(arumshinta92@gmail.com)
ABSTRAK
Konsep kepariwisataan dunia mengalami pergeseran ke arah model wisata alam akibat
tingkat kejenuhan wisatawanuntuk mengunjungi objek-objek wisata buatan. Hal ini merupakan
peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan pesona alamnya. Salah satu ekowisata yang
terkena, yaitu kawasan wisata di daerah Kabupaten Gunung Kidul-Yogyakarta yang sering
dikunjungi wisatawan, namun tidak demikian dengan ekowisata di Kalimantan Barat. Ekowisata
di Kalimantan Barat yang berjumlah 333 destinasi tidak sebanding dengan jumlah kunjungan
wisatawan seperti halnya di objek wisata lainnya. Salah satu daerah di Kalimantan Barat yang
berpotensi adalah Kabupaten Bengkayang yang memiliki 51 objek wisata. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan peran pengembangan kawasan ekowisata yang mempunyai potensi di
kemudian hari terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah mix method, dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data
melalui data primer (wawancara / kuisioner) dan data sekunder (studi literatur). Berdasarkan
penelitian sebelumnnya (Reny & Pramushinta, 2016) bahwa kawasan Riam Pangar cukup
berpotensi, namun perlu di perbaiki baik dari segi daya tarik, sarana dan prasarana, mutu dan
pelayanan, pengelolaan dan perawatan sampai regulasi kebijakan yang mengatur ekowisata
di daerah tersebut. Pengembangan ekowisata di kawasan Riam Pangar dapat menimbulkan
dampak positif maupun dampak negatif bagi pihak-pihak terkait. Dampak yang di timbulkan
dapat mengurangi angka pengangguran, peningkatan pendapatan, peningkatan inflasi dan nilai
lahan sampai mempercepat proses pembangunan di daerah kawasan tersebut. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Bengkayang
dalam menentukan alternatif kebijakan dan strategi yang tepat untuk pengembangan pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bengkayang terutama daerah kawasan Air Terjun Riam Pangar.
Kata kunci:
@WO[>O\UO`3Y]eWaObO2O[^OY3Y]\][W2O[^OYA]aWOZRO\2O[^OY3Y]Z]UW
JNP 22
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
ABSTRACT
The concept of world tourism shift towards the model of nature tourism due to the saturation level of tourists
to visit artificial tourists sites. This is an opportunity for Indonesia to take advantage of its natural charm. One
of the famous ecotourism is in Gunung Kidul-Yogyakarta regency that is often visited by tourists, but it is not
the same with ecotourism in West Kalimantan. Eventhough West Kalimantan have 333 ecotourism sites, but the
number of tourist visit and tourist attraction relatively less compared to under provinces in Indonesia. One of the
areas in West Kalimantan that is potential of ecotourism is Bengkayang Regency which amounts to 51 tourist
objects. The purpose of this study is to explain the role of ecotourism development that has potential in improving
the welfare of the surrounding community. The study uses a mix method approaced method, with case study
method. Techniques of collecting data consist of interview (primary data) and literature study (secondary data),
Based on research a previous riset (Reny & Pramushinta, 2016), the Pangar Cascade area has potential but
needs to be improved in terms of attractiveness, facilities and infrastructure, quality and service, management
and maintenance to regulation of ecotourism policy in the area. Ecotourism development in Pangar Cascade
area can cause positive impacts and negative impacts for stakeholders. The impacts may reduce unemployment,
increased revenue, increase inflation and land value to speed up the development process in the region. The result
of this research is expected to be information and recommendation to Bengkayang Regency in determining the
appropriate policy and strategy alternative for the development of natural tourism management especially in
Pangar Cascade.
Keywords:
>O\UO`1OaQORS3Q]b]c`Wa[3Q]\][WQ7[^OQbA]QWOZ7[^OQbO\R3Q]Z]UWQOZ7[^OQb
23 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
dikunjungi. Berbagai daya tarik wisata alam di sekitarnya. Berdasarkan rumusan masalah
yang ada di Kabupaten Bengkayang mulai dari umum ini, selanjutnya peneliti menjabarkan
daya tarik pegunung, pantai, sungai, goa, air ke dalam beberapa pertanyaan penelitian : (i)
terjun, hutan lindung dan bahari (Disparekraf Bagaimana konsep pengembangan ekowisata
Kab. Bengkayang, 2015). yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dan /
Pemerintah Kabupaten bengkayang, pengelola? (ii) Bagaimana kekuatan, kelemahan,
melalui Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun dan peluang dari ekowisata kawasan Air Terjun
2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Riam Pangar? Dan (iii) Bagaimana dampak
Kabupaten Bengkayang Tahun 2014 – 2034, pengembangan ekowisata di kawasan Air
menyatakan bahwa Kabupaten Bengkayang Terjun Riam Pangar terhadap kehidupan sosial
sebagai lumbung pangan bagi Provinsi – ekonomi masyarakat setempat.
