Anda di halaman 1dari 114

1

PERENCANAAN LANSKAP
BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN
KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR

Oleh:
SEPTAMIA HALIDA
A34201025

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
SEPTAMIA HALIDA. Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan
Agrowisata di Desa-Desa Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur.
(Dibawah bimbingan ALINDA F.M. ZAIN dan SITI NURISJAH)
Desa Sukatani, Kecamatan Pacet dan Desa Sindangjaya, Kecamatan
Cipanas merupakan desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan
Agropolitan Cianjur, sebagai lokasi kawasan studi yang dikembangkan sebagai
kawasan agrowisata. Kawasan studi ini memiliki total luas wilayah 1.525,201
Ha dan terletak di sebelah Utara Kota Cianjur dengan jarak tempuh 23 km dari
ibukota kabupaten tersebut.
Metode yang digunakan dalam perencanaan kawasan ini adalah metode
Gold (1980) yang telah disesuaikan dengan tujuan perencanaan, dengan
pendekatan sumber daya alam pertanian yang dimiliki kawasan. Proses
perencanaan lanskap diawali dengan persiapan studi kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan potensi dan kendala dalam
pengembangan kawasan agrowisata. Konsep agrowisata ditentukan terlebih
dahulu untuk memudahkan serta mengarahkan pengambilan data.
Konsep dasar perencanaan kawasan adalah mengembangkan tapak sebagai
kawasan agrowisata berwawasan pendidikan pertanian dengan memaksimalkan
potensi komoditi serta alam pertanian dan pegunungan yang dimiliki kawasan
secara optimal. Studi perencanaan lanskap agrowisata bertujuan untuk
meningkatkan aktivitas wisata pertanian, meningkatkan wawasan pendidikan dan
apresiasi pertanian khususnya bagi wisatawan, melestarikan potensi alam
pertanian dan pegunungan serta meningkatkan kualitas lingkungan alamnya. Pada
akhirnya, pengembangan kawasan agrowisata diharapkan dapat menjadi alternatif
daerah tujuan wisata pada Kawasan Puncak serta sebagai alternatif sumber
pendapatan bagi masyarakatnya, baik dari produksi ataupun jasa.
Perencanaan kawasan studi diawali dengan mengidentifikasi dan
meruangkan potensi pertanian kawasan, penataan ruang-ruang tersebut,
mengembangkan aktivitas dan fasilitas yang memungkinkan dan selanjutnya
dihubungkan dengan jalur sirkulasi agrowisata. Konsep dasar kawasan
selanjutnya dikembangkan pada konsep ruang, konsep aktivitas dan fasilitas serta
konsep jalur agrowisata. Konsep ruang terbagi atas ruang utama agrowisata, ruang
pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Konsep aktivitas dibagi atas
aktivitas aktif dan pasif, berdasarkan keikutsertaan wisatawan dalam proses
pertanian, sedangkan konsep fasilitas adalah penyediaan fasilitas yang fungsional,
estetik, penempatan yang tepat, mudah pemeliharaan serta mendukung karakter
tapak sebagai kawasan agrowisata. Konsep sirkulasi di dalam kawasan adalah
meningkatkan kenyamanan baik bagi wisatawan ataupun masyarakat.
Data yang digunakan dalam studi perencanaan agrowisata berupa faktor
utama agrowisata, mencakup data letak, luas dan batas tapak, tata guna lahan,
topografi dan kelas kemiringan lahan, objek dan atraksi agrowisata serta
pariwisata sekitar tapak, aksesibilitas dan sistem transportasi, fasilitas agrowisata,
informasi dan promosi agrowisata serta aspek visual di dalam kawasan
agrowisata. Sedangkan faktor pendukung agrowisata mencakup aspek fisik berupa

