Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

GEOWISATA : SOLUSI PEMANFAATAN KEKAYAAN GEOLOGI YANG


BERWAWASAN LINGKUNGAN

Hary Hermawan1, Yosef Abdul Ghani2

1. STP AMPTA Yogyakarta


2. Universitas BSI
*Korespondensi: yosef.ylb@bsi.ac.id

ABSTRACT

This article tries to realize a solution how to make use of geology for eco-tourism and economic
activities at the site management level. The paradigm in the management of geowisata is how the
management of tourism is able to optimize the potential of nature (geology) to be added value for
the economic welfare of local communities, as well as able to minimize the potential of natural
damage. Therefore, this article attempts to recommend a geotourism management model. The
management of geo-tourism is in five main focuses, including: formulating the natural potential that
can be used for geotourism activities, formulating criteria of geo-tourism destinations, geo-tourism
management, formulating activities in geo-tourism activities, and finally on indicators of success or
from geo-tourism output.

ABSTRAK

Artikel ini mencoba mewujudkan sebuah solusi bagaimana memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata dan ekonomi yang berwawasan lingkungan pada
tingkatan manajemen tapak. Paradigma dalam pengelolaan geowisata adalah bagaimana pengelolaan
pariwisata mampu mengoptimalkan potensi alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sekaligus mampu menekan seminimal mungkin potensi
kerusakan alam. Oleh karena itu, artikel ini mencoba merekomendasikan model pengelolaan
geowisata. Pengeloaan geowisata berada dalam lima fokus utama, yaitu : merumuskan potensi alam
yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata, merumuskan kriteria-kriteria destinasi geowisata,
manajemen geowisata, merumuskan aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai
indikator keberhasilan atau dari output geowisata.

Keywords:Geotourism, nature tourism, tourism geology

Riwayat Artikel :
Diajukan: 18September 2018
Direvisi: 22 September 2018
Diterima: 15 Oktober 2018

391 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

PENDAHULUAN pemanfaatan aset-aset geologi sebelumnya.


Kegiatan kepariwisataan selama ini memang
Letak Negara Indonesia secara banyak terkait dengan alam, terutama yang
geografis sangat istimewa. Pertama, berkaitan dengan pengembangan atraksi
Indonesia berada di antara tiga lempang wisata. Semuanya erat hubunganya dengan
benua besar, yaitulempeng Eurasia, masalah lingkungan yang alami, yang tidak
lempeng pasifik, dan juga lempeng terlepas dari nuansa geologi, khususnya juga
Australia. Kedua, Indonesia berada di terkait dengan daya dukung
dalam dua kawasan laut dangkal meliputi lingkungan.Daya dukung lingkungan erat
dangkalan Sahul dan dangkalan Sunda. kaitanya dengan ekosistem. Keduanya
Ketiga, Wilayah Negara Indonesia memiliki merupakan satu jaringan sistem yang saling
dua deretan pegunungan besar, yaitu terkait (interdependensi) dengan hukum
Pegunungan Mediterania dan Sirkum alam yang membentuk tempat manusia
Pasifik. Letaknya sangat strategis, membuat bermukim serta membentuk suatu tata alam
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya tempat manusia bermasyarakat. Dalam
alam yang sangat besar, terutama kekayaan masyarakat inilah, manusia mampu
alam non hayatinya, berupa mengambangkan kehidupan sosial,
keanekaragaman fenomena geologi yang ekonomi, dan budaya. Dengan dukungan
membentang dari Sabang sampai Merauke. sosial ekonomi yang mantap, maka budaya
Bentang alam yang pegununngan yang manusia dapat menciptakan berbagai
sangat indah beserta segala bentukan khas macam tata binaan yang mau tidak mau
geologinya yang unik merupakan segala mengacu matra ruang, waktu, dan ilmu
bentuk potensi alam yang sudah dimiliki pengetahuan termasuk juga teknologi
(Hermawan & Brahmanto, 2018). Tidak (Ahman Sya, 2012).
berlebihan jika Negara Indonesia disebut Berdasarkan konsep diatas, maka
sebagai negara megageodiversity, mengingat segala bentuk destinasi wisata, baik alam,
besarnya kekayaan geologi seperti yang budaya maupun minat khusus pada
telah disebutkan diatas (Hendratno, 2004). hakikatnya merupakan pariwisata ekologi
Akan tetapi, kenyataan menunjukan (alam). Sementara itu, ekologi merupakan
bahwa kekayaan geologi tersebut belum perpaduan ilmu mengenai alam atau IPA
mampu tergarap secara optimal hingga saat dengan Ilmu sosial (IPS), dengan disiplin
ini. Kekayaan geologi kita mayoritas masih ilmu pengetahuan geologi yang paling kuat
dieksploitasi untuk kegiatan pertambangan pengaruhnya (Ahman Sya, 2012).Dalam hal
serta sebagai bahan baku pendukung dalam pengembangan daya tarik wisata alam, perlu
industri manufaktur. Pengembangan perhatian bahwa tidak semua daya tarik
infrastuktur fisik, industri, dan wisata alam cocok dengan pola
pengembangan urban area di pusat kota, pengembangan pariwisata masal, yaitu
semua ini sangat ditunjang oleh bahan pariwisata yang berusaha mendatangkan
galian yang merupakan sumber daya geologi wisatawan sebanyak-banyaknya. Karena
dari berbagai daerah. Dampaknya, tidak tinggi rendahnya daya dukung lingkungan
sedikit dari kegiatan industri tersebut justru akan sangat tergantung pada topografi
menimbulkan berbagai efek negatif berupa medan dan bertumpu pada tata geologinya.
penurunan bahkan kerusakan fungsi Budaya manusia bersumber pada
ekologis (tata alam) di daerah-daerah bekas hukum alam dan bermuara pada kinerja
pertambangan geologi. Pariwisata binaanya yang keseluruhanya tidak lepas
diharapkan mampu menjadi alternatif solusi dari pengaruh sifat dan gejala alam yang ada
pemanfaatan potensi geologi secara di bumi. Oleh karena itu, disiplin ilmu
ekonomis yang sedikit berbeda dari pengetahuan geologi sebagai sumber daya

