limbah yang dapat membahayakan
bagi kesehatan masyarakat.

Tempat lain yang berpotensi berbahaya untukdijadikan perumahan atau permukiman

id
ialah di pinggir rel kereta api. Meskipun secara nasional persentase rumah tangga yang

o.
menempati rumah di pinggir rel kereta api kecil (Gambar 5.1), hal ini tetap perlu menjadi

.g
perhatian. Kereta api yang melintas menimbulkan getaran, yang dalam jangka panjang
dapat berisiko pada kerusakan bangunan rumah. Kereta api juga mengeluarkan suara
ps
bising yang mengganggu dan apabila terdengar secara terus menerus dapat
.b

membahayakan kesehatan telinga. Penelitian yang dilakukan oleh Novi (2015) juga
w

menemukan tingkat kebisingan kereta api berpengaruh terhadap tekanan darah ibu
w

rumah tangga yang tinggal di daerah sekitar rel kereta api. Pemerintah telah mengatur
w

terkait jarak aman tempat tinggal dari rel kereta api sebesar 15 meter, merujuk pada
://

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.


s
tp

Selanjutnya, lokasi yang dinilai rawan atau berbahaya untuk dijadikan permukiman
ht

adalah di sekitar jalur landasan pesawat terbang. Lalu lintas pesawat menimbulkan suara
bising dan menjadi polusi udara bagi rumah tangga yang tinggal di sekitar landasan
pesawat terbang. Penelitian Jarup et al. (2015) menemukan risiko hipertensi yang
belebihan terkait dengan paparan kebisingan jangka panjang, terutama yang disebabkan
kebisingan pesawat terbang di malam hari dan kebisingan lalu lintas jalanan setiap hari.
Hasil Susenas MKP 2022 menunjukkan persentase rumah tangga yang tinggal di sekitar
jalur landasan pesawat terbang jauh lebih tinggi di daerah perkotaan dibandingkan di
daerah perdesaan. Hal ini dapat terjadi karena umumnya di Indonesia bandara berada di
daerah perkotaan. Sementara itu, meskipun berisiko terkena banjir, namun masih
terdapat rumah tangga yang tinggal di tepian/atas sungai/danau/laut. Persentase rumah
tangga yang tinggal di tepian/atas sungai/danau/laut lebih tinggi di daerah perdesaan
dibandingkan di perkotaan (Gambar 5.1).

5.2 Akses Jalan Menuju Rumah

Keberadaan jalan di depan rumah merupakan salah satu pertimbangan rumah tangga
untuk membangun atau membeli rumah. Jalan merupakan prasarana transportasi darat,
tempat melintas bagi orang dan kendaraan, baik kendaraan roda dua maupun roda
empat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
menyebutkan bahwa lebar jalan lingkungan sekunder minimal adalah dua meter dari tepi
badan jalan.

Pada publikasi ini, persentase rumah tangga menurut lebar jalan di depan rumah
disajikan dengan lima kategori, yaitu 0,00-1,90, 2,00-3,90 meter, 4,00-5,90 meter, enam
meter ke atas, dan tidak relevan. Tidak relevan mengacu pada rumah terapung yang
benar-benar hanya dihubungkan oleh sungai antara daratan menuju rumah. Hasil
Susenas MKP 2022 pada Tabel 5.3 menunjukkan mayoritas lebar jalan di depan rumah
adalah sebesar 2,00-3,90 meter (46,54 persen). Tabel tersebut juga memperlihatkan jika
persentase rumah tangga dengan lebar jalan 0,00-1,90 meter lebih tinggi di daerah
perkotaan dibandingkan di daerah perdesaan. Sebaliknya, rumah tangga dengan lebar
jalan di depan rumah enam meter atau lebih persentasenya lebih tinggi di daerah
perdesaan dibandingkan dengan perkotaan. Lebar jalan kurang dari satu meter dapat

id
mengindikasikan wilayah yang padat dengan jalan berupa gang yang banyak terdapat di

o.
daerah perkotaan.
.g
ps
Gambar 5.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Lebar Jalan di Depan Rumah dan Status Ekonomi, 2022
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten merupakan
tiga provinsi dengan persentase rumah tangga dengan lebar jalan di depan rumah
selebar 0,00-1,90 meter tertinggi di Indonesia. Pada Provinsi Jawa Barat, lebih dari
separuh rumah tangga memiliki jalan di sekitar rumah dengan lebar 0,00-1,90 meter
(51,72 persen). Pemilihan lokasi dan wilayah permukiman yang ditempati tidak terlepas
dari status ekonomi rumah tangga. Gambar 5.2 menunjukkan seiring dengan
meningkatnya status ekonomi rumah tangga, persentase rumah tangga dengan lebar
jalan di depan rumah 0,00-1,90 meter makin kecil. Sebaliknya, persentase rumah tangga
dengan lebar jalan di depan rumah 4,00-5,90 meter dan enam meter ke atas meningkat
seiring dengan makin tingginya status ekonomi rumah tangga.

Selain lebar jalan, jenis permukaan jalan di depan rumah juga menentukan kenyamanan
anggota rumah tangga dilihat melalui akses dari dan ke rumah. Pada Gambar 5.3,
dapat dilihat bahwa secara nasional, persentase rumah tangga di Indonesia dengan jenis
jalan di depan rumah berupa aspal sebesar 37,29 persen, sementara dengan beton
sebesar 22,43 persen. Sebaliknya, masih terdapat 14,62 persen rumah tangga dengan
jalan di depan rumah berupa tanah. Menurut klasifikasi desa, persentase rumah dengan
jenis permukaan jalan di depan rumah berupa aspal dan paving block di daerah
perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan. Sementara itu, di daerah perdesaan jenis

id
permukaan jalan di depan rumah berupa beton, diperkeras (kerikil, batu, dll.), dan tanah

o.
lebih umum ditemui, tercermin dari persentasenya yang lebih besar dibandingkan
dengan di perkotaan. .g
ps
Gambar 5.3
.b

Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Permukaan Jalan di Depan Rumah dan Klasifikasi Desa, 2022
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Jenis jalan berupa tanah dengan kondisi yang rusak dapat menghambat aktivitas sehari-
hari, terlebih pada musim hujan. Sebanyak 41,21 persen rumah tangga dengan kondisi
mayoritas kualitas jalan di depan rumah yang rusak merupakan jalanan berupa tanah
(Tabel 5.1). Meskipun demikian, masih ditemui rumah tangga dengan jenis permukaan
jalan di depan rumah berupa aspal dengan kondisi yang rusak. Kondisi jalan yang rusak
dapat membahayakan pengendara dan menyebabkan kecelakaan.

Tabel 5.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Permukaan Jalan di Depan Rumah
dan Kondisi Mayoritas Kualitas Jalan di Depan Rumah, 2022

Jenis Permukaan Jalan Bagus/Baik (Mulus) Rusak (Berlubang, Kubangan)


(1) (2) (3)

Aspal 46,16 17,71


Beton 26,85 12,69

id
Paving Block 14,98 5,24

o.
Diperkeras (kerikil, Batu, dll.) 7,79 22,20
Tanah 2,57 41,21
Lainnya 1,65
.g 0,95
ps
Total 100,00 100,00
.b

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


w
w

Selanjutnya, persentase rumah tangga menurut provinsi dan kondisi mayoritas kualitas
w

permukaan jalan di depan rumah dapat dilihat pada Tabel 5.6. Provinsi DKI Jakarta,
://

Kepulauan Riau, dan Kepulauan Bangka Belitung memiliki persentase terendah rumah
s

tangga dengan kondisi mayoritas kualitas permukaan jalan di depan rumah yang rusak
tp

(berlubang, kubangan). Sebaliknya, Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Lampung
ht

memiliki persentase yang tertinggi. Pada Provinsi Papua, lebih dari 60 persen rumah
tangga menyebutkan bahwa kondisi mayoritas kualitas permukaan jalan di depan
rumahnya rusak. Data mengenai kondisi kualitas jalan di depan rumah mengacu pada
kondisi pada saat pencacahan Susenas MKP 2022, yang berdasarkan pada penilaian
rumah tangga.

5.3 Risiko Bencana Alam

Adanya risiko terkena bencana alam merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih
lokasi rumah. Meskipun demikian, tidak dapat dihindari Indonesia adalah negara yang
terletak di wilayah rawan bencana. Publikasi World Risk Index tahun 2022 menyebutkan
Indonesia adalah negara dengan risiko bencana tertinggi ketiga di dunia setelah Filipina
dan India (Atwii, 2022). Hal ini tidak terlepas dari wilayah Indonesia yang dilalui oleh
Sirkum Pasifik atau Cincin Api Pasifik, sehingga wilayah Indonesia akan rentan terhadap
bencana gempa bumi, gunung berapi, hingga tsunami. Indonesia yang merupakan
negara tropis juga rentan terkena badai, topan, maupun angin puting beliung.
Selain itu, curah hujan di Indonesia yang cukup tinggi juga mengakibatkan Indonesia
rentan akan banjir dan tanah longsor.

Gambar 5.4 menunjukkan persentase rumah tangga yang rumah atau sekitarnya pernah
terkena bencana selama setahun terakhir menurut jenis bencana. Gempa memiliki
persentase yang tertinggi (7,59 persen). Selain gempa, banjir merupakan jenis bencana
dengan persentase tertinggi kedua yang pernah dialami oleh rumah tangga pada rumah
atau sekitar rumahnya dalam setahun terakhir (6,94 persen). Banjir biasanya terjadi saat
intensitas hujan tinggi dengan waktu yang lama sehingga sungai tidak dapat
menampung air.

Gambar 5.4
Persentase Rumah Tangga yang Rumah atau Sekitarnya Pernah Terkena Bencana
Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis Bencana, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 5.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Letak/Lokasi Rumah, 2022

Di Bawah Kabel Dalam Radius 1 Km Dalam Radius 2 Km


Karakteristik
Listrik SUTET dari (TPA) Sampah dari Pabrik Berpolusi
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,11 0,56 3,94
Perdesaan 0,55 0,34 1,62

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 0,44 0,42 2,16
SD
SD/Sederajat 0,80 0,45 2,26
SMP/Sederajat 0,65 0,55 3,50

id
SM/Sederajat 1,19 0,47 3,83
Perguruan Tinggi 1,18 0,40 2,73

o.
.g
Status Ekonomi
Kuintil 1 0,62 0,31 1,70
ps
Kuintil 2 0,76 0,37 2,66
Kuintil 3 0,77 0,49 2,99
.b

Kuintil 4 1,04 0,54 3,74


w

Kuinitl 5 1,07 0,56 3,36


w

Indonesia 0,87 0,46 2,96


w
s://
tp
ht
Tabel 5.2 (Lanjutan)

Di Pinggir Rel Di Sekitar


Di Tepian/Atas
Karakteristik Kereta Api Kurang Jalur Landasan
Sungai/Danau/Laut
dari 15 Km Pesawat Terbang
(1) (5) (6) (7)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,49 3,86 2,77
Perdesaan 0,13 5,24 0,51

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 0,27 5,51 0,78
SD
SD/Sederajat 0,20 4,83 1,22
SMP/Sederajat 0,39 4,58 1,50

id
SM/Sederajat 0,51 4,00 2,53
Perguruan Tinggi 0,26 2,79 3,51

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 0,22
.g
4,04 0,99
ps
Kuintil 2 0,25 4,43 1,22
Kuintil 3 0,35 4,88 1,40
.b

Kuintil 4 0,33 5,05 1,82


w

Kuinitl 5 0,48 3,86 3,12


w

Indonesia 0,34 4,44 1,81


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 5.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Lebar Jalan di Depan Rumah, 2022

0,00-1.90 2,00-3.90 4,00-5.90 Tidak


Provinsi ≥6,00 Meter
Meter Meter Meter Relevan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 9,26 53,14 26,50 10,13 0,96


Sumatera Utara 15,52 56,91 18,20 6,96 2,42
Sumatera Barat 19,96 54,05 16,82 8,52 0,63
Riau 12,30 46,04 26,24 14,57 0,85
Jambi 11,60 45,12 30,70 11,72 0,85
Sumatera Selatan 12,62 46,28 21,58 17,04 2,47
Bengkulu 10,03 48,16 28,22 13,20 0,39
Lampung 7,74 45,30 26,43 20,02 0,50
Kep. Bangka Belitung 7,65 42,10 27,13 20,08 3,05
Kep. Riau 14,21 55,50 23,93 5,00 1,36

DKI Jakarta 42,35 37,48 9,89 7,45 2,83

id
Jawa Barat 51,72 34,81 7,56 4,06 1,85
Jawa Tengah 25,43 54,57 11,83 5,44 2,73

o.
DI Yogyakarta 13,58 65,52 16,15 3,55 1,20
Jawa Timur 22,34 53,37
.g
15,05 5,86 3,38
ps
Banten 38,44 39,34 9,83 6,11 6,29

Bali 22,39 45,01 20,28 11,88 0,44


.b

Nusa Tenggara Barat 26,05 51,21 14,73 7,15 0,85


w

Nusa Tenggara Timur 17,32 54,24 15,15 11,58 1,71


w

Kalimantan Barat 14,78 47,44 24,97 11,80 1,01


w

Kalimantan Tengah 9,32 43,72 30,25 15,35 1,35


://

Kalimantan Selatan 15,33 50,51 22,36 8,65 3,15


Kalimantan Timur 13,55 42,63 30,73 12,30 0,80
s

Kalimantan Utara 17,87 42,01 20,81 14,66 4,65


tp

Sulawesi Utara 15,45 47,71 21,10 13,03 2,72


ht

Sulawesi Tengah 7,93 42,22 31,66 15,82 2,36


Sulawesi Selatan 14,51 42,88 28,85 11,21 2,54
Sulawesi Tenggara 10,05 34,29 32,95 22,36 0,36
Gorontalo 12,61 48,75 27,25 8,02 3,37
Sulawesi Barat 16,13 32,25 26,58 21,63 3,41

Maluku 22,02 52,21 14,75 8,88 2,15


Maluku Utara 20,94 39,29 23,93 11,90 3,94

Papua Barat 16,91 35,48 32,02 11,26 4,33


Papua 19,72 42,62 13,08 11,50 13,08

Indonesia 26,59 46,54 16,19 8,17 2,51

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 5.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Lebar Jalan di Depan Rumah, 2022

0,00-1.90 2,00-3.90 4,00-5.90 ≥6,00 Tidak


Karakteristik
Meter Meter Meter Meter Relevan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 31,08 45,19 14,88 6,84 2,01
Perdesaan 20,48 48,38 17,97 9,99 3,18

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 27,63 45,40 15,36 7,71 3,90
Sekolah dan Tidak
Tamat SD
SD/Sederajat 30,30 45,03 14,24 7,54 2,88
SMP/Sederajat 27,13 47,32 15,58 7,59 2,38

id
SM/Sederajat 25,39 47,17 16,89 8,68 1,88
Perguruan Tinggi 16,73 49,47 22,16 10,21 1,43

o.
.g
Status Ekonomi
Kuintil 1 32,20 45,79 12,40 6,41 3,20
ps
Kuintil 2 28,17 48,19 13,96 6,79 2,90
Kuintil 3 26,89 47,09 15,56 7,62 2,84
.b

Kuintil 4 26,12 45,46 17,36 8,78 2,28


w

Kuinitl 5 21,83 46,33 19,86 10,29 1,69


w

Indonesia 26,59 46,54 16,19 8,17 2,51


w
://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 5.5
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Permukaan Jalan di Depan Rumah, 2022

Karakteristik Aspal Beton Paving Block


(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 40,22 21,69 16,04
Perdesaan 33,25 23,46 6,29

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 31,46 21,52 10,44
SD
SD/Sederajat 32,15 23,73 9,93
SMP/Sederajat 35,76 22,65 12,99
SM/Sederajat 41,25 22,19 13,84

id
Perguruan Tinggi 51,59 20,32 12,61

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 29,44
.g24,59 9,75
ps
Kuintil 2 33,02 23,52 11,48
Kuintil 3 35,09 22,18 12,23
.b

Kuintil 4 38,72 21,73 11,80


Kuinitl 5 46,09 21,01 13,64
w
w

Indonesia 37,29 22,43 11,94


w
://
s
tp
ht
Tabel 5.5 (Lanjutan)

Diperkeras
Karakteristik Tanah Lainnya
(Kerikil, Batu, dll.)
(1) (5) (6) (7)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 8,95 11,24 1,85
Perdesaan 16,87 19,27 0,86

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 14,72 20,57 1,29
SD
SD/Sederajat 14,64 17,88 1,69
SMP/Sederajat 12,67 14,54 1,40
SM/Sederajat 9,86 11,37 1,49

id
Perguruan Tinggi 8,38 6,30 0,79

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 14,39 20,67 1,16
Kuintil 2 13,06
.g
17,47 1,45
ps
Kuintil 3 12,78 16,05 1,68
Kuintil 4 12,42 13,70 1,62
.b

Kuinitl 5 9,81 8,20 1,25


w

Indonesia 12,28 14,62 1,43


w
w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 5.6
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kondisi Mayoritas Kualitas
Permukaan Jalan di Depan Rumah, 2022

Provinsi Bagus/Baik (Mulus) Rusak (Berlubang, Kubangan)


(1) (2) (3)

Aceh 70,14 29,86


Sumatera Utara 61,58 38,42
Sumatera Barat 60,65 39,35
Riau 62,15 37,85
Jambi 64,97 35,03
Sumatera Selatan 66,14 33,86
Bengkulu 65,98 34,02
Lampung 51,40 48,60
Kep. Bangka Belitung 81,86 18,14
Kep. Riau 82,11 17,89

id
DKI Jakarta 92,50 7,50
Jawa Barat 71,94 28,06

o.
Jawa Tengah 72,58 27,42
DI Yogyakarta
Jawa Timur
73,73
71,19 .g 26,27
28,81
ps
Banten 70,92 29,08
.b

Bali 76,88 23,12


w

Nusa Tenggara Barat 66,05 33,95


w

Nusa Tenggara Timur 50,19 49,81


w

Kalimantan Barat 58,43 41,57


://

Kalimantan Tengah 58,50 41,50


Kalimantan Selatan 67,84 32,16
s

Kalimantan Timur 74,45 25,55


tp

Kalimantan Utara 68,45 31,55


ht

Sulawesi Utara 77,33 22,67


Sulawesi Tengah 53,10 46,90
Sulawesi Selatan 63,69 36,31
Sulawesi Tenggara 52,61 47,39
Gorontalo 68,54 31,46
Sulawesi Barat 52,52 47,48

Maluku 61,00 39,00


Maluku Utara 64,72 35,28

Papua Barat 65,81 34,19


Papua 37,38 62,62

Indonesia 64,34 31,17

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 5.7
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik
dan Kondisi Mayoritas Kualitas Permukaan Jalan di Depan Rumah, 2022

Karakteristik Bagus Rusak


(1) (2) (3)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 76,70 23,30
Perdesaan 57,96 42,04

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
59,03 40,97
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 63,07 36,93
SMP/Sederajat 68,49 31,51
SM/Sederajat 75,22 24,78

id
Perguruan Tinggi 81,38 18,62

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 60,83 39,17
Kuintil 2 64,34 .g 35,66
ps
Kuintil 3 65,97 34,03
Kuintil 4 69,97 30,03
.b

Kuinitl 5 78,64 21,36


w

Indonesia 68.83 31,17


w
w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s://
tp
ht
Tabel 5.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Jenis Bencana yang Pernah Dialami
dalam Setahun Terakhir, 2022

Banjir/
Karakteristik Tanah Longsor Kebakaran Gempa
Banjir Rob
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 7,78 0,36 0,50 6,60
Perdesaan 5,79 0,85 0,44 8,85

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 6,71 0,75 0,57 8,29
SD
SD/Sederajat 6,20 0,81 0,36 7,64

id
SMP/Sederajat 7,39 0,39 0,61 7,90

o.
SM/Sederajat 7,63 0,46 0,49 6,82
Perguruan Tinggi 6,63 0,16 0,41 7,73

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 5,51 0,86 0,26 8,17
.b

Kuintil 2 5,95 0,56 0,33 7,76


Kuintil 3 7,08 0,55 0,54 8,09
w

Kuintil 4 7,73 0,54 0,49 7,16


w

Kuinitl 5 7,85 0,40 0,67 6,88


w

Indonesia 6,94 0,56 0,48 7,55


s://
tp
ht
Tabel 5.8 (Lanjutan)

Angin Topan/
Karakteristik Gunung Meletus Tsunami
Putting Beliung
(1) (6) (7) (8)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,69 0,03 0,04
Perdesaan 0,94 NA NA

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan Tidak Tamat 1,04 NA 0,00
SD
SD/Sederajat 0,79 NA NA
SMP/Sederajat 0,79 NA NA
SM/Sederajat 0,78 0,03 NA

id
Perguruan Tinggi 0,49 NA NA

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 0,96 NA NA
Kuintil 2 0,72
.g
NA NA
ps
Kuintil 3 1,01 0,07 NA
Kuintil 4 0,81 NA NA
.b

Kuinitl 5 0,56 NA NA
w

Indonesia 0,80 0,04 0,03


w
w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 5.9
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Letak/Lokasi Rumah, 2022

Di Bawah Kabel Listrik Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi


(SUTET)
Karakteristik 95% Confidence interval
Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,11 0,18 16,52 0,75 1,47
Perdesaan 0,55 0,11 19,50 0,34 0,75

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,44 0,09 20,61 0,26 0,61
dan Tidak Tamat SD

id
SD/Sederajat 0,80 0,13 16,23 0,55 1,06

o.
SMP/Sederajat 0,65 0,15 23,85 0,34 0,95

.g
SM/Sederajat 1,19 0,20 16,47 0,81 1,57
Perguruan Tinggi 1,18 0,31 26,211 0,58 1,79
ps
Status Ekonomi
.b

Kuintil 1 0,62 0,19 30,831 0,25 1,00


Kuintil 2 0,76 0,17 22,21 0,43 1,09
w

Kuintil 3 0,77 0,14 18,17 0,49 1,04


w

Kuintil 4 1,04 0,16 15,34 0,73 1,35


w

Kuinitl 5 1,07 0,21 19,38 0,67 1,48


://

Indonesia 0,87 0,12 13,20 0,65 1,10


s
tp
ht
Tabel 5.9 (Lanjutan)

Dalam Radius 1 km dari Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,56 0,10 17,85 0,36 0,75
Perdesaan 0,34 0,10 30,871 0,13 0,54

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,42 0,11 25,261 0,21 0,62
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,45 0,10 21,85 0,26 0,65

id
SMP/Sederajat 0,55 0,14 24,63 0,29 0,82
SM/Sederajat 0,47 0,08 17,79 0,30 0,63

o.
Perguruan Tinggi 0,40 0,08 20,98 0,24 0,57

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,31 0,07 21,27 0,18 0,43
Kuintil 2 0,37 0,09 23,24 0,20 0,53
.b

Kuintil 3 0,49 0,10 19,97 0,30 0,68


w

Kuintil 4 0,54 0,09 16,78 0,36 0,71


Kuinitl 5 0,56 0,11 20,64 0,33 0,78
w
w

Indonesia 0,46 0,07 15,57 0,32 0,61


s ://
tp
ht
Tabel 5.9 (Lanjutan)

Dalam Radius 2 km dari Pabrik Berpolusi

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,94 0,47 12,03 3,01 4,87
Perdesaan 1,62 0,21 12,68 1,22 2,02

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
2,16 0,37 16,99 1,44 2,87
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 2,26 0,24 10,51 1,79 2,72

id
SMP/Sederajat 3,50 0,44 12,53 2,64 4,36
SM/Sederajat 3,83 0,40 10,57 3,04 4,62

o.
Perguruan Tinggi 2,73 0,45 16,48 1,85 3,61

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 1,70 0,28 16,34 1,15 2,24
Kuintil 2 2,66 0,41 15,56 1,85 3,47
.b

Kuintil 3 2,99 0,35 11,83 2,29 3,68


w

Kuintil 4 3,74 0,40 10,83 2,94 4,53


Kuinitl 5 3,36 0,44 13,00 2,50 4,22
w
w

Indonesia 2,96 0,29 9,71 2,40 3,53


s ://
tp
ht
Tabel 5.9 (Lanjutan)

Di Pinggir Rel Kereta Api Kurang dari 15 Meter

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,49 0,09 18,65 0,31 0,67
Perdesaan 0,13 0,04 27,891 0,06 0,19

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,27 0,07 26,901 0,13 0,42
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,20 0,04 20,25 0,12 0,28

id
SMP/Sederajat 0,39 0,10 24,88 0,20 0,58
SM/Sederajat 0,51 0,10 20,11 0,31 0,70

o.
Perguruan Tinggi 0,26 0,10 36,161 0,08 0,45

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,22 0,06 28,261 0,10 0,34
Kuintil 2 0,25 0,06 25,061 0,13 0,37
.b

Kuintil 3 0,35 0,07 21,16 0,21 0,50


w

Kuintil 4 0,33 0,10 31,551 0,13 0,53


Kuinitl 5 0,48 0,10 21,78 0,27 0,68
w
w

Indonesia 0,34 0,06 16,31 0,23 0,45


s ://
tp
ht
Tabel 5.9 (Lanjutan)

DI Tepian/Atas Sungai/Danau/Laut

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,86 0,31 8,13 3,24 4,47
Perdesaan 5,24 0,28 5,29 4,70 5,78

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
5,51 0,39 7,07 4,74 6,27
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 4,83 0,28 5,82 4,28 5,38

id
SMP/Sederajat 4,58 0,32 7,01 3,95 5,21
SM/Sederajat 4,00 0,28 6,97 3,46 4,55

o.
Perguruan Tinggi 2,79 0,26 9,47 2,27 3,31

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 4,04 0,29 7,25 3,47 4,62
Kuintil 2 4,43 0,30 6,66 3,85 5,01
.b

Kuintil 3 4,88 0,29 6,04 4,30 5,46


w

Kuintil 4 5,05 0,33 6,57 4,40 5,70


Kuinitl 5 3,86 0,37 9,61 3,13 4,59
w
w

Indonesia 4,44 0,22 4,85 4,02 4,87


s ://
tp
ht
Tabel 5.9 (Lanjutan)

Di Sekitar Landasan Pesawat Terbang

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (27) (28) (29) (30) (31)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 2,77 0,32 11,49 2,15 3,40
Perdesaan 0,51 0,09 18,20 0,33 0,69

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,78 0,13 16,32 0,53 1,03
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,22 0,19 15,92 0,84 1,60

id
SMP/Sederajat 1,50 0,21 14,07 1,09 1,91
SM/Sederajat 2,53 0,31 12,22 1,92 3,14

o.
Perguruan Tinggi 3,51 0,48 13,66 2,57 4,45

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,99 0,19 19,15 0,62 1,37
Kuintil 2 1,22 0,18 14,70 0,87 1,57
.b

Kuintil 3 1,40 0,19 13,27 1,04 1,76


w

Kuintil 4 1,82 0,21 11,32 1,42 2,22


Kuinitl 5 3,12 0,43 13,70 2,28 3,96
w
w

Indonesia 1,81 0,19 10,32 1,45 2,18


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht
Tabel 5.10
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Lebar Jalan di Depan Rumah, 2022

0,00-1,90 Meter
Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 9,26 1,54 16,65 6,24 12,28


Sumatera Utara 15,52 1,54 9,92 12,50 18,53
Sumatera Barat 19,96 2,11 10,55 15,83 24,09
Riau 12,30 1,82 14,80 8,73 15,87
Jambi 11,60 1,60 13,81 8,46 14,74
Sumatera Selatan 12,62 1,50 11,90 9,68 15,57
Bengkulu 10,03 1,63 16,23 6,84 13,22
Lampung 7,74 1,28 16,53 5,23 10,25
Kep. Bangka Belitung 7,65 1,40 18,27 4,91 10,39
Kep. Riau 14,21 3,44 24,21 7,46 20,95

id
DKI Jakarta 42,35 3,68 8,70 35,13 49,57

o.
Jawa Barat 51,72 1,60 3,09 48,59 54,85
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
25,43
13,58
1,09
1,87 .g
4,28
13,73
23,30
9,93
27,56
17,24
ps
Jawa Timur 22,34 1,15 5,17 20,08 24,60
.b

Banten 38,44 3,03 7,89 32,49 44,38


w

Bali 22,39 2,37 10,56 17,76 27,03


w

Nusa Tenggara Barat 26,05 2,21 8,48 21,72 30,38


Nusa Tenggara Timur 17,32 1,62 9,33 14,15 20,49
w
://

Kalimantan Barat 14,78 1,79 12,11 11,27 18,29


Kalimantan Tengah 9,32 1,86 20,00 5,67 12,98
s

Kalimantan Selatan 15,33 1,76 11,46 11,89 18,78


tp

Kalimantan Timur 13,55 2,45 18,08 8,75 18,35


ht

Kalimantan Utara 17,87 3,64 20,40 10,72 25,01

Sulawesi Utara 15,45 2,01 13,04 11,50 19,39


Sulawesi Tengah 7,93 1,61 20,28 4,78 11,09
Sulawesi Selatan 14,51 1,30 8,97 11,96 17,07
Sulawesi Tenggara 10,05 1,63 16,26 6,85 13,25
Gorontalo 12,61 2,72 21,55 7,28 17,94
Sulawesi Barat 16,13 2,93 18,19 10,38 21,88

Maluku 22,02 2,86 12,97 16,42 27,62


Maluku Utara 20,94 2,91 13,91 15,23 26,65

Papua Barat 16,91 2,93 17,34 11,16 22,66


Papua 19,72 2,37 12,01 15,08 24,37

Indonesia 26,59 0,50 1,86 25,62 27,57


Tabel 5.10 (Lanjutan)

2-3,90 Meter
Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 53,14 2,17 4,09 48,88 57,40


Sumatera Utara 56,91 1,91 3,35 53,17 60,65
Sumatera Barat 54,05 2,37 4,38 49,41 58,70
Riau 46,04 2,86 6,21 40,43 51,64
Jambi 45,12 3,04 6,73 39,17 51,08
Sumatera Selatan 46,28 2,56 5,54 41,26 51,31
Bengkulu 48,16 3,46 7,19 41,38 54,95
Lampung 45,30 2,89 6,37 39,65 50,96
Kep. Bangka Belitung 42,10 3,65 8,66 34,95 49,25
Kep. Riau 55,50 4,61 8,31 46,46 64,54

DKI Jakarta 37,48 3,58 9,55 30,46 44,50

id
Jawa Barat 34,81 1,50 4,31 31,86 37,75

o.
Jawa Tengah 54,57 1,23 2,26 52,15 56,99

.g
DI Yogyakarta 65,52 2,90 4,43 59,82 71,21
Jawa Timur 53,37 1,28 2,39 50,87 55,87
ps
Banten 39,34 3,00 7,62 33,47 45,22
.b

Bali 45,01 2,98 6,63 39,16 50,85


Nusa Tenggara Barat 51,21 2,54 4,96 46,24 56,19
w

Nusa Tenggara Timur 54,24 2,21 4,08 49,91 58,58


w
w

Kalimantan Barat 47,44 2,90 6,11 41,75 53,12


Kalimantan Tengah 43,72 3,13 7,15 37,59 49,85
://

Kalimantan Selatan 50,51 2,78 5,51 45,06 55,96


s

Kalimantan Timur 42,63 3,36 7,87 36,05 49,20


tp

Kalimantan Utara 42,01 4,92 11,71 32,37 51,66


ht

Sulawesi Utara 47,71 2,42 5,08 42,96 52,45


Sulawesi Tengah 42,22 2,76 6,54 36,81 47,63
Sulawesi Selatan 42,88 2,29 5,33 38,40 47,37
Sulawesi Tenggara 34,29 3,16 9,21 28,10 40,48
Gorontalo 48,75 4,51 9,25 39,91 57,59
Sulawesi Barat 32,25 4,48 13,90 23,47 41,04

Maluku 52,21 3,42 6,55 45,51 58,91


Maluku Utara 39,29 3,08 7,84 33,25 45,32

Papua Barat 35,48 3,51 9,90 28,59 42,36


Papua 42,62 2,90 6,81 36,93 48,31

Indonesia 46,54 0,51 1,09 45,54 47,54


Tabel 5.10 (Lanjutan)

4-5,90 Meter
Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 26,50 1,97 7,45 22,63 30,37


Sumatera Utara 18,20 1,45 7,98 15,35 21,04
Sumatera Barat 16,82 1,92 11,42 13,06 20,59
Riau 26,24 2,52 9,61 21,30 31,19
Jambi 30,70 3,14 10,24 24,54 36,86
Sumatera Selatan 21,58 2,02 9,38 17,61 25,55
Bengkulu 28,22 3,28 11,63 21,78 34,65
Lampung 26,43 2,47 9,36 21,58 31,28
Kep. Bangka Belitung 27,13 2,85 10,52 21,53 32,72
Kep. Riau 23,93 4,09 17,08 15,92 31,95

DKI Jakarta 9,89 1,78 17,98 6,40 13,38

id
Jawa Barat 7,56 0,83 10,94 5,94 9,18

o.
Jawa Tengah 11,83 0,83 6,98 10,21 13,45

.g
DI Yogyakarta 16,15 2,31 14,31 11,62 20,68
Jawa Timur 15,05 0,95 6,32 13,19 16,91
ps
Banten 9,83 1,86 18,88 6,19 13,46
.b

Bali 20,28 2,74 13,50 14,91 25,65


Nusa Tenggara Barat 14,73 1,77 11,98 11,27 18,19
w

Nusa Tenggara Timur 15,15 1,62 10,67 11,98 18,32


w
w

Kalimantan Barat 24,97 2,62 10,47 19,84 30,10


Kalimantan Tengah 30,25 2,81 9,30 24,73 35,76
://

Kalimantan Selatan 22,36 2,46 11,02 17,53 27,19


s

Kalimantan Timur 30,73 3,17 10,33 24,51 36,95


tp

Kalimantan Utara 20,81 4,29 20,60 12,41 29,22


ht

Sulawesi Utara 21,10 2,26 10,72 16,66 25,53


Sulawesi Tengah 31,66 2,68 8,46 26,41 36,91
Sulawesi Selatan 28,85 2,12 7,35 24,69 33,00
Sulawesi Tenggara 32,95 3,02 9,15 27,03 38,86
Gorontalo 27,25 4,38 16,07 18,66 35,84
Sulawesi Barat 26,58 4,21 15,85 18,32 34,83

Maluku 14,75 2,08 14,08 10,68 18,82


Maluku Utara 23,93 3,11 13,01 17,83 30,03

Papua Barat 32,02 4,13 12,90 23,92 40,12


Papua 13,08 1,99 15,20 9,18 16,98

Indonesia 16,19 0,35 2,15 15,50 16,87


Tabel 5.10 (Lanjutan)

≥6,00 Meter
Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 10,13 1,32 13,02 7,54 12,72


Sumatera Utara 6,96 0,90 13,00 5,19 8,73
Sumatera Barat 8,52 1,39 16,36 5,79 11,26
Riau 14,57 2,02 13,86 10,61 18,53
Jambi 11,72 2,04 17,39 7,72 15,72
Sumatera Selatan 17,04 1,94 11,41 13,23 20,85
Bengkulu 13,20 2,43 18,39 8,44 17,96
Lampung 20,02 2,44 12,18 15,24 24,80
Kep. Bangka Belitung 20,08 2,91 14,48 14,38 25,78
Kep. Riau 5,00 1,38 27,681 2,29 7,71

