ABSTRACT
This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic
activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the
management of tourism is able to optimize the potential of nature (geology) to be added value for
the economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural
damage. Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The
management of geo-tourism is in five main focuses, including: formulating the natural potential that
can be used for geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism
management, formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or
from geo-tourism output.
ABSTRAK
Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada
tingkatan manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan
pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi
kerusakan alam. Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan
geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu : merumuskan potensi alam
yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata,
manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai
indikator keberhasilan atau dari output geowisata.
Riwayat Artikel :
Diajukan: 18September 2018
Direvisi: 22 September 2018
Diterima: 15 Oktober 2018
kajian geologi yang meliputi lapisan air; (3) wisatawan (Undang-Undang Nomor 10
Biosfer objek kajian geologi pada lapisan Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
tempat hidup organisme; (4) Atmosfer 2009).
objek kajian geologi berupa lapisan udara Penelitian terdahulu menyebutkan
(Ahman Sya, 2012).Ruang lingkup ilmu bahwa daya tarik wisata terbukti menjadi
geologi yang sangat luas dan pada akhirnya salah satu faktor utama yang wajib
ilmu-ilmu tersebut berkembang menjadi diperhitungkan dalam perencanaan
ilmu yang berdiri sendiri untuk dipelajari destinasi wisata, karena akan sangat
seperti, Mineralogi; petrologi; paleontologi; menentukan kepuasan wisatawaan dalam
geologi struktur; geomorfologi; geologi berkunjung ke destinasi wisata (Naidoo
terapan; stratigrafi (Ahman Sya, 2012; dkk., 2011; Adom dkk., 2012; Basiya &
Hermawan & Brahmanto, 2018). Rozak, 2012; Stevianus, 2014; Darsono,
2015; dan Hermawan, 2017).
Konsep Ilmu Pariwisata
Konsep Geowisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa
sangsekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu Tom Hose merupakan ilmuan yang
“pari’ berarti keliling atau bersama dan kata pertama aktif memperkenalkan istilah
“wisata” yang berarti perjalanan (I. Pitana, geowisata (geotourism) di Geological
2009). Menurut Undang-Undang Nomor Society pada 1996 suatu makalah berjudul
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, “Geotourism, or can tourists become casual
yang dimaksud dengan pariwisata adalah rock hounds: Geology on your doorstep”
berbagai macam kegiatan wisata yang (Dirgantara, 2012).Istilah geowisata di
didukung oleh berbagai fasilitas serta Indonesia diperkenalkan dalam seminar
layanan yang disediakan oleh masyarakat, Nasional tentang geowisata, pada tahun
pengusaha, pemerintah dan pemerintah 1990 sebagai kegiatan pariwisata yang
daerah. Destinasi adalah tempat yang memanfaatkan seluruh aspek geologi
dikunjungi dengan waktu yang signifikan dengan ruang lingkup mengenai unsur
selama perjalanan wisata seseorang abiotik seperti bentang alam, batuan,
dibandingkan dengan tempat lain yang mineral, fosil, tanah, air dan proses,
dilalui selama perjalanan, misalnya daerah termasuk didalamnya sejarah geologi.
transit (Pitana, 2009).Dalam kajian sosiologi Geowisata (geotourism) merupakan
pariwisata, minat wisatawan berkunjung pariwisata minat khusus yang
disuatu destinasi alam salah satunya memanfaatkan seluruh potensi SDA di
ditentukan faktor-faktor ektrinsik, yaitu suatu tempat, dan perlu peningkatan
faktor-faktor luar yang melekat pada pengayaan pengetahuan dan proses –proses
destinasi wisata alam (I. G. Pitana & Putu, fenomena fisik dari alam (Nainggolan,
2009). Salah satu faktor ektrinsik tersebut 2016)
adalah atraksi, atau sering disebut daya tarik Jadi secara sederhana dapat
wisata.Menurut Pendit (2002), daya tarik disimpulkan bahwa geowisata merupakan
wisata didefinisikan sebagai segala sesuatu bentuk kegiatan pariwisata minat khusus
yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi yang fokus utamanya pada kenampakan
dan dilihat. Kemudian secara lebih spesifik, geologis permukaan bumi maupun yang
daya tarik wisata alam dijelaskan sebagai terkandung didalamnya dalam rangka
segala sesuatu yang memiliki keunikan, mendorong pemahaman akan lingkungan
keindahan, keaslian, dan nilai yang berupa hidup, alam dan budaya, lebih lanjut
keanekaragaman kekayaan alam yang sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
Gambar 2
Keindahan Daya Tarik Stratifigrafi di
Green Canyon Pangandaran, Jawa Barat,
sumber: www.google.co.id, diakses 18
November 2017
menarik untuk dipelajari, baik namanya, yang tidak umum, serta menyukai aktifitas
sejarah dan proses terbentunya, sifat dan wisata yang menantang atau tidak biasa
unsur-unsur kimianya, beserta kegunaanya (Hermawan, 2017), dalam bahasa
dalam kehidupan manusia sehari- keilmuanya sering disebut wisatawan drifter
hari.Pariwisata pada dasarnya terjadi karena (I. G. Pitana & Putu, 2009). Wisatawan
adanya kecenderungan manusia untuk jenis ini tidak akan puas berkunjung ke
mencari hal dan lingkungan baru, atau destinasi wisata alam hanya untuk melihat-
sering disebut sebagai ritual inversi dalam lihat panorama alam saja, atau sekedar
ilmu sosiologi (I. G. Pitana & Putu, berfoto selfi, sebagaimana pola mayoritas
2009).Perbedaan unsur alam, budaya kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini.