392 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

kepariwisataan perlu sekali digunakan merumuskan kriteria-kriteria destinasi


untuk menghasilkan daya tarik wisata alam geowisata, manajemen geowisata,
geologi yang berkelanjutan. Daya tarik merumuskan aktifitas dalam kegiatan
wisata berkelanjutan dapat tercipta dengan geowisata, dan terakhir mengenai indikator
pengelolaan yang bijak yang sesuai dengan keberhasilan atau dari output geowisata.
daya dukung lingkunganya yang dapat digali
menurut pendekatan ilmu geologi dengan
manajemen pengelolaan pariwisata yang
baik. TINJAUAN PUSTAKA
Geowisata mencoba dihadirkan di
Indonesia sebagai sebuah solusi bagaimana Konsep Ilmu Geologi
memanfaatkan kekayaan geologi beserta
berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata Tinjauan Geologi merupakan ilmu
dan ekonomi yang berwawasan lingkungan. pengetahuan yang berfokus untuk
Konsep ini telah populer dipromosikan memperlajari materi penyusun kerak bumi,
sebagai cara mendamaikan konservasi proses berlangsungnya (sebelum, selama
fenomena geologi dan geomorfologi dengan dan setelah) pembentukanya beserta segala
pembangunan ekonomi, khususnya di bentuk mahluk hidup yang pernah ada atau
negara-negara berkembang (Camp, hidup di sekitarnya (Ahman Sya, 2012).
2016).Geowisata menjadi salah satu alat Selain itu geologi pun dikatakan sebagai
paling kuat untuk melindungi lingkungan. ilmu yang erat kaitannya dengan bumi, yang
Geowisata merupakan alternatif solusi titik fokus utamanya dapat diteliti
peningkatan atas pariwisata massal atau sejarahnya dengan kehidupan yang sudah
"lama" yang menyediakan hubungan sektor ada, berbagai gaya yang bekerja padanya,
yang lebih baik, mengurangi kebocoran susunan keraknya, serta evolusi yang
manfaat dari suatu negara, menciptakan dialaminya (Bumi) Purbohadiwijoyo (1967),
lapangan kerja lokal, dan menumbuhkan ilmu geologi modern terbagi menjadi 2 dan
pembangunan berkelanjutan (Khan, 1997). saling terkait satu sama lainnya yaitu:
Akan tetapi, geowisata masih termasuk dinamic geology & historycal geology.
fenomena baru dalam paradigma Keduanya bahkan dianggap sebagai dua
pengembangan pariwisata, khususnya di macam ilmu yang berbeda/ terpisah. ilmu
Indonesia (Khan, 1997). Oleh karena itu, geologi yang mempelajari sebab-sebab atau
artikel mencoba untuk ini mengkaji proses-proses yang berhubungan dengan
bagaimana mengelola potensi geologi perubahan bumi atau dinamika bumi
menjadi daya tarik wisata alam pada disebut dengan Dinamic Geology atau
tingkatan manajemen tapak yang ideal serta Physical Geology, sedangkan ilmu geologi
berkelanjutan, melalui kajian yang mempelajari perubahan-perubaha
literatur.Paradigma baru yang hendak pada lapisan-lapisan bumi khususnya kerak
dibangun dalam geowisata adalah bumi dari masa ke masa, dan hubungan
“Bagaimana pengelolaan geowisata mampu antara perkembangan dunia organik dengan
mengoptimalkan potensi alam menjadi lapisan kulit (kerak) bumi disebut
bernilai tambah bagi kesejahteraan Historycal Geology
ekonomi masyarakat lokal, sekaligus Beberapa peneliti menekankan bahwa
mampu menekan seminimal mungkin ilmu geologi yang dipelajari memiliki objek
potensi kerusakan alam?” dan difokuskan dari permukaan bumi ke bawah, sedangkan
dalam lima fokus utama, yaitu : bumi kita ini seutuhnya memiliki lapisan-
merumuskan potensi alam yang dapat lapisan, diantaranya: (1) Lithosfer, objek
digunakan untuk kegiatan geowisata, kajian geologi berupa lapisan-lapisan batuan
yang menyusun bumi; (2) Hidrosfer, objek
393 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

kajian geologi yang meliputi lapisan air; (3) wisatawan (Undang-Undang Nomor 10
Biosfer objek kajian geologi pada lapisan Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,
tempat hidup organisme; (4) Atmosfer 2009).
objek kajian geologi berupa lapisan udara Penelitian terdahulu menyebutkan
(Ahman Sya, 2012).Ruang lingkup ilmu bahwa daya tarik wisata terbukti menjadi
geologi yang sangat luas dan pada akhirnya salah satu faktor utama yang wajib
ilmu-ilmu tersebut berkembang menjadi diperhitungkan dalam perencanaan
ilmu yang berdiri sendiri untuk dipelajari destinasi wisata, karena akan sangat
seperti, Mineralogi; petrologi; paleontologi; menentukan kepuasan wisatawaan dalam
geologi struktur; geomorfologi; geologi berkunjung ke destinasi wisata (Naidoo
terapan; stratigrafi (Ahman Sya, 2012; dkk., 2011; Adom dkk., 2012; Basiya &
Hermawan & Brahmanto, 2018). Rozak, 2012; Stevianus, 2014; Darsono,
2015; dan Hermawan, 2017).
Konsep Ilmu Pariwisata
Konsep Geowisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa
sangsekerta yang terdiri dari 2 kata yaitu Tom Hose merupakan ilmuan yang
“pari’ berarti keliling atau bersama dan kata pertama aktif memperkenalkan istilah
“wisata” yang berarti perjalanan (I. Pitana, geowisata (geotourism) di Geological
2009). Menurut Undang-Undang Nomor Society pada 1996 suatu makalah berjudul
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, “Geotourism, or can tourists become casual
yang dimaksud dengan pariwisata adalah rock hounds: Geology on your doorstep”
berbagai macam kegiatan wisata yang (Dirgantara, 2012).Istilah geowisata di
didukung oleh berbagai fasilitas serta Indonesia diperkenalkan dalam seminar
layanan yang disediakan oleh masyarakat, Nasional tentang geowisata, pada tahun
pengusaha, pemerintah dan pemerintah 1990 sebagai kegiatan pariwisata yang
daerah. Destinasi adalah tempat yang memanfaatkan seluruh aspek geologi
dikunjungi dengan waktu yang signifikan dengan ruang lingkup mengenai unsur
selama perjalanan wisata seseorang abiotik seperti bentang alam, batuan,
dibandingkan dengan tempat lain yang mineral, fosil, tanah, air dan proses,
dilalui selama perjalanan, misalnya daerah termasuk didalamnya sejarah geologi.
transit (Pitana, 2009).Dalam kajian sosiologi Geowisata (geotourism) merupakan
pariwisata, minat wisatawan berkunjung pariwisata minat khusus yang
disuatu destinasi alam salah satunya memanfaatkan seluruh potensi SDA di
ditentukan faktor-faktor ektrinsik, yaitu suatu tempat, dan perlu peningkatan
faktor-faktor luar yang melekat pada pengayaan pengetahuan dan proses –proses
destinasi wisata alam (I. G. Pitana & Putu, fenomena fisik dari alam (Nainggolan,
2009). Salah satu faktor ektrinsik tersebut 2016)
adalah atraksi, atau sering disebut daya tarik Jadi secara sederhana dapat
wisata.Menurut Pendit (2002), daya tarik disimpulkan bahwa geowisata merupakan
wisata didefinisikan sebagai segala sesuatu bentuk kegiatan pariwisata minat khusus
yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi yang fokus utamanya pada kenampakan
dan dilihat. Kemudian secara lebih spesifik, geologis permukaan bumi maupun yang
daya tarik wisata alam dijelaskan sebagai terkandung didalamnya dalam rangka
segala sesuatu yang memiliki keunikan, mendorong pemahaman akan lingkungan
keindahan, keaslian, dan nilai yang berupa hidup, alam dan budaya, lebih lanjut
keanekaragaman kekayaan alam yang sebagai bentuk apresiasi, dan kegiatan
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