DKI Jakarta 7,45 1,36 18,24 4,79 10,12

id
Jawa Barat 4,06 0,47 11,68 3,13 4,99

o.
Jawa Tengah 5,44 0,55 10,14 4,36 6,53

.g
DI Yogyakarta 3,55 1,08 30,371 1,44 5,67
Jawa Timur 5,86 0,60 10,27 4,68 7,04
ps
Banten 6,11 1,27 20,73 3,63 8,59
.b

Bali 11,88 1,99 16,73 7,99 15,78


Nusa Tenggara Barat 7,15 1,19 16,67 4,82 9,49
w

Nusa Tenggara Timur 11,58 1,47 12,68 8,70 14,46


w
w

Kalimantan Barat 11,80 1,97 16,68 7,94 15,66


Kalimantan Tengah 15,35 2,10 13,69 11,24 19,47
://

Kalimantan Selatan 8,65 1,57 18,21 5,56 11,73


s

Kalimantan Timur 12,30 2,05 16,70 8,27 16,32


tp

Kalimantan Utara 14,66 3,90 26,611 7,01 22,30


ht

Sulawesi Utara 13,03 1,72 13,19 9,66 16,40


Sulawesi Tengah 15,82 2,11 13,34 11,68 19,96
Sulawesi Selatan 11,21 1,38 12,31 8,51 13,92
Sulawesi Tenggara 22,36 2,54 11,36 17,38 27,33
Gorontalo 8,02 2,56 32,001 2,99 13,04
Sulawesi Barat 21,63 3,57 16,52 14,62 28,64

Maluku 8,88 2,21 24,90 4,54 13,21


Maluku Utara 11,90 2,25 18,91 7,49 16,31

Papua Barat 11,26 2,53 22,51 6,29 16,23


Papua 11,50 1,80 15,67 7,97 15,03

Indonesia 8,17 0,24 2,92 7,70 8,64


Tabel 5.10 (Lanjutan)

Tidak Relevan
Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 0,96 0,28 29,301 0,41 1,52


Sumatera Utara 2,42 0,54 22,47 1,35 3,48
Sumatera Barat 0,63 0,23 36,161 0,18 1,08
Riau 0,85 0,41 48,601 0,04 1,66
Jambi 0,85 0,34 40,211 0,18 1,53
Sumatera Selatan 2,47 0,70 28,401 1,10 3,85
Bengkulu NA NA 50,702 NA NA
Lampung 0,50 0,24 47,411 0,04 0,97
Kep. Bangka Belitung 3,05 1,12 36,741 0,85 5,24
Kep. Riau 1,36 0,48 35,301 0,42 2,30

DKI Jakarta 2,83 1,20 42,561 0,47 5,19

id
Jawa Barat 1,85 0,30 16,31 1,26 2,44

o.
Jawa Tengah 2,73 0,32 11,86 2,09 3,36

.g
DI Yogyakarta 1,20 0,55 45,351 0,13 2,27
Jawa Timur 3,38 0,56 16,47 2,29 4,47
ps
Banten 6,29 1,55 24,71 3,24 9,33
.b

Bali NA NA 65,312 NA NA
Nusa Tenggara Barat 0,85 0,42 49,221 0,03 1,67
w

Nusa Tenggara Timur 1,71 0,39 22,92 0,94 2,48


w
w

Kalimantan Barat 1,01 0,33 32,281 0,37 1,65


Kalimantan Tengah 1,35 0,41 30,411 0,55 2,16
://

Kalimantan Selatan 3,15 0,98 31,101 1,23 5,07


s

Kalimantan Timur 0,80 0,38 47,691 0,05 1,55


tp

Kalimantan Utara 4,65 2,19 47,131 0,35 8,94


ht

Sulawesi Utara 2,72 0,98 35,981 0,80 4,64


Sulawesi Tengah 2,36 0,77 32,681 0,85 3,88
Sulawesi Selatan 2,54 0,49 19,35 1,58 3,51
Sulawesi Tenggara NA NA 84,302 NA NA
Gorontalo 3,37 1,29 38,291 0,84 5,90
Sulawesi Barat 3,41 1,08 31,711 1,29 5,53

Maluku 2,15 0,59 27,611 0,98 3,31


Maluku Utara 3,94 1,11 28,241 1,76 6,12

Papua Barat 4,33 1,93 44,621 0,54 8,13


Papua 13,08 2,08 15,92 9,00 17,16

Indonesia 2,51 0,15 6,15 2,21 2,81

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 5.11
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kondisi Kualitas Permukaan Jalan
di Depan Rumah, 2022

Bagus/Baik (Mulus)
Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 70,14 2,06 2,94 66,09 74,19


Sumatera Utara 61,58 1,74 2,82 58,17 64,99
Sumatera Barat 60,65 2,27 3,75 56,19 65,10
Riau 62,15 2,72 4,38 56,82 67,48
Jambi 64,97 2,80 4,31 59,48 70,46
Sumatera Selatan 66,14 2,28 3,45 61,67 70,62
Bengkulu 65,98 3,37 5,11 59,37 72,59
Lampung 51,40 2,39 4,64 46,72 56,08
Kep. Bangka Belitung 81,86 2,35 2,87 77,26 86,46

id
Kep. Riau 82,11 3,20 3,90 75,82 88,39

o.
DKI Jakarta 92,50 1,99 2,16 88,59 96,41
Jawa Barat 71,94 1,40
.g
1,95 69,19 74,68
ps
Jawa Tengah 72,58 1,17 1,62 70,28 74,88
DI Yogyakarta 73,73 2,85 3,86 68,15 79,31
.b

Jawa Timur 71,19 1,17 1,64 68,90 73,47


Banten 70,92 2,63 3,70 65,78 76,07
w
w

Bali 76,88 3,01 3,91 70,98 82,77


w

Nusa Tenggara Barat 66,05 2,88 4,37 60,40 71,70


Nusa Tenggara Timur 50,19 2,33 4,64 45,62 54,76
://

Kalimantan Barat 58,43 2,71 4,64 53,11 63,75


s
tp

Kalimantan Tengah 58,50 2,95 5,04 52,72 64,28


Kalimantan Selatan 67,84 2,69 3,96 62,58 73,11
ht

Kalimantan Timur 74,45 3,19 4,28 68,21 80,70


Kalimantan Utara 68,45 4,85 7,08 58,95 77,95

Sulawesi Utara 77,33 2,14 2,76 73,13 81,52


Sulawesi Tengah 53,10 3,08 5,80 47,06 59,13
Sulawesi Selatan 63,69 2,04 3,21 59,69 67,70
Sulawesi Tenggara 52,61 3,02 5,74 46,69 58,54
Gorontalo 68,54 3,75 5,47 61,19 75,89
Sulawesi Barat 52,52 4,74 9,03 43,22 61,82

Maluku 61,00 3,34 5,48 54,44 67,55


Maluku Utara 64,72 3,92 6,05 57,04 72,40

Papua Barat 65,81 3,24 4,92 59,45 72,16


Papua 37,38 2,98 7,98 31,54 43,23

Indonesia 68,83 0,46 0,66 67,93 69,72


Tabel 5.11 (Lanjutan)

Rusak (Berlubang, Kubangan)


Provinsi Standard 95% Confidence Interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 29,86 2,06 6,91 25,81 33,91


Sumatera Utara 38,42 1,74 4,53 35,01 41,83
Sumatera Barat 39,35 2,27 5,77 34,90 43,81
Riau 37,85 2,72 7,19 32,52 43,18
Jambi 35,03 2,80 7,99 29,54 40,52
Sumatera Selatan 33,86 2,28 6,75 29,38 38,33
Bengkulu 34,02 3,37 9,91 27,41 40,63
Lampung 48,60 2,39 4,91 43,92 53,28
Kep. Bangka Belitung 18,14 2,35 12,93 13,54 22,74
Kep. Riau 17,89 3,20 17,91 11,61 24,18

DKI Jakarta 7,50 1,99 26,611 3,59 11,41

id
Jawa Barat 28,06 1,40 4,99 25,32 30,81

o.
Jawa Tengah 27,42 1,17 4,28 25,12 29,72

.g
DI Yogyakarta 26,27 2,85 10,84 20,69 31,85
Jawa Timur 28,81 1,17 4,05 26,53 31,10
ps
Banten 29,08 2,63 9,03 23,93 34,22
.b

Bali 23,12 3,01 13,00 17,23 29,02


Nusa Tenggara Barat 33,95 2,88 8,49 28,30 39,60
w

Nusa Tenggara Timur 49,81 2,33 4,68 45,24 54,38


w
w

Kalimantan Barat 41,57 2,71 6,53 36,25 46,89


Kalimantan Tengah 41,50 2,95 7,10 35,72 47,28
://

Kalimantan Selatan 32,16 2,69 8,35 26,89 37,42


s

Kalimantan Timur 25,55 3,19 12,47 19,30 31,79


tp

Kalimantan Utara 31,55 4,85 15,36 22,05 41,05


ht

Sulawesi Utara 22,67 2,14 9,43 18,48 26,87


Sulawesi Tengah 46,90 3,08 6,57 40,87 52,94
Sulawesi Selatan 36,31 2,04 5,62 32,30 40,31
Sulawesi Tenggara 47,39 3,02 6,38 41,46 53,31
Gorontalo 31,46 3,75 11,92 24,11 38,81
Sulawesi Barat 47,48 4,74 9,99 38,18 56,78

Maluku 39,00 3,34 8,57 32,45 45,56


Maluku Utara 35,28 3,92 11,10 27,60 42,96

Papua Barat 34,19 3,24 9,48 27,84 40,55


Papua 62,62 2,98 4,76 56,77 68,46

Indonesia 31,17 0,46 1,46 30,28 32,07

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 5.12
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Letak/Lokasi Rumah, 2022

Banjir/Banjir Rob

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 7,78 0,48 6,17 6,84 8,72
Perdesaan 5,79 0,31 5,40 5,18 6,41

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
6,71 0,42 6,33 5,87 7,54
dan Tidak Tamat SD

id
SD/Sederajat 6,20 0,32 5,22 5,57 6,84

o.
SMP/Sederajat 7,39 0,45 6,15 6,50 8,28
SM/Sederajat 7,63 0,44 5,71 6,78 8,49
Perguruan Tinggi 6,63 0,60
.g 8,98 5,46 7,80
ps
Status Ekonomi
Kuintil 1 5,51 0,40 7,28 4,72 6,30
.b

Kuintil 2 5,95 0,37 6,19 5,23 6,68


w

Kuintil 3 7,08 0,38 5,39 6,33 7,83


w

Kuintil 4 7,73 0,42 5,42 6,91 8,55


Kuinitl 5 7,85 0,63 8,02 6,61 9,08
w
://

Indonesia 6,94 0,31 4,42 6,34 7,54


s
tp
ht
Tabel 5.12 (Lanjutan)

Tanah Longsor

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,36 0,10 28,391 0,16 0,56
Perdesaan 0,85 0,12 14,35 0,61 1,08

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,75 0,14 18,96 0,47 1,03
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,81 0,15 17,84 0,53 1,10

id
SMP/Sederajat 0,39 0,08 20,17 0,23 0,54
SM/Sederajat 0,46 0,10 22,59 0,26 0,67

o.
Perguruan Tinggi 0,16 0,04 27,791 0,07 0,25

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,86 0,18 20,73 0,51 1,22
Kuintil 2 0,56 0,10 17,45 0,37 0,75
.b

Kuintil 3 0,55 0,11 20,06 0,33 0,77


w

Kuintil 4 0,54 0,10 18,25 0,35 0,73


Kuinitl 5 0,40 0,10 25,341 0,20 0,60
w
w

Indonesia 0,56 0,08 13,81 0,41 0,72


s ://
tp
ht
Tabel 5.12 (Lanjutan)

Kebakaran

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,50 0,12 23,22 0,27 0,73
Perdesaan 0,44 0,09 20,85 0,26 0,62

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,57 0,12 20,95 0,33 0,80
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,36 0,07 19,85 0,22 0,51

id
SMP/Sederajat 0,61 0,13 22,11 0,35 0,87
SM/Sederajat 0,49 0,10 20,13 0,29 0,68

o.
Perguruan Tinggi 0,41 0,10 25,371 0,21 0,62

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,26 0,06 22,46 0,14 0,37
Kuintil 2 0,33 0,10 29,281 0,14 0,52
.b

Kuintil 3 0,54 0,11 20,27 0,32 0,75


w

Kuintil 4 0,49 0,08 17,18 0,33 0,66


Kuinitl 5 0,67 0,17 25,601 0,33 1,01
w
w

Indonesia 0,48 0,08 16,31 0,32 0,63


s ://
tp
ht
Tabel 5.12 (Lanjutan)

Gempa

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 6,60 0,43 6,59 5,74 7,45
Perdesaan 8,85 0,44 5,00 7,98 9,71

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
8,29 0,46 5,59 7,38 9,20
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 7,64 0,43 5,57 6,81 8,48

id
SMP/Sederajat 7,90 0,41 5,24 7,09 8,71
SM/Sederajat 6,82 0,35 5,09 6,14 7,50

o.
Perguruan Tinggi 7,73 0,51 6,60 6,73 8,73

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 8,17 0,55 6,75 7,09 9,25
Kuintil 2 7,76 0,43 5,54 6,92 8,60
.b

Kuintil 3 8,09 0,46 5,64 7,19 8,98


w

Kuintil 4 7,16 0,38 5,26 6,43 7,90


Kuinitl 5 6,88 0,43 6,31 6,03 7,73
w
w

Indonesia 7,55 0,31 4,15 6,93 8,16


s ://
tp
ht
Tabel 5.12 (Lanjutan)

Angin Topan/Putting Beliung

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,69 0,16 22,80 0,38 1,00
Perdesaan 0,94 0,17 18,55 0,60 1,28

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
1,04 0,23 22,41 0,59 1,50
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,79 0,14 18,10 0,51 1,08

id
SMP/Sederajat 0,79 0,16 20,40 0,47 1,10
SM/Sederajat 0,78 0,14 17,95 0,51 1,06

o.
Perguruan Tinggi 0,49 0,13 26,811 0,23 0,74

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 0,96 0,29 30,611 0,38 1,54
Kuintil 2 0,72 0,13 17,79 0,47 0,97
.b

Kuintil 3 1,01 0,17 16,59 0,68 1,34


w

Kuintil 4 0,81 0,15 18,57 0,51 1,10


Kuinitl 5 0,56 0,13 22,47 0,31 0,80
w
w

Indonesia 0,80 0,12 14,69 0,57 1,02


s ://
tp
ht
Tabel 5.12 (Lanjutan)

Gunung Meletus

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (27) (28) (29) (30) (31)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,03 0,01 47,621 0,00 0,05
Perdesaan NA NA 56,752 NA NA

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
NA NA 66,132 NA NA
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat NA NA 54,892 NA NA

id
SMP/Sederajat NA NA 53,702 NA NA
SM/Sederajat 0,03 0,01 43,021 0,00 0,05

o.
Perguruan Tinggi NA NA 100,022 NA NA

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 NA NA 92,082 NA NA
Kuintil 2 NA NA 71,302 NA NA
.b

Kuintil 3 0,07 0,03 42,221 0,01 0,13


w

Kuintil 4 NA NA 52,792 NA NA
Kuinitl 5 NA NA 74,732 NA NA
w
w

Indonesia 0,04 0,02 39,551 0,01 0,07


s ://
tp
ht
Tabel 5.12 (Lanjutan)

Tsunami

Karakteristik Standard 95% Confidence interval


Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (32) (33) (34) (35) (36)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,04 0,02 41,721 0,01 0,07
Perdesaan NA NA 59,892 NA NA

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,00 - 0,00 0,00 0,00
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat NA NA 80,832 NA NA

id
SMP/Sederajat NA NA 58,512 NA NA
SM/Sederajat NA NA 54,222 NA NA

o.
Perguruan Tinggi NA NA 92,592 NA NA

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 NA NA 100,032 NA NA
Kuintil 2 NA NA 50,472 NA NA
.b

Kuintil 3 NA NA 51,542 NA NA
w

Kuintil 4 NA NA 99,972 NA NA
Kuinitl 5 NA NA 57,052 NA NA
w
w

Indonesia 0,03 0,01 34,771 0,01 0,05


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
Penelitian menunjukkan adanya kaitan antara polusi
udara di dalam rumah dengan kejadian bayi berat badan
lahir rendah (BBLR), berbagai penyakit seperti
tuberkulosis, katarak, kanker naforing dan laring, serta
setengah dari kematian balita yang disebabkan karena

id
infeksi saluran pernafasan bawah (World Health

o.
Organization, 2022). Beberapa sumber polusi udara di

.g
dalam rumah yang paling umum disebabkan oleh asap
ps
rokok dan asap yang ditimbulkan karena penggunaan bahan bakar padat untuk
memasak. Kedua sumber polusi udara tersebut dapat meningkatkan risiko pencemaran
.b

udara di dalam rumah karena meninggalkan sisa pembakaran yang bersifat karsinogen.
w

Kondisi tersebut akan lebih parah jika sistem ventilasi di dalam rumah buruk, karena sisa
w

pembakaran akan makin menumpuk sedangkan cadangan oksigen yang dapat dihirup
w
://

berkurang.
s

Selain berbahaya bagi perokok itu sendiri, paparan asap rokok menimbulkan residu
tp

nikotin dan bahan kimia yang berbahaya bagi orang yang menghirupnya. Perokok pasif
ht

(second-hand smoke) atau asap rokok yang sengaja ataupun tidak sengaja terhidup
orang lain, serta third-hand smoke atau residu asap rokok yang tertinggal di permukaan
benda sama-sama memiliki risko terhadap kesehatan. Sejalan dengan itu, penggunaan
bahan bakar untuk memasak mengakibatkan polusi di dalam rumah karena adanya racun
dengan kadar tinggi pada suhu ruangan yang diakibatkan proses pembakaran yang tidak
sempurna.

Bab ini akan membahas mengenai potensi pencemaran udara di dalam rumah yang
disebabkan karena perilaku anggota rumah tangga atau orang lain yang merokok di
dalam rumah. Selain itu akan dibahas pula penggunaan bahan bakar padat sebagai
bahan bakar untuk memasak. Adapun bahan bakar padat yang termasuk pada
pembahasan bab ini adalah kayu bakar dan arang.
6.1 Perilaku Merokok di Dalam Rumah

Perokok pasif memiliki risiko kesehatan yang tidak kalah tinggi dibandingkan dengan
perokok aktif. Menjadi perokok pasif telah mengakibatkan banyak kematian karena
infeksi saluran pernapasan bawah akibat menghirup karsinogen dan komponen racun
dari rokok. Sebanyak 28,00 persen kematian yang berhubungan dengan perokok pasif
terjadi pada anak-anak dan 47,00 persen pada wanita (Öberg et al., 2010). Penelitian di
Indonesia juga menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi perokok pasif karena orang
tua yang merokok cenderung memiliki berat dan tinggi badan yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak dari orang tua yang tidak merokok. Penelitian tersebut juga
menyebutkan jika paparan asap rokok dari orang tua juga berpengaruh terhadap
kemampuan kognitif yang lebih rendah serta kecenderungan menjadi stunting pada
anak yang lebih tinggi (Dartanto et al., 2019).

Gambar 6.1

id
Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan ART/Orang Lain

o.
yang Biasa Merokok di Dalam Rumah dan Karakteristik Desa, 2022

.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022

Data Susenas Maret 2022 menunjukkan bahwa sebesar 28,26 persen penduduk usia
15 tahun ke atas merokok tembakau dan 3,74 persen merokok elektrik dalam sebulan
terakhir (Badan Pusat Statistik, 2022b). Data Susenas MKP 2022 pada Gambar 6.1
selanjutnya memperlihatkan informasi mengenai perokok di dalam rumah, termasuk
yang bukan anggota rumah tangga. Terdapat sebanyak 35,84 persen rumah tangga
dengan ART/orang lain yang selalu merokok di dalam rumah. Persentase tersebut juga
menunjukkan nilai yang lebih tinggi di daerah perdesaan dibandingkan dengan
perkotaan. Pola tersebut sejalan dengan jumlah perokok usia 15 tahun ke atas yang juga
lebih tinggi di daerah perdesaan (Badan Pusat Statistik, 2022b). Selain perokok setiap
hari, merokok kadang-kadang di dalam rumah juga membahayakan, karena juga akan
meninggalkan residu asap rokok dapat menempel pada permukaan benda. Gambar 6.1
menunjukkan terdapat sekitar 34,93 persen rumah tangga dengan ART/orang lain yang
kadang-kadang merokok di dalam rumah.

Pendidikan KRT, yang dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan terlihat
memiliki pengaruh terhadap kebiasaan ART/orang lain merokok di dalam rumah. Gambar
6.2 menunjukkan jika rumah tangga dengan KRT yang tamat perguruan tinggi, memiliki
persentase yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya
untuk keberadaan ART/orang lain yang selalu merokok di dalam rumah. Pendidikan
sendiri berhubungan dengan pengetahuan yang lebih luas, termasuk kesehatan dan

id
risiko yang disebabkan oleh asap rokok. Data mengenai perokok aktif juga menunjukkan

o.
nilai yang cenderung lebih rendah pada orang yang berpendidikan perguruan tinggi
(Badan Pusat Statistik, 2022b). .g
ps
Gambar 6.2
.b

Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan ART/Orang Lain yang Biasa Merokok
w

di Dalam Rumah dan Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan KRT, 2022
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


6.2 Penggunaan Kayu Bakar untuk Memasak

Polusi udara yang diakibatkan dari penggunaan bahan padat dan minyak tanah untuk
memasak di dalam rumah mengakibatkan setidaknya 3,20 juta orang meninggal dalam
usia muda (World Health Organization, 2022). Polusi udara yang ditimbulkan karena
penggunaan bahan bakar padat juga memiliki efek pada anak-anak dan remaja.
Emisi polutan dari penggunaan bahan bakar padat merupakan pemicu permasalahan
pernapasan pada anak (Chauhan et al., 2003) serta meningkatkan kejadian asma dan
perubahan fungsi kerongkongan pada remaja (Corbo et al., 2001). Di Indonesia, kayu
bakar merupakan bahan bakar padat yang paling umum digunakan, khususnya di daerah
perdesaan. Masih tingginya penggunaan kayu bakar di beberapa daerah di Indonesia
dapat berhubungan dengan mata pencaharian penduduk yang umumnya di sektor
pertanian serta kemudahan dalam memperoleh (Dwiprabowo, 2010).

Gambar 6.3

id
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar

o.
untuk Memasak dalam Setahun Terakhir, 2022

.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Data Susenas Maret 2022 menunjukkan terdapat 12,43 persen rumah tangga yang
menggunakan kayu bakar dan 0,11 persen rumah tangga yang menggunakan arang,
briket, atau lainnya sebagai bahan bakar utama untuk memasak (Badan Pusat Statistik,
2022a). Persentase tersebut mengacu pada bahan bakar yang paling banyak digunakan.
Sementara itu, data Susenas MKP 2022 menunjukkan bahwa sekitar tiga dari sepuluh
rumah tangga menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar untuk
memasak dalam setahun terakhir, baik sebagai bahan bakar utama ataupun sampingan
(Gambar 6.3). Persentase penggunaan kayu bakar atau arang untuk memasak di daerah
perdesaan 3,50 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan perkotaan (Tabel 6.4).
Sementara itu, rata-rata lama rumah tangga menggunakan kayu bakar atau arang
sebagai bahan bakar untuk memasak tidak terlalu berbeda antarkarakteristik rumah
tangga, yaitu selama sepuluh bulan.

Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Maluku Utara merupakan provinsi dengan
persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakan kayu bakar dan arang sebagai

id
bahan bakar untuk memasak dalam setahun terakhir (Tabel 6.3). Jika dilihat menurut

o.
tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan KRT dan status ekonomi, terlihat jika
.g
penggunaan arang dan kayu bakar untuk memasak tertinggi pada rumah tangga dengan
ps
KRT yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak tamat SD (52,24 persen). Persentase
.b

tertinggi juga terdapat pada rumah tangga yang ada pada kuintil pertama (53,28 persen).
w

Lebih dari separuh rumah tangga dengan KRT yang tidak/belum pernah sekolah dan
w

tidak tamat SD masih menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar untuk
w

memasak dalam setahun terakhir, begitu pula pada rumah tangga yang ada pada status
://

ekonomi terbawah (kuintil 1) (Tabel 6.4).


s
tp

Pada rumah tangga yang menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar
ht

untuk memasak dalam setahun terakhir, mayoritas memperoleh kayu bakar atau arang
dari mencari sendiri (92,07 persen). Baik di daerah perkotaan maupun perdesaan,
mayoritas rumah tangga yang menggunakan kayu bakar atau arang sebagai bahan bakar
untuk memasak memperoleh dengan cara mencari sendiri (Gambar 6.4). Bahkan di
Provinsi Kalimantan Utara, hampir seluruh rumah tangga yang menggunakan kayu bakar
atau arang untuk memasak memperoleh dengan cara mencari sendiri (99,55 persen)
(Tabel 6.5).
Gambar 6.4
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar
untuk Memasak dalam Setahun Terakhir Menurut Cara Memperoleh Kayu Bakar atau Arang
dan Klasifikasi Desa, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 6.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan ART/Orang Lain
yang Biasa Merokok di Dalam Rumah

Ya, Ya,
Provinsi Tidak Pernah
Selalu Kadang-Kadang
(1) (2) (3) (4)

Aceh a 37,85 30,71


Sumatera Utara 38,42 31,63 29,66
Sumatera Barat 48,06 28,23 23,61
Riau 39,77 38,03 21,97
Jambi 46,89 33,41 19,62
Sumatera Selatan 47,04 34,76 18,12
Bengkulu 53,15 31,37 15,27
Lampung 48,65 36,77 14,45
Kep. Bangka Belitung 37,94 28,36 33,70
Kep. Riau 25,42 31,96 42,50

id
DKI Jakarta 15,25 31,61 52,53

o.
Jawa Barat 31,30 34,76 33,80
Jawa Tengah 39,43 32,65 27,72
DI Yogyakarta 23,73
.g 33,21 43,06
ps
Jawa Timur 36,28 37,46 25,97
Banten 30,90 39,30 29,38
.b

Bali 21,59 28,03 50,07


w

Nusa Tenggara Barat 38,27 32,92 28,73


w

Nusa Tenggara Timur 43,57 38,85 17,50


w

Kalimantan Barat 44,97 36,07 18,81


://

Kalimantan Tengah 38,61 33,89 27,23


s

Kalimantan Selatan 30,58 38,29 31,06


tp

Kalimantan Timur 25,68 36,82 37,00


Kalimantan Utara 32,54 31,16 36,12
ht

Sulawesi Utara 35,77 41,67 21,82


Sulawesi Tengah 46,78 39,01 13,81
Sulawesi Selatan 38,45 37,46 23,82
Sulawesi Tenggara 44,05 30,91 24,87
Gorontalo 46,81 33,82 19,37
Sulawesi Barat 45,96 34,69 19,15

Maluku 38,79 33,74 27,02


Maluku Utara 42,87 38,94 17,01

Papua Barat 40,03 29,76 29,88


Papua 33,34 33,11 32,50

Indonesia 35,84 34,93 28,98

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 6.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keberadaan ART/Orang Lain
yang Biasa Merokok di Dalam Rumah

Ya, Ya,
Karakteristik Tidak Pernah
Selalu Kadang-Kadang
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 29,99 33,71 36,04
Perdesaan 43,82 36,59 19,35

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
37,94 34,91 26,79
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 41,27 36,70 21,80
SMP/Sederajat 40,53 35,51 23,73
SM/Sederajat 32,19 34,47 33,09

id
Perguruan Tinggi 19,39 30,06 50,38

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1
Kuintil 2
37,40
39,77 .g 37,71
36,26
24,59
23,74
ps
Kuintil 3 39,14 36,46 24,15
.b

Kuintil 4 36,53 35,33 27,89


Kuinitl 5 28,74 30,53 40,50
w
w

Indonesia 35,84 34,93 28,98


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 6.3
Persentase dan Rata-Rata Lama Rumah Tangga Menggunakan Kayu Bakar atau Arang
Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi

Persentase Rumah
Tangga yang Rata-Rata Lama Rumah Tangga
Menggunakan Kayu Menggunakan Kayu Bakar atau
Provinsi Bakar atau Arang Sebagai Arang Sebagai Bahan Bakar untuk
Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun Terakhir
Memasak dalam (Bulan)
Setahun Terakhir
(1) (2) (3)

Aceh 27,69 8,32


Sumatera Utara 17,20 10,99
Sumatera Barat 33,98 9,92
Riau 21,73 9,81
Jambi 41,27 9,26

id
Sumatera Selatan 41,16 8,43
Bengkulu 42,32 9,79

o.
Lampung 54,30 10,04
Kep. Bangka Belitung
Kep. Riau
17,57
3,55 .g 7,59
6,74
ps
DKI Jakarta 0,00 -
.b

Jawa Barat 16,85 10,27


w

Jawa Tengah 38,17 10,56


DI Yogyakarta 37,21 11,47
w

Jawa Timur 34,81 10,44


w

Banten 22,05 10,22


://

Bali 29,95 11,08


s

Nusa Tenggara Barat 32,30 6,87


tp

Nusa Tenggara Timur 80,52 11,40


ht

Kalimantan Barat 33,53 10,15


Kalimantan Tengah 26,11 8,50
Kalimantan Selatan 27,62 8,56
Kalimantan Timur 12,59 8,16
Kalimantan Utara 23,59 9,93

Sulawesi Utara 34,72 7,75


Sulawesi Tengah 54,05 9,63
Sulawesi Selatan 40,59 7,33
Sulawesi Tenggara 49,65 9,48
Gorontalo 55,56 7,54
Sulawesi Barat 62,39 8,80

Maluku 53,43 11,16


Maluku Utara 63,13 10,84

Papua Barat 42,01 10,43


Papua 65,22 11,62

Indonesia 30,49 10,00

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 6.4
Persentase dan Rata-Rata Lama Rumah Tangga Menggunakan Kayu Bakar atau Arang
Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun Terakhir Menurut Karakteristik

Persentase Rumah Rata-Rata Lama


Tangga yang Rumah Tangga
Menggunakan Kayu Menggunakan Kayu
Bakar atau Arang Sebagai Bakar atau Arang Sebagai
Karakteristik
Bahan Bakar untuk Bahan Bakar untuk
Memasak Memasak
dalam Setahun Terakhir dalam Setahun Terakhir
(Bulan)
(1) (2) (3)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 14,80 9,70
Perdesaan 51,87 10,12

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang

id
Ditamatkan KRT

o.
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
52,24 10,36
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 40,62
.g 10,06
ps
SMP/Sederajat 28,14 9,91
SM/Sederajat 17,80 9,59
.b

Perguruan Tinggi 10,14 9,13


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 53,28 10,38


w

Kuintil 2 40,12 10,01


Kuintil 3 32,45 9,93
://

Kuintil 4 24,36 9,76


s

Kuinitl 5 11,73 9,38


tp
ht

Indonesia 30,49 10,00

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 6.5
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar
untuk Memasak dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi dan Cara Memperoleh
Kayu Bakar atau Arang Tersebut

Provinsi Membeli Mencari Sendiri Pemberian Lainnya


(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 5,41 94,18 5,03 0,00


Sumatera Utara 7,84 92,08 2,32 0,00
Sumatera Barat 2,94 95,79 2,17 0,00
Riau 19,49 80,33 1,77 0,00
Jambi 7,20 93,71 NA 0,06
Sumatera Selatan 6,22 93,52 NA 0,10
Bengkulu 2,38 97,67 2,20 0,00
Lampung 2,80 96,72 1,55 0,00
Kep. Bangka Belitung 7,62 92,36 5,73 0,00
Kep. Riau 22,85 65,39 NA 0,00

id
o.
DKI Jakarta - - - -
Jawa Barat 7,35 90,05 10,29 0,04
Jawa Tengah 8,45 91,86
.g 5,64 0,16
ps
DI Yogyakarta 6,07 94,55 7,16 0,00
Jawa Timur 7,69 91,65 5,04 0,00
.b

Banten 8,13 92,16 2,50 0,00


w

Bali 3,27 94,25 9,61 0,12


w

Nusa Tenggara Barat 7,46 91,87 12,85 0,00


w

Nusa Tenggara Timur 8,91 92,24 2,30 0,00


://

Kalimantan Barat 2,04 97,95 0,89 0,00


Kalimantan Tengah
s

16,35 82,82 NA 0,00


tp

Kalimantan Selatan 30,66 71,83 3,51 0,00


Kalimantan Timur 24,73 75,80 NA 0,00
ht

Kalimantan Utara NA 99,55 NA 0,00

Sulawesi Utara 15,36 81,71 3,45 0,00


Sulawesi Tengah 6,55 92,12 2,17 0,00
Sulawesi Selatan 2,37 94,95 3,88 0,32
Sulawesi Tenggara 5,13 94,14 NA 0,00
Gorontalo 10,65 88,57 4,22 0,00
Sulawesi Barat NA 96,97 2,92 0,00

Maluku 3,18 98,17 NA 0,00


Maluku Utara 2,77 96,42 1,97 0,00

Papua Barat NA 94,82 NA 1,04


Papua 7,32 96,66 6,68 0,00

Indonesia 7,48 92,07 4,78 0,06

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 6.6
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau Arang Sebagai Bahan Bakar
untuk Memasak dalam Setahun Terakhir Menurut Karakteristik dan
Cara Memperoleh Kayu Bakar atau Arang Tersebut

Mencari
Karakteristik Membeli Pemberian Lainnya
Sendiri
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 13,42 85,17 8,96 0,15
Perdesaan 5,17 94,75 3,16 0,02

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan 6,18 92,73 6,08 0,00
Tidak Tamat SD

id
SD/Sederajat 6,88 92,94 4,37 0,09

o.
SMP/Sederajat 8,03 91,67 4,16 0,05

.g
SM/Sederajat 9,16 90,76 4,12 0,07
Perguruan Tinggi 13,07 85,59 6,41 0,03
ps
Status Ekonomi
.b

Kuintil 1 5,07 94,22 4,70 0,03


Kuintil 2 6,85 92,97 4,41 0,00
w

Kuintil 3 8,18 91,47 4,62 0,02


w

Kuintil 4 8,84 90,76 5,22 0,13


w

Kuinitl 5 12,52 86,86 5,55 0,20


://

Indonesia 7,48 92,07 4,78 0,06


s
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
Tabel 6.7
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar atau Arang
Sebagai Bahan Bakar untuk Memasak dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi
dan Cara Memperoleh Kayu Bakar atau Arang Tersebut, 2022

Membeli
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 5,41 2,12 39,171 1,26 9,56


Sumatera Utara 7,84 1,24 15,85 5,40 10,27
Sumatera Barat 2,94 0,69 23,36 1,59 4,28
Riau 19,49 5,60 28,731 8,51 30,46
Jambi 7,20 2,17 30,061 2,96 11,45
Sumatera Selatan 6,22 2,76 44,371 0,81 11,64
Bengkulu 2,38 0,69 29,171 1,02 3,74
Lampung 2,80 0,66 23,42 1,51 4,08

id
Kep. Bangka Belitung 7,62 2,77 36,291 2,20 13,04

o.
Kep. Riau 22,85 9,55 41,801 4,13 41,57

DKI Jakarta
.g
ps
Jawa Barat 7,35 1,14 15,58 5,10 9,59
Jawa Tengah 8,45 0,83 9,77 6,83 10,07
.b

