Anda di halaman 1dari 16

PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN GEOPARK

BELITUNG

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Lanjut


(PLA-403) pada Semester Ganjil
Tahun Akademik 2021/2022

Disusun Oleh :

Yudistira Ikrarmullah Syahpratama 24–2016–025

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pariwisata saat ini mempunyai peranan yang penting, hal ini dikarenakan
kontribusi pariwisata memiliki dimensi yang luas, tidak hanya secara ekonomi, namun juga
secara sosial, politik, budaya, kewilayahan dan lingkungan. Menurut Wardiyanto (2011)
kata pariwisata diidentikkan dengan kata travel dalam bahasa inggris yang berarti
perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat lain dan dilakukan secara terencana.
Pendapat tersebut didukung oleh Mulyadi dan Nurhayati (2002) yang menyebutkan bahwa
pariwisata adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan wisatawan baik individu maupun
kelompok dengan menikmati jasa dan industri pariwisata, transportasi, akomodasi, restoran,
hiburan, dan sebagainya.aIndustri pariwisata saat ini mempunyai peranan penting di dunia
karena dengan adanya perkembangan industri pariwisata dapat membantu pertumbuhan
ekonomi, membuka lapangan pekerjaan yang menguntungkan, serta meningkatkan
penghasilan standar hidup.

Indonesia memiliki kekayaan dan keragaman berupa letak geografis, keragaman


bahasa dan suku bangsa, keadaan alam, serta peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang
merupakan sumber daya dan modal dalam sektor kepariwisataan untuk meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan menyebutkan fungsi pariwisata untuk memenuhi kebutuhan
jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta
meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan
kepariwisataan diarahkan untuk mewujudkan tujuan kepariwisataan, yaitu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan,
mengatasi pengangguran, melestarikan alam lingkungan dan sumber daya, memajukan
kebudayaan, mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkokoh jati
diri dan kesatuan bangsa, dan mempererat persahabatan antar bangsa.
Melihat dari kekayaan aset sumber daya wisata alam dan budaya yang dimiliki
negara Indonesia, diperlukan visi atau upaya dalam pengembangan pariwisata di Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan diantaranya mengembangkan konsepsi dan potensi
Geopark, yakni sebuah konsep manajemen pengembangan berkelanjutan yang
menyelariskan keragaman geologi (geodiversity), hayati (biodiversity), dan budaya
(cultural diversity) melalui prinsip konservasi dan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
sudah ada.

Menurut UNESCO (2004) Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-
unsur geologi terkemuka (outstanding) termasuk nilai arkeologi, ekologi, dan budaya yang
ada di dalamnya di mana masyarakat lokal diajak berperan-serta untuk melindungi dan
meningkatkan fungsi warisan alam. Berdasarkan pedoman GGN UNESCO (2004), tujuan
geopark adalah menggali, mengembangkan, menghargai, dan mengambil manfaat dari
hubungan erat antara warisan geologi dan segi lainnya dari warisan alam, berupa budaya,
dan nilai-nilai di area tersebut. Sebuah geopark memiliki batas-batas yang ditetapkan
dengan jelas dan memiliki kawasan cukup luas untuk pembangunan ekonomi lokal. Melihat
dari keragaman bumi dan budaya di Indonesia, sangat tepat bila salah satu upaya untuk
membangun kepariwisataan melalui konsep geopark untuk meningkatkan jumlah dan
kualitas pariwisata di Indonesia.

Status geopark yang sudah diakui secara internasional dan masuk ke dalam
UNESCO Global Geopark (UGG) adalah Belitung. Geopark Belitong ditetapkan sebagai
UNESCO Global Geopark pada tanggal 15 April 2021. Belitung diakui memiliki
keberagaman geologis dan kepulauan di sekitarnya. Keberagaman tersebut termasuk
lanskap, bebatuan, mineral, proses geologis dan tektonik, serta evolusi bumi di Belitung.
Selain itu, geopark Belitung memiliki keunikan dengan adanya keterkaitan kuat antara
aspek geologis, biologis, dan budaya. Mengacu kepada Badan Otoritas pengelola Kawasan
Geopark, terdapat 17 geosite di Belitung yang kini diakui secara internasional, yakni: Juru
Sebrang, Terong Tourism Village, Kuale Granite Mangrove Forest, Peramun Hill Granite
Forest, Tanjung Kelayang Trias Granite, Batu Bedil Trias Granite Rock, Nam Salu Open
Pit, Lumut Hill, Batu Pulas Granite Rock, Cendil Heat Forest, Tebat Rasau Cenozoic
Swamp, Burung Mandi Cretacious Granidiorite, Siantu Pillow Lava, Tajam Mountain,
Baginda Rocks, Punai Beach, Garumedang Tektite.