Kalimantan Barat. Wilayah pengembangannya
berbasis agropolitan, industri dan pariwisata. METODE
Selain itu, pengembangan kawasan perbatasan
Negara sebagai beranda depan Negara dengan Penelitian ini menggunakan pendekatan
tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. mix method, dengan memfokuskan pada suatu
Berdasarkan Perda tersebut, diperlukan kasus tertentu. Data kuantitatif yang telah
pengembangan pariwisata sesuai dengan dikumpulkan sebagai data tambahan untuk
keunggulan, kekhasan dan kelengkapan jenis mendukung data kualitatif yang telah ada. Data
wisatanya. Salah satu ekowisata yang menjadi kuantitatif yang dikumpulkan berupa data
rencana prioritas pengembangan Pemerintah nominal dan ordinal. Adapun jenis data yang
Kabupaten Bengkayang pada tahun 2016 yaitu dikumpulkan mencakup data primer dan data
Riam Pangar. sekunder. Data primer diperoleh dari survei
Kawasan Riam Pangar telah dibuka dari tidak berstruktur, sedangkan data sekunder
Tahun 2013, namun untuk kegiatan `OTbW\Uyang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten
menjadi salah satu daya tarik wisata di Riam Bengkayang meliputi RPJMD, data statistik
Pangar baru di buka 2 (dua) tahun setelahnya. kepariwisataan, Ripparda, peneltian potensi
Menurut pengelola setempat, wisatawan yang Riam Pangar, BPS Tahun 2014-2017 dan Profil
berkunjung tidak hanya wisatawan domestik Kabupaten Bengkayang.
namun juga wisatawan mancanegara. Jika Penelitian dilakukan dengan metode
melihat dari minat kunjungan wisatawan, studi kasus di Riam Pangar selama 5 bulan
kawasan Riam Pangar cukup berpotensi untuk mulai dari bulan Juli s.d. November 2016 di
di kembangkan di kemudian hari. Namun Kawasan Riam Pangar, Desa Pisak, Kecamatan
perlu di sadari bahwa pengembangan kawasan tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang Provinsi
Riam Pangar tidak terlepas dari dampak Kalimantan Barat. Teknik pengumpulan data
yang akan di timbulkan di kemudian hari. dilakukan dengan cara studi literatur, survei,
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan observasi. Sampel yang diambil memiliki
peran pengembangan kawasan ekowisata yang kriteria sebagai berikut : (1) penduduk yang
mempunyai potensi di kemudian hari terhadap berdomisili atau wisatawan yang sedang atau
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. pernah berkunjung di sekitar kawasan Riam
Berdasarkan penjelasan di muka, maka Pangar, (2) berusia di atas 12 tahun, dan (3) sehat
permasalahan umum penelitian dirumuskan jasmani dan rohani. Data yang dikumpulkan
sebagai berikut : Bagaimana dampak sosial melalui survei berupa pertanyaan-pertanyaan
dan ekonomi pengembangan ekowisata di singkat berkaitan dengan status kependudukan,
kawasan Riam Pangar terhadap masyarakat pekerjaan, peran dalam pengembangan kawasan
JNP 24
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
25 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
JNP 26
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
Metode analisa yang digunakan analisa wisata alam yang dipengaruhi faktor eksternal
deskriptif, analisa kualitatif dan kuantitatif. dan internal dan diperoleh dari waawancara
Penelitian ini juga menggunakan teori terstruktur. Sedangkan data sekunder
ekowisata yang dapat diartikan sebagai dikumpulkan dari instansi Pemerintah
perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab Kabupaten Bengkayang.
dengan cara mengkonservasi lingkungan dan Hasil penelitian ini di dapat bahwa faktor
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. internal potensi wisata alam (penilaian atraksi),
Ekowisata yang dimaksud dapat dipandang berdasarkan persepsi masyarakat bernilai
dari tiga perspektif yaitu (1) ekowisata sebagai B (sedang), dan penilaian dari Disparekraf
produk, (2) ekowisata sebagai pasar, dan (3) Kabupaten Bengkayang bernilai A (tinggi).
ekowisata sebagai pendekatan pengembangan Penelitian ini sudah dapat menggambarkan
(Fandeli, 2000). potensi yang ada di Riam Pangar serta
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kondisinya, sehingga menjadi suatu gambaran
dilakukan oleh (Muhiddin,2010) dihasilkan bagi masyarakat awam terhadap objek wisata
bahwa (1) struktur penduduk, pranata sosial, Riam Pangar. Namun, penelitian ini dirasa
norma dan adat istiadat serta kerjasama antar masih belum cukup untuk menjelaskan dampak
masyarakat tidak menimbulkan dampak, yang dirasakan masyarakat sekitar.
(2) aktivitas ekowisata bahari menimbulkan Walaupun sudah banyak penelitian yang
dampak positif terhadap kondisi ekonomi dilakukan berkaitan dampak pengembangan
masyarakat lokal berupa peningkatan lapangan ekowisata di Indonesia maupuan di luar
kerja, pendapatan pengeluaran dan aset Indonesia, penelitian ekowisata berkaitan
produksi dan (3) pengembangan ekowisata dengan Riam Pangar masih jarang ditemukan.
