Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata (aktivitas

perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang) dan didukung

dengan pelayanan serta berbagai fasilitas yang disedikan oleh masyarakat,

pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata saat ini menjadi

salah satu sektor penyumbang terbesar setelah sektor minyak dan gas yang

dapat memperbaiki perekonomian Negara.

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berkembang saat ini

untuk meningkatkan devisa Negara dimana banyak potensi dari sumber daya

alam maupun tradisi budaya yang disuguhkan di beberapa provinsi di Indonesia.

Industri Pariwisata dapat memberikan banyak dampak terhadap industri-industri

lainnya sehingga disebut Multiplier Effect dimana dengan adanya komponen-

komponen wisata berupa atraksi alam, budaya, dan sejarah serta komponen

pendukung lainnya seperti kuliner, perbankan, manufaktur dapat memberikan

dampak positif bagi perekonomian Negara.

Pariwisata Indonesia saat ini sedang bersaing untuk terus

mengembangkan masing-masing daerah destinasi wisata untuk dijadikan wisata

unggulan. Oleh karena itu sangatlah diperlukan strategi dalam perencanaan

wisata karena saat ini akan terus terjadi pergeseran minat/motivasi wisatawan

dengan keterbatasan produk wisata yang dijual yang akan mengurangi minat

1
wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke

daerah destinasi wisata tersebut.

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan potensi alam (flora dan

fauna) dan tradisi budayanya yang menjadi potensi utama untuk

mengembangkan Kawasan Geopark sebagai destinasi wisata yang dapat lebih

menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara. Geopark adalah

taman bumi yang termasuk dalam kawasan konservasi, yang memiliki unsur

geodiversity (keragaman geologi), biodiversity (keragaman hayati, dan cultural

diversity (keragaman budaya) yang di dalamnya memiliki aspek dalam bidang

pendidikan sebagai pengetahuan di bidang ilmu kebumian pada keunikan dan

keragaman warisan bumi.

Setiap wilayah di permukaan bumi pasti memiliki ciri khas atau

karakteristik bentang alam sesuai dengan bentukan geologi dan geomorfologi

yang mempengaruhinya. Wilayah dengan kondisi geologi yang unik dan

mengandung unsur pengetahuan dianggap sebagai warisan bumi yang harus

dilindungi karena mengandung unsur sejarah bentukan bumi dari jutaan tahun

yang lalu. Untuk melindungi kawasan tersebut dicetuskanlah konsep geopark

sebagai bentuk konservasi dan promosi wilayah yang memiliki fitur-fitur geologi

oleh UNESCO (United Nation Educational Scientific and Cultural Organization)

(Kusumahbrata, 2012)

Gorontalo merupakan salah satu daerah destinasi yang sudah

dicanangkan sebagai Kawasan Wisata Geopark berkelas dunia karena Gorontalo

didukung oleh posisi bio-region yang berada di kawasan Wallacea yang memiliki

keragaman flora dan fauna sehingga proses pembentukan geologi dan kekayaan

tradisi budayanya bisa menjadikan Gorontalo sebagai Kawasan Wisata Geopark.

2
Berikut 13 kawasan yang sudah diidentifikasi sebagai geosite potensial untuk

pengembangan Geopark di Gorontalo : Danau Limboto, Benteng Otanaha,

Pendaratan Soekarno, Taman Laut Olele, Hiu Paus Botubarani, Wisata Religi

Bubohu, Pantai Dulanga, Hutan Pinus Dulamayo, Hungayono, Pantai Biluhu,

Pulau Saronde, Perkampungan Suku Bajo Torosiaje, Pulo Cinta. Sehingganya

Provinsi Gorontalo memiliki potensi besar untuk pengembangan kawasan

geopark atau taman bumi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai

macam spesies yang bersumber dari flora dan fauna yang tersebar di seluruh

wilayah Gorontalo, yang kesemuanya menunjukkan keragaman bentuk,

penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat dari berbagai tingkatan makhluk hidup

yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem. Berdasarkan hasil survey awal yang

dilakukan di benteng otanaha, pentadio resort, danau limboto dan wisata bubohu

dan sekitarnya terdapat potensi biodiversity (Keragaman Hayati Flora dan Fauna)

geodiversitas (Keanekaragaman Geologi) dan culturaldiversity (Keanekaragaman

Budaya)

Namun halnya dibeberapa geosite-geosite yang ada di Gorontalo belum

terkelola dengan baik diantaranya adalah aksesibilitas yang masih susah

dijangkau, pemeliharaan sumber daya alam yang masih kurang terawat,

penyediaan fasilitas yang masih kurang memadai seperti fasilitas toilet yang

belum sesuai dengan standar kebersihan, masih belum tersedia souvenir center

di setiap daya tarik wisata, belum tersedia pusat informasi untuk memudahkan

wisatawan, belum ada petugas yang memeriksa masuk dan keluarnya wisatawan

(petugas entry dan exit), belum tersedia fasilitas kesehatan, pemadam

kebakaran, pusat peribadatan dan ATM/money changer di setiap daya tarik

wisata, masyarakat yang masih belum sadar akan keberadaan geosite, tidak

3
tersedianya toko souvenir yang menjadi khas dari destinasi tersebut serta belum

maksimalnya promosi tentang keindahan Geopark di Gorontalo padahal jika

dilihat Gorontalo sudah memenuhi 3 syarat dalam pengembangan geopark yakni

1.) Geodiversity (Keragaman Geologi Alam), 2.) Biodiversity (Keragaman Hayati

Flora dan Fauna) 3.) Cultural Diversity (Keragaman Budaya). Maka dari itu

dukungan dari pemerintah daerah, pemerintah pusat, perguruan tinggi, pihak

swasta, dan seluruh stakeholder maupun masyarakat sangat dibutuhkan dalam

melindungi geosite melalui konservasi, memberikan edukasi terhadap

masyarakat, serta melakukan pembenahan destinasi pariwisata yang akan di

jadikan kawasan Geopark Nasional.

Pengembangan Geopark dapat mendorong minat wisatawan untuk

berwisata sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan juga

meningkatkan aktivitas ekonomi didalamnya yang akan mengangkat pariwisata

karena Gorontalo banyak memiliki potensi geosite untuk menjadi kawasan

Geopark Nasional. Oleh karena itu, sangatlah dibutuhkan perencanaan dan

strategi dalam pengembangannya yang harus diimbangi pengelolaannya oleh

pemerintah daerah sebagai motor penggerak, masyarakat setempat sebagai

tuan rumah karena pengembangan kawasan wisata geopark tidak hanya fokus

pada sumber daya alam saja tetapi pada faktor lain seperti, penyediaan fasilitas,

aksesibilitas, keamanan serta sikap dan pelayanan masyarakat setempat dalam

menerima wisatawan yang berkunjung, peran dan strategi pemerintah daerah

sangatlah dibutuhkan dalam pengembangan kawasan wisata Geopark di Provinsi

Gorontalo.

Pada Tahun 2018 pemerintah provinsi telah menginisiasi Pembentukan

Komite Geopark Gorontalo, sekaligus melakukan tahapan-tahapan

4
pengembangan namun hingga saat ini masih belum terlihat progress

pengembangan di beberapa geosite-geosite. (masih mencari benang merah

permasalahan)

Berdasarkan beberapa identifikasi masalah diatas, maka dalam hal ini

terdapat batasan masalah yang perlu dikaji dan perlu dibatasi. Adapun

pembatasan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah mengenai strategi

Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dalam pengembangan Geopark di

Gorontalo.

Maka dari itu, berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Geopark di Provinsi

Gorontalo”

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan identifikasi masalahnya

adalah sebagai berikut :

1. Pembenahan destinasi geosite yang masih belum maksimal

2. Pemeliharaan sumber daya alam taman bumi kawasan geosite yang

masih kurang terawat

3. Belum ada kesadaran masyarakat atas keberadaan potensi geosite

4. Aspek promosi yang masih kurang

1.3 Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan

sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apa faktor penghambat dan pendukung strategi Dinas Pariwisata

Provinsi Gorontalo dalam pengembangan Kawasan Geopark di Provinsi

Gorontalo?

2. Bagaimana upaya strategi Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dalam

pengembangan Kawasan Wisata Geopark di Provinsi Gorontalo?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang ingin di

capai adalah :

1. Mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta strategi Dinas

Pariwisata Provinsi Gorontalo dalam pengembangan Kawasan Wisata

Geopark di Provinsi Gorontalo.

2. Mengetahui strategi Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dalam

pengembangan Kawasan Wisata Geopark di Provinsi Gorontalo.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas diharapkan

dapat memberikan manfaat, baik secara akademik/teoritik maupun secara praktis

yang peneliti uraikan sebagai berikut:

1.5.1 Manfaat Akademik/Teoritik

6
Ditinjau dari manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat dan memberikan konstribusi dengan temuan-temuan yang diteliti

bagi peneliti maupun program studi Pariwisata, menambah pengetahuan dan

berguna sebagai penerapan Ilmu Pengetahuan yang diperoleh dalam

perkuliahan dan sebagai sumbangsi pemikiran untuk pengembangan Ilmu

Pariwisata, khususnya dalam penelitian mengenai Strategi Pengembangan

Kawasan Wisata Geopark dengan metode studi kasus dan pendekatan kualitatif.

1.5.2 Manfaat Praktis

Ditinjau dari manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

dasar informasi untuk mengajukan saran dan rekomendasi kepada pihak

pengelola pariwisata, terutama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

Gorontalo guna untuk meningkatkan kunjungan wisatawan serta sebagai sumber

referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi masyarakat

di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan

perbandingan bagi penelitian yang lain.

7
BAB II
TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Strategi

Strategi adalah sesuatu yang selalu berkembang sesuai perjalanan

waktu. Beberapa ahli mendefinisikan pengertian strategi di antaranya adalah

menurut (Sjafrizal, 2009) di mana strategi secara umum dapat didefenisikan

sebagai suatu cara atau alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Jika Sjafrizal menyoroti dari segi cara maka (Makmur, 2009) dari

segi tindakan yaitu bahwa strategi adalah suatu tindakan yang dapat

mempengaruhi dan akan menentukan keberhasilan, baik yang akan maupun

yang telah direncanakan. Berbeda dengan pendapat ahli sebelumnya melihat

strategi dari segi cara dan tindakan maka (Quinn, 2019) lebih melihat strategi

sebagai suatu rencana yaitu rencna mengintegrasikan tujuan utama, kebijakan

dan rangkaian tindakan menjadi satu kesatuan yang utuh. Strategi yang

diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian

sumber daya yang dimiliki menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan.

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi pada intinya

harus memperhatikan tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh suatu

organisasi atau isntitusi dan harus senantiasa berinteraksi dengan lingkungan

8
dimana strategi tersebut akan dilaksanakan, sehingga strategi tersebut tidak

bertentangan melainkan searah dan sesuai dengan kondisi lingkungan.

Strategi adalah suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak

yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu

cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia strategi merupakan rencana yang cermat mengenai

kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Lantip Diat Prasojo strategi

merupakan memerlukan gambaran masadepan dala melakukan suatu

perencanaan yang akan dilakukan. Menurut Kanom dalam penelitiannya strategi

adalah suatu kesatuan rencana yang sifatnya komprehensif dan terpadu dari

unsur pemerintah, swasta, masyarakat, dan akademisi untuk mengkaju kendala,

kondisi lingkungan internal dan eksternal obyek wisata sehingga dapat menjadi

destinasi pariwisata berkelanjutan serta berdaya saing tinggi.

Pengembangan strategi harus dikaitkan dengan lingkungan, mengingat

fungsi strategi adalah membuat jembatan antara misi organisasi dan

lingkungannya. Proses pengembangan strategi sendiri dapat dilakukan melalui

beberapa tahapan yaitu : ) Identifikasi masalahmasalah strategis yang dihadapi

organisasi; ) Pengembangan alternatifalternatif strategi; ) Evaluasi setiap

alternatif dan ) Penetapan atau pemilihan strategi terbaik dari berbagai alternatif

yang ada. Dari penjelasan dia tas dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan

tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus,

serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh

para pelanggan di masa depan, dengan demikian strategi hampir dimulai dari

apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa yang akan terjadi.

9
2.1.2 Konsep Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu metode mengembangkan kondisi

dan mengevaluasi suatu masalah, poyek atau konsep bisnis yang

berdasarkankan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar yaitu strengths,

weakness, opportunities dan threats, metode ini paling sering di gunakan dalam

metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan di lakukan analisis

SWOT hanya mengambarkan situasi yang terjadi bukan hanya memepecahkan

masalah (freddy, 2014)

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yaitu:

1. Kekuatan (Strengths) Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam

organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada, kekutan yang di analisis

merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek konsep

bisni situ sendiri, yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata, dengan

mengetahui kekuatan, pariwisata dapat di kembangkan menjadi lebih

tangguh hingga mampu bertahan dalam pasara dan mampu bersain

untuk perkembangan selanjunya yang menyangkut pariwisata.

2. Kelemahan (Weakness) Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat

adalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada, kelemahan yang

di analisisl, merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi,

10
proyek atau konsep bisnis itu sendiri, yaitu segala faktor yang tidak

menguntunkan atau merugikan bagi pengembangan objek wisata.

3. Peluang (Opportunities) Merupakan kondisi peluang berkembang di

masa datang yang terjadi, kondisi yang tejadi merupakan peluang dari

luar organisasi, proyek atau konsep bisnis, itu sendiri minsalnya

kompetitor, kebijakan .

4. Ancaman (Threats) Merupakan kondisi yang mengancam dari luar.

Ancaman ini dapat dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep

bisnis itu sendiri Menurut Santono (2001) dalam Anjela (2014) Analisis

SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi yang di harapkan dapat memecahkan suatu

masalah analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (stength), dan peluang (opportunities), namun secara bersama

dapat meminimlkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats)

Menurut Santono (2001) dalam Anjela (2014) Analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi yang di

harapkan dapat memecahkan suatu masalah analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (stength), dan peluang (opportunities),

namun secara bersama dapat meminimlkan kelemahan (weakness) dan

ancaman (threats).

Analisis SWOT di lakukan dengan maksud mengenali tingkat kesiapan

setiap fungsi dari keseluruhan fungsi yang di lakukan untuk mencapai sasaran

yang telah di tetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi di tentukan oleh

tinggkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka

analisis SWOT dilakukan pada keseluruhan faktor dala setiap fungsi tersebut,

11
baik faktor yang tergolong internal maupun eksternal. Untuk tingkat kesiapan

yang memadai, artinya: minimal memenuhi ukuran kesiapan yang di perlukan

untuk pencapai sasaran, di nyatakan sebagai kekuatan bagi faktor yang

tergolong internal dan peluang bagi faktor yang tergolong eksternal, sedangkan

tinggkat kesepian yang kurang memadai, artinya tidak memenuhi ukuran ukuran

kesepian, di nyatakan sebagai ukurn kelemahan bagi faktor yang tergolong

internal atau ancaman bagi faktor yang tergolong eksternal (Wilis, 2013)

Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategi yang klasik

dengan mengunkakan kerangka kerja kekutan dan kelemahan, pelung dan

ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara

terbaik untuk melaksanakan suatu strategi (freddy: 2014)

2.1.3 Pengembangan Kawasan Pariwisata

Barreto dan Giantari (2015) mengemukakan bahwa pengembangan

pariwisata adalah suatu usaha untuk mengembangkan atau memajukan

objek wisata agar objek wisata tersebut lebih baik dan lebih menarik ditinjau dari

segi tempat maupun benda-benda yang ada didalamnya untuk dapat menarik

minat wisatawan untuk mengunjunginya.

Menurut Oka A. Yoeti:2002 pengembangan suatu kawasan pariwisata

meliputi:

a. Sebagian besar sumber daya fisik atau komponen produk wisata.

b. Analisis pengunjung potensial, kebijakan harga, dan destinasi saingan.

c. Aspek lingkungan, budaya, dan sosial.

12
Menurut Gamal Suwantoro:2004 pengembangan pariwisata sering

dikaitkan dengan adanya Sapta Kebijakan Pengembangan Pariwisata oleh

pemerintah, yaitu sebagai berikut:

a. Promosi Promosi pariwisata harus dilaksanakan secara selaras dan terpadu,

baik di dalam negeri maupun luar negeri.

b. Aksesibilitas Merupakan salah satu aspek penting karena menyangkut

pengembangan lintas sektoral.

c. Kawasan Pariwisata Pengembangan kawasan pariwisata dimaksudkan untuk:

1) Meningkatkan peran serta daerah dan swasta dalam pengembangan

pariwisata. 2) Memperbesar dampak positif pembangunan. 3) Mempermudah

pengendalian terhadap dampak lingkungan.

d. Wisata Bahari Wisata bahari merupakan salah satu jenis produk wisata yang

sangat potensial untuk dikembangkan.

e. Produk Wisata Upaya untuk dapat menampilkan produk wisata yang bervariasi

dan mempunyai kualitas daya saing yang tinggi.

f. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia merupakan salah satu modal

dasar pengembangan pariwisata.

g. Kampanye Nasional Sadar Wisata Kampanye nasional sadar wisata pada

hakikatnya adalah upaya memasyarakatkan Sapta Pesona yang turut

menegakkan disiplin nasional dan jati diri bangsa Indonesia melalui kegiatan

kepariwisataan.

13
Menurut Sastrawati (2003), definisi prinsip pengembangan kawasan

wisata adalah merupakan dasar-dasar penataan kawasan yang memasukkan

aspek yang perlu dipertimbangkan dan komponen penataan kawasan wisata.