Untuk mewujudkan potensi geopark secara umum di Belitung tentunya perlu


dukungan infrastruktur, fasilitas, regulasi, kebijakan pemerintah, dan program
pemberdayaan masyarakat yang tentunya melibatkan beberapa pihak antara lain
pemerintah, swasta, dan pemangku kepentingan lainnya atau biasa disebut stakeholder.
Pernyataan tersebut sesuai dengan salah satu komponen utama dalam pengembangan
destinasi pariwisata menurut Cooper et al dalam Sunaryo (2003:159) yaitu kelembagaan.
Pihak-pihak yang terlibat ini sesuai dengan pernyataan sesuai dengan pedoman dan kriteria
Geopark yang diterbitkan oleh UNESCO dalam masterplan TARKIMSIH (2015:7) bahwa
“Geopark harus menyediakan pengelolaan yang terorganisir dengan melibatkan publik,
komunitas lokal, kepentingan swasta, badan-badan riset dan edukasi”. Menurut Sumarto
(2003:3) stakeholder dimaknai sebagai individu, kelompok atau organisasi yang memiliki
kepentingan, terlibat, atau dipengaruhi (secara positif maupun negative) oleh kegiatan atau
program pembangunan. Sejalan dengan ditetapkannya Belitung menjadi status UNESCO
Global Geopark tentu perlu pecepatan terhadap komitmen seluruh stakeholder dan target-
target capaian yang sudah ditetapkan.

Dalam rangka pengembangan geopark Belitung, diperlukan tata kelola geopark


yang handal dan profesional. Pembagian peran dari seluruh stakeholder yang terlibat harus
tertuang dengan jelas dan sinergis dalam pelaksanaannya. Berdasarkan latar belakang
tersebut maka dirasa perlu dilakukan kajian peran stakeholder alam pengembangan
kawasan Geopark Belitung mengingat status Geopark Global Belitung adalah hal yang baru
di Kabupaten Belitung.

1.2 Rumusan Masalah


Upaya pengembangan kepariwisataan tidak mungkin dapat dilakukan tanpa campur
tangan para stakeholders daerah. Belitung yang kini berstatus Geopark Global adalah
tantangan baru bagi pemerintah daerah untuk terus melakukan inovasi dan pengembangan
kepariwisataannya. Keterlibatan para pemangku kepentingan Geopark Belitung bukan lagi
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah saja, namun juga semua elemen yang ada di
dalam kawasan tersebut. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitian
yang diajukan adalah bagaimana peran stakeholder dalam pengembangan kawasan Geopark
Belitung?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Tujuan merupakan suatu arahan yang ingin dicapai suatu penelitian melalui
tercapainya sasaran-sasaran yang ditargetkan untuk menjawab penelitian yang diangkut
pada rumusan masalah.

1.3.1 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran stakeholder dalam pengembangan
kawasan Geopark Belitung.

1.3.2 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai agar dapat menjawab tujuan penelitian ini diantaranya
adalah:

1. Teridentifikasinya stakeholder yang terlibat dalam pengembangan kawasan


Geopark Belitung.
2. Teridentifikasinya bentuk peran stakeholder yang terlibat dalam pengembangan
kawasan Geopark Belitung.
3. Teridentifikasinya bentuk kerjasama stakeholder dalam pengembangan kawasan
Geopark Belitung melalui model Pentahelik.