DI Yogyakarta 6,07 1,49 24,61 3,14 9,00


Jawa Timur 7,69 0,85 11,07 6,02 9,36
w

Banten 8,13 2,99 36,731 2,28 13,98


w

Bali 3,27 1,05 32,121 1,21 5,32


w

Nusa Tenggara Barat 7,46 1,91 25,531 3,73 11,20


://

Nusa Tenggara Timur 8,91 1,17 13,11 6,62 11,20


s
tp

Kalimantan Barat 2,04 0,65 31,941 0,76 3,32


Kalimantan Tengah 16,35 3,59 21,96 9,31 23,39
ht

Kalimantan Selatan 30,66 3,60 11,75 23,60 37,72


Kalimantan Timur 24,73 7,69 31,081 9,66 39,80
Kalimantan Utara NA NA 101,232 NA NA

Sulawesi Utara 15,36 3,73 24,26 8,05 22,66


Sulawesi Tengah 6,55 1,76 26,931 3,09 10,01
Sulawesi Selatan 2,37 0,86 36,411 0,68 4,05
Sulawesi Tenggara 5,13 1,46 28,441 2,27 8,00
Gorontalo 10,65 2,77 26,041 5,21 16,08
Sulawesi Barat NA NA 60,842 NA NA

Maluku 3,18 1,38 43,231 0,49 5,88


Maluku Utara 2,77 0,76 27,281 1,29 4,26

Papua Barat NA NA 52,632 NA NA


Papua 7,32 1,54 21,03 4,30 10,35

Indonesia 7,48 0,34 4,57 6,81 8,15


Tabel 6.8 (Lanjutan)

Mencari Sendiri
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 94,18 1,54 1,64 91,16 97,20


Sumatera Utara 92,08 1,23 1,34 89,66 94,49
Sumatera Barat 95,79 1,00 1,04 93,83 97,75
Riau 80,33 5,22 6,50 70,09 90,56
Jambi 93,71 1,79 1,91 90,20 97,22
Sumatera Selatan 93,52 2,29 2,45 89,03 98,01
Bengkulu 97,67 0,73 0,75 96,24 99,10
Lampung 96,72 0,65 0,67 95,45 97,99
Kep. Bangka Belitung 92,36 2,29 2,48 87,87 96,84
Kep. Riau 65,39 10,44 15,97 44,92 85,86

DKI Jakarta

id
Jawa Barat 90,05 1,17 1,30 87,75 92,35

o.
Jawa Tengah 91,86 0,74 0,80 90,42 93,30
DI Yogyakarta 94,55 1,45 1,54 91,70 97,40
Jawa Timur 91,65 0,82 0,89
.g 90,04 93,25
ps
Banten 92,16 2,96 3,21 86,37 97,95
.b

Bali 94,25 1,52 1,62 91,27 97,24


Nusa Tenggara Barat 91,87 1,72 1,87 88,50 95,24
w

Nusa Tenggara Timur 92,24 1,11 1,21 90,06 94,43


w

Kalimantan Barat 97,95 0,63 0,64 96,73 99,18


w

Kalimantan Tengah 82,82 3,94 4,76 75,09 90,55


://

Kalimantan Selatan 71,83 3,56 4,96 64,84 78,81


s

Kalimantan Timur 75,80 7,67 10,12 60,76 90,85


tp

Kalimantan Utara 99,55 0,45 0,46 98,66 100,44


ht

Sulawesi Utara 81,71 3,85 4,71 74,16 89,25


Sulawesi Tengah 92,12 1,78 1,94 88,62 95,62
Sulawesi Selatan 94,95 1,15 1,21 92,69 97,21
Sulawesi Tenggara 94,14 1,60 1,70 91,00 97,28
Gorontalo 88,57 2,72 3,07 83,24 93,90
Sulawesi Barat 96,97 1,31 1,35 94,40 99,54

Maluku 98,17 0,64 0,65 96,91 99,43


Maluku Utara 96,42 0,94 0,98 94,57 98,26

Papua Barat 94,82 2,43 2,56 90,06 99,58


Papua 96,66 1,06 1,09 94,59 98,74

Indonesia 92,07 0,32 0,35 91,43 92,71


Tabel 6.8 (Lanjutan)

Pemberian
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 5,03 2,29 45,571 0,54 9,52


Sumatera Utara 2,32 0,78 33,621 0,79 3,85
Sumatera Barat 2,17 0,75 34,621 0,70 3,64
Riau 1,77 0,80 44,881 0,21 3,34
Jambi NA NA 55,422 NA NA
Sumatera Selatan NA NA 50,162 NA NA
Bengkulu 2,20 0,86 39,151 0,51 3,88
Lampung 1,55 0,44 28,631 0,68 2,42
Kep. Bangka Belitung 5,73 2,78 48,601 0,27 11,18
Kep. Riau NA NA 63,402 NA NA

DKI Jakarta - - - - -

id
Jawa Barat 10,29 1,95 18,93 6,47 14,10

o.
Jawa Tengah 5,64 0,72 12,80 4,22 7,05
DI Yogyakarta 7,16 2,44 34,061 2,38 11,94
Jawa Timur 5,04 0,79
.g15,73 3,48 6,59
ps
Banten 2,50 0,98 39,161 0,58 4,41
.b

Bali 9,61 2,47 25,741 4,76 14,46


Nusa Tenggara Barat 12,85 2,84 22,11 7,28 18,42
w

Nusa Tenggara Timur 2,30 0,48 20,70 1,36 3,23


w

Kalimantan Barat 0,89 0,43 48,611 0,04 1,74


w

Kalimantan Tengah NA NA 51,612 NA NA


://

Kalimantan Selatan 3,51 1,20 34,181 1,16 5,87


s

Kalimantan Timur NA NA 54,042 NA NA


tp

Kalimantan Utara NA NA 102,052 NA NA


ht

Sulawesi Utara 3,45 0,84 24,45 1,80 5,10


Sulawesi Tengah 2,17 0,62 28,431 0,96 3,37
Sulawesi Selatan 3,88 0,79 20,42 2,33 5,43
Sulawesi Tenggara NA NA 55,352 NA NA
Gorontalo 4,22 1,70 40,391 0,88 7,55
Sulawesi Barat 2,92 1,28 43,741 0,42 5,42

Maluku NA NA 54,822 NA NA
Maluku Utara 1,97 0,75 38,161 0,50 3,44

Papua Barat NA NA 58,472 NA NA


Papua 6,68 1,46 21,85 3,82 9,55

Indonesia 4,78 0,31 6,49 4,18 5,39

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Kesehatan lingkungan tempat tinggal memiliki
dampak yang sangat penting terhadap kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Oleh karena itu, dalam
pemilihan tempat tinggal perlu
mempertimbangkan kondisi sanitasi dan

id
kebersihan lingkungan, paparan Bahan Berbahaya

o.
dan Beracun (B3), serta pengelolaan sampah.
.g
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal melalui sanitasi yang baik, pengelolaan
ps
limbah yang tepat, dan pencegahan penyebaran penyakit sangat penting. Sistem
.b

pembuangan limbah yang berfungsi dengan baik dan sesuai dengan standar kesehatan
w

pada rumah tangga perlu diperhatikan. Sementara itu, penyimpanan atau penggunaan
w

B3 serta pengolahan dengan tepat merupakan upaya untuk menghindari paparan yang
w

berpotensi merugikan kesehatan. Pada bab ini akan disajikan informasi mengenai
://

kesehatan lingkungan tempat tinggal yang meliputi saluran pembuangan limbah,


s

penggunaan dan kepemilikan B3, serta pengelolaan sampah.


tp
ht

7.1 Saluran Pembuangan Limbah

Dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggal, penting untuk memiliki
sistem saluran pembuangan air limbah yang efisien, tempat pembuangan akhir limbah
yang terkelola dengan baik, got yang berfungsi dengan baik, dan menjaga kondisi got
agar tetap terawat. Dalam aktivitas sehari-hari rumah tangga menghasilkan limbah yang
berupa black water ataupun grey water. Subbab ini akan fokus pada pembahasan salah
satu limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, yaitu grey water. Grey water merupakan
air limbah rumah tangga yang berasal dari air buangan kegiatan rumah tangga dan
merupakan gabungan air limbah yang berasal dari kegiatan cuci pakaian, masak/cuci
peralatan masak, kamar mandi, bersih rumah/pel, namun tidak termasuk yang berasal
dari toilet (WC) (Chaily, 2021). Limbah grey water yang berasal dari rumah tangga perlu
penanganan yang baik. Pengelolaan grey water yang baik dari sisi kesehatan, dapat
meminimalkan risiko penyakit, kontaminasi, dan pencemaran lingkungan. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk dapat mengurangi dampak buruk grey water adalah dengan
memperhatikan saluran pembuangan limbah grey water, aliran air pada saluran
pembuangan ke tempat pembuangan limbah, serta mengenai pemeliharaan dan
pembersihan saluran pembuangan tersebut.

Gambar 7.1 menunjukkan rumah tangga yang memiliki saluran pembuangan air
limbah/mandi/dapur/cuci tertutup sebesar 44,45 persen dan saluran pembuangan air
limbah limbah/mandi/dapur/cuci terbuka sebesar 41,84 persen. Sementara itu, masih
terdapat 13,70 persen rumah tangga yang tidak memiliki saluran pembuangan air limbah
limbah/mandi/dapur/cuci. Dari data tersebut terlihat bahwa sebagian rumah tangga
sudah peduli untuk menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggalnya dengan memiliki
saluran pembuangan air limbah yang tertutup. Dari segi kesehatan, saluran pembuangan
air limbah yang tertutup lebih sehat karena bau yang dihasilkan oleh limbah tersebut
tidak akan keluar dan mencemari udara di sekitar.

Saluran pembuangan air limbah limbah/mandi/dapur/cuci yang tertutup lebih banyak


ditemui di rumah tangga perkotaan (56,69 persen) dibanding rumah tangga di perdesaan

id
(27,77 persen). Sebaliknya, saluran pembuangan air limbah limbah/mandi/dapur/cuci

o.
yang terbuka lebih banyak ditemui di rumah tangga perdesaan (49,66 persen) dibanding

.g
rumah tangga di perkotaan (36,11 persen). Rumah tangga yang tidak memiliki saluran
ps
pembuangan limbah lebih banyak ditemui di perdesaan (22,57 persen) dibanding
perkotaan (7,20 persen) (Tabel 7.2).
.b
w

Data menurut provinsi menunjukkan persentase tertinggi rumah tangga yang memiliki
w

saluran pembuangan air limbah mandi/dapur/cuci tertutup adalah Provinsi DKI Jakarta
w

(76,80 persen) dan yang terendah adalah Provinsi Kalimantan Barat (9,11 persen) (Tabel
://

7.1). Hal menarik lainnya, jika dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan terakhir yang
s

ditamatkan Kepala Rumah Tangga (KRT), terlihat bahwa makin tinggi pendidikan KRT
tp

maka kepemilikan saluran pembuangan air limbah yang tertutup meningkat. Hal ini
ht

menunjukkan bahwa pendidikan yang tinggi memengaruhi keputusan pembuatan


saluran tertutup yang lebih baik bagi kesehatan.

Selain karakteristik tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan KRT, data juga
menunjukkan jika status ekonomi rumah tangga memiliki pengaruh terhadap keputusan
pembuatan saluran pembuangan air limbah/mandi/dapur/cuci yang tertutup (Tabel 7.2).
Makin tinggi status ekonomi rumah tangga, maka persentase rumah tangga yang
memiliki saluran pembuangan air limbah/mandi/dapur/cuci tertutup juga meningkat. Hal
ini dapat dipahami mengingat pembuatan saluran pembuangan air
limbah/mandi/dapur/cuci yang tertutup memerlukan biaya yang lebih besar
dibandingkan saluran yang terbuka.
Gambar 7.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Saluran Pembuangan Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci
dan Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuangan limbah rumah tangga selain saluran
adalah tempat pembuangan akhir dari limbah tersebut. Cara rumah tangga membuang
limbah dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, misalkan dapat
menyebabkan pencemaran tanah, air tanah, ataupun air permukaan. Dengan
memperhatikan tempat pembuangan akhir limbah rumah tangga yang tepat, kita dapat
melindungi lingkungan, menjaga kualitas air, serta mencegah penyebaran penyakit
(Shanmugham, S., & Tekele, S. B., 2011).

Gambar 7.2 menunjukkan persentase rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir
air limbah/mandi/dapur/cuci ke got/selokan sebesar memiliki nilai tertinggi (39,88
persen). Gambar tersebut juga memperlihatkan bahwa tempat pembuangan akhir air
limbah/mandi/dapur/cuci yang paling banyak digunakan rumah tangga di perkotaan
adalah got/selokan (49,03 persen), kolam/sawah/sungai/danau/laut (15,95 persen), dan
tangki septik (14,86 persen). Sedangkan tempat pembuangan akhir air limbah paling
banyak digunakan oleh rumah tangga di perdesaan adalah got/selokan (27,41 persen)

id
dan lubang tanah (26,16 persen).

o.
Gambar 7.2
.g
ps
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci
dan Karakteristik, 2022
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 7.3, Provinsi DI Yogyakarta memiliki persentase
tertinggi rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir air limbah/mandi/dapur/cuci
berupa tangki septik (35,67 persen). Provinsi yang memiliki persentase tertinggi rumah
tangga dengan tempat pembuangan akhir air limbah berupa lubang tanah adalah
Provinsi Lampung (49,31 persen). Selanjutnya, Provinsi Kepulauan Riau merupakan
provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir
air limbah berupa got/selokan (69,23 persen). Sementara itu, Provinsi Kalimantan Selatan
merupakan provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga dengan tempat
pembuangan akhir air limbah lainnya (3,45 persen).

Jika dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan KRT, makin tinggi
pendidikan KRT maka persentase rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir air
limbah berupa tangki septik juga mengalami peningkatan (Tabel 7.4). Sebaliknya,
persentase rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir air
limbah/mandi/dapur/cuci di tempat lainnya dan pendidikan KRT memiliki hubungan

id
dengan arah sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan KRT menentukan

o.
pemilihan tempat pembuangan akhir air limbah. Pola yang sama juga ditemui pada
.g
status ekonomi rumah tangga. Makin tingginya status ekonomi rumah tangga,
ps
persentase rumah tangga dengan tempat pembuangan akhir air limbah berupa tangki
.b

septik juga meningkat.


w

Selain keberadaan saluran pembuangan air limbah, keberadaan got/selokan di sekitar


w

rumah juga merupakan hal yang penting untuk menjaga kesehatan lingkungan tempat
w

tinggal. Got/selokan berfungsi sebagai saluran pembuangan air yang sudah


://

dipergunakan rumah tangga untuk kegiatan sehari-harinya, selain itu juga dapat menjadi
s
tp

sarana drainase yang mampu menyalurkan air hujan yang turun menuju ke tempat yang
ht

lebih rendah ketempat penampungan air. Di lingkungan masyarakat, keberadaan


got/selokan cukup beragam, berupa got/selokan tertutup ataupun terbuka, bahkan
masih ada lingkungan yang tidak ada got/selokan. Dari sisi kesehatan, got/selokan yang
tidak tertutup dapat menjadi tempat berkembang biak bagi serangga, nyamuk, tikus,
atau hewan lain pembawa penyakit. Penutup pada got membantu mencegah akses
hewan tersebut ke dalam got, sehingga mengurangi risiko penularan penyakit yang
disebabkan oleh hewan.

Gambar 7.3 menunjukkan bahwa terdapat 63,29 persen rumah tangga mengaku terdapat
got/selokan di sekitar rumah, baik itu berupa got/selokan tertutup (18,78 persen)
maupun got/saluran terbuka (44,51 persen). Sementara itu sebanyak 36,71 persen rumah
tangga mengaku tidak ada got/selokan di sekitar rumah. Persentase rumah tangga yang
tidak ada got/selokan di sekitar rumah lebih tinggi di perdesaan (50,46 persen) dibanding
di perkotaan (26,63 persen). Persentase tertinggi rumah tangga yang memiliki
got/selokan tertutup di sekitar rumah ditemui di Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 63,57
persen, sedangkan persentase tertinggi rumah tangga yang memiliki got/selokan
terbuka di sekitar rumah adalah Provinsi Sulawesi Utara sebesar 66,07 persen (Tabel 7.5).
Sementara itu, persentase tertinggi rumah tangga yang tidak ada got/selokan di sekitar
rumah adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 81,68 persen.

Gambar 7.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Keberadaan Got/Selokan di Sekitar Rumah
dan Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Jika dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan KRT, makin tinggi
pendidikan KRT maka makin tinggi pula persentase rumah tangga yang memiliki
got/selokan tertutup di sekitar rumah (Tabel 7.6). Sebaliknya, makin tinggi pendidikan
KRT maka persentase rumah tangga yang tidak memiliki got/selokan di sekitar rumah
makin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan KRT dapat meningkatkan
kesadaran tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan anggota
rumah tangganya.

Data menurut karakteristik status ekonomi menunjukkan pola yang serupa dengan
pendidikan tertinggi yang ditamatkan KRT (Tabel 7.6). Makin tingginya status ekonomi
rumah tangga maka makin tinggi pula persentase rumah tangga yang memiliki
got/selokan tertutup di sekitar rumah. Sebaliknya, makin tinggi status ekonomi rumah
tangga menunjukkan persentase rumah tangga yang tidak memiliki got/selokan di
sekitar rumah yang menurun.

id
Selain keberadaan got/selokan di sekitar rumah, keadaan aliran air got/selokan juga

o.
merupakan hal yang penting untuk menunjang kesehatan penghuni rumah dan

.g
lingkungan di sekitarnya. Aliran air got/selokan yang lancar dapat mengalirkan air hujan
ps
dengan baik sehingga tidak menyebabkan genangan yang berpotensi menjadi tempat
berkembang biak serangga atau nyamuk penyebab penyakit. Oleh karena itu, keadaan
.b

aliran air got/selokan perlu diperhatikan. Gambar 7.4 menunjukkan ada sekitar 79,37
w

persen rumah tangga yang memiliki got/selokan di sekitar rumah dengan aliran
w

got/selokan yang lancar. Sementara itu, 17,60 persen mengalir lambat, dan 3,03 persen
w

keadaan air got/selokannya tergenang. Berdasarkan karakteristik desa, rumah tangga


://

yang memiiki got/selokan dengan aliran got/selokan yang lancar sedikit lebih tinggi di
s
tp

perkotaan (79,98 persen) dibandingkan dengan di perdesaan (78,53 persen), sedangkan


ht

untuk aliran got/selokan yang lambat dan tergenang lebih banyak terdapat di perdesaan
(22,47 persen) dibanding perkotaan (20,03 persen).

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi dengan persentase tertinggi


rumah tangga yang memiliki got/selokan di sekitar rumah dengan kondisi got/selokan
mengalir lancar, yaitu sebesar 93,71 persen (Tabel 7.7). Kemudian persentase tertinggi
rumah tangga yang memiliki got/selokan di sekitar rumah dengan kondisi mengalir
lambat adalah Provinsi Papua sebesar 31,07 persen. Sedangkan untuk provinsi dengan
persentase tertinggi rumah tangga yang memiliki got/selokan di sekitar rumah dengan
kondisi tergenang adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 7,75 persen.
Gambar 7.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Keadaan Aliran Got/Selokan di Sekitar Rumah dan Karakteristik,
2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp

Got/selokan yang lancar serta drainase yang baik membantu mengalirkan air hujan
ht

secara efisien dari permukaan tanah, atap, dan area sekitar rumah. Hal ini mengurangi
risiko terjadinya genangan air yang berlebihan sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya banjir. Tabel 7.9 menunjukkan bahwa rumah tangga yang jalan sekitar
rumahnya pernah tergenang air lebih dari 30 cm setelah dua jam hujan berhenti dalam
setahun terakhir sebesar 3,41 persen. Dari rumah tangga tersebut, persentase tergenang
dengan frekuensi satu kali sebesar 36,54 persen, dua kali sebesar 22,72 persen, dan tiga
kali atau lebih sebesar 40,74 persen (Tabel 7.11).

7.2 Penggunaan dan Kepemilikan Bahan Berbahaya dan Beracun

Sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat meningkatkan tingginya pencemaran
yang kemudian dapat mengurangi daya tampung lingkungan hidup. Sampah berbahaya
dan beracun, disamping sampah rumah tangga, dan sampah plastik merupakan sumber
pencemar yang perlu menjadi prioritas penanganan (Kementerian PPN/Bappenas, 2020).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyebutkan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 menjadi berbahaya
karena dapat bersifat mudah meledak, mudah menyala, reaktif, infeksius, korosif,
dan/atau beracun yang bergantung pada jenis B3.

Selain dihasilkan dari industri maupun medis, limbah B3 juga banyak dihasilkan dari
rumah tangga. Data Susenas MKP 2022 menangkap bahwa mayoritas rumah tangga di
Indonesia menggunakan atau menyimpan B3 (Gambar 7.5). Data juga menunjukkan jika
persentase penggunaan B3 meningkat seiring dengan status ekonomi rumah tangga
yang makin meningkat (Tabel 7.13). Penggunaan B3 tersebut tidak selalu berbahaya,
namun perlu perhatian khusus dalam pengelolaan limbahnya. Beberapa jenis B3 yang
digunakan di rumah tangga dan menjadi cakupan dalam Susenas MKP 2022 antara lain
cat minyak, aki bekas, pengilap kaca/kayu/logam, pembersih keramik/granit/marmer,
racun serangga nonspray/pembasmi hama, spray yang mengandung aerosol, serta

id
detergen. Detergen merupakan produk kategori B3 yang paling banyak digunakan atau

o.
disimpan rumah tangga di Indonesia, diikuti dengan spray yang mengandung aerosol,
.g
serta racun serangga nonspray/pembasmi hama. Dari banyaknya penggunaan B3,
ps
pengelolaan limbahnya perlu menjadi perhatian karena dapat mencemari lingkungan
.b

dan membahayakan kesehatan.


w

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
w

Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 3 menyebutkan jika setiap orang yang
w

menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.


://

Pemanfaatan limbah B3 merupakan hal yang disarankan untuk meminimalkan risiko


s
tp

terhadap lingkungan. Peraturan Pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 juga menyebutkan
ht

bahwa kegiatan penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle), dan perolehan
kembali (recovery) merupakan satu mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3.
Baru sebanyak 15,82 persen rumah tangga di Indonesia yang menggunakan/menyimpan
B3 dengan cara pembuangan terpisah dari sampah rumah tangga (Gambar 7.5). Kegiatan
pemisahan tersebut dapat menjadi awal positif yang mengarah pada kegiatan reuse,
recycle, dan recovery dari limbah B3. Akan tetapi, mayoritas limbah dari B3 yang
digunakan pada rumah tangga di Indonesia masih dibuang bersama dengan sampah
rumah tangga. Sekitar tujuh dari sepuluh rumah tangga yang menggunakan/menyimpan
B3 membuang barang-barang tersebut dengan cara dibuang bersama sampah rumah
tangga. Lebih buruk lagi, masih ada sekitar empat persen limbah B3 dari rumah tangga
yang dibuang ke selokan/saluran air dan 2,18 persen yang membuang dengan cara
lainnya (Gambar 7.5).
Gambar 7.5
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan/Menyimpan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Menurut Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


7.3 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menghasilkan


sampah yang makin banyak dan beragam. Pada tahun 2050, total sampah yang
dihasilkan khususnya pada negara-negara berpendapatan rendah diperkirakan akan
meningkat lebih dari tiga kali lipat (Kaza et al., 2018). Masalah penanganan sampah saat
ini juga telah menjadi perhatian pemerintah indonesia. Salah satu poin penting mengenai
masalah persampahan adalah bagaimana pengelolaan sampah yang berwawasan
lingkungan sehingga dapat mengurangi dampak negatif sampah terhadap kesehatan
masyarakat dan lingkungan. Dalam menciptakan infrastruktur perumahan yang layak,
pemerintah dituntut hadir dalam menangani pengelolaan sampah. Undang-Undang
Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan
bahwa terdapat tujuh tugas pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan,
dua di antaranya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan

id
sampah dan melaksanakan pengelolaan sampah serta memfasilitasi penyediaan

o.
prasarana dan sarana pengelolaan sampah. Melihat efeknya yang besar terhadap
lingkungan, permasalahan persampahan .g juga menjadi perhatian dalam
ps
Sustainable Development Goals (SDGs) salah satunya pada Tujuan 11, yaitu menjadikan
.b

kota dan permukiman yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.


w

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa


w

sekitar 38,00 persen sumber sampah adalah dari rumah tangga, dengan jenis sampah
w

tertinggi adalah sampah sisa makanan (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
://

2022). Melihat bagaimana perilaku rumah tangga dalam menangani sampah menjadi
s
tp

penting untuk mendapatkan gambaran mengenai intervensi yang harus dilakukan.


Susenas MKP merupakan sumber data persampahan dari sudut pandang rumah tangga
ht

yang digunakan dalam perencanaan kebijakan mengenai persampahan, selain data


persampahan dari KLKH atau sumber lainnya. Tidak hanya mengumpulkan data
mengenai perilaku rumah tangga terkait dengan pemisahan sampah dan kepemilikan
tempat sampah tertutup, Susenas MKP juga mengumpulkan informasi mengenai
pengelolaan sampah rumah tangga.

Undang-undang tentang pengelolaan sampah menyebutkan bahwa kegiatan


pengelolaan sampah diarahkan pada kegiatan dengan pendekatan yang komprehensif
dari hulu, yaitu sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah,
sampai ke hilir ketika suatu produk sudah digunakan dan menjadi sampah yang
kemudian dikembalikan ke lingkungan secara aman. Pemisahan jenis sampah merupakan
tahap awal yang dapat dilakukan oleh rumah tangga dalam hal pengolahan sampah,
selain pengurangan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah organik dan anorganik
benar-benar akan menjadi sampah jika disatukan, namun dapat menjadi sumber daya
baru jika dipisahkan karena akan meningkatkan pemulihan sumber daya,
menciptakan lapangan pekerjaan, mengurangi polusi, serta mewujudkan pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan (UN Habitat, 2021).

Perhatian mengenai pengelolaan sampah perlu dimulai dari kesadaran rumah tangga.
Pengelolaan sampah dari level terendah akan memberikan keuntungan berupa
lingkungan yang lebih bersih dengan polusi udara, tanah, dan air yang lebih rendah.
Data Susenas MKP 2022 menunjukkan sekitar seperlima rumah tangga di Indonesia telah
memiliki kesadaran yang tinggi, dengan mengetahui mengenai pemisahan sampah
organik dan anorganik serta melakukan pemisahan sampah (19,49 persen) (Gambar 7.6).
Persentase tersebut cukup merata antardaerah perkotaan dan perdesaan dilihat dari
angkanya yang tidak jauh berbeda.

Gambar 7.6
Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan dan Perilaku Mengenai
Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik dan Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Sementara itu, sekitar empat dari sepuluh rumah tangga di Indonesia tidak mengetahui
mengenai pemisahan sampah dan tidak melakukan pemisahan sampah (39,87 persen).
Perilaku tersebut lebih tinggi di daerah perdesaan, di mana hampir separuh dari rumah
tangga di daerah perdesaan tidak mengetahui mengenai pemisahan sampah dan tidak
melakukan pemisahan sampah. Pendidikan, yang digambarkan melalui tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh KRT terlihat memiliki peran penting dalam
perilaku pemisahan sampah. Rumah tangga dengan KRT yang tidak/belum pernah
sekolah dan tidak tamat SD memiliki persentase tertinggi untuk rumah tangga yang tidak
mengetahui mengenai pemisahan sampah organik dan anorganik dan tidak melakukan
pemisahan sampah (Gambar 7.6). Masih rendahnya persentase pengetahuan
dan perilaku pemisahan sampah pada rumah tangga menunjukkan perlunya advokasi
yang lebih mengenai pentingnya penanganan sampah. Pemisahan sampah anorganik
misalnya plastik, botol, kaca, dll. perlu dilakukan karena memiliki waktu terurai yang lama
jika dibiarkan secara alamiah.

id
Dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga, umumnya ada tahapan

o.
pengumpulan sampah agar tidak berserakan sebelum dilakukan tindakan selanjutnya
.g
seperti diangkut, didaur ulang, dibuat kompos, dll. Dalam tahapan pengumpulan
ps
sampah, idealnya tempat pembuangan sampah memiliki tutup karena proses
.b

pembusukan sampah menghasilkan bau yang tidak sedap dan dapat mengundang
w

hewan pembawa penyakit. Data Susenas MKP 2022 menunjukkan bahwa sekitar
w

seperlima rumah tangga di Indonesia telah memiliki tempat pembuangan sampah


w

tertutup. Jika dilihat menurut klasifikasi desa, persentase di daerah perdesaan masih
://

sangat rendah. Baru sekitar sembilan persen rumah tangga di daerah perdesaan yang
s

memiliki tempat pembuangan sampah tertutup. Kepemilikan tempat pembuangan


tp

sampah tertutup juga terlihat sangat rendah pada rumah tangga dengan KRT yang
ht

berpendidikan rendah (Gambar 7.7).

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa


pengelolaan sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan
sampah. Kegiatan pengurangan sampah meliputi pembatasan timbunan sampah,
pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan
penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir. Buku narasi RPJMN 2020-2024 menyebutkan jika secara umum
capaian pengelolaan sampah di Indonesia, khususnya di perkotaan masih rendah
sehingga hunian di perkotaan yang memiliki akses sampah yang terkelola dengan baik
menjadi salah satu sasaran dalam upaya meningkatnya penyediaan infrastruktur layanan
dasar.
Gambar 7.7
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Tempat Pembuangan Sampah Tertutup
Menurut Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Dalam Susenas MKP 2022 juga dikumpulkan data mengenai kegiatan pengurangan
dan penanganan sampah. Sebanyak 26,56 persen rumah tangga di Indonesia
pengelolaan sampahnya dengan diangkut petugas, sementara itu yang dibuang
ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sebanyak 12,34 persen. Sedangkan untuk
pengelolaan sampah dengan dibuat menjadi kompos sebanyak 2,18 persen,
disetor ke bank sampah 1,68 persen, dan didaur ulang 0,39 persen (Gambar 7.8).
Tabel 7.20 menunjukkan jika kegiatan pengelolaan sampah dengan diangkut petugas,
dibuang ke TPS, didaur ulang, dan disetor ke bank sampah persentasenya lebih tinggi
di daerah perkotaan dibandingkan dengan perdesaan. Sebaliknya, pengelolaan sampah
dengan cara dibuat kompos lebih umum di daerah perdesaan dibandingkan dengan
perkotaan.

Selanjutnya, persentase rumah tangga dengan pengolahan sampah diangkut petugas


menurut klasifikasi desa juga menarik untuk diulas. Persentase pengelolaan sampah
dengan diangkut petugas pada daerah perkotaan sepuluh kali lipat lebih tinggi

id
dibandingkan dengan perdesaan. Hal tersebut kemungkinan berhubungan dengan

o.
infrastruktur pengelolaan sampah di daerah perdesaan yang masih lebih rendah
.g
dibandingkan dengan di perkotaan disamping perilaku masyarakat perdesaan yang
ps
umumnya masih tradisional dalam menangani sampah. Walaupun demikian, secara
.b

umum pengelolaan sampah di daerah perkotaan juga dipandang belum maksimal.


w

Penanganan masalah pengelolaan sampah di perkotaan juga masih terhalang


w

keterbatasan infrastruktur reduksi sampah yang terbatas, masih kurangnya armada


w

pengangkutan, serta kendala geografis lainnya (Kementerian PPN/Bappenas, 2020).


://

Pada rumah tangga dengan pengelolaan sampah diangkut petugas atau dibuang ke TPS,
s
tp

frekuensi pengangkutan atau pembuangan ke TPS menjadi penting karena frekuensi


ht

sampah yang jarang diangkut akan mengakibatkan timbunan sampah yang bisa menjadi
sumber penyakit. Gambar 7.8 menunjukkan bahwa 23,55 persen rumah tangga dengan
pengelolaan sampah diangkut petugas atau dibuang ke TPS memiliki frekuensi
pengangkutan sebanyak tujuh kali atau lebih dalam seminggu. Gambar 7.8 juga
menunjukkan persentase rumah tangga yang belum melakukan pengelolaan sampah,
yaitu dengan cara di bakar, ditimbun, dibuang ke sungai/selokan/saluran air, atau
dibuang sembarangan. Pengelolaan sampah dengan dibakar merupakan cara yang
paling banyak digunakan oleh rumah tangga di Indonesia. Lebih dari 65 persen rumah
tangga di Indonesia membakar sampah. Sementara itu, yang ditimbun sekitar 13 persen,
dan dibuang ke sungai/selokan/saluran air, serta dibuang sembarangan sekitar tujuh
sampai delapan persen. Tabel 7.20 juga menunjukkan persentase rumah tangga yang
tidak melakukan pengelolaan sampah bahkan jauh lebih tinggi di daerah perdesaan.
Disamping itu, pola data juga menunjukkan hubungan yang terbalik antara pengelolaan
sampah dengan cara dibakar, ditimbun, dibuang ke sungai/selokan/saluran air,
dan dibuang sembarangan dengan status ekonomi. Makin rendah status ekonomi rumah
tangga, persentase rumah tangga yang belum melakukan pengelolaan sampah
menunjukkan peningkatan.