iklim dan jenis tanah, serta aspek pengelolaan kawasan berupa pengelolaan
agrowisata dan rencana tata ruang wilayah.
Setelah melakukan analisa data baik secara deskriptif maupun spasial,
proses perencanaan dilanjutkan pada tahap sintesis yang menghasilkan block plan,
suatu rencana ruang yang diinginkan di dalam kawasan. Tahapan selanjutnya
berupa perencanaan lanskap kawasan agrowisata yang terdiri atas rencana tata
ruang, pengembangan aktivitas dan fasilitas, serta rencana jalur agrowisata.
Pada tahap perencanaan ruang kawasan agrowisata dihasilkan ruang utama
agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Ruang utama
agrowisata terdiri dari sub ruang atraksi agrowisata tanaman hias (2%), dengan
aktivitas pengamatan, ikut serta dalam aktivitas budidaya hingga berbelanja atau
sekedar jalan-jalan dan berfoto; sub ruang atraksi agrowisata tanaman sayuran
(47%), dengan aktivitas pengamatan, mengikuti aktivitas budidaya hingga
aktivitas pasif lainnya seperti jalan-jalan, beristirahat ataupun berfoto; sub ruang
atraksi agrowisata buah (2%) dengan aktivitas pengamatan, ikut serta dalam
aktivitas budidaya, hingga memetik sendiri buah yang akan dikonsumsi atau
dibawa pulang; agrowisata peternakan (1.5%) dengan aktivitas pengamatan,
mempelajari pola dan cara berternak serta mempelajari budidaya hewan ternak.
Wisatawan juga dapat secara langsung memberi makan hewan ternak ataupun
memerah susu.
Ruang pendukung agrowisata terdiri dari ruang penerimaan (0.5%), dengan
aktivitas memperoleh informasi dan tiket; ruang pelayanan (1.3%) dengan
aktivitas pendukung agrowisata seperti istirahat, makan dan minum, berbelanja,
memarkir kendaraan ataupun beribadah; ruang transisi (3%) dengan aktivitas
istirahat dan jalan santai; ruang masyarakat (11.7%) yang dapat memberikan
suasana pedesaan bagi wisatawan yang ingin bermalam di kawasan agrowisata,
sedangkan ruang penyangga (31%) sebagai fungsi penyangga kawasan terhadap
aktivitas agrowisata dengan aktivitas berorientasi pada alam, seperti nature trail,
viewing ataupun photohunting. Fasilitas yang disediakan pada masing- masing sub
ruang tersebut berdasarkan tujuan serta konsep yang diharapkan dan aktivitas
yang direncanakan.
Jalur sirkulasi di dalam kawasan dibagi menjadi jalur wisatawan dan jalur
masyarakat. Jalur wisatawan terbagi atas jalur primer yang ditujukan bagi
kendaraan wisata, baik kendaraan pribadi ataupun kendaraan wisata, jalur
sekunder bagi kendaraan sepeda dan jalur tersier bagi pejalan kaki. Sedangkan
jalur masyarakat terbagi atas jalur primer bagi kendaraan produksi dan kendaraan
umum, serta jalur sekunder bagi pejalan kaki. Pemisahan jalur ditujukan untuk
meningkatkan kenyamanan serta mengurangi konflik bagi masing-masing tujuan
tersebut.
Proses perencanaan lanskap menghasilkan alternatif rencana lanskap
(landscape plan) kawasan agrowisata dengan rencana perjalanan (touring plan)
untuk kegiatan agrowisata. Identifikasi potensi komoditi pertanian menghasilkan
diversifikasi sub ruang atraksi agrowisata dengan keragaman aktivitas yang dapat
memperpanjang waktu kunjung wisatawan, mengurangi kemonotan serta
meningkatkan pendapatan bagi masyarakatnya.
Studi perencanaan kawasan agrowisata merupakan perencanaan makro
dengan mengidentifikasi serta mengoptimalkan potensi ruang pertanian pada
kawasan, sehingga dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detil

terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan tersebut. Perencanaan kawasan


agrowisata sekaligus merupakan upaya pengembangan kawasan agropolitan
dengan memanfaatkan dan mengembangkan kondisi pertanian yang telah ada,
sehingga peningkatan karakter pedesaan dan pertanian serta meningkakan kualitas
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan. Perlu adanya
pengelola kawasan agrowisata dan kerjasama baik antara investor, pemerintah dan
pengelola kawasan agrowisata tersebut serta peran aktif masyarakat untuk
mewujudkan tujuan perencanaan yang diharapkan.

PERENCANAAN LANSKAP
BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN
KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh:
Septamia Halida
A34201025

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

Nama
NRP

: PERENCANAAN LANSKAP
BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN
KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR
: Septamia Halida
: A34201025

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Alinda F. Medrial Zain, Msi


MSLA
NIP. 131 967 244

Dr. Ir. Siti Nurisjah,


NIP. 130 516 290

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus : ............................

RIWAYAT HIDUP
SEPTAMIA HALIDA dilahirkan di Magelang pada tanggal 7
September 1983 dari ibu Tri Murti dan ayah Syafei Yakub. Penulis merupakan
putri keempat dari lima bersaudara.
Pendidikan diawali penulis pada Taman Kanak-Kanak Pertiwi Bandar
Lampung pada tahun 1989. Kemudian dilanjutkan pada SD Pahoman Tanjung
Karang, SD Negeri Cibeusi, Jatinangor dan lulus dari SD Negeri Magelang VI
pada tahun 1995. Pada tahun yang sama masuk di SMP Negeri I Magelang dan
lulus pada Tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis masuk di SMU Negeri 10
Bandung dan lulus pada tahun 2001.
Pada tahun yang sama pula penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB pada Program Studi Arsitektur Lanskap,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama perkuliahan, penulis
pernah menjadi asisten Mata Kuliah Perancangan Lanskap pada tahun ajaran
2003/2004 serta Tehnik Arsitektur Lanskap bagi Program Studi IPSL IPB
(program Diploma) pada tahun ajaran 2004/2005. Selain itu penulis pernah turut
serta sebagai surveyor pekerjaan pertamanan kantor Dinas Pendidikan Nasional,
surveyor penanaman rehabilitasi mangrove jalan Tol Soediyatmo, drafter taman
rumah serta drafter dan pelaksana taman sekolah SMUN 3 Depok.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Judul studi ini berjudul Perencanaan Lanskap bagi Pengembangan Agrowisata di
Desa-Desa Pusat Pertumbuhan Kawasan Agropolitan Cianjur dan disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Rasa terima kasih dan penghargaan tak terhingga penulis sampaikan kepada
ayah dan mama yang telah mencurahkan segala cinta, kasih sayang, doa dan
dukungannya. Selain itu terima kasih pula penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Ir. Alinda FM. Zain, Msi selaku dosen pembimbing skripsi I sekaligus
pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian, arahan,
bimbingan serta dukungan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan arahan serta
bimbingan selama penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan masukan berarti.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur serta Badan Penyuluh Pertanian
Desa Sindangjaya dan Sukatani atas segala kemudahan dalam perolehan
data.
5. Keluarga besar Bapak Haji Sobandi atas segala bantuannya selama di
Cianjur.
6. Kakak dan adikku tercinta: Bang Rinal, Mbak Tama dan Mas Johar, Mas
Rossi, Dian, Bang Arli serta seluruh keluarga atas cinta, kasih sayang, doa
dan seluruh dukungannya.
7. Rinrin Kodariyah atas persahabatan dan kebersamaan yang indah.
8. Aci, Dina, Inke, Doe, Muti, Liza, Fey (atas segala bantuan, persahabatan,
kebersamaan dan kenangan yang indah).
9. Gin gin Ginanjar, terima kasih banyak...