bahari tidak menimbulkan dampak terhadap Jika di luar Provinsi Kalimantan Barat sudah
kondisi rumah serta aset rumah tangga. banyak wisata air terjun yang memiliki fasilitas
Penelitian ini memiliki variabel yang cukup olahraga air, tidak demikian di Provinsi
banyak sebagai data pendukung untuk di Kalimantan Barat sendiri. Selain itu, Riam
analisis. Namun sayangnya, masih belum Pangar merupakan objek wisata air terjun
dapat menganalisis hasil atau data-data yang di Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki
berkaitan dengan variabel untuk menjawab fasilitas olahraga air. Hal ini menjadi suatu
pertanyaan mengapa variabel-variabel tersebut daya tarik, bukan hanya bagi peneliti namun
bisa atau tidak saling terlibat. juga masyarakat yang masih awam berkaitan
Sedangkan Reny dan Pramushinta (2016) Riam Pangar. Selain itu, objek wisata yang
melakukan penilaian potensi objek wisata alam selalu dikunjungi tiap tahunnya oleh sebagian
kawasan Riam Pangar berdasarkan persepsi besar wisatawan Kalimantan Barat maupun
masyarakat dan pemerintah. Adapun variabel wisatawan asing yaitu pantai pesisir yang ada
yang di amati dalam penelitian ini yaitu (1) di daerah Kabupaten Bengkayang maupun
atraksi / daya tarik wisata alam, (2) ketersediaan Kabupaten Singkawang. Objek wisata berupa air
air bersih, (3) prasarana dan sarana pengunjung, terjun masih jarang terdengar oleh masyarakat.
(3) kondisi lingkungan, (4) pengelolaan objek Penelitian ini ingin menjelaskan peran
wisata, dan (5) mutu pelayanan dan ketersediaan pengembangan ekowisata terhadap sosial-
sarana pelayanan. ekonomi yang terjadi di masyarakat Riam
Pendekatan penelitian ini menggunakan Pangar serta diharapkan dapat menjawab
deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan pertanyaan mengapa variabel-variabel bisa
data primer dan data sekunder. Data sekunder atau tidak terkait terhadap sosial – ekonomi
yang dikumpulkan yaitu data-data potensi masyarakat. Namun di sisi lain, penelitian
27 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
ini juga mengambil lokasi yang sama seperti (5) Memberikan kepuasan dan pengalaman
halnya penelitian Reny dan Pramushinta (2016) kepada pengunjung, (6) Partisipasi masyarakat
serta ingin melihat lebih dalam dampak sosial- yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan
ekonomi akibat pengembangan ekowisata perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
seperti Muhiddin (2010). Variabel faktor ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial
internal dan eksternal dari potensi Riam Pangar budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar
(Reny dan Shinta, 2016) serta variabel yang kawasan, dan (7) Menampung kerarifan lokal
mempengaruhi sosial – ekonomi (Muhiddin, Untuk memperkuat konsep pengembangan
2010) dijadikan rujukan untuk melakukan tersebut perlu dilakukan kegiatan perencanaan,
penelitian ini agar mendapatkan hasil pemanfaatan dan pengendalian ekowisata.
analisis lebih mendalam daripada penelitian Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
sebelumnya. ekowisata telah dijabarkan melalui Peraturan
Asumsi teoretis dari dari penelitian ini Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009
diharapkan bahwa semakin tingginya potensi sebagaimana berikut ini :
objek wisata alam akibat pengembangan
tersebut maka semakin berperan juga terhadap Perencanaan.
sosial – ekonomi masyarakat sekitar. Konsep Perencaan pengembangan kawasan
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk ekowisata perlu dituangkan dalam RPJPD,
pada konsep pengembangan ekowisata yang RPJMD, dan RKPD setiap daerah. Khusus
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk perencanaan ekowisata yang akan
(Permendagri) No. 33 Tahun 2009. dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) sebagaimana dimaksud
HASIL DAN PEMBAHASAN haruslah memuat aspek-aspek seperti : (i) Jenis
ekowisata yang akan dikembangkan; (ii) Data
Konsep Pengembangan Ekowisata dan informasi yang jelas meliputi daya tarik dan
keunikan alam, kondisi ekologis / lingkungan,
Jenis-jenis ekowisata di daerah dapat
kondisi sosial, budaya, dan ekonomi,
dibedakan menjadi 4 yaitu ekowisata bahari,
peruntukan kawasan, sarana dan prasarana dan
ekowisata hutan, ekowisata pegunungan dan
sumber pendanaan; (iii) Potensi pangsa pasar;
/ atau ekowisata karst. Sebagaimana yang
(iv) Hambatan yang akan dialami; (v)Luas
dijabarkan melalui Permendagri No 33 Tahun
lokasi; (vi) Batas-batas lokasi; (vii) Kebutuhan
2009 bahwa prinsip pengembangan ekowisata
biaya menyangkut pengembangan ekowisata;
meliputi : (1) Kesesuaian antara jenis dan
(viii) Target waktu pelaksanaan pengembangan
karakteristik ekowisata, (2) Konservasi, yaitu
kawasan; dan (ix) Desain teknis pegembangan
melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan
harus jelas
secara lestari sumber daya alam yang
Sedangkan perencanaan pengembangan
digunakan untuk ekowisata (3) Ekonomis, yaitu
ekowisata dimulai dari : (i) Merumuskan
memberikan manfaat untuk manfaat masyarakat
kebijakan pengembangan ekowisata Provinsi
setempat dan menjadi penggerak pembangunan
dengan memperhatikan kebijakan ekowisata
ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha
Nasional; (ii) Mengoordinasikan penyusunan
ekowisata dapat berkelanjutan, (4) Edukasi,
rencana pengembangan ekowisata sesuai
yaitu mengandung unsur pendidikan untuk
dengan kewenangan provinsi; (iii) Memberikan
mengubah persepsi seseorang agar memiliki
masukan dalam merumuskan kebijakan
kepedulian, tangung jawab, dan komitmen
pengembangan ekowisata Provinsi dengan
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya,
memperhatikan kebijakan ekowisata Nasional;
JNP 28
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
(iv) Mengintegrasikan dan memadu serasikan Realisasi dari konsep pengembangan yang
rencana pengembangan ekowisata Provinsi dijabarkan melalui Permendagri 33 Tahun 2009
dengan rencana pengembangan ekowisata tidaklah semudah yang dibayangkan. Realisasi
kabupaten / kota, rencana pengembangan yang telah dilakukan dalam pengembangan
ekowisata nasional dan rencana pengembangan ekowisata Air Terjun Riam Pangar :
ekowisata provinsi yang berbatasan; dan (v)
Memaduserasikan RPJMD dan RKPD yang Realisasi perencanaan
dilakukan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Air Terjun Riam Pangar merupakan salah
Kabupaten/ Kota, masyarakat dan dunia usaha satu wisata alam jenis tirta yang terletak di
dengan rencana pengembangan ekowisata. Daerah Aliran Sungai yang bersumber dari
Taman Nasional / Cagar Alam Gunung Nyiut.
