K
eefektifan penyelengaraan reklame secara garis besar dibedakan menjadi dua,
keefektifan by product dan keefektifan by process.
Tabel V.1
Kriteria dan Indikator Keefektifan Mekanisme Penyelenggara
Reklame dari Segi Produk di Kabupaten Tasikmalaya
Kriteria Indikator Sub Indikator
1. Penempatan reklame sesuai a. Tidak terdapat reklame produk/jasa dalam bentuk
dengan ketentuan penempatan apapun di Kawasan Bebas
reklame menurut jenis kawasan b. Pemasangan reklame di Kawasan Khusus hanya
reklame yang berhubungan dengan kegiatan di
dalam gedung
c. Reklame gerbang/bando hanya terdapat di jalan
yang diperbolehkan dalam peraturan
d. Penempatan reklame tidak menumpuk di satu titik
tertentu
2. Teknis Pemsangan reklame di a. Pemasangan semua reklame khusus dilakukan
tiap kawasan sesuai dengan dengan menempel tegak lurus bangunan dengan
Evaluasi by product
Indikator keefektifan ini terkait dengan aspek kesesuaian dengan perkembangan kota, karena
pengaturan penempatan reklame dilakukan untuk memastikan bahwa karakteristik dan keteraturan
kawasan-kawasan tertentu tidak terganggu oleh adanya reklame, sekaligus untuk membatasi
jumlah pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya. Keefektifan produk berdasarkan indikator
ini ditentukan oleh tiga sub indikator. Indikator dinyatakan terpenuhi jika semua sub indikator
terpenuhi. Berikut diurikan penilaian berdasarkan masing-masing sub indikator tersebut.
Gambar 5.2
Reklame Produk Rokok yang ada di Depan SBBU Jl. Raya Ciawi dan Sarung yang
dipancang di muka Bangunan Toko
Gambar 5.4
Bando Jalan Jenis Reklame yang direkomendasikan
di Jl. Raya Kadipaten dan Jl Raya Rajapolah yang Berisikan Pesan Oleh Pemerintah
Indikator ini terkait dengan faktor estetika. Tiap kawasan memiliki aturan ukuran, jenis,
dan tempat pemasangan reklame yang diperbolehkan. Aturan ini didasari oleh karakteristik dari
tiap kawasan itu sendiri. Karakteristik yang baik dari suatu kawasan perlu dipertahankan. Media
reklame harus terintegrasi dengan lingkungan sekitar, tidak hanya terjadi ketimpangan atau ‘gegar
skala’ dengan bangunan sekitarnya. Selain itu naskah dan ukuran juga menjadi pertimbangan
karena sangat berpengaruh terhadap estetika visual. Keefektifan indikator ini ditentukan oleh tiga
sub indikator , yaitu sebagai berikut:
a. Pemasangan semua reklame di kawasan khusus sesuai dengan ketentuan kawasan
Pemasangan reklame di kawasan ini dilakukan dengan cara menempel vertikal pada
bangunan, dengan ukuran media maksimal 0,5 x 4 m2. Berdasarkan pengamatan dilapangan
ditemukan pemasangan reklame selain dengan cara yang telah ditentukan. Reklame tersebut
dipasang diatas atap bangunan. Ukuran media reklamenya pun lebih besar dari ukuran yang
Gambar 5.6
Reklame di Kawasan Selektif yang Tidak Sesuai
Disamping adanya ketentuan khusus mengenai teknis pemasangan reklame yang berlaku
spesifik di tiap jenis kawasan, terdapat juga ketentuan teknis pemasangan reklame yang berlaku
secara umum. Teknis pemasangan tersebut berlaku sama untuk setiap jenis kawasan. Indikator
teknis pemasangan reklame secara umum ini terkait dengan faktor keselamatan, terutama untuk
pemasangan reklame pada sarana/prasaraana. Pemasangan pada sarana/prasarana meliputi
pemasangan pada halte bis, sheltr, jembatn penyeberangan orang (JPO), dan pemencangan di
berm/trotoar. Penilaian untuk masing-masing sub indikator diuraikan sebagai berikut :
a. Pemasangan reklame dengan cara dipancang diberm sesuai ketentuan
Pemasangan reklame di sarana/prasarana kota perlu mendapat perhatian lebih karena
merupakan bagian dari ruang publik. Dalam hal ini faktor keselamatan menjadi pertimbangan
utama, karena mencakup keselamatan pejalan kaki yang berjalan di trotoar serta kendaraan
yang melintas. Tujuannya adalah agar kendaraan besar seperti bus tidak terhalangi saat akan
berputar atau melewati jalan yang bermnya terpancang reklame. Selain itu, proyeksi bidang
reklame yang dipancang di berm tidak boleh melewati batas persil di dekatnya.