Gambar 7.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Cara Penanganan Sampah dan Karakteristik, 2022

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Saluran Pembuangan
Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022

Ya, Saluran
Provinsi Ya, Saluran Terbuka Tanpa Saluran
Tertutup
(1) (2) (3) (4)

Aceh 31,68 53,17 15,15


Sumatera Utara 38,86 49,99 11,15
Sumatera Barat 45,98 43,57 10,46
Riau 31,48 54,54 13,99
Jambi 26,06 57,02 16,91
Sumatera Selatan 17,80 66,35 15,85
Bengkulu 38,39 47,11 14,51
Lampung 26,40 66,65 6,95
Kep. Bangka Belitung 35,45 48,73 15,82
Kep. Riau 41,81 47,15 11,04

id
DKI Jakarta 76,80 22,47 0,74

o.
Jawa Barat 64,01 31,26 4,74
Jawa Tengah 49,87 41,15 8,98
DI Yogyakarta 67,55
.g 21,77 10,68
ps
Jawa Timur 46,32 41,14 12,54
Banten 47,55 45,03 7,42
.b

Bali 62,81 31,73 5,46


w

Nusa Tenggara Barat 48,14 32,45 19,42


w

Nusa Tenggara Timur 9,21 21,85 68,94


w

Kalimantan Barat 9,11 61,38 29,51


://

Kalimantan Tengah 13,34 47,32 39,34


s

Kalimantan Selatan 16,33 30,72 52,94


tp

Kalimantan Timur 24,74 48,54 26,73


Kalimantan Utara 22,37 55,09 22,54
ht

Sulawesi Utara 19,58 64,32 16,11


Sulawesi Tengah 16,82 58,19 24,99
Sulawesi Selatan 28,27 50,95 20,78
Sulawesi Tenggara 34,64 48,37 16,99
Gorontalo 21,76 50,91 27,32
Sulawesi Barat 22,23 55,13 22,64

Maluku 24,04 34,79 41,17


Maluku Utara 18,70 47,65 33,65

Papua Barat 17,54 56,55 25,91


Papua 12,00 32,48 55,51

Indonesia 44,45 41,84 13,70

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keberadaan Saluran Pembuangan
Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022

Ya, Saluran Ya, Saluran


Karakteristik Tanpa Saluran
Tertutup Terbuka
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 56,69 36,11 7,20
Perdesaan 27,77 49,66 22,57

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
30,04 45,19 24,77
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 38,95 45,07 15,98
SMP/Sederajat 43,28 44,41 12,31
SM/Sederajat 51,69 39,07 9,24

id
Perguruan Tinggi 62,51 31,15 6,34

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1
Kuintil 2
34,27
37,46 .g 44,83
46,01
20,90
16,53
ps
Kuintil 3 41,25 44,31 14,44
.b

Kuintil 4 45,45 42,53 12,02


Kuinitl 5 58,11 34,25 7,64
w
w

Indonesia 44,45 41,84 13,70


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 7.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Pembuangan Akhir
Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022

Kolam/Sawah/
Provinsi Tangki Septik IPAL Sungai/Danau/ Lubang Tanah
Laut
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 13,26 1,78 9,65 21,07


Sumatera Utara 10,72 1,34 11,33 21,32
Sumatera Barat 14,99 0,70 29,49 17,46
Riau 11,82 0,22 11,49 25,52
Jambi 7,69 1,50 14,58 34,11
Sumatera Selatan 6,69 0,36 17,76 21,27
Bengkulu 2,50 0,77 10,81 32,41
Lampung 4,65 0,55 9,26 49,31
Kep. Bangka Belitung 11,21 0,50 3,67 21,99

id
Kep. Riau 7,90 0,44 7,72 5,33

o.
DKI Jakarta 13,83 8,03 6,46 2,31
Jawa Barat 14,37 1,53 26,98 12,18
Jawa Tengah 11,44 0,80
.g 19,77 16,82
ps
DI Yogyakarta 35,67 8,14 8,79 12,54
Jawa Timur 14,82 0,80 11,99 20,74
.b

Banten 11,56 0,06 15,70 15,99


w

Bali 20,87 1,13 8,35 5,75


w

Nusa Tenggara Barat 12,81 0,05 14,14 10,00


w

Nusa Tenggara Timur 4,76 0,22 2,20 20,56


://

Kalimantan Barat 2,83 0,08 19,31 17,21


s

Kalimantan Tengah 6,92 0,10 22,41 19,49


tp

Kalimantan Selatan 9,10 0,18 24,69 29,93


Kalimantan Timur 10,81 0,51 11,65 11,89
ht

Kalimantan Utara 3,28 0,30 19,95 10,59

Sulawesi Utara 7,41 0,26 5,91 13,13


Sulawesi Tengah 7,59 0,28 12,73 30,45
Sulawesi Selatan 4,46 0,75 9,09 17,98
Sulawesi Tenggara 15,80 0,00 7,87 26,79
Gorontalo 11,68 0,47 11,50 17,21
Sulawesi Barat 3,98 0,34 18,21 22,14

Maluku 11,15 0,26 10,81 25,57


Maluku Utara 9,36 0,06 9,78 15,84

Papua Barat 9,53 0,54 11,48 12,56


Papua 5,81 0,06 9,69 28,45

Indonesia 11,98 1,24 16,13 18,15


Tabel 7.3 (Lanjutan)

Pantai/
Provinsi Tanah Lapang/ Got/Selokan Lainnya
Kebun
(1) (6) (7) (8)

Aceh 9,91 44,23 0,10


Sumatera Utara 8,14 47,13 0,02
Sumatera Barat 13,08 24,24 0,03
Riau 14,01 36,85 0,10
Jambi 15,28 26,44 0,40
Sumatera Selatan 10,77 43,15 0,00
Bengkulu 17,14 36,26 0,11
Lampung 8,53 27,71 0,00
Kep. Bangka Belitung 22,12 40,38 0,13
Kep. Riau 8,82 69,23 0,56

DKI Jakarta 0,64 68,65 0,07

id
Jawa Barat 2,59 42,32 0,03
Jawa Tengah 12,73 38,39 0,05

o.
DI Yogyakarta 16,87 17,99 0,00
Jawa Timur
Banten
14,61
6,29 .g 37,03
50,33
0,01
0,07
ps
Bali 18,33 45,37 0,20
.b

Nusa Tenggara Barat 18,36 43,99 0,66


w

Nusa Tenggara Timur 63,92 7,20 1,14


w

Kalimantan Barat 25,88 34,67 0,02


w

Kalimantan Tengah 20,97 29,78 0,32


Kalimantan Selatan 19,04 13,62 3,45
://

Kalimantan Timur 17,92 47,01 0,22


s

Kalimantan Utara 11,75 52,61 1,53


tp

Sulawesi Utara 11,47 59,82 1,99


ht

Sulawesi Tengah 14,01 34,94 0,00


Sulawesi Selatan 23,09 44,53 0,09
Sulawesi Tenggara 19,79 29,46 0,30
Gorontalo 29,14 29,88 0,12
Sulawesi Barat 22,46 32,87 0,00

Maluku 27,45 23,23 1,53


Maluku Utara 26,21 37,85 0,91

Papua Barat 19,46 46,42 0,01


Papua 28,85 27,10 0,03

Indonesia 12,44 39,88 0,18

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Tempat Pembuangan Akhir
Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022

Kolam/Sawah/
Karakteristik Tangki Septik IPAL Sungai/Danau/ Lubang Tanah
Laut
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 14,86 1,82 15,95 12,28
Perdesaan 8,06 0,44 16,37 26,16

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah
Sekolah dan 8,51 0,52 19,04 20,61
Tidak Tamat SD

id
SD/Sederajat 10,28 0,69 19,05 22,56

o.
SMP/Sederajat 12,20 1,08 16,34 19,23
SM/Sederajat 13,27 1,69 13,74 14,53
Perguruan Tinggi 17,97 2,84
.g 9,89 10,35
ps
Status Ekonomi
.b

Kuintil 1 9,18 0,77 19,03 21,89


Kuintil 2 10,79 0,74 18,18 21,05
w

Kuintil 3 11,02 0,67 17,25 20,23


w

Kuintil 4 12,19 1,23 15,82 17,86


w

Kuinitl 5 15,34 2,37 12,05 12,12


://

Indonesia 11,98 1,24 16,13 18,15


s
tp
ht
Tabel 7.4 (Lanjutan)

Pantai/
Karakteristik Tanah Lapang/ Got/Selokan Lainnya
Kebun
(1) (6) (7) (8)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 5,89 49,03 0,17
Perdesaan 21,35 27,41 0,19

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
21,22 29,88 0,22
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 14,40 32,77 0,25
SMP/Sederajat 11,63 39,37 0,15
SM/Sederajat 8,84 47,82 0,11
Perguruan Tinggi 5,78 53,00 0,18

id
Status Ekonomi

o.
Kuintil 1 19,25 29,69 0,19
Kuintil 2 15,22 33,78 0,24
Kuintil 3 13,00
.g37,66 0,17
ps
Kuintil 4 10,78 41,92 0,19
Kuinitl 5 6,76 51,23 0,13
.b
w

Indonesia 12,44 39,88 0,18


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


w
s://
tp
ht
Tabel 7.5
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022

Ya, Got/Selokan Ya, Got/Selokan Tidak Ada


Provinsi
Tertutup Terbuka Got/Selokan
(1) (2) (3) (4)

Aceh 12,36 52,73 34,91


Sumatera Utara 15,32 49,66 35,02
Sumatera Barat 9,90 37,98 52,11
Riau 7,99 48,72 43,29
Jambi 6,17 41,39 52,44
Sumatera Selatan 6,62 58,59 34,79
Bengkulu 9,68 44,69 45,63
Lampung 7,81 58,35 33,84
Kep. Bangka Belitung 4,56 57,34 38,10
Kep. Riau 15,20 63,26 21,54

DKI Jakarta 63,57 31,07 5,36

id
Jawa Barat 24,55 43,78 31,66
Jawa Tengah 13,67 50,99 35,34

o.
DI Yogyakarta 22,08 25,29 52,63
Jawa Timur 23,41
.g 38,09 38,51
ps
Banten 32,08 40,22 27,71

Bali 32,04 47,94 20,01


.b

Nusa Tenggara Barat 17,38 46,42 36,20


w

Nusa Tenggara Timur 1,70 16,63 81,68


w

Kalimantan Barat 4,85 48,62 46,53


w

Kalimantan Tengah 4,00 44,52 51,47


://

Kalimantan Selatan 5,55 21,17 73,29


Kalimantan Timur 13,22 50,05 36,72
s

Kalimantan Utara 2,56 61,55 35,89


tp

Sulawesi Utara 9,98 66,07 23,96


ht

Sulawesi Tengah 4,66 49,92 45,42


Sulawesi Selatan 11,23 54,55 34,22
Sulawesi Tenggara 6,88 42,82 50,30
Gorontalo 7,52 42,86 49,62
Sulawesi Barat 1,75 56,80 41,44

Maluku 3,98 33,18 62,84


Maluku Utara 7,31 48,02 44,67

Papua Barat 6,24 58,53 35,23


Papua 4,34 35,56 60,11

Indonesia 18,78 44,51 36,71

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.6
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keberadaan Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022

Ya, Got/Selokan Ya, Got/Selokan Tidak Ada


Karakteristik
Tertutup Terbuka Got/Selokan
(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 28,62 44,75 26,63
Perdesaan 5,36 44,19 50,46

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
9,62 41,73 48,66
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 13,02 43,23 43,76
SMP/Sederajat 17,29 46,38 36,33
SM/Sederajat 25,28 46,01 28,71
Perguruan Tinggi 32,63 44,73 22,64

id
Status Ekonomi

o.
Kuintil 1 9,69 42,73 47,58

.g
Kuintil 2 11,98 44,55 43,47
Kuintil 3 15,80 45,00 39,20
ps
Kuintil 4 20,20 45,18 34,61
Kuinitl 5 31,02 44,73 24,25
.b
w

Indonesia 18,78 44,51 36,71


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


w
s ://
tp
ht
Tabel 7.7
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keadaan Aliran Got/Selokan di Sekitar Rumah, 2022

Provinsi Lancar Mengalir Lambat Tergenang


(1) (2) (3) (4)

Aceh 74,18 22,91 2,91


Sumatera Utara 68,85 25,63 5,52
Sumatera Barat 81,06 16,53 2,40
Riau 72,34 22,76 4,90
Jambi 78,13 20,91 0,96
Sumatera Selatan 78,39 20,13 1,48
Bengkulu 85,33 13,24 1,43
Lampung 82,09 15,52 2,39
Kep. Bangka Belitung 93,71 5,13 1,16
Kep. Riau 88,47 11,22 0,30

DKI Jakarta 85,70 14,05 0,24


Jawa Barat 77,37 17,79 4,84

id
Jawa Tengah 85,50 12,64 1,86

o.
DI Yogyakarta 89,93 9,39 0,68

.g
Jawa Timur 84,52 14,78 0,70
Banten 75,57 22,25 2,19
ps
Bali 86,36 11,53 2,11
.b

Nusa Tenggara Barat 73,47 20,88 5,66


Nusa Tenggara Timur 78,30 13,96 7,75
w
w

Kalimantan Barat 68,05 26,55 5,40


w

Kalimantan Tengah 72,89 23,59 3,52


Kalimantan Selatan 76,77 18,59 4,64
://

Kalimantan Timur 74,57 22,48 2,95


s

Kalimantan Utara 80,45 15,07 4,48


tp

Sulawesi Utara 89,16 9,76 1,08


ht

Sulawesi Tengah 76,78 20,50 2,72


Sulawesi Selatan 74,01 20,75 5,24
Sulawesi Tenggara 74,39 18,13 7,48
Gorontalo 81,31 13,22 5,47
Sulawesi Barat 71,77 24,14 4,09

Maluku 82,31 15,85 1,84


Maluku Utara 76,94 19,25 3,81

Papua Barat 70,54 25,06 4,39


Papua 63,69 31,07 5,24

Indonesia 79,37 17,60 3,03

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.8
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Keadaan Aliran Got/Selokan di Sekitar Rumah,
2022

Karakteristik Lancar Mengalir Lambat Tergenang


(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 79,98 16,70 3,33
Perdesaan 78,53 18,84 2,63

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
76,54 19,07 4,39
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 79,52 17,56 2,93
SMP/Sederajat 78,25 18,59 3,16
SM/Sederajat 80,40 16,97 2,64

id
Perguruan Tinggi 81,67 15,84 2,49

o.
Status Ekonomi

.g
Kuintil 1 81,24 15,63 3,12
Kuintil 2 77,10 19,86 3,04
ps
Kuintil 3 79,22 17,31 3,48
Kuintil 4 77,69 19,38 2,93
.b

Kuinitl 5 81,38 15,90 2,71


w
w

Indonesia 79,37 17,60 3,03


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 7.9
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi yang Jalan di Sekitar Rumahnya Pernah Tergenang Air
Lebih dari 30 cm Setelah Dua Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir, 2022

Provinsi Ya Tidak
(1) (2) (3)

Aceh 3,44 96,56


Sumatera Utara 2,99 97,01
Sumatera Barat 3,25 96,75
Riau 3,34 96,66
Jambi 1,68 98,32
Sumatera Selatan 2,27 97,73
Bengkulu 2,99 97,01
Lampung 1,57 98,43
Kep. Bangka Belitung 2,31 97,69
Kep. Riau 7,95 92,05

id
DKI Jakarta 5,36 94,64
Jawa Barat 2,06 97,94

o.
Jawa Tengah 2,82 97,18
DI Yogyakarta 2,17
.g 97,83
ps
Jawa Timur 2,72 97,28
Banten 4,49 95,51
.b

Bali 1,14 98,86


w

Nusa Tenggara Barat 3,99 96,01


w

Nusa Tenggara Timur 1,67 98,33


w

Kalimantan Barat 7,77 92,23


://

Kalimantan Tengah 13,05 86,95


Kalimantan Selatan 4,98 95,02
s

Kalimantan Timur 13,66 86,34


tp

Kalimantan Utara 7,57 92,43


ht

Sulawesi Utara 2,03 97,97


Sulawesi Tengah 4,42 95,58
Sulawesi Selatan 7,73 92,27
Sulawesi Tenggara 3,92 96,08
Gorontalo 7,30 92,70
Sulawesi Barat 6,94 93,06

Maluku 2,10 97,90


Maluku Utara 3,59 96,41

Papua Barat 7,27 92,73


Papua 1,02 98,98

Indonesia 3,41 96,59

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.10
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik yang Jalan di Sekitar Rumahnya Pernah Tergenang
Air Lebih dari 30 cm Setelah Dua Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir, 2022

Karakteristik Ya Tidak
(1) (2) (3)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 4,00 96,00
Perdesaan 2,61 97,39
Perempuan

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang


Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
3,43 96,57
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 2,86 97,14
SMP/Sederajat 3,43 96,57

id
SM/Sederajat 3,97 96,03
Perguruan Tinggi 3,34 96,66

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 2,62 .g 97,38
ps
Kuintil 2 2,97 97,03
Kuintil 3 3,42 96,58
.b

Kuintil 4 3,46 96,54


w

Kuinitl 5 4,22 95,78


w

Indonesia 3,41 96,59


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 7.11
Persentase Rumah Tangga Dengan Jalan di Sekitar Rumah Pernah Tergenang Air Lebih Dari 30 Cm
Setelah Dua Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir Menurut Karakteristik dan Frekuensi, 2022

Karakteristik 1 kali 2 kali 3 kali atau lebih


(1) (2) (3) (4)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 35,14 21,70 43,16
Perdesaan 39,47 24,86 35,67

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah dan
34,69 19,20 46,11
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 39,61 24,87 35,51
SMP/Sederajat 34,64 27,27 38,09

id
SM/Sederajat 36,98 20,31 42,71

o.
Perguruan Tinggi 33,34 22,95 43,72

Status Ekonomi
Kuintil 1 37,76 .g 22,41 39,84
ps
Kuintil 2 39,49 29,05 31,46
Kuintil 3 35,84 24,81 39,35
.b

Kuintil 4 39,60 21,37 39,02


w

Kuinitl 5 32,80 19,20 48,00


w
w

Indonesia 36,54 22,72 40,74


://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 7.12
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan/Menyimpan B3 Menurut Provinsi
dan Jenis Bahan Beracun, 2022

Jenis B3

Spray yang
Menggunakan Mengandung
Pembersih
Provinsi /Meyimpan Aerosol Pengilap
Keramik,
B3 (Pengharum Kaca/Kayu/
Granit,
Ruangan, Pembasmi Logam
Marmer
Nyamuk, Air
Disinfectant, Dll.)
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 87,90 34,55 16,32 7,36


Sumatera Utara 92,12 30,92 21,58 7,33
Sumatera Barat 91,09 26,15 19,70 10,02
Riau 94,80 50,22 27,69 10,12

id
Jambi 91,55 35,75 16,66 8,94

o.
Sumatera Selatan 91,60 35,57 19,17 5,18
Bengkulu 94,81 29,21 18,80 7,12
Lampung 90,74 26,01 .g 17,23 4,94
ps
Kep. Bangka Belitung 97,38 47,08 39,39 16,41
Kep. Riau 98,05 62,99 37,64 18,27
.b

DKI Jakarta 93,76 50,34 27,60 12,24


w

Jawa Barat 92,68 34,65 27,66 9,10


w

Jawa Tengah 96,08 23,39 32,16 7,18


w

DI Yogyakarta 93,23 28,19 33,10 10,09


://

Jawa Timur 93,12 31,30 30,70 8,96


Banten 88,52 33,54 22,94 7,44
s
tp

Bali 91,14 36,55 31,24 7,34


Nusa Tenggara Barat 95,32 29,13 15,70 5,89
ht

Nusa Tenggara Timur 84,55 16,06 8,01 2,50

Kalimantan Barat 95,94 33,69 24,20 5,80


Kalimantan Tengah 94,14 44,11 18,02 10,49
Kalimantan Selatan 93,32 34,20 13,70 7,30
Kalimantan Timur 97,41 53,78 27,75 11,40
Kalimantan Utara 96,96 48,15 15,92 8,24

Sulawesi Utara 90,45 23,46 14,66 5,60


Sulawesi Tengah 88,08 25,28 17,78 6,25
Sulawesi Selatan 92,84 28,68 19,42 6,80
Sulawesi Tenggara 100,00 29,42 16,99 4,66
Gorontalo 98,18 33,13 28,63 8,47
Sulawesi Barat 100,00 32,49 18,04 5,24

Maluku 80,12 24,32 22,41 9,20


Maluku Utara 75,43 21,71 14,25 4,31

Papua Barat 88,26 32,86 23,32 8,98


Papua 76,16 24,22 11,15 6,22

Indonesia 92,66 32,49 25,37 8,16


Tabel 7.12 (Lanjutkan)

Racun Serangga
AKI (Accu)
Provinsi Cat Minyak Nonspray/ Detergen
Bekas
Pembasmi Hama
(1) (6) (7) (8) (9)

Aceh 2,05 4,28 26,14 86,23


Sumatera Utara 1,76 2,71 24,15 90,25
Sumatera Barat 4,98 5,08 30,46 89,52
Riau 4,19 5,78 30,16 93,56
Jambi 7,69 7,15 35,00 88,85
Sumatera Selatan 7,74 5,06 41,37 89,39
Bengkulu 7,02 4,10 36,81 93,50
Lampung 5,62 3,69 36,29 88,47
Kep. Bangka Belitung 8,94 6,03 43,21 96,09
Kep. Riau 7,43 8,39 33,56 96,48

id
DKI Jakarta 3,50 2,42 31,86 92,51

o.
Jawa Barat 2,62 2,33 20,84 91,40
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
4,62
2,38
3,32
1,77 .g 26,09
17,24
95,26
90,67
ps
Jawa Timur 4,90 3,05 28,36 91,61
.b

Banten 3,07 2,35 23,96 86,33


w

Bali 2,05 3,52 19,21 88,90


Nusa Tenggara Barat 2,23 2,89 31,90 93,09
w

Nusa Tenggara Timur 6,41 4,10 16,62 82,66


w
://

Kalimantan Barat 7,32 5,62 44,96 93,91


Kalimantan Tengah 14,91 8,89 44,85 91,77
s

Kalimantan Selatan 7,29 4,78 31,41 91,94


tp

Kalimantan Timur 8,48 4,10 41,49 94,98


ht

Kalimantan Utara 4,48 10,36 31,14 96,03

Sulawesi Utara 3,78 5,27 16,92 88,22


Sulawesi Tengah 6,17 6,47 32,81 85,37
Sulawesi Selatan 5,03 3,81 36,51 90,35
Sulawesi Tenggara 3,78 3,09 32,62 100,00
Gorontalo 9,60 7,94 38,74 97,57
Sulawesi Barat 6,18 2,29 45,38 100,00

Maluku 4,54 9,06 15,07 77,35


Maluku Utara 4,28 3,12 14,93 72,72

Papua Barat 5,91 6,54 20,60 84,77


Papua 2,85 6,24 18,98 72,94

Indonesia 4,37 3,56 27,63 91,05

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.13
Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan/Menyimpan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Menurut Karakteristik dan Jenis B3, 2022

Jenis B3
Spray yang
Menggunakan/ Mengandung Aerosol Pembersih
Karakteristik Menyimpan Pengilap
(Pengharum Keramik,
B3 Kaca/Kayu/
Ruangan, Pembasmi Granit,
Logam
Nyamuk, Air Marmer
Disinfectant, Dll.)
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 94,28 38,81 31,69 10,49
Perdesaan 90,46 23,87 16,75 4,98

Tingkat Pendidikan

id
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT

o.
Tidak/Belum Pernah 90,54 17,26 13,54 2,68
Sekolah dan
.g
ps
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 91,08 23,51 19,07 4,82
.b

SMP/Sederajat 93,11 31,29 24,25 6,80


SM/Sederajat 94,11 40,48 31,30 10,17
w

Perguruan Tinggi 95,40 59,87 45,79 22,54


w

Status Ekonomi
w

Kuintil 1 89,98 15,81 13,04 2,31


://

Kuintil 2 91,89 23,11 18,50 4,05


s

Kuintil 3 92,25 27,47 21,64 5,46


tp

Kuintil 4 93,40 36,50 27,55 8,38


Kuinitl 5 94,73 51,13 39,79 17,07
ht

Indonesia 92,66 32,49 25,37 8,16


Tabel 7.13 (Lanjutan)

Racun
Serangga
AKI (Accu)
Karakteristik Cat Minyak Nonspray/ Detergen
Bekas
Pembasmi
Hama
(1) (6) (7) (8) (9)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,76 3,33 25,15 92,74
Perdesaan 5,22 3,87 31,00 88,73

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 3,00 2,15 24,12 88,93
dan
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 3,89 3,05 26,79 89,59

id
SMP/Sederajat 4,71 3,85 27,61 91,53
SM/Sederajat 4,98 3,96 28,52 92,41

o.
Perguruan Tinggi 5,44 5,47 32,66 93,60

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 3,01 1,83 21,05 88,85
Kuintil 2 3,57 2,73 24,87 90,30
.b

Kuintil 3 4,06 3,32 27,47 90,83


w

Kuintil 4 4,89 4,11 29,25 91,70


Kuinitl 5 5,68 5,05 32,83 92,69
w
w

Indonesia 4,37 3,56 27,63 91,05


://

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s
tp
ht
Tabel 7.14
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Cara Rumah Tangga Membuang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), 2022

Dibuang
Dibuang ke
Bersama Dibuang Lainnya
Provinsi Selokan/
Sampah Terpisah
Saluran Air
Rumah Tangga
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 71,37 12,82 1,55 2,69


Sumatera Utara 81,46 8,02 1,33 1,98
Sumatera Barat 74,02 12,58 3,76 3,73
Riau 84,91 9,19 NA NA
Jambi 74,02 15,36 1,04 NA
Sumatera Selatan 80,15 9,46 4,59 0,59
Bengkulu 81,27 10,16 3,79 1,15
Lampung 74,29 14,91 2,18 1,76

id
Kep. Bangka Belitung 87,52 9,45 NA 0,00
Kep. Riau 82,89 12,07 3,64 NA

o.
DKI Jakarta 82,50 11,03 3,58 NA
Jawa Barat 68,74 20,12
.g 3,41 1,62
ps
Jawa Tengah 68,27 22,81 10,21 4,34
DI Yogyakarta 65,40 19,77 6,44 9,12
.b

Jawa Timur 73,09 15,41 4,16 2,59


w

Banten 73,81 11,14 3,67 NA


w

Bali 66,21 28,27 1,35 0,70


w

Nusa Tenggara Barat 82,20 11,84 6,82 1,81


Nusa Tenggara Timur 69,02 12,13 0,91 4,05
s ://

Kalimantan Barat 80,30 13,80 3,05 1,87


tp

Kalimantan Tengah 73,91 15,67 4,34 1,78


Kalimantan Selatan 79,19 10,28 4,10 1,40
ht

Kalimantan Timur 82,18 12,79 3,98 NA


Kalimantan Utara 79,32 14,58 NA NA

Sulawesi Utara 74,70 14,71 1,34 0,49


Sulawesi Tengah 71,05 15,71 1,25 NA
Sulawesi Selatan 75,18 16,00 0,86 1,61
Sulawesi Tenggara 82,10 17,09 2,28 NA
Gorontalo 91,85 4,73 2,16 NA
Sulawesi Barat 80,94 17,81 8,61 NA

Maluku 65,02 12,70 3,53 NA


Maluku Utara 71,44 3,79 NA 0,00

Papua Barat 67,54 16,03 4,47 NA


Papua 60,67 10,09 5,48 NA

Indonesia 73,53 15,82 4,14 2,18

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.15
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Cara Rumah Tangga Membuang
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), 2022

Dibuang
Dibuang ke
Bersama Dibuang
Karakteristik Selokan/ Lainnya
Sampah Terpisah
Saluran Air
Rumah Tangga
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 75,43 15,79 3,86 1,66
Perdesaan 70,94 15,85 4,52 2,88

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 75,32 10,81 4,52 2,87
Sekolah dan

id
Tidak Tamat SD

o.
SD/Sederajat 71,85 15,53 4,53 2,37
SMP/Sederajat 73,70 15,88 4,47 2,44
SM/Sederajat 74,96 16,30
.g 3,72 1,82
ps
Perguruan Tinggi 71,39 22,51 3,09 1,18
.b

Status Ekonomi
Kuintil 1 69,93 15,60 5,10 3,22
w

Kuintil 2 73,42 14,80 4,52 2,27


w

Kuintil 3 73,94 14,97 3,94 2,12


w

Kuintil 4 74,84 15,51 3,79 2,12


Kuinitl 5 74,61 17,65 3,66 1,50
s ://

Indonesia 73,53 15,82 4,14 2,18


tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
Tabel 7.16
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Pengetahuan, dan Perilaku
Mengenai Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik, 2022

Tahu Tetapi Tidak Tahu Tahu dan


Tahu dan
Tidak Tetapi Tidak
Melakukan
Provinsi Melakukan Melakukan Melakukan
Pemilahan
Pemilahan Pemilahan Pemilahan
Sampah
Sampah Sampah Sampah
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 13,41 41,42 0,31 44,86


Sumatera Utara 10,92 42,66 0,54 45,88
Sumatera Barat 15,18 48,26 0,51 36,05
Riau 8,74 41,64 NA 49,10
Jambi 18,61 36,93 0,69 43,77
Sumatera Selatan 10,30 40,45 0,74 48,52
Bengkulu 11,63 43,09 0,33 44,96

id
Lampung 14,27 39,21 0,88 45,65
Kep. Bangka Belitung 12,62 48,40 NA 38,68

o.
Kep. Riau 12,78 62,80 NA 24,07

DKI Jakarta 11,60 61,84


.g NA 26,29
ps
Jawa Barat 26,19 40,48 0,89 32,44
Jawa Tengah 27,86 39,30 0,51 32,33
.b

DI Yogyakarta 26,21 56,55 NA 16,51


w

Jawa Timur 17,59 36,71 0,70 45,00


Banten 15,71 39,94 NA 43,96
w
w

Bali 36,19 50,65 NA 12,88


Nusa Tenggara Barat 15,99 27,33 2,34 54,34
://

Nusa Tenggara Timur 18,40 30,21 2,36 49,03


s
tp

Kalimantan Barat 12,03 36,17 NA 51,53


Kalimantan Tengah 20,66 34,32 0,74 44,29
ht

Kalimantan Selatan 14,52 38,06 1,59 45,83


Kalimantan Timur 15,67 45,98 0,65 37,70
Kalimantan Utara 18,95 30,23 NA 49,63

Sulawesi Utara 22,12 32,65 0,42 44,81


Sulawesi Tengah 16,45 28,65 1,32 53,58
Sulawesi Selatan 21,21 32,24 1,12 45,43
Sulawesi Tenggara 18,44 33,85 0,78 46,93
Gorontalo 8,01 42,96 NA 48,77
Sulawesi Barat 21,29 26,55 NA 51,92

Maluku 18,55 31,27 0,77 49,41


Maluku Utara 7,88 34,01 NA 57,93

Papua Barat 24,11 27,93 0,96 46,99


Papua 15,89 17,45 0,66 66,01

Indonesia 19,49 39,92 0,73 39,87

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.17
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik, Pengetahuan, dan Perilaku
Mengenai Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik, 2022

Tahu Tetapi Tidak Tahu Tidak Tahu dan


Tahu dan
Tidak Tetapi Tidak
Melakukan
Karakteristik Melakukan Melakukan Melakukan
Pemilahan
Pemilahan Pemilahan Pemilahan
Sampah
Sampah Sampah Sampah
(1) (2) (3) (4) (5)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 20,09 46,63 0,73 32,56
Perdesaan 18,66 30,76 0,74 49,83

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 12,43 21,79 1,10 64,68
dan Tidak Tamat SD

id
SD/Sederajat 19,15 32,40 0,86 47,59

o.
SMP/Sederajat 19,58 42,09 0,71 37,62
SM/Sederajat 20,37 49,37 0,55 29,71
Perguruan Tinggi 28,04 57,06
.g 0,38 14,52
ps
Status Ekonomi
.b

Kuintil 1 20,09 30,07 0,98 48,85


Kuintil 2 18,56 35,13 0,79 45,52
w

Kuintil 3 17,98 38,32 0,74 42,95


w

Kuintil 4 18,50 41,55 0,87 39,08


w

Kuinitl 5 21,78 49,92 0,40 27,90


://

Indonesia 19,49 39,92 0,73 39,87


s
tp

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


ht
Tabel 7.18
Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Kepemilikan Tempat Pembuangan Sampah Tertutup,
2022

Provinsi Memiliki Tidak Memiliki


(1) (2) (3)

Aceh 10,14 89,86


Sumatera Utara 11,20 88,80
Sumatera Barat 14,29 85,71
Riau 6,68 93,32
Jambi 9,03 90,97
Sumatera Selatan 7,55 92,45
Bengkulu 12,55 87,45
Lampung 11,03 88,97
Kep. Bangka Belitung 17,82 82,18
Kep. Riau 24,63 75,37

id
DKI Jakarta 57,31 42,69
Jawa Barat 25,01 74,99

o.
Jawa Tengah 19,66 80,34
DI Yogyakarta
Jawa Timur
27,87
22,54 .g 72,13
77,46
ps
Banten 25,92 74,08
.b

Bali 30,11 69,89


w

Nusa Tenggara Barat 10,26 89,74


w

Nusa Tenggara Timur 9,67 90,33


w

Kalimantan Barat 10,26 89,74


://

Kalimantan Tengah 17,45 82,55


Kalimantan Selatan 20,99 79,01
s

Kalimantan Timur 22,56 77,44


tp

Kalimantan Utara 17,17 82,83


ht

Sulawesi Utara 12,62 87,38


Sulawesi Tengah 8,89 91,11
Sulawesi Selatan 15,35 84,65
Sulawesi Tenggara 11,87 88,13
Gorontalo 9,15 90,85
Sulawesi Barat 11,23 88,77

Maluku 10,85 89,15


Maluku Utara 9,02 90,98

Papua Barat 15,20 84,80


Papua 8,22 91,78

Indonesia 20,23 79,77

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.19
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Kepemilikan Tempat Pembuangan
Sampah Tertutup, 2022

Karakteristik Memiliki Tidak Memiliki


(1) (2) (3)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 28,37 71,63
Perdesaan 9,13 90,87

Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan KRT


Tidak/Belum Pernah Sekolah dan Tidak Tamat SD 7,65 92,35
SD/Sederajat 14,07 85,93
SMP/Sederajat 18,02 81,98
SM/Sederajat 26,59 73,41
Perguruan Tinggi 41,93 58,07

Status Ekonomi

id
Kuintil 1 10,40 89,60

o.
Kuintil 2 13,46 86,54
Kuintil 3 15,39 84,61
Kuintil 4 .g 21,30 78,70
ps
Kuinitl 5 34,70 65,30
.b

Indonesia 20,23 79,77


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


w
w
s ://
tp
ht
Tabel 7.20
Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Cara Penanganan Sampah, 2022

Dibuang
Disetor
ke Tempat
Diangkut Didaur Dibuat ke
Karakteristik Penampungan
Petugas Ulang Kompos Bank
Sementara
Sampah
(TPS)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 42,55 18,20 0,46 1,64 2,22
Perdesaan 4,75 4,34 0,29 2,91 0,94

Tingkat Pendidikan Tertinggi


yang Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah 10,49 6,93 0,50 1,97 1,01
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 15,78 9,33 0,23 2,76 1,31

id
SMP/Sederajat 23,28 12,57 0,24 2,04 1,40
SM/Sederajat 37,98 16,22 0,49 1,89 2,29

o.
Perguruan Tinggi 53,96 17,30 0,64 1,84 2,43

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 11,19 7,13 0,27 3,42 1,01
Kuintil 2 16,93 8,96 0,30 2,27 1,23
.b

Kuintil 3 20,20 11,67 0,35 2,06 1,74


w

Kuintil 4 28,40 14,67 0,39 1,78 1,71


w

Kuinitl 5 47,41 16,86 0,56 1,71 2,38


w

Indonesia 26,56 12,34 0,39 2,18 1,68


://
s
tp
ht
Tabel 7.20 (Lanjutan)

Dibuang ke
Dibuang
Karakteristik Sungai/Selokan/ Dibakar Ditimbun Lainnya
Sembarangan
Saluran Air
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 5,21 47,91 7,41 3,57 0,96
Perdesaan 11,70 87,21 20,29 12,46 1,04

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang
Ditamatkan KRT
Tidak/Belum Pernah 11,10 79,52 16,23 11,90 1,04
Sekolah
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 10,30 75,28 15,24 9,16 1,02
SMP/Sederajat 7,97 67,82 13,80 6,74 1,14

id
SM/Sederajat 5,42 53,17 9,83 5,02 0,95
Perguruan Tinggi 3,91 38,71 8,18 3,07 0,67

o.
Status Ekonomi
Kuintil 1 10,67 78,96
.g 15,33 10,94 1,13
ps
Kuintil 2 9,47 74,24 14,85 8,93 0,92
Kuintil 3 8,35 70,49 14,54 7,90 1,04
.b

Kuintil 4 7,59 63,30 12,48 6,17 1,11


w

Kuinitl 5 5,02 44,07 8,74 4,26 0,81


w

Indonesia 7,96 64,54 12,86 7,33 0,99


w

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


s ://
tp
ht
Tabel 7.21
Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Diangkut Petugas
atau Dibuang ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menurut Provinsi dan
Frekuensi Sampah Diangkut Petugas atau Dibuang ke TPS Dalam Seminggu, 2022

7 Kali atau
Provinsi 1-2 Kali 3-4 Kali 5-6 Kali
Lebih
(1) (2) (3) (4) (5)

Aceh 38,83 30,74 9,77 20,66


Sumatera Utara 33,70 33,58 7,71 25,01
Sumatera Barat 21,46 36,85 4,88 36,81
Riau 40,19 32,80 3,23 23,78
Jambi 21,96 21,54 6,85 49,66
Sumatera Selatan 33,49 30,56 3,27 32,68
Bengkulu 22,68 40,69 7,84 28,79
Lampung 31,49 44,08 6,33 18,10
Kep. Bangka Belitung 43,73 32,20 11,35 12,71

id
Kep. Riau 57,62 25,99 1,31 15,08

o.
DKI Jakarta 17,54 42,74 7,35 32,37

.g
Jawa Barat 58,12 26,52 3,55 11,81
Jawa Tengah 48,16 29,55 4,62 17,67
ps
DI Yogyakarta 36,60 30,80 17,30 15,30
Jawa Timur 23,73 40,00 5,93 30,34
.b

Banten 33,27 35,25 NA 29,55


w

Bali 43,71 30,40 3,85 22,04


w

Nusa Tenggara Barat 57,42 22,70 6,33 13,55


w

Nusa Tenggara Timur 73,77 9,65 NA 8,39


://

Kalimantan Barat 18,40 39,60 9,79 32,21


s

Kalimantan Tengah 36,41 38,55 4,46 20,58


tp

Kalimantan Selatan 36,30 37,56 4,36 21,77


ht

Kalimantan Timur 13,76 25,28 11,04 49,92


Kalimantan Utara 21,10 12,26 13,89 52,75

Sulawesi Utara 37,01 29,92 13,67 19,39


Sulawesi Tengah 50,06 19,94 NA 28,03
Sulawesi Selatan 33,78 22,26 3,79 40,18
Sulawesi Tenggara 22,80 36,88 2,32 37,99
Gorontalo 49,48 29,17 NA 18,07
Sulawesi Barat 42,41 36,20 NA 20,35

Maluku 19,90 28,88 19,41 31,81


Maluku Utara 28,84 40,58 7,14 23,44

Papua Barat 45,46 26,65 9,67 18,22


Papua 37,91 37,09 9,01 15,98

Indonesia 38,59 32,31 5,55 23,55

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.22
Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Diangkut Petugas atau Dibuang
ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menurut Karakteristik
dan Frekuensi Sampah Diangkut Petugas atau Dibuang ke TPS Dalam Seminggu, 2022

7 Kali atau
Karakteristik 1-2 Kali 3-4 Kali 5-6 Kali
Lebih
(1) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 36,73 33,40 5,60 24,27
Perdesaan 55,76 22,19 5,08 16,97

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
41,63 29,95 4,15 24,27
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 42,52 30,42 5,32 21,74

id
SMP/Sederajat 39,97 31,93 5,14 22,97

o.
SM/Sederajat 37,08 33,44 5,84 23,64

.g
Perguruan Tinggi 35,56 32,95 5,98 25,52
ps
Status Ekonomi
Kuintil 1 49,41 26,86 4,36 19,36
.b

Kuintil 2 46,07 28,30 4,94 20,69


Kuintil 3 39,27 32,44 5,31 22,99
w

Kuintil 4 39,04 32,53 5,84 22,60


w

Kuinitl 5 33,64 34,44 5,89 26,03


w
://

Indonesia 38,59 32,31 5,55 23,55


s

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht
Tabel 7.23
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan
Saluran Pembuangan Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022

Ya, Saluran Tertutup


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 31,68 2,12 6,69 27,52 35,84


Sumatera Utara 38,86 2,03 5,21 34,89 42,83
Sumatera Barat 45,98 2,62 5,71 40,83 51,12
Riau 31,48 2,83 8,98 25,94 37,02
Jambi 26,06 2,68 10,27 20,82 31,31
Sumatera Selatan 17,80 1,72 9,65 14,43 21,17
Bengkulu 38,39 3,16 8,23 32,20 44,58
Lampung 26,40 2,03 7,67 22,43 30,37
Kep. Bangka Belitung 35,45 3,76 10,59 28,09 42,82

id
Kep. Riau 41,81 4,20 10,05 33,57 50,05

o.
DKI Jakarta 76,80 3,61 4,70 69,72 83,88
Jawa Barat 64,01 1,71
.g
2,67 60,65 67,36
ps
Jawa Tengah 49,87 1,50 3,01 46,93 52,81
DI Yogyakarta 67,55 3,22 4,77 61,23 73,86
.b

Jawa Timur 46,32 1,46 3,15 43,46 49,19


Banten 47,55 3,61 7,58 40,48 54,62
w
w

Bali 62,81 3,23 5,15 56,47 69,15


w

Nusa Tenggara Barat 48,14 3,13 6,49 42,01 54,26


Nusa Tenggara Timur 9,21 1,38 15,01 6,50 11,92
://

Kalimantan Barat 9,11 1,40 15,34 6,37 11,85


s
tp

Kalimantan Tengah 13,34 2,01 15,06 9,40 17,27


Kalimantan Selatan 16,33 2,30 14,07 11,83 20,83
ht

Kalimantan Timur 24,74 3,29 13,29 18,29 31,18


Kalimantan Utara 22,37 4,87 21,76 12,83 31,91

Sulawesi Utara 19,58 2,11 10,78 15,44 23,71


Sulawesi Tengah 16,82 2,03 12,09 12,83 20,81
Sulawesi Selatan 28,27 2,22 7,87 23,91 32,63
Sulawesi Tenggara 34,64 3,14 9,07 28,48 40,80
Gorontalo 21,76 2,76 12,70 16,35 27,18
Sulawesi Barat 22,23 3,46 15,57 15,44 29,01

Maluku 24,04 3,26 13,57 17,64 30,44


Maluku Utara 18,70 3,35 17,91 12,13 25,27

Papua Barat 17,54 3,03 17,27 11,61 23,48


Papua 12,00 1,78 14,83 8,51 15,49

Indonesia 44,45 0,55 1,24 43,37 45,53


Tabel 7.23 (Lanjutan)

Ya, Saluran Terbuka


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 53,17 2,29 4,31 48,68 57,67


Sumatera Utara 49,99 2,06 4,11 45,96 54,02
Sumatera Barat 43,57 2,67 6,13 38,33 48,81
Riau 54,54 3,05 5,59 48,56 60,51
Jambi 57,02 3,08 5,41 50,98 63,07
Sumatera Selatan 66,35 2,27 3,43 61,89 70,81
Bengkulu 47,11 3,22 6,84 40,79 53,42
Lampung 66,65 2,20 3,30 62,33 70,97
Kep. Bangka Belitung 48,73 3,94 8,08 41,01 56,44
Kep. Riau 47,15 4,05 8,59 39,21 55,09

DKI Jakarta 22,47 3,62 16,13 15,36 29,57

id
Jawa Barat 31,26 1,67 5,33 27,99 34,52

o.
Jawa Tengah 41,15 1,42 3,46 38,36 43,94

.g
DI Yogyakarta 21,77 2,69 12,37 16,50 27,05
Jawa Timur 41,14 1,43 3,48 38,33 43,95
ps
Banten 45,03 3,71 8,24 37,76 52,31
.b

Bali 31,73 3,20 10,09 25,45 38,01


Nusa Tenggara Barat 32,45 2,54 7,83 27,47 37,42
w

Nusa Tenggara Timur 21,85 1,81 8,30 18,30 25,41


w
w

Kalimantan Barat 61,38 2,66 4,33 56,16 66,59


Kalimantan Tengah 47,32 3,48 7,36 40,50 54,15
://

Kalimantan Selatan 30,72 2,75 8,95 25,33 36,12


s

Kalimantan Timur 48,54 3,62 7,46 41,44 55,63


tp

Kalimantan Utara 55,09 5,78 10,49 43,76 66,42


ht

Sulawesi Utara 64,32 2,48 3,85 59,46 69,17


Sulawesi Tengah 58,19 2,85 4,90 52,60 63,78
Sulawesi Selatan 50,95 2,24 4,41 46,55 55,35
Sulawesi Tenggara 48,37 3,38 6,99 41,75 55,00
Gorontalo 50,91 3,38 6,64 44,29 57,54
Sulawesi Barat 55,13 3,65 6,62 47,98 62,29

Maluku 34,79 3,35 9,64 28,21 41,36


Maluku Utara 47,65 3,77 7,91 40,26 55,04

Papua Barat 56,55 3,93 6,94 48,85 64,24


Papua 32,48 2,56 7,88 27,47 37,50

Indonesia 41,84 0,55 1,31 40,77 42,92


Tabel 7.23 (Lanjutan)

Tanpa Saluran
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 15,15 1,65 10,88 11,92 18,38


Sumatera Utara 11,15 1,07 9,62 9,05 13,26
Sumatera Barat 10,46 1,44 13,81 7,63 13,29
Riau 13,99 2,40 17,14 9,29 18,68
Jambi 16,91 2,18 12,90 12,64 21,19
Sumatera Selatan 15,85 1,84 11,60 12,25 19,45
Bengkulu 14,51 2,09 14,39 10,41 18,60
Lampung 6,95 0,91 13,16 5,16 8,75
Kep. Bangka Belitung 15,82 2,33 14,71 11,26 20,38
Kep. Riau 11,04 1,91 17,27 7,30 14,78

DKI Jakarta NA NA 51,902 NA NA

id
Jawa Barat 4,74 0,55 11,53 3,67 5,81

o.
Jawa Tengah 8,98 0,77 8,54 7,48 10,48

.g
DI Yogyakarta 10,68 2,07 19,39 6,62 14,74
Jawa Timur 12,54 0,94 7,48 10,70 14,38
ps
Banten 7,42 1,56 20,98 4,37 10,47
.b

Bali 5,46 1,11 20,39 3,28 7,64


Nusa Tenggara Barat 19,42 2,50 12,88 14,52 24,32
w

Nusa Tenggara Timur 68,94 2,09 3,03 64,84 73,03


w
w

Kalimantan Barat 29,51 2,50 8,48 24,61 34,42


Kalimantan Tengah 39,34 3,41 8,68 32,64 46,03
://

Kalimantan Selatan 52,94 3,37 6,37 46,33 59,56


s

Kalimantan Timur 26,73 3,31 12,39 20,24 33,22


tp

Kalimantan Utara 22,54 4,25 18,84 14,22 30,86


ht

Sulawesi Utara 16,11 1,78 11,05 12,62 19,60


Sulawesi Tengah 24,99 2,47 9,87 20,16 29,82
Sulawesi Selatan 20,78 1,92 9,26 17,01 24,55
Sulawesi Tenggara 16,99 2,08 12,25 12,91 21,06
Gorontalo 27,32 2,83 10,36 21,78 32,87
Sulawesi Barat 22,64 3,37 14,88 16,04 29,24

Maluku 41,17 3,59 8,72 34,14 48,21


Maluku Utara 33,65 3,74 11,11 26,32 40,98

Papua Barat 25,91 2,96 11,43 20,10 31,72


Papua 55,51 2,72 4,90 50,18 60,84

Indonesia 13,70 0,30 2,16 13,12 14,28

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7. 24
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Tempat Pembuangan Akhir
Air Limbah/Mandi/Dapur/Cuci, 2022

Tangki Septik
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 13,26 1,60 12,07 10,13 16,40


Sumatera Utara 10,72 1,19 11,13 8,38 13,06
Sumatera Barat 14,99 2,12 14,11 10,84 19,14
Riau 11,82 2,09 17,67 7,72 15,91
Jambi 7,69 1,63 21,13 4,51 10,88
Sumatera Selatan 6,69 1,34 20,02 4,06 9,31
Bengkulu 2,50 0,68 27,371 1,16 3,84
Lampung 4,65 1,09 23,40 2,52 6,78
Kep. Bangka Belitung 11,21 2,26 20,15 6,78 15,63

id
Kep. Riau 7,90 2,20 27,901 3,58 12,22

o.
DKI Jakarta 13,83 2,35 17,00 9,22 18,45
Jawa Barat 14,37 1,13
.g
7,88 12,15 16,59
ps
Jawa Tengah 11,44 0,88 7,67 9,72 13,16
DI Yogyakarta 35,67 3,59 10,06 28,64 42,70
.b

Jawa Timur 14,82 1,04 7,05 12,77 16,87


Banten 11,56 1,83 15,83 7,97 15,14
w
w

Bali 20,87 3,09 14,79 14,82 26,92


w

Nusa Tenggara Barat 12,81 1,75 13,67 9,38 16,24


Nusa Tenggara Timur 4,76 1,04 21,93 2,71 6,81
://

Kalimantan Barat 2,83 0,71 24,98 1,44 4,21


s
tp

Kalimantan Tengah 6,92 1,79 25,871 3,41 10,43


Kalimantan Selatan 9,10 1,87 20,52 5,44 12,75
ht

Kalimantan Timur 10,81 2,71 25,111 5,49 16,13


Kalimantan Utara 3,28 1,43 43,571 0,48 6,07

Sulawesi Utara 7,41 1,34 18,13 4,77 10,04


Sulawesi Tengah 7,59 1,32 17,44 4,99 10,18
Sulawesi Selatan 4,46 0,65 14,53 3,19 5,73
Sulawesi Tenggara 15,80 2,78 17,58 10,36 21,25
Gorontalo 11,68 3,09 26,491 5,62 17,74
Sulawesi Barat 3,98 1,36 34,071 1,32 6,64

Maluku 11,15 2,92 26,211 5,42 16,87


Maluku Utara 9,36 2,08 22,24 5,28 13,44

Papua Barat 9,53 2,02 21,18 5,57 13,49


Papua 5,81 1,33 22,93 3,20 8,42

Indonesia 11,98 0,36 3,00 11,28 12,69


Tabel 7.24 (Lanjutan)

IPAL
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 1,78 0,61 34,051 0,59 2,97


Sumatera Utara 1,34 0,61 45,771 0,14 2,54
Sumatera Barat 0,70 0,27 37,961 0,18 1,22
Riau NA NA 50,492 NA NA
Jambi NA NA 53,242 NA NA
Sumatera Selatan 0,36 0,14 37,531 0,10 0,62
Bengkulu 0,77 0,35 44,691 0,10 1,45
Lampung 0,55 0,21 38,481 0,14 0,97
Kep. Bangka Belitung NA NA 62,752 NA NA
Kep. Riau NA NA 51,092 NA NA

DKI Jakarta 8,03 2,23 27,751 3,66 12,40

id
Jawa Barat 1,53 0,38 24,95 0,78 2,27

o.
Jawa Tengah 0,80 0,20 25,081 0,41 1,19

.g
DI Yogyakarta 8,14 1,79 21,94 4,64 11,65
Jawa Timur 0,80 0,20 24,56 0,41 1,18
ps
Banten NA NA 85,842 NA NA
.b

Bali NA NA 56,842 NA NA
Nusa Tenggara Barat NA NA 100,002 NA NA
w

Nusa Tenggara Timur NA NA 54,512 NA NA


w
w

Kalimantan Barat NA NA 100,202 NA NA


Kalimantan Tengah NA NA 70,782 NA NA
://

Kalimantan Selatan NA NA 75,192 NA NA


s

Kalimantan Timur NA NA 60,802 NA NA


tp

Kalimantan Utara NA NA 100,242 NA NA


ht

Sulawesi Utara 0,26 0,12 45,541 0,03 0,50


Sulawesi Tengah 0,28 0,14 47,661 0,02 0,55
Sulawesi Selatan 0,75 0,25 33,181 0,26 1,24
Sulawesi Tenggara 0,00 0,00 - 0,00 0,00
Gorontalo NA NA 62,132 NA NA
Sulawesi Barat NA NA 79,162 NA NA

Maluku NA NA 62,192 NA NA
Maluku Utara NA NA 84,692 NA NA

Papua Barat NA NA 57,932 NA NA


Papua NA NA 65,002 NA NA

Indonesia 1,24 0,13 10,69 0,98 1,50


Tabel 7.24 (lanjutan)

Kolam/Sawah/Sungai/Danau/Laut
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 9,65 1,17 12,10 7,36 11,94


Sumatera Utara 11,33 1,09 9,61 9,20 13,46
Sumatera Barat 29,49 2,42 8,20 24,75 34,23
Riau 11,49 1,80 15,65 7,97 15,02
Jambi 14,58 2,32 15,90 10,03 19,12
Sumatera Selatan 17,76 2,09 11,74 13,67 21,84
Bengkulu 10,81 1,71 15,78 7,47 14,16
Lampung 9,26 1,42 15,38 6,47 12,05
Kep. Bangka Belitung 3,67 1,16 31,491 1,40 5,93
Kep. Riau 7,72 1,66 21,44 4,48 10,97

DKI Jakarta 6,46 2,00 30,971 2,54 10,39

id
Jawa Barat 26,98 1,62 6,00 23,81 30,15

o.
Jawa Tengah 19,77 1,19 6,03 17,44 22,11

.g
DI Yogyakarta 8,79 1,95 22,24 4,96 12,62
Jawa Timur 11,99 0,91 7,61 10,20 13,78
ps
Banten 15,70 3,01 19,20 9,79 21,60
.b

Bali 8,35 2,16 25,891 4,11 12,59


Nusa Tenggara Barat 14,14 2,16 15,27 9,91 18,37
w

Nusa Tenggara Timur 2,20 0,55 25,231 1,11 3,29


w
w

Kalimantan Barat 19,31 2,12 10,99 15,15 23,47


Kalimantan Tengah 22,41 2,93 13,09 16,66 28,16
://

Kalimantan Selatan 24,69 2,84 11,49 19,13 30,25


s

Kalimantan Timur 11,65 2,02 17,32 7,69 15,60


tp

Kalimantan Utara 19,95 5,22 26,161 9,72 30,18


ht

Sulawesi Utara 5,91 1,08 18,30 3,79 8,03


Sulawesi Tengah 12,73 2,26 17,75 8,30 17,17
Sulawesi Selatan 9,09 1,22 13,44 6,70 11,49
Sulawesi Tenggara 7,87 1,21 15,39 5,49 10,24
Gorontalo 11,50 2,60 22,58 6,41 16,60
Sulawesi Barat 18,21 3,92 21,54 10,52 25,90

Maluku 10,81 2,13 19,66 6,64 14,98


Maluku Utara 9,78 2,35 24,00 5,18 14,38

Papua Barat 11,48 1,98 17,23 7,60 15,36


Papua 9,69 1,64 16,93 6,47 12,90

Indonesia 16,13 0,45 2,77 15,25 17,01


Tabel 7.24 (lanjutan)

Lubang Tanah
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Aceh 21,07 2,04 9,67 17,07 25,06


Sumatera Utara 21,32 1,64 7,71 18,10 24,55
Sumatera Barat 17,46 1,96 11,22 13,62 21,30
Riau 25,52 2,61 10,24 20,40 30,64
Jambi 34,11 3,01 8,82 28,21 40,01
Sumatera Selatan 21,27 2,20 10,36 16,95 25,59
Bengkulu 32,41 3,11 9,59 26,31 38,50
Lampung 49,31 2,63 5,34 44,15 54,47
Kep. Bangka Belitung 21,99 3,28 14,91 15,56 28,42
Kep. Riau 5,33 1,46 27,441 2,46 8,19

DKI Jakarta 2,31 1,09 46,941 0,18 4,44

id
Jawa Barat 12,18 1,24 10,17 9,75 14,61

o.
Jawa Tengah 16,82 1,13 6,70 14,61 19,03

.g
DI Yogyakarta 12,54 2,65 21,11 7,35 17,73
Jawa Timur 20,74 1,19 5,74 18,40 23,07
ps
Banten 15,99 2,77 17,35 10,55 21,43
.b

Bali 5,75 1,38 23,95 3,05 8,45


Nusa Tenggara Barat 10,00 1,53 15,35 6,99 13,00
w

Nusa Tenggara Timur 20,56 2,09 10,17 16,46 24,66


w
w

Kalimantan Barat 17,21 2,21 12,86 12,87 21,54


Kalimantan Tengah 19,49 2,49 12,80 14,60 24,38
://

Kalimantan Selatan 29,93 3,02 10,09 24,01 35,86


s

Kalimantan Timur 11,89 2,06 17,34 7,85 15,93


tp

Kalimantan Utara 10,59 3,20 30,191 4,32 16,86


ht

Sulawesi Utara 13,13 1,66 12,67 9,87 16,39


Sulawesi Tengah 30,45 2,93 9,63 24,70 36,20
Sulawesi Selatan 17,98 1,63 9,05 14,79 21,16
Sulawesi Tenggara 26,79 2,56 9,57 21,77 31,82
Gorontalo 17,21 2,96 17,22 11,40 23,01
Sulawesi Barat 22,14 3,83 17,30 14,63 29,65

Maluku 25,57 3,64 14,25 18,43 32,72


Maluku Utara 15,84 3,03 19,10 9,91 21,77

Papua Barat 12,56 2,19 17,42 8,27 16,85


Papua 28,45 2,90 10,20 22,76 34,14

Indonesia 18,15 0,42 2,33 17,33 18,98


Tabel 7.24 (lanjutan)

Pantai/Tanah Lapang/Kebun
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Aceh 9,91 1,47 14,83 7,03 12,79


Sumatera Utara 8,14 0,77 9,52 6,62 9,66
Sumatera Barat 13,08 1,92 14,71 9,31 16,85
Riau 14,01 2,17 15,50 9,75 18,26
Jambi 15,28 2,38 15,60 10,61 19,96
Sumatera Selatan 10,77 1,45 13,48 7,93 13,62
Bengkulu 17,14 2,42 14,14 12,39 21,89
Lampung 8,53 1,28 15,01 6,02 11,03
Kep. Bangka Belitung 22,12 3,12 14,12 16,00 28,24
Kep. Riau 8,82 1,64 18,62 5,60 12,04

DKI Jakarta 0,64 0,24 37,661 0,17 1,11

id
Jawa Barat 2,59 0,32 12,27 1,97 3,21

o.
Jawa Tengah 12,73 0,98 7,73 10,80 14,66

.g
DI Yogyakarta 16,87 2,53 14,98 11,92 21,82
Jawa Timur 14,61 0,97 6,67 12,70 16,52
ps
Banten 6,29 1,30 20,69 3,74 8,84
.b

Bali 18,33 2,26 12,34 13,89 22,76


Nusa Tenggara Barat 18,36 2,42 13,18 13,62 23,11
w

Nusa Tenggara Timur 63,92 2,36 3,69 59,29 68,54


w
w

Kalimantan Barat 25,88 2,25 8,69 21,47 30,29


Kalimantan Tengah 20,97 2,32 11,06 16,43 25,52
://

Kalimantan Selatan 19,04 2,09 10,98 14,94 23,14


s

Kalimantan Timur 17,92 2,85 15,90 12,34 23,50


tp

Kalimantan Utara 11,75 3,33 28,381 5,21 18,28


ht

Sulawesi Utara 11,47 1,64 14,28 8,26 14,68


Sulawesi Tengah 14,01 2,02 14,39 10,06 17,96
Sulawesi Selatan 23,09 2,14 9,28 18,89 27,29
Sulawesi Tenggara 19,79 2,37 12,00 15,13 24,44
Gorontalo 29,14 3,69 12,68 21,90 36,39
Sulawesi Barat 22,46 4,10 18,25 14,42 30,49

Maluku 27,45 2,93 10,68 21,70 33,19


Maluku Utara 26,21 3,31 12,63 19,72 32,69

Papua Barat 19,46 2,45 12,57 14,66 24,25


Papua 28,85 2,87 9,96 23,22 34,48

Indonesia 12,44 0,29 2,31 11,87 13,00

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7. 25
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keberadaan Got/Selokan
di Sekitar Rumah, 2022

Ya, Got/Selokan Tertutup


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 12,36 1,38 11,18 9,65 15,07


Sumatera Utara 15,32 1,54 10,06 12,30 18,34
Sumatera Barat 9,90 1,28 12,98 7,38 12,42
Riau 7,99 1,41 17,70 5,22 10,77
Jambi 6,17 1,20 19,39 3,83 8,52
Sumatera Selatan 6,62 1,02 15,36 4,63 8,62
Bengkulu 9,68 1,80 18,60 6,15 13,22
Lampung 7,81 1,33 17,09 5,19 10,43
Kep. Bangka Belitung 4,56 1,47 32,191 1,68 7,44

id
Kep. Riau 15,20 2,86 18,80 9,60 20,80

o.
DKI Jakarta 63,57 3,56 5,60 56,59 70,54
Jawa Barat 24,55 1,50
.g
6,10 21,61 27,49
ps
Jawa Tengah 13,67 0,84 6,17 12,02 15,32
DI Yogyakarta 22,08 3,29 14,92 15,62 28,54
.b

Jawa Timur 23,41 1,32 5,64 20,82 25,99


Banten 32,08 3,29 10,25 25,63 38,53
w
w

Bali 32,04 3,40 10,62 25,37 38,72


w

Nusa Tenggara Barat 17,38 2,52 14,50 12,44 22,32


Nusa Tenggara Timur 1,70 0,48 28,401 0,75 2,64
://

Kalimantan Barat 4,85 1,31 26,911 2,29 7,41


s
tp

Kalimantan Tengah 4,00 0,90 22,53 2,24 5,77


Kalimantan Selatan 5,55 1,08 19,56 3,42 7,67
ht

Kalimantan Timur 13,22 2,22 16,80 8,87 17,58


Kalimantan Utara 2,56 1,10 42,771 0,41 4,71

Sulawesi Utara 9,98 1,64 16,40 6,77 13,18


Sulawesi Tengah 4,66 1,08 23,25 2,54 6,79
Sulawesi Selatan 11,23 1,80 16,02 7,70 14,75
Sulawesi Tenggara 6,88 1,35 19,65 4,23 9,53
Gorontalo 7,52 1,79 23,82 4,01 11,03
Sulawesi Barat 1,75 0,60 34,411 0,57 2,94

Maluku 3,98 1,03 25,811 1,97 5,99


Maluku Utara 7,31 2,08 28,511 3,22 11,39

Papua Barat 6,24 1,73 27,661 2,86 9,63


Papua 4,34 0,88 20,35 2,61 6,07

Indonesia 18,78 0,46 2,45 17,88 19,68


Tabel 7.25 (Lanjutan)

Tanpa Got/Selokan
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 34,91 2,28 6,54 30,43 39,38


Sumatera Utara 35,02 1,86 5,32 31,37 38,67
Sumatera Barat 52,11 2,86 5,49 46,51 57,72
Riau 43,29 3,11 7,18 37,20 49,38
Jambi 52,44 3,31 6,31 45,95 58,92
Sumatera Selatan 34,79 2,64 7,60 29,61 39,97
Bengkulu 45,63 3,35 7,34 39,06 52,19
Lampung 33,84 2,52 7,44 28,90 38,77
Kep. Bangka Belitung 38,10 3,91 10,27 30,43 45,77
Kep. Riau 21,54 3,79 17,58 14,12 28,96

DKI Jakarta 5,36 1,55 28,991 2,31 8,40

id
Jawa Barat 31,66 1,68 5,30 28,38 34,95

o.
Jawa Tengah 35,34 1,48 4,17 32,45 38,24

.g
DI Yogyakarta 52,63 3,83 7,28 45,12 60,14
Jawa Timur 38,51 1,56 4,05 35,45 41,56
ps
Banten 27,71 3,04 10,96 21,76 33,66
.b

Bali 20,01 2,46 12,29 15,19 24,83


Nusa Tenggara Barat 36,20 2,99 8,27 30,33 42,07
w

Nusa Tenggara Timur 81,68 1,77 2,17 78,21 85,14


w
w

Kalimantan Barat 46,53 2,83 6,09 40,98 52,08


Kalimantan Tengah 51,47 3,66 7,11 44,30 58,64
://

Kalimantan Selatan 73,29 2,76 3,76 67,88 78,69


s

Kalimantan Timur 36,72 3,34 9,10 30,17 43,27


tp

Kalimantan Utara 35,89 6,02 16,78 24,08 47,69


ht

Sulawesi Utara 23,96 2,28 9,53 19,48 28,43


Sulawesi Tengah 45,42 3,05 6,72 39,44 51,41
Sulawesi Selatan 34,22 2,23 6,51 29,86 38,59
Sulawesi Tenggara 50,30 3,34 6,64 43,76 56,85
Gorontalo 49,62 4,47 9,00 40,87 58,37
Sulawesi Barat 41,44 4,44 10,72 32,73 50,16

Maluku 62,84 3,75 5,97 55,48 70,19


Maluku Utara 44,67 3,95 8,83 36,93 52,40

Papua Barat 35,23 3,34 9,47 28,69 41,76


Papua 60,11 2,95 4,91 54,33 65,89

Indonesia 36,71 0,54 1,48 35,65 37,77

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 7.26
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Keadaan Aliran Got/Selokan
di Sekitar Rumah, 2022

Lancar
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 74,18 2,67 3,60 68,95 79,41


Sumatera Utara 68,85 2,90 4,21 63,16 74,54
Sumatera Barat 81,06 3,03 3,73 75,13 86,99
Riau 72,34 3,90 5,39 64,70 79,99
Jambi 78,13 3,40 4,36 71,46 84,80
Sumatera Selatan 78,39 2,92 3,73 72,67 84,12
Bengkulu 85,33 2,94 3,45 79,56 91,09
Lampung 82,09 2,44 2,97 77,31 86,87
Kep. Bangka Belitung 93,71 1,82 1,94 90,15 97,27

id
Kep. Riau 88,47 3,13 3,54 82,34 94,61

o.
DKI Jakarta 85,70 4,47 5,21 76,94 94,46
Jawa Barat 77,37 2,24
.g
2,89 72,99 81,75
ps
Jawa Tengah 85,50 1,38 1,62 82,79 88,21
DI Yogyakarta 89,93 4,27 4,75 81,56 98,30
.b

Jawa Timur 84,52 1,71 2,03 81,16 87,88


Banten 75,57 4,42 5,85 66,90 84,23
w
w

Bali 86,36 2,69 3,12 81,08 91,65


w

Nusa Tenggara Barat 73,47 4,41 6,00 64,83 82,10


Nusa Tenggara Timur 78,30 3,70 4,73 71,04 85,55
://

Kalimantan Barat 68,05 3,65 5,36 60,90 75,20


s
tp

Kalimantan Tengah 72,89 4,52 6,21 64,02 81,76


Kalimantan Selatan 76,77 4,39 5,72 68,16 85,39
ht

Kalimantan Timur 74,57 3,83 5,13 67,07 82,07


Kalimantan Utara 80,45 6,02 7,48 68,65 92,25

Sulawesi Utara 89,16 1,90 2,13 85,43 92,89


Sulawesi Tengah 76,78 3,47 4,52 69,97 83,59
Sulawesi Selatan 74,01 2,34 3,17 69,41 78,60
Sulawesi Tenggara 74,39 4,18 5,62 66,19 82,58
Gorontalo 81,31 4,93 6,06 71,65 90,97
Sulawesi Barat 71,77 4,89 6,82 62,18 81,36

Maluku 82,31 3,70 4,49 75,06 89,56


Maluku Utara 76,94 3,74 4,86 69,61 84,28

Papua Barat 70,54 4,67 6,62 61,38 79,70


Papua 63,69 4,15 6,52 55,55 71,83

Indonesia 79,37 0,67 0,84 78,06 80,67


Tabel 7.26 (Lanjutan)

Mengalir Lambat
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 22,91 2,53 11,06 17,94 27,88


Sumatera Utara 25,63 2,52 9,83 20,69 30,57
Sumatera Barat 16,53 2,47 14,97 11,68 21,39
Riau 22,76 3,36 14,76 16,17 29,34
Jambi 20,91 3,34 15,99 14,36 27,46
Sumatera Selatan 20,13 2,77 13,78 14,69 25,56
Bengkulu 13,24 2,83 21,40 7,69 18,80
Lampung 15,52 2,21 14,26 11,18 19,86
Kep. Bangka Belitung 5,13 1,61 31,33 1,98 8,29
Kep. Riau 11,22 3,10 27,64 5,14 17,30

DKI Jakarta 14,05 4,45 31,70 5,32 22,79

id
Jawa Barat 17,79 1,91 10,72 14,05 21,53

o.
Jawa Tengah 12,64 1,29 10,20 10,11 15,17

.g
DI Yogyakarta 9,39 4,18 44,54 1,19 17,59
Jawa Timur 14,78 1,67 11,31 11,50 18,05
ps
Banten 22,25 4,37 19,64 13,68 30,81
.b

Bali 11,53 2,35 20,36 6,93 16,13


Nusa Tenggara Barat 20,88 3,56 17,05 13,90 27,86
w

Nusa Tenggara Timur 13,96 2,88 20,61 8,32 19,60


w
w

Kalimantan Barat 26,55 3,46 13,04 19,76 33,34


Kalimantan Tengah 23,59 4,08 17,28 15,60 31,58
://

Kalimantan Selatan 18,59 3,92 21,11 10,89 26,28


s

Kalimantan Timur 22,48 3,65 16,22 15,33 29,63


tp

Kalimantan Utara 15,07 4,61 30,61 6,02 24,11


ht

Sulawesi Utara 9,76 1,78 18,18 6,28 13,24


Sulawesi Tengah 20,50 3,38 16,49 13,87 27,13
Sulawesi Selatan 20,75 2,08 10,01 16,68 24,83
Sulawesi Tenggara 18,13 3,30 18,18 11,67 24,60
Gorontalo 13,22 3,42 25,92 6,50 19,93
Sulawesi Barat 24,14 4,59 19,00 15,15 33,13

Maluku 15,85 3,58 22,59 8,83 22,87


Maluku Utara 19,25 3,45 17,92 12,49 26,01

Papua Barat 25,06 4,42 17,65 16,39 33,74


Papua 31,07 3,69 11,86 23,85 38,30

Indonesia 17,60 0,60 3,41 16,42 18,77


Tabel 7.26 (Lanjutan)

Tergenang
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (8) (9) (10)

Aceh 2,91 0,79 26,99 1,37 4,45


Sumatera Utara 5,52 1,08 19,55 3,41 7,64
Sumatera Barat 2,40 1,18 49,18 0,09 4,72
Riau 4,90 1,55 31,73 1,85 7,95
Jambi 0,96 0,47 49,17 0,03 1,89
Sumatera Selatan 1,48 0,65 43,88 0,21 2,75
Bengkulu 1,43 0,65 45,07 0,17 2,70
Lampung 2,39 0,76 31,76 0,90 3,87
Kep. Bangka Belitung 1,16 0,49 42,67 0,19 2,12
Kep. Riau 0,30 0,17 54,67 -0,02 0,63

DKI Jakarta 0,24 0,18 72,47 -0,10 0,59

id
Jawa Barat 4,84 1,27 26,24 2,35 7,33

o.
Jawa Tengah 1,86 0,47 25,23 0,94 2,78

.g
DI Yogyakarta 0,68 0,51 75,34 -0,32 1,69
Jawa Timur 0,70 0,19 26,63 0,34 1,07
ps
Banten 2,19 0,74 33,93 0,73 3,64
.b

Bali 2,11 0,85 40,18 0,45 3,76


Nusa Tenggara Barat 5,66 1,91 33,74 1,91 9,40
w

Nusa Tenggara Timur 7,75 2,45 31,61 2,95 12,54


w
w

Kalimantan Barat 5,40 2,20 40,71 1,09 9,71


Kalimantan Tengah 3,52 0,87 24,84 1,81 5,23
://

Kalimantan Selatan 4,64 2,08 44,89 0,56 8,73


s

Kalimantan Timur 2,95 0,95 32,35 1,08 4,82


tp

Kalimantan Utara 4,48 2,43 54,32 -0,29 9,25


ht

Sulawesi Utara 1,08 0,41 37,83 0,28 1,88


Sulawesi Tengah 2,72 0,82 30,13 1,11 4,32
Sulawesi Selatan 5,24 1,12 21,44 3,04 7,44
Sulawesi Tenggara 7,48 2,73 36,47 2,13 12,83
Gorontalo 5,47 2,16 39,40 1,25 9,70
Sulawesi Barat 4,09 1,46 35,71 1,23 6,95