Pemanfaatan.
Jika di lihat dari segi administratifnya, Riam
Pemanfaatan pengembangan ekowisata Pangar terletak di dusun Segonde Desa Pisak
meliputi pengelolaan, pemeliharaan, Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang
pengamanan, dan penggalian potensi kawasan dengan luas desa yaitu 127 Km2 (BPS, 2017).
ekowisata yang baru. Pemanfaatan ekowisata Secara administratif Desa Pisak berbatasan
dapat dlakukan oleh perseorangan dan / dengan (i) Utara : Kecamatan Seluas, (ii) Selatan
atau badan hukum atau pemerintah daerah. : Desa Bengkilu, (iii) Timur : Kabupaten Landak,
Hal tersebut tidak lepas dari ketentuan- dan (iv) Desa Lembang. Adapun peta lokasi
ketentuan yang telah berlaku sebagai berikut: kawasan Riam Pangar dapat di lihat pada
(i)Perseorangan dan / atau badan hukum gambar 1 di bawah ini.
harus bekerjasama dengan pemerintah daerah
lainnya dan / atau pemerintah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dimana untuk
memberikan kemudahan kepada perseorangan
dan / atau badan hukum; dan (ii) Pemerintah
daerah yang mengelola kawasan ekowisata
dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah
lainnya dan/ atau pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Pengendalian.
Pengendalian yang dapat dilakukan antara
lain terjadap fungsi kawasan, pemanfaatan Gambar 1.
ruang, pembangunan sarana dan prasarana, Peta Kabupaten Bengkayang (BPS Kecamatan Tujuh
kesesuaian spesifikasi kontruksi dengan Belas, 2017
desain teknis dan pengendalian kelestarian Ac[PS`(0>A9SQO[ObO\BcXcV0SZOa2OZO[/\UYO
kawasan ekowisata. Pengendalian tersebut BOVc\ %6OZO[O\
dapat dilakukan melalui : (i) Pemberian izin
pengembangan ekowisata; (ii) Pemantauan Status lokasi merupakan wilayah adat yang
pengembangan ekowisata; (iii) Penertiban atas letaknya 76 Km dari pusat kota Bengkayang.
penyalahgunaan izin pengembangan ekowisata; Adapun sarana yang dapat dipergunakan
dan (iv)Penanganan dan penyelesaian untuk menjangkau lokasi yaitu dengan
masalah atau konflik yang timbul dalam transportasi darat. Sedangkan Infrastruktur
penyelenggaraan ekowisata yang sudah tersedia berupa jalan, sinyal
29 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
Gambar 3.
Kegiatan arung jeram (`OTbW\U) di Air Terjun Riam
Pangar
Ac[PS`(>S\SZWbWO\@S\gRO\>`O[caVW\bO $(
VOZO[O\"'
Ac[PS`(>S\SZWbWO\@S\gRO\>`O[caVW\bO $(
VOZO[O\"'
JNP 30
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
Potensi internal yang dimaksud yaitu ekowisata adalah kondisi alamnya, kondisi
kriteria atraksi / daya tarik objek wisata flora dan fauna yang unik, langka dan endemik,
alam. Sedangkan potensi eksternal meliputi kondisi fenomena alamnya, kondisi adat dan
ketersediaan air bersih, prasarana dan sarana budaya. Begitu pula dengan kuisioner yang
pengunjung, kondisi lingkungan, pengelolaan, telah dibagikan kepada wisatawan maupun
mutu pelayanan dan ketersediaan sarana pemerintah, sudah dapat mengakomodir unsur-
pelayanan. Jika melihat hasil penilaian potensi unsur daya tarik wisata tersebut.