1.4 Ruang Lingkup


Ruang lingkup terdiri dari ruang lingkup substansi dan ruang lingkup wilayah.
Ruang lingkup substansi membahas mengenai batasan materi yang akan dibahas dalam
penelitian ini, sedangkan ruang lingkup wilayah membahas mengenai batasan wilayah
penelitian. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1.4.1 Ruang Lingkup Substansi
Untuk membatasi penulisan penelitian ini dan supaya lebih terarah serta berjalan
dengan baik, maka dibuat suatu batasan masalah. Adapun lingkup permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini, yaitu:

a. Stakeholder yang terlibat, substansi ini membahas mengenai aktor-aktor yang


terlibat dalam pengembangan Geopark Belitung.
b. Peran stakeholder yang terlibat, substansi ini membahas mengenai peran aktor yang
terlibat dalam pengembangan kawasan Geopark Belitung.
c. Kerjasama antar stakeholder, substansi ini membahas mengenai kolerjasama antar
stakeholder dalam pengembangan kawasan Geopark Belitung.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah


Ruang lingkup wilayah pada kajian ini adalah Kabupaten Belitung yang dimana
Kabupaten Belitung menyandang status Geopark Global Unesco. Adapun batas-batas
administrasi Kabupaten Belitung sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan


 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Belitung Timur
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan
 Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar

Penetapan Belitung sebagai Geopark Global dikarenakan Belitung merupakan salah


satu daerah yang memiliki keanekaragaman geologis Keberagaman tersebut termasuk
lanskap, bebatuan, mineral, proses geologis dan tektonik, serta evolusi bumi di Belitung.
Selain itu, geopark Belitung memiliki keunikan dengan adanya keterkaitan kuat antara
aspek geologis, biologis, dan budaya. Mengacu kepada Badan Otoritas pengelola Kawasan
Geopark, terdapat 17 geosite di Belitung yang kini diakui secara internasional.

Secara terperinci 17 geosite tersebut adalah sebagai berikut:

1. Juru Sebrang
2. Terong Tourism Village
3. Kuale Granite Mangrove Forest
4. Peramun Hill Granite Forest
5. Tanjung Kelayang Trias Granite
6. Batu Bedil Trias Granite Rock
7. Nam Salu Open Pit
8. Lumut Hill
9. Batu Pulas Granite Rock
10. Cendil Heat Forest
11. Tebat Rasau Cenozoic Swamp
12. Burung Mandi Cretacious Granidiorite
13. Siantu Pillow Lava
14. Tajam Mountain
15. Baginda Rocks
16. Punai Beach
17. Garumedang Tektite

1.5 Sistematika Laporan


Proposal penelitian ini terdiri dari empat bab diawali oleh BAB I Pendahuluan,
BAB II Tinjauan Pustaka, BAB III Metodologi Penelitian, dan diakhiri oleh BAB IV
Perkiraan Keterbatasan, Keluaran, Jadwal Pelaksanaan dan Sumber Daya Penelitian.
Berikut merupakan pembahasan dari setiap bab:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup substansi, ruang lingkup wilayah, dan sistematika laporan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai muatan-muatan berupa tinjauan pustaka, pedoman standar
yang berlaku, dan penelitian terdahulu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini membahas mengenai muatan-muatan mengenai metode penelitian yang mencakup
metode pengumpulan data, metode analisis data, kerangka pemikiran dan kerangka analisis.

BAB IV PERKIRAAN KETERBATASAN, KELUARAN, JADWAL,


PELAKSANAAN, DAN SUMBER DAYA PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai perkiraan keterbatasan, keluaran, jadwal pelaksanaan dan
sumber daya penelitian yang digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata
Pengertian Pariwisata menurut Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Bab 1 Pasal 1
Butir 3 menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.

a. Pengembangan Pariwisata
Menurut Sunaryo (2013:129) pembangunan pariwisata merupakan suatu proses
perubahan pokok yang dilakukan secara terencana pada suatu kondisi
kepariwisataan tertentu yang dinilai kurang baik, yang diarahkan menuju kondisi
kepariwisataan tertentu yang dianggap lebih baik atau diinginkan. Menurut
Suwantoro dalam Reski et al (2016:160) unsur pokok yang harus mendapat
perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang
menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya
meliputi lima unsur yaitu:
1) Obyek dan daya tarik wisata
2) Prasarana wisata
3) Sarana wisata
4) Tata laksana/infrastruktur
5) Masyarakat/lingkungan

2.2 Geopark
Berdasarkan Global Geopark Network (GGN) dan European Geopark Network
(EGN) bahwa definisi Geopark adalah wilayah dengan batas yang didefinisikan dengan
baik yang terdiri dari wilayah luas yang memungkinkan pembangunan sosial berkelanjutan,
baik pada aspek sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Selanjutnya, menurut UNESCO
(2006), Geopark adalah wilayah yang dapat didefinisikan sebagai kawasan lindung berskala
nasional yang mengandung sejumlah situs warisan geologi penting yang memiliki daya
tarik keindahan dan kelangkaan tertentu yang daoat dikembangkan sebagai bagian dari
konsep integrasi konservasi, pendidikan, dan pengembangan ekonomi lokal. Berdasarkan
beberapa definisi Geopark tersebut, seara singkat Geopark ini merupakan bentuk
pemanfaatan ruang kawasan lindung yang juga merupakan sebuah kesempatan untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan.

Didalam mewujudkan aspirasi Geopark, terdapat tiga pendekatan yang berbeda,


yaitu, pelestarian/konservasi, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan (Newsome et al,
2012; Farsani et al, 2011). Menurut Darsiharjo dkk, (2016) Geopark adalah taman bumi
yang termasuk dalam kawasan konservasi, yang memiliki unsur geodiversity (keragaman
geologi), biodiversity (keragaman hayati), dan cultural diversity (keragaman budaya) yang
di dalamnya memiliki aspek dalam bidang pendidikan sebagai pengetahuan di bidan ilmu
kebumian dan aspek ekonomi dari peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan sebagai
geowisata. Geopark didesain dengan khusus pada kelayakan komponen utama, yaitu
perlindungan dan konservasi, pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pariwisata,
dan pembangunan sosial-ekonomi menggunakan strategi pengembangan wilayah
berkelanutan. Geopark dikenalkan sebagai strategi baru untuk memperoleh pembangunan
berkelanjutan dan lebih meningkatkan status sosial-ekonomi melalui partisipasi masyarakat
lokal dalam kegiatan Geopark seara terus menerus (Farsan et al, 2011). Definisi lainnya
menurut Fauzi dan Misni (2016) bahwa konsep Geopark yang memperkenalkan untuk
membangun nilai sejarah negara sekaligus melindungi melindungi semua asset yang tak
ternilai dan telah menjadi tujuan ekowisata yang menarik. Geopark menyuguhkan kekayaan
keindahan alam, harmoni ekologi, arkeologi, geologi, dan berbagai budaya (Fauzi dan
Misni, 2016). Menurut Komoo (2010) menjelaskan bahwa konsep Geopark telah
berkembang dan memperkenalkan gagasan dari kawasan lindung menjadi alat
pembangunan untuk kawasan yang memiliki nilai jual. Konsep Geopark difokuskan dan
dianggap keseimbangan antara kegiatan konservasi warisan geologi, geotourism dan
kesejahteraan masyarakat setempat.

Dengan demikian, di dalam program konservasi, konsep Geopark melindungi situs


warisan geologi dan mendorong keanekaragaman hayati dan warisan budaya yang harus
dilestarikan secara terpadu. Dengan kata lain, konsep Geopark diperkenalkan oleh
UNESCO sebagai daerah yang melibatkan situs warisan budaya yang memiliki ilmu
pengetahuan, makna sejarah yang tinggi, keunikan dan memiliki nilai estetika (Azman et al,
2010, Fauzi dan Misni, 2016). Menurut UNESCO (2004) secara tegas menyatakan bahwa
kelayakan Geopark dinilai dari 3 unsur, yaitu keragaman geologi (geo-diversity),
keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural-diversity) yang memiliki
tujuan untuk pengembangannya. Konsep asas Geopark menurut UNESCO adalah
pembangunan ekonomi secara mapan melalui warisan geologi.

2.2.1 Kriteria Geopark


Untuk dapat bergabung dengan GGN dan diakui sebagai geopark internasional,
UNESCO melalui GGN telah menetapkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Kriteria
geopark yang ditetapkan oleh GGN tersebut antara lain, luasan kawasan yang cukup untuk
menampung kegiatan geopark, pembentukan manajemen dan pelibatan masyarakat lokal,
pengembangan ekonomi lokal, pendidikan untuk masyaralat publik, konservasi dan
perlindungan, dan geopark tersebut harus bergabung dalam jaringan global geopark
dan/atau jaringan regional. Berikut ini uraian kriteria geopark lebih lengkap menurut
Guidelines amd Criteria for National Geoparks seeking UNESCO’s assistcance to oin the
Global Geoparks Network (UNESCO, 2006).

a. Ukuran dan Parameter


Daerah yang akan menjadi kawasan geopark harus memiliki batas yang jelas dan
luas permukaan yang cukup besar untuk dapat mencakup aktivitas pengembangan
budaya dan ekonomi lokal. Selain itu juga harus terdapat sejumlah situs warisan
geologi yang penting dan berskala internasional, yang langka dan memiliki nilai
ilmiah, serta keindahan. Selain bersifat geoheritage, unsur non-geologi atau warisan
lainnya juga terintegrasi sebagai bagian dari geopark.
b. Manajemen Pengelolaan
Prasayarat untuk setiap usulan geopark yang disetujui adalah pembentukan badan
manajemen dari sebuah rencana pembangunan yang komprehensif. Pendekatan
manajemen umumnya dalam bentuk komite koordinasi yang bertindak untuk
mempertemukan para pemangku kepentingan utama yang bertanggung jawab untuk
pengembangan sektor masing-masing, bekerja sebagai sebuah tim dengan cara yang
lebih terintegrasi. Salah satu faktor keberhasilan dalam inisiastif untuk membuat
geopark adalah keterlibatan pemerintah lokal dan masyarakat dengan komitmen
dukungan yang kuat dari pemerintah puast.
c. Pengembangan Ekonomi
Salah satu tujuan strategis utama dari pembentukan geopark adalah untuk
merangsang kegiatan ekonomi dan mempromosikan pembangunan keberlanjutan.
Untuk alasan ini, geopark akan menstimulasi, antara lain, penciptaan suatu kegiatan
usaha lokal yang inovatif, pusat bisnis skala kecil, industri rumahan dan kursus
pelatihan yang berkualitas dan pembukaan lapangan pekerjaan baru untuk
mendukung pembangunan sosial-ekonomi lokal, khususnya melalui kegiatan
geotourism.
d. Aspek Pendidikan
Geopark harus menyediakan dan mendukung peralatan dan kegiatan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan geoscience dan konsep
perlindungan lingkungan kepada publik. Beberapat infrastruktur dasar, seperti pusat
informasi, museum searah dan pengetahuan alam, dan pengembangan rute geptrack
untuk kepentingan studi lapangan sangat penting untuk mendukung pendidikan
publik.
e. Aspek Konservasi dan Perlindungan
Geopark adalah sarana pengembangan dimana konservasi kawasan lindung yang
ada dapat diperkuat dan pada saat yang sama kesempatan untuk pembangunan
sosial-ekonomi masyarakat lokal dapat lebih ditingkatkan secara stimulant. Otoritas
pengelola kawasan geopark bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
perlindungan dari warisan geologi yang dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai
tradisi lokal dan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
f. Kerjasama Jaringan Global
Sebagai anggota Global Geoparks Network (GGN), suatu geopark memiliki
keuntungan untuk menjadi bagian dari jaringan global yang menyediakan platform
cooperation dan mekanisme tukar-menukar antara para ahli dan praktisi dalam
bidang warisan geologi. Di bawah payung UNESCO, situs geologi lokal dan
nasional dapat memperoleh pengakuan di seluruh dunia dan mendapatkan
keuntungan melalui aktivitas pertukaran pengetahuan dan keahlian antara angora
Global Geoparks Network.

Berdasarkan UNESCO (2014) tentang Guidelines and Criteria for National


Geopark bahwa keberadaan geopark bertujuan untuk membawa keberlanjutan dan manfaat
ekonomi yang nyata bagi penduduk setempat, biasanya melalui pengembangan pariwisata
berkelanjutan dan kegiatan ekonomi dan budaya lainnya. Geopark merupakan bagian dari
Geopark Global Network (UNESCO, 2014) yang tujuannya untuk pelestarian warisan
geologi, pendidikan, pembangunan sosial ekonomi budaya, menstimulasi penelitian dan
pengembangan jaringan Geopark Global.