masyarakat, dan unsur binaan di setiap Destinasi wisata yang dipilih mereka adalah
belahan bumi merupakan hal yang mampu destinasi yang mampu memuaskan hasrat
merangsang seseorang atau sekelompok mereka untuk berpetualang, serta destinasi
orang untuk mewisatainya (Darsoprajitno, yang mampu menambah pengkayaan diri
2002). Oleh karena itu, wisatawan atau berupa pengalaman dan wawasan baru.
calon wisatawan akan cenderung mencari Alam geologi di Indonesia sangat
tempat-tempat baru yang memiliki lansekap cocok untuk dikembangkan menjadi daya
alam yang indah, unik, alami, serta berbeda tarik pariwisata geologi.Oleh karena itu,
dari tempat biasanya mereka hidup. dibutuhkan rumusan-rumusan dalam
Ilustrasinya sebagai berikut : pengelolaan geowisata yang dapat
“Orang kota memiliki kecenderungan diimplementasikan di bergai daerah. Akan
untuk senang berwisata ke desa yang tetapi, berbagai literatur mengenai
memiliki lingkungan tenang dan asri, juga pengembangan geowisata masih jarang
untuk melihat bentang alam yang unik dan ditemukan di Indonesia.
indah, misalnya wisata pendakian ke
Gunung Merapi, melihat bentang alam Merumuskan Kriteria-
Kawasan Kars Pegunungan seribu dan Kriteria Destinasi
tempat-tempat berbasis geologi yang Geowisata
menarik lainya.”
Walaupun ada kemungkinan berlaku Artikel ini mencoba
sebaliknya, misanya : “Orang-orang yang merekomendasikan pedoman dalam
selamanya hidupnya di desa terkadang penentuan kriteria daya tarik geowisata
berkeinginan untuk berwisata di kota, dengan mengadaptasi dari kriteria daya tarik
melihat kemegahan gedung-gedung atau wisata alam yang telah ada sebelumnya.
keramaian mall.” Kriteria daya tarik alam setidaknya
Kaitanya dengan geologi adalah, mencakup hal-hal berikut :
kecenderungan ritual inversi wisatawan di
Indonesia telah didukung oleh potensi alam a. Adanya aspek informasi
yang dimiliki, beserta segala bentuk Geotourism adalah pariwisata
fenomena geologinya. Kesesuaian kedua berkelanjutan dengan fokus utama pada
faktor diatas menjadi pendorong untuk pengalaman geologi Bumi. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata berbasis alam dibutukan fitur berupa sarana informasi
geologi, atau dikenal dengan geowisata. yang memupuk pemahaman lingkungan
Selain faktor diatas, perkembangan dan budaya, apresiasi dan konservasi secara
geowisata juga didukung oleh meningkatnya lokal mengalami geologi Bumi. Juga
permintaan wisata minat khusus.Wisatawan informasi yang mampu memupuk
minat khusus biasanya adalah wisatawan- pemahaman lingkungan dan budaya,
wisatawan yang menyukai destinasi wisata apresiasi dan konservasi dan bermanfaat
secara lokal. Kualitas informasi merupakan
397 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata
Termasuk adanya integrasi dengan kearifan infrastruktur dasar, seperti pusat informassi,
tata budaya masyarakat lokal sekitar; (2) museum, serta pengembangan rute gropark
Adanya manajemen pengelolaan. Prasarat penting untuk mendukung pendikikan
geopark termasuk adanya badan publik; (5) Aspek konservasi lingkungan.
manajemen dan sebuah rencana Selain sebagai kawasan lindung, geopark
pembangunan yang komprehensif; (3) adalah sarana pembangunan sosio-ekonomi
Pembangunan ekonomi. Salah satu tujuan lokal. Pengelola kawasan geopark
strategis dari pembentukan geopark adalah bertanggung jawab untuk memastikan
merangsang kegiatan ekonomi dan perlindungan warisan geologi telah
mempromosikan pembangunan dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai tradisi
berkelanjutan. Seperti halnya tujuan lokal dan sesuai ketentuan yang berlaku.
pariwisata yang selalu digadang-gadang Pencagaran fenomena geologi yang
menjadi pilar pembangunan ekonomi memiliki nilai historis sangat diperlukan
nasional; (4) Aspek pendidikan. Sebuah dalam pengelolaan geopark.
geopark harus menyediakan dan Kedua kriteria, daya tarik wisata alam
mendukung peralatan dan kegiatan untuk dan kriteria geopark dapat diambil jalan
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama tengahnya sebagai kriteria daya tarik
pengetahuan geo-science dan konsep geowisata. Sehingga kriteria daya tarik
perlindungan kepada publik. Beberapa geowisata diajukan seperti tabel berikut :
Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan
bahwa pada prinsipnya kriteria daya tarik adalah paket wisata yang mampu
wisata alam dengan keriteria geopark telah menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi
memiliki kemiripan satu sama lain, hanya wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk
saja masih terdapat satu dua aspek yang lebih mencintai alam, menjaga
tidak dimiliki satu sama lain. Oleh karena kelestarianya, serta kepedulian untuk
itu, perumusan kriteria geowisata mendukung konservasi sumber daya alam
melengkapi kekurangan dari kriteria daya langka dalam kasus fenomena geologi
tarik wisata alam secara umum. Perumusan tertentu; (4) Adventuring, pariwisata yang
kriteria geowisata juga melengkapi dirancang dan dikemas sehingga terbentuk
kekurangan dari kriteria geopark yang telah wisata petualangan.
diajukan oleh UNESCO. Kekeliruan yang umum dalam
perencanaan destinasi alam konvensional
Manajemen Geowisata adalah menambah berbagai kemudahan
bagi wisatawan dengan membangun fasilitas
Dalam operasional kegiatan geowisata wisata disana-sini pada saat destinasi wisata
dapat mengadaptasi pola wisata minat mulai laku. Meskipun penting
khusus. Pada prinsipnya, pariwisata minat pembangunan fasilitas wisata juga perlu
khusus adalah pariwisata yang mempunyai dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
kaitan dengan petualangan (adventure) serta hati-hati, fakta menujukan bahwa wisatawan
unsur pengkayaan wisatawan berupa petualang justru tidak terlalu peduli
pengetahuan dan pengalaman baru. Unsur- terhadap sarana wisata saat berkunjung ke
unsur wisata minat khusus yang diajukan destinasi wisata alam, melainkan
oleh Fandeli dalam Sudana (2013) sebagai pengalaman dari sajian daya tarik yang
berikut : (1) Learning, pariwisata cukup menantang menjadi alasan utama
menekankan pada unsur belajar sebagai mereka untuk berwisata (Hermawan,
daya tarik utamanyanya. Dalam kasus 2017).Dalam hal ini, pembagunan sarana
geowisata, yang dipelajari dapat berupa wisata sebaiknya disesuaikan dengan
bentang alam geologi : baik struktur kebutuhan pokok wisatawan. Apakah
geologinya, stratifigrafi, topografinya, jenis fasilitas yang dimaksud memang diperlukan
batuanya, kandunngan mineralnya dan lain wisatawan? atau dengan berbagai
sebagainya. Wisatawan juga dapat diajak kemudahan (sarana wisata) justru
untuk mempelajari porses-proses menghilangkan aspek petualangan yang
terbentuknya fenomena geologi diatas, serta dicari wisatawan dan justru merusak
mempelajari keterkaitanya dengan pola kealamiahan lingkungan.
kehidupan masyarakat dan sebagainya; Pada saat ini, jumlah wisatawan yang
(2)Enriching, pariwisata yang memasukkan mencari pengalaman lebih dalam dari situs
peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan atau daerah yang dikunjungi semakin
antara wisatawan dengan masyarakat. bertambah. Pengunjung tipe ini ingin tahu
Wisata di kawasan geopark, tidak lebih banyak tentang situs atau daerah dan
selamanya berinteraksi dengan benda mati isu-isu terkait kegeologian. Informasi ini
(alam non hayati), akan tetapi interaksi tidak hanya mencakup ilmu bumi tetapi
dengan masyarakat lokal sekitar juga cukup juga aspek historis, arkeologi, ekologi atau
penting, sehingga mampu memberikan artistik dari situs geologi. Jika suatu area
pengalaman yang lebih bernilai bagi atau situs dilindungi, mereka ingin
wisatawan; (3)Rewarding, pariwisata yang memahami alasannya (Kubalíková &
memasukkan unsur pemberian Kirchner, 2016).Geowisata dapat dijadikan
penghargaan. Idealnya dalam kegiatan media bagi sosialisasi ilmu pengetahuan
diri yang lebih, berupa ilmu pengetahuan Tourist satisfaction (R. Dowling &
dan pengalaman baru.(4) Prinsip keempat Newsome, 2010). Mewujudkan kepuasan
adalah locally beneficial atau bermanfaat wisatawan berarti pengelolaan geowisata
secara lokal. Yang bermakna bahwa dapat memberikan kepuasan lahir dan batin
keberadaan geowisata diharapkan mampu bagi wisatawan yang mengunjunginya.
memberikan manfaat bagi masyarakat/ Kepuasan wisatawan dapat diperoleh
komunitas yang berada di sekitarnya (N dengan tata kelola wisata yang bagus,
Ginting dkk., 2017). Manfaat tersebut dapat setidaknya mampu menyajikan daya tarik
berupa kontribusi dampak positif yang wisata yang indah, unik, asli dan bernilai
dapan dinikmati seperti : pertumbuhan edukasi disertai dengan sarana prasarana
ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya, pendukung yang tepat guna dan didukung
peningkatan kualitas lingkungan atau pelayanan prima (Hermawan, 2017).
lainnya (Hermawan, 2016;Hermawan, Peningkatan keselamatan juga dianggap
2016a).Dengan pengelolaan geowisata sebagai upaya yang sangat tepat dalam
diharapkan proses pembangunan di daerah menjamin kepuasan wisatawan terhadap
wisata tersebut semakin meningkat, dan destinasi wisata.Untuk mendukung
manfaatnya dapat dirasakan secara nyata keselamatan wisatawan dapat dilakukan
oleh masyarakat lokal. Salah satu model tata dengan upaya minimalisasi risiko bahaya
kelola atau sistem manajemen yang cocok dan kecelakaan dengan mengadaptasi
untuk geowisata yaitu mengadopsi anjuran dalam guidelines for safe
pariwisata berbasis kerakyatan atau recreational water (2003). Pencegahan
masyarakat, yang dikenal dengan resiko kecelakaan dapat dilakukan dengan
Community Based Tourism (CBT).Konsep peningkatan keselamatan. Peningkatan
CBT, mensyaratkan bahwa pariwisata keselamatan tersebut dapat diintervensi
sebaiknya diinisiasi bersama masyarakat dengan lima pendekatan yaitu : (1)
lokal, dikembangkan oleh masyarakat lokal, Pekerjaan/ perekayasaan (engineering); (2)
dan benefit dari pariwisata diharapkan Memperkuat (enforment); (3) Pendidikan
dapat dinikmati masyarakat lokal sendiri (education); (4) Tindakan untuk
(“Kyrgyz Community Based Tourism,” memberanikan (encouragement); dan(5)
n.d., diakses tanggal 15 Agustus 2016); Kesiapan bahaya (emergency
(ASEAN Community Based Tourism preparadness).
Standart 2016).(5) Prinsip kelima adalah
Manajemen Geowisata :
Struktur Geologi
1.Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan;
2.Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan
masyarakat; 3. Safety manajement; 4.service excelent disertai
sarana prasarana pendukung yang tepat guna
Stratifigrafi
Syarat destinasi
Aktifitas Geowisata :
Batuan &
kandungan
mineral
Gambar 4.
Chen, A., Lu, Y., & Ng, Y. C. Y. (2015). Ginting, N., Rahman, N. V., & Sembiring,
The Principles of Geotourism. G. (2017). Tourism Development
Springer. Based on Geopark in Bakkara
Caldera Toba, Indonesia. In IOP
Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas Conference Series: Materials
Daya Tarik Wisata terhadap Science and Engineering (Vol. 180,
Tingkat Kepuasan Wisatawan, Studi p. 12086). IOP Publishing.
Kasus di Waduk Jatiluhur-
Kabupaten Purwakarta. JURNAL Ginting, N., & Sasmita, A. (2018).
NASIONAL PARIWISATA, 5(1), Developing Tourism Facilities
14–22. Based on Geotourism in Silalahi
Village, Geopark Toba Caldera. In
Darsoprajitno, S. (2002). Ekologi IOP Conference Series: Earth and
Pariwisata. Bandung: Penerbit Environmental Science (Vol. 126, p.
Angkasa. 12163). IOP Publishing.