Dari pengamatan di lapangan, terdapat pemasangan reklame di berm yang menyalahi
ketentuan. Pemasangan reklame di berm yang tidak sesuai ketentuan tersebut terdapat di Jl.
Raya Manonjaya (alun-alun manonjaya) dan Jl Raya Timur Singaparna Reklame tidak
dipasang di tengah-tengah pedestrian dan di perkerasan jalan (lihat Gambar 5.7). terdapatnya
pelanggaran terhadap ketentuan pemasangan reklame di berm menandakan sub indikator ini
tidak terpenuhi.
Tabel V.2
Kriteria dan Indikator Keefektifan Mekanisme Penyelenggara
Reklame dari Segi Proses di Kabupaten Tasikmalaya
Kriteria Indikator Sub Indikator
1. Proses pelayanan ijin reklame a. Tahapan prosedur perizinan reklame
berjalan b. Persyaratan permohonan izin reklame diperiksa
kelengkapannya dan hanya permohonan yang
telah lengkap persyaratannya yang diproses
c. 100% reklame yang terpasang di Kabupaten
Tasikmalaya telah memiliki izin
5-1
b. Permohonan izin diperiksa kelengkapannya dan hanya yang telah lengkap yang
diproses
Berdasarkan kondisi di lapangan, gambaran bahwa dalam penyelenggaraan izin yang
dilakukan saat ini; permohonan izin harus lengkap untuk bisa diproses lebih lanjut, tanpa
kelengkapan persyaratan izin tidak bisa diproses. Persyaratan yang diminta merupakan data-
data penting yang menjadi masukan dalam proses pertimbangan izin, antara lain : gambar tata
letak bangunan dan ukuran reklame, selain itu data identitas diri juga penting untuk keperluan
data pembayaran pajak. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sub indikator ini
terpenuhi.
Tabel V.3
Kendala Dalam Proses Penyelesaian Izin
Internal Eksternal
Lamanya waktu yang dibutuhkan pada kajian Persyaratan yang diminta tidak lengkap
teknis, disebabkan hal-hal sebagai berikut : Keterlambatan pemohon dalam membayar
- Mekanisme birokrasi dalam penandatangan dan retribusi ke tiap dinas
persetujuan hasil kajian teknis, baik dari Kepala Survey yang tertunda akibat pemohon tidak
Dinas maupun dari Bupati. datang pada jadwal yang ditentukan.
- Menunggu hasil kajian teknis dari dinas terkait.
Sumber : Hasil Analisis, 2010
Kendala dari sisi eksternal lainnya yaitu pemohon belum membayar retribusi untuk jasa
pembuatan rekomendasi. Jika pemohon belum membayar retribusi, dinas terkait tidak akan
memberikan rekomendasi dan kajian teknisnya. Hal ini menyebabkan mulurnya waktu untuk
memproses ke tahap selanjutnya.
Untuk kendala internal, tahapan perizinan yang memerlukan waktu relatif lebih lama
dibandingkan tahapan lainnya adalah kajian teknis. Kajian teknis dibuat serentak oleh masing-
masing dinas setelah dilakukan rapat koordinasidan survey lapangan. Kajian teknis ini bisa
diselesaikan dalam waktu 2 – 3 hari, tapi kajian teknis yang dikeluarkan harus melalui Kepala
Dinas terlebih dahulu. Hal ini yang menjadi kendala, karena Kepala Dinas tidak selalu berada
di tempat. Hal yang sama juga terjadi untuk jenis permohonan yang harus mendapat
persetujuan langsung dari Bupati. Hasil kajian teknis yang telah disetujui oleh Kepala Dinas
dilaporkan ke Bupati untuk mendapat persetujuan serta saran dan pendapat, waktunya
tergantung dari kesibukan Bupati sendiri. Waktu penyelesaian yang seharusnya selesai dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, bisa mulur sampai waktu yang tidak tentu.