Maluku 1,84 0,95 51,85 -0,03 3,71


Maluku Utara 3,81 1,36 35,63 1,15 6,46

Papua Barat 4,39 1,75 39,87 0,96 7,83


Papua 5,24 1,51 28,75 2,29 8,19

Indonesia 3,03 0,28 9,39 2,48 3,59

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7. 27
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Jalan di Sekitar Rumahnya Pernah Tergenang Air
Lebih dari 30 cm Setelah Dua Jam Hujan Berhenti Dalam Setahun Terakhir Menurut Provinsi, 2022

Standard 95% Confidence interval


Provinsi Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 3,44 0,85 24,63 1,78 5,10


Sumatera Utara 2,99 0,75 24,95 1,53 4,46
Sumatera Barat 3,25 1,28 39,481 0,73 5,77
Riau 3,34 0,93 27,951 1,51 5,17
Jambi 1,68 0,44 26,411 0,81 2,56
Sumatera Selatan 2,27 0,98 43,371 0,34 4,20
Bengkulu 2,99 0,95 31,641 1,14 4,84
Lampung 1,57 0,63 40,321 0,33 2,81
Kep. Bangka Belitung 2,31 1,06 45,671 0,24 4,38
Kep. Riau 7,95 3,16 39,771 1,75 14,14

id
DKI Jakarta 5,36 2,57 48,041 0,31 10,41

o.
Jawa Barat 2,06 0,50 24,03 1,09 3,03

.g
Jawa Tengah 2,82 0,52 18,51 1,79 3,84
DI Yogyakarta NA NA 96,202 NA NA
ps
Jawa Timur 2,72 0,55 20,04 1,65 3,79
Banten 4,49 1,55 34,561 1,45 7,53
.b
w

Bali 1,14 0,42 36,411 0,33 1,96


Nusa Tenggara Barat 3,99 1,26 31,531 1,52 6,46
w

Nusa Tenggara Timur 1,67 0,52 30,991 0,66 2,69


w

Kalimantan Barat 7,77 1,60 20,60 4,63 10,91


://

Kalimantan Tengah 13,05 2,22 17,04 8,69 17,41


s

Kalimantan Selatan 4,98 1,46 29,301 2,12 7,85


tp

Kalimantan Timur 13,66 2,95 21,58 7,88 19,44


ht

Kalimantan Utara 7,57 2,94 38,851 1,81 13,33

Sulawesi Utara 2,03 0,64 31,811 0,76 3,29


Sulawesi Tengah 4,42 1,30 29,441 1,87 6,97
Sulawesi Selatan 7,73 1,57 20,27 4,66 10,80
Sulawesi Tenggara 3,92 1,30 33,181 1,37 6,47
Gorontalo 7,30 2,25 30,831 2,89 11,71
Sulawesi Barat 6,94 2,63 37,871 1,79 12,10

Maluku 2,10 0,75 35,531 0,64 3,56


Maluku Utara 3,59 1,18 32,951 1,27 5,90

Papua Barat 7,27 2,00 27,471 3,35 11,18


Papua 1,02 0,36 35,081 0,32 1,72

Indonesia 3,41 0,23 6,65 2,97 3,86

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
2 Nilai
estimasi dianggap tidak akurat
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 7.28
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
Menurut Provinsi, 2022

Spray yang Mengandung Aerosol


(Pengharum Ruangan, pembasmi Nyamuk, Air Disinfectant, Dll.
Provinsi
Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 34,55 2,23 6,45 30,18 38,92


Sumatera Utara 30,92 1,69 5,48 27,60 34,24
Sumatera Barat 26,15 2,28 8,72 21,68 30,61
Riau 50,22 2,62 5,21 45,09 55,36
Jambi 35,75 2,90 8,10 30,07 41,43
Sumatera Selatan 35,57 2,41 6,77 30,85 40,29
Bengkulu 29,21 2,83 9,67 23,67 34,75
Lampung 26,01 2,08 8,00 21,93 30,08

id
Kep. Bangka Belitung 47,08 3,35 7,11 40,52 53,64

o.
Kep. Riau 62,99 3,95 6,27 55,24 70,73

DKI Jakarta
Jawa Barat
50,34
34,65
3,47
1,46 .g
6,89
4,21
43,54
31,79
57,14
37,50
ps
Jawa Tengah 23,39 1,02 4,38 21,38 25,40
.b

DI Yogyakarta 28,19 3,16 11,19 22,00 34,37


Jawa Timur 31,30 1,20 3,84 28,95 33,66
w

Banten 33,54 2,95 8,79 27,76 39,31


w

Bali 36,55 3,37 9,23 29,94 43,17


w

Nusa Tenggara Barat 29,13 2,87 9,85 23,50 34,75


://

Nusa Tenggara Timur 16,06 1,63 10,15 12,86 19,25


s

Kalimantan Barat 33,69 2,47 7,32 28,85 38,52


tp

Kalimantan Tengah 44,11 3,14 7,11 37,96 50,26


ht

Kalimantan Selatan 34,20 2,54 7,44 29,21 39,19


Kalimantan Timur 53,78 2,96 5,50 47,98 59,57
Kalimantan Utara 48,15 5,09 10,56 38,18 58,11

Sulawesi Utara 23,46 2,28 9,70 19,00 27,93


Sulawesi Tengah 25,28 2,98 11,77 19,45 31,11
Sulawesi Selatan 28,68 1,99 6,93 24,78 32,57
Sulawesi Tenggara 29,42 2,79 9,50 23,94 34,90
Gorontalo 33,13 3,28 9,91 26,70 39,57
Sulawesi Barat 32,49 4,09 12,59 24,47 40,51

Maluku 24,32 2,96 12,18 18,51 30,13


Maluku Utara 21,71 2,67 12,30 16,48 26,95

Papua Barat 32,86 2,91 8,87 27,15 38,57


Papua 24,22 2,21 9,14 19,88 28,56

Indonesia 32,49 0,47 1,46 31,56 33,42


Tabel 7.28 (Lanjutan)

Pembersih Keramik, Granit, Marmer


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 16,32 1,23 7,52 13,92 18,73


Sumatera Utara 21,58 1,68 7,77 18,29 24,86
Sumatera Barat 19,70 1,66 8,44 16,44 22,97
Riau 27,69 2,30 8,32 23,17 32,21
Jambi 16,66 1,95 11,73 12,83 20,49
Sumatera Selatan 19,17 2,25 11,72 14,76 23,57
Bengkulu 18,80 2,36 12,53 14,18 23,42
Lampung 17,23 1,86 10,78 13,59 20,87
Kep. Bangka Belitung 39,39 3,82 9,70 31,90 46,88
Kep. Riau 37,64 4,81 12,78 28,21 47,07

DKI Jakarta 27,60 3,24 11,73 21,26 33,95

id
Jawa Barat 27,66 1,55 5,59 24,63 30,69

o.
Jawa Tengah 32,16 1,17 3,65 29,86 34,46
DI Yogyakarta 33,10 3,34 10,08 26,56 39,64
Jawa Timur 30,70 1,22
.g3,99 28,30 33,10
ps
Banten 22,94 2,91 12,71 17,23 28,65
.b

Bali 31,24 3,32 10,61 24,74 37,74


Nusa Tenggara Barat 15,70 1,78 11,32 12,21 19,18
w

Nusa Tenggara Timur 8,01 1,19 14,80 5,69 10,34


w

Kalimantan Barat 24,20 2,14 8,83 20,02 28,39


w

Kalimantan Tengah 18,02 2,12 11,77 13,87 22,18


://

Kalimantan Selatan 13,70 1,50 10,93 10,77 16,64


s

Kalimantan Timur 27,75 2,59 9,34 22,67 32,83


tp

Kalimantan Utara 15,92 3,06 19,20 9,93 21,92


ht

Sulawesi Utara 14,66 1,80 12,31 11,13 18,20


Sulawesi Tengah 17,78 2,16 12,15 13,54 22,02
Sulawesi Selatan 19,42 1,68 8,63 16,14 22,71
Sulawesi Tenggara 16,99 1,81 10,65 13,44 20,53
Gorontalo 28,63 3,20 11,18 22,35 34,90
Sulawesi Barat 18,04 2,67 14,80 12,81 23,28

Maluku 22,41 2,78 12,41 16,96 27,86


Maluku Utara 14,25 2,61 18,30 9,14 19,36

Papua Barat 23,32 3,40 14,60 16,64 29,99


Papua 11,15 1,73 15,52 7,76 14,55

Indonesia 25,37 0,47 1,87 24,44 26,30


Tabel 7.28 (Lanjutan)

Pengilap Kaca/Kayu/Logam
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 7,36 0,89 12,03 5,62 9,10


Sumatera Utara 7,33 0,95 13,03 5,46 9,20
Sumatera Barat 10,02 1,38 13,79 7,31 12,73
Riau 10,12 1,33 13,15 7,51 12,73
Jambi 8,94 1,47 16,44 6,06 11,83
Sumatera Selatan 5,18 0,78 15,15 3,64 6,71
Bengkulu 7,12 1,51 21,17 4,16 10,07
Lampung 4,94 0,84 17,01 3,29 6,59
Kep. Bangka Belitung 16,41 2,68 16,32 11,16 21,67
Kep. Riau 18,27 3,09 16,93 12,21 24,33

DKI Jakarta 12,24 1,88 15,33 8,56 15,91

id
Jawa Barat 9,10 0,68 7,48 7,77 10,44

o.
Jawa Tengah 7,18 0,54 7,54 6,12 8,24
DI Yogyakarta 10,09 1,56 15,51 7,02 13,16
Jawa Timur 8,96 0,66
.g
7,37 7,66 10,25
ps
Banten 7,44 1,36 18,23 4,78 10,10
.b

Bali 7,34 1,37 18,63 4,66 10,03


Nusa Tenggara Barat 5,89 1,07 18,15 3,79 7,99
w

Nusa Tenggara Timur 2,50 0,48 19,09 1,56 3,43


w

Kalimantan Barat 5,80 0,89 15,33 4,06 7,55


w

Kalimantan Tengah 10,49 1,37 13,08 7,80 13,18


://

Kalimantan Selatan 7,30 1,29 17,73 4,76 9,84


s

Kalimantan Timur 11,40 1,65 14,44 8,17 14,63


tp

Kalimantan Utara 8,24 1,63 19,80 5,04 11,44


ht

Sulawesi Utara 5,60 1,07 19,08 3,51 7,70


Sulawesi Tengah 6,25 1,38 22,06 3,55 8,96
Sulawesi Selatan 6,80 0,98 14,47 4,87 8,73
Sulawesi Tenggara 4,66 1,21 25,941 2,29 7,03
Gorontalo 8,47 2,28 26,941 4,00 12,95
Sulawesi Barat 5,24 1,66 31,611 1,99 8,49

Maluku 9,20 1,88 20,47 5,51 12,89


Maluku Utara 4,31 1,06 24,47 2,24 6,38

Papua Barat 8,98 1,89 21,01 5,28 12,68


Papua 6,22 1,37 22,05 3,53 8,91

Indonesia 8,16 0,23 2,87 7,70 8,62


Tabel 7.28 (Lanjutan)

Aki (Accu) Bekas


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Aceh 2,05 0,36 17,68 1,34 2,76


Sumatera Utara 1,76 0,27 15,11 1,24 2,28
Sumatera Barat 4,98 0,71 14,36 3,58 6,38
Riau 4,19 0,78 18,63 2,66 5,72
Jambi 7,69 1,36 17,63 5,03 10,35
Sumatera Selatan 7,74 1,29 16,67 5,21 10,27
Bengkulu 7,02 1,20 17,14 4,66 9,38
Lampung 5,62 0,76 13,46 4,14 7,10
Kep. Bangka Belitung 8,94 1,38 15,46 6,23 11,65
Kep. Riau 7,43 1,57 21,18 4,34 10,51

DKI Jakarta 3,50 1,01 28,721 1,53 5,47

id
Jawa Barat 2,62 0,35 13,43 1,93 3,31

o.
Jawa Tengah 4,62 0,42 9,12 3,79 5,44
DI Yogyakarta 2,38 0,57 23,75 1,27 3,49
Jawa Timur 4,90 0,47
.g 9,65 3,97 5,82
ps
Banten 3,07 0,72 23,35 1,66 4,47
.b

Bali 2,05 0,57 27,981 0,93 3,18


Nusa Tenggara Barat 2,23 0,53 23,76 1,19 3,27
w

Nusa Tenggara Timur 6,41 0,85 13,21 4,75 8,07


w

Kalimantan Barat 7,32 1,26 17,25 4,85 9,80


w

Kalimantan Tengah 14,91 2,09 13,99 10,82 19,00


://

Kalimantan Selatan 7,29 1,03 14,11 5,27 9,30


s

Kalimantan Timur 8,48 1,53 18,08 5,48 11,49


tp

Kalimantan Utara 4,48 1,50 33,461 1,54 7,42


ht

Sulawesi Utara 3,78 0,75 19,80 2,31 5,25


Sulawesi Tengah 6,17 1,30 21,12 3,61 8,72
Sulawesi Selatan 5,03 0,75 14,80 3,57 6,49
Sulawesi Tenggara 3,78 0,68 18,04 2,44 5,12
Gorontalo 9,60 2,73 28,431 4,25 14,94
Sulawesi Barat 6,18 1,76 28,421 2,74 9,63

Maluku 4,54 1,06 23,26 2,47 6,61


Maluku Utara 4,28 1,16 27,051 2,01 6,54

Papua Barat 5,91 1,51 25,651 2,94 8,88


Papua 2,85 0,73 25,671 1,42 4,28

Indonesia 4,37 0,15 3,47 4,08 4,67


Tabel 7.28 (Lanjutan)

Cat Minyak
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Aceh 4,28 0,70 16,34 2,91 5,66


Sumatera Utara 2,71 0,40 14,89 1,92 3,50
Sumatera Barat 5,08 0,86 17,02 3,38 6,77
Riau 5,78 0,85 14,73 4,11 7,45
Jambi 7,15 1,20 16,79 4,80 9,51
Sumatera Selatan 5,06 0,88 17,41 3,34 6,79
Bengkulu 4,10 1,16 28,191 1,83 6,36
Lampung 3,69 0,88 23,76 1,97 5,41
Kep. Bangka Belitung 6,03 1,24 20,60 3,59 8,46
Kep. Riau 8,39 1,86 22,21 4,73 12,04

DKI Jakarta 2,42 0,86 35,361 0,74 4,10

id
Jawa Barat 2,33 0,29 12,26 1,77 2,89

o.
Jawa Tengah 3,32 0,31 9,28 2,71 3,92
DI Yogyakarta 1,77 0,46 25,781 0,88 2,67
Jawa Timur 3,05 0,34 10,97
.g 2,40 3,71
ps
Banten 2,35 0,81 34,461 0,76 3,94
.b

Bali 3,52 0,83 23,47 1,90 5,13


Nusa Tenggara Barat 2,89 0,63 21,68 1,66 4,12
w

Nusa Tenggara Timur 4,10 0,86 21,00 2,41 5,78


w

Kalimantan Barat 5,62 0,86 15,36 3,93 7,31


w

Kalimantan Tengah 8,89 1,46 16,42 6,03 11,75


://

Kalimantan Selatan 4,78 0,81 17,03 3,18 6,38


s

Kalimantan Timur 4,10 0,73 17,73 2,67 5,52


tp

Kalimantan Utara 10,36 2,36 22,74 5,74 14,98


ht

Sulawesi Utara 5,27 0,90 17,14 3,50 7,04


Sulawesi Tengah 6,47 1,19 18,35 4,14 8,80
Sulawesi Selatan 3,81 0,52 13,69 2,79 4,83
Sulawesi Tenggara 3,09 0,66 21,50 1,79 4,40
Gorontalo 7,94 1,53 19,29 4,94 10,95
Sulawesi Barat 2,29 0,91 39,821 0,50 4,08

Maluku 9,06 1,61 17,73 5,91 12,22


Maluku Utara 3,12 0,83 26,571 1,49 4,74

Papua Barat 6,54 1,20 18,34 4,19 8,90


Papua 6,24 1,11 17,86 4,06 8,43

Indonesia 3,56 0,13 3,54 3,31 3,81


Tabel 7.28 (Lanjutan)

Racun Serangga Nonspray/ Pembasmi Hama


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (27) (28) (29) (30) (31)

Aceh 26,14 2,26 8,66 21,70 30,58


Sumatera Utara 24,15 1,57 6,49 21,08 27,22
Sumatera Barat 30,46 2,57 8,44 25,42 35,50
Riau 30,16 2,71 8,99 24,85 35,48
Jambi 35,00 3,03 8,67 29,05 40,95
Sumatera Selatan 41,37 2,51 6,06 36,46 46,29
Bengkulu 36,81 3,21 8,73 30,51 43,11
Lampung 36,29 2,50 6,90 31,38 41,20
Kep. Bangka Belitung 43,21 3,72 8,60 35,93 50,50
Kep. Riau 33,56 4,16 12,40 25,40 41,72

DKI Jakarta 31,86 3,21 10,07 25,57 38,16

id
Jawa Barat 20,84 1,27 6,09 18,36 23,33

o.
Jawa Tengah 26,09 1,27 4,88 23,59 28,59
DI Yogyakarta 17,24 2,14 12,40 13,05 21,43
Jawa Timur 28,36 1,31
.g4,62 25,79 30,93
ps
Banten 23,96 2,75 11,46 18,58 29,35
.b

Bali 19,21 2,58 13,43 14,15 24,27


Nusa Tenggara Barat 31,90 2,73 8,55 26,55 37,25
w

Nusa Tenggara Timur 16,62 1,72 10,32 13,26 19,98


w

Kalimantan Barat 44,96 2,70 6,00 39,68 50,25


w

Kalimantan Tengah 44,85 3,51 7,83 37,97 51,73


://

Kalimantan Selatan 31,41 2,66 8,48 26,19 36,63


s

Kalimantan Timur 41,49 3,21 7,75 35,19 47,79


tp

Kalimantan Utara 31,14 4,53 14,56 22,25 40,02


ht

Sulawesi Utara 16,92 2,01 11,87 12,98 20,86


Sulawesi Tengah 32,81 2,86 8,71 27,21 38,41
Sulawesi Selatan 36,51 2,18 5,98 32,23 40,79
Sulawesi Tenggara 32,62 3,05 9,36 26,63 38,60
Gorontalo 38,74 4,70 12,15 29,52 47,96
Sulawesi Barat 45,38 5,13 11,30 35,33 55,43

Maluku 15,07 2,57 17,02 10,04 20,10


Maluku Utara 14,93 3,30 22,12 8,46 21,40

Papua Barat 20,60 2,55 12,40 15,60 25,61


Papua 18,98 2,31 12,15 14,46 23,50

Indonesia 27,63 0,47 1,70 26,71 28,55


Tabel 7.28 (Lanjutan)

Detergen
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (32) (33) (34) (35) (36)

Aceh 86,23 1,93 2,24 82,44 90,02


Sumatera Utara 90,25 1,32 1,46 87,66 92,84
Sumatera Barat 89,52 1,65 1,84 86,29 92,76
Riau 93,56 1,32 1,42 90,96 96,16
Jambi 88,85 2,21 2,49 84,52 93,18
Sumatera Selatan 89,39 1,69 1,89 86,08 92,71
Bengkulu 93,50 1,85 1,98 89,86 97,13
Lampung 88,47 1,78 2,01 84,98 91,96
Kep. Bangka Belitung 96,09 1,00 1,04 94,14 98,05
Kep. Riau 96,48 1,16 1,20 94,21 98,75

DKI Jakarta 92,51 1,78 1,92 89,02 95,99

id
Jawa Barat 91,40 0,95 1,04 89,54 93,26

o.
Jawa Tengah 95,26 0,60 0,63 94,07 96,44
DI Yogyakarta 90,67 3,22 3,55 84,36 96,99
Jawa Timur 91,61 0,83 0,91
.g 89,98 93,25
ps
Banten 86,33 1,71 1,98 82,98 89,67
.b

Bali 88,90 2,60 2,92 83,81 94,00


Nusa Tenggara Barat 93,09 1,25 1,35 90,63 95,55
w

Nusa Tenggara Timur 82,66 2,09 2,53 78,56 86,76


w

Kalimantan Barat 93,91 1,68 1,79 90,62 97,20


w

Kalimantan Tengah 91,77 2,03 2,21 87,80 95,74


://

Kalimantan Selatan 91,94 1,75 1,90 88,51 95,36


s

Kalimantan Timur 94,98 0,97 1,02 93,08 96,88


tp

Kalimantan Utara 96,03 1,46 1,52 93,17 98,89


ht

Sulawesi Utara 88,22 2,40 2,72 83,51 92,93


Sulawesi Tengah 85,37 2,64 3,09 80,19 90,55
Sulawesi Selatan 90,35 1,37 1,52 87,67 93,04
Sulawesi Tenggara 100,00 0,00 0,00 100,00 100,00
Gorontalo 97,57 1,40 1,44 94,81 100,32
Sulawesi Barat 100,00 0,00 0,00 100,00 100,00

Maluku 77,35 3,50 4,53 70,48 84,21


Maluku Utara 72,72 4,27 5,87 64,35 81,08

Papua Barat 84,77 2,86 3,38 79,16 90,38


Papua 72,94 2,78 3,81 67,49 78,39

Indonesia 91,05 0,31 0,34 90,44 91,66

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 7.29
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi dan Cara Rumah Tangga
Membuang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), 2022

Dibuang Bersama Sampah Rumah Tangga


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 71,37 2,52 3,53 66,43 76,31


Sumatera Utara 81,46 1,56 1,91 78,41 84,51
Sumatera Barat 74,02 2,58 3,48 68,97 79,06
Riau 84,91 2,05 2,42 80,89 88,94
Jambi 74,02 3,08 4,16 67,98 80,06
Sumatera Selatan 80,15 1,98 2,47 76,27 84,04
Bengkulu 81,27 2,93 3,60 75,53 87,01
Lampung 74,29 2,54 3,42 69,30 79,27
Kep. Bangka Belitung 87,52 1,82 2,08 83,96 91,09

id
Kep. Riau 82,89 3,36 4,05 76,30 89,47

o.
DKI Jakarta 82,50 2,43 2,94 77,75 87,26
Jawa Barat
Jawa Tengah
68,74
68,27
1,52
1,38 .g
2,22
2,03
65,75
65,56
71,72
70,99
ps
DI Yogyakarta 65,40 4,08 6,24 57,41 73,40
.b

Jawa Timur 73,09 1,32 1,80 70,51 75,67


Banten 73,81 2,62 3,55 68,68 78,94
w

Bali 66,21 3,49 5,27 59,37 73,05


w

Nusa Tenggara Barat 82,20 2,46 3,00 77,37 87,03


w

Nusa Tenggara Timur 69,02 2,41 3,49 64,29 73,74


://

Kalimantan Barat 80,30 2,25 2,80 75,90 84,70


s

Kalimantan Tengah 73,91 2,89 3,91 68,24 79,57


tp

Kalimantan Selatan 79,19 2,26 2,85 74,76 83,61


ht

Kalimantan Timur 82,18 2,03 2,47 78,20 86,16


Kalimantan Utara 79,32 3,63 4,57 72,21 86,43

Sulawesi Utara 74,70 2,93 3,92 68,96 80,43


Sulawesi Tengah 71,05 3,11 4,38 64,95 77,15
Sulawesi Selatan 75,18 1,97 2,62 71,32 79,04
Sulawesi Tenggara 82,10 2,30 2,80 77,60 86,61
Gorontalo 91,85 1,70 1,85 88,52 95,19
Sulawesi Barat 80,94 3,17 3,92 74,73 87,15

Maluku 65,02 3,64 5,60 57,89 72,16


Maluku Utara 71,44 3,90 5,45 63,80 79,08

Papua Barat 67,54 3,35 4,95 60,98 74,10


Papua 60,67 3,10 5,11 54,59 66,75

Indonesia 73,53 0,49 0,67 72,57 74,49


Tabel 7.29 (Lanjutan)

Dibuang Terpisah
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 12,82 1,61 12,59 9,66 15,99


Sumatera Utara 8,02 0,95 11,89 6,15 9,89
Sumatera Barat 12,58 1,97 15,65 8,72 16,44
Riau 9,19 1,58 17,18 6,10 12,29
Jambi 15,36 2,43 15,80 10,60 20,11
Sumatera Selatan 9,46 1,35 14,30 6,81 12,12
Bengkulu 10,16 2,03 19,99 6,18 14,15
Lampung 14,91 1,82 12,22 11,34 18,48
Kep. Bangka Belitung 9,45 1,75 18,49 6,03 12,88
Kep. Riau 12,07 2,96 24,54 6,26 17,87

DKI Jakarta 11,03 2,00 18,17 7,10 14,96

id
Jawa Barat 20,12 1,25 6,21 17,67 22,57

o.
Jawa Tengah 22,81 1,21 5,30 20,44 25,18
DI Yogyakarta 19,77 3,16 16,00 13,57 25,97
Jawa Timur 15,41 0,96 6,20
.g 13,53 17,28
ps
Banten 11,14 1,73 15,52 7,75 14,53
.b

Bali 28,27 3,38 11,97 21,63 34,90


Nusa Tenggara Barat 11,84 2,14 18,03 7,66 16,03
w

Nusa Tenggara Timur 12,13 1,50 12,39 9,18 15,08


w

Kalimantan Barat 13,80 1,58 11,48 10,69 16,90


w

Kalimantan Tengah 15,67 2,22 14,16 11,32 20,02


://

Kalimantan Selatan 10,28 1,44 13,97 7,46 13,09


s

Kalimantan Timur 12,79 1,84 14,36 9,19 16,39


tp

Kalimantan Utara 14,58 2,88 19,76 8,93 20,23


ht

Sulawesi Utara 14,71 2,12 14,40 10,56 18,86


Sulawesi Tengah 15,71 2,48 15,81 10,84 20,58
Sulawesi Selatan 16,00 1,71 10,67 12,65 19,35
Sulawesi Tenggara 17,09 2,29 13,41 12,59 21,58
Gorontalo 4,73 0,99 21,02 2,78 6,67
Sulawesi Barat 17,81 3,16 17,75 11,61 24,01

Maluku 12,70 2,23 17,54 8,33 17,07


Maluku Utara 3,79 0,95 25,141 1,92 5,66

Papua Barat 16,03 2,16 13,46 11,80 20,26


Papua 10,09 1,81 17,92 6,54 13,63

Indonesia 15,82 0,38 2,43 15,06 16,57


Tabel 7.29 (Lanjutan)

Dibuang ke Selokan/Saluran Air


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 1,55 0,45 29,081 0,67 2,43


Sumatera Utara 1,33 0,26 19,38 0,83 1,84
Sumatera Barat 3,76 1,44 38,231 0,94 6,57
Riau NA NA 71,372 NA NA
Jambi 1,04 0,47 44,771 0,13 1,95
Sumatera Selatan 4,59 1,10 24,08 2,42 6,75
Bengkulu 3,79 1,27 33,681 1,29 6,28
Lampung 2,18 0,69 31,561 0,83 3,53
Kep. Bangka Belitung NA NA 57,302 NA NA
Kep. Riau 3,64 1,61 44,221 0,49 6,80

DKI Jakarta 3,58 1,31 36,681 1,01 6,16

id
Jawa Barat 3,41 0,59 17,27 2,26 4,57

o.
Jawa Tengah 10,21 1,11 10,85 8,04 12,39
DI Yogyakarta 6,44 2,60 40,411 1,34 11,55
Jawa Timur 4,16 0,66
.g15,87 2,87 5,46
ps
Banten 3,67 1,37 37,241 0,99 6,35
.b

Bali 1,35 0,47 34,921 0,43 2,28


Nusa Tenggara Barat 6,82 1,73 25,421 3,42 10,23
w

Nusa Tenggara Timur 0,91 0,35 38,681 0,22 1,60


w

Kalimantan Barat 3,05 0,93 30,591 1,22 4,88


w

Kalimantan Tengah 4,34 1,59 36,721 1,21 7,46


://

Kalimantan Selatan 4,10 1,11 27,191 1,91 6,28


s

Kalimantan Timur 3,98 1,83 46,041 0,39 7,58


tp

Kalimantan Utara NA NA 82,912 NA NA


ht

Sulawesi Utara 1,34 0,59 43,771 0,19 2,48


Sulawesi Tengah 1,25 0,51 40,561 0,26 2,25
Sulawesi Selatan 0,86 0,20 23,09 0,47 1,25
Sulawesi Tenggara 2,28 0,70 30,821 0,90 3,66
Gorontalo 2,16 0,72 33,231 0,75 3,57
Sulawesi Barat 8,61 2,13 24,75 4,43 12,79

Maluku 3,53 1,08 30,741 1,40 5,66


Maluku Utara NA NA 53,442 NA NA

Papua Barat 4,47 1,54 34,511 1,45 7,49


Papua 5,48 1,08 19,76 3,36 7,60

Indonesia 4,14 0,24 5,89 3,66 4,62


Tabel 7.29 (Lanjutan)

Lainnya
Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 2,69 1,01 37,541 0,71 4,68


Sumatera Utara 1,98 0,47 23,77 1,06 2,90
Sumatera Barat 3,73 0,97 25,911 1,84 5,63
Riau NA NA 54,422 NA NA
Jambi NA NA 51,122 NA NA
Sumatera Selatan 0,59 0,24 41,501 0,11 1,07
Bengkulu 1,15 0,48 41,631 0,21 2,08
Lampung 1,76 0,66 37,441 0,47 3,06
Kep. Bangka Belitung 0,00 0,00 - 0,00 0,00
Kep. Riau NA NA 50,142 NA NA

DKI Jakarta NA NA 83,982 NA NA

id
Jawa Barat 1,62 0,33 20,07 0,98 2,26

o.
Jawa Tengah 4,34 0,66 15,28 3,04 5,64
DI Yogyakarta 9,12 2,79 30,651 3,64 14,60
Jawa Timur 2,59 0,46 17,73
.g 1,69 3,49
ps
Banten NA NA 75,942 NA NA
.b

Bali 0,70 0,27 38,781 0,17 1,23


Nusa Tenggara Barat 1,81 0,62 34,341 0,59 3,03
w

Nusa Tenggara Timur 4,05 1,05 25,931 1,99 6,11


w

Kalimantan Barat 1,87 0,63 33,601 0,64 3,10


w

Kalimantan Tengah 1,78 0,77 43,521 0,26 3,29


://

Kalimantan Selatan 1,40 0,59 42,441 0,24 2,56


s

Kalimantan Timur NA NA 61,082 NA NA


tp

Kalimantan Utara NA NA 62,202 NA NA


ht

Sulawesi Utara 0,49 0,20 40,631 0,10 0,88


Sulawesi Tengah NA NA 54,182 NA NA
Sulawesi Selatan 1,61 0,49 30,111 0,66 2,56
Sulawesi Tenggara NA NA 54,142 NA NA
Gorontalo NA NA 61,612 NA NA
Sulawesi Barat NA NA 82,162 NA NA

Maluku NA NA 87,902 NA NA
Maluku Utara 0,00 0,00 - 0,00 0,00

Papua Barat NA NA 50,192 NA NA


Papua NA NA 56,172 NA NA

Indonesia 2,18 0,15 6,94 1,88 2,47

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.30
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Provinsi, Pengetahuan, dan Perilaku
Mengenai Pemilahan Sampah Organik dan Anorganik, 2022

Tahu dan Melakukan Pemilahan Sampah


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 13,41 1,84 13,75 9,80 17,03


Sumatera Utara 10,92 1,18 10,81 8,60 13,23
Sumatera Barat 15,18 1,98 13,02 11,31 19,06
Riau 8,74 1,40 15,97 6,00 11,48
Jambi 18,61 2,93 15,75 12,87 24,36
Sumatera Selatan 10,30 1,21 11,76 7,92 12,67
Bengkulu 11,63 1,93 16,60 7,84 15,41
Lampung 14,27 1,84 12,89 10,66 17,88
Kep. Bangka Belitung 12,62 1,73 13,68 9,24 16,01

id
Kep. Riau 12,78 2,83 22,13 7,24 18,33

o.
DKI Jakarta 11,60 1,98 17,05 7,72 15,47
Jawa Barat
Jawa Tengah
26,19
27,86
1,50
1,34 .g
5,72
4,81
23,26
25,23
29,13
30,48
ps
DI Yogyakarta 26,21 3,08 11,74 20,17 32,24
.b

Jawa Timur 17,59 1,06 6,03 15,51 19,67


Banten 15,71 2,00 12,73 11,79 19,63
w

Bali 36,19 3,33 9,20 29,67 42,72


w

Nusa Tenggara Barat 15,99 2,19 13,68 11,70 20,28


w

Nusa Tenggara Timur 18,40 1,87 10,15 14,74 22,06


://

Kalimantan Barat 12,03 1,50 12,47 9,09 14,97


s

Kalimantan Tengah 20,66 2,44 11,83 15,87 25,45


tp

Kalimantan Selatan 14,52 1,68 11,59 11,22 17,83


ht

Kalimantan Timur 15,67 2,11 13,48 11,53 19,81


Kalimantan Utara 18,95 3,68 19,39 11,75 26,16

Sulawesi Utara 22,12 2,37 10,70 17,48 26,76


Sulawesi Tengah 16,45 2,22 13,52 12,09 20,81
Sulawesi Selatan 21,21 2,01 9,46 17,28 25,14
Sulawesi Tenggara 18,44 2,28 12,35 13,98 22,90
Gorontalo 8,01 1,53 19,07 5,02 11,01
Sulawesi Barat 21,29 4,05 19,02 13,35 29,22

Maluku 18,55 2,53 13,64 13,59 23,51


Maluku Utara 7,88 1,47 18,62 5,00 10,75

Papua Barat 24,11 2,73 11,34 18,75 29,47


Papua 15,89 2,16 13,61 11,65 20,13

Indonesia 19,49 0,44 2,24 18,63 20,34


Tabel 7.30 (Lanjutan)

Tahu namun Tidak Melakukan Pemilahan Sampah


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 41,42 2,01 4,84 37,49 45,36


Sumatera Utara 42,66 1,81 4,23 39,12 46,20
Sumatera Barat 48,26 2,44 5,06 43,47 53,04
Riau 41,64 2,47 5,93 36,80 46,49
Jambi 36,93 2,68 7,25 31,68 42,18
Sumatera Selatan 40,45 2,16 5,35 36,20 44,69
Bengkulu 43,09 3,26 7,56 36,70 49,48
Lampung 39,21 2,28 5,81 34,74 43,67
Kep. Bangka Belitung 48,40 3,69 7,62 41,17 55,63
Kep. Riau 62,80 3,56 5,68 55,81 69,79

DKI Jakarta 61,84 3,63 5,86 54,73 68,95

id
Jawa Barat 40,48 1,49 3,69 37,55 43,41

o.
Jawa Tengah 39,30 1,28 3,25 36,80 41,80
DI Yogyakarta 56,55 3,55 6,28 49,59 63,52
Jawa Timur 36,71 1,26 3,43
.g 34,24 39,18
ps
Banten 39,94 2,70 6,76 34,65 45,23
.b

