Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL

E-ISSN: XXXX-XXXX

Pengembangan Ekowisata Mangrove Di Desa Pengarengan


Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon
Nur Hasan1*, Muhamad Makmur2 Muhammad Fathan Sembada3, Refka Anelka
Yogatama4 , Faddly Putra Permana Adzrye5, Ananda Dwi Hartanto6, Lisa Ariyani
Agustin7
1) TeknikIndustri, 2,3,4) Teknik Informatika, 5)Pendidikan Matematika,6) Ilmu Al Qur’an serta Tafsir, 7)Manajemen,
Universitas Muhammadiyah Cirebon, Cirebon, Indonesia
*Corresponding author: nurhasan010801@gmail.com

Abstrak
Pengarengan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Desa ini
berada di jalur yang strategis karena dilalui secara langsung oleh jalur utama jalan raya Pantai Utara Jawa
(Pantura) serta terletak 1 km sebelah timur pintu Tol Kanci-Pejagan, serta menjadi salah satu bakal kawasan
industri di timur cirebon dan memiliki potensi daya tarik untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan destinasi
wisata. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Deskriptif-Kualitatif, yaitu satu
metode penelitan yang digunakan dalam mengumpulkan informasi tentang keadaan yang sedang berlangsung
pada saat itu. Adapun tahapan yang dilakukan yaitu wawancara langsung, observasi, tinjauan kebijakan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa Pengarengan dalam rangka pengembangan
Ekowisata Hutan Mangrove antara lain sebagai berikut: Penanaman Bibit, Pembuatan Papan Jalan Petunjuk
Arah ke Lokasi Wisata, Pembuatan Papan Edukasi Mangrove, Pembuatan Sosial Media untuk Informasi
Terkait Wisata Hutan Mangrove Desa Pengarengan. Pemerintah dan masyarakat memiliki peran penting
dalam upaya meningkatkan nilai ekonomi melalui penyediaan fasilitas, kualitas, dan pelayanan yang baik
guna menjamin keberlanjutan ekowisata mangrove.
Kata Kunci: Ekowisata Mangrove Pengarengan, Wisata Edukasi Mangrove

Abstract
Pengarengan is one of the villages in Pangenan District, Cirebon Regency. This village is on a strategic path
because it is traversed directly by the main route of the Java North Coast highway (Pantura) and is located 1
km east of the Kanci-Pejagan toll gate, and is one of the potential industrial areas in the east of Cirebon and
has the potential to attract tourism. developed into a tourist destination. The analytical method used in this
study is the descriptive-qualitative method, which is a research method used to collect information about the
current state of affairs. The stages carried out are direct interviews, observations, policy reviews. Community
service activities carried out in Pengarengan Village in the context of developing Mangrove Forest Ecotourism
include the following: Planting Seeds, Making Directional Signs to Tourist Locations, Making Mangrove
Education Boards, Making Social Media for Information Related to Mangrove Forest Tourism in Pengarengan
Village. The government and the community have an important role in efforts to increase economic value
through the provision of good facilities, quality, and services to ensure the sustainability of mangrove
ecotourism..
Keywords: Pengengan Mangrove Ecotourism, Mangrove Educational Tourism

History:
Received :
Revised :
Accepted :
Published :

1
1. PENDAHULUAN
Pengarengan merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon. Desa ini
berada di jalur yang strategis karena dilalui secara langsung oleh jalur utama jalan raya Pantai Utara Jawa
(Pantura) serta terletak 1 km sebelah timur pintu Tol Kanci-Pejagan, serta menjadi salah satu bakal kawasan
industri di timur cirebon.
Pariwisata merupakan salah satu industri penopang pendapatan nonmigas yang menghasilkan devisa.
Pendit (1990), pariwisata merupakan salah satu industri baru yang dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang pesat dalam hal penyediaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, taraf hidup serta menggairahkan
sektor-sektor produktif lainnya. Selain menghasilkan devisa, pariwisata juga berperan dalam bidang strategis
lainnya, seperti menciptakan serta memperluas lapangan kerja, mendorong perlindungan lingkungan,
mempromosikan pelestarian serta pengembangan budaya nasional, serta menumbuhkan cinta tanah air.

Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan yang bertanggung jawab di kawasan alami dan
berpetualang yang dapat menciptakan kawasan industri pariwisata (Yulinda, 2007). Ekowisata dapat menjadi
salah satu alternatif untuk memaksimalkan potensi dengan tetap memperhatikan keberlanjutan ekosistem dan
keaslian lanskap pesisir serta menciptakan kawasan yang bernilai ekonomi. Dalam menuju ekowisata,
dibutuhkan prinsip berbasis masyarakat agar dilibatkan dalam pengembangan, sehingga dapat meningkatkan
kepedulian terhadap aset alam yang dimiliki desa serta mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.

Kegiatan di objek-objek tersebut umumnya untuk relaksasi, bermain, belajar tentang budaya serta
peninggalan masa lalu, atau hanya untuk melihat panorama alam serta lingkungan. Ada banyak jenis kegiatan
hiburan, antara lain hiburan budaya, hiburan kesehatan, hiburan olahraga, hiburan sosial, hiburan belanja,
hiburan cagar alam, dll. Jenis hiburan tergantung pada tujuan orang yang bepergian. Mereka yang terlibat dalam
kegiatan rekreasi akan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan termasuk: mengidentifikasi tujuan rekreasi,
mempersiapkan keberangkatan, transportasi, akomodasi, serta tur berpemandu.

Oleh karena itu, kegiatan hiburan akan melibatkan berbagai perusahaan yang bergerak di bidang
transportasi, akomodasi, perusahaan makanan serta perusahaan jasa. Rekreasi alam dapat didefinisikan sebagai
suatu bentuk rekreasi serta pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alam serta potensi ekosistemnya, baik
dalam bentuk asli maupun buatan manusia. Sedangkan obyek wisata alam adalah alam beserta ekosistemnya
baik asli maupun buatan manusia yang mempunyai daya tarik untuk di lihat serta dikunjungi wisatawan.

Pengembangan objek wisata tidak serta merta harus ditujukan kepada wisatawan asing, tetapi
membutuhkan perhatian penuh dari wisatawan domestik. Sesuai dengan arah pengembangan pariwisata di
Indonesia, beberapa objek wisata telah dikembangkan dan beberapa objek telah dijajaki sebagai kawasan
pengembangan pariwisata baru. Oleh karena itu, pemerintah harus fokus pada perencanaan sesuai dengan
perkembangan pariwisata di Indonesia, dengan mengutamakan pemanfaatan ruang untuk mendukung
pengembangan objek wisata, baik itu wisata alam, wisata pantai/laut, dan wisata budaya. Sebagai negara tropis,
Indonesia memiliki potensi wisata yang besar sebagai destinasi wisata berupa keindahan alam.

Hutan mangrove merupakan penyangga kehidupan kawasan pesisir yang memberikan banyak manfaat
baik secara tidak langsung maupun secara langsung kepada kehidupan liar dan masyarakat sekitarnya. Fungsi
hutan mangrove sebagai pelindung lingkungan dari pengaruh pasang surut, arus, angin topan, dan gelombang,
penjaga pasokan air tawar, mengendalikan abrasi, mencegah intruisi air laut ke darat, kontrol terhadap banjir,
penjaga kestabilan resapan air tanah, dan mitigasi perubahan iklim secara mendadak. Fungsi biologi kawasan
mangrove sebagai penyedia keanekaragaman hayati, daerah asuhan, daerah mencari makan dan daerah
pemijahan beberapa spesies ikan dan udang, serta penyuplai unsur hara utama di pantai. Fungsi ekonomi,
sebagai sumber kayu kelas satu, bubur kayu, bahan kertas, chips, dan arang.
Nur Hasan et al.,

2. METODE
2.1. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Pengabdian ini dilakukan selama 1 bulan , yaitu dari 8 Agustus 2022 hingga 8 September 2022
bertempat di Desa Pengarengan Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon.

2.2. Jenis Sumber Data


2.2.1. Jenis Data
Data kuantitatif merupakan jenis data yang berupa angka atau numerik yang bisa diolah dengan
menggunakan metode perhitungan yang sederhana. meliputi data luas lokasi penelitian (Kawasan Wisata
Mangrove Tamo), luas penggunaan lahan, jumlah pengunjung, serta jumlah penduduk.
Data kualitatif merupakan jenis data yang tidak berupa angka tetapi berupa kondisi kualitatif objek dalam
ruang lingkup penelitian baik dalam bentuk uraian kalimat maupun penjelasan. yang meliputi data batas
serta ruang lingkup lokasi penelitian, jenis tanah, geologi, topografi, curah hujan, penggunaan lahan,
ketersediaan sarana serta prasarana.

2.2.2. Sumber Data


Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan berupa data yang
diperoleh dari masyarakat melalui wawancara serta observasi langsung di lapangan. Observasi ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi kualitatif obyek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi: (1) Kondisi fisik
kawasan, yang mencakup letak geografis, kondisi topografi, kelerengan, geologi serta hidrologi, (2) Pola
penggunaan lahan, mencakup pola penggunaan lahan pada kawasan pariwisata. (3) Aksesibilitas, mencakup
pola pergerakan, kemudahan ke lokasi serta kondisi jalan.
Data sekunder dengan observasi pada instansi terkait yaitu salah satu teknik penyaringan data melalui
instansi terkait mengenai objek yang akan di teliti serta sumber dari pemerintah daerah, Dinas pariwisata,
Kantor Statisitik, serta kantor Kecamatan, berupa laporan jumlah penduduk, peta serta luas lokasi,
topografi, jenis tanah, struktur batuan, curah hujan.

2.3. Metode Analisis


Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Deskriptif – Kualitatif, yaitu satu
metode penelitan yang digunakan dalam mengumpulkan informasi tentang keadaan yang sedang
berlangsung pada saat itu. Adapun tahapan yang dilakukan yaitu, wawancara langsung, observasi, tinjauan
kebijakan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Di sebelah utaranya, desa ini memiliki batas langsung dengan perairan Laut Jawa dengan panjang pantai ±6
km. Hal itu membuat sebagian penduduk ini berpotensi sebagai nelayan serta petani garam, meskipun ada
pula yang memilih untuk menjadi petani ataupun yang bergerak di bidang usaha lainnya. Luas wilayah
Desa Pangarengan yaitu 2.06 km² dengan tinggi dataran ±130m diatas permukaan laut serta termasuk dalam
daerah daratan rendah karena terletak di sekitar Pantai Utara Jawa serta jumlah penduduk 5030 jiwa dengan
kepadatan penduduk 2441.75 jiwa/km² (Profil Desa Pangarengan 2021).
Desa Pangarengan Kecamatan Pangenan berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Desa Japura Lor
Sebelah Barat : Desa Astanamukti
Sebelah Timur : Desa Rawaurip

Gambar 1. Peta Wilayah Kecamatan Pangenan.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di Desa Pengarengan dalam rangka
pengembangan Ekowisata Hutan Mangrove antara lain sebagai berikut :
1. Penanaman Bibit Mangrove

Pelaksanaan kegiatan penanaman mangrove dilakukan dengan teknik pembibitan dan penanaman dengan
menggunakan metode pengayaan. Pembibitan dilakukan dengan menanam seedling dalam polibag yang sudah
diisi tanah. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam bibit mangrove bervariasi mulai dari 1m x 1m, 2m x 2m,
hingga 2m x 5m.

Adapun penanaman mangrove yang telah dilaksanakan bertujuan untuk pemulihan ekosistem mangrove
di Pengarengan. Kegiatan ini nuga diharapkan dapat mengembalikan fungsi dan manfaat hutan mangrove baik
secara fisik, ekologis dan ekonomis. Dengan adanya kegiatan penanaman ini masyarakat diharapkan untuk ikut
serta dalam menjaga ekosistem mangrove di Pengarengan.
Nur Hasan et al.,

Gambar 2. Foto Bersama di Depan Tempat Pembibitan Mangrove

Gambar 3. Kegiatan Penanaman mangrove

2. Pembuatan Papan Jalan Petunjuk Arah ke Lokasi Wisata

Tempat wisata di Desa Pengarengan belum banyak orang ketahui karena kurangnya petunjuk arah
untuk ketempat tersebut, dengan adanya pembuatan papan penunjuk arah tempat wisata ini, diharapkan dapat
membantu masyarakat dan wisatawan untuk mengetahui tempat wisata di desa ini.

Gambar 4. Kegiatan Mendesain Papan Penunjuk Jalan


Gambar 5. Kegiatan Pembuatan Papan Penunjuk Jalan

Gambar 6. Kegiatan Pemasangan Papan Penunjuk Jalan


Nur Hasan et al.,

3. Pembuatan Papan Edukasi Mangrove

Pada kegiatan pengabdian ini dilakukan kegiatan pemasangan papan informasi jenis flora dan
fauna yang terdapat di Lokasi wisata mangrove, yang diharapkan dapat memberikan informasi, dan
menambah pengetahuan wisatawan terkait kondisi keanekeragaman hayati kawasan mangrove.

Gambar 7. Beberapa Contoh Jenis Fauna di Kawasan Wisata mangrove

Gambar 8. Beberapa Contoh Jenis Flora di Kawasan Wisata Mangrove

4. Pembuatan Sosial Media untuk Informasi Terkait Wisata Hutan Mangrove Desa
Pengarengan

Konsep promosi wisata menggunakan konsep AISAS yakni Attention, Interest, Search, Action dan Share.
Adapun strategi promosi wisata yang dikembangkan melalui konsep wisata hijau, mengadakan penyebaran
brosur dan promosi melalui social media, dengan nama akun @mangrove_pengarengan.
Gambar 9. Postingan Dari Akun Instagram mangrove_pengarengan

4. SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa kawasan mangrove


Pengarengan mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk dikembangkan sebagai destinasi
wisata mangrove di Kabupaten Cirebon. Di wisata mangrove Pengarengan sudah dilakukan
pengembangan yang dilakukan terkait potensi keanekaragaman alam dengan dilihat melalui
potensi keanekaragaman jenis tanaman yang ada di wisata, serta adanya berbagai jenis satwa
di tempat wisata . Namun untuk satwa yang ada di daerah daratan tidak terlalu banyak
sehingga tidak dapat dilihat dan dinikmati secara langsung semua jenis satwa yang ada di
lokasi wisata. Sarana dan Prasarana untuk menunjang wisata sudah mulai terbangun sedikit
demi sedikit dan dari hasil wawancara di lokasi bahwa kawasan tersebut sudah masuk dalam
program Dinas Pariwisata.

Saran

Dalam menjaga potensi wisata mangrove Pengarengan, perlu dilakukan upaya


konservasi mangrove guna keberlanjutan ekosistem mangrove di kawasan tersebut.
Pemerintah dan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan nilai
Nur Hasan et al.,

ekonomi melalui penyediaan fasilitas, kualitas, dan pelayanan yang baik guna menjamin
keberlanjutan ekowisata mangrove.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Rektor dan Ketua LPPM (Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Muhammadiyah Cirebon yang telah
memfasilitasi administrasi dan dana penelitian sehingga kegiatan ini bisa dilaksanakan
dengan baik.

Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Dewan Pembimbing Lapangan (DPL) yakni Dr.
Abdul Basit Atmimi M.Hum yang selalu mengawasi segala kegiatan dan juga memberi saran,
masukan, serta dukungan bagi kelancaran setiap kegiatan selama KKM ini berlangsung.

Selain itu juga kami ucapkan terimakasih kepada mitra pengabdian antara lain Pemerintah
Desa Pengarengan, Kelompok PESPA (Penggerak Wisata Pengarengan), dan seluruh
masyarakat Desa Pengarengan.
6. DAFTAR RUJUKAN

Ferli Hartati, Qurniati, R., Febryano, I. G., Duryat (2021). Nilai Ekonomi Ekowisata
Mangrove Di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung
Timur. Jurnal Belantara 4(1), 01-10.
Rajab, M. A., Oruh, S., Agustang, A. (2021). Persepsi Masyarakat Lokal Terhadap Ekowisata
Mangrove Kuri Caddi Desa Nisombalia Kabupaten Maros. Jurnal Media Pendidikan
dan Sosial Kemasyarakatan, 17(2), 166-172.
Riefani, M. K., Arsyad, M. (2019). Spesies Burung Di Kawasan Ekowisata Mangrof Pagatan
Besar, Kabupaten Tanah Laut, Indinesia. Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Lingkungan Lahan Basah, 4(1), 192-196.
Joandani, G. K., Pribadi, R., Suryono, C. A. (2019). Kajian Potensi Pengambangan
Ekowisata Sebagai Upaya Konservasi Mangrove Di Desa Pasar Banggi, Kabupaten
Rembang. Jurnal of Marine Research, 8(1), 117-126.
Pratiwi, M. W., Muhsoni, F. F. (2021). Analisis Kesesuaian Ekowisata Mangrove Di Desa
Taddan Kecamatan Camplong Kabupaten Sampang. Jurnal Ilmu Perikanan, 12(2),
105-115.
Nugroho, T. S., Fahrudin, A., Yulianda, F., Bengen, D. G. (2018). Analisis kesesuaian lahan
dan daya dukung ekowisata mangrove di Kawasan Mangrove Muara Kubu,
Kalimantan Barat. Jurnal of Natural Resources and Environmental Management,
9(2), 483-497.
Rusdiana, E. & Hardjati, S (2019), Pengembangan Destinasi Wisata Mangrove Wonorejo Di
Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, Jurnal Public Administration Journal, 1(1), 74-
85.
Nurhasanah, Erianto, Kartikawati, S. M. (2019). Pengembangan Potensi Ekowisata Berbasis
Masyarakat Di Hutan Mangrove Desa Malikian Kabupaten Mempawah. Jurnal Hutan
Lestari, 6(4), 826-836.
Latupapua, Y. T., Loppies, R., Fara, F. D. S. (2019). Analisa Kesesuaian Kawasan Mangrove
Sebagai Objek Daya Tarik Ekowisata Di Desa Siahoni, Kabupaten Buru Utara Timur,
Provinsi Maluku. Jurnal Sylva Lestari, 7(3), 267-276.
Sahnan, F., Salim, A., Jufriadi (2020). Pengembangan Kawasan Wisata Mangrove Tamo
Kelurahan Baurung Kabupaten Majene. Jurnal of Urban and Regional Spatial. 1(1).
021–029

Anda mungkin juga menyukai