Anda di halaman 1dari 6

ISSN 0216-8138

MKG Vol. 18, No.1, Juni 2017 (1 - 100)


© 2017 FHIS UNDIKSHA dan IGI

Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi


Geografis untuk Meningkatkan Potensi Wisata Bahari
Putra Kris Handoko, Sifa Aufiyazzahra, Muhammad Djorghy Nandya Septyan,
Luthfiana Choirunisaa, Nofita Hari, Nandi, Riki Ridwana

Departemen Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia


Masuk: / Diterima: / Dipublikasi:
© 2017 Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial UNDIKSHA dan IGI

Abstract
Indonesia is an island country where the sea is something that is inseparable and identical to the island
nation. This condition is a boon that when utilized its potential will be very profitable for the country of
Indonesia, no exception in the maritime or marine tourism sector. Marine tourism is an environmentally
sound tourism that can improve the attraction for visitors in terms of natural charm. Along with the time
that continues to run, in accordance with the development of Science and Technology (IPTEK) in
various fields, one of which is in the field of geography with remote sensing (PJ) and Geographic
Information Systems (GIS). The existence of these technologies can play a role in the development of
various sectors, one of which is the maritime tourism sector. This research aims to analyse how the
utilization of remote sensing and geographic information systems in an effort to increase maritime
tourism potential. This study used a method of literature study that by the method was obtained that
one technique to use the potential of maritime tourism with GIS is through a method of Multi-Criteria
Evaluation (MCE) to know the suitability of maritime tourism that will be obtained by classification of
maritime tourism suitability.

Key words:
Remote Sensing, Geographic Information Systems, Maritime Tourism, Suitability, Multi-Criteria
Evaluation.

Abstrak
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dimana laut merupakan sesuatu yang tidak bisa
dipisahkan dan identik dengan negara kepulauan. Kondisi tersebut merupakan sebuah anugerah
yang apabila dimanfaatkan potensinya akan sangat menguntungkan bagi negara Indonesia, tak
terkecuali di sektor pariwisata bahari atau kelautan. Wisata bahari merupakan sebuah wisata
berwawasan lingkungan yang dapat meningkatkan daya tarik bagi pengunjung dalam hal pesona
alam. Seiring dengan waktu yang terus berjalan, selaras dengan perkembang Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) di berbagai bidang yang salah satunya di bidang geografi dengan adanya
Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG). Adanya teknologi tersebut dapat
berperan dalam pengembangan berbagai sektor, salah satunya adalah sektor pariwisata bahari.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis dalam upaya meningkatkan potensi wisata bahari. Penelitian ini menggunakan
metode studi literatur yang dimana dengan metode tersebut didapatkan bahwa salah satu teknik
pemanfaatan potensi wisata bahari dengan SIG adalah melalui metode Multi-Criteria Evaluation
(MCE) untuk mengetahui kesesuaian wisata bahari yang nantinya akan diperoleh klasifikasi
kesesuaian wisata bahari.

Kata kunci :
Penginderaan Jauh, Sistem Informasi Geografis, Wisata Bahari, Kesesuaian, Multi-Criteria Evaluation.

Putra Kris Handoko, Sifa Aufiyazzahra, Muhammad Djorghy Nanda Septyan,


Luthfiana Choirunisaa, Nofita Hari, Nandi, Riki Ridwana.
Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Pendidikan Indonesia
Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154
putrakrishandoko@upi.edu
Media Komunikasi Geografi, Vol 18, No. 1, Juni 2017: 1-12