Bali 50,65 3,18 6,28 44,41 56,89


Nusa Tenggara Barat 27,33 2,16 7,89 23,10 31,55
w

Nusa Tenggara Timur 30,21 2,15 7,11 26,00 34,41


w

Kalimantan Barat 36,17 2,37 6,55 31,53 40,81


w

Kalimantan Tengah 34,32 2,86 8,34 28,71 39,93


://

Kalimantan Selatan 38,06 2,26 5,94 33,63 42,49


s

Kalimantan Timur 45,98 3,19 6,94 39,73 52,24


tp

Kalimantan Utara 30,23 3,73 12,35 22,91 37,54


ht

Sulawesi Utara 32,65 2,42 7,41 27,90 37,39


Sulawesi Tengah 28,65 2,54 8,86 23,68 33,62
Sulawesi Selatan 32,24 1,98 6,13 28,36 36,11
Sulawesi Tenggara 33,85 2,57 7,58 28,82 38,88
Gorontalo 42,96 3,58 8,34 35,93 49,98
Sulawesi Barat 26,55 3,60 13,56 19,49 33,61

Maluku 31,27 3,53 11,30 24,34 38,19


Maluku Utara 34,01 3,26 9,59 27,62 40,41

Papua Barat 27,93 3,25 11,65 21,55 34,31


Papua 17,45 2,08 11,94 13,36 21,53

Indonesia 39,92 0,49 1,23 38,95 40,88


Tabel 7.30 (Lanjutan)

Tidak Tahu namun Melakukan Pemilahan Sampah


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 0,31 0,11 37,341 0,08 0,53


Sumatera Utara 0,54 0,18 32,521 0,20 0,89
Sumatera Barat 0,51 0,20 40,201 0,11 0,91
Riau NA NA 50,472 NA NA
Jambi 0,69 0,32 46,811 0,06 1,32
Sumatera Selatan 0,74 0,33 45,131 0,08 1,39
Bengkulu 0,33 0,15 44,141 0,04 0,62
Lampung 0,88 0,27 31,101 0,34 1,41
Kep. Bangka Belitung NA NA 99,002 NA NA
Kep. Riau NA NA 72,462 NA NA

DKI Jakarta NA NA 56,742 NA NA

id
Jawa Barat 0,89 0,17 18,93 0,56 1,22

o.
Jawa Tengah 0,51 0,10 19,02 0,32 0,71
DI Yogyakarta NA NA 54,932 NA NA
Jawa Timur 0,70 0,14
.g19,98 0,43 0,97
ps
Banten NA NA 62,752 NA NA
.b

Bali NA NA 73,652 NA NA
Nusa Tenggara Barat 2,34 0,89 38,111 0,59 4,09
w

Nusa Tenggara Timur 2,36 0,62 26,161 1,15 3,58


w

Kalimantan Barat NA NA 54,662 NA NA


w

Kalimantan Tengah 0,74 0,33 43,931 0,10 1,38


://

Kalimantan Selatan 1,59 0,42 26,531 0,76 2,41


s

Kalimantan Timur 0,65 0,29 44,971 0,08 1,22


tp

Kalimantan Utara NA NA 73,632 NA NA


ht

Sulawesi Utara 0,42 0,16 36,771 0,12 0,73


Sulawesi Tengah 1,32 0,47 35,461 0,40 2,24
Sulawesi Selatan 1,12 0,28 24,66 0,58 1,66
Sulawesi Tenggara 0,78 0,26 34,001 0,26 1,30
Gorontalo NA NA 74,582 NA NA
Sulawesi Barat NA NA 92,432 NA NA

Maluku 0,77 0,28 36,591 0,22 1,33


Maluku Utara NA NA 83,542 NA NA

Papua Barat 0,96 0,32 32,721 0,35 1,58


Papua 0,66 0,25 37,921 0,17 1,15

Indonesia 0,73 0,05 7,38 0,63 0,84


Tabel 7.30 (Lanjutan)

Tidak Tahu dan Tidak Melakukan Pemilahan Sampah


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Aceh 44,86 2,15 4,79 40,65 49,07


Sumatera Utara 45,88 1,89 4,12 42,17 49,58
Sumatera Barat 36,05 2,47 6,86 31,20 40,89
Riau 49,10 2,66 5,41 43,89 54,30
Jambi 43,77 3,08 7,05 37,72 49,82
Sumatera Selatan 48,52 2,31 4,77 43,99 53,06
Bengkulu 44,96 3,13 6,96 38,82 51,09
Lampung 45,65 2,41 5,27 40,93 50,37
Kep. Bangka Belitung 38,68 3,75 9,70 31,33 46,04
Kep. Riau 24,07 2,74 11,37 18,70 29,43

DKI Jakarta 26,29 3,44 13,08 19,55 33,03

id
Jawa Barat 32,44 1,50 4,62 29,50 35,38

o.
Jawa Tengah 32,33 1,29 4,00 29,79 34,86
DI Yogyakarta 16,51 2,54 15,37 11,54 21,48
Jawa Timur 45,00 1,37 3,05
.g 42,31 47,70
ps
Banten 43,96 3,12 7,09 37,85 50,07
.b

Bali 12,88 1,60 12,40 9,75 16,02


Nusa Tenggara Barat 54,34 2,88 5,30 48,69 59,98
w

Nusa Tenggara Timur 49,03 2,30 4,69 44,52 53,54


w

Kalimantan Barat 51,53 2,59 5,02 46,47 56,60


w

Kalimantan Tengah 44,29 3,18 7,19 38,05 50,52


://

Kalimantan Selatan 45,83 2,46 5,38 41,00 50,66


s

Kalimantan Timur 37,70 3,04 8,07 31,73 43,66


tp

Kalimantan Utara 49,63 4,36 8,78 41,09 58,18


ht

Sulawesi Utara 44,81 3,10 6,92 38,73 50,88


Sulawesi Tengah 53,58 2,85 5,33 47,98 59,17
Sulawesi Selatan 45,43 2,15 4,73 41,22 49,64
Sulawesi Tenggara 46,93 2,83 6,02 41,39 52,47
Gorontalo 48,77 3,71 7,60 41,50 56,04
Sulawesi Barat 51,92 4,46 8,59 43,17 60,66

Maluku 49,41 3,69 7,46 42,18 56,64


Maluku Utara 57,93 3,47 6,00 51,12 64,75

Papua Barat 46,99 3,66 7,78 39,82 54,16


Papua 66,01 2,65 4,01 60,82 71,20

Indonesia 39,87 0,51 1,27 38,88 40,86

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.31
Sampling Error Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Tempat Pembuangan Sampah Tertutup
Menurut Provinsi, 2022

Standard 95% Confidence interval


Provinsi Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 10,14 1,41 13,87 7,38 12,90


Sumatera Utara 11,20 1,45 12,98 8,35 14,05
Sumatera Barat 14,29 1,94 13,56 10,50 18,09
Riau 6,68 1,15 17,23 4,43 8,94
Jambi 9,03 1,50 16,55 6,10 11,96
Sumatera Selatan 7,55 1,00 13,29 5,58 9,51
Bengkulu 12,55 2,44 19,47 7,76 17,34
Lampung 11,03 1,45 13,12 8,19 13,86
Kep. Bangka Belitung 17,82 2,50 14,01 12,93 22,72
Kep. Riau 24,63 3,90 15,83 16,99 32,28

id
DKI Jakarta 57,31 3,64 6,35 50,17 64,44

o.
Jawa Barat 25,01 1,40 5,59 22,27 27,75

.g
Jawa Tengah 19,66 1,01 5,12 17,69 21,63
DI Yogyakarta 27,87 3,43 12,31 21,14 34,59
ps
Jawa Timur 22,54 1,17 5,20 20,24 24,83
Banten 25,92 3,14 12,13 19,76 32,09
.b

Bali 30,11 3,19 10,59 23,86 36,36


w

Nusa Tenggara Barat 10,26 1,78 17,37 6,77 13,76


w

Nusa Tenggara Timur 9,67 1,54 15,98 6,64 12,70


w

Kalimantan Barat 10,26 1,69 16,47 6,95 13,57


://

Kalimantan Tengah 17,45 2,24 12,83 13,06 21,84


s

Kalimantan Selatan 20,99 2,41 11,48 16,27 25,72


tp

Kalimantan Timur 22,56 2,82 12,50 17,03 28,09


Kalimantan Utara 17,17 3,81 22,17 9,70 24,63
ht

Sulawesi Utara 12,62 1,77 14,04 9,14 16,09


Sulawesi Tengah 8,89 1,76 19,78 5,45 12,34
Sulawesi Selatan 15,35 1,59 10,37 12,23 18,47
Sulawesi Tenggara 11,87 2,19 18,46 7,58 16,17
Gorontalo 9,15 2,42 26,491 4,40 13,90
Sulawesi Barat 11,23 2,80 24,96 5,74 16,73

Maluku 10,85 2,13 19,60 6,68 15,01


Maluku Utara 9,02 2,65 29,331 3,83 14,21

Papua Barat 15,20 2,14 14,06 11,01 19,38


Papua 8,22 1,58 19,24 5,12 11,32

Indonesia 20,23 0,45 2,22 19,35 21,11

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022
Tabel 7.32
Sampling Error Persentase Rumah Tangga Menurut Karakteristik dan Cara Penanganan Sampah, 2022

Diangkut Petugas

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 42,55 0,95 2,24 40,68 44,42
Perdesaan 4,75 0,32 6,77 4,12 5,38

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
10,49 0,57 5,41 9,37 11,60
dan Tidak Tamat SD

id
SD/Sederajat 15,78 0,59 3,76 14,61 16,94

o.
SMP/Sederajat 23,28 0,77 3,32 21,77 24,80
SM/Sederajat 37,98 0,82 2,16 36,37 39,59
Perguruan Tinggi 53,96 1,12
.g 2,07 51,77 56,14
ps
Status Ekonomi
Kuintil 1 11,19 0,66 5,94 9,89 12,50
.b

Kuintil 2 16,93 0,72 4,24 15,52 18,33


w

Kuintil 3 20,20 0,71 3,49 18,82 21,58


w

Kuintil 4 28,40 0,79 2,78 26,85 29,95


w

Kuinitl 5 47,41 0,96 2,02 45,53 49,29


://

Indonesia 26,56 0,56 2,12 25,45 27,67


s
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Dibuang ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 18,20 0,64 3,50 16,95 19,45
Perdesaan 4,34 0,32 7,33 3,72 4,97

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
6,93 0,52 7,48 5,91 7,94
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 9,33 0,45 4,86 8,44 10,22

id
SMP/Sederajat 12,57 0,57 4,52 11,45 13,68
SM/Sederajat 16,22 0,58 3,59 15,08 17,36

o.
Perguruan Tinggi 17,30 0,75 4,32 15,84 18,77

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 7,13 0,56 7,82 6,04 8,23
Kuintil 2 8,96 0,57 6,34 7,85 10,07
.b

Kuintil 3 11,67 0,51 4,34 10,68 12,66


w

Kuintil 4 14,67 0,58 3,94 13,54 15,80


w

Kuinitl 5 16,86 0,66 3,93 15,56 18,16


w

Indonesia 12,34 0,39 3,15 11,58 13,10


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Didaur Ulang

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,46 0,09 19,98 0,28 0,64
Perdesaan 0,29 0,08 26,431 0,14 0,44

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
0,50 0,19 36,961 0,14 0,87
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 0,23 0,05 21,30 0,13 0,33

id
SMP/Sederajat 0,24 0,06 23,19 0,13 0,35
SM/Sederajat 0,49 0,12 23,56 0,27 0,72

o.
Perguruan Tinggi 0,64 0,21 32,961 0,23 1,05

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 0,27 0,11 42,321 0,05 0,49
Kuintil 2 0,30 0,08 27,191 0,14 0,47
.b

Kuintil 3 0,35 0,08 23,15 0,19 0,51


w

Kuintil 4 0,39 0,08 21,31 0,23 0,55


w

Kuinitl 5 0,56 0,14 25,751 0,28 0,84


w

Indonesia 0,39 0,06 0,27 0,51 0,51


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Dibuat Kompos

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 1,64 0,16 9,92 1,33 1,96
Perdesaan 2,91 0,25 8,66 2,41 3,40

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
1,97 0,24 12,10 1,51 2,44
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 2,76 0,27 9,78 2,23 3,29

id
SMP/Sederajat 2,04 0,22 11,01 1,60 2,48
SM/Sederajat 1,89 0,15 8,04 1,60 2,19

o.
Perguruan Tinggi 1,84 0,23 12,70 1,39 2,30

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 3,42 0,37 10,77 2,70 4,14
Kuintil 2 2,27 0,23 10,06 1,83 2,72
.b

Kuintil 3 2,06 0,22 10,77 1,63 2,50


w

Kuintil 4 1,78 0,17 9,67 1,44 2,12


w

Kuinitl 5 1,71 0,18 10,55 1,35 2,06


w

Indonesia 2,18 0,14 6,53 1,90 2,46


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Disetor ke Bank Sampah

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (22) (23) (24) (25) (26)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 2,22 0,23 10,34 1,77 2,67
Perdesaan 0,94 0,11 11,95 0,72 1,16

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
1,01 0,18 17,53 0,66 1,35
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,31 0,14 10,94 1,03 1,58

id
SMP/Sederajat 1,40 0,21 14,63 1,00 1,81
SM/Sederajat 2,29 0,25 10,98 1,80 2,78

o.
Perguruan Tinggi 2,43 0,32 13,32 1,80 3,06

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 1,01 0,17 17,03 0,67 1,34
Kuintil 2 1,23 0,17 13,74 0,90 1,56
.b

Kuintil 3 1,74 0,22 12,77 1,31 2,18


w

Kuintil 4 1,71 0,18 10,49 1,36 2,06


w

Kuinitl 5 2,38 0,30 12,42 1,80 2,96


w

Indonesia 1,68 0,14 8,39 1,40 1,95


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Dibuang ke Sungai/Selokan/Saluran Air

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (27) (28) (29) (30) (31)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 5,21 0,43 8,24 4,37 6,05
Perdesaan 11,70 0,44 3,74 10,85 12,56

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
11,10 0,56 5,04 10,01 12,20
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 10,30 0,48 4,68 9,35 11,24

id
SMP/Sederajat 7,97 0,44 5,51 7,11 8,83
SM/Sederajat 5,42 0,30 5,59 4,83 6,02

o.
Perguruan Tinggi 3,91 0,37 9,38 3,19 4,63

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 10,67 0,69 6,50 9,31 12,03
Kuintil 2 9,47 0,51 5,34 8,48 10,46
.b

Kuintil 3 8,35 0,41 4,93 7,54 9,16


w

Kuintil 4 7,59 0,38 5,00 6,85 8,33


w

Kuinitl 5 5,02 0,35 6,90 4,34 5,70


w

Indonesia 7,96 0,31 3,88 7,35 8,56


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Dibakar

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (32) (33) (34) (35) (36)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 47,91 0,92 1,92 46,11 49,71
Perdesaan 87,21 0,43 0,49 86,37 88,05

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
79,52 0,70 0,88 78,15 80,90
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 75,28 0,64 0,85 74,03 76,53

id
SMP/Sederajat 67,82 0,81 1,19 66,23 69,40
SM/Sederajat 53,17 0,77 1,45 51,66 54,67

o.
Perguruan Tinggi 38,71 1,00 2,59 36,74 40,68

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 78,96 0,80 1,02 77,38 80,54
Kuintil 2 74,24 0,79 1,06 72,69 75,78
.b

Kuintil 3 70,49 0,75 1,06 69,03 71,96


w

Kuintil 4 63,30 0,79 1,25 61,75 64,85


w

Kuinitl 5 44,07 0,87 1,97 42,38 45,77


w

Indonesia 64,54 0,56 0,86 63,45 65,63


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Ditimbun

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (37) (38) (39) (40) (41)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 7,41 0,45 6,02 6,53 8,28
Perdesaan 20,29 0,60 2,96 19,11 21,47

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
16,23 0,69 4,26 14,87 17,59
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 15,24 0,55 3,61 14,16 16,32

id
SMP/Sederajat 13,80 0,55 3,99 12,72 14,88
SM/Sederajat 9,83 0,37 3,76 9,11 10,56

o.
Perguruan Tinggi 8,18 0,48 5,85 7,24 9,12

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 15,33 0,79 5,15 13,78 16,87
Kuintil 2 14,85 0,61 4,09 13,66 16,04
.b

Kuintil 3 14,54 0,53 3,66 13,49 15,58


w

Kuintil 4 12,48 0,47 3,78 11,56 13,41


w

Kuinitl 5 8,74 0,38 4,40 7,99 9,49


w

Indonesia 12,86 0,36 2,83 12,14 13,57


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Dibuang Sembarangan

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (42) (43) (44) (45) (46)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 3,57 0,28 7,98 3,01 4,13
Perdesaan 12,46 0,47 3,77 11,53 13,38

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
11,90 0,55 4,59 10,83 12,97
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 9,16 0,42 4,62 8,33 9,99

id
SMP/Sederajat 6,74 0,34 5,09 6,06 7,41
SM/Sederajat 5,02 0,25 5,07 4,52 5,52

o.
Perguruan Tinggi 3,07 0,28 9,22 2,52 3,63

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 10,94 0,62 5,70 9,72 12,16
Kuintil 2 8,93 0,43 4,84 8,09 9,78
.b

Kuintil 3 7,90 0,39 4,88 7,15 8,66


w

Kuintil 4 6,17 0,31 5,09 5,56 6,79


w

Kuinitl 5 4,26 0,28 6,67 3,70 4,81


w

Indonesia 7,33 0,26 3,54 6,82 7,84


s ://
tp
ht
Tabel 7.32 (Lanjutan)

Lainnya

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (47) (48) (49) (50) (51)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 0,96 0,15 15,59 0,66 1,25
Perdesaan 1,04 0,16 15,05 0,73 1,34

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
1,04 0,19 18,00 0,67 1,40
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 1,02 0,14 13,32 0,76 1,29

id
SMP/Sederajat 1,14 0,18 15,68 0,79 1,49
SM/Sederajat 0,95 0,12 12,57 0,72 1,19

o.
Perguruan Tinggi 0,67 0,12 18,33 0,43 0,91

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 1,13 0,18 15,76 0,78 1,48
Kuintil 2 0,92 0,15 16,83 0,61 1,22
.b

Kuintil 3 1,04 0,15 14,92 0,73 1,34


w

Kuintil 4 1,11 0,16 14,10 0,81 1,42


w

Kuinitl 5 0,81 0,13 15,59 0,56 1,06


w

Indonesia 0,99 0,11 10,95 0,78 1,20


://

Keterangan: 1 Penggunaan
nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati
s

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht
Tabel 7.33
Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Diangkut Petugas
atau Dibuang ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menurut Provinsi
dan Frekuensi Sampah Diangkut Petugas, 2022

Frekuensi: 1-2 Kali


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Aceh 38,83 5,41 13,93 28,22 49,43


Sumatera Utara 33,70 3,44 10,20 26,96 40,44
Sumatera Barat 21,46 3,64 16,95 14,33 28,59
Riau 40,19 6,31 15,71 27,81 52,57
Jambi 21,96 4,17 18,98 13,78 30,13
Sumatera Selatan 33,49 4,57 13,66 24,52 42,46
Bengkulu 22,68 5,29 23,34 12,30 33,06
Lampung 31,49 6,40 20,33 18,94 44,05

id
Kep. Bangka Belitung 43,73 4,64 10,62 34,63 52,84

o.
Kep. Riau 57,62 6,62 11,49 44,63 70,60

DKI Jakarta 17,54 2,91


.g
16,61 11,83 23,25
ps
Jawa Barat 58,12 2,89 4,97 52,46 63,78
Jawa Tengah 48,16 2,87 5,97 42,52 53,79
.b

DI Yogyakarta 36,60 5,13 14,00 26,55 46,65


Jawa Timur 23,73 2,57 10,81 18,70 28,76
w

Banten 33,27 4,97 14,94 23,52 43,01


w

Bali 43,71 4,79 10,95 34,33 53,09


w

Nusa Tenggara Barat 57,42 5,20 9,05 47,23 67,61


://

Nusa Tenggara Timur 73,77 6,64 9,00 60,76 86,79


s
tp

Kalimantan Barat 18,40 3,94 21,40 10,68 26,12


Kalimantan Tengah 36,41 5,80 15,93 25,04 47,79
ht

Kalimantan Selatan 36,30 4,27 11,76 27,93 44,67


Kalimantan Timur 13,76 3,16 22,94 7,57 19,95
Kalimantan Utara 21,10 5,40 25,611 10,50 31,69

Sulawesi Utara 37,01 5,01 13,52 27,20 46,83


Sulawesi Tengah 50,06 9,65 19,28 31,14 68,99
Sulawesi Selatan 33,78 4,51 13,37 24,93 42,63
Sulawesi Tenggara 22,80 4,25 18,66 14,46 31,14
Gorontalo 49,48 10,55 21,32 28,80 70,17
Sulawesi Barat 42,41 11,69 27,561 19,49 65,33

Maluku 19,90 5,72 28,761 8,68 31,12


Maluku Utara 28,84 6,65 23,07 15,79 41,88

Papua Barat 45,46 6,84 15,04 32,06 58,87


Papua 37,91 6,00 15,81 26,16 49,67

Indonesia 38,59 1,06 2,74 36,51 40,66


Tabel 7.33 (Lanjutan)

Frekuensi: 3-4 Kali


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Aceh 30,74 4,71 15,32 21,51 39,98


Sumatera Utara 33,58 3,79 11,29 26,15 41,01
Sumatera Barat 36,85 4,19 11,37 28,64 45,06
Riau 32,80 5,64 17,19 21,74 43,85
Jambi 21,54 4,22 19,58 13,27 29,81
Sumatera Selatan 30,56 4,58 14,97 21,59 39,54
Bengkulu 40,69 5,33 13,09 30,25 51,14
Lampung 44,08 6,76 15,34 30,82 57,33
Kep. Bangka Belitung 32,20 3,78 11,75 24,78 39,62
Kep. Riau 25,99 4,61 17,73 16,96 35,02

DKI Jakarta 42,74 3,84 8,98 35,22 50,26

id
Jawa Barat 26,52 2,36 8,90 21,89 31,14

o.
Jawa Tengah 29,55 2,30 7,78 25,04 34,06
DI Yogyakarta 30,80 4,87 15,83 21,24 40,35
Jawa Timur 40,00 3,00
.g7,51 34,11 45,88
ps
Banten 35,25 4,29 12,18 26,83 43,66
.b

Bali 30,40 4,67 15,36 21,24 39,56


Nusa Tenggara Barat 22,70 4,53 19,93 13,83 31,58
w

Nusa Tenggara Timur 9,65 2,95 30,611 3,86 15,44


w

Kalimantan Barat 39,60 5,33 13,47 29,14 50,06


w

Kalimantan Tengah 38,55 5,14 13,34 28,47 48,63


://

Kalimantan Selatan 37,56 4,26 11,33 29,22 45,91


s

Kalimantan Timur 25,28 3,61 14,28 18,20 32,36


tp

Kalimantan Utara 12,26 3,95 32,201 4,52 20,01


ht

Sulawesi Utara 29,92 4,06 13,58 21,96 37,89


Sulawesi Tengah 19,94 5,39 27,061 9,36 30,51
Sulawesi Selatan 22,26 3,81 17,14 14,78 29,74
Sulawesi Tenggara 36,88 7,17 19,43 22,83 50,93
Gorontalo 29,17 8,38 28,731 12,74 45,60
Sulawesi Barat 36,20 10,97 30,291 14,70 57,71

Maluku 28,88 5,31 18,39 18,47 39,30


Maluku Utara 40,58 6,74 16,60 27,37 53,79

Papua Barat 26,65 4,96 18,62 16,92 36,38


Papua 37,09 5,48 14,77 26,35 47,83

Indonesia 32,31 0,95 2,95 30,44 34,18


Tabel 7.33 (Lanjutan)

Frekuensi: 5-6 Kali


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Aceh 9,77 3,48 35,591 2,95 16,58


Sumatera Utara 7,71 1,92 24,91 3,95 11,48
Sumatera Barat 4,88 1,80 36,811 1,36 8,40
Riau 3,23 1,45 44,811 0,39 6,07
Jambi 6,85 2,59 37,771 1,78 11,92
Sumatera Selatan 3,27 1,14 34,901 1,03 5,50
Bengkulu 7,84 2,66 33,931 2,62 13,06
Lampung 6,33 3,07 48,511 0,31 12,35
Kep. Bangka Belitung 11,35 2,66 23,44 6,13 16,57
Kep. Riau 1,31 0,64 49,111 0,05 2,57

DKI Jakarta 7,35 2,11 28,721 3,21 11,49

id
Jawa Barat 3,55 0,96 27,031 1,67 5,43

o.
Jawa Tengah 4,62 1,13 24,55 2,40 6,85
DI Yogyakarta 17,30 5,58 32,251 6,36 28,24
Jawa Timur 5,93 1,68 28,361
.g 2,64 9,23
ps
Banten NA NA 52,122 NA NA
.b

Bali 3,85 1,92 49,921 0,08 7,62


Nusa Tenggara Barat 6,33 2,45 38,781 1,52 11,14
w

Nusa Tenggara Timur NA NA 51,482 NA NA


w

Kalimantan Barat 9,79 3,17 32,411 3,57 16,02


w

Kalimantan Tengah 4,46 1,97 44,211 0,59 8,33


://

Kalimantan Selatan 4,36 1,70 38,961 1,03 7,69


s

Kalimantan Timur 11,04 2,60 23,53 5,94 16,13


tp

Kalimantan Utara 13,89 4,43 31,871 5,21 22,57


ht

Sulawesi Utara 13,67 3,68 26,951 6,45 20,89


Sulawesi Tengah NA NA 71,332 NA NA
Sulawesi Selatan 3,79 0,96 25,221 1,92 5,66
Sulawesi Tenggara 2,32 0,99 42,731 0,38 4,27
Gorontalo NA NA 50,082 NA NA
Sulawesi Barat NA NA 72,942 NA NA

Maluku 19,41 5,99 30,831 7,68 31,15


Maluku Utara 7,14 2,35 32,951 2,53 11,76

Papua Barat 9,67 3,99 41,291 1,84 17,49


Papua 9,01 2,54 28,191 4,03 13,99

Indonesia 5,55 0,46 8,24 4,65 6,44


Tabel 7.33 (Lanjutan)

Frekuensi: 7 Kali atau Lebih


Provinsi Standard 95% Confidence interval
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (17) (18) (19) (20) (21)

Aceh 20,66 3,91 18,92 13,00 28,33


Sumatera Utara 25,01 3,51 14,02 18,13 31,88
Sumatera Barat 36,81 4,57 12,43 27,84 45,77
Riau 23,78 5,54 23,29 12,92 34,64
Jambi 49,66 5,95 11,98 38,00 61,32
Sumatera Selatan 32,68 5,18 15,84 22,53 42,83
Bengkulu 28,79 6,07 21,07 16,89 40,68
Lampung 18,10 6,00 33,121 6,34 29,86
Kep. Bangka Belitung 12,71 2,72 21,41 7,38 18,05
Kep. Riau 15,08 4,14 27,421 6,97 23,19

DKI Jakarta 32,37 3,98 12,30 24,56 40,18

id
Jawa Barat 11,81 1,41 11,94 9,05 14,58

o.
Jawa Tengah 17,67 2,02 11,45 13,70 21,63
DI Yogyakarta 15,30 4,65 30,421 6,17 24,43
Jawa Timur 30,34 3,02
.g 9,96 24,41 36,26
ps
Banten 29,55 4,62 15,64 20,49 38,62
.b

Bali 22,04 3,72 16,86 14,75 29,33


Nusa Tenggara Barat 13,55 3,11 22,98 7,45 19,66
w

Nusa Tenggara Timur 8,39 3,96 47,171 0,63 16,14


w

Kalimantan Barat 32,21 5,61 17,42 21,21 43,21


w

Kalimantan Tengah 20,58 4,20 20,42 12,34 28,82


://

Kalimantan Selatan 21,77 3,72 17,09 14,48 29,07


s

Kalimantan Timur 49,92 4,68 9,38 40,74 59,11


tp

Kalimantan Utara 52,75 7,53 14,27 37,99 67,52


ht

Sulawesi Utara 19,39 4,26 21,99 11,03 27,76


Sulawesi Tengah 28,03 7,10 25,341 14,11 41,96
Sulawesi Selatan 40,18 4,94 12,31 30,48 49,87
Sulawesi Tenggara 37,99 7,40 19,47 23,49 52,50
Gorontalo 18,07 7,61 42,121 3,15 32,98
Sulawesi Barat 20,35 8,66 42,551 3,37 37,32

Maluku 31,81 4,77 15,00 22,45 41,16


Maluku Utara 23,44 6,53 27,881 10,63 36,25

Papua Barat 18,22 3,97 21,80 10,43 26,01


Papua 15,98 3,76 23,54 8,61 23,36

Indonesia 23,55 0,86 3,67 21,86 25,25

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


2 Nilai estimasi dianggap tidak akurat

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


Tabel 7.34
Sampling Error Persentase Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Diangkut Petugas
atau Dibuang ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) Menurut Karakteristik
dan Frekuensi Sampah Diangkut Petugas, 2022

Frekuensi: 1-2 Kali

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 36,73 1,15 3,13 34,48 38,99
Perdesaan 55,76 2,35 4,21 51,15 60,37

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan

id
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah

o.
41,63 2,35 5,65 37,02 46,24
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
42,52
39,97
1,58
1,55 .g3,72
3,88
39,42
36,93
45,63
43,01
ps
SM/Sederajat 37,08 1,27 3,42 34,60 39,57
Perguruan Tinggi 35,56 1,58 4,44 32,46 38,65
.b
w

Status Ekonomi
Kuintil 1 49,41 2,36 4,78 44,77 54,04
w

Kuintil 2 46,07 1,95 4,24 42,24 49,90


w

Kuintil 3 39,27 1,52 3,87 36,29 42,24


://

Kuintil 4 39,04 1,39 3,57 36,31 41,77


Kuinitl 5 33,64 1,34 3,99 31,01 36,27
s
tp

Indonesia 38,59 1,06 2,74 36,51 40,66


ht
Tabel 7.34(Lanjutan)

Frekuensi: 3-4 Kali

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 33,40 1,04 3,11 31,37 35,44
Perdesaan 22,19 1,80 8,09 18,67 25,71

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
29,95 2,01 6,71 26,02 33,89
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 30,42 1,40 4,61 27,67 33,17

id
SMP/Sederajat 31,93 1,43 4,48 29,13 34,73
SM/Sederajat 33,44 1,17 3,51 31,14 35,73

o.
Perguruan Tinggi 32,95 1,46 4,44 30,08 35,82

Status Ekonomi .g
ps
Kuintil 1 26,86 1,83 6,80 23,28 30,45
Kuintil 2 28,30 1,63 5,76 25,10 31,49
.b

Kuintil 3 32,44 1,48 4,55 29,54 35,33


w

Kuintil 4 32,53 1,28 3,92 30,02 35,03


w

Kuinitl 5 34,44 1,28 3,72 31,93 36,95


w

Indonesia 32,31 0,95 2,95 30,44 34,18


s ://
tp
ht
Tabel 7.34 (Lanjutan)

Frekuensi: 5-6 Kali

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (12) (13) (14) (15) (16)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 5,60 0,48 8,51 4,66 6,53
Perdesaan 5,08 1,59 31,401 1,95 8,20

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
4,15 0,82 19,72 2,55 5,76
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 5,32 0,67 12,66 4,00 6,64

id
SMP/Sederajat 5,14 0,60 11,68 3,96 6,32
SM/Sederajat 5,84 0,59 10,18 4,68 7,01

o.
Perguruan Tinggi 5,98 0,63 10,61 4,73 7,22

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 4,36 0,83 18,98 2,74 5,99
Kuintil 2 4,94 0,75 15,14 3,48 6,41
.b

Kuintil 3 5,31 0,64 12,15 4,04 6,57


w

Kuintil 4 5,84 0,57 9,71 4,73 6,95


Kuinitl 5 5,89 0,61 10,43 4,69 7,10
w
w

Indonesia 5,55 0,46 8,24 4,65 6,44


s ://
tp
ht
Tabel 7.34 (Lanjutan)

Frekuensi: 7 Kali atau Lebih

Karakteristik 95% Confidence interval


Standard
Estimate RSE
Error Lower Upper
(1) (7) (8) (9) (10) (11)

Klasifikasi Desa
Perkotaan 24,27 0,94 3,86 22,43 26,10
Perdesaan 16,97 1,82 10,70 13,41 20,53

Tingkat Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan
KRT
Tidak/Belum Pernah Sekolah
24,27 2,27 9,36 19,81 28,72
dan Tidak Tamat SD
SD/Sederajat 21,74 1,20 5,53 19,38 24,10

id
SMP/Sederajat 22,97 1,28 5,56 20,46 25,47
SM/Sederajat 23,64 1,01 4,28 21,66 25,62

o.
Perguruan Tinggi 25,52 1,33 5,22 22,90 28,13

Status Ekonomi
.g
ps
Kuintil 1 19,36 1,75 9,05 15,93 22,80
Kuintil 2 20,69 1,47 7,11 17,81 23,57
.b

Kuintil 3 22,99 1,26 5,50 20,51 25,47


w

Kuintil 4 22,60 1,10 4,88 20,44 24,76


Kuinitl 5 26,03 1,21 4,66 23,65 28,41
w
w

Indonesia 23,55 0,86 3,67 21,86 25,25


://

Keterangan: 1 Penggunaan nilai estimasi harus dilakukan dengan berhati-hati


s

Sumber: BPS, Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan 2022


tp
ht
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
Anies. (2004). Pengaruh Pajanan Medan Elektromagnetik Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi (Sutet) 500 kV Terhadap Kesehatan Penduduk Di Bawahnya (Studi Kasus-
Kontrol di Tiga Kabupaten di Jawa Tengah, 2004). PhD Thesis, Universitas Negeri
Jakarta.
Apanga, P. A., Weber, A. M., Darrow, L. A., Riddle, M. S., Tung, W. C., Liu, Y., & Garn, J. V.
(2021). The interrelationship between water access, exclusive breastfeeding and
diarrhea in children: a cross-sectional assessment across 19 African countries.
Journal of Global Health, 11, 1–9. https://doi.org/10.7189/jogh.11.04001.

id
Atwii, F., Sandvik, K. B., Kirch, L., Paragi, B., Radtke, K., Schneider, S., Weller, D. (2022).

o.
World Risk Report 2022. Bündnis Entwicklung Hilft, Ruhr University Bochum –
.g
Institute for International Law of Peace and Conflict 2022.
ps
Badan Pusat Statistik. (2020). Persentase Penduduk Daerah Perkotaan menurut Provinsi,
2010-2035. Kependudukan.
.b

Badan Pusat Statistik. (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020. In Berita Resmi Statistik (Issue
w

No.7/01/Th.XXIV).
w

Badan Pusat Statistik. (2022a). Indikator Perumahan Dan Kesehatan Lingkungan 2022. In
w

BPS. BPS.
://

Badan Pusat Statistik. (2022b). Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2022. BPS.
s

Badan Pusat Statistik. (2022c). Profil Migran Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2021.
tp

Badan Pusat Statistik. (2023). Proyeksi Penduduk Indonesia 2020 – 2050 Hasil Sensus
ht

Penduduk 2020. BPS.