10. Pimpim, Icha, Davi, Kiki, (atas semangat dan segala dukungannya), Asti,
Nuning, Sandi (atas segala bantuannya) serta seluruh teman-teman
Lanskap 38: Juprie, Imam, Rika, Alun, Tata, Hijrah, Herry, Ani, Iffa,
Alma, Dian, Eno, Bessy, Ana, Angga, Rida, Katrin, Nina, Acil, Yayat,
mas Doko, atas kehangatan persahabatannya.
11. Keluarga Twin House: Rin2, Liza, mbak Esthi (terimakasih atas segala
bantuan, masukan, kritikan dan dukungannya), mbak Ena, Yutun, mbak
Rini, Bunda, Uni dan mbak Ocha atas kehangatan, semangad dan
keceriannya.
12. Yenot, Dwi, Wuri, Issue, Tanti dan Erna atas persahabatan yang indah.
13. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga studi ini dapat memberikan manfaat demi kelanjutan penelitian di
masa yang akan datang. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Bogor, Maret 2006

Penulis

10

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang............................................................................................. 1
Tujuan Studi ................................................................................................ 2
Kegunaan Studi............................................................................................ 2
Kerangka Pikir Perencanaan........................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
Agropolitan.................................................................................................. 4
Perencanaan
Pengertian Perencanaan...................................................................... 4
Perencanaan Lanskap ......................................................................... 4
Rekreasi
Pengertian Rekreasi............................................................................ 5
Sumberdaya Rekreasi ......................................................................... 5
Perencanaan Kawasan Rekreasi ......................................................... 6
Wisata
Pengertian Wisata............................................................................... 6
Sumberdaya Wisata ............................................................................ 7
Perencanaan Kawasan Wisata ............................................................ 7
Produk Wisata.............................................................................................. 7
Objek dan Atraksi Wisata .................................................................. 8
Pelayanan Wisata ............................................................................... 9
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ............................................... 9
Informasi Wisata ................................................................................ 9
Promosi Wisata .................................................................................. 10
Agrowisata
Pengertian Agrowisata ....................................................................... 10
Lanskap Agrowisata ........................................................................... 10
Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata ............................................ 11
Manfaat Agrowisata ........................................................................... 12
Aktivitas Agrowisata .......................................................................... 13
Fasilitas Agrowisata ........................................................................... 14
Perencanaan Agrowisata .................................................................... 14
Pengembangan Agrowisata ................................................................ 15
Pengelolaan Agrowisata ..................................................................... 16
METODOLOGI
Tempat dan Waktu....................................................................................... 18
Batasan Studi ............................................................................................... 19
Proses Perencanaan Lanskap ....................................................................... 19
Bentuk Hasil Studi ....................................................................................... 22

11

KONSEP PERENCANAAN DAN PENGEMBANGANNYA


Konsep Perencanaan Total .......................................................................... 23
Pengembangan Konsep
Konsep Ruang .................................................................................... 23
Konsep Aktivitas dan Fasilitas ........................................................... 25
Konsep Jalur Agrowisata ................................................................... 26
DATA DAN ANALISIS
Faktor Utama Agrowisata
Letak, Luas dan Batas tapak............................................................... 28
Tata Guna Lahan ................................................................................ 29
Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Tapak .................................. 32
Objek dan Atraksi Agrowisata ........................................................... 36
. Pariwisata Sekitar Tapak .......................................................... 42
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi ............................................... 47
Fasilitas Wisata .................................................................................. 51
Informasi dan Promosi Wisata ........................................................... 53
View . .................................................................................................. 55
Faktor Pendukung Agrowisata
Aspek Fisik
Iklim dan Kenyamanan............................................................. 57
Jenis Tanah ............................................................................... 58
Aspek Pengelolaan Kawasan Agrowisata
Pengelola Kawasan Agrowisata ............................................... 59
Rencana Tata Ruang Wilayah .................................................. 61
SINTESIS ............................................................................................................. 63
PERENCANAAN LANSKAP
Rencana Ruang ............................................................................................ 69
Rencana Aktivitas dan Fasilitas................................................................... 75
Rencana Jalur Agrowisata ........................................................................... 82
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan...................................................................................................... 93
Saran ............................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 95
LAMPIRAN .......................................................................................................... 97

12

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Jenis, Bentuk dan Sumber Data ...................................................................... 20
2. Analisis Pola Pemanfaatan Lahan pada kawasan agrowisata ......................... 31
3. Kriteria Kesesuaian Lahan menurut Keppres No. 32 tahun 1990................... 35
4. Potensi Eksisting Objek dan Atraksi Kawasan Agrowisata............................ 41
5. Analisis Objek dan Atraksi Wisata Kawasan Agrowisata .............................. 43
6. Analisis Pengembangan Aktivitas Agrowisata ............................................... 44
7. Objek Wisata disekitar Kawasan Agrowisata ................................................. 45
8. Analisis Jalan pada Kawasan Agrowisata....................................................... 49
9. Analisis Fasilitas Wisata Kawasan Agrowisata .............................................. 52
10. Analisis Informasi Kawasan Agrowisata ........................................................ 54
11. Analisis Jenis Tanah pada Kawasan Agrowisata ............................................ 59
12. Arahan Rencana Peruntukan Ruang berdasar Kepres No. 79 tahun 1985 ...... 61
13. Aspek Data, Permasalahan dan Solusi pada Kawasan Agrowisata ................ 64
14. Ruang, Aktivitas dan Fasilitas agrowisata ...................................................... 86
15. Paket Agrowisata Satu Hari ............................................................................ 90
16. Paket Agrowisata Dua Hari............................................................................. 92

xi

13

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir Perencanaan ........................................................................... 3
2. Peta Orientasi Lokasi Studi ............................................................................. 18
3. Proses Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata ....................................... 19
4. Diagram Konsep Ruang Kawasan Agrowisata ............................................... 24
5. Diagram Konsep Aktivitas Agrowisata .......................................................... 25
6. Diagram Konsep Jalur Agrowisata ................................................................. 26
7. Peta Lokasi Studi ............................................................................................ 28
8. Peta Tata Guna Lahan Kawasan Agrowisata .................................................. 30
9. Peta Topografi Kawasan Agrowisata............................................................... 33
10. Peta Kelas Kemiringan Lahan Kawasan Agrowisata ..................................... 34
11. Peta Eksisting Lokasi Sub Ruang Agrowisata ................................................ 37
12. Ruang Display dab Budidaya Tanaman Hias ................................................ 38
13. Aktivitas Agrowisata Tanaman Sayuran......................................................... 32
14. Potensi Agrowisata Peternakan....................................................................... 41
15. Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur ................................................................. 46
16. Peta Aksesibilitas Kawaan agrowisata............................................................ 48
17. Jenis Kendaraan dan Pengguna Jalan pada Tapak .......................................... 50
18. Penggunaan Elemen Tanaman di dalam Tapak .............................................. 51
19. Fasilitas Agrowisata pada Sub Ruang Agrowisata Sayuran ........................... 52
20. Fasilitas Informasi pada Kawasan Agrowisata ............................................... 54
21. Potensi Visual Pendukung Konsep Agrowisata .............................................. 56
22. Sampah dan Sistem Drainase pada Tapak ...................................................... 57
23. Peta Tanah Kawasan Agrowisata.................................................................... 58
24. Struktur Organisasi Unit Pengelola Agropolitan ............................................ 60
25. Block Plan Kawasan Agrowisata .................................................................... 68
26. Ilustrasi Pola Ruang Display Agrowisata Tanaman Hias ............................... 70
27. Ilustrasi Sub Ruang Kebun Sayuran ............................................................... 71
28. Ilustrasi Sub Ruang Kebun Buah .................................................................... 71
29. Ilustrasi Sub Ruang Padang Penggembalaan .................................................. 72
30. Ilustrasi Ruang Penerimaan Kawasan Agrowisata ......................................... 73
xii

14

31. Ilustrasi Ruang Pelayanan Kawasan Agrowisata ............................................ 74


32. Ilustrasi Pemukiman dan Aktivitas Pertanian sebagai Ruang Transisi ........... 74
33. Ilustrasi Aktivitas Berbelanja pada Agrowisata Tanaman Hias...................... 76
34. Ilustrasi Aktivitas Pengamatan Agrowisata Tanaman Sayuran ...................... 77
35. Ilustrasi Aktivitas Agrowisata Buah ............................................................... 77
36. Ilustrasi Aktivitas Memerah Susu Sapi ........................................................... 78
37. Ilustrasi Gerbang Penanda Kawasan, Loket Tiket serta Informasi Kawasan
Agrowisata ...................................................................................................... 79
38. Ilustrasi Papan Penunjuk Arah dan Informasi................................................. 79
39. Ilustrasi Saung sebagai Fasilitas Istirahat bagi Wisatawan............................. 80
40. Ilustrasi Aktivitas pada Ruang Transisi .......................................................... 81
41. Potongan Jalur Primer dan Sekunder Wisatawan ........................................... 82
42. Ilustrasi Tempat Pemberhentian Kendaraan ................................................... 83
43. Rencana Lanskap Kawasan Agrowisata ......................................................... 85
44. Touring Plan Kawasan Agrowisata ................................................................ 89

xiii

15

LAMPIRAN
Halaman
1. Kondisi Iklim Kawasan Agrowisata tahun 2000-2004 ..................................... 98
2. Grafik Kondisi Iklim Kawasan Agrowisata tahun 2000-2004.......................... 99
3. Sifat Tanah pada Kawasan Agrowisata ...........................................................100