Kendala yang menjadi perhatian dalam penilaian kefektipan adalah kendala internal atau yang
muncul didalam lingkup penyelenggara izin reklame. Adanya kendala ini menunjukan bahwa
ketidakberhasilan mencapai hasil yang diinginkan disebabkan oleh kelemahan sistem kerja
penyelenggara izin reklame itu sendiri. Kendala internal yang dihadapi berkaitan dengan
birokrasi adalah ketidak tepatan waktu penyelesaian izin bisa mendatangkan dampak kurang
baik, yaitu ketidakpercaan terhadap kinerja Pemerintah Kota dalam hal ini tim penyelenggara
izin reklame. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa sub indikator tidak terpenuhi.
Dari uraian sebelumnya, jelas bahwa masih banyak reklame yang tidak memiliki izin atau
setidaknya tidak tercatat oleh penyelenggara izin reklame selaku institusi yang bertugas
mengelola penyelenggaraan reklame. Oleh karena itu, sub indikator kepemilikan izin reklame
bagi semua reklame terpasang tidak terpenuhi.
Menurut sub indikator ini, kelemahan dari penyelenggara izin reklame adalah belum mampu
melakukan inventarisasi data yang akurat yang seharusnya dilakukan sejalan saat
pemroresan izin, selain itu keberadaan reklame yang tidak memiliki izin diduga merupakan
akibat dari kegiatan pengendalian, dalam hal ini pengawasan dan penertiban yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya.
Saat ini Dinas Pendapatan Daerah melakukan pengawasan menurut wewenangnya. Dinas
Pendapatan Daerah mempunyai jadwal pengawasan ke lapangan untuk mengawasi apakah ada
reklame-reklame permanen yang tidak sesuai dengan ketentuan atau tidak memiliki izin. Laporan
mengenai adanya pelanggaran ketentuan pemasangan reklame juga diperoleh dari para staf dinas
yang kebetulan melihat pada saat pulang atau pergi kerja. Hasil temuan dilapangan kemudian
dilaporkan dan di cek dengan data yang ada di Dinas Pendapatan Daerah. Selain itu Dinas
Pendapatan Daerah selaku dinas pengelola penyelenggaraan reklame di Kabupaten Tasikmalaya
mengawasi dari segi masa berlaku pajak.
Berdasarkan temuan tersebut, kemudian dilakukan prosedur penertiban. Hasil pengawasan juga di
evaluasi oleh Dinas Pendapatan Daerah, pelaksanaan evaluasi yang telah berlangsung selama ini
dilakukan di awal, di tengah dan di akhir tahun.
Prosedur penertiban dilapangan adalah berupa surat pemberitahuan dan peringatan yang
diberikan kepada penyelenggara/pengguna reklame. Hal tersebut diperlukan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti digugatnya pengelola reklame dikemudian hari. Prosedur ini
dilalui khusus bagi reklame yang memiliki izin. Jika dilapangan ditemukan reklame yang tidak
berizin biasanya dilakukan pembongkaran. Waktu pelaksanaan penertiban oleh pengelola reklame
di Kabupaten Tasikmalaya adalah tidak tentu. Penilaian terhadap sub indikator penertiban
dijelaskan pada bagian berikutnya.
5.1.3 Kesimpulan
Keefektifan dinilai berdasarkan pemenuhan indikator dan sub indikator yang telah
dirumuskan. Keefektifan by product ditentukan oleh pemenuhan 4 indikator. Dari ke empat
indikator by product ; dua indikator mutlak tidak terpenuhi, sementara dua lainnya sebagian besar
tidak terpenuhi. Pengaruh sub indikator yang terpenuhi dinilai tidak signifikan terhadap tujuan
formal yang ingin dicapai. Kondisi pemenuhan indikator by product menunjukan bahwa masih
terdapat pelanggaran ketentuan reklame di Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan gangguan
kualitas ruang secara visual, selain itu juga terlupakannya aspek keselamatan pemakai ruang
publik.