394 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

konservasi, serta memiliki kepedulian memiliki tujuan untuk mengembangkan


terhadap kelestarian kearifan lokal. teori baru agar dapat
melengkapi/menambah teori yang sudah
Konsep dan Pengembangan ada, adapaun tahapan - tahapan dalam
Geowisata melakukan systematic review ini adalah
sebagai berikut: Memformulasikan
Istilah geowisata berasal dari kata pertanyaan penelitian; melakukan
dalam bahasa Inggris yaitu geotourism. pencarian pada sumber literatur baik di
Yang merupakan gabungan dari dua kata, perpustakaan, buku, hasil penelitian baik
yaitu geo yang bermakna bentuk geografis, cetak ataupun online; melakukan seleksi
geomorfologi dan juga sumber daya alam artikel mana saja yang cocok; melakukan
lainya, dan tourism atau pariwisata yang analisis dan sintesis temuan-temuan
bermakna kunjungan ke kawasan wisata Kualitatif; lalu menyusunnya.
untuk apresiasi dan pendidikan (R. K.
Dowling & Newsome, 2006). Geowisata
adalah pendekatan holistik untuk pariwisata
berkelanjutan yang berfokus pada semua HASIL DAN
poin yang dapat didefinisikan untuk PEMBAHASAN
menciptakan pengalaman perjalanan yang
otentik (Stokes, Cook, & Drew, 2003). Merumuskan Potensi Alam
Kegiatan geowisata, diharapkan yang Dapat digunakan
mampu menjadi bentuk apresiasi terhadap untuk kegiatan Geowisata
makna dan keunikan terhadap
keanekaragaman warisan geologi yang Permintaan wisatawan untuk
terkandung dalam suatu area untuk mengunjungi situs-situs alami yang penting
meningkatkan kesadaran lingkungan dari sudut pandang geologis atau
melalui upaya konservasi (Chen, Lu, & Ng, geomorfologi telah dipraktekkan sejak lama
2015).Geowisata merupakan bentuk (R. K. Dowling & Newsome, 2006). Oleh
kegiatan pariwisata minat khusus yang fokus karena itu, pengembangan geowisata akan
utamanya pada kenampakan geologis menawarkan konsep wisata alam yang
permukaan bumi maupun yang terkandung menonjolkan keindahan, keunikan,
didalamnya dalam rangka mendorong kelangkaan, serta keajaiban suatu fenomena
pemahaman akan lingkungan hidup, alam alam yang berkaitan erat dengan gejala-
dan budaya, lebih lanjut sebagai bentuk gejala geologi yang dijabarkan dalam bahasa
apresiasi, dan kegiatan konservasi, serta populer atau sederhana (Kusumahbrata,
memiliki kepedulian terhadap kelestarian 1999 dalam Hidayat, 2002). Fenomena
kearifan lokal (Ginting & Sasmita, 2018; geologi pada dasarnya sangat beragam,
Wood, 2002; dan Chen, Lu, & Ng, 2015). masing-masing membentuk lansekap
pemandangan yang memiliki nilai,
eksotisme, dan keunikan tersendiri, yang
cocok dikelola sebagai daya tarik wisata (R.
METODE K. Dowling, 2011). Diantara fenomena
geologis tersebut diantaranya :
Metode yang digunakan guna
menjawab hal-hal yang telah di rumuskan (1) Struktur geologi, struktur geologi
dalam latar belakang penelitian ini adalah merupakan bangunan alam nonhayati baik
menggunakan metode Systematic Review di bawah maupun diatas permukaan bumi
meta-sintesis dengan pendekatan meta- yang dibangun oleh tenaga yang bekerja di
etnografi yang dalam penelitian ini peneliti dalam dan diatas permukaan bumi.Tenaga
395 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

yang berkerja di bawah permukaan bumi


disebut tenaga endogen, sedang yang
bekerja diatas permukaan bumi disebut
tenaga eksogen. Pegunungan Himalaya
merupakan contoh keindahan struktur
geologi mancanegara yang populer sebagai
daya tarik wisata geologi, serta menjadi
lokasi pendakian yang cukup menantang
bagi para pecinta alam.

Gambar 2
Keindahan Daya Tarik Stratifigrafi di
Green Canyon Pangandaran, Jawa Barat,
sumber: www.google.co.id, diakses 18
November 2017

(3) Topografi merupakan bentukan dari


bentang alam. Secara ilmu geologi,
topografi dibentuk oleh tenaga endogen dan
eksogen dan oleh karena itu topografi selalu
berubah, contohnya : kubah magma
berubah akibat letusan beru gunung berapi,
sungai membentuk alur baru akibat banjir,
gelombang laut merubah garis pantai,
gempa menimbulkan gerakan tanah dan
Gambar 1
Pegunungan Himalaya sebagai Contoh beberapa lainya. Topo grafi pada
Keindahan Struktur Geologi Mancanegara pegunungan karst menjadi salah satu contoh
fenomena geologis yang dapat dikelola
yangPopuler, sumber: www.google.co.id,
menjadi daya tarik wisata.
diakses 18 November 2017

Indonesia juga memiliki kekayaan


struktur geologi yang cukup melimpah dan
tidak kalah eksotis, misalnya: Danau Toba,
Danau Karimutu, Gunung Tangkuban
Perahu dan lain sebagainya.

(2) Stratifigrafi, stratifigrafi merupakan


lapisan batuan degan segala macam jenis
batuan, struktur, sifat dan gejala yang
ditimbulkan berdasarkan gambaran Gambar 3
perlapisanya (Ahman Sya, 2012). Topografi pada Pegunungan Kars, sumber:
Stratifigrafi terkadang menjadi fenomena www.google.co.id, diakses 18 November
geologi yang sangat menarik dan unik. Jawa 2017
barat, memiliki salah satu bentuk stratifigrafi
yang populer sebagai daya tarik wisata, yaitu (4) Kandungan mineral di dalam perut
Green Canyon di Pangandaran. bumi juga mampu menjadi daya tarik
geowisata yang bernilai edukatif dan sangat

396 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

menarik untuk dipelajari, baik namanya, yang tidak umum, serta menyukai aktifitas
sejarah dan proses terbentunya, sifat dan wisata yang menantang atau tidak biasa
unsur-unsur kimianya, beserta kegunaanya (Hermawan, 2017), dalam bahasa
dalam kehidupan manusia sehari- keilmuanya sering disebut wisatawan drifter
hari.Pariwisata pada dasarnya terjadi karena (I. G. Pitana & Putu, 2009). Wisatawan
adanya kecenderungan manusia untuk jenis ini tidak akan puas berkunjung ke
mencari hal dan lingkungan baru, atau destinasi wisata alam hanya untuk melihat-
sering disebut sebagai ritual inversi dalam lihat panorama alam saja, atau sekedar
ilmu sosiologi (I. G. Pitana & Putu, berfoto selfi, sebagaimana pola mayoritas
2009).Perbedaan unsur alam, budaya kunjungan wisatawan saat berwisata saat ini.
masyarakat, dan unsur binaan di setiap Destinasi wisata yang dipilih mereka adalah
belahan bumi merupakan hal yang mampu destinasi yang mampu memuaskan hasrat
merangsang seseorang atau sekelompok mereka untuk berpetualang, serta destinasi
orang untuk mewisatainya (Darsoprajitno, yang mampu menambah pengkayaan diri
2002). Oleh karena itu, wisatawan atau berupa pengalaman dan wawasan baru.
calon wisatawan akan cenderung mencari Alam geologi di Indonesia sangat
tempat-tempat baru yang memiliki lansekap cocok untuk dikembangkan menjadi daya
alam yang indah, unik, alami, serta berbeda tarik pariwisata geologi.Oleh karena itu,
dari tempat biasanya mereka hidup. dibutuhkan rumusan-rumusan dalam
Ilustrasinya sebagai berikut : pengelolaan geowisata yang dapat
“Orang kota memiliki kecenderungan diimplementasikan di bergai daerah. Akan
untuk senang berwisata ke desa yang tetapi, berbagai literatur mengenai
memiliki lingkungan tenang dan asri, juga pengembangan geowisata masih jarang
untuk melihat bentang alam yang unik dan ditemukan di Indonesia.
indah, misalnya wisata pendakian ke
Gunung Merapi, melihat bentang alam Merumuskan Kriteria-
Kawasan Kars Pegunungan seribu dan Kriteria Destinasi
tempat-tempat berbasis geologi yang Geowisata
menarik lainya.”
Walaupun ada kemungkinan berlaku Artikel ini mencoba
sebaliknya, misanya : “Orang-orang yang merekomendasikan pedoman dalam
selamanya hidupnya di desa terkadang penentuan kriteria daya tarik geowisata
berkeinginan untuk berwisata di kota, dengan mengadaptasi dari kriteria daya tarik
melihat kemegahan gedung-gedung atau wisata alam yang telah ada sebelumnya.
keramaian mall.” Kriteria daya tarik alam setidaknya
Kaitanya dengan geologi adalah, mencakup hal-hal berikut :
kecenderungan ritual inversi wisatawan di
Indonesia telah didukung oleh potensi alam a. Adanya aspek informasi
yang dimiliki, beserta segala bentuk Geotourism adalah pariwisata
fenomena geologinya. Kesesuaian kedua berkelanjutan dengan fokus utama pada
faktor diatas menjadi pendorong untuk pengalaman geologi Bumi. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata berbasis alam dibutukan fitur berupa sarana informasi
geologi, atau dikenal dengan geowisata. yang memupuk pemahaman lingkungan
Selain faktor diatas, perkembangan dan budaya, apresiasi dan konservasi secara
geowisata juga didukung oleh meningkatnya lokal mengalami geologi Bumi. Juga
permintaan wisata minat khusus.Wisatawan informasi yang mampu memupuk
minat khusus biasanya adalah wisatawan- pemahaman lingkungan dan budaya,
wisatawan yang menyukai destinasi wisata apresiasi dan konservasi dan bermanfaat
secara lokal. Kualitas informasi merupakan
397 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

faktor utama yang dibutuhkan bagi d. Adanya potensi petualangan lintas


wisatawan, karena pada dasarnya motif alam, motif wisatawan
utamanya adalah mencari sesuatu hal yang Selain menikmati wisata alam dapat
baru sebagai upaya pengkayaan diri. Oleh juga untuk melakukan penelitian,
karena itu, geowisata perlu memiliki sarana pendidikan, dan konservasi alam terdapat
informasi yang informatif (Pásková, 2012). minat khusus yang bersifat petualangan,
Bagi wisatawan dengan motif sehingga perlu adanya kawasan yang benar-
petualangan aspek informasi juga menjadi benar masih alami, tanpa adanya atraksi
syarat mutlak bagi penyelenggaraan wisata yang bersifat artificial atau buatan yang
alam, karena mereka selalu membutuhkan justru mengganggu aktifitas mereka.
informasi tentang gejala alam untuk
mengntisipasi timbulnya bahaya. Aspek e. Tersedianya ekosistem yang alami
informasi juga berhubungan dengan faktor Suatu atraksi alam hendaknya tetap
keselamatan, contohnya dalam pemasangan menyediakan kawasan dengan ekosistem
alat transmiter yang dipasang di daerah yang masih alami. Ekosistem yang alami
Dieng Jawa Tengah. Melalui alat transmiter berarti sebuah ekosistem alam yang berjalan
tersebut, suhu gas pada kawah Dieng dapat alami, bukan hasil sebuah rekayasa buatan
ditransmisikan oleh radio ke pusat data, manusia atau artificial.
selanjutnya data ditampilkan dipintu masuk Kriteria daya tarik wisata yang diajukan
objek wisata sehingga pengunjung atau diatas seringkali telah dimiliki kawasan
pengelola wisata bisa waspada dalam geologi yang memiliki status sebagai
berwisata dengan melihat informasi yang geopark Nasional. Karena, sebuah geopark
ditampilkan alat tersebut. tentu sudah melewati tahap-tahap asesment,
atau penilaian dengan standarisasi ketat dari
b. Daya tarik wisata alam hendaknya berbagai organisasi yang berwenang
memiliki aspek keanekaragaman. termasuk UNESCO. Geopark merupakan
Destinasi wisata geologi yang baik wilayah kawasan lindung berskala nasional
setidaknya banyak memiliki alternatif daya yang mengandung sejumlah situs warisan
tarik baik flora maupun fauna yang dapat geologi penting, yang memiliki daya tarik
dinikmati wisatawan. Hal ini akan menjadi keindahan dan kelangkaan tertentu, yang
nilai unggul destinasi karena pengembangan dapat dikembangkan sebagai bagian dari
aktifitas wisata dilokasi dapat dikembangkan konsep integrasi konservasi, pendidikan
lebih leluasa dan lebih beragam. Dengan dan pengembangan ekonomi lokal
begitu, diharapkan wisatawan tidak jenuh (UNESCO, 2006).
dan mampu menambah lama tinggal. Untuk dapat bergabung dalam wadah
Global Geopark Nerwork (GGN),
c. Ada nilai keindahan dan keunikan UNESCO menetapkan beberpa kriteria
Atraksi alam terbentuk karena proses yang sebelumnya harus dipenuhi,
fenomena alam serta hanya terjadi pada saat diantaranya : (1) Ukuran parameter daerah.
tertentu maka tidak ada kemiripan antara Ukuran parameter daerah yang akan
suatu kawasan dengan kawasan wisata lain, dijadikan geopark harus memiliki batas
sehingga atraksi alam memiliki keunikan yang jelas, luas permukaan cukup besar
tersendiri dibandingkan dengan atraksi untuk mencakup aktivitas pengembangan
budaya dan atraksi buatan, terlebih karena budaya dan ekonomi. Selain itu, kawasan
atraksi alam hanya dapat dinikmati secara yang diajukan sebagai geopark harus
utuh di ekosistemnya. memiliki situs warisan geologi yang penting
dan berskala internasional, memiliki
kelangkaan, nilai ilmiah dan keindahan.

398 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Termasuk adanya integrasi dengan kearifan infrastruktur dasar, seperti pusat informassi,
tata budaya masyarakat lokal sekitar; (2) museum, serta pengembangan rute gropark
Adanya manajemen pengelolaan. Prasarat penting untuk mendukung pendikikan
geopark termasuk adanya badan publik; (5) Aspek konservasi lingkungan.
manajemen dan sebuah rencana Selain sebagai kawasan lindung, geopark
pembangunan yang komprehensif; (3) adalah sarana pembangunan sosio-ekonomi
Pembangunan ekonomi. Salah satu tujuan lokal. Pengelola kawasan geopark
strategis dari pembentukan geopark adalah bertanggung jawab untuk memastikan
merangsang kegiatan ekonomi dan perlindungan warisan geologi telah
mempromosikan pembangunan dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai tradisi
berkelanjutan. Seperti halnya tujuan lokal dan sesuai ketentuan yang berlaku.
pariwisata yang selalu digadang-gadang Pencagaran fenomena geologi yang
menjadi pilar pembangunan ekonomi memiliki nilai historis sangat diperlukan
nasional; (4) Aspek pendidikan. Sebuah dalam pengelolaan geopark.
geopark harus menyediakan dan Kedua kriteria, daya tarik wisata alam
mendukung peralatan dan kegiatan untuk dan kriteria geopark dapat diambil jalan
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama tengahnya sebagai kriteria daya tarik
pengetahuan geo-science dan konsep geowisata. Sehingga kriteria daya tarik
perlindungan kepada publik. Beberapa geowisata diajukan seperti tabel berikut :

Tabel 1. Perumusan Kriteria Geowisata

Kriteria daya tarik wisata Kriteria geopark Geowisata


alam
Aspek informasi Aspek pendidikan (geo- Adanya aspek informasi dan
science) pengkayaan ilmu pengetahuan
kegeologian (geo-science)
Keanekaragaman daya tarik Ukuran parameter daerah Adanya keanekaragaman daya
tarik dalam satu kawasan
Keindahan, keaslian dan Ukuran parameter daerah : Keindahan, keaslian, nilai ilmiah,
keunikan alam memiliki kelangkaan, nilai dan keunikan alam
ilmiah dan keindahan
Potensi petualangan - Petualangan berbasis alam
geologi
Ekosistem yang alami Aspek konservasi Adanya ekosistem yang alami
lingkungan dan dijaga melalui kegiatan/
menajemen wisata berbasis
konservasi
- Adanya manajemen Adanya manajemen pengelolaan
pengelolaan
- Pembangunan ekonomi Pembangunan ekonomi
berkelanjutan berkelanjutan

399 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan geowisata, aktifitas tour yang ditawarkan
bahwa pada prinsipnya kriteria daya tarik adalah paket wisata yang mampu
wisata alam dengan keriteria geopark telah menumbuhkan kesadaran (awareness) bagi
memiliki kemiripan satu sama lain, hanya wisatawan serta tuan rumah wsiata untuk
saja masih terdapat satu dua aspek yang lebih mencintai alam, menjaga
tidak dimiliki satu sama lain. Oleh karena kelestarianya, serta kepedulian untuk
itu, perumusan kriteria geowisata mendukung konservasi sumber daya alam
melengkapi kekurangan dari kriteria daya langka dalam kasus fenomena geologi
tarik wisata alam secara umum. Perumusan tertentu; (4) Adventuring, pariwisata yang
kriteria geowisata juga melengkapi dirancang dan dikemas sehingga terbentuk
kekurangan dari kriteria geopark yang telah wisata petualangan.
diajukan oleh UNESCO. Kekeliruan yang umum dalam
perencanaan destinasi alam konvensional
Manajemen Geowisata adalah menambah berbagai kemudahan
bagi wisatawan dengan membangun fasilitas
Dalam operasional kegiatan geowisata wisata disana-sini pada saat destinasi wisata
dapat mengadaptasi pola wisata minat mulai laku. Meskipun penting
khusus. Pada prinsipnya, pariwisata minat pembangunan fasilitas wisata juga perlu
khusus adalah pariwisata yang mempunyai dilakukan dengan penuh pertimbangan dan
kaitan dengan petualangan (adventure) serta hati-hati, fakta menujukan bahwa wisatawan
unsur pengkayaan wisatawan berupa petualang justru tidak terlalu peduli
pengetahuan dan pengalaman baru. Unsur- terhadap sarana wisata saat berkunjung ke
unsur wisata minat khusus yang diajukan destinasi wisata alam, melainkan
oleh Fandeli dalam Sudana (2013) sebagai pengalaman dari sajian daya tarik yang
berikut : (1) Learning, pariwisata cukup menantang menjadi alasan utama
menekankan pada unsur belajar sebagai mereka untuk berwisata (Hermawan,
daya tarik utamanyanya. Dalam kasus 2017).Dalam hal ini, pembagunan sarana
geowisata, yang dipelajari dapat berupa wisata sebaiknya disesuaikan dengan
bentang alam geologi : baik struktur kebutuhan pokok wisatawan. Apakah
geologinya, stratifigrafi, topografinya, jenis fasilitas yang dimaksud memang diperlukan
batuanya, kandunngan mineralnya dan lain wisatawan? atau dengan berbagai
sebagainya. Wisatawan juga dapat diajak kemudahan (sarana wisata) justru
untuk mempelajari porses-proses menghilangkan aspek petualangan yang
terbentuknya fenomena geologi diatas, serta dicari wisatawan dan justru merusak
mempelajari keterkaitanya dengan pola kealamiahan lingkungan.
kehidupan masyarakat dan sebagainya; Pada saat ini, jumlah wisatawan yang
(2)Enriching, pariwisata yang memasukkan mencari pengalaman lebih dalam dari situs
peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan atau daerah yang dikunjungi semakin
antara wisatawan dengan masyarakat. bertambah. Pengunjung tipe ini ingin tahu
Wisata di kawasan geopark, tidak lebih banyak tentang situs atau daerah dan
selamanya berinteraksi dengan benda mati isu-isu terkait kegeologian. Informasi ini
(alam non hayati), akan tetapi interaksi tidak hanya mencakup ilmu bumi tetapi
dengan masyarakat lokal sekitar juga cukup juga aspek historis, arkeologi, ekologi atau
penting, sehingga mampu memberikan artistik dari situs geologi. Jika suatu area
pengalaman yang lebih bernilai bagi atau situs dilindungi, mereka ingin
wisatawan; (3)Rewarding, pariwisata yang memahami alasannya (Kubalíková &
memasukkan unsur pemberian Kirchner, 2016).Geowisata dapat dijadikan
penghargaan. Idealnya dalam kegiatan media bagi sosialisasi ilmu pengetahuan

400 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

alam, pendidikan lingkungan, serta melindungi dan meningkatkan peluang


pelestarian alam berbasis geologi yang pada pemenuhan kebutuhan pariwisata masa
akhirnya diharapkan akan terwujud depan, sekaligus terjaga kelangsungan alam,
pembangunan pariwisata yang adil bagi ekonomi dan sosial budaya
berkelanjutan. masyarakat. Prinsip ini dipertimbangkan
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam manajerial untuk mengelola semua
dalam perencanaan, pengembangan dan sumber daya sedemikian rupa, sehingga
pengelolaan geowisata yang harus menjadi ekonomi, sosial, dan kebutuhan estetika
pedoman manajemen sebagai berikut: (1) dapat terpenuhi dengan tetap menjaga nilai-
Prinsip pertama, objek geologi yang nilai kearifan budaya, perlindungan ekologis
dijadikan sebagai daya tarik geowisata penting, keragaman unsur biologi serta
benar-benar merupakan bentukkan hasil sistem pendukung kehidupan lainya (Insula
proses geologi. Geowisata membutuhkan dalam Berno & Bricker, 2001).(3) Prinsip
bentang alam yang asli dan alami, bukan ketiga, upaya menjadikan geowisata sebagai
alam buatan hasil rekayasa manusia atau kegiatan pariwisata minat khusus dengan
artifisial. Keaslian dalam daya tarik berbasis memanfaatkan seluruh potensi sumber daya
alam telah disinggung dalam kriteria daya alam, sehingga diperlukan peningkatan
tarik wisata alam yang telah disampaikan pengayaan wawasan dan pemahaman
sebelumnya. Bahwa kriteria daya tarik proses fenomena fisik alam. Contoh objek
wisata alam haruslah memiliki nilai keaslian geowisata adalah gunung berapi, danau, air
(originalitas dan otentisitas). Aspek fisik panas, pantai,sungai, dan lain-lain.yang di
yang dijadikan daya tarik wisata tersebut dalamnya tentu saja memiliki aspek dalam
dapat berupa kondisi geologis, jenis-jenis bidang pendidikan sebagai pengetahuan
batuan beserta kandungan mineral geodiversity keragaman warisan bumi yang
didalamnya, atau hal lain yang masih perlu dilestarikan (Nainggolan, 2016a).
berhubungan dengan geologi.(2)Prinsip Untuk itu, destinasi geowisata sebaiknya
kedua, pengelolaan geowisata harus dilengkapi dengan sistem informasi yang
suistanable,artinya pengembangan dan jelas dan mudah dipahami. Dengan sistem
pengelolaan geowisata haruslah informasi yang baik, diharapkan wisatawan
berkelanjutan agar kelestariannya dapat paham akan proses proses alam yang
terjaga. Tidak hanya dalam pariwisata, terjadi. Dengan informasi yang baik,
dalam bisnis manapun kelangsungan jangka masyarakat juga diharapkan sadar untuk
panjang merupakan pertimbangan utama tidak merusak keindahan lingkungan di
dalam pengeloalaanya. Konsep sekitar geowisata. Education Tour
pembangunan jangka panjang yang merupakan bentuk pengemasan tour yang
dimaksud adalah pembangunan yang cocok dengan geowisata. Education Tour
berkelanjutan. Pembangunan yang merupakan suatu perjalanan wisata yang
berkelanjutan adalah pembangunan untuk dimaksudkan untuk memberikan
memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa gambaran, studi perbandingan ataupun
merusak atau menurunkan kemampuan pengetahuan mengenai bidang pendidikan
generasi mendatang dalam memenuhi atau ilmu yang dikunjunginya. Education
kebutuhan hidupnya (World Commission tour ini dilakukan untuk mengembangkan
on Environmenoutal and Development, wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para
1987 dan Komisi PBB untuk pelakunya. Pelaku yang melakukan
Pembangunan Berkelanjutan 1999). perjalanan wisata pendidikan biasanya tidak
Rumusan yang lebih spesifik dalam terlalu mementingkan kemewahan yang
pariwisata berkelanjutan adalah memenuhi berlebihan dalam melakukan kegiatan
kebutuhan wisata saat ini sekaligus perjalanan. Namun menuntut pengkayaan

401 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

diri yang lebih, berupa ilmu pengetahuan Tourist satisfaction (R. Dowling &
dan pengalaman baru.(4) Prinsip keempat Newsome, 2010). Mewujudkan kepuasan
adalah locally beneficial atau bermanfaat wisatawan berarti pengelolaan geowisata
secara lokal. Yang bermakna bahwa dapat memberikan kepuasan lahir dan batin
keberadaan geowisata diharapkan mampu bagi wisatawan yang mengunjunginya.
memberikan manfaat bagi masyarakat/ Kepuasan wisatawan dapat diperoleh
komunitas yang berada di sekitarnya (N dengan tata kelola wisata yang bagus,
Ginting dkk., 2017). Manfaat tersebut dapat setidaknya mampu menyajikan daya tarik
berupa kontribusi dampak positif yang wisata yang indah, unik, asli dan bernilai
dapan dinikmati seperti : pertumbuhan edukasi disertai dengan sarana prasarana
ekonomi, kemajuan nilai sosial-budaya, pendukung yang tepat guna dan didukung
peningkatan kualitas lingkungan atau pelayanan prima (Hermawan, 2017).
lainnya (Hermawan, 2016;Hermawan, Peningkatan keselamatan juga dianggap
2016a).Dengan pengelolaan geowisata sebagai upaya yang sangat tepat dalam
diharapkan proses pembangunan di daerah menjamin kepuasan wisatawan terhadap
wisata tersebut semakin meningkat, dan destinasi wisata.Untuk mendukung
manfaatnya dapat dirasakan secara nyata keselamatan wisatawan dapat dilakukan
oleh masyarakat lokal. Salah satu model tata dengan upaya minimalisasi risiko bahaya
kelola atau sistem manajemen yang cocok dan kecelakaan dengan mengadaptasi
untuk geowisata yaitu mengadopsi anjuran dalam guidelines for safe
pariwisata berbasis kerakyatan atau recreational water (2003). Pencegahan
masyarakat, yang dikenal dengan resiko kecelakaan dapat dilakukan dengan
Community Based Tourism (CBT).Konsep peningkatan keselamatan. Peningkatan
CBT, mensyaratkan bahwa pariwisata keselamatan tersebut dapat diintervensi
sebaiknya diinisiasi bersama masyarakat dengan lima pendekatan yaitu : (1)
lokal, dikembangkan oleh masyarakat lokal, Pekerjaan/ perekayasaan (engineering); (2)
dan benefit dari pariwisata diharapkan Memperkuat (enforment); (3) Pendidikan
dapat dinikmati masyarakat lokal sendiri (education); (4) Tindakan untuk
(“Kyrgyz Community Based Tourism,” memberanikan (encouragement); dan(5)
n.d., diakses tanggal 15 Agustus 2016); Kesiapan bahaya (emergency
(ASEAN Community Based Tourism preparadness).
Standart 2016).(5) Prinsip kelima adalah

402 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Manajemen Geowisata :
Struktur Geologi
1.Pengembangan atraksi geowisata & Konservasi lingkungan;
2.Pembangunan pariwisata berkelanjutan & keterlibatan
masyarakat; 3. Safety manajement; 4.service excelent disertai
sarana prasarana pendukung yang tepat guna

Stratifigrafi

Syarat destinasi
Aktifitas Geowisata :

1.Adanya aspek informasi dan


pengkayaan ilmu pengetahuan 1.Pembelajaran kegeologian sebagai daya tarik utama;
kegeologian (geo-science); 2.Pengkayaan pengetahuan (wisatawan-masyarakat);
2.Adanya keanekaragaman daya 3.Penghargaan dan pelestarian alam; 4.Petualangan lintas alam
tarik dalam satu kawasan;
3.Keindahan, keaslian, nilai
ilmiah, dan keunikan alam
(geologi); 4.Peluang untuk
petualangan alam; 5.Adanya
ekosistem yang alami dan dijaga
melalui kegiatan/ menajemen
Topografi wisata berbasis konservasi
Output

Peningkatan pengetahuan dan Kepuasan wisatawan, Kelestarian


lingkungan, Kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, Pariwisata
yang berkelanjutan

Batuan &
kandungan
mineral

Gambar 4.

Bagan Alur Proses

Bagan diatas menunjukan bahwa, Keempat fenomena diatas


pengeloaan geowisata berada dalam lima hendaknya memenuhi kriteria-kriteria
fokus utama, yaitu merumuskan potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi
alam yang dapat digunakan untuk kegiatan geowisata. Kriteria destinasi geowisata
geowisata (bisa memakai kawasan yang sebagai berikut : (1) Adanya aspek
berstatus geopark), merumuskan kriteria- informasi dan pengkayaan ilmu
kriteria destinasi geowisata, manajemen pengetahuan kegeologian (geo-science); (2)
geowisata, merumuskan aktifitas dalam Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
kegiatan. satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
Indikator keberhasilan Peluang untuk petualangan alam; (5)
atau dari output Adanya ekosistem yang alami dan dijaga
geowisata. melalui kegiatan/ menajemen wisata
berbasis konservasi
Potensi atau fenomena geologi yang
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi :
(1) struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3)
topografi, (4) termasuk juga batuan, fosil,
dan material yang terkandung didalamnya.
403 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Aktifitas dalam Kegiatan untuk dikembangkan sebagai destinasi


Geowisata geowisata. Kriteria destinasi geowisata
sebagai berikut : (1) Adanya aspek
Aktifitas Geowisata yang dapat informasi dan pengkayaan ilmu
dikembangkan di destinasi meliputi : (1) pengetahuan kegeologian (geo-science); (2)
Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan Adanya keanekaragaman daya tarik dalam
yang mampu memberi pengkayaan satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
pengetahuan (wisatawan-masyarakat) ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
khususnya terkait dengan aspek kegeologian Peluang untuk petualangan alam; (5)
yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan Adanya ekosistem yang alami dan dijaga
penghargaan dan pelestarian atau melalui kegiatan/ menajemen wisata
konservasi alam (4) Petualangan lintas berbasis konservasi
alam. Hal ini harus diriringi dengan Aktifitas Geowisata yang dapat
pengelolaan oleh manajemen profesional dikembangkan di destinasi meliputi : (1)
dalam hal (1) Pengembangan atraksi Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan
geowisata & Konservasi lingkungan; (2) yang mampu memberi pengkayaan
Pembangunan pariwisata berkelanjutan & pengetahuan (wisatawan-masyarakat)
keterlibatan masyarakat; (3) Safety khususnya terkait dengan aspek kegeologian
manajement; (4) Service excelent disertai yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan
sarana prasarana pendukungAktifitas penghargaan dan pelestarian atau
geowisata diharapkan dapat memberi konservasi alam (4) Petualangan lintas
output manfaat yang meliputi : (1) Manfaat alam. Hal ini harus diriringi dengan
pada kelestarian alam, dan fenomena pengelolaan oleh manajemen profesional
geologi yang menjadi daya tarik wisata; (2) dalam hal (1) Pengembangan atraksi
Tercapainya kepuasan wisatawan melalui geowisata & Konservasi lingkungan; (2)
pengalaman bewisata dan pengkayaan Pembangunan pariwisata berkelanjutan &
pengetahuan yang didapat selama berwisata; keterlibatan masyarakat; (3) Safety
(3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi manajement; (4) Service excelent disertai
masyarakat; (4) Terwujudnya pengelolaan sarana prasarana pendukung.
pariwisata yang berkelanjutan. Aktifitas geowisata diharapkan dapat
Bagan diatas menunjukan bahwa, memberi output manfaat yang meliputi : (1)
pengeloaan geowisata berada dalam lima Manfaat pada kelestarian alam, dan
fokus utama, yaitu merumuskan potensi fenomena geologi yang menjadi daya tarik
alam yang dapat digunakan untuk kegiatan wisata; (2) Tercapainya kepuasan wisatawan
geowisata (bisa memakai kawasan yang melalui pengalaman bewisata dan
berstatus geopark), merumuskan kriteria- pengkayaan pengetahuan yang didapat
kriteria destinasi geowisata, manajemen selama berwisata; (3) Peningkatan
geowisata, merumuskan aktifitas dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat; (4)
kegiatan geowisata, dan terakhir mengenai Terwujudnya pengelolaan pariwisata yang
indikator keberhasilan atau dari output berkelanjutan.
geowisata.
Potensi atau fenomena geologi yang
dapat dijadikan daya tarik wisata meliputi :
(1) struktur geologi; (2) stratifigrafi; (3) KESIMPULAN
topografi, (4) termasuk juga batuan, fosil,
dan material yang terkandung Geowisata mencoba dihadirkan
didalamnya.Keempat fenomena diatas sebagai sebuah solusi bagaimana
hendaknya memenuhi kriteria-kriteria memanfaatkan kekayaan geologi beserta

404 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

berbagai dinamikanya untuk kegiatan wisata pengelolaan oleh manajemen profesional


dan ekonomi yang berwawasan dalam hal (1) Pengembangan atraksi
lingkungan.Paradigma dalam pengelolaan geowisata & Konservasi lingkungan; (2)
geowisata adalah bagaimana pengelolaan Pembangunan pariwisata berkelanjutan &
pariwisata mampu mengoptimalkan potensi keterlibatan masyarakat; (3) Safety
alam (geologi) menjadi bernilai tambah bagi manajement; (4) service excelent disertai
kesejahteraan ekonomi masyarakat lokal, sarana prasarana pendukung. Aktifitas
sekaligus mampu menekan seminimal geowisata diharapkan dapat memberi
mungkin potensi kerusakan alam.Oleh output manfaat yang meliputi :
karena itu, artikel ini mencoba (1) Manfaat pada kelestarian alam, dan
merekomendasikan model pengelolaan fenomena geologi yang menjadi daya tarik
geowisata. Pengeloaan geowisata berada wisata;
dalam lima fokus utama, yaitu merumuskan (2) Tercapainya kepuasan wisatawan
potensi alam yang dapat digunakan untuk melalui pengalaman bewisata dan
kegiatan geowisata (bisa memakai kawasan pengkayaan pengetahuan yang didapat
yang berstatus geopark), merumuskan selama berwisata;
kriteria-kriteria destinasi geowisata, (3) Peningkatan kesejahteraan ekonomi
manajemen geowisata, merumuskan masyarakat;
aktifitas dalam kegiatan geowisata, dan (4) Terwujudnya pengelolaan pariwisata
terakhir mengenai indikator keberhasilan yang berkelanjutan.
atau dari output geowisata.Potensi atau
fenomena geologi yang dapat dijadikan daya
tarik wisata meliputi : (1) struktur geologi;
(2) stratifigrafi; (3) topografi, (4) termasuk DAFTAR PUSTAKA
juga batuan, fosil, dan material yang
terkandung didalamnya.Keempat fenomena Adom, Y. A., Jussem, B., Pudun, J., &
diatas hendaknya memenuhi kriteria- Azizan, Y. (2012). Factors that
kriteria untuk dikembangkan sebagai
destinasi geowisata. Kriteria destinasi Influence Visitor’s Satisfaction
geowisata sebagai berikut : (1) Adanya Toward Kuching Waterfront.
aspek informasi dan pengkayaan ilmu
pengetahuan kegeologian (geo-science); (2) Journal for the Advancement of
Adanya keanekaragaman daya tarik dalam Scient & Art, 45.
satu kawasan; (3) Keindahan, keaslian, nilai
ilmiah, dan keunikan alam (geologi); (4)
Peluang untuk petualangan alam; (5) Ahman Sya, M. (2012). Geologi Pariwisata.
Adanya ekosistem yang alami dan dijaga
melalui kegiatan/ menajemen wisata Bandung: Universitas BSI Press.
berbasis konservasiAktifitas Geowisata yang
dapat dikembangkan di destinasi meliputi :
(1) Pembelajaran kegeologian; (2) Kegiatan ASEAN Community Based Tourism
yang mampu memberi pengkayaan Standart. (2016). Jakarta: ASEAN
pengetahuan (wisatawan-masyarakat)
khususnya terkait dengan aspek kegeologian Secretariat.
yang menjadi daya tarik wisata (3) Kegiatan
penghargaan dan pelestarian atau
konservasi alam (4) Petualangan lintas Basiya, R., & Rozak, H. A. (2012). Kualitas
alam. Hal ini harus diriringi dengan Daya Tarik Wisata, Kepuasan dan
405 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018
Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Niat Kunjungan Kembali Dowling, R. K. (2011). Geotourism’s