Braveman, P., Egerter, S., & Williams, D. R. (2011). The Social Determinants of Health:
Coming of Age. Annual Review of Public Health, 32(1), 381–398.
https://doi.org/10.1146/annurev-publhealth-031210-101218
Chaily, N. (2021). Grey Water untuk Perkotaan. Retrieved 2023, July 20 from
https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3671/grey-water-untuk-perkotaan
Chauhan, A. J., Inskip, H. M., Linaker, C. H., Smith, S., Schreiber, J., & Johnston, S. L. (2003).
Personal exposure to nitrogen dioxide (NO2) and the severity of virus-induced
asthma in children. The Lancet, Vol 361(June).
Corbo, G. M., Forastiere, F., Agabiti, N., Dell’Orco, V., Pistelli, R., Aebischer, M. L., Valente,
S., & Perucci, C. A. (2001). Effect of gas cooking on lung function in adolescents:
Modifying role of sex and immunoglobulin E. Thorax, 56(7), 536–540.
https://doi.org/10.1136/thorax.56.7.536.
Draper, G., Vincent, T., Kroll, M. E., & Swanson, J. (2005). Childhood cancer in relation to
distance from high voltage power lines in England and Wales: a case-control study.
Bmj, 330(7503), 1290.
Dartanto, T., Moeiz, F., Nurhasana, R., Satrya, A., & Thabrany, H. (2019). Parental Smoking
Behavior and It’s Impact on Children Developement .
Dwiprabowo, H. (2010). Study of Policy on Firewood as Source of Energy in Rural Areas
In Java. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 7(1), 1–11. http://ejournal.forda-
mof.org/ejournal-litbang/index.php/JAKK/article/view/266.
Ercumen, A., Arnold, B. F., Kumpel, E., Burt, Z., Ray, I., Nelson, K., & Colford, J. M. (2015).
Upgrading a piped water supply from intermittent to continuous delivery and
association with waterborne illness: a matched cohort study in urban india. PLoS
Medicine, 12(10), 1–24. https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1001892.
Eurofound. (2016). Inadequate Housing in Europe: Costs and Consequences. Publication
Office of the European Union.
https://www.eurofound.europa.eu/publications/report/2016/quality-of-life-social-
policies/inadequate-housing-in-europe-costs-and-consequences.
Fadhullah, W., Imran, N. I. N., Ismail, S. N. S., Jaafar, M. H., & Abdullah, H. (2022).
Household solid waste management practices and perceptions among residents in

id
the East Coast of Malaysia. BMC Public Health, 22(1), 1–20.
https://doi.org/10.1186/s12889-021-12274-7.

o.
Geere, J. A. L., & Hunter, P. R. (2020). The association of water carriage, water supply and
.g
sanitation usage with maternal and child health. A combined analysis of 49 Multiple
ps
Indicator Cluster Surveys from 41 countries. International Journal of Hygiene and
.b

Environmental Health, 223(1), 238–247. https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2019.08.007.


w

Jarup, L., Babisch, W., Houthuijs, D., Pershagen, G., Katsouyanni, K., Cadum, E., ... & Vigna-
w

Taglianti, F. (2008). Hypertension and exposure to noise near airports: the HYENA
w

study. Environmental health perspectives, 116(3), 329-333.


://

Kaza, S., Yao, L., Bhada-Tata, P., & Woerden, F. Van. (2018). What a Waste 2.0: A Global
Snapshot of Solid Waste Management to 2050. World bank Group.
s
tp

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Grafik Komposisi Sampah.


ht

Retrieved 2023 June 20 from https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/.


Kementerian Kesehatan. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan No.
829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Syarat Air Minim Layak Konsumsi. Jakarta.
Kementerian Perindustrian. (2016). Peraturan Menteri Perindustrian No. 40 Tahun 2016
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri. Jakarta.
Kementerian PPN/Bappenas. (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2020-2024. In Lampiran Peraturan Presiden RI No. 18 Tahun 2020 tentang RPJMN
2020-2024: Narasi. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas.
Kementerian PUPR. (2017). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) Republik Indonesia No. 04/PRT/M/2017 tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Domestik. Jakarta.
Kementerian PUPR. (2020). Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat Tahun 2020-2024. Kementerian PUPR.
Lanphear, B. P., Aligne, C. A., Auinger, P., Weitzman, M., & Byrd, R. S. (2001). Residential
exposures associated with asthma in US children. Pediatrics, 107(3), 505–511.
https://doi.org/10.1542/peds.107.3.505.
Noverina, M. (2017). Fenomena urbanisasi dan kebijakan penyediaan perumahan dan
permukiman di perkotaan Indonesia. Masyarakat Indonesia, 36(2), 103-124.
Novi, S. I. D. (2015). Analisis Pengaruh Tingkat Kebisingan Dan Getaran Kereta Api
Terhadap Tekanan Darah Ibu Rumah Tangga Di Pemukiman Pinggiran Rel Kereta
Api Jalan Ambengan Surabaya.
Öberg, M., Woodward, A., Jaakkola, M. S., Peruga, A., & Prüss-Ustün, A. (2010). Global
estimate of the burden of disease from second-hand smoke. World Health
Organization, 81.
Republik Indonesia. (2006). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan. Jakarta.
Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian. Jakarta.

id
Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

o.
Sampah. Jakarta.

.g
Republik Indonesia. (2011). Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
ps
dan Kawasan Permukiman. Jakarta.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 Tahun
.b

2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jakarta.


w

Republik Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 12 Tahun 2021
w

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2016 tentang


w
://

Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Jakarta.


Rosa, G., & Clasen, T. (2010). Estimating the scope of household water treatment in low-
s
tp

and medium-income countries. American Journal of Tropical Medicine and


ht

Hygiene, 82(2), 289–300. https://doi.org/10.4269/ajtmh.2010.09-0382


Shanmugham, S., & Tekele, S. B. (2011). An assessment on the status of water supply
and sanitation in Ethiopia: A case of Ambo town. Journal of sustainable
development in Africa, 13(1), 23-43.
UN Habitat. (2021). Waste Separation at Home.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2
ahUKEwi0mYG_k_f_AhUUbmwGHS_6BlgQFnoECBsQAQ&url=https%3A%2F%2Fun
habitat.org%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2F2021%2F01%2F5rs_posters_my_waste_
our_wealth_-_english.pdf&usg=AOvVaw11olEIDEwg0kDklp.
UNICEF. (2021). Water Scarcity. Retrieved 2023, Jule 25 from
https://www.unicef.org/wash/water-scarcity.
Walid, A., Kusumah, R. G. T., Putra, E. P., Herlina, W., & Suciarti, P. (2020). Pengaruh
Keberadaan TPA terhadap Kualitas Air Bersih Diwilayah Pemukiman Warga Sekitar:
Studi Literatur. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(3), 1075-1078.
WHO. (2018). World Health Statistics 2018: Monitoring Health for the SDGs. In WHO.
WHO.
World Health Organization. (2016). Results of Round I of the WHO International Scheme
to Evaluate Household Water Treatment Technologies. In World Health
Organization.
World Health Organization. (2018). WHO Housing and Health Guidelines. WHO.
http://www.who.int/phe%0Ahttp://apps.who.int/bookorders.
World Health Organization. (2022). Household Air Pollution.
https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/household-air-pollution-
and-health

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht
Tanta-Tanda yang Digunakan dalam Publikasi

NA : Data tidak dapat ditampilkan

Nilai estimasi sangat kecil : 0,00

Relative Standard Error (RSE)

id
Estimasi dari sampel survei dipengaruhi oleh dua jenis error (kesalahan) yaitu Sampling

o.
Error dan non-Sampling Error (seperti kesalahan dalam wawancara dan kesalahan

.g
pengolahan). Sampling Error adalah kesalahan yang ditimbulkan dari penggunaan teknik
ps
sampling dalam suatu survei. Besarnya Sampling Error secara teori statistik ditunjukan
oleh besarnya angka standard error dari suatu angka estimasi persentase suatu variabel
.b

yang disajikan dari hasil Susenas MKP 2022. Untuk mengukur presisi dari suatu angka
w

estimasi, digunakan besaran Relative Standard Error (RSE), yaitu rasio dari nilai standard
w

error dengan nilai estimasi suatu variabel, yang dinyatakan dalam persentase (%). Dengan
w
://

menggunakan selang kepercayaan 95,00 persen, dapat disajikan estimasi interval


(interval estimation) dengan batas bawah (lower) dan batas atas (upper). Makin rendah
s
tp

nilai RSE atau makin pendek selang kepercayaan menunjukkan nilai indikator yang makin
ht

baik.

Kesalahan sampling dari beberapa estimasi harus digunakan secara hati-hati. Untuk
estimasi dari jumlah kasus yang kecil, kesalahan relatif akan sangat besar. Secara umum,
besaran standard error akan meningkat seiring dengan besaran estimasi. Sebaliknya, RSE
menurun jika ukuran estimasi tersebut meningkat. Estimasi yang sangat kecil akan
menghasilkan RSE yang tinggi sehingga nilainya menjadi tidak akurat. Nilai estimasi
dengan RSE<25,00 persen dianggap akurat, nilai estimasi dengan RSE≥25,00 persen
namun ≤50,00 persen menunjukkan perlunya kehati-hatian jika ingin digunakan,
sementara itu estimasi dengan RSE>50,00 persen dianggap sangat tidak akurat dan
seharusnya digabungkan dengan estimasi yang lain untuk memberikan estimasi dengan
RSE <25,00 persen. Nilai estimasi dengan RSE>50,00 persen ditandai dengan tanda NA.
Penghitungan tingkat Sampling Error untuk indikator-indikator yang disajikan dalam
publikasi Statistik Perumahan dan Permukiman 2022 menggunakan paket pemrograman
dengan desain yang mengikuti desain sampling Susenas.
Metodologi Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan (MKP) 2022

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret dan September. Susenas Kor
dilaksanakan setiap tahun pada bulan Maret, sementara Susenas Modul dilaksanakan
pada bulan September yang dilaksanakan bergantian antara Modul Ketahanan Sosial,
Modul Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP), serta Modul Kesehatan dan Perumahan
(MKP). Pada September 2022, dilaksanakan Susenas MKP. Susenas MKP pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1992 untuk mengumpulkan data yang lebih detail mengenai
kesehatan dan perumahan guna melengkapi indikator yang telah dikumpulkan dari
Susenas Kor.

Jumlah sampel Blok Sensus (BS) Susenas MKP 2022 sebesar 7.500 BS yang merupakan
subsample dari BS sampel Susenas Kor (Maret) 2022. Pada setiap BS terpilih, dilakukan
pemilihan sampel sebanyak sepuluh rumah tangga sehingga jumlah sampel rumah

id
tangga untuk Susenas MKP 2022 sebanyak 75.000 rumah tangga. Untuk memperoleh

o.
representative sample pada pelaksanaan Susenas MKP, dilakukan stratifikasi pada

.g
seluruh BS dan rumah tangga di BS terpilih. Stratifikasi BS dilakukan secara eksplisit
menurut klasifikasi perkotaan/perdesaan. Pemilihan sampel BS dilakukan tiga tahap: 1.
ps
Memilih 40 persen BS secara Probability Proportional to Size (PPS) untuk memperoleh
.b

Master Sampling Frame BS (40 persen BS keseluruhan); 2. Memilih alokasi secara


w

systematic sampling pada setiap strata perkotaan dan perkotan di setiap kabupaten/kota
w

untuk kegiatan Susenas Maret 2022; 3. Memilih BS untuk Susenas MKP 2022 dari BS
w

Susenas Maret 2022 secara systematic. Setelah pemilihan sampel pada level BS,
://

pemilihan sampel rumah tangga dilakukan secara systematic sampling sebanyak 10


s
tp

rumah tangga dari hasil pemutakhiran pada setiap BS terpilih dengan stratifikasi implisit
berdasarkan tingkat pendidikan kepala rumah tangga untuk meningkatkan keterwakilan
ht

dan keragaman karakteristik sosial ekonomi rumah tangga. Dalam pelaksanaannya,


respon rate Susenas MKP 2022 adalah sebesar 99,27 persen.

Pengumpulan data Susenas MKP 2022 menggunakan dua buah instrumen, yaitu
kuesioner MKP yang ditanyakan pada level individu, untuk menggali informasi mengenai
demografi, pendidikan, kesehatan, perumahan, dan perlindungan sosial, serta kuesioner
konsumsi/pengeluaran pada level rumah tangga untuk mengumpulkan informasi
mengenai pengeluaran makanan dan bukan makanan. Hasil dari Susenas MKP 2022
dapat digunakan untuk mengestimasi data hingga level provinsi.
Definisi Operasional

1. Kepala Rumah Tangga (KRT) Salah seorang dari Anggota Rumah Tangga (ART)
yang bertanggung jawaab atas pemenuhan
kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang
yang dituakan/dianggap/dutunjuk sebagai KRT.
2. Klasifikasi desa Pengelompokan desa/kelurahan di Indonesia
menjadi daerah perkotaan dan perdesaan.
Penentuan desa/kelurahan tersebut menggunakan
indikator komposit yang nilainya berdasarkan
variabel kepadatan penduduk, persentase rumah
tangga pertanian, dan akses ke fasilitas umum.

3. Status ekonomi Pengelompokan berdasarkan pengeluaran rumah


tangga yang terbagi menjadi lima kategori, yaitu

id
kuintil 1, 2, 3, 4, dan 5.
Makin tinggi kategori kuintil menunjukkan status

o.
ekonomi atau kesejahteraan rumah tangga yang
.g
makin tinggi.
ps
4. Rumah tangga biasa Seorang atau sekelompok orang yang mendiami
.b

sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus,


w

dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu


w

dapur. Rumah tangga biasa umumnya terdiri atas


w

ibu, bapak, dan anak.


://

Rumah tangga yang dicatat dalam Susenas MKP


s

2022 hanya rumah tangga biasa.


tp

5. Status kepemilikan Status kepemilikan tempat tinggal di mana pada


ht

bangunan tempat tinggal waktu pencacahan bangunan rumah/bangunan


milik sendiri tempat tinggal yang ditempati oleh rumah tangga
merupakan milik kepala rumah tangga atau salah
seorang anggota rumah tangga. Rumah/bangunan
tempat tinggal yang dibeli secara angsuran melalui
kredit bank atau rumah dengan status sewa beli
dianggap milik sendiri.
6. Cara memperoleh
rumah/ bangunan tempat
tinggal
 Membeli dari Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli
pengembang langsung dari pengembang baik dengan
pembayaran tunai atau kredit.
Pengembang adalah perusahaan yang melakukan
kegiatan pengadaan dan pengolahan tanah serta
pengadaan bangunan dan/atau sarana dan
prasarana dengan maksud dijual atau disewakan
(KBBI 2013).
 Membeli dari bukan Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli
pengembang bukan dari developer (pengembang), tetapi membeli
dari perorangan, koperasi/yayasan, atau pihak lain
yang bukan pengembang. Dalam hal ini termasuk
juga mereka yang membeli rumah alih kredit dari
penghuni lama dengan masih melanjutkan
membayar angsuran.
 Membangun sendiri Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan
membangun sendiri rumah tersebut, baik yang
biayanya berasal dari uang sendiri, pinjaman/hutang
dari perorangan, pinjaman/hutang dari lembaga
keuangan seperti bank maupun pinjaman/hutang
dari koperasi.

id
 Lainnya Contoh rumah warisan dan hibah.

o.
7. Cara membeli
.g
ps
rumah/bangunan tempat
tinggal
.b

 Angsuran KPR Angsuran untuk kredit pemilikan rumah yang


w

dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan.


w

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas


w

kredit rumah yang diberikan oleh perbankan kepada


://

nasabah perorangan yang akan membeli atau


s

memperbaiki rumah. Di Indonesia, saat ini dikenal


tp

ada dua jenis KPR:


ht

1. KPR Subsidi, suatu kredit yang diperuntukkan


kepada masyarakat berpenghasilan menengah
ke bawah untuk memenuhi kebutuhan
perumahan atau perbaikan rumah yang telah
dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa
subsidi yang meringankan kredit dan subsidi
menambah dana pembangunan atau perbaikan
rumah.
2. KPR Non Subsidi, kredit rumah untuk
masyarakat yang ditetapkan oleh bank,
sehingga penentuan besarnya kredit dan suku
bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang
bersangkutan.
Termasuk angsuran KPR jika membeli bangunan
tempat tinggal dengan Kredit Pemilikan Apartemen
(KPA); Membeli rumah/bangunan tempat tinggal
dengan cara alih kredit dari orang lain.
 Angsuran non KPR, angsuran untuk pembayaran kredit pemilikan
rumah/bangunan tempat tinggal yang sumbernya
dari lembaga keuangan yang bukan diperuntukkan
sebagai pembiayaan KPR.
 Tunai Pembayaran rumah/bangunan tempat tinggal secara
kontan kepada pihak penjual dan seluruh uangnya
berasal dari rumah tangga (tidak dari meminjam).
 Lainnya misalnya membeli rumah/bangunan tempat tinggal
dengan meminjam uang kepada saudara, teman,
dsb. Tuliskan isian lainnya pada tempat yang
disediakan.

8. Jangka Waktu Kredit Jangka waktu pengembalian kredit seperti

id
tercantum pada akad kredit yang telah disepakati

o.
pada saat pembuatan akad. Bila jangka waktunya

.g
diperpanjang atau terjadi restrukturisasi utang, maka
jangka waktu yang dianggap lunas adalah jangka
ps
waktu kumulatif setelah restrukturisasi.
.b

9. Ruangan Bagian dari bangunan tempat tinggal/rumah dengan


w

luas minimum 3 (tiga) m2, dibatasi minimal oleh 3


w

(tiga) dinding/sekat permanen (tidak bisa


w

digeser/dipindahkan) dan rapat dari lantai hingga ke


://

langit-langit serta tingginya sekat minimal 2 (dua) m.


s
tp

 Jendela Jendela berfungsi sebagai jalur sirkulasi udara di


ht

ruangan dan sinar matahari yang masuk ke dalam


ruangan. Sinar matahari yang masuk ke dalam setiap
sudut ruangan akan membantu membunuh kuman
ataupun bakteri. Sinar matahari yang dimaksud tidak
harus sinar matahari langsung yang masuk ke dalam
ruangan melalui jendela.
 Ventilasi Bagian dari rumah yang berfungsi sebagai saluran
udara dari dalam dan ke luar ruangan sehingga
terjadi pergantian udara. Seiring dengan keluarnya
udara dari dalam ruangan, ventilasi juga menjadi
saluran keluarnya pencemar dari dalam ruangan.
Terdapat dua jenis ventilasi, yaitu alami dan mekanik.
Ventilasi alami biasanya memanfaatkan tiupan angin
yang masuk melalui lubang angin di atas pintu atau
jendela; sedangkan ventilasi mekanik menggunakan
AC atau kipas angin yang dipasang pada dinding
(exhaust fan) untuk mengeluarkan dan memasukkan
udara ke dan dari ruangan.
 Pencahayaan ruangan Pencahayaan alami yang bersumber dari sinar
matahari yang masuk melalui pintu, jendela, maupun
ventilasi. Pencahayaan alami yang masuk ke dalam
ruangan, selain dapat menghemat energi listrik juga
dapat berfungsi untuk membunuh kuman.
10. Instalasi Pengelolaan Instalasi pengolahan air limbah yang dirancang
Lumput Tinja (IPLT) hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang
berasal dari Sub-sistem Pengolahan Setempat
(Pedoman Perencanaan Teknik Terinci Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)).
11. Sumber air minum Sumber air yang digunakan untuk minum sehari-
hari.

id
12. Lokasi sumber air minum

o.
Di luar kawasan pagar Lokasi sumber/fasilitas air minum terletak di luar
rumah
.g
batas pekarangan rumah, misal: membeli air isi ulang
ps
di toko di luar rumah, air danau, dll.
.b

13. Perlakuan supaya air


menjadi lebih aman untuk
w

diminum
w
w

 Membiarkan sampai Menyimpan air tanpa diganggu dan tanpa


://

mengendap mencampurkan dengan partikel besar sebagai


pemberat untuk menghasilkan endapan pada bagian
s
tp

bawahnya.
ht

 Menyaring dengan kain, Menuangkan air melalui saringan kain yang


berfungsi sebagai filter untuk mengumpulkan
serpihan benda padat (partikel) dari air.
 Menyaring dengan filter Mengalirkan air melalui saringan yang dibuat sendiri
air tradisional (ijuk, pasir, dari bahan-bahan tradisional untuk mengeluarkan
dll.), partikel-partikel kotoran, menghilangkan bau, dan
membunuh bakteri dalam air.
 Menggunakan filter Mengalirkan air melalui filter air siap pakai atau
modern (keramik, bio- saringan elektronik untuk mengeluarkan partikel-
sand, dll.), partikel kotoran, menghilangkan bau, dan
membunuh bakteri dalam air.
 Menambah penjernih Menggunakan cairan klorin, penjernih atau bubuk
(tawas/klorin/ disinfectant untuk mengolah air minum.
disinfectant),
 Menjemur di bawah Membiarkan air disimpan dalam botol bening/
sinar matahari (solar transparan dan dijemur di bawah sinar matahari
disinfectant), dengan maksud untuk melumpuhkan
mikroorganisme dalam air.
 Merebus/memasak Merebus air supaya mendidih atau memanaskannya
hingga mendidih dengan bahan bakar. Tidak termasuk air dalam
dispenser dengan pemanas.
 Lainnya Misalnya menyaring air dengan media filtrasi seperti
keramik yang dilapisi perak nitrat, dll.
14. Media utama yang
digunakan rumah tangga
untuk mengakses sumber
air (minum/mandi/cuci/dll.)
 Perpipaan Bila air yang digunakan disalurkan menggunakan
pipa dari sumber air sampai ke rumah.

id
 Hidran umum Sarana pelayanan air minum yang digunakan secara

o.
komunal oleh beberapa rumah tangga, berupa bak
.g
penampung air yang ditempatkan di atas permukaan
ps
tanah dilengkapi dengan penyangga atau pondasi
.b

dan pengisian air dilakukan dengan sistem


perpipaan. Masyarakat mengambil air ke hidran
w

umum dengan menggunakan alat tampung seperti


w

ember/jeriken.
w

 Keran umum Sarana pelayanan air minum yang digunakan secara


://

komunal oleh beberapa rumah tangga, berupa


s
tp

keran-keran air yang ditempatkan dudukan atau


pondasi dan pengaliran air dilakukan dengan sistem
ht

perpipaan (tanpa bak penampung). Masyarakat


mengambil air ke Keran umum dengan
menggunakan alat tampung seperti ember/jeriken.
 Terminal air Sarana pelayanan air minum yang digunakan secara
komunal oleh beberapa rumah tangga, berupa bak
penampung air yang ditempatkan di atas permukaan
tanah dilengkapi dengan penyangga atau pondasi
dan pengisian air dilakukan dengan sistem curah dari
Mobil Tangki Air (MTA) atau kapal tangki air.
Masyarakat mengambil air ke terminal air dengan
menggunakan alat tampung seperti ember/jeriken.

 Tidak ada Bila rumah tangga tidak menggunakan media


perpipaan, hidran umum, keran umum, dan terminal
air untuk mengakses sumber air
minum/mandi/cuci/dll.
15. Letak/lokasi rumah
 Di bawah kabel listrik Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun
Saluran Udara Tegangan 2021 tentang Ruang Bebas dan Jarak Bebas
Ekstra Tinggi (SUTET) Minimum Jaringan Transmisi Tenaga Listrik dan
Kompensasi atas Tanah, Bangunan, dan/atau
Tanaman yang Berada di Bawah Ruang Bebas
Jaringan Transmisi Tenaga Listrik, jarak bebas
minimum vertikal dari konduktor dengan bangunan
untuk SUTET 275 kv adalah 7 m, SUTET 500 kv adalah
9 m, SUTTAS 250 kv adalah 6 m, dan untuk SUTTAS
500 kv adalah 9 m.
 Radius 1 Km dari Tempat Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun
Pemrosesan Akhir (TPA) 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan
sampah Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

id
Tangga Pasal 35, jarak aman lokasi TPA dari

o.
permukiman adalah lebih dari 1 km. Hal ini
mempertimbangkan
.g pencemaran, kebauan,
penyebaran vektor penyakit, dan aspek sosial.
ps
 Dalam radius 2 Km dari Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40
.b

pabrik berpolusi Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan


w

Kawasan Industri, disebutkan jarak lokasi kegiatan


w

industri dari permukiman adalah minimal 2 km untuk


w

mengurangi dampak polutan dan limbah yang dapat


://

membahayakan Kesehatan masyarakat.


s

 Di pinggir rel kereta api Menurut UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang


tp

kurang dari 15 meter Perkeretaapian:


ht

 Batas ruang milik jalur kereta api merupakan


ruang di sisi kiri dan kanan ruang manfaat jalur
kereta api yang lebarnya paling rendah 6 m.
 Batas ruang pengawasan jalur kereta api
merupakan ruang di sisi kiri dan kanan ruang
milik jalur kereta api yang lebarnya paling rendah
9 m.
a) B
a
t
a
s
r
u
a
n
g
p
e
n
g
a
w
 Di tepian/atas Menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011
sungai/danau/laut tentang Sungai, garis sempadan pada sungai tidak
bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah
sebagai berikut:
a) Paling sedikit berjarak 10 m dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai,
dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 m.
b) Paling sedikit berjarak 15 m dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai,
dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m
sampai dengan 20 m.
c) Paling sedikit berjarak 30 m dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai,
dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m.

id
 Di sekitar jalur landasan UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

o.
pesawat terbang menetapkan untuk menjamin keselamatan dan
.g
keamanan penerbangan, bandar udara dilengkapi
ps
dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan
(KKOP). KKOP relatif sangat luas, mulai dari pinggir
.b

landas pacu sampai radius 15.000 m dengan


w

ketinggian yang berbeda-beda sampai 150 m relatif


w

terhadap Titik Referensi Bandar Udara/Aerodrome


w

Reference Point (ARP). Bangunan dan benda tumbuh


://

di dalam KKOP harus diatur dan dikendalikan, tidak


s

melebihi batas ketinggian kawasan keselamatan


tp

operasi penerbangan.
ht

16. Jenis Bencana


 Banjir/banjir rob Banjir merupakan peristiwa terendamnya suatu
wilayah secara tiba-tiba karena jumlah debit air yang
besar akibat terbendungnya aliran sungai. Banjir
dapat terjadi karena curah hujan yang sangat tinggi
namun tidak diimbangi dengan adanya saluran
pembuangan air yang memadai.
Banjir rob terjadi akibat adanya kenaikan muka air
laut yang disebabkan oleh pasang surut air laut.
Selain itu, banjir rob juga disebabkan oleh faktor-
faktor tenaga eksternal seperti dorongan air, angin,
atau swell (gelombang yang bergerak dengan jarak
sangat jauh meninggalkan daerah pembangkitnya);
badai di laut; serta pencairan es kutub yang dipicu
oleh pemanasan global (Karana dan Supriharjo,
2013).
 Tanah Longsor peristiwa gerakan massa tanah dan batuan atau
keduanya yang menuruni lereng karena mengalami
gangguan kestabilan batuan dan tanah penyusun
lereng tersebut.
Tanah longsor dapat terjadi karena 2 (dua)
penyebab, yaitu:

id
a) Akibat hujan lebat di suatu area terjal di mana

o.
tanah di area tersebut tidak kuat menahan air

.g
akibat pohon-pohon yang sudah ditebang.
b) Akibat peristiwa alami di mana tanah di suatu
ps
area memang kurang padat, mendapat curah
.b

hujan yang tinggi, serta konturnya miring dan


w

curam.
w

 Kebakaran Peristiwa di mana hutan, lahan, dan pemukiman


w

dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan dan


://

kerugian terhadap ekonomi dan lingkungan. Selain


s

itu, kebakaran juga mengakibatkan bencana asap


tp

yang mengganggu kesehatan dan aktivitas manusia


ht

di sekitarnya. Peristiwa kebakaran dapat terjadi


karena faktor alam, namun kebanyakan kebakaran
diakibatkan karena perilaku manusia yang tidak
perduli terhadap lingkungannya.
 Gempa Peristiwa terjadinya guncangan atau getaran luar
biasa pada permukaan bumi yang disebabkan oleh
tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif,
runtuhan batuan, serta aktivitas gunung berapi.
 Angin topan/puting Angin dengan kecepatan tinggi yang memiliki pusat,
beliung bergerak melingkar seperti spiral dengan kecepatan
40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi.
Biasanya angin puting beliung ini melewati suatu
wilayah hanya dalam waktu singkat (3-5 menit).
Namun, kerusakan yang diakibatkan oleh angin
puting beliung bisa sangat parah.
 Gunung Meletus Letusan gunung berapi terjadi karena adanya
aktivitas vulkanik (erupsi). Gunung berapi tersebut
dapat mengeluarkan awan panas, hujan debu, gas
beracun, lontaran material, dan banjir lahar.
 Tsunami gelombang air laut besar yang dipicu oleh pusaran
air bawah laut karena pergeseran lempeng, tanah
longsor, erupsi gunung berapi, dan jatuhnya meteor.
Tsunami dapat bergerak dengan kecepatan sangat
tinggi dan dapat mencapai daratan dengan
ketinggian gelombang hingga 30 meter.

17. Saluran pembuangan air


limbah mandi/dapur/cuci
 Saluran tertutup Jika saluran limbah dibuat secara tertutup seperti
dengan menggunakan pipa plastik, pipa besi, atau

id
got tertutup, baik yang berada di dalam pekarangan

o.
maupun di luar pekarangan, termasuk juga yang

 Saluran terbuka .g
berada di dalam tanah.
Jika saluran limbah dibuat secara terbuka, baik yang
ps
berada di dalam pekarangan maupun di luar
.b

pekarangan.
w

 Tanpa saluran Misalnya limbah langsung dibuang tanpa melalui


w

saluran, seperti rumah-rumah yang terdapat di


w

pinggiran kali; selokan yang berupa tanah saja (tanpa


://

media).
s
tp

18. Keadaan aliran air


ht

got/selokan
 Lancar Bila air got/selokan di sekitar rumah mengalir lancar
sehingga air tersebut bergerak, termasuk bila got
tidak berair (kering).
 Mengalir lambat Bila air got/selokan mengalir lambat, antara lain
karena terhalang oleh banyaknya sampah (limbah
padat) yang dibuang ke got/selokan, atau
diakibatkan got/selokan yang tidak baik.
 Tergenang Bila air got/selokan tidak dapat mengalir antara lain
karena tertutup oleh limbah padat atau terhambat
alirannya karena saluran lanjutannya juga tergenang
(penuh), atau tidak ada aliran got/selokan.
19. Bahan Berbahaya dan Zat, energi, dan/atau komponen yang karena sifat,
Beracun (B3) konsentrasi, dan/atau jumlahnya dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain (UU Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup).
 Spray yang Cairan berbentuk spray yang dicampur dengan gas
Mengandung Aerosol air (aerosol) yang mengandung Chloro Fluoro
(Pengharum Ruangan, Carbon (CFC), Nitrogen oksida (NO) atau Hidro
Pembasmi Nyamuk, Air carbon (HC). Gas aerosol berbahaya karena
Disinfectant, dll. mengandung gas CFC yang termasuk dalam gas
rumah kaca efektif menangkap panas matahari
sehingga dapat mengakibatkan peningkatan suhu

id
bumi. Selain itu, aerosol sangat rentan terbakar dan
meledak jika terkena benturan atau suhu panas.

o.
 Pembersih keramik,
granit, marmer .g
Pembersih keramik, granit, marmer mengandung
bahan kimia korosif, yaitu Natrium hidroksida
ps
(NaOH) atau Hidrogen peroksida (H2O2). Efek
.b

beracun yang diakibatkan NaOH dapat berupa


w

korosif paru-paru jika menghirupnya secara


w

berlebihan, dan berbahaya jika terkena kulit dan


w

mata.
://

 Pengilap pengilap kaca/kayu/logam mengandung Metanol


s

kaca/kayu/logam (CH3OH) dan Amoniak (NH3) yang mudah terbakar


tp

dan berbahaya bagi kesehatan tubuh jika dihirup.


ht

Contohnya braso, pengilap kaca mobil atau motor,


pernis atau pelitur kayu.
 Aki (accu) bekas Aki (accu) bekas yang menggunakan Asam Sulfat
dan logam berat yang sifatnya beracun bagi
manusia.
 Cat minyak Cairan yang mengandung Timah Hitam (Pb) dan
Cadmium (Cd), yaitu logam berat yang sifatnya
beracun bagi manusia.
 Racun Serangga racun serangga non spray/pembasmi hama seperti
NonSpray/Pembasmi insektisida yang disemprotkan untuk membasmi
Hama hama tanaman. Bahan ini berbahaya karena bila
terbawa air dapat membunuh biota-biota lain yang
berguna untuk kehidupan di sungai dan laut.
 Deterjen Bahan untuk mencuci pakaian.
20. Sampah organik Sampah yang mengandung unsur-unsur organik dan
bersifat mudah terurai dan membusuk, terdiri dari
sampah makanan (sisa makanan), sampah halaman
(daun, dahan pohon, dll.), dan sampah kertas.

21. Sampah anorganik Sampah yang tidak mudah terurai, terdiri dari
sampah plastik, sampah logam, sampah gelas/kaca,
sampah karet, dan sampah tekstil.

22. Penanganan Sampah


 Diangkut petugas Bila sampah diangkut oleh petugas kebersihan untuk
dibawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
atau Tempat Penampungan Akhir (TPA).
 Dibuang ke Tempat Bila sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga
Penampungan dibuang langsung oleh anggota rumah tangga ke

id
Sementara (TPS) TPS. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah

o.
tempat penampungan sebelum sampah diangkut ke

.g
tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
ps
tempat pengolahan sampah terpadu.
 Didaur ulang Sampah dikelola menjadi barang baru yang dapat
.b

digunakan kembali. Contohnya sampah botol


w

dijadikan vas/hiasan rumah, kardus bekas dijadikan


w

tempat tisu, dan plastik bungkus dijadikan bahan


w

pembuat tas, dll.


://

 Dibuat kompos Sampah dibuat kompos (sampah organik yang


s

dibiarkan menjadi pupuk kompos) sebagai pupuk


tp

tanaman.
ht

 Disetor ke bank sampah Bank sampah adalah konsep pengumpulan sampah


kering yang dipilah dan memiliki manajemen
layaknya perbankan, namun yang ditabung bukan
uang melainkan sampah. Warga yang menabung
sampah disebut nasabah dan memiliki buku
tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya
dikembalikan dengan sampah seharga uang yang
dipinjam. Sampah yang ditabung kemudian
ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang.
Sampah ini nantinya akan dijual ke pabrik yang
sudah bekerja sama.
 Dibuang ke Sampah dibuang langsung ke
sungai/selokan/saluran sungai/selokan/saluran air atau perairan lain seperti
air danau, rawa, dll.
 Dibakar Bila sampah dibakar langsung maupun ditumpuk
terlebih dahulu kemudian dibakar.
 Ditimbun Bila sampah dibuang ke dalam lubang kemudian
ditutup maupun tidak ditutup dengan tanah.
 Dibuang sembarangan Bila sampah dibuang ke sembarang tempat selain
perairan atau tidak memiliki tempat penampungan
yang tetap misalnya ke jalan, tanah lapang, sawah,
kebun, dll.
 Lainnya Misal dijadikan makanan ternak atau pakan ikan.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
w
s ://
tp
ht
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s ://
w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id

Anda mungkin juga menyukai