Uraian Penerimaan Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Pajak Hotel 19.560.010 48.007.568 257.404.838 257.404.838 326.814.640
Pajak Restoran/Rumah Makan 86.627.584 115.293.983 256.960.757 565.922.182 949.679.407
Pajak Hiburan 11.748.344 12.273.232 18.331.360 18.331.306 18.126.027
Pajak Reklame 95.360.460 145.640.512 243.347.842 243.347.842 290.571.460
Pajak Penerangan Jalan Umum 3.264.161.714 3.572.256.726 3.744.996.488 3.774.996.488 8.236.601.379
Pajak Pengambilan Bahan Galian Gol C 760.377.438 211.152.996 82.251.453 82.251.453 360.880.255
Gambar 5.10
Perkembangan Penerimaan Pajak Reklame di Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2005 – 2009
Kampanye iklan umumnya diorganisir dalam suatu daerah atau kota tertentu. Dalam pemasangan
reklame, biasanya diatur dalam jumlah minimum pada setiap kawasan. Tujuannya adalah untuk
menjamin kesempatan penyimakan yang maksimum dari pemirsa. Penempatan reklame pada
lokasi strategis dilakukan agar pemasangan reklame menjadi eonomis. Penempatan ini dalam
rangka perhatian sebanyak mungkin pemirsa. Juga untuk meningkatkan kejelasan detil dari pesan-
pesan yang disampaikan. Hal lain adalah untuk menekan biaya serendah-rendahnya dalam
Menurut Vernill dan Russell faktor yang penting dalam memilih letak panel reklame dalah volume
lalu lintas. Walaupun demikian volume lalu lintas bukanlah faktor tunggal. Industri reklame dalam
menetapkan nilai (harga) suatu reklame berdasarkan pada 4 faktor (Vernill dan Russell) :
1. Jarak reklame (maksimal) dapat dicapai (dilihat)
2. Kecepatan perjalanan
3. Sudut pandang panel reklame
4. Jarak antar reklame
Kesemua faktor tersebut diatas disatukan dalam satuan pengukuran yang disebut Nilai Posisi
Ruang (NPR). Selanjutnya menurut Vernill dan Russell, dalam memilih lokasi yang terbaik, faktor-
faktor lain yang perlu mendapat pertimbangan adalah :
Panjang bidang yan tidak terhalang yan dapat dicapai (jarak bebas pandang) adalah jarak
dimana lokasi reklame pertama kali dan terakhir dapat dilihat secara utuh oleh pengendara
Tipe lalu lintas; perjalanan yang paling lambat adalah yang terbaik. Disampin itu pula jenis
kendaraan yang lalu lalang serta jumlah jalur lalu lintas.
Karakteristik penempatan reklame; meliputi sudut padang, sejajar dengan jalur lalu lintas atau
saling berhadapan
Daerah sekitarnya; apakah dekat dengan pusat perbelanjaan, bagaimana dengan reklama
saingan lainnya, apakah dekat dengan lampu lalu lintas dan sebagainnya.
Ukuran dan bentuk fisik reklame
Harga; nilai perbandingan dengan daerah lain dan hasil negoasiasi denganpemilik.
Dalam pernyataan yang lain, Sute menyatakan bahwa nilai reklame terntun pada lokasi, struktur
reklame, sewa pemanfaatan lahan dalam kaitannya dengan penempatan reklame. Lokai yang
terbaik menurut Sute adalah pemanfaatan lahan yang dinamis dan kecenderungan pemanfaatan
lahan pada masa mendatang. Hal lainnya adalah faktor sudut pandang reklame (berkaitan dengan
rentang pandang bebas panel reklame dapat dilihat), tipe lalu lintas (menyangkut kecepatan dan
jumlah orang yang lewat/volume lalu lintas).
Penempatan reklame dapat dilakukan dalam ruang reklame. Ruang reklame disini adalah ruang
sepanjang jaln, baik pada daerah milik jalan maupun diluar daerah milik jalan (pekarangan, dinding
Setiap kota masing-masing mempunyai karakteristik ruang kegiatan yang berbeda satu sama
lainnya. Keadaan ini menyebabkan ruang yang tersedia didalam penyelenggaraan rekalme
berbeda-beda. Didalam studi pemenfaatan dan pengelolaan reklame perkotaan, beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan adalah :
1. Ketentuan mengenai kawasan bersih reklame (white area) merupakan kawasan yang
terlarang dalam penyelenggagraan reklame. Ketentuan kawasan bersih reklame tergantung
pada tuntutan nilai budaya dan aspek psikologi politik yang berkembang pada setiap kota.
2. ketentuan mengenai klasifikasi lokasi reklame merupakan pembagian kawasan perkotaan
dalam berbagai kategori berdasarkan kaefektifan reklame yang ditempatkan. Faktor yang
perlu mendapat perhatian adalah kawasan pemenfaatan lahan, jumlah penduduk tiap lokasi,
tingkat kepadatan penduduk.