tersebut faktor internal / daya tarik wisata Potensi eksternal seperti ketersediaan air
memiliki penilaian berbeda antara wisatawan bersih, kondisi lingkungan, pengelolaan serta
dan pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata mutu pelayanan dan ketersediaan sarana
dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Beengkayang. pelayanan menurut penilaian wisatawan
Perbedaan penilaian baik dari pihak wisatawan maupun pemerintah mengklasifikasikan dalam
maupun pihak pemerintah daerah bisa kategori sedang (B). Kawasan Air Terjun Riam
dipengaruhi beberapa faktor seperti pemahaman Pangar merupakan ekowisata yang berada di
wisatawan terhadap lokasi yang dikunjungi daerah aliran sungai Taman Nasional Gunung
maupun unsur-unsur yang mempengaruhi Nyiut. Hal ini menyebabkan air yang mengalir
daya tarik wisata itu sendiri. Menurut Sudarto di daerah kawasan cenderung jernih. Menurut
(1999), unsur-unsur paling penting yang masyarakat sekitar, air yang mengalir ini di
menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan anggap sudah layak untuk di konsumsi, namun
31 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
saat musim penghujan turun aliran air yang teknologi yang terus berkembang saat ini
mengalir terkontaminasi dengan sedimen dari wisatawan sangat kesulitan mendapatkan sinyal
atas Gunung Nyiut. Kondisi lingkungan di handphone untuk berkomunikasi di kawasan
kawasan Air Terjun Riam Pangar ini, sebagian Air Terjun Riam Pangar.
di manfaatkan oleh masyarakat setempat untuk Adapun potensi pasar menurut
berladang dan berkebun. Hal ini dikarenakan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
karakteristik tanah di sekitar kawasan cukup (PHKA) tahun 1993 meliputi (i) kepadatan
subur untuk dijadikan kebun atau ladang. penduduk kabupaten pada radius 75 km, (ii)
Walaupun demikian, tata guna lahan atau jarak objek ke terminal bus atau ke non-bus,
perencanaan pada kawasan Air Terjun Riam dan (iii) pintu gerbang udara regional dan
Pangar ini belum ada / belum sesuai. Hal ini internasional. Hasil penelitian berkaitan potensi
dikarenakan kawasan Air Terjun Riam Pangar pasar dapat dilihat dalam Tabel 2 di bawah ini
masih masuk ke dalam kawasan daerah aliran
Tabel 2. Penilaian Potensi Pasar Ekowisata Riam
sungai Taman Nasional Gunung Nyiut, dimana Pangar
pengelolaannya merupakan tanggung jawab
Kementrian Kehutanan. Unsur/Sub Unsur Penilaian Riam Pangar
Status pengelolaan objek wisata Riam
Pangar merupakan pengelolaan secara swadaya Jumlah Penduduk (orang) 12106
JNP 32
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
objek wisata alam ke Bandara Internasional swadaya, dimana masyarakat sekitar bergotong
Soekarno-Hatta Jakarta dihitung dengan royong untuk membersihkan dan memelihara
menjumlahkan jarak objek wisata ke Bandara kawasan di sekitar objek wisata dengan
Supadio kemudian menuju ke Bandara menggunakan keuntungan yang telah di dapat
Soekarno Hatta. Berdasarkan hasil jarak lokasi dari pemasukan objek wisata Riam Pangar.
objek wisata alam Riam Pangar ke Bandara Penggalian potensi wisata di sekitar kawasan
Internasional Soekarno-Hatta Jakarta adalah belum banyak dilakukan guna meningkatkan
1072 Km. nilai jual potensi tersebut baik oleh pihak
Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten masyarakat maupun pihak pemerintah.
Bengkayang yang relatif jarang khususnya Oleh karena itu, pentingnya pembinaan dari
pada setiap kecamatan, dan jarak objek wisata pemerintah daerah untuk Pokdarwis Mutiara
alam di Kabupaten Bengkayang tersebut khususnya bukan hanya dalam hal mengelola
yang relatif jauh menuju pintu gerbang udara namun juga dalam hal perawatan, pengamanan
internasional Bandara Soekarno Hatta Jakarta, aset daerah, sampai menggali potensi kawasan
maka potensi pasar untuk wisata alam yang Air Terjun Riam Pangar seoptimal mungkin.
terdapat di Kabupaten Bengkayang khususnya Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bengkayang
yang berkaitan dengan kawasan Riam Pangar masih berusaha untuk berkoordinasi dengan
masih tergolong rendah (C) dengan nilai 160. Kementrian Kehutanan dalam upaya kejelasan
Berkaitan dengan perencanaan pendanaan status kawasan Air Terjun Riam Pangar yang
untuk pengembangan kawasan objek wisata berada dalam Daerah Aliran Sungai Taman
masih belum di rencanakan. Saat ini, kelompok Nasional Gunung Nyiut..
sadar wisata yang mengelola kawasan berusaha
untuk mmengembangkan secara swadaya Realisasi Pengendalian.
dengan bantuan masyarakat sekitar. Tahap ini hampir sebagian besar belum
Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang terlaksana. Keterbatasan alokasi anggaran
telah mengeluarkan Peraturan Daerah pemerintah menjadi salah satu penyebab
Kabupaten Bengkayang Nomor 7 Tahun 2014 terhambatnya tahap pengendalian ini. Pada
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dasarnya Pemerintah Kabupaten Bengkayang
Bengayang guna mendukung pengembangan mengizinkan kegiatan pemanfaatan pada objek
pariwisata yang berpotensial, namun dalam wisata Air Terjun Riam Pangar, namun masih
menjalankan perda tersebut khususnya untuk terkendala dengan status kawasan. Selain itu,
pengembangan ekowisata di kawasan Air pemerintah Kabupaten Bengkayang sendiri
Terjun Riam Pangar masih terkendala karena tidak pernah melakukan pengawasan secara
kawasan tersebut masuk ke dalam daerah aliran langsung kegiatan di kawasan Air Terjun Riam
sungai Taman Nasional Gunung Nyiut yang Pangar. Namun perlu disadari, bahwa adanya
dikelola oleh Kementrian Kehutanan. Pokdarwis yang mengelola kegiatan wisata
alam ini dapat membantu pemerintah dalam
Realisasi Pemanfaatan. pengendalian, agar tidak terjadi konflik yang
Pengelolaan objek wisata Air Terjun Riam timbul akibat penyelenggaraan ekowisata ini.
Pangar dikelola oleh Pokdarwis Mutiara
yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kekuatan, Kelemahan dan Peluang
dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bengkayang Kawasan Air Terjun Riam Pangar
dalam memfasilitasi alat untuk arung jeram. sendiri tidak terlepas dari kelebihan maupun
Namun, pemeliharaan dan pengamanan kekurangan yang dipengaruhi berbagai faktor.
objek wisata sendiri masih dilakukan secara
33 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
Selain itu juga ada tantangan yang harus pengembangan ekowisata di daerah, (3)
diselesaikan dan peluang yang bisa ditangkap pengembangan ekowisata berpeluang
baik pemerintah, investor / pengelola maupun memberikan dampak positif terhadap
masyarakat sekitar. kelestarian, lingkungan, dan (4) pertumbuhan
ekonomi daerah dan pemberdayaan masyarakat
Kekuatan kawasan ekowisata juga mempunyai manfaat
Adapun kekuatan dari objek wisata Riam sebagai tempat kajian dan penelitian bidang
Pangar yaitu (1) terdapat potensi ekowisata Biologi, ekosistem perairan, ekosistem hutan
yang meliputi air terjun, sungai, dan bukit serta dan lingkungan
hutan, (2) kawasan air terjun, sungai, bukit
Dampak Pengembangan Ekowisata
dan hutan tersebut relatif masih sangat alami
sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi Dampak pengembangan ekowisata di
dan memudahkan dalam penataan kawasan, (3) kawasan Air Terjun Riam Pangar dapat
Keaneka ragaman flora dan fauna yang terdapat bersifat positif maupun negatif terhadap
di hutan dan sungai, dan (4) terdapat kearifan perekonomian maupun sosial masyarakat
lokal yang mendukung aspek kelestarian di sekitar kawasan. Sedangkan menurut
lingkungan. (Lawrence, 1994) pembangunan berkelanjutan
hanya dapat dicapai jika dampak sosial dan
Kelemahan lingkungan seimbang dengan tujuan ekonomi
Kelemahan dari objek wisata Riam Pangar yang dharapkan. Pariwisata dalam hal ini, tidak
antara lain : (1) Keberadaan kawasan perkebunan adanya dampak (zero impact) sebagai akibat dari
yang cukup masif berpotensi mengganggu wisatawan berupa level pencapaian minimum
keseimbangan dalam pengembangan ekowisata, dari dampak negatif perlu direncanakan.
(2) ekosistem sungai dan hutan serta berpotensi Adapun dampak yang mempengaruhi
mengganggu siklus tata air, (3) Ketersediaan ekowisata Riam Pangar terdiri dari dampak
infrastruktur seperti jalan, jaringan listrik, sosial, dampak ekonomi dan dampak ekologi
air bersih yang belum memadai, (4) belum yang di jelaskan sebagai berikut:
adanya upaya optimal untuk melindungi
Dampak Sosial
kawasan potensial ekowisata melalui regulasi
dan pengawasan, (5) belum tersusunnya detail Perubahan sosial masyarakat di daerah
perencanaan yang menyeluruh baik jangka tujuan wisata terjadi sebagai wujud dari
pendek, menengah dan jangka panjang, dan dampak sosial yang timbul oleh kegiatan
(6) belum adanya promosi secara optimal ekowisata. Namun, perubahan tersebut tidak
guna menarik stakeholder, pemerintah pusat senantiasa menimbulkan dampak sosial
dan investor untuk berinvestasi pada sektor menyeluruh pada kehidupan masyarakat
ekowisata di Kabupaten Sanggau sekitar Riam Pangar. Dampak sosial yang
berdampak pada kesejahteraan masyarakat
Peluang terbagi menjadi dampak positif dan dampak
Sedangkan peluang yang dapat negatif bagi masyarakat sekitar. Dampak positif
dimanfaatkan oleh Riam Pangar yaitu : yaitu (1) adanya pemahaman antar budaya
(1) kebutuhan akan pariwisata khususnya luar dan di dalam, seperti adat Nyabank’ng
ekowisata semakin tinggi, baik wisatawan lokal di Dusun Segonde Kecamatan Tujuh Belas,
maupun wisatawan mancanegara, (2) adanya (2) peningkatan kerjasama masyarakat
peraturan dan perundangan yang mendukung sekitar dalam pengembangan ekowisata yang
JNP 34
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
terbentuk melalui Kelompok Sadar Mutiara, dapat terjadi yaitu (1) membuka lapangan
(3) organisasi Pokdarwis yang cenderung kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata
mengarah pada manajemen modern, dengan seperti : tour guide, pelayan, tukang parkir,
pembagian tugas dalam pengembangan pengarah arung jeram, dan lain-lain, (2)
ekowisata yang jelas dan di komando oleh satu pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang
orang ketua yang dipercaya. Adat Nyabank’ng lebih baik demi kenyamanan para wisatawan
merupakan aktivitas upacara ritual adat (tradisi) yang juga secara langsung dan tidak langsung
ucapan syukur kepada leluhur (roh-roh nenek bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula
moyang) atas berkat hasil panen padi yang seperti : akses jalan dan lampu penerangan, (3)
telah dilakukan sebelumnya. Menurut dayak Mendorong masyarakat untuk berwiraswasta /
bakati, kegiatan ini untuk menghormati dan wirausaha, contoh : penyewaan fasilitas rafting,
memberi makan secara spiritual pada berbagai pemasok bahan makanan dan bunga ke area
pusaka peninggalan di rumah adat “ponggo”. objek wisata,dan lain-lain, (4) Meningkatkan
Menurut mereka pusaka di dalam rumah pendapatan masyarakat dan juga pendapatan
“ponggo” terdapat roh yang dapat menjaga pemerintah, (5) Memberikan keuntungan
keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat ekonomi kepada warung-warung yang dibuka
di daerah sekitar terutama dalam hal pangan. di sekitar objek wisata.
Hal ini diperkuat pendapatan sebagian besar Masyarakat di sekitar kawasan beranggapan
masyarakat di daerah Kecamatan Tujuh belas bahwa ± 30 % masyarakat disana masih berstatus
berasal dari sektor perkebunan dan pertanian mengganggur. Hal ini menjadi dampak
(BPS, 2017). Sedangkan dampak negatif yang menguntungkan bagi masyarakat sekitar yang
diperkirakan dapat terjadi yaitu (1) proses masih mengangggur karena pengembangan
alkuturasi budaya luar akibat wisatawan yang kawasan dapat menyerap lapangan pekerjaan.
berkunjung menyebabkan penyesuaian ritual Masyarakat dapat melakukan kegiatan
adat dengan lingkungan sekitarnya, (2) budaya perekonomian seperti menjual aneka souvenir
wisatawan baik domestik dan asing dalam unik khas Kabupaten Bengkayang ataupun objek
menjaga kebersihan dan minum-minuman wisata yang bersangkutan. Berdasarkan data
beralkohol dapat mempengaruhi psikologis yang terdapat dalam buku Profile Usaha Jasa
masyarakat sekitar yang sebagian besar hanya Pariwisata Disparekraf Kabupaten Bengkayang
lulusan SMP, dan (3) jika melihat data BPS Tahun 2015 jumlah wisatawan domestik yang
dari tahun 2014 – 2017, terjadi peningkatan datang ke Riam Pangar berjumlah 14637 orang
jumlah penduduk di Desa Pisak dari umur 25- sedangkan wisatawan asing / mancanegara
40 tahun sehingga memungkinkan terjadinya berjumlah 3 orang. Jumlah ini semakin
proses migrasi pendatang ke kawasan objek meningkat semenjak Riam Pangar dibuka pada
wisata. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan Tahun 2013 dan rafting dijalankan pada tahun
Pokdarwis ini sebagian besar hanya lulusan SMP 2015. Kunjungan di ekowisata ini menarik
dan masih terdapat anak di bawah 18 tahun, tarif parkir 5000 / roda dua, dan 15000 / roda
dimana kondisi psikologis remaja di bawah 18 empat atau bis. Sedangkan untuk menikmati
tahun sangat rentan untuk dipengaruhi budaya- fasilitas arung jeram sebesar Rp. 200.000,- untuk
budaya luar. 4 sampai dengan 6 orang. Jika objek wisata ini
berkembang, pemerintah juga dapat menarik
Dampak Ekonomi pajak retribusi dari pihak pengelola sesuai
Adapun dampak ekonomi juga terbagi aturan yang berlaku sehingga mampu menjadi
menjadi dampak positif dan dampak negatif salah satu pendukung Pendapatan Asli Daerah
bagi masyarakat sekitar. Dampak positif yang setempat.
35 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
JNP 36
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar
wisatawan dari berbagai belahan dunia dapat masyarakat untuk saling menjaga kelestarian
berdampak pada tingkat kebersihan lingkungan alam sekaligus memanfaatkan potensi
sekitar. alam tersebut supaya lebih bermanfaat bagi
Penelitian ini memfokuskan pada konsep masyarakat sekitar.
pengembangan yang akan sangat berpengaruh Masyarakat di sekitar kawasan Riam
pada penilaian potensi kawasan ekowisata. Pangar sendiri sangat perlu untuk diberikan
Sedangkan peningkatan dari penilaian pendidikan, pemahaman, dan apresiasi
potensi ekowisata sendiri dapat menimbulkan terhadap budaya asing / wisatawan untuk
dampak yang lebih kompleks. Oleh karena itu meminimalisir dampak-dampak yang tidak di
diperlukan konsep pengembangan yang tepat inginkan terhadap masyarakat tersebut. Selain
untuk meminimalisir dampak-dampak yang itu, wisatawan baik dari domestik maupun
tidak inginkan bagi pengembangan ekowisata mancanegara perlu diberikan informasi
Kawasan Riam Pangar. yang komunikatif dan interaktif tentang
Adapun beberapa dampak yang dapat kawasan Riam Pangar secara menyeluruh
ditimbulkan akibat pengembangan kawasan termasuk budaya lokal, agar budaya yang
ekowisata tersebut sesuai dengan harapan yang telah ada dan dilestarikan dapat menjadi
dimaksud dalam UU No 10 Tahun 2009 yaitu; daya tarik tambahan untuk kawasan tersebut.
(1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Selanjutnya, Pemerintah, investor / pengelola
(2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk
(3) menghapus kemiskinan, (4), mengatasi mengoptimalkan pengembangan kawasan Air
pengangguran, (5) melestarikan alam, Terjun Riam Pangar baik dari segi perencanaan,
lingkungan dan sumber daya, (6) memajukan pemanfaatan dan pengendalian objek wisata.
kebudayaan. Selain itu, perlu diperhatikan baik
pihak pemerintah masyarakat dan pengelola jika UCAPAN TERIMA KASIH
melihat beberapa pengalaman pengembangan
ekowisata sebelumnya, diperkirakan Segala puji dan syukur penulis panjatkan
pengembangan kawasan ekowisata Riam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Pangar juga dapat berdampak pada tatanan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
budaya sekitar kawasan. Budaya yang dibawa penulisan karya ilmiah ini. Penulis tidak
oleh wisata domestik maupun wisatawan lupa mengucapkan terima kasih yang
mancanegara dapat beralkulturasi dengan sebesar-besarnya kepada Reny Rianti, S.Si
budaya setempat. Hal ini menjadi sangat penting selaku tim peneliti dan Badan Penelitian dan
dalam perencanaan pengembangan ekowisata Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat yang
dengan tetap melindungi unsur-unsur memfasilitasi tim peneliti sehingga mendukung
budaya setempat. Penelitian ini melengkapi penulis dalam pembuatan karya ilmiah baik
penelitian sebelumnya yaitu penelitian tentang dalam bentuk materi maupun non-materi.
penilaian potensi Riam Pangar (Reny dan
Pramushinta , 2016). Namun di sisi lain, sedikit
DAFTAR PUSTAKA
bertentangan dengan penelitian Muhiddin,
2010 dimana kegiatan ekowisata bahari tidak Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
dipengaruhi kerjasama masyarakat. Penelitian (Bappeda) Kabupaten Bengkayang. 2016.
ini mempengaruhi dampak sosial di sekitar Rencana Pembangunan Jangka Menengah
kawasan sehingga terbentuk suatu kerja Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021.
sama yang tergabung dalam Kelompok Sadar Bengkayang : Bappeda.
Wisata. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran
37 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018
Badan Pusat Statistik. (2014). Kecamatan Tujuh Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Belas dalam Angka Tahun 2014 Masyarakat Sosial (Studi Kasus : Wisata
Badan Pusat Statistik. (2015). Kecamatan Tujuh Bahari Pulau Mansuar Kabupaten Raja
Belas dalam Angka Tahun 2015 Ampat). Bogor : IPB
Badan Pusat Statistik. (2016). Kecamatan Tujuh Rianti, Reny dan Pramushinta. (2016). Penilaian
Belas dalam Angka Tahun 2016 Potensi Ekowisata Riam Pangar di
Kabupaten Bengkayang. Borneo Akcaya
Badan Pusat Statistik. (2017). Kecamatan Tujuh
Vol. 4 No. 1-Juni 2017.
Belas dalam Angka Tahun 2017
Situmorang, Rince. (2014). Implementasi UU No.
Badan Pusat Statistik. (2017). Kabupaten
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Bengkayang dalam Angka Tahun 2017
Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam
Departemen Kehutanan (Direktorat Jenderal Melestarikan Objek Wisata (Studi Kasus
Perlindungan Hutan dan Konservasi Desa Tomok Kabupaten Samosir). Fisipol-
Alam). (2009). >S\gS[^c`\OO\ Kriteria Unimed
Dan Standar Penilaian Obyek Dan Daya
Soemardjan, Selo. (1974). Pariwisata dan
Tarik Wisata Alam (ODTWA) Di Kawasan
Kebudayaan. Prisma No. 1 1974
Hutan. Bogor : Departemen Kehutanan.
Sudarto, G. (1999). Ekowisata: Wahana
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi
(Disparekraf) Kabupaten Bengkayang.
Berkelanjutan, dan Pemberdayaan
(2015). Profile Usaha Jasa Pariwisata.
Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari.
Bengkayang : Disparekraf.
Bekasi
Fandeli , C. (1993). Dasar – dasar Manajemen
Sukoco Heru Dwi. (1995). 7\b`]RcQbW]\ B] A]QWOZ
Kepariwisataan Alam. Yayasan Obor.
E]`Y >`OQbWQS. Bandung : PT. Remaja
Jakarta.
Rosdakarya
Goeldner, C., & Ritchie, J. R. (2003). B]c`Wa[
>`W\QW^ZSa >`OQWQSa O\R >VWZ]a]^VWSa <Se
8S`aSg(8]V\EWZSgA]\a Referensi lainnya:
JNP 38