Pendahuluan yang terdapat di laut dan pesisir. Beragam


Indonesia adalah negara kegiatan dapat dilakukan baik secara
kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki langsung seperti snorkeling, diving,
17.504 pulau besar dan kecil sekitar 6.000 memancing atau menaiki perahu dan dapat
di antaranya tidak berpenghuni yang dilakukan sebagai tempat untuk melakukan
menyebar di sekitar khatulistiwa yang olahraga pantai, piknik, atau sekedar
memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia menikmati atmosfer laut (Nurisyah, 1998
terletak pada koordinat 6°LU – dalam Andi, A 2012). Seperti pariwisata di
11°08'LS dan dari 95°'BT – lokasi lainnya, wisata bahari merupakan
141°45'BT serta terletak di antara aktivitas yang berperan terhadap multi
dua benua yaitu benua Asia dan benua sektor yaitu perkembangan masyarakat,
Australia/Oseania. sosial, ekonomi, seni budaya dan
Laut adalah salah satu bagian yang lingkungan (Fadlin, 2016). Dalam optimasi
sangat erat kaitannya dengan Negara pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
merupakan negara kepulauan. Laut masyarakat. Kondisi sosial ekonomi
menjadi salah satu penghubung pulau- masyarakat ini dapat berpengaruh
pulau yang ada di Indonesia dari barat terhadap pola pengelolaan wisata bahari
sampai timur, yang dimana hal tersebut dan memberi dampak pula kepada
tentunya menjadikan laut menjadi penting masyarakat (Fadlin, 2016).
fungsinya bagi Indonesia. Laut juga Sekarang ini, aplikasi dari adanya
berperan dalam kehidupan sosial Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
masyarakat, baik itu budaya maupun terus berkembang dan berubah secara
sektor perekonomian. Sektor cepat, baik dalam penggunaannya maupun
perekonomian yang dimaksud bisa pembuatannya di berbagai bidang tak
bersumber dari hasil laut maupun terkecuali pada bidang pariwisata yaitu
pemanfaatan lainnya seperti pariwisata. wisata bahari. Teknologi informasi yang
Indonesia memiliki banyak biasa digunakan dalam riset dan penelitian
kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan, terkait sektor pariwisata bahari yaitu
salah satunya adalah dengan Penginderaan Jauh (PJ) dan juga Sistem
mengembangkan sektor pariwisata. Informasi Geografis (SIG). Penginderaan
Pariwisata merupakan kegiatan multi Jauh atau remote sensing merupakan ilmu
sektor baik itu seni, budaya, ekonomi, atau seni yang digunakan untuk
sosial masyarakat dan lingkungan. mendapatkan informasi mengenai objek
Pembangunan pada sektor pariwisata yang terdapat pada permukaan bumi
perlu mempertimbangkan seluruh sektor dengan menggunakan alat yang tidak
yang terkait perumusan kebijakan (Hall, berhubungan langsung dengan objek yang
2001). akan dikaji (Lillesand T.M and R.W. Kiefer,
Wisata bahari merupakan bentuk 1979). Sistem Informasi geografis adalah
pariwisata lingkungan yang penting untuk sistem informasi yang digunakan untuk
dikembangkan, potensi wisata bahari menyimpan, mengelola, menganalisis dan
penting dikemas secara menarik dimana memanggil data bereferensi suatu ruang,
untuk meningkatkan ketertarikan sehingga akan menghasilkan informasi
masyarakat dalam berkunjung atau baru terkait suatu permasalahan.
menikmati pesona alam (Suma, 2018). Penelitian ini dimaksudkan untuk
Wisata bahari merupakan salah satu jenis menganalisis bagaimana Pemanfaatan
wisata yang dilakukan berdasarkan minat Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi
khusus terhadap potensi bentang alam Geografis untuk Meningkatkan Potensi
Media Komunikasi Geografi, Vol 18, No. 1, Juni 2017: 1-12

Wisata Bahari. Pemanfaatan data dan juga penginderaan jauh dan sistem informasi
informasi geospasial dapat diaplikasikan geografis untuk meningkatkan potensi
sebagai solusi dari upaya peningkatan wisata bahari.
potensi wisata bahari. Selain itu, dengan
memanfaatkan data dan informasi Hasil dan Pembahasan
geospasial ini diharapkan mampu Informasi geospasial memiliki peranan
mengenalkan potensi wisata bahari yang penting dalam mengelola suatu wisata
nantinya dapat dimengerti oleh para pihak bahari. Diantara perannya yaitu (1) dapat
pengguna data dalam upaya mewujudkan menentukan kelas kesesuaian kawasan
sektor wisata bahari yang dapat berperan wisata bahari, (2) memanipulasi informasi
dalam kesejahteraan masyarakat untuk diperbaharui dari setiap detile kondisi
sekitarnya. obyek wisata, (3) dapat menyajikan suatu
Metode yang akan digunakan untuk informasi baru dengan informatif baik
penentuan wisata bahari dengan secara online maupun offline dan (4)
menggunakan metode Multi-Criteria sebagai bahan dalam perancangan,
Evaluation (MCE). Dalam Sistem informasi persiapan, dan keputusan dalam
geografis, metode MCE sering digunakan menentukan kebijakan wisata bahari.
untuk mengalokasikan kesesuaian lahan (Yulius, et al., 2013; Soyusiowati, et al.,
untuk tujuan tertentu berdasarkan 2007 dan Ojiako, et al., 2015 dalam Niki,
keanekaragaman atribut yang dimiliki oleh 2012)
area yang dipilih (Eastmen, 1999). a. Kesesuaian Wisata Bahari
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi Kesesuaian wisata bahari untuk
pola spasial yang paling tepat untuk lahan meningkatkan potensi wisata bahari
di masa depan yang sesuai dengan perlu dipetakan dengan parameter
requirement khusus, preferensi, atau sebagai berikut :
prediksi beberapa aktifitas (Mokarram)
Tabel 1. Parameter Potensi Wisata Bahari
Metode Kategori dan Skor
No Parameter Bobot
k s j
Metode yang digunakan dalam Kecerahan
penelitian ini adalah bersifat kuantitatif 1 Peraian 18 13.81 3 54
dengan cara studi pustaka (library (m)
Tutupan
research), sumber informasinya adalah 2 Terumbu 9 52.32 3 27
buku-buku atau literatur yang digunakan arang (%)
Jenis
sebagai objek utama (Hadi, 1995). Jenis 3 Terumbu 8 29 3 24
penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu Karng
metode penelitian yang menggunakan Jenis Ikan Berag
4 8 3 24
Karang am
proses data-data yang berupa angka Kedalaman
5 6 >10 4 24
sebagai alat menganalisis dan melakukan Peraian
kajian penelitian, terutama mengenai apa Kecepatan
6 Arus 6 0.03 4 24
yang sudah di teliti (Kasiram, 2008). (m/det.)
penelitian kuantitatif adalah penelitian yang Sumber : Le Ode. J, dkk., Jambura
didasari pada asumsi, kemudian Geosicene review.
ditentukan variabel, dan selanjutnya
dianalis dengan menggunakan metode- Metode yang digunakan dalam
metode penelitian yang valid, terutama parameter tersebut adalah dengan
dalam penelitian kuantitatif (Nana Sudjana perkalian bobot dan skor dari masing-
dan Ibrahim,2001). Pada pembahasan masing parameter, kemudian tiap
penelitian ini mengenai pemanfaatan parameter dianalisis dalam indeks
Media Komunikasi Geografi, Vol 18, No. 1, Juni 2017: 1-12