Wisatawan Mancanegara di Jawa Global Growth. Geoheritage, 3, 1–
Tengah. Jurnal Ilmiah Dinamika 13.
Kepariwisataan, 11(2).
Dowling, R. K., & Newsome, D. (2006).
Berno, T., & Bricker, K. (2001). Geotourism. routledge.
Sustainable Tourism Development: Dowling, R., & Newsome, D. (2010).
The Long Road from Theory to Chapter 1. Geotourism: A global
Practice. International Journal of activity. Global Geotourism
Economic Development, 3(3), 1–18. Perspectives. Goodfellow London.

Chen, A., Lu, Y., & Ng, Y. C. Y. (2015). Ginting, N., Rahman, N. V., & Sembiring,
The Principles of Geotourism. G. (2017). Tourism Development
Springer. Based on Geopark in Bakkara
Caldera Toba, Indonesia. In IOP
Darsono, R. (2015). Pengaruh Kualitas Conference Series: Materials
Daya Tarik Wisata terhadap Science and Engineering (Vol. 180,
Tingkat Kepuasan Wisatawan, Studi p. 12086). IOP Publishing.
Kasus di Waduk Jatiluhur-
Kabupaten Purwakarta. JURNAL Ginting, N., & Sasmita, A. (2018).
NASIONAL PARIWISATA, 5(1), Developing Tourism Facilities
14–22. Based on Geotourism in Silalahi
Village, Geopark Toba Caldera. In
Darsoprajitno, S. (2002). Ekologi IOP Conference Series: Earth and
Pariwisata. Bandung: Penerbit Environmental Science (Vol. 126, p.
Angkasa. 12163). IOP Publishing.

Dirgantara, A. R. (2012). Peran Interpreter Guidelines for Safe Recreational Water.


dalam Kegiatan Geowisata: Studi Volume 1, Coastal and Fresh
Kasus Gunung Tangkuban Perahu. Waters. (2003). Risk Management
(Vol. 1).

406 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Hermawan, H. (2016a). Dampak Hidayat, N. (2002). Analisis Pengelolaan


Pengembangan Desa Wisata Kawasan Eksokarst Gunungkidul
Nglanggeran Terhadap Ekonomi sebagai Kawasan Geowisata. Institut
Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, Pertanian Bogor.
3(2), 105–117.
Hermawan, H. (2016b). Dampak Kubalíková, L., & Kirchner, K. (2016).
Pengembangan Desa Wisata Geosite and Geomorphosite
Nglanggeran Terhadap Sosial Assessment as A Tool For
Budaya Masyarakat Lokal. In Geoconservation and Geotourism
Seminar Nasional Ilmu Purposes: A Case Study from
Pengetahuan dan Teknologi Vizovicka Vrchovina Highland
Komputer Nusa Mandiri Pertama (Eastern Part of The Czech
Tahun 2016 (Vol. 1, pp. 426–435). Republic). Geoheritage, 8(1), 5–14.
SNIPTEK Nusa Mandiri.
Kyrgyz Community Based Tourism. (2017).
Hermawan, H. (2017). Pengaruh Daya
Tarik Wisata, Keselamatan dan Naidoo, P., Ramseook-Munhurrun, P., &
Sarana Wisata Terhadap Kepuasan Seegoolam, P. (2011). An
serta Dampaknya terhadap Loyalitas Assessment of Visitor Satisfaction
Wisatawan : Studi Community with Nature-Based Tourism
Based Tourism di Gunung Api Attractions.
Purba Nglanggeran. Wahana
Informasi Pariwisata : Media Nainggolan, R. (2016a). Informasi Geologi
Wisata, 15(1), 562–577. Lingkungan Berbasis Partisipasi
Masyarakat debagai Kawasan
Hermawan, H., & Brahmanto, E. (2018). Geowisata Danau Toba di
GEOWISATA : Perencanaan Kabupaten Samosir. Jurnal
Pariwisata Berbasis Konservasi. Jawa Penelitian Pendidikan Sosial Dan
Tengah: Jawa Tengah: PT Nasya Humaniora, 1(1), 22–28.
Expanding Management.
Nainggolan, R. (2016b). Informasi Geologi
Lingkungan Berbasis Partisipasi

407 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

Masyarakat sebagai Kawasan Stevianus, S. (2014). Pengaruh Atraksi


Geowisata Danau Toba di Wisata, Fasilitas Dan Kualitas
Kabupaten Samosir. Jurnal Pelayanan Terhadap Kepuasan
Penelitian Pendidikan Sosial Dan Pengunjung Di Taman Margasatwa
Humaniora, 1(1), 22–28. Ragunan Jakarta. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Bisnis, 19(3).
Pásková, M. (2012). Environmentalistika
Cestovního Ruchu. Czech Jounal of Stokes, A. M., Cook, S. D., & Drew, D.
Tourism, 1(2). (2003). Geotourism: The New
Trend in travel. Travel Industry
Pendit, N. S. (2002). Ilmu Pariwisata. America and National Geographic
Jakarta: P.T Pradnya Paramita. Traveler.

Pitana, I. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Sudana, I. P. (2013). Strategi


Yogyakarta: andi. Pengembangan Desa Wisata
Ekologis Di Desa Belimbing,
Pitana, I. G., & Putu, G. (2009). Sosiologi Kecamatan Pupuan Kabupaten
Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Tabanan. Analisis Pariwisata, 13(1),
11–31.
Purbohadiwijoyo, M. M. (1967).
Hydrogeology of Strato-volcanoes: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009
A Geomorphic Approach. In Tentang Kepariwisataan, Sekretariat
Memoires IAH Congress 1965 (pp. Negara. Jakarta § (2009). Indonesia.
293–298).
UNESCO. (2006). Guidelines and Criteria
Seminar Nasional Tentang Geowisata. for National Geoparks seeking
(1990). In Seminar Nasional UNESCO’s assistance to join the
Tentang Geowisata. Pusat Penelitian Global Geoparks Network (GGN).
dan Pengembangan Geologi (P3G) :
Departemen Energi dan Mineral Wood, M. (2002). Ecotourism: Principles,
Republik Indonesia. practices and policies for
sustainability. UNEP.

408 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018


Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.3, No. 3,p. 391-408


@STPS 2018, All Rights Reserved

World Commission on Environmenoutal


and Development. (1987) (Our
Common). Oxford University Press.

409 J-STP Vol.3 No. 3 | Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai