Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018 Volume 10, Nomor 1, April 2018 (22 - 38)

ISSN: 1411 - 9862

DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA


TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN BENGKAYANG :
Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti


1
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat, Jl. Dr. Sutomo No. 01 Pontianak

(arumshinta92@gmail.com)

ABSTRAK

Konsep kepariwisataan dunia mengalami pergeseran ke arah model wisata alam akibat
tingkat kejenuhan wisatawanuntuk mengunjungi objek-objek wisata buatan. Hal ini merupakan
peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan pesona alamnya. Salah satu ekowisata yang
terkena, yaitu kawasan wisata di daerah Kabupaten Gunung Kidul-Yogyakarta yang sering
dikunjungi wisatawan, namun tidak demikian dengan ekowisata di Kalimantan Barat. Ekowisata
di Kalimantan Barat yang berjumlah 333 destinasi tidak sebanding dengan jumlah kunjungan
wisatawan seperti halnya di objek wisata lainnya. Salah satu daerah di Kalimantan Barat yang
berpotensi adalah Kabupaten Bengkayang yang memiliki 51 objek wisata. Penelitian ini bertujuan
untuk menjelaskan peran pengembangan kawasan ekowisata yang mempunyai potensi di
kemudian hari terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. Sedangkan pendekatan
yang digunakan adalah mix method, dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data
melalui data primer (wawancara / kuisioner) dan data sekunder (studi literatur). Berdasarkan
penelitian sebelumnnya (Reny & Pramushinta, 2016) bahwa kawasan Riam Pangar cukup
berpotensi, namun perlu di perbaiki baik dari segi daya tarik, sarana dan prasarana, mutu dan
pelayanan, pengelolaan dan perawatan sampai regulasi kebijakan yang mengatur ekowisata
di daerah tersebut. Pengembangan ekowisata di kawasan Riam Pangar dapat menimbulkan
dampak positif maupun dampak negatif bagi pihak-pihak terkait. Dampak yang di timbulkan
dapat mengurangi angka pengangguran, peningkatan pendapatan, peningkatan inflasi dan nilai
lahan sampai mempercepat proses pembangunan di daerah kawasan tersebut. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada Pemerintah Kabupaten Bengkayang
dalam menentukan alternatif kebijakan dan strategi yang tepat untuk pengembangan pengelolaan
wisata alam di Kabupaten Bengkayang terutama daerah kawasan Air Terjun Riam Pangar.

Kata kunci:
@WO[>O\UO`3Y]eWaObO2O[^OY3Y]\][W2O[^OYA]aWOZRO\2O[^OY3Y]Z]UW

JNP 22
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

ABSTRACT

The concept of world tourism shift towards the model of nature tourism due to the saturation level of tourists
to visit artificial tourists sites. This is an opportunity for Indonesia to take advantage of its natural charm. One
of the famous ecotourism is in Gunung Kidul-Yogyakarta regency that is often visited by tourists, but it is not
the same with ecotourism in West Kalimantan. Eventhough West Kalimantan have 333 ecotourism sites, but the
number of tourist visit and tourist attraction relatively less compared to under provinces in Indonesia. One of the
areas in West Kalimantan that is potential of ecotourism is Bengkayang Regency which amounts to 51 tourist
objects. The purpose of this study is to explain the role of ecotourism development that has potential in improving
the welfare of the surrounding community. The study uses a mix method approaced method, with case study
method. Techniques of collecting data consist of interview (primary data) and literature study (secondary data),
Based on research a previous riset (Reny & Pramushinta, 2016), the Pangar Cascade area has potential but
needs to be improved in terms of attractiveness, facilities and infrastructure, quality and service, management
and maintenance to regulation of ecotourism policy in the area. Ecotourism development in Pangar Cascade
area can cause positive impacts and negative impacts for stakeholders. The impacts may reduce unemployment,
increased revenue, increase inflation and land value to speed up the development process in the region. The result
of this research is expected to be information and recommendation to Bengkayang Regency in determining the
appropriate policy and strategy alternative for the development of natural tourism management especially in
Pangar Cascade.

Keywords:
>O\UO`1OaQORS3Q]b]c`Wa[3Q]\][WQ7[^OQbA]QWOZ7[^OQbO\R3Q]Z]UWQOZ7[^OQb

PENDAHULUAN Hal ini disebabkan oleh tingkat kejenuhan


wisatawan untuk mengunjungi objek-objek
Pariwisata sebagai salah satu sektor wisata buatan. Kondisi ini menjadi suatu
pembangunan yang dapat memacu peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, pesona alamnya secara maksimal untuk menarik
dianggap sebagai suatu aset yang strategis wisatawan asing mengunjungi objek berbasis
untuk mendorong pembangunan wilayah- alam dan budaya penduduk lokal. Jika negara-
wilayah tertentu yang mempunyai objek wisata negara maju menawarkan paket-paket wisata
(Soemardjan, 1974). Selain itu, pariwisata dengan kecanggihan teknologi yang ditawarkan,
memiliki tiga aspek pengaruh yaitu aspek maka Indonesia mempunyai potensi untuk
ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), aspek pengembangan pariwisata yang berbasis
sosial (penciptaan lapangan kerja) dan apek sumber daya alam (ekowisata) seperti halnya di
budaya (Hartono, 1974). Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat. Wisata alam sebagai
pariwisata yang optimal baik dari pihak suatu bentuk rekreasi dan pariwisata yang
pemerintah maupun pihak swasta dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam dan
meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan ekosistemnya, baik dalam bentuk asli maupun
dari suatu daerah ke daerah lain serta memicu setelah adanya perpaduan dengan daya cipta
interaksi sosial dengan penduduk sekitar manusia (Fandeli, 1993). Salah satu daerah di
tempat wisata dan masyarakat sekitar sesuai Provinsi Kalimantan Barat yang mempunyai
dengan kemampuan mereka dalam beradaptasi banyak potensi ekowisata untuk dikembangkan
baik di bidang perekonomian, kemasyarakatan adalah Kabupaten Bengkayang. Hal ini dapat
maupun kebudayaan mereka. terlihat pada jumlah pariwisata yang terdaftar
Dewasa ini, terjadi pergeseran konsep pada Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkayang
kepariwisataan dunia ke model wisata alam. berjumlah 51 objek wisata alam yang dapat

23 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

dikunjungi. Berbagai daya tarik wisata alam di sekitarnya. Berdasarkan rumusan masalah
yang ada di Kabupaten Bengkayang mulai dari umum ini, selanjutnya peneliti menjabarkan
daya tarik pegunung, pantai, sungai, goa, air ke dalam beberapa pertanyaan penelitian : (i)
terjun, hutan lindung dan bahari (Disparekraf Bagaimana konsep pengembangan ekowisata
Kab. Bengkayang, 2015). yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dan /
Pemerintah Kabupaten bengkayang, pengelola? (ii) Bagaimana kekuatan, kelemahan,
melalui Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun dan peluang dari ekowisata kawasan Air Terjun
2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Riam Pangar? Dan (iii) Bagaimana dampak
Kabupaten Bengkayang Tahun 2014 – 2034, pengembangan ekowisata di kawasan Air
menyatakan bahwa Kabupaten Bengkayang Terjun Riam Pangar terhadap kehidupan sosial
sebagai lumbung pangan bagi Provinsi – ekonomi masyarakat setempat.
Kalimantan Barat. Wilayah pengembangannya
berbasis agropolitan, industri dan pariwisata. METODE
Selain itu, pengembangan kawasan perbatasan
Negara sebagai beranda depan Negara dengan Penelitian ini menggunakan pendekatan
tetap memperhatikan daya dukung lingkungan. mix method, dengan memfokuskan pada suatu
Berdasarkan Perda tersebut, diperlukan kasus tertentu. Data kuantitatif yang telah
pengembangan pariwisata sesuai dengan dikumpulkan sebagai data tambahan untuk
keunggulan, kekhasan dan kelengkapan jenis mendukung data kualitatif yang telah ada. Data
wisatanya. Salah satu ekowisata yang menjadi kuantitatif yang dikumpulkan berupa data
rencana prioritas pengembangan Pemerintah nominal dan ordinal. Adapun jenis data yang
Kabupaten Bengkayang pada tahun 2016 yaitu dikumpulkan mencakup data primer dan data
Riam Pangar. sekunder. Data primer diperoleh dari survei
Kawasan Riam Pangar telah dibuka dari tidak berstruktur, sedangkan data sekunder
Tahun 2013, namun untuk kegiatan `OTbW\Uyang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kabupaten
menjadi salah satu daya tarik wisata di Riam Bengkayang meliputi RPJMD, data statistik
Pangar baru di buka 2 (dua) tahun setelahnya. kepariwisataan, Ripparda, peneltian potensi
Menurut pengelola setempat, wisatawan yang Riam Pangar, BPS Tahun 2014-2017 dan Profil
berkunjung tidak hanya wisatawan domestik Kabupaten Bengkayang.
namun juga wisatawan mancanegara. Jika Penelitian dilakukan dengan metode
melihat dari minat kunjungan wisatawan, studi kasus di Riam Pangar selama 5 bulan
kawasan Riam Pangar cukup berpotensi untuk mulai dari bulan Juli s.d. November 2016 di
di kembangkan di kemudian hari. Namun Kawasan Riam Pangar, Desa Pisak, Kecamatan
perlu di sadari bahwa pengembangan kawasan tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang Provinsi
Riam Pangar tidak terlepas dari dampak Kalimantan Barat. Teknik pengumpulan data
yang akan di timbulkan di kemudian hari. dilakukan dengan cara studi literatur, survei,
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan observasi. Sampel yang diambil memiliki
peran pengembangan kawasan ekowisata yang kriteria sebagai berikut : (1) penduduk yang
mempunyai potensi di kemudian hari terhadap berdomisili atau wisatawan yang sedang atau
peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar. pernah berkunjung di sekitar kawasan Riam
Berdasarkan penjelasan di muka, maka Pangar, (2) berusia di atas 12 tahun, dan (3) sehat
permasalahan umum penelitian dirumuskan jasmani dan rohani. Data yang dikumpulkan
sebagai berikut : Bagaimana dampak sosial melalui survei berupa pertanyaan-pertanyaan
dan ekonomi pengembangan ekowisata di singkat berkaitan dengan status kependudukan,
kawasan Riam Pangar terhadap masyarakat pekerjaan, peran dalam pengembangan kawasan

JNP 24
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

Riam Pangar, perspektif wisatawan terhadap pengangguran, (5) melestarikan alam,


kawasan Riam Pangar. Sedangkan teknik yang lingkungan dan sumber daya, (6) memajukan
digunakan untuk pengambilan sampel yaitu kebudayaan, (7) mengangkat citra bangsa, (8)
teknik \]\^`]POPWZWbg jenis ^c`^]aWdS aO[^ZW\U. memupuk cinta tanah air, (9) memperkukuh jati
Metode analisa data yang digunakan adalah diri dan kesatuan bangsa, dan (10) mempererat
analisa data secara kualitatif. persahabatan antar bangsa.
Walaupun Undang-Undang ini sudah
TINJAUAN PUSTAKA diberlakukan selama 8 tahun, namun
implementasi dari UU ini masih belum berjalan
Pada umumnya manusia menginginkan maksimal. Implementasi UU ini masih belum
adanya keseimbangan dalam hidupnya. terwujud sesuai yang diharapkan seperti yang
Keseimbangan yang dimaksud seperti kerja terjadi di objek wisata Danau Toba Sumatra
dan istirahat, melek dan tidur, bergerak dan Utara. Hal ini disebabkan karena kurangnya
santai, pendapatan dan pengeluaran, kerja kesadaran masyarakat dalam menjaga
dan keluarga, kebebasan dan ketergantungan, kelestarian alam objek wisata. Selain itu, peran
maupun resiko dan keamanan, Manusia pemerintah dalam diseminasi UU tersebut
berusaha untuk meninggalkan rutinitasnya masih belum dirasakan oleh masyarakat
dengan melakukan perjalanan wisata untuk terutama yang berhubungan langsung dengan
menyegarkan tubuh dan jiwa, memberikan objek wisata (Rince, 2014).
vitalitas, dan memberikan arti baru pada Pihak akademisi menganggap Undang-
kehidupan. Pariwisata dapat dilihat dari empat Undang ini sebagai salah satu syarat untuk
perspektif yang berbeda yaitu dari wisatawan, menciptakan iklim yang kondusif dalam
pebisnis yang menyediakan pelayanan pembangunan kepariwisataan yang bersifat
bagi wisatawan, pemerintah setempat dan menyeluruh dalam rangka menjawab tuntutan
masyarakat setempat. Persperktif tersebut, zaman. Walaupun begitu, implementasi
mendefinisikan pariwisata sebagai proses, undang-undang ini dirasa masih kurang pada
kegiatan dan hasil yang didapat dari hubungan pembangunan pariwisata daerah seperti halnya
dan interaksi antara wisatawan, b]c`Wa[ belum mampu mengakomodir kepentingan
ac^^ZWS`a^S[S`W\bOVaSbS[^Ob[OagO`OYObaSbS[^Ob banyak pihak terkait, dan juga kurang
RO\ZW\UYc\UO\aSYWbO`gO\URWZWPObYO\YSbS`bO`WYO\ melibatkan partisipasi masyarakat lokal atau
RO\ bcO\ `c[OV RO`W ^S\Uc\Xc\U 5]SZR\S` dan terkesan elitis. Hal tersebut membuat UU ini
Richie, 2003). cukup penting untuk dilakukan amandemen.
Pemerintah secara jelas mengatur tentang Perkembangan wisata yang berbasis
kepariwisataan melalui Undang-Undang alam (ekowisata) juga telah diatur dalam
Nomor 10 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa Permendagri No. 33 Tahun 2009 tentang
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah.
wisata dan di dukung berbagai fasilitas serta Ekowisata merupakan potensi sumber daya
layanan yang disediakan oleh masyarakat, alam, lingkungan, serta keunikan alam dan
pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah budaya, yang dapat menjadi salah satu sektor
Daerah. unggulan daerah yang belum dikembangkan
Kegiatan kepariwisataan yang dimaksud secara optimal. Permendagri No. 33 Tahun
dalam UU No 10 Tahun 2009 ini diharapkan 2009 mempunyai prinsip agar pengembangan
dapat (1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, ekowisata dapat (1) terjadi proses konsevasi,
(2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) mendorong masyarakat menjadi penggerak
(3) menghapus kemiskinan, (4), mengatasi pembangunan ekonomi, (3) menumbuhkan

25 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, Berdasarkan Undang – Undang


(4) meningkatkan kepuasan masyarakat, Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009
(5) meningkatkan peran masyarakat dalam tentang kesejahteraan sosial menyatakan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi
ekowisata, dan (6) menampung kearifan lokal. terpenuhinya kebutuhan material, spiritual,
Namun, Implementasi dari peraturan dan sosial warga negara agar dapat hidup
ini juga masih belum optimal. Sesuai dengan layak dan mampu mengembangkan diri,
yang telah dijabarkan di muka, peraturan ini sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
masih belum dapat menumbuhkan kesadaran Peningkatan kesejahteraan sosial tidak lepas
bagi masyarakat akan lingkungan sekitarnya. dari pemberdayaan sosial. Sebagaimana telah
Selain itu, prinsip pengembangan yang telah tertuang dalam Undang-Undang bahwa
diatur belum dapat berjalan sesuai harapan. pemberdayaan sosial khususnya untuk
Hal ini perlu kerja sama baik dari pemerintah, perseorangan, keluarga, kelompok maupun
pengusaha, dan masyarakat sekitar dalam masyarakat dapat dilakukan melalui (1)
pengembangannya. peningkatan kemauan dan kemampuan, (2)
Seperti halnya dengan UU No 10 Tahun penggalian potensi dan sumber daya, (3)
2009, Permendagri ini dirasa belum mampu penggalian nilai-nilai dasar, (4) pemberian
melibatkan partisipasi masyarakat lokal atau akses, dan (5) pemberian bantuan usaha. Negara
kepentingan banyak pihak. Namun di sisi lain, dalam perannya sebagai penyelenggara sosial
peraturan ini dapat mengakomodir aturan yang dapat melakukan pemberdayaan sosial dalam
mengatur kelembagaan baik di tingkat pusat bentuk (1) diagnosis dan pemberian motivasi,
maupun di tingkat kabupaten / kota. (2) penguatan kelembagaan masyarakat, (3)
Jika dilihat Menurut Dwi Heru Sukoco, 1995, kemitraan dan penggalangan dana, serta (4)
bahwa kesejahteraan sosial mencakup semua pemberian stimulan.
bentuk intervensi sosial yang secara pokok Penelitian bertema tentang ekowisata
dan langsung untuk meningkatkan keadaan telah banyak ditemukan. Beberapa penelitian
baik antara individu dan masyarakat secara di antaranya yang telah dilakukan oleh
keseluruhan. Selain daripada itu, kesejahteraan Muhiddin (2010) dalam penelitiannya “Dampak
sosial mencakup semua tindakan dan proses Pengembangan Ekowisata Terhadap Kehidupan
secara langsung yang mencakup tindakan dan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Lokal” .
pencegahan masalah sosial, pengembangan Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis
sumber daya manusia dan peningkatan dampak pengembangan ekowisata bahari di
kualitas hidup. Lain halnya dengan Walter A. Raja Ampat. Adapun variabel penelitian ini
Friedlander, dalam Syarif Muhidin melalui terbagi menjadi variabel sosial dan variabel
bukunya Pengantar Kesejahteraan Sosial, 1997, ekonomi. Variabel sosial terdiri dari struktur
menyatakan kesejahteraan sosial adalah sistem penduduk, prilaku, pranata sosial, nilai /
yang terorganisir dari pelayanan – pelayanan norma, proses sosial, persepsi. Sedangkan
sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan variabel ekonomi terdiri dari mata pencaharian,
untuk membantu individu dan kelompok pendapatan, pengeluaran, kondisi perumahan
untuk mencapai standar hidup dan kesehatan dan aset.
memuaskan dan relasi – relasi pribadi dan sosial Data yang dikumpulkan merupakan data
yang memungkinkan mereka mengembangkan primer yang diperoleh dari teknik survei dan
kemampuannya sepenuh mungkin dan wawancara mendalam , data sekunder yang
meningkatkan kesejahteraannya secara selaras diperoleh dari instansi pemerintah daerah
dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. setempat serta melalui observasi lapangan.

JNP 26
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

Metode analisa yang digunakan analisa wisata alam yang dipengaruhi faktor eksternal
deskriptif, analisa kualitatif dan kuantitatif. dan internal dan diperoleh dari waawancara
Penelitian ini juga menggunakan teori terstruktur. Sedangkan data sekunder
ekowisata yang dapat diartikan sebagai dikumpulkan dari instansi Pemerintah
perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab Kabupaten Bengkayang.
dengan cara mengkonservasi lingkungan dan Hasil penelitian ini di dapat bahwa faktor
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. internal potensi wisata alam (penilaian atraksi),
Ekowisata yang dimaksud dapat dipandang berdasarkan persepsi masyarakat bernilai
dari tiga perspektif yaitu (1) ekowisata sebagai B (sedang), dan penilaian dari Disparekraf
produk, (2) ekowisata sebagai pasar, dan (3) Kabupaten Bengkayang bernilai A (tinggi).
ekowisata sebagai pendekatan pengembangan Penelitian ini sudah dapat menggambarkan
(Fandeli, 2000). potensi yang ada di Riam Pangar serta
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kondisinya, sehingga menjadi suatu gambaran
dilakukan oleh (Muhiddin,2010) dihasilkan bagi masyarakat awam terhadap objek wisata
bahwa (1) struktur penduduk, pranata sosial, Riam Pangar. Namun, penelitian ini dirasa
norma dan adat istiadat serta kerjasama antar masih belum cukup untuk menjelaskan dampak
masyarakat tidak menimbulkan dampak, yang dirasakan masyarakat sekitar.
(2) aktivitas ekowisata bahari menimbulkan Walaupun sudah banyak penelitian yang
dampak positif terhadap kondisi ekonomi dilakukan berkaitan dampak pengembangan
masyarakat lokal berupa peningkatan lapangan ekowisata di Indonesia maupuan di luar
kerja, pendapatan pengeluaran dan aset Indonesia, penelitian ekowisata berkaitan
produksi dan (3) pengembangan ekowisata dengan Riam Pangar masih jarang ditemukan.
bahari tidak menimbulkan dampak terhadap Jika di luar Provinsi Kalimantan Barat sudah
kondisi rumah serta aset rumah tangga. banyak wisata air terjun yang memiliki fasilitas
Penelitian ini memiliki variabel yang cukup olahraga air, tidak demikian di Provinsi
banyak sebagai data pendukung untuk di Kalimantan Barat sendiri. Selain itu, Riam
analisis. Namun sayangnya, masih belum Pangar merupakan objek wisata air terjun
dapat menganalisis hasil atau data-data yang di Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki
berkaitan dengan variabel untuk menjawab fasilitas olahraga air. Hal ini menjadi suatu
pertanyaan mengapa variabel-variabel tersebut daya tarik, bukan hanya bagi peneliti namun
bisa atau tidak saling terlibat. juga masyarakat yang masih awam berkaitan
Sedangkan Reny dan Pramushinta (2016) Riam Pangar. Selain itu, objek wisata yang
melakukan penilaian potensi objek wisata alam selalu dikunjungi tiap tahunnya oleh sebagian
kawasan Riam Pangar berdasarkan persepsi besar wisatawan Kalimantan Barat maupun
masyarakat dan pemerintah. Adapun variabel wisatawan asing yaitu pantai pesisir yang ada
yang di amati dalam penelitian ini yaitu (1) di daerah Kabupaten Bengkayang maupun
atraksi / daya tarik wisata alam, (2) ketersediaan Kabupaten Singkawang. Objek wisata berupa air
air bersih, (3) prasarana dan sarana pengunjung, terjun masih jarang terdengar oleh masyarakat.
(3) kondisi lingkungan, (4) pengelolaan objek Penelitian ini ingin menjelaskan peran
wisata, dan (5) mutu pelayanan dan ketersediaan pengembangan ekowisata terhadap sosial-
sarana pelayanan. ekonomi yang terjadi di masyarakat Riam
Pendekatan penelitian ini menggunakan Pangar serta diharapkan dapat menjawab
deskriptif kuantitatif dengan mengumpulkan pertanyaan mengapa variabel-variabel bisa
data primer dan data sekunder. Data sekunder atau tidak terkait terhadap sosial – ekonomi
yang dikumpulkan yaitu data-data potensi masyarakat. Namun di sisi lain, penelitian

27 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

ini juga mengambil lokasi yang sama seperti (5) Memberikan kepuasan dan pengalaman
halnya penelitian Reny dan Pramushinta (2016) kepada pengunjung, (6) Partisipasi masyarakat
serta ingin melihat lebih dalam dampak sosial- yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan
ekonomi akibat pengembangan ekowisata perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
seperti Muhiddin (2010). Variabel faktor ekowisata dengan menghormati nilai-nilai sosial
internal dan eksternal dari potensi Riam Pangar budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar
(Reny dan Shinta, 2016) serta variabel yang kawasan, dan (7) Menampung kerarifan lokal
mempengaruhi sosial – ekonomi (Muhiddin, Untuk memperkuat konsep pengembangan
2010) dijadikan rujukan untuk melakukan tersebut perlu dilakukan kegiatan perencanaan,
penelitian ini agar mendapatkan hasil pemanfaatan dan pengendalian ekowisata.
analisis lebih mendalam daripada penelitian Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
sebelumnya. ekowisata telah dijabarkan melalui Peraturan
Asumsi teoretis dari dari penelitian ini Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009
diharapkan bahwa semakin tingginya potensi sebagaimana berikut ini :
objek wisata alam akibat pengembangan
tersebut maka semakin berperan juga terhadap Perencanaan.
sosial – ekonomi masyarakat sekitar. Konsep Perencaan pengembangan kawasan
yang digunakan dalam penelitian ini merujuk ekowisata perlu dituangkan dalam RPJPD,
pada konsep pengembangan ekowisata yang RPJMD, dan RKPD setiap daerah. Khusus
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk perencanaan ekowisata yang akan
(Permendagri) No. 33 Tahun 2009. dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD) sebagaimana dimaksud
HASIL DAN PEMBAHASAN haruslah memuat aspek-aspek seperti : (i) Jenis
ekowisata yang akan dikembangkan; (ii) Data
Konsep Pengembangan Ekowisata dan informasi yang jelas meliputi daya tarik dan
keunikan alam, kondisi ekologis / lingkungan,
Jenis-jenis ekowisata di daerah dapat
kondisi sosial, budaya, dan ekonomi,
dibedakan menjadi 4 yaitu ekowisata bahari,
peruntukan kawasan, sarana dan prasarana dan
ekowisata hutan, ekowisata pegunungan dan
sumber pendanaan; (iii) Potensi pangsa pasar;
/ atau ekowisata karst. Sebagaimana yang
(iv) Hambatan yang akan dialami; (v)Luas
dijabarkan melalui Permendagri No 33 Tahun
lokasi; (vi) Batas-batas lokasi; (vii) Kebutuhan
2009 bahwa prinsip pengembangan ekowisata
biaya menyangkut pengembangan ekowisata;
meliputi : (1) Kesesuaian antara jenis dan
(viii) Target waktu pelaksanaan pengembangan
karakteristik ekowisata, (2) Konservasi, yaitu
kawasan; dan (ix) Desain teknis pegembangan
melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan
harus jelas
secara lestari sumber daya alam yang
Sedangkan perencanaan pengembangan
digunakan untuk ekowisata (3) Ekonomis, yaitu
ekowisata dimulai dari : (i) Merumuskan
memberikan manfaat untuk manfaat masyarakat
kebijakan pengembangan ekowisata Provinsi
setempat dan menjadi penggerak pembangunan
dengan memperhatikan kebijakan ekowisata
ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha
Nasional; (ii) Mengoordinasikan penyusunan
ekowisata dapat berkelanjutan, (4) Edukasi,
rencana pengembangan ekowisata sesuai
yaitu mengandung unsur pendidikan untuk
dengan kewenangan provinsi; (iii) Memberikan
mengubah persepsi seseorang agar memiliki
masukan dalam merumuskan kebijakan
kepedulian, tangung jawab, dan komitmen
pengembangan ekowisata Provinsi dengan
terhadap pelestarian lingkungan dan budaya,
memperhatikan kebijakan ekowisata Nasional;

JNP 28
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

(iv) Mengintegrasikan dan memadu serasikan Realisasi dari konsep pengembangan yang
rencana pengembangan ekowisata Provinsi dijabarkan melalui Permendagri 33 Tahun 2009
dengan rencana pengembangan ekowisata tidaklah semudah yang dibayangkan. Realisasi
kabupaten / kota, rencana pengembangan yang telah dilakukan dalam pengembangan
ekowisata nasional dan rencana pengembangan ekowisata Air Terjun Riam Pangar :
ekowisata provinsi yang berbatasan; dan (v)
Memaduserasikan RPJMD dan RKPD yang Realisasi perencanaan
dilakukan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Air Terjun Riam Pangar merupakan salah
Kabupaten/ Kota, masyarakat dan dunia usaha satu wisata alam jenis tirta yang terletak di
dengan rencana pengembangan ekowisata. Daerah Aliran Sungai yang bersumber dari
Taman Nasional / Cagar Alam Gunung Nyiut.
Pemanfaatan.
Jika di lihat dari segi administratifnya, Riam
Pemanfaatan pengembangan ekowisata Pangar terletak di dusun Segonde Desa Pisak
meliputi pengelolaan, pemeliharaan, Kecamatan Tujuh Belas Kabupaten Bengkayang
pengamanan, dan penggalian potensi kawasan dengan luas desa yaitu 127 Km2 (BPS, 2017).
ekowisata yang baru. Pemanfaatan ekowisata Secara administratif Desa Pisak berbatasan
dapat dlakukan oleh perseorangan dan / dengan (i) Utara : Kecamatan Seluas, (ii) Selatan
atau badan hukum atau pemerintah daerah. : Desa Bengkilu, (iii) Timur : Kabupaten Landak,
Hal tersebut tidak lepas dari ketentuan- dan (iv) Desa Lembang. Adapun peta lokasi
ketentuan yang telah berlaku sebagai berikut: kawasan Riam Pangar dapat di lihat pada
(i)Perseorangan dan / atau badan hukum gambar 1 di bawah ini.
harus bekerjasama dengan pemerintah daerah
lainnya dan / atau pemerintah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dimana untuk
memberikan kemudahan kepada perseorangan
dan / atau badan hukum; dan (ii) Pemerintah
daerah yang mengelola kawasan ekowisata
dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah
lainnya dan/ atau pemerintah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pengendalian.
Pengendalian yang dapat dilakukan antara
lain terjadap fungsi kawasan, pemanfaatan Gambar 1.
ruang, pembangunan sarana dan prasarana, Peta Kabupaten Bengkayang (BPS Kecamatan Tujuh
kesesuaian spesifikasi kontruksi dengan Belas, 2017
desain teknis dan pengendalian kelestarian Ac[PS`(0>A9SQO[ObO\BcXcV0SZOa2OZO[/\UYO
kawasan ekowisata. Pengendalian tersebut BOVc\ %6OZO[O\
dapat dilakukan melalui : (i) Pemberian izin
pengembangan ekowisata; (ii) Pemantauan Status lokasi merupakan wilayah adat yang
pengembangan ekowisata; (iii) Penertiban atas letaknya 76 Km dari pusat kota Bengkayang.
penyalahgunaan izin pengembangan ekowisata; Adapun sarana yang dapat dipergunakan
dan (iv)Penanganan dan penyelesaian untuk menjangkau lokasi yaitu dengan
masalah atau konflik yang timbul dalam transportasi darat. Sedangkan Infrastruktur
penyelenggaraan ekowisata yang sudah tersedia berupa jalan, sinyal

29 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

telekomunikasi dan listrik namun masih belum


maksimal. Pada lokasi objek wisata alam dapat
dijumpai pondok wisata, kedai atau warung
kecil, toilet umum, dan lapangan parkir. Sarana
khusus berupa area berkemah dapat dijumpai
bagi pengunjung yang ingin bermalam di
lokasi objek wisata ini dengan memesan kepada
petugas objek wisata beberapa hari sebelum
berkemah. Adapun kondisi Riam Pangar dapat
di lihat dalam gambar 2.

Gambar 3.
Kegiatan arung jeram (`OTbW\U) di Air Terjun Riam
Pangar

Ac[PS`(>S\SZWbWO\@S\gRO\>`O[caVW\bO $(
VOZO[O\"'

Hasil penilaian potensi wisata alam di


kawasan Air Terjun Riam Pangar, Kabupaten
Bengkayang yang meliputi unsur potensi
internal dan eksternal disajikan pada tabel
berikut:
Gambar 2.
Kondisi Air Terjun Riam Pangar saat air pasang

Ac[PS`(>S\SZWbWO\@S\gRO\>`O[caVW\bO $(
VOZO[O\"'

Objek wisata memiliki aktivitas menarik


seperti berkemah dan rafting. Aktivitas biasanya
dapat dilakukan dalam berkelompok. Salah satu
aktivitas yang dapat dilakukan di objek wisata
Riam Pangar dapat di lihat pada gambar 3 di
bawah ini:

JNP 30
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

Tabel 1. Penilaian Potensi Internal dan Eksternal Ekowisata Riam Pangar

Nilai Potensi ODTWA


Klasifikasi Potensi
No Kriteria Bobot Potensi Riam Pangar
Wisatawan Disparekraf

Tinggi A 1244-1620 Sedang Tinggi


1 Atraksi / Daya Tarik Objek Wisata Alam 5 Sedang B 865-1243 B A

Rendah C 486-864 1089 1410

Tinggi A 92-120 Sedang Sedang


2 Ketersediaan air bersih 2 Sedang B 61-91 B B

Rendah C 30-60 85,05 90

Tinggi C 80-186 Rendah Rendah


3 Prasarana dan Sarana Pengunjung (Radius 2 Km) 2 Sedang B 187-293 C C

Rendah A 294-400 135,39 180

Tinggi A 759-1000 Sedang Sedang


4 Kondisi Lingkungan (radius 1 Km) 5 Sedang B 517-758 B B

Rendah C 275-516 687,5 687,5

Tinggi A 196-280 Sedang Sedang


5 Pengelolaan 2 Sedang B 109-195 B B

Rendah C 22-108 160 160

120-170 Sedang Sedang


Tinggi A
6 Mutu Pelayanan & ketersediaan Sarana Pelayanan 2 67-119 B B
Sedang B
Rendah C 14-66 85,05 90
Sumber : Penelitian Reny dan Pramushinta( 2016: halaman 50 -51)

Potensi internal yang dimaksud yaitu ekowisata adalah kondisi alamnya, kondisi
kriteria atraksi / daya tarik objek wisata flora dan fauna yang unik, langka dan endemik,
alam. Sedangkan potensi eksternal meliputi kondisi fenomena alamnya, kondisi adat dan
ketersediaan air bersih, prasarana dan sarana budaya. Begitu pula dengan kuisioner yang
pengunjung, kondisi lingkungan, pengelolaan, telah dibagikan kepada wisatawan maupun
mutu pelayanan dan ketersediaan sarana pemerintah, sudah dapat mengakomodir unsur-
pelayanan. Jika melihat hasil penilaian potensi unsur daya tarik wisata tersebut.
tersebut faktor internal / daya tarik wisata Potensi eksternal seperti ketersediaan air
memiliki penilaian berbeda antara wisatawan bersih, kondisi lingkungan, pengelolaan serta
dan pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata mutu pelayanan dan ketersediaan sarana
dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Beengkayang. pelayanan menurut penilaian wisatawan
Perbedaan penilaian baik dari pihak wisatawan maupun pemerintah mengklasifikasikan dalam
maupun pihak pemerintah daerah bisa kategori sedang (B). Kawasan Air Terjun Riam
dipengaruhi beberapa faktor seperti pemahaman Pangar merupakan ekowisata yang berada di
wisatawan terhadap lokasi yang dikunjungi daerah aliran sungai Taman Nasional Gunung
maupun unsur-unsur yang mempengaruhi Nyiut. Hal ini menyebabkan air yang mengalir
daya tarik wisata itu sendiri. Menurut Sudarto di daerah kawasan cenderung jernih. Menurut
(1999), unsur-unsur paling penting yang masyarakat sekitar, air yang mengalir ini di
menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan anggap sudah layak untuk di konsumsi, namun

31 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

saat musim penghujan turun aliran air yang teknologi yang terus berkembang saat ini
mengalir terkontaminasi dengan sedimen dari wisatawan sangat kesulitan mendapatkan sinyal
atas Gunung Nyiut. Kondisi lingkungan di handphone untuk berkomunikasi di kawasan
kawasan Air Terjun Riam Pangar ini, sebagian Air Terjun Riam Pangar.
di manfaatkan oleh masyarakat setempat untuk Adapun potensi pasar menurut
berladang dan berkebun. Hal ini dikarenakan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
karakteristik tanah di sekitar kawasan cukup (PHKA) tahun 1993 meliputi (i) kepadatan
subur untuk dijadikan kebun atau ladang. penduduk kabupaten pada radius 75 km, (ii)
Walaupun demikian, tata guna lahan atau jarak objek ke terminal bus atau ke non-bus,
perencanaan pada kawasan Air Terjun Riam dan (iii) pintu gerbang udara regional dan
Pangar ini belum ada / belum sesuai. Hal ini internasional. Hasil penelitian berkaitan potensi
dikarenakan kawasan Air Terjun Riam Pangar pasar dapat dilihat dalam Tabel 2 di bawah ini
masih masuk ke dalam kawasan daerah aliran
Tabel 2. Penilaian Potensi Pasar Ekowisata Riam
sungai Taman Nasional Gunung Nyiut, dimana Pangar
pengelolaannya merupakan tanggung jawab
Kementrian Kehutanan. Unsur/Sub Unsur Penilaian Riam Pangar
Status pengelolaan objek wisata Riam
Pangar merupakan pengelolaan secara swadaya Jumlah Penduduk (orang) 12106

oleh masyarakat setempat. Awalnya pemerintah Luas Wilayah (Km2) 221


daerah memfasilitasi dalam pengadaan perahu Kepadatan Penduduk Tingkat Kepadatan
54,77828054
karet untuk kegiatan arung jeram (rafting). Penduduk (orang/Km2)
Namun seiring berjalannya waktu, masyarakat Penilaian 12
memanfaatkan fasilitas tersebut sebagai salah (jarak pintu Gerbang
(dalam satuan Km) 1072
satu daya tarik wisata di kawasan air terjun Udara Internasional-
Riam Pangar. Masyarakat ini tergabung dalam Jakarta) Penilaian 20
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Mutiara Total   32
dengan diketuai oleh Riski Ijar. Sedangkan *bobot 5   160
dalam penilaian mutu pelayanan dan A (tinggi) :
 
ketersediaan sarana pelayanan masih perlu 688-1000

ditingkatkan lebih baik lagi. Mutu pelayanan, B (sedang) :


Klasifikasi Potensi C
374-687
keramahan staf, kemampuan komunikasi dan
C (rendah) :
penguasan materi menjadi faktor pendukung Rendah
60-373
yang sangat penting untuk membuat wisatawan
merasa kenyamanan dan suasana yang
Ac[PS`(6OaWZ>S\U]ZOVO\2ObO
bersahabat di tempat objek wisata.
Penilaian yang cukup rendah (C) terlihat Jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang
pada potensi sarana dan prasarana di pada tahun 2015 berdasarkan data BPS yang
kawasan Air Terjun Riam Pangar. Menurut tercatat pada Bengkayang dalam Angka Tahun
responden maupun pemerintah menilai jarak 2016 adalah sebesar 238.610 jiwa yang tersebar
prasarana seperti kantor camat, kantor pos, di 17 kecamatan dengan luas kabupaten
dan puskesmas menuju objek wisata lebih dari Bengkayang adalah 5.396,30 Km2 atau dengan
2 km. Hal ini diperparah dengan tidak adanya tingkat kepadatan penduduk 44 jiwa /Km2.
fasilitas transportasi umum yang memudahkan Sedangkan sebaran tingkat kepadatan
wisatawan menuju ke prasarana-prasarana penduduk di sekitar Riam Pangar (Kecamatan
yang dimaksud. Selain itu, di era kecanggihan Tujuh Belas) adalah 55 jiwa/Km2, Jarak lokasi

JNP 32
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

objek wisata alam ke Bandara Internasional swadaya, dimana masyarakat sekitar bergotong
Soekarno-Hatta Jakarta dihitung dengan royong untuk membersihkan dan memelihara
menjumlahkan jarak objek wisata ke Bandara kawasan di sekitar objek wisata dengan
Supadio kemudian menuju ke Bandara menggunakan keuntungan yang telah di dapat
Soekarno Hatta. Berdasarkan hasil jarak lokasi dari pemasukan objek wisata Riam Pangar.
objek wisata alam Riam Pangar ke Bandara Penggalian potensi wisata di sekitar kawasan
Internasional Soekarno-Hatta Jakarta adalah belum banyak dilakukan guna meningkatkan
1072 Km. nilai jual potensi tersebut baik oleh pihak
Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten masyarakat maupun pihak pemerintah.
Bengkayang yang relatif jarang khususnya Oleh karena itu, pentingnya pembinaan dari
pada setiap kecamatan, dan jarak objek wisata pemerintah daerah untuk Pokdarwis Mutiara
alam di Kabupaten Bengkayang tersebut khususnya bukan hanya dalam hal mengelola
yang relatif jauh menuju pintu gerbang udara namun juga dalam hal perawatan, pengamanan
internasional Bandara Soekarno Hatta Jakarta, aset daerah, sampai menggali potensi kawasan
maka potensi pasar untuk wisata alam yang Air Terjun Riam Pangar seoptimal mungkin.
terdapat di Kabupaten Bengkayang khususnya Selain itu, Pemerintah Kabupaten Bengkayang
yang berkaitan dengan kawasan Riam Pangar masih berusaha untuk berkoordinasi dengan
masih tergolong rendah (C) dengan nilai 160. Kementrian Kehutanan dalam upaya kejelasan
Berkaitan dengan perencanaan pendanaan status kawasan Air Terjun Riam Pangar yang
untuk pengembangan kawasan objek wisata berada dalam Daerah Aliran Sungai Taman
masih belum di rencanakan. Saat ini, kelompok Nasional Gunung Nyiut..
sadar wisata yang mengelola kawasan berusaha
untuk mmengembangkan secara swadaya Realisasi Pengendalian.
dengan bantuan masyarakat sekitar. Tahap ini hampir sebagian besar belum
Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang terlaksana. Keterbatasan alokasi anggaran
telah mengeluarkan Peraturan Daerah pemerintah menjadi salah satu penyebab
Kabupaten Bengkayang Nomor 7 Tahun 2014 terhambatnya tahap pengendalian ini. Pada
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dasarnya Pemerintah Kabupaten Bengkayang
Bengayang guna mendukung pengembangan mengizinkan kegiatan pemanfaatan pada objek
pariwisata yang berpotensial, namun dalam wisata Air Terjun Riam Pangar, namun masih
menjalankan perda tersebut khususnya untuk terkendala dengan status kawasan. Selain itu,
pengembangan ekowisata di kawasan Air pemerintah Kabupaten Bengkayang sendiri
Terjun Riam Pangar masih terkendala karena tidak pernah melakukan pengawasan secara
kawasan tersebut masuk ke dalam daerah aliran langsung kegiatan di kawasan Air Terjun Riam
sungai Taman Nasional Gunung Nyiut yang Pangar. Namun perlu disadari, bahwa adanya
dikelola oleh Kementrian Kehutanan. Pokdarwis yang mengelola kegiatan wisata
alam ini dapat membantu pemerintah dalam
Realisasi Pemanfaatan. pengendalian, agar tidak terjadi konflik yang
Pengelolaan objek wisata Air Terjun Riam timbul akibat penyelenggaraan ekowisata ini.
Pangar dikelola oleh Pokdarwis Mutiara
yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kekuatan, Kelemahan dan Peluang
dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Bengkayang Kawasan Air Terjun Riam Pangar
dalam memfasilitasi alat untuk arung jeram. sendiri tidak terlepas dari kelebihan maupun
Namun, pemeliharaan dan pengamanan kekurangan yang dipengaruhi berbagai faktor.
objek wisata sendiri masih dilakukan secara

33 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

Selain itu juga ada tantangan yang harus pengembangan ekowisata di daerah, (3)
diselesaikan dan peluang yang bisa ditangkap pengembangan ekowisata berpeluang
baik pemerintah, investor / pengelola maupun memberikan dampak positif terhadap
masyarakat sekitar. kelestarian, lingkungan, dan (4) pertumbuhan
ekonomi daerah dan pemberdayaan masyarakat
Kekuatan kawasan ekowisata juga mempunyai manfaat
Adapun kekuatan dari objek wisata Riam sebagai tempat kajian dan penelitian bidang
Pangar yaitu (1) terdapat potensi ekowisata Biologi, ekosistem perairan, ekosistem hutan
yang meliputi air terjun, sungai, dan bukit serta dan lingkungan
hutan, (2) kawasan air terjun, sungai, bukit
Dampak Pengembangan Ekowisata
dan hutan tersebut relatif masih sangat alami
sehingga mempunyai daya tarik yang tinggi Dampak pengembangan ekowisata di
dan memudahkan dalam penataan kawasan, (3) kawasan Air Terjun Riam Pangar dapat
Keaneka ragaman flora dan fauna yang terdapat bersifat positif maupun negatif terhadap
di hutan dan sungai, dan (4) terdapat kearifan perekonomian maupun sosial masyarakat
lokal yang mendukung aspek kelestarian di sekitar kawasan. Sedangkan menurut
lingkungan. (Lawrence, 1994) pembangunan berkelanjutan
hanya dapat dicapai jika dampak sosial dan
Kelemahan lingkungan seimbang dengan tujuan ekonomi
Kelemahan dari objek wisata Riam Pangar yang dharapkan. Pariwisata dalam hal ini, tidak
antara lain : (1) Keberadaan kawasan perkebunan adanya dampak (zero impact) sebagai akibat dari
yang cukup masif berpotensi mengganggu wisatawan berupa level pencapaian minimum
keseimbangan dalam pengembangan ekowisata, dari dampak negatif perlu direncanakan.
(2) ekosistem sungai dan hutan serta berpotensi Adapun dampak yang mempengaruhi
mengganggu siklus tata air, (3) Ketersediaan ekowisata Riam Pangar terdiri dari dampak
infrastruktur seperti jalan, jaringan listrik, sosial, dampak ekonomi dan dampak ekologi
air bersih yang belum memadai, (4) belum yang di jelaskan sebagai berikut:
adanya upaya optimal untuk melindungi
Dampak Sosial
kawasan potensial ekowisata melalui regulasi
dan pengawasan, (5) belum tersusunnya detail Perubahan sosial masyarakat di daerah
perencanaan yang menyeluruh baik jangka tujuan wisata terjadi sebagai wujud dari
pendek, menengah dan jangka panjang, dan dampak sosial yang timbul oleh kegiatan
(6) belum adanya promosi secara optimal ekowisata. Namun, perubahan tersebut tidak
guna menarik stakeholder, pemerintah pusat senantiasa menimbulkan dampak sosial
dan investor untuk berinvestasi pada sektor menyeluruh pada kehidupan masyarakat
ekowisata di Kabupaten Sanggau sekitar Riam Pangar. Dampak sosial yang
berdampak pada kesejahteraan masyarakat
Peluang terbagi menjadi dampak positif dan dampak
Sedangkan peluang yang dapat negatif bagi masyarakat sekitar. Dampak positif
dimanfaatkan oleh Riam Pangar yaitu : yaitu (1) adanya pemahaman antar budaya
(1) kebutuhan akan pariwisata khususnya luar dan di dalam, seperti adat Nyabank’ng
ekowisata semakin tinggi, baik wisatawan lokal di Dusun Segonde Kecamatan Tujuh Belas,
maupun wisatawan mancanegara, (2) adanya (2) peningkatan kerjasama masyarakat
peraturan dan perundangan yang mendukung sekitar dalam pengembangan ekowisata yang

JNP 34
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

terbentuk melalui Kelompok Sadar Mutiara, dapat terjadi yaitu (1) membuka lapangan
(3) organisasi Pokdarwis yang cenderung kerja bagi penduduk lokal di bidang pariwisata
mengarah pada manajemen modern, dengan seperti : tour guide, pelayan, tukang parkir,
pembagian tugas dalam pengembangan pengarah arung jeram, dan lain-lain, (2)
ekowisata yang jelas dan di komando oleh satu pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang
orang ketua yang dipercaya. Adat Nyabank’ng lebih baik demi kenyamanan para wisatawan
merupakan aktivitas upacara ritual adat (tradisi) yang juga secara langsung dan tidak langsung
ucapan syukur kepada leluhur (roh-roh nenek bisa dipergunakan oleh penduduk lokal pula
moyang) atas berkat hasil panen padi yang seperti : akses jalan dan lampu penerangan, (3)
telah dilakukan sebelumnya. Menurut dayak Mendorong masyarakat untuk berwiraswasta /
bakati, kegiatan ini untuk menghormati dan wirausaha, contoh : penyewaan fasilitas rafting,
memberi makan secara spiritual pada berbagai pemasok bahan makanan dan bunga ke area
pusaka peninggalan di rumah adat “ponggo”. objek wisata,dan lain-lain, (4) Meningkatkan
Menurut mereka pusaka di dalam rumah pendapatan masyarakat dan juga pendapatan
“ponggo” terdapat roh yang dapat menjaga pemerintah, (5) Memberikan keuntungan
keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat ekonomi kepada warung-warung yang dibuka
di daerah sekitar terutama dalam hal pangan. di sekitar objek wisata.
Hal ini diperkuat pendapatan sebagian besar Masyarakat di sekitar kawasan beranggapan
masyarakat di daerah Kecamatan Tujuh belas bahwa ± 30 % masyarakat disana masih berstatus
berasal dari sektor perkebunan dan pertanian mengganggur. Hal ini menjadi dampak
(BPS, 2017). Sedangkan dampak negatif yang menguntungkan bagi masyarakat sekitar yang
diperkirakan dapat terjadi yaitu (1) proses masih mengangggur karena pengembangan
alkuturasi budaya luar akibat wisatawan yang kawasan dapat menyerap lapangan pekerjaan.
berkunjung menyebabkan penyesuaian ritual Masyarakat dapat melakukan kegiatan
adat dengan lingkungan sekitarnya, (2) budaya perekonomian seperti menjual aneka souvenir
wisatawan baik domestik dan asing dalam unik khas Kabupaten Bengkayang ataupun objek
menjaga kebersihan dan minum-minuman wisata yang bersangkutan. Berdasarkan data
beralkohol dapat mempengaruhi psikologis yang terdapat dalam buku Profile Usaha Jasa
masyarakat sekitar yang sebagian besar hanya Pariwisata Disparekraf Kabupaten Bengkayang
lulusan SMP, dan (3) jika melihat data BPS Tahun 2015 jumlah wisatawan domestik yang
dari tahun 2014 – 2017, terjadi peningkatan datang ke Riam Pangar berjumlah 14637 orang
jumlah penduduk di Desa Pisak dari umur 25- sedangkan wisatawan asing / mancanegara
40 tahun sehingga memungkinkan terjadinya berjumlah 3 orang. Jumlah ini semakin
proses migrasi pendatang ke kawasan objek meningkat semenjak Riam Pangar dibuka pada
wisata. Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan Tahun 2013 dan rafting dijalankan pada tahun
Pokdarwis ini sebagian besar hanya lulusan SMP 2015. Kunjungan di ekowisata ini menarik
dan masih terdapat anak di bawah 18 tahun, tarif parkir 5000 / roda dua, dan 15000 / roda
dimana kondisi psikologis remaja di bawah 18 empat atau bis. Sedangkan untuk menikmati
tahun sangat rentan untuk dipengaruhi budaya- fasilitas arung jeram sebesar Rp. 200.000,- untuk
budaya luar. 4 sampai dengan 6 orang. Jika objek wisata ini
berkembang, pemerintah juga dapat menarik
Dampak Ekonomi pajak retribusi dari pihak pengelola sesuai
Adapun dampak ekonomi juga terbagi aturan yang berlaku sehingga mampu menjadi
menjadi dampak positif dan dampak negatif salah satu pendukung Pendapatan Asli Daerah
bagi masyarakat sekitar. Dampak positif yang setempat.

35 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

Selain itu dampak negatif juga dapat Dampak Ekologi


dirasakan masyarakat setempat yaitu (1)
bahaya ketergantungan yang sangat mendalam Menurut masyarakat sekitar, seluruh
terhadap ekowisata, (2) meningkatkan inflasi tanaman atau tumbuhan yang berada di sana
dan harga jual tanah menjadi mahal, (3) merupakan tanaman lokal. Lingkungan Riam
Meningkatkan impor barang dari luar negri, Pangar yang di kelilingi hutan, sungai, air terjun
terutama alat-alat teknologi modern yang dan perkebunan membuat asri lingkungan
digunakan untuk memberikan pelayanan sekitar. Adapun dampak ekologi yang
bermutu pada wisatawan dan juga biaya-biaya dirasakan masyarakat terbagi juga ke dampak
pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada, dan (4) positif dan negatif. Dampak negatif yang
terjadi ketimpangan daerah dan memburuknya dirasakan tersebut seperti halnya (1) Adanya
kesenjangan pendapatan antara beberapa pengembangan ekowisata di kawasan Riam
kelompok masyarakat. Pangar dapat berdampak pada area perkebunan
Peningkatan inflasi dan nilai lahan yang ataupun hutan yang ada di sekitar area objek
semakin tinggi akibat dari pengembangan wisata. Luas hutan ataupun perkebunan akan
ekowisata setempat, membuat masyarakat berkurang akibat adanya penebangan hutan
yang berada di sekitarnya akan kesulitan untuk dan areal perkebunan akibat pembangunan
membeli harga lahan di sana. Hal tersebut tempat penginapan, dan fasilitas-fasilitas
karena wisatawan ataupun orang yang berniat lainnya. (2) pengrusakan kelestarian alam di
untuk berinvestasi mampu membeli dengan sana akibat prilaku wisatawan domestik dan
harga yang lebih tinggi. Masyarakat sekitarpun mancanegara yang tidak bertanggung jawab
harus menguras uang lebih banyak untuk seperti buang sampah sembarangan. Selain
mendapatkan kebutuhannya. Sebenarnya itu terdapat juga dampak positif yang diambil
investasi dalam bidang ekowisata untuk Riam dari keanekaragaman tanaman lokal di daerah
Pangar cukup menguntungkan di kemudian sekitar objek wisata, yaitu dapat dijadikan
hari. Hal ini karena dapat mempercepat sebagai tempat untuk penelitian jenis-jenis
pembangunan di kawasan sekitarnya juga. tanaman lokal dan dapat dijadikan sumber
Namun investasi dalam bidang ini relatif pengetahuan bagi wisatawannya.
besar dan pengembalian modal relatif lambat
dibandingkan investasi lainnya. Hal ini juga PENUTUP
yang membuat setiap pengelola ataupun
investor kesulitan dalam mendapatkan Penelitian menunjukkan bahwa semakin
pinjaman untuk modal usaha. Pemerintah juga tinggi potensi yang ada dalam suatu kawasan
terkena dampak dari lambatnya pengembalian ekowisata akan sangat berdampak pada aktivitas
modal pada bidang ekowisata ini, karena sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Salah
alokasi anggaran yang sudah di keluarkan satu dampaknya yaitu penyerapan tenaga
untuk bidang pariwisata di Air Terjun Riam kerja. Setiap dampak yang ditimbulkan akan
Pangar belum sesuai dengan pendapatan yang saling terkait satu sama lain seperti halnya
di dapatkan per tahunnya. Selain itu, dari sisi keingintahuan wisatawan untuk mengenal lebih
pengendalian pemerintah terhadap objek wisata jauh tentang budaya di Kecamatan Riam Pangar,
dinilai masih kurang. Beberapa faktor juga dapat Daya tarik tersebut menambah rasa daya tarik
mempengaruhi seperti sumber daya manusia wisatawan untuk mengunjungi kawasan Riam
dan alokasi anggaran masih belum memadai. Pangar. Banyaknya kunjungan wisatawan
akan berdampak pula pada aktivitas ekonomi
bagi masyarakat sekitar. Selain itu, kunjungan

JNP 36
Pramushinta Arum Pynanjung dan Reny Rianti, Studi Kasus Kawasan Ekowisata Riam Pangar

wisatawan dari berbagai belahan dunia dapat masyarakat untuk saling menjaga kelestarian
berdampak pada tingkat kebersihan lingkungan alam sekaligus memanfaatkan potensi
sekitar. alam tersebut supaya lebih bermanfaat bagi
Penelitian ini memfokuskan pada konsep masyarakat sekitar.
pengembangan yang akan sangat berpengaruh Masyarakat di sekitar kawasan Riam
pada penilaian potensi kawasan ekowisata. Pangar sendiri sangat perlu untuk diberikan
Sedangkan peningkatan dari penilaian pendidikan, pemahaman, dan apresiasi
potensi ekowisata sendiri dapat menimbulkan terhadap budaya asing / wisatawan untuk
dampak yang lebih kompleks. Oleh karena itu meminimalisir dampak-dampak yang tidak di
diperlukan konsep pengembangan yang tepat inginkan terhadap masyarakat tersebut. Selain
untuk meminimalisir dampak-dampak yang itu, wisatawan baik dari domestik maupun
tidak inginkan bagi pengembangan ekowisata mancanegara perlu diberikan informasi
Kawasan Riam Pangar. yang komunikatif dan interaktif tentang
Adapun beberapa dampak yang dapat kawasan Riam Pangar secara menyeluruh
ditimbulkan akibat pengembangan kawasan termasuk budaya lokal, agar budaya yang
ekowisata tersebut sesuai dengan harapan yang telah ada dan dilestarikan dapat menjadi
dimaksud dalam UU No 10 Tahun 2009 yaitu; daya tarik tambahan untuk kawasan tersebut.
(1) meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Selanjutnya, Pemerintah, investor / pengelola
(2) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk
(3) menghapus kemiskinan, (4), mengatasi mengoptimalkan pengembangan kawasan Air
pengangguran, (5) melestarikan alam, Terjun Riam Pangar baik dari segi perencanaan,
lingkungan dan sumber daya, (6) memajukan pemanfaatan dan pengendalian objek wisata.
kebudayaan. Selain itu, perlu diperhatikan baik
pihak pemerintah masyarakat dan pengelola jika UCAPAN TERIMA KASIH
melihat beberapa pengalaman pengembangan
ekowisata sebelumnya, diperkirakan Segala puji dan syukur penulis panjatkan
pengembangan kawasan ekowisata Riam kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Pangar juga dapat berdampak pada tatanan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
budaya sekitar kawasan. Budaya yang dibawa penulisan karya ilmiah ini. Penulis tidak
oleh wisata domestik maupun wisatawan lupa mengucapkan terima kasih yang
mancanegara dapat beralkulturasi dengan sebesar-besarnya kepada Reny Rianti, S.Si
budaya setempat. Hal ini menjadi sangat penting selaku tim peneliti dan Badan Penelitian dan
dalam perencanaan pengembangan ekowisata Pengembangan Provinsi Kalimantan Barat yang
dengan tetap melindungi unsur-unsur memfasilitasi tim peneliti sehingga mendukung
budaya setempat. Penelitian ini melengkapi penulis dalam pembuatan karya ilmiah baik
penelitian sebelumnya yaitu penelitian tentang dalam bentuk materi maupun non-materi.
penilaian potensi Riam Pangar (Reny dan
Pramushinta , 2016). Namun di sisi lain, sedikit
DAFTAR PUSTAKA
bertentangan dengan penelitian Muhiddin,
2010 dimana kegiatan ekowisata bahari tidak Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
dipengaruhi kerjasama masyarakat. Penelitian (Bappeda) Kabupaten Bengkayang. 2016.
ini mempengaruhi dampak sosial di sekitar Rencana Pembangunan Jangka Menengah
kawasan sehingga terbentuk suatu kerja Daerah (RPJMD) Tahun 2016-2021.
sama yang tergabung dalam Kelompok Sadar Bengkayang : Bappeda.
Wisata. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran

37 JNP
Jurnal Nasional Pariwisata, Volume 10, Nomor 1, April 2018

Badan Pusat Statistik. (2014). Kecamatan Tujuh Kehidupan Sosial dan Ekonomi
Belas dalam Angka Tahun 2014 Masyarakat Sosial (Studi Kasus : Wisata
Badan Pusat Statistik. (2015). Kecamatan Tujuh Bahari Pulau Mansuar Kabupaten Raja
Belas dalam Angka Tahun 2015 Ampat). Bogor : IPB

Badan Pusat Statistik. (2016). Kecamatan Tujuh Rianti, Reny dan Pramushinta. (2016). Penilaian
Belas dalam Angka Tahun 2016 Potensi Ekowisata Riam Pangar di
Kabupaten Bengkayang. Borneo Akcaya
Badan Pusat Statistik. (2017). Kecamatan Tujuh
Vol. 4 No. 1-Juni 2017.
Belas dalam Angka Tahun 2017
Situmorang, Rince. (2014). Implementasi UU No.
Badan Pusat Statistik. (2017). Kabupaten
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Bengkayang dalam Angka Tahun 2017
Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam
Departemen Kehutanan (Direktorat Jenderal Melestarikan Objek Wisata (Studi Kasus
Perlindungan Hutan dan Konservasi Desa Tomok Kabupaten Samosir). Fisipol-
Alam). (2009). >S\gS[^c`\OO\ Kriteria Unimed
Dan Standar Penilaian Obyek Dan Daya
Soemardjan, Selo. (1974). Pariwisata dan
Tarik Wisata Alam (ODTWA) Di Kawasan
Kebudayaan. Prisma No. 1 1974
Hutan. Bogor : Departemen Kehutanan.
Sudarto, G. (1999). Ekowisata: Wahana
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi
(Disparekraf) Kabupaten Bengkayang.
Berkelanjutan, dan Pemberdayaan
(2015). Profile Usaha Jasa Pariwisata.
Masyarakat. Yayasan Kalpataru Bahari.
Bengkayang : Disparekraf.
Bekasi
Fandeli , C. (1993). Dasar – dasar Manajemen
Sukoco Heru Dwi. (1995). 7\b`]RcQbW]\ B] A]QWOZ
Kepariwisataan Alam. Yayasan Obor.
E]`Y >`OQbWQS. Bandung : PT. Remaja
Jakarta.
Rosdakarya
Goeldner, C., & Ritchie, J. R. (2003). B]c`Wa[
>`W\QW^ZSa >`OQWQSa O\R >VWZ]a]^VWSa <Se
8S`aSg(8]V\EWZSgA]\a Referensi lainnya:

Hartono, Hari. (1974). Perkembangan Pariwisata,


Kesempatan Kerja, dan Permasalahannya. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Prisma No. 1 1974. Kepariwisataan
Lawrence, K. (1994). Sustainable Tourism Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Development. Di dalam Munasinghe, Kesejahteraan Sosial
M dan McNeely, J. (ed.). >`]bSQbSR /`SO Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
3Q]\][WQa O\R >]ZWQg( :W\YW\U 1]\aS`dObW]\ 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
O\R AcabOW\OPZS 2SdSZ]^[S\b E]`ZR 0O\Y Pengembangan Ekowisata di Daerah
O\R E]`ZR 1]\aS`dObW]\ C\W]\ EOVW\Ub]\
21CA/( $! % 
Muhidin, Syarif. (1997). Pengantar Kesejateraan
Sosial. Cetakan ke-VII. Bandung.
Percetakan Mitra Anda
Tafalas, Muhiddin. (2010). Dampak
Pengembangan Ekowisata Terhadap

JNP 38

Anda mungkin juga menyukai