xiv

16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Proses pembangunan di berbagai wilayah di Indonesia saat ini telah
menimbulkan kesenjangan antara kawasan perkotaan dan pedesaan serta
menimbulkan pemiskinan di pedesaan. Ketimpangan pembangunan wilayah
terjadi antara kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dengan
wilayah perdesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang tertinggal (Rustiadi dan
Hadi 2004). Proses urbanisasi yang tidak terkendali semakin mendesak
produktivitas pertanian. Pengembangan kawasan agropolitan me njadi alternatif
pembangunan pedesaan melalui keterkaitan pembangunan kota-desa. Agropolitan
merupakan suatu model pembangunan yang mengendalikan desentralisasi,
mengandalkan pembangunan infrastruktur setara kota di wilayah pedesaan
sehingga mendorong urbanisasi dalam arti positif (Rustiadi dan Hadi 2004).
Pembangunan kawasan pedesaan yang terintegrasi di dalam sistem perkotaan
diupayakan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pedesaan tersebut.
Aktivitas utama yang dibangun berbasis pertanian, yaitu budidaya, pengolahan
dan pemasaran hingga aktivitas pendukungnya antara lain wisata bebasis
pertanian yang juga dikenal sebagai agrowisata.
Sesuai dengan visi Kabupaten Cianjur untuk mewujudkan Kabupaten
Cianjur sebagai salah satu pusat agribisnis dan pariwisata andalan Jawa Barat di
era otonomi, mendorong Kecamatan Pacet dan Cipanas berkembang sebagai
kawasan agropolitan di Kabupaten Cianjur. Beberapa faktor lain yang mendorong
Kecamatan ini sebagai kawasan inti agropolitan adalah karena letaknya yang
strategis, memiliki lebih dari 50% penduduk yang bermata pencaharian dari sektor
pertanian, memiliki komoditas unggulan hortikultura dan tanaman hias serta
adanya pusat kegiatan pariwisata (Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Cianjur
2003).
Berdasarkan SK Bupati Nomor 521.3 Kep.175-Pc2002 Desa Sukatani yang
terletak di Kecamatan Pacet dan Desa Sindangjaya di Kecamatan Cipanas
ditetapkan sebagai desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan
agropolitan. Kedua desa ini memiliki potensi pertanian dan alam pegunungan
yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Objek agrowisata yang

17

terdapat di kedua desa ini dikembangkan dengan memanfaatkan usaha pertanian


milik masyarakat sebagai objek wisata. Sumberdaya alam kedua desa berpotensi
bagi pengembangan berbagai jenis komoditas sayuran dataran tinggi dan tanaman
hias yang bernilai komersial, juga didukung oleh kedekatan geografis terhadap
sentra-sentra konsumen di kota padat penduduk khususnya Kota Jakarta.
Konsep agrowisata diharapkan mampu mengembangkan potensi serta
meningkatkan aktivitas wisata berbasis pertanian melalui suatu kegiatan
perencanaan lanskap agrowisata. Agrowisata diartikan sebagai rangkaian aktivitas
perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian
mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan
bentuk dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman
dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001). Pemandangan alam pegunungan
dan pertanian, beberapa komoditas tanaman hortikultura unggulan dan peternakan
serta berbagai fasilitas wisata yang telah ada menjadi potensi bagi tapak untuk
dikembangkan sebagai kawasan agrowisata. Didukung oleh sirkulasi dan atraksi
agrowisata, kegiatan agrowisata dapat menjadi alternatif kegiatan wisata yang
menyenangkan serta meningkatkan nilai edukasi, disamping memberikan
alternatif tambahan pendapatan bagi masyarakatnya.
Tujuan Studi
Studi ini bertujuan untuk membuat rencana lanskap bagi pengembangan
agrowisata melalui proses identifikasi potensi ruang pada kawasan serta
penataannya, pengembangan aktivitas dan fasilitas yang dihubungkan dengan
jaringan sirkulasi, sehingga secara fungsional berdaya guna dan secara estetis
memiliki nilai keindahan.
Kegunaan Studi
Hasil studi ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan
pikiran dan alternatif perencanaan lanskap bagi pengembangan agrowisata di
kawasan agropolitan Cianjur serta memberikan wawasan bagi perencana lanskap
secara umum.
Kerangka Pikir Perencanaan
Desa-desa inti pusat rintisan pengembangan kawasan agropolitan memiliki
pola pemanfaatan lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan

18

agrowisata. Konsep agrowisata berwawasan pengetahuan dan pendidikan


merupakan upaya pengembangan kawasan eksisting bagi peningkatan kehidupan
masyarakat petani dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pertanian dan
lingkungan sekitarnya secara optimal, juga untuk meningkatkan apresiasi serta
kecintaan

masyarakat

Optimalisasi

tapak

khusunya
sebagai

pengunjung

kawasan

terhadap

agrowisata

dunia

pertanian.

dilakukan

dengan

mengintegrasikan faktor utama agrowisata serta faktor pendukung agrowisata


pada tapak.
Analisis terhadap faktor-faktor tersebut kemudian diterjemahkan dalam
zona dan sirkulasi agrowisata berdasarkan ragam aktivitas wisata yang akan
dikembangkan. Berdasarkan zona dan sirkulasi yang terbentuk serta penyediaan
fasilitas wisata akan menghasilkan rencana lanskap agrowisata sebagai hasil akhir
kegiatan perencanaan lanskap agrowisata pada Kawasan Agropolitan Cianjur.
Kerangka Pikir studi terdapat pada Gambar 1.

Desa-desa
Pusat
Pertumbuhan

Tata Guna Lahan Kawasan


Agropolitan

Hutan

Lahan
Pertanian

Pemukiman

Konsep Agrowisata

Faktor Utama Agrowisata


Faktor Pendukung Agrowisata

Usulan
Kawasan
Agrowisata

Aktivitas
Wisata
Zona Wisata
Sirkulasi

Wisata

Fasilitas
Wisata

Rencana Lanskap Agrowisata


Gambar 1 Kerangka Pikir Perencanaan

TINJAUAN PUSTAKA
Agropolitan
Berdasarkan Undang-Undang No. 24/1992 tentang penataan ruang
menyebutkan bahwa kawasan pedesaan merupakan kawasan fungsional dengan
ciri kegiatan utama adalah sektor pertanian. Konsep agropolitan merupakan
pembangunan wilayah pedesaan dengan tetap bertumpu pada pengembangan
sektor pertanian sebagai sektor andalan dengan introduksi dan peningkatan
teknologi pertanian termasuk menarik kegiatan agro processing, sehingga nilai
tambah lebih banyak dinikmati di wilayah pedesaan tersebut. Pembangunan
agropolitan

menekankan

kepada

pengembangan

ekonomi

yang

berbasis

sumberdaya lokal dan diusahakan dengan melibatkan sebesar mungkin


masyarakat pedesaan itu sendiri (Rustiadi dan Hadi 2004). Pengembangan
Kawasan Agropolitan merupakan pembangunan ekonomi berbasis pertanian di
kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan mensinergikan
berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan dan
terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh
Pemerintah (Suwandi 2004). Hastuti (2001) mengemukakan aktivitas yang
dibangun di dalam kawasan agropolitan ini adalah berbasis pertanian yaitu
budidaya, pengolahan dan pemasaran hingga kepada aktivitas agrowisata.

Perencanaan
Pengertian Perencanaan
Perencanaan bermaksud untuk memberi batasan tentang tujuan yang hendak
dicapai dan menentukan cara-cara mencapai tujuan yang dimaksudkan.
Perencanaan merupakan predeterminasi dari tujuan-tujuan yang bersifat produktif
secara sistematis dengan menggunakan alat-alat, metode dan prosedur yang perlu
untuk mencapai tujuan (Yoeti 1997).
Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap merupakan salah satu bentuk produk utama dalam
kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap merupakan suatu bentuk
kegiatan penataan berbasis lahan, melalui kegiatan pemecahan masalah yang

29

dijumpai serta merupakan proses pengambilan keputusan berjangka panjang guna


mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetik dan
lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Kegiatan merencana lanskap
merupakan suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah
suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata (Nurisjah 2004).
Perencanaan lanskap adalah salah satu tahapan penting guna mendapatkan
suatu rancangan lanskap yang fungsional, estetik dan lestari. Pada awalnya,
perencanaan lanskap dimulai dengan memperhatikan, menafsirkan dan menjawab
kepentingan kebutuhan manusia serta mengakomodasikan berbagai kepentingan
ini ke produk atau lahan yang direncanakan, seperti antara lain untuk
mengkreasikan dan merencanakan secara fisik berbagai bentuk pelayanan,
fasilitas dan berbagai bentuk pemanfaatan sumberdaya tersedia lainnya.

Rekreasi
Pengertian Rekreasi
Rekreasi

merupakan

aktivitas

penggunaan

waktu

luang

yang

menyenangkan, yang dapat dilakukan di dalam atau di luar ruangan. Selain


menyenangkan, aktivitas ini juga dapat memperkaya, memperluas dan
mengembangkan kemampuan seseorang untuk sesuatu yang baru dan lebih
memuaskan. Aktivitas rekreasi dapat berbentuk rekreasi fisik berupa olahraga atau
berjalan-jalan serta rekreasi psikis yang melibatkan pikiran, perasaan dan
kenyamanan (Nurisjah 2004). Laurie (1986) menyatakan, rekreasi menurut
kegiatannya dapat dibedakan menjadi rekreasi aktif dan rekreasi pasif. Rekreasi
pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan
keletihan fisik setelah bekerja keras, sehingga rekreasi ini hanya sedikit
membutuhkan energi. Sedangkan rekreasi aktif merupakan rekreasi yang
dilakukan untuk hiburan, memerlukan tantangan dan dibutuhkan banyak energi.
Sumberdaya Rekreasi
Menurut Gold (1980), sumberdaya rekreasi merupakan kekuatan lahan
untuk menampung segala kegiatan rekreasi yang berlangsung di atasnya,
merupakan kesatuan ruang yang mengandung elemen ruang yang dapat menarik
minat pengunjung dan memenuhi kegiatan rekreasi. Ketersediaan sumberdaya

30

untuk rekreasi adalah jumlah dan kualitas sumberdaya yang tersedia di tempat
rekreasi yang dapat digunakan pada waktu tertentu.
Perencanaan Kawasan Rekreasi
Merencanakan suatu lanskap bagi kawasan rekreasi alam merupakan suatu
proses penyesuaian program rekreasi yang sesuai dan terbaik dengan suatu
sumberdaya lanskap tersedia terutama untuk menjaga keindahan alami atau
panoramik dan keunikan yang dimilikinya serta juga untuk kelestarian
ekosistemnya, terutama ekosistem yang langka dan unik (Nurisjah 2004).
Perencanaan kawasan rekreasi merupakan proses yang menghubungkan
antara sumberdaya rekreasi dengan kebutuhan manusia untuk berekreasi tanpa
mengakibatkan kerusakan (Gold 1980). Tujuan umum dari perencanaan kawasan
rekreasi

adalah

untuk

memaksimalkan

kesejahteraan

manusia

dengan

menciptakan lingkungan yang lebih baik, sehat, menyenangkan serta menarik.


Pendekatan yang dapat dipakai dalam perencanaan rekreasi adalah sebagai
berikut: 1) Pendekatan sumberdaya alam, merupakan pendekatan yang
mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya, untuk menentukan bentuk
serta kemungkinan aktivitas rekreasi. Pendekatan ini menekankan pada supply
daripada demand serta meminimalisasi kepentingan sosial. 2) Pendekatan
aktivitas, suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan bentuk rekreasi
berdasarkan aktivitas pengguna dengan tujuan agar kepuasan pengguna dapat
tercapai, 3) Pendekatan ekonomi, sumberdaya ekonomi dari suatu masyarakat
digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi dari kawasan rekreasi, 4)
Pendekatan tingkah laku, suatu pendekatan yang digunakan untuk menentukan
bentuk rekreasi berdasarkan kebiasaan atau tingkah laku manusia dalam
mempergunakan waktu singgahnya.

Wisata
Pengertian Wisata
Wisata merupakan rangkaian kegiatan yang terkait dengan pergerakan
manusia yang melakukan perjalanan dan persinggahan sementara dari tempat
tinggalnya ke satu atau beberapa tempat tujuan di luar dari lingkungan tempat
tinggalnya, yang didorong oleh berbagai keperluan dan tanpa bermaksud untuk

31

mencari nafkah tetap (Nurisjah 2004). Perjalanan wisata menurut Suwantoro


(1997) merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih
dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat
ingin mengetahui sesuatu, dapat juga karena kepentingan yang berhubungan
dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, keagamaan dan keperluan lainnya.
Wisata merupakan perjalan seseorang untuk sementara waktu ke suatu tujuan di
luar tempat bekerja dan tempat tinggalnya, serta melakukan suatu aktivitas di
tempat tujuan tersebut dengan menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (Mathieson dan Wall dalam Gunn 1993).
Sumberdaya Wisata
Sumberdaya wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik bagi pengunjung, diantaranya adalah sebagai
berikut: 1) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta yang dalam
istilah wisata disebut dengan natural amenities seperti iklim, bentuk tanah dan
pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna serta pusat-pusat kesehatan yang
termasuk dalam kelompok ini. 2) Hasil ciptaan manusia antara lain benda-benda
yang memiliki nilai sejarah, keagaman dan kebudayaan, 3) Tata cara hidup
masyarakat setempat.
Perencanaan Kawasan Wisata
Merencanakan suatu kawasan wisata merupakan upaya untuk menata suatu
areal pendukung kegiatan wisata yang akan dikembangkan sehingga kerusakan
lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan (Nurisjah 2004).
Menurut Gunn (1993), untuk mengembangkan suatu kawasan wisata faktor-faktor
yang harus diperhatikan adalah adanya objek dan atraksi wisata, pelayanan wisata,
transportasi pendukung, informasi kawasan serta promosi.

Produk Wisata
Produk pariwisata atau wisata merupakan susunan produk yang terdiri dari
campuran atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan. Produk ini
merupakan bahan baku bagi perencana dan penyelenggara perjalanan wisata untuk
menyusun paket wisata yang selanjutnya ditawarkan atau dipasarkan kepada calon
wisatawan.

Produk wisata adalah satu paket atau kemasan yang terdiri dari

32

komponen barang-barang berwujud dan tidak berwujud yang dapat digunakan


untuk beraktivitas di daerah tujuan wisata dan paket ini akan dilihat atau
disaksikan oleh wisatawan sebagai suatu pengalaman yang dapat dibeli dengan
harga tertentu (Yoeti 2003). Menurut pengertian tersebut terdapat lima komponen
utama dalam total produk wisata yaitu daya tarik daerah tujuan wisata, fasilitas
dan pelayanan, aksesibilitas, image dan persepsi daerah tujuan wisata serta harga
atau biaya untuk perjalanan wisata.
Objek dan Atraksi Wisata
Menurut Nurisjah (2004), objek wisata merupakan andalan utama bagi
pengembangan kawasan wisata, dan didefinisikan sebagai suatu keadan alam dan
perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat
yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Sedangkan atraksi wisata
diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang
secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di suatu
kawasan wisata. Daya tarik wisata atau objek wisata merupakan potensi yang
menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah tujuan wisata (Suwantoro
1997). Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumber
daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya
aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau
spesifikasi yang bersifat langka, sarana dan prasarana penunjang untuk melayani
para wisatawan yang hadir, serta memiliki daya tarik yang tinggi terhadap
keindahan alamnya ataupun nilai khusus suatu objek buah karya manusia pada
masa lampau.
Berdasarkan Yoeti (1997), atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat
dilihat atau disaksikan melalui suatu pertunjukkan (shows) yang khusus
diselenggarakan untuk para wisatawan. Sedangkan objek wisata dapat dilihat atau
disaksikan tanpa membayar. Dalam atraksi wisata untuk menyaksikannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu, sedangkan objek wisata dapat dilihat tanpa
dipersiapkan terlebih dahulu. Objek dan segala atraksi wisata yang diperlihatkan
merupakan daya tarik utama, mengapa seseorang datang berkunjung ke suatu
tempat dan keasliannya harus dipertahankan, sehingga wisatawan hanya dapat
melihat dan menyaksikan objek serta atraksi wisata hanya di tempat tersebut.

33

Objek wisata khususnya agrowisata tidak hanya terbatas kepada objek dengan
skala hamparan yang luas seperti areal perkebunan, namun juga skala kecil yang
karena keunikannya dapat menjadi objek wisata yang menarik.
Pelayanan Wisata
Objek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan
cara melengkapi kebutuhan prasarana dan sarananya (Tirtawinata dan Fachruddin
1999). Fasilitas pelayaan didirikan di lokasi yang tepat dan strategis sehingga
dapat berfungsi sacara maksimal.

Kehadiran wisatawan ditentukan oleh

kemudahan yang diciptakan termasuk ketersediaan fasilitas pelayanan wisata


(Deptan 2003). Fasilitas dan pelayanan wisata merupakan semua fasilitas yang
fungsinya memenuhi kebutuhan wisatawan yang tinggal untuk sementara waktu di
daerah tujuan wisata yang dikunjunginya, dimana mereka dapat santai menikmati
dan berpartisipasi dalam kegiatan yang tersedia di daerah tujuan wisata tersebut
(Yoeti 2003).
Aksesibilitas dan Sistem Transportasi
Aksesibilitas menuju daerah tujuan wisata merupakan pembentuk produk
industri wisata (Yoeti 1997). Aksesibilitas merupakan unsur-unsur kemudahan
yang disediakan bagi wisatawan saat berkunjung. Transportasi merupakan
komponen yang sangat penting di dalam sistem kepariwisataan. Di dalam
perencanaan pengembangan pariwisata, berbagai model perjalanan bagi
pergerakan manusia sepanjang perjalanan sangat penting untuk dipertimbangkan
untuk mengurangi berbagai perselisihan yang mungkin terjadi (Gunn 1993).
Informasi Wisata
Informasi berfungsi untuk membantu pengunjung untuk memahami dan
menikmati atraksi yang ditawarkan. Informasi perlu disediakan agar wisatawan
dapat mengetahui segala sesuatu mengenai daerah wisata yang dikunjunginya
(Yoeti 1997). Informasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui
leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media dalam bentuk iklan atau media
audiovisual serta penyediaan informasi pada tempat publik seperti hotel, restoran,
bandara dan lainnya. Kerjasama antara objek wisata dengan biro perjalanan,
perhotelan dan jasa angkutan sangat berperan dalam pengembangan objek wisata
(Deptan 2003).

34

Promosi Wisata
Menurt Yoeti (1997), promosi perlu dilakukan agar mencapai sasaran
seperti

makin

banyaknya

wisatawan

yang

datang

dan

lebih

banyak

membelanjakan uangnya. Salah satu metode promosi yang dinilai efektif dalam
mempromosikan objek wisata khususnya agrowisata adalah metoda tasting, yaitu
memberi kesempatan kepada calon wisatawan untuk datang dan menentukan
pilihan konsumsi dan menikmati produk tanpa pengawasan berlebihan sehingga
wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan
promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya (Deptan 2003).

Agrowisata
Pengertian Agrowisata
Agrowisata atau wisata pertanian di definisikan sebagai rangkaian aktivitas
perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian
mulai dari awal sampai dengan produk pertanian dalam berbagai sistem, skala dan
bentuk dengan tujuan untuk memperluas pegetahuan, pemahaman, pengalaman
dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001). Menurut Arifin (1992),
agrowisata merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di
kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya meliputi persiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dengan
bentuk siap dipasarkan dan bahkan wisatawan dapat membeli produk pertanian
tersebut sebagai oleh-oleh.
Lanskap Agrowisata
Lanskap agrowisata merupakan lanskap pertanian berupa lahan pertanian
dan pengolahan hasil pertanian yang telah dimodifikasi oleh tangan-tangan
manusia untuk kepentingan ekonomi dan rekreasi serta memanfaatkan
pemandangan lanskap alaminya dengan meminimalkan perusakan lingkungan
yang terjadi. Pemandangan lanskap alami tersebut dapat berupa kebun, taman
koleksi, taman bunga, ladang, sawah, pekarangan, peternakan, danau, laut dan
pegunungan.
Lanskap pertanian dapat berupa tanaman yang sedang tumbuh, bungabungaan, rerumputan yang mampu menarik perhatian manusia. Lanskap pertanian

35

mempunyai bentuk yang cantik karena adanya lahan yang dapat ditanami berbagai
pepohonan, rerumputan, tanaman pangan dan kolam-kolam kecil (Gabriel dalam
Priyatna 1992). Pemandangan yang terlihat dari suatu lanskap pertanian atau
kebun, pada umumnya terdiri atas tanaman hortikultura, hutan, bangunan
pertanian, rumah kaca, kandang ternak dan komplek budidaya ikan (Smigielski
dalam Priyatna 1992).
Ruang Lingkup dan Potensi Agrowisata
Titawinata dan Fachruddin (1999) menyatakan, ruang lingkup dan potensi
agrowisata yang dapat dikembangkan dapat berupa: a) Kebun Raya. Daya tarik
yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora, keindahan
pemandangan serta kesegaran udara yang memberikan kenyamanan, b)
Perkebunan. Daya tarik yang ditawarkan berupa daya tarik historis dari
perkebunan tersebut, pemandangan dan udara segar, cara tradisional dalam pola
tanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya serta perkembangan teknik
pengelolaan yang ada, c) Tanaman Pangan dan Hortikultura. Berbagai proses