3. ketentuan mengenai tata letak reklame adalah merupakan ketentuan-ketentuan yang
mengatur tata letak dan titik-titik lokasi penempatan reklame. Faktor-faktor yang perlu
mendapat perhatian adalah :
bentuk, ukuran dan jenis reklame pada setiap titik penempatan reklame
besar kecilnya medan reklame yang diukur dengan hasil perkalian dari panjangnya
rentang pandang suatu reklame terhadap rata-rata jumlah orang atau volume lalu lintas
yang tercakup dalam rentang pandang tersebut setiap hari.
4. ketentuan mengenai konstruksi dan ketinggian tiang penyangga rekalme.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam hal konstruksi dan ketinggian tiang penyangga reklame
pada suatu titik penempatan reklame adalah :
Kekuatan pondasi (diatas tanah atau gedung) berkaitan dengan kecepatan angin yang
menerpa bidang media reklame (luas dan ketinggian reklame pada lokasi penempatan
reklame)
Garis sempadan bangunan bagi reklame yang ditempatkan tegak lurus dinding bangunan
Pengaruh sarana dan prasarana kota lainnya seperti jembatan penyebrangan, shelter bis
kota dan sebagainya.
E. Titik Penempatan Reklame Dalam Ruang : Daerah Milik Jalan Dan Diluar Daerah Milik
Jalan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya
berdasarkan penempatannya pada umumnya ditempatkan di Daerah milik Jalan. Hal ini
menunjukan bahwa faktor penempatan pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya
mempunyai prioritas dalam menentukan nilai strategis lokasi pemasangan reklame.
Berdasarkan hasil tersebut diatas, nilai strategis lokasi pemasangan reklame di Kabupaten
Tasikmalaya menunjukan bahwa klasifikasi jalan merupakan prioritas utama, urutan prioritas
lainnya adalah pemanfaatan lahan, ketinggian pemasangan reklame, penempatan reklame dan
sudut pandang panel reklame.
Hasil analisis tingkat kepentingan nilai strategi lokasi pemasangan reklame di Kabupaten
Tasikmalaya menunjukan bahwa klasifikasi jalan merupakan prioritas utama. Urutan prioritas
lainnya adalah pemanfaatan lahan, sudut pandang panel reklame dan ketinggian pemasangan
reklame.
Pada kriteria jalan prioritas utama pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya adalah pada
jalan arteri primer. Urutan prioritas lainnya adalah pada jalan arteri sekunder, kolektor sekunder
dan primer serta lokal sekunder dan primer.
Pada pemanfaatan lahan prioritas utama pemasangan reklame adalah pada kawasan
perdagangan, sedangkan penempatan lainnya adalah pada kawasan khusus, fasilitas
sosial/umum, perkantoran, kawasan terbuka/taman, industri, perumahan dan pertanian.
Pada sudut pandang prioritasnya sebanding dengan urutan jumlah sudut pandang. Semakin
banyak arah panel reklame yang dapat dilihat prioritasnya semakin tinggi. Dalam penempatannya
di ruang reklame penempatan pada non daerah milik jalan lebih utama.
Pada ketinggian pemasangan reklame prioritas tidak sebanding lurus dengan urutan ketinggian.
Ketinggian (0 – 10) meter, (10 – 20) meter dan (20 – 30) meter mempunyai prioritas yang utama
dalam pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya.
Lokasi-lokasi pemasangan reklame di jalan arteri, pada kawasan perdagangan, dengan arah panel
yang dapat dilihat lebih dari 5 arah dan ketinggian (0 – 10) meter adalah lokasi yang mempunyai
nilai prioritas tinggi (lokasi strategis), demikian pula penempatannya pada daerah milik jalan.
Pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya akan dominan pada lokasi-lokasi dengan kriteria-
kriteria seperti tersebut. Perbedaan penilaian ini mengindikasikan adanya zonasi-zonasi nilai
finansial tertentu dalam pemasangan reklame di Kabupaten Tasikmalaya.
Kecenderungan perubahan penempatan reklame jika terjadi perubahan pada sudut pandang
reklame, ketinggian dan pemanfaatan/penggunaan lahan. Pemasangan reklame cenderung