Beberapa aspek yang terkait dalam penataan kawasan wisata adalah:

1. Citra (image), yaitu pandangan secara fisik (viewer exposure) atau dengan

merasakan (viewer sensitivity). Pandangan secara fisik berkaitan dengan

jarak, elevasi dan pergerakan pandangan. Sedangkan pandangan yang

melibatkan kepekaan perasaan tergantung pada sudut pandang, seperti

karakter manusia, pendapat, pengalaman dan kesan yang ditimbulkan pada

kawasan. Serta memiliki tema pengembangan, yaitu membentuk tema

kawasan wisata yang mempunyai kekhasan yang membedakan dengan

kawasan wisata lainnya. Tema dapat berkaitan dengan kekhasan ekologi,

iklim, sejarah atau sosial budaya setempat.

2. Keteraturan, yaitu penataan kawasan yang baik dan teratur didukung desain

interior dan eksterior yang menarik dengan pembagian fungsi yang jelas.

3. Bangunan, yaitu orientasi bangunan yang sebaiknya ke arah pemandangan

pegunungan. Ketinggian bangunan tidak menghalangi pandangan ke

pemandangan pegunungan sehingga memberikan kesempatan bagi

penduduk untuk menikmati pemandangan alam atau tidak mengacaukan garis

langit (skyline).

4. Keselamatan (safety), yaitu bertujuan untuk melindungi penduduk dari

kemungkinan-kemungkinan terjadinya musibah, seperti penataan yang dapat

menimbulkan kecelakaan dan konflik.

14
5. Keamanan (security), yaitu bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi

penduduk dalam beraktivitas di kawasan atau kota seperti penataan kota yang

mencegah terjadinya gangguan kejahatan/kriminal.

6. Pedestrian Ways yaitu bertujuan memberikan kemudahan berjalan mencapai

dan menyusuri kawasan wisata sehingga tidak melelahkan, menghubungkan

ruang-ruang publik, dan memberikan rasa senang untuk berjalan.

Atribut-atribut pengembangan di atas akan masuk dalam bagian aspek

prasarana dan sarana produk wisata. Sehingga dalam aspek prasarana dan

sarana terbagi dalam 3 kriteria yaitu kriteria sarana wisata, transportasi dan

perancangan. Dalam fenomena saat ini terjadi pergeseran pasar wisata

ditunjukkan oleh adanya pergeseran oreinteasi pengembangan produk wisata.

Konsep pengembangan wisata sebelumnya berorientasi pada pengembangan

produk wisata massal (mass tourism) yaitu pengembangan skala besar pada

budaya korporasi (corporate culture) secara multinasional. Pengembangan

produk berorientasi pada volume dan target kuantitatif, serta berorientasi pada

keuntungan jangka pendek. Saat ini orientasi produk wisata menuju konsep

produk wisata yang berkualitas (quality tourism).

Pengembangan kepariwisataan di suatu daerah berarti pula

pengembangan potensi fisik di daerah tersebut. Di setiap obyek atau lokasi

obyek mempunyai aspek-aspek yang saling ketergantungan satu sama lain, hal

ini yang diperlukan agar wisatawan dapat menikmati suatu pengalaman yang

memuaskan dan diharapkan wisatawan dapat berkunjung kembali.

15
Menurut Gamal (2004) unsur pokok atau aspek-aspek pokok yang harus

mendapatkan perhatian guna menunjang pengembangan pariwisata di daerah

tujuan wisata yang menyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan

pengembangan meliputi 5 (lima) unsur, yaitu :

1. Obyek dan Daya Tarik Wisata

Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang

menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata.

2. Prasarana Wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan di

daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,

jembatan, dan lain sebagainya.

3. Sarana Wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan

wisata maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan

kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara

kuantitatif menunjukan pada jumlah sarana wisata yang harus disediakan

dan 26 kualitatif yang menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan

dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh

pelayanan.

16
4. Infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana

wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas

permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti : sistem pengairan, distribusi

air bersih, sistem pembuangan air limbah, sumber listrik dan energi, sistem

yang lain.

5. Masyarakat/Lingkungan Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai

obyek dan daya tarik wisata mengundang kehadiran wisatawan.

a. Manusia Masyarakat di sekitar daya tarik wisata yang akan menyambut

kehadiran wisatawan tersebut sekaligus akan memberikan layanan yang

diperlukan oleh para wisatawan.

b. Lingkungan Lingkungan alam disekitar objek wisata pun perlu diperhatikan

dengan seksama agar tidak rusak dan tercemar.

c. Budaya Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu obyek

wisata merupakan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan

hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya inipun

kelestariannya tak boleh tercemar oleh budaya asing.

Menurut Oka A. Yoeti (2001) Organisasi yang telah diberikan wewenang

dalam pengembangan pariwisata di wilayahnya harus dapat menjalankan

kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena

fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya adalah :

a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan dengan segala

fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

17
b. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha, lembaga,

instansi dan jawatan yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan

industri pariwisata.

c. Mengusahakan memasyarakatkan pengertian pariwisata pada orang

banyak, sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata

dikembangkan sebagai suatu industri.

d. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk

wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai

pasaran diwaktu-waktu yang akan datang.

e. Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas untuk kegiatan

pariwisata.

f. Merumuskan kebijakan tentang pengembangan kepariwisataan

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan secara teratur dan

berencana.

2.1.4 Konsep Geopark

Geopark adalah strategi yang semakin penting di daerah pedesaan untuk

mencapai pembangunan regional endogen melalui konservasi warisan geo

(morpho) logis dan pengembangan geowisata. Sebagaimana didefinisikan oleh

UNESCO (2017), “Geopark adalah wilayah geografis tunggal, terpadu di mana

situs dan lanskap yang memiliki signifikansi geologi internasional dikelola dengan

konsep perlindungan, pendidikan, dan pembangunan berkelanjutan yang holistik”

(Stoffelen, Groote et al. 2019). Geopark sendiri adalah sebutan bagi kawasan

yang memiliki unsur-unsur geologi di mana masyarakat setempat diajak berperan

serta untuk melindungi dan meningkatkan nilai warisan alam, termasuk nilai

arkeologi, ekologi, dan budaya yang ada di dalamnya, secara berkelanjutan.