2.2.2 Pengembangan Geopark

Pengembangan Geopark pada dasarnya dilaksanakan menurut prinsip-prinsip


pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan Geopark yang berkelanjutan yang pada
dasarnya disusun oleh keberlanjutan lingkungan, keberlanjutan ekonomi, dan keberlanjutan
sosial budaya. Keberlanjutan lingkungan diwujudkan melalui konservasi keanekaragaman
geologi yang terintegrasi dengan konservasi keanekaragaman hayati dan budaya, serta
pemanfaatan sumber daya Geopark secara berkelanjutan.
Keberlanjutan ekonomi diwujudkan melalui pembangunan ekonomi yang bertumpu
pada pengembangan geowisata. Sementara itu, keberlanjutan sosial budaya diwujudkan
melalui pengembangan masyarakat, yaitu mendorong masyarakat sebagai aktor utama
dalam pembangunan Geopark, meningkatkan kapasitas masyarakat lokal, serta
meningkatkan pemahaman dan kebangaan masyarakat akan nilai-nilai geologi, alam, dan
budayayang terkandung di kawasan Geopark.

Kerangka pembangunan Geopark yang berkelanjutan menurut Oktariadi dalam


Laporan Akhir Kajian Geopark di Pulau Bangka dan Belitung tahun 2018 menegaskan
pentingnya konservasi, pembangunan ekonomi dan pengembangan masyarakat diupayakan
secara bersama-sama dan saling terintegrasi untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan di Kawasan Geopark.

Geopark pada dasarnya dibentuk oleh pilar-pilar Keanekaragaman Hayati


(Geodiversity), Keanekaragaman Biologi (Biodiversity), dan Keanekaragaman Budaya
(Cultural Diversity), yang didukung oleh adanya regulasi/kebijakan, ketersediaan
infrastruktur, sera masyarakat lokal. Dalam kerangka pembangunan Geopark yang
berkelanjutan, keenam pilar tersebut pada dasarnya merupakan aspek-aspek utama yang
harus diatur melalui upaya perencanaan dan pengelolaan.

UNESCO menjelaskan bahwa terdapat empat hal penting dalam pengembangan


Geopark (UNESCO, 2016), yaitu:

1. Warisan geologi berskala internasional


Warisan geologi yang memiliki nilai signifikan secara internasional menjadi hal
utama yang harus terpenuhi dalam pengembangan Geopark. Hal ini sangat penting
karena tujuan pengembangan Geopark adalah memberikan perlindungan terhadap
warisan geologi harus didasarkan penelitian-penelitian geologi yang dilakukan dan
diakui secara ilmiah.
2. Pengelolaan
Geopark harus memiliki pengelolaan yang profesional. Organisasi pengelola
Geopark merupakan organisasi yang legal dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. Geopark juga harus memiliki rencana pengelolaan yang
sedikitnya mempertimbangkan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat,
perlindungan terhadap bentang alam, serta pelestarian budaya lokal. Rencana
pengelolaan harus disusun secara komprehensif, memasukkan aspek-aspek
pemerintahan, pembangunan, komunikasi, perlindungan, infrastruktur, keuangan,
dan kemitraan. Rencana pengelolaan disusun dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan dan disepakati bersama.
3. Visibilitas
Geopark mendukung pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan, terutama
melalui pengembangan geowisata. Melalui geowisata, informasi tentang warisan
geologi dan nilai signifikannya terhadap pembentukam bumi dapat tersampaikan
kepada wisatawan dan masyarakat. Komponen visibilitas lain yang juga harus ada
di Geopark adalah situs web, brosur/pamflet, peta, papan informasi, panel
interpretasi, petunjuk arah, gerbang masuk yang menunjukkan identitas Geopark,
misalnya dengan mencantumkan slogan atau logo Geopark.
4. Jejaring
Geopark harus mengembangkan jejaring, tidak hanya dengan masyarakat di
kawasan Geopark dan sekitarnya, tetapi juga dengan UNESCO Global Geopark,
regional (Asia Pasifik), dan nasional. Pengembangan kerja sama Geopark ini
dilakukan untuk mendorong alih pengetahuan dan pengalaman pengelolaan dalam
rangka meningkatkan kualitas Geopark. UNESCO Global Geopark merupakan
jaringan internasional Geopark dunia. Kerja sama dalam UNESCO Clobal Geopark
dapat meningkatkan pemahaman para pemangku kepentingan, khususnya
masyarakat, terhadap keunikan warisan geologi setiap Geopark dan menciptakan
perdamaian dunia.

2.3 Stakeholder
Stakeholder merupakan kelompok atau organisasi apapun yamg dapat
melakukan klaim atau perhatian terhadap sumber daya atau hasil organisasi atau
dipengaruhi oleh hasil itu sendiri (Bryson, 2001). Stakeholder dapat diartikan
sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dam permasalaham yang sedang
diangkat. Menurut Reed et al (2009) stakeholder adalah individu kelompok atau
organisasi yang memiliki kepentingan dalam suau peristiwa atau proses. Dalam
penelitian ini, analisis stakeholder bertujuan untuk mengidentifikasi peranan
stakeholder dalam pengembangan geopark Belitung, menjelaskan kepentingan, dan
pengaruh setiap stakeholder. Menurut Reed et al (2009), stakeholder dikategorikam
ke dalam empat kategori berdasarkan kepentingan dam wewenangnya, yaitu:

1) Key Players
Players adalah stakeholder yang memiliki kepentingan serta wewenang yang
tinggi. Key Players biasa diartikan sebagai pemain atau pelaksana pengelola
kawasan Belitung Global Geopark. Players memiliki minat secara langsung
dalam pengelolaan kawasan Belitung Global Geopark dan wewenang untuk
melakukan sesuatu atau membuat aturan untuk pengelolaan kawasan Belitung
Global Geopark. Key Players mampu mengendalikan sistem yang ada.
2) Subject
Subject adalah stakeholder yang memiliki kepentingan yang cukup besar namun
wewenang yang dimiliki kecil. Subject dapat dikatakan sebagai pelaku utama
dalam pengelolaan kawasan Belitung Global Geopark. Stakeholder tersebur
memiliki kesungguhan umtuk mengelola kawasan Belitung Global Geopark
agar menjadi lebih baik, namun stakeholder tersebut tidak mempunyai
kekuasaan untuk mempengaruhi peraturan-peraturan yang berlaku.
3) Context Setter
Context Setter adalah mereka yang mempunyai minat kecil dan wewenang yang
besar. Context Setter dalam pengelolaan kawasan Belitung Global Geopark
dapat diartikan sebagai perencanaan makro dalam pengembangan kawasan
Belitung Global Geopark karena lingkup kerjanya bersifat makro maka minat
terhadap pengelolaan kawasan Belitung Global Geopark kecil. Wewenang
context setter sangat besar karena context setter mempunyai wewemang untuk
mengesahkan program-program dari instansi terkait termasuk wewenang untuk
mengesahkan dalam pemberian anggaran sehingga dalam kategori ini
stakeholder harus diberdayakan agar tidak menentang sistem yang ada.
4) Crowd
Crowd adalah para stakeholder yang memiliki kepentingan dan wewenang kecil.
Crowd dimasukkan ke dalam stakeholder masyarakat. Stakeholder dalam
kategori crowd harus selalu diberi informasi karena mereka selalu
mempertimbangkan segala kegiatan yang akan dilakukan. Pengelolaan kawasan
Belitung Global Geopark masyarakat dapat memiliki minat yang kecil terhadap
pengelolaannya karena masyarakat enggan untuk menjadi subject dalam suatu
kegiatan.

Dalam mengoptimalkan pengembangan kawasan Belitung Global Geopark memerlukan


berbagai unsur untuk saling berkolaborasi dengan stakeholder. Para ahli berpendapat bahwa
dalam setiap proses kebijakan selalu melibatkan multiple actor didalamnya. Aktor menjadi
perhatian penting dalam keberhasilan implementasi

Anda mungkin juga menyukai