kesesuaian wisata bahari dengan hasil memiliki jumlah nilai yang besar,
skoring dan pembobotan berdasarkan dengan mengkombinasikan nilai bobot
hasil skoring dan pembobotan (La Ode dan skor. Adapun rumus yang
J. A., dkk, 2019). digunakan adalah :
Pengumpulan data yang dapat
dilakukan dalam pengambilan 𝐾 = ∑(𝑊𝑖𝑌𝑖)
parameter tersebut dapat dilakukan
beberapa cara. Dimana :
K = Kesesuaian Kegiatan Wisata
Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data Wi = Nilai bobot untuk setiap faktor
Parameter Potensi Wisata Bahari yang berpengaruh
Teknik Yi = Nilai skor untuk seyiap kriteria
Sumber
No. Jenis Data Pengumpulan
Data kesesuaian yang ditentukan
Data
Pengukuran (Pemda Bengkalis, 2011)
Kedalaman
1 Primer menggunakan
Perairan
Roll meter
Pengukuran
menggunakan
Tabel 3. Kelayakan dan pembobotan jenis
Kecerahan
2
Peraian
Primer sicci disk yang wisata bahari dengan memperlihatkan skor
diamsukkakn
kedalam air dan bobot
Pengukuran S1 S2
No Parameter Bobot
Kecepatan menggunakan k s k s
3 Primer
Arus layang-layang 1 Kecerahan 50 >6 4 1-6 3
arus
Pengukuran 2 Kedalama 10
Tutupan menggunakan n Dasar 25 - 4 5-10
4 karang Primer tinkat persentase Laut (m) 25
hidup penutupan 3 Ketersedia
karang >0 0.00
an
Pengukuran .0 52-
Terumbu 15 4 3
Jenis Life dapat diambil 10 0.01
5 Primer Karang
Form dengan 6 06
pengambilan foto (Km2 )
Dilakukan 4 Kecepatan
0- 20-
Jenis dengan Arus 10 4
20 30
Ikan Promer pengambilan (sm/det)
Karang foto bawah
air
Sumber : Le Ode. J, dkk., Hambura Tabel 4. Kelayakan dan pembobotan jenis
Geosciene (2019). & Tim Riset Monitoring wisata bahari dengan memperlihatkan skor
LIPI (2006). dan bobot
S3 S4
No
k s k s
b. Kesesuaian Wisata Bahari 1 1 2 < 1
Menggunakan Metode MCE 2 2-5 2 25< x <2 1
3 0,0017-
Analisis yang digunakan dalam 0,0052
2 <0,0017 1
metode ini adalah dengan pembobotan 4 30-5- 2 >50 1
pada setiap parameter yang Total 100

berpengaruh terhadap skor kesesuaian Sumber : (B. Ratnasari, Arlina,. dkk, 2014)
yang telah ditentukan. Interval yang
digunakan adalah 1-4 dimana angka 1 Kawasan yang terlihat pada gambar 1.
memiliki tingkat tidak sesuai (S4), angka terlihat cukup sesuai untuk digunakan
2 cukup sesuai (3), angka 3 sesuai (S2) sebagai wisaya bahari pesisit pantai yang
dan angka 4 sangat sesuai (S1) (M.S. ditandai dengan warna ungu dan yang
Hossain, Chowudhury, dkk.,, 2009). tidak sesuai digambarkan denggan garis
Kesesuaian wisata bahari dipengaruhi berwarna hitam.
oleh parameter-parameter yang
Media Komunikasi Geografi, Vol 18, No. 1, Juni 2017: 1-12

karang, kecerahan perairan hingga


kecepatan arus. Kemudian akan diolah
serta dianalisis dan diklasifikasikan
menjadi empat kelas kesesuaian yang
disimbolkan dengan “S” yang terdiri dari S1
– S4 mulai dari kelas tidak sesuai sampai
sangat sesuai.

Daftar Pustaka
Andi, Achmad (2012). Daya Tarik Wisata
Gambar 1 : Zona Wisata Bahari Pesisir Pantau Pantai Wediombo sebagai
Sumber : (Roni Salambue, Nurdin., dkk, 2016) Alternatif Wisata Bahari di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Pariwisata
c. Kawasan Sesuai Ambarrukmo (STIPRAM)
Kawasan wisata bahari yang B. Ratnasari, Arlina,. dkk. (2014). Pemanfaatan
memiliki kriteria sesuai (S3), memiliki Data Penginderaan Jauh dan Sistem
arti sebagai lahan dengan faktor
Informasi Geografis Untuk Penentuan
pembatas yang cukup serius dimana
Lokasi Budidaya Rumput Laut di
hampir sebagian parameter sesuai
Perairan Teluk Gerupuk, Pulau
untuk wisata bahari.
Lombok, Provinsi Nusa Tenggara
Persentasi yang digunakan tutupan
terumbu karang yang dapat dikatakan Barat. Semin.Nas. Penginderaan Jauh,
sesuai untuk wisata bahari adalah 50- 710-720.
75% dimana pengukutan tersebut
Bengkalis, P. D. (2011). Renana Pembangunan
menggunakan alat Rollmeter dengan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten
tujuan mengukur persentase tutupan
Bengkalis 2010-2015. Bengkalis.
terumbu karang. Kecepatan arus yang
sesuai untuk terumbu karang bahari Corbin dan Strauss, dalam Wahidmurni.
adalah berkisar >50 cm/det.
(2017). Pemaparan Metode Penelitian
Pengukuran menggunakan alat
Kualitatif. Malang: UIN Maulana Malik
pengukur arus (curren meter)
Ibrahim Malang.
Penutup
Eastmen, J. (1999). Raster Procedures for
Dalam pemanfaatannya, data-data serta
Multi-Criteria/Multi-Objective
informasi geospasial sangat berperan
Decissions. Photogrametric
dalam peningkatan potensi wisata bahari
Engineering and Remote Sensing, 539-
salah satunya adalah menentukan kelas
kesesuaian wisata bahari. 547.
Kesesuaian wisata bahari dapat dilakukan Hadi, S. (1995). Metofologi Research Jilid 3.
dengan menggunakan metode Multi-
Yogyakarta: Andi Offset.
Criteria Evaluation (MCE). Metode MCE ini
merupakan metode dengan teknik Hall, C. (2001). Trends in Ocean and Coastal
penskoran dan juga pembobotan Tourism. New Zealand: Department of
parameter yang berpengaruh. Parameter Tourism, Otago School, University of
tersebut yaitu kedalaman perairan, tutupan Otago.
dan jenis terumbu karang, jenis ikan
Media Komunikasi Geografi, Vol 18, No. 1, Juni 2017: 1-12

La Ode J. A., dkk. (2019). Analisis Potensi Mokarram, M. (n.d.). GIS-Based Multicriteria
Wisata Bahari Berbasis Sistem Land Suitability Evaluation Using
Informasi Geografis Di Pantai Langala Ordered Weight Averaging with Fuzzy
Provinsi Gorontalo. Jambura Quantifier: A Case Study in Shavur
Geoscience Review, 30-39. Plain, Iran.

Lillesand T.M and R.W. Kiefer. (1979). Remote Roni Salambue, Nurdin., dkk. (2016). Sistem
Sensing and Image Interpretation. Informasi Geografis Menggunakan
New York: John Willey And Sons. Multi Criteria Evaluation Untuk Zona
Wisata Bahari Pantai Rupat. Teknosi,
M.S. Hossain, Chowudhury, dkk.,. (2009). 167-174.
Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah
Pesisir Kota Begkulu Melalui Suma, N. N. (2018). INFORMASI GEOSPASIAL
Perangangan Model Spasial dan UNTUK MEMBANGKITKAN POTENSI
Sistem Informasi Geografis (SIG). WISATA PESISIR PADA JALUR LINTAS
Forum Geografi, 101-111. SELATAN (JSL) JEMBER - JAWA TIMUR.
JURNAL GEOGRAFI, 26-41.
Mantra, Bagoes. Ida. (2008). Filsafat
Penelitian & Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Anda mungkin juga menyukai