18
Kata geopark adalah singkatan dari geological park. Dalam bahasa Indonesia,

kata tersebut diartikan sebagai taman geologi atau taman bumi (Geopark

Nasional, kumparan.com, 2018).

Geopark bertujuan untuk melindungi, mengelola dan mempromosikan

lanskap dengan nilai luar biasa dengan tiga tujuan utama: konservasi

geoheritage, pendidikan pengunjung melalui kegiatan geowisata dan penghuni

dengan penyediaan informasi, dan mencapai pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan atau endogen, (Stoffelen, Groote et al. 2019). Mempertimbangkan

tujuan ini, dan meskipun UNESCO secara eksplisit menyerukan pendekatan

bottom-up untuk memberdayakan komunitas lokal di geopark (UNESCO, 2017),

perspektif masyarakat sebagian besar tidak ada dalam studi geopark akademik.

Lanskap geopark secara intrinsik bernilai dan peningkatan pendidikan

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang nilai geopark. Pendekatan

semacam itu telah mengarah pada pernyataan bahwa "Dalam banyak hal,

geopark mirip dengan kebun binatang dan museum dan berfungsi sebagai pusat

pembelajaran informal". Visi objektif seperti itu pada lanskap mengabaikan

bahwa geopark bukanlah lanskap netral tetapi tempat tinggal dan pengalaman

oleh komunitas lokal, dan bahwa komunitas ini memiliki afinitas spasial dan

identitas regional yang diciptakan secara timbal balik. Pengembangan geopark

memberikan kontribusi nyata, antara lain, untuk pengembangan wilayah,

peningkatan ketahanan masyarakat dari bencana, mendidik masyarakat pada

kehidupan yang baik dengan menghormati budaya yang beragam,

pemberdayaan perempuan untuk memperoleh tambahan sumber pendapatan,

memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat dengan adanya wisata

geopark, serta terjalinnya kerjasama antar daerah dan negara dalam

19
mendayagunakan keragaman geologi, keragaman hayati dan budaya, serta jasa

lingkungan (amenities) secara berkelanjutan (Kementerian Komunikasi dan

informatika, kominfo.go.id, 2019).

Geologi dan bentang alam secara nyata mempengaruhi keragaman

masyarakat dan budaya. Randrianaly, et al (2015) menyebutkan bahwa, ”local

human population without any historic, geological, paleontological and

geomorphologic education may use many legends in order to try to explain what

14 they see, where they live and why. Usually different legends provide what may

be considered the “noble or legendary origin” of a population, a city, a nation or a

landscape.

Dari pendapat di atas bisa diartikan bahwa sekelompok masyarakat

sebelum mengetahui ilmu pengetahuan tentang (pendidikan sejarah, geologis,

paleontologi dan geomorfologi) keberadaan mereka dapat diketahui dari

legenda-legenda sehingga kita bisa tau apa yang mereka lihat, dimana mereka

tinggal, dan mengapa.(pindah ke landasan teori)

Dalam mengembangkan daya tarik wisata geologi dapat juga

mengadaptasi kriteria kualitas daya tarik wisata yang diajukan Damanik dan

(Weber, 2006) sebagai berikut :

1. Harus ada keunikan, keunikan diartikan sebagai kombinasi kelangkaan dan

daya tarik yang khas melekat pada suatu objek wisata;

2. Originalitas atau keaslian mencerminkan keaslian atau kemurnian, yakni

seberapa jauh suatu produk tidak terkontaminasi oleh atau tidak mengadopsi

model atau nilai yang berbeda dengan nilai aslinya;

20
3. Otentisitas, mengacu pada keaslian. Bedanya, otenstisitas lebih sering

dikaitkan dengan derajat keantikan atau eksotisme budaya sebagai daya tarik

wisata;

4. Keragaman atau diversitas produk artinya, keanekaragaman produk dan jasa

yang ditawarkan. Wisatawan harus diberikan banyak pilihan produk dan jasa

yang secara kualitas berbeda-beda.

Berdasarkan waktu pemanfaatanya, daya tarik wisata alam dalam

kegiatan geowisata dibagi menjadi 2, antara lain berupa atraksi alam yang tidak

bergerak, dimana wisatawan dapat secara langsung memanfaatkanya tanpa

harus menunggu, contohnya : pantai, gunung, bukit, goa alami  dan seterusnya.

Sedangkan, yang dimaksud atraksi alam yang bergerak, dimana wisatawan

harus menunggu atau tidak langsung memanfaatkan, contonya adalah fenomena

lava pijar (Sammeng, 2001).

Daya tarik wisata alam atau atraksi alam hendaknya memiliki kriteria

sebagai berikut (Sammeng, 2001) :

a.       Aspek informasi

Kualitas informasi merupakan faktor utama yang dibutuhkan bagi wisatawan,

karena pada dasarnya motif utamanya adalah mencari sesuatu hal yang

baru sebagai upaya pengkayaan diri. Bagi wisatawan dengan motif

petualangan aspek infrmasi juga menjadi syarat mutlak bagi

penyelenggaraan wisata alam, karena mereka selalu membutuhkan

informasi tentang gejala alam untuk mengntisipasi timbulnya bahaya. Hal ini

juga berhubungan dengan faktor  dan sarana keselamatan.

b.      Aspek keanekaragaman

21
Destinasi wisata yang baik setidaknya banyak memiliki alternatif daya tarik

baik flora maupun fauna yang dapat dinikmati wisatawan. Hal ini akan

menjadi nilai unggul destinasi.

c.       Keindahan  dan keunikan

Atraksi alam terbentuk karena proses fenomena alam serta hanya terjadi

pada saat tertentu maka tidak ada kemiripann antara suatu kawasan dengan

kawasan wisata lain, sehingga atraksi alam memiliki keunikan tersendiri

dibandingkan dengan atraksi budaya  dan atraksi buatan, terlebih karena

atraksi alam hanya dapat dinikmati secara utuh di ekosistemnya.

d.      Petualangan lintas alam

Motif wisatawan selain menikmati wisata alam dapat juga untuk melakukan

penelitian, pendidikan,  dan konservasi alam terdapat minat khusus yang

bersifat petualangan, sehingga perlu adanya  kawasan yang benar-benar

masih alami, tanpa adanya  atraksi yang bersifat artificial atau buatan yang

justru mengganggu aktifitas mereka.

e.       Tersedianya ekosistem yang alami

Suatu atraksi alam hendaknya tetap menyediakan kawasan dengan

ekosistem yang masih alami. Ekosistem yang alami berarti sebuah

ekosistem alam yang berjalan alami, bukan hasil sebuah rekayasa buatan

manusia atau artificial.

Dalam pengembangan pariwisata seperti yang diketahui bahwa

pemerintah bukanlah satu satunya pihak yang bertanggung jawab untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan pembangunan, akan tetapi merupakan

kenyataan bahwa peran pemerintah dan jajarannya bersifat dominan. Siagian

22
(2003) menjelaskan bahwa : Pemerintah berfungsi antara lain untuk menjabarkan

strategi pembangunan nasional menjadi rencana pembangunan, baik

kepentingan jangka panjang, sedang dan pendek. Aparat pemerintah pula yang

harus menciptakan iklim kondusif untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi

berbagai kelompok di masyarakat.

Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan diatas dapat di

simpulkan bahwa Geopark merupakan suatu wilayah geografi sebagai tempat

pelestarian warisan dunia yang berdasarkan pada keragaman geologi

(geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), serta keragaman budaya (cultural

diversity), dimana di dalamnya tidak hanya sebagai tempat konservasi namun

juga sebagai sarana ilmu pengetahuan serta pengembangan ekonomi

masyarakat sekitar melaui geowisata.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Nama Peneliti/ Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

Tahun

Riski Rahmadani. Strategi Dinas Jenis penelitian ini Hasil analisis Waktu, tempat,

2021 Pariwisata dan adalah penelitian penelitian dapat variable penelitian

Kebudayaan dalam kualitatif deskriptif, disimpulkan bahwa

pengembangan melalui observasi, terdapat tiga

objek wisata wawamcara, dan strategi

Geopark di dokumentasi Dinas Pariwisata

Kabupaten dan Kebudayaan

Merangin dalam

pengembangan

23
objek wisata

Geopark di

Kabupaten

Merangin,

diantaranya

membentuk strategi

pengembangan

objek

wisata geopark,

menerapkan

strategi

pengembangan

objek wisata

geopark dan

mengevaluasi

strategi

pengembangan

objek wisata

geopark

Ophelia Firsty. Strategi Menggunakan Hasil Waktu, tempat,

2019 Pengembangan Metode deskriptif analisis penelitian tujuan, jenis

Candi Muaro Jambi kualitatif, penelitian dilakukan dengan variable, dan

Sebagai ini akan menggunakan metodologi

Wisata Religi menggambarkan analisis kualitatif penelitian

perkembangan deskriptif hasil

candi dari berbagai melalui narasi yang

aspek didukung

pengembangan dokumentasi. Hasil

pariwisata penelitian

menunjukkan

bahwa

pengembangan

pariwisata masih

pada tahap awal

dan masalah dalam

24
berbagai aspek

pembangunan

ditemukan, dengan

sebagian besar

disebabkan

oleh rendah sinergi

di antara para

pemangku

kepentingan.

Dengan demikian,

setiap pemangku

kepentingan

diharapkan dapat

meningkatkan

sinergi dan

kerjasama demi

pertumbuhan

pariwisata religi di

candi Muaro Jambi.

Yusron. 2019 “Analisis Kelayakan Jenis penelitian ini erdasarkan hasil Waktu, tempat,

Potensi Ekowisata adalah penelitian penelitian tujuan, jenis

Di Desa Tuo kualitatif deskriptif, menunjukkan variable, dan

Kawasan alat dan bahwa metodologi

Geopark bahan yang kawasan wisata penelitian

Kabupaten digunakan dalam alam Desa Tuo

Merangin” penelitian ini adalah menyimpan potensi

kuisioner, alat tulis, ekowisata yang

GPS, menarik

kamera dan diantaranya

pedoman ADO- terdapat beberapa

ODTWA. air terjun dengan

keindahan dan ciri

khas yang berbeda

satu sama lain,

keindahan sungai,

25
potensi tebing

lubuk pisang serta

keragaman jenis

flora dan fauna,

namun tingkat

keragaman

jenisnya tergolong

rendah.

Dari kajian penelitian terdahulu di atas dapat dilihat bahwa posisi

penelitian proposal ini berbeda dengan penelitian yang lain. Dari ketiga

penelitian tersebut, ada salah satu yang sama membahas tentang strategi

pengembangan wisata geopark namun yang membedakan adalah

penelitiannya hanya berfokus pada daya tarik wisata sedangkan penelitian

ini berfokus pada strategi pengembangan Geopark di Provinsi Gorontalo ,

meskipun sama meneliti tentang strategi pengembangan kawasan wisata

dan dua penelitian lainnya fokus membahas strategi pengembangan objek

wisata untuk agama dan analisis kelayakan potensi ekowisata di kawasan

geopark.

26
2.3 Kerangka Teori

Strategi Analisis SWOT

Pengembangan Geopark
Kawasan Wisata

1. Objek dan Daya Tarik 1. Keragaman Geologi


Wisata (geodiversity)
2. Sarana dan Prasarana 2. Keragaman Hayati
Wisata (biodiversity)
3. Infrastruktur 3. Keragaman Budaya
4. Masyarakat sekitar objek (cultural diversity)

2.4 Kerangka Konsep

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan


Provinsi Gorontalo

Strategi Analisis
SWOT

Pengembangan Kawasan
Wisata Geopark di Gorontalo

Keragaman Geologi Keragaman Hayati Keragaman Budaya


(Geodiversity) (Biodiversity) (Cultural diversity)

27
2.5 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir ini dibuat untuk menggambarkan rangkaian inti, yang

dimulai dari rumusan masalah yang akan diteliti hingga hasil yang diperoleh

setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dapat

digambarkan suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Kerangka Berpikir Penelitian

Kawasan Wisata Geopark


di Gorontalo

Global Geopark Network

Konsep Geopark Upaya Konservasi Aset Geowisata

Persepsi Perilaku Pemerintah


Masyarakat Masyarakat Daerah

Pengembangan
Hubungan Persepsi dengan Geopark
Perilaku Masyarakat

Arahan Untuk
Pemerintah tentang
Geopark

Strategi Analisis
28 SWOT
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif

dengan mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.

Penelitian deskriptif merupakan mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi

tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian dengan metode deskriptif

biasanya dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi kasus untuk

menggambarkan perilaku daripada menggunakan data yang bisa dianalisis

secara statistik.

Dari kutipan di atas dapat dicermati bahwa penelitian kualitatif mengarah

pada pengatahuan objek yang diteliti dengan mengedepankan deskriptif yang

berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh

adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan

berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Sehingga

memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka

mengetahui penelitian ini tentang strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi Gorontalo dalam pengembangan geopark di Provinsi Gorontalo.

29
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Berdasarkan judul “Strategi Pengembangan Geopark di Provinsi

Gorontalo” maka penulis mengambil lokasi penelitian di Dinas Pariwisata Provinsi

Gorontalo yang berlokasi di Jl. Jamaluddin Malik No. 41 Kelurahan Limba U2,

Gorontalo. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan Provinsi Gorontalo

memiliki potensi Geosite yang terdapat di beberapa lokasi atraksi wisata yang

memiliki warisan bumi yang patut dijaga dan dikembangkan, untuk itu pentingnya

kebijakan dan strategi Dinas Pariwisata dalam mengembangkan potensi geosite

tersebut agar tetap terjaga dengan baik dan menjadi kawasan geopark nasional.

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan September-Oktober

2022.

3.3 Sumber Data

Bentuk sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Bentuk data primer penelitian kualitatif diperolah dari serangkaian

observasi dan wawancara mendalam kepada informan. Adapun data

primer yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi dengan

mengamati dan mencatat langsung terhadap penerapan peraturan

daerah, yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo

dalam pengembangan Geopark di Gorontalo dan peneliti akan

mewawancarai Kepala Dinas dan Kabid Promosi Dinas Pariwisata

Provinsi Gorontalo.

2. Data Sekunder

Bentuk data sekunder pada penelitian kualitatif didapatkan melalui

penelusuran literature terkait dengan penelitian. Dalam

30
penelitian ini data sekundernya adalah gambaran umum lokasi

penelitian,data dan jumlah pengunjung, peta geosite

3.4 Penentuan Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan peneliti yakni :

1. Variabel Independen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Strategi Dinas

Pariwisiata Provinsi Gorontalo dengan menggunakan analisis SWOT

2. Variabel Dependen

Variablel Dependen dalam penelitian ini adalah Geopark di Provinsi

Gorontalo

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Provinsi Gorontalo dan Wisatawan di salah satu atraksi wisata

No. Populasi Jumlah

1. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 1 Orang

Provinsi Gorontalo

2. Staf Pegawai Dinas Pariwisata dan 100 Orang

Kebudayaan Provinsi Gorontalo

3.5.2 Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini informan menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan

31
informasi. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah

sampai pada taraf kelebihan artinya bahwa dengan menggunakan

informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan

informasi baru. Informan adalah orang yang memberi atau orang yang

menjadi sumber data dalam penelitian (narasumber). Informan adalah

orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh peneliti dan diperkirakan

orang yang menjadi informan ini menguasai dan memahami data,

informasi, ataupun fakta dari objek penelitian. Informan dalam penelitian

ini dipilih berdasarkan kewenangan dan keilmuan yang terkait dengan

penelitian ini,

Sample penelitian yaitu sebagai berikut :

No Sampel Jumlah

1. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo 1 orang

2. Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata 1 orang

Provinsi Gorontalo

3. Kepala Geopark Gorontalo 1 orang

3.6 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung pada

objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Observasi partisipan ialah apabila observasi turut ambil bagian atau

berada dalam keadaan objek yang diobservasi. Dalam penelitian ini,

sesuai dengan objek penelitian maka, penulis memilih observasi

32
partisipan. Observasi partisipan yaitu suatu teknik pengamatan di mana

penulis ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang

diselidiki. Observasi ini dilakukan dengan mengamati dan mencatat

langsung terhadap konsep pengembangan geosite dan strategi yang

dilaksanakan Dinas Pariwisata dalam Pengembangan Geopark di

Gorontalo.

b. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna

dalam suatu topik tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian

ini adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview) di mana

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Penulis akan mewawancarai Kepala Dinas Pariwisata

Provinsi Goronalo dan Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Provinsi

Gorontalo. Alat-alat yang digunakan penulis dalam wawancara adalah

buku catatan, laptop, dan camera karena penulis menggunakan

wawancara catatan lapangan.

c. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di Dinas Pariwisata

Provinsi Gorontalo dalam strategi pengembangan Geopark di Gorontalo.

Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau

arsip-arsip dari lembaga yang di teliti. Adapun penulis mengumpulkan

data mengenai sejarah, visi-misi, profil, serta bukti-bukti strategi Dinas

33
Pariwisata Provinsi Gorontalo dalam pengembangan Geopark di

Gorontalo.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan. Kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama

proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.

Analisis data sebelum di lapangan, dilakukan terhadap data hasil studi

pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk

menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian masih besifat sementara

dan akan berkembang setelah peneliti masuk ke lapangan. Sifat analisis

dalam penelitian kualitatif adalah penguraian apa adanya fenomena yang

terjadi (deskriptif) disertai penafsiran terhadap arti yang terkandung

dibalik yang tampak. Data-data yang diperoleh tentang Strategi

Pengembangan dengan Analisis SWOT untuk mengembangkan Geopark

di Provinsi Gorontalo akan di analisis dan dijelaskan dalam kata-kata

yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh orang lain. Dalam penelitian ini

menggunakan analisis SWOT, maka langkah yang pertama yaitu

menganalisis terlebih dahulu data-data yang diperoleh dengan

menganilisis faktor internal dan esternal dari perusahaan yaitu dengan

menggunakan matriks IFAS untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan

kelemahan yang dihadapi perusahaan. Matriks EFAS digunakan untuk

mengidentifikasi faktor peluang dan ancaman dari perusahaan. Tahap

kedua adalah pencocokan yaitu mencocokan faktor-faktor internal dengan

34
eksternal untuk menciptakan strategi. Tahap ini menggunakan Matriks

SWOT untuk memperoleh alternatif strategi berdasarkan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Dinas Pariwisata

Provinsi Gorontalo. Tahap ketiga yaitu mengambil keputusan terhadap

strategi-strategi yang dibuat. Pemilihan dan penentuan strategi yang

terbaik menggunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning

Matrix).

Teknik Analisis Data adalah proses mencapai dan menyusun

secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi.

Dalam penelitian ini informan ditentukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan

pertimbangan informasi. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai

apabila telah sampai pada taraf kelebihan artinya bahwa dengan

menggunakan informan selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh

tambahan informasi baru. Informan adalah orang yang memberi atau

orang yang menjadi sumber data dalam penelitian (narasumber).

Metode analisis berupa analisis sistem dengan mengunakan

Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi yang di harapkan dapat

memecahkan suatu masalah, Analisis ini di dasarkan logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun

secara bersama dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan

ancaman (threats) (freddy, 2014)

35
Berhubungan dengan iventarisasi pariwisata, serta laporan tertulis

dan istansi yang bersangkutan. Analisis SWOT di lakukan dengan

maksud mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi

yang di lakukan untuk mencapai sasaran yang telah di tetapkan. Oleh

karena tingkat kesiapan fungsi di tentukan oleh tinggkat kesiapan masing-

masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT

dilakukan pada keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik

faktor yang tergolong internal maupun eksternal.

3.8 Pengecekan Keabsahan Data

Penjamin Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data yang di peroleh

di lakukan dengan cara antara lain :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Perpanjangan keikutsertaan penelitian agar terjun kelokasi dalam

waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan

distori yang mungkin mengotori data. Perpanjangan keikutsertaan juga di

maksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti

dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri, jadi bukan sekedar

menerapkan teknik yang menjamin untuk mengatasinya.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan ungsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

36
3. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memafaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan

pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data itu. teknik trigulasi

yang paling banyak di gunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainnya. Teknik triangulasi ini ada beberapa macam antara lain adalah

tringulasi sumber metode menyelidikan dan teori. Untuk kepentingan

peneliti mengutamakan teknik triangulasi sumber dan teori.

a. Triangulasi sumber di lakukan pengecekkan data berdasarkan

sumber- sumber tertentu

b. Triangulasi teknik mengecek data pada sumber yang sama dengan

teknik yang berbeda, minsalnya dengan wawancara kemudian di cek

dengan observasi dokumentasi.

4. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi Teknik ini di lakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam

bentuk diskusi dengan rekan- rekan sejawat.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui keabsahan data, peneliti

menggunakan teknik Triangulasi. Teknik Triangulasi diartikan sebagai

Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti

mengumpulkan data sekaligus mengecek kredibilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Informan
Observasi Wawancara

Teknik

37
Dokumen

Triagulasi berarti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda – beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Peneliti menggunkan metode observasi partisipatif, wawancara

mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara

serempak. Triagulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari

sumber yang berbede – beda dengan teknik yang sama.

3.9 Tahapan Penelitian

Identifikasi Masalah
Studi Literatur

Penetapan Lokasi

Pengumpulan Data
Analisis Data
Hasil dan
Pembahasan

38
DAFTAR PUSTAKA

Bagus Setyo Utama, “Geopark Merangin, Situs Peninggalan Purbakala


Tertua di Dunia”. https://www.tempatwisata.pro/wisata/Geopark-
Merangin, diakses pada 25 Januari 2022

Cholid Narbuko dan Abdu Acmhmad, Metodologi Penelitian, Jakarta:


Sinar Grafika Offset, 2018.

Deby Aviantari Noveria, “Implementasi Kebijakan Pembangunan


Kepariwisataan
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kabupaten Lingga Dalam
Pengembangan Potensi Pariwisata Tahun ”, Skripsi: Program Studi
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, .

Freddy Rangkuti. 20014. ANALISIS SWOT : Teknik Membedah Kasus


Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lantip Diat Prasojo, (2017), Manajemen Strategi, Yogyakarta: Anggota


Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), 2018.

Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Bandung:


Refika Aditama, 2015, hal 141

Rahmadani, Riski. “Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaam dalam


pengembangan objek wisata Geopark di Kabupaten Merangin”
Penelitian 3: 1 (2021): 15-28

Rangkuti, F, (2006), “Analisis Swot : Teknik Membedah Kasus Bisnis”, PT


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Risya, Yola Putri. (2014) “Pengembangan Daya Tarik Kawasan Wisata


Bunga Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung
Barat,” Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), hal. 33–38. doi:
https://doi.org/10.47492/jip.v1i6.211.

Ryan Saputra, “Strategi Pengembangan Wisata Di Kawasan Gunung


Andong
Magelang”, Jurnal Pariwisata, .

Sudaryono, Metodologi Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif dan Mix Method,


Depok: PT Grafindo Persada, 2018.

39
Zebua, M., 2016,Inspirasi Pengembangan Pariwisata daerah,
Deepublish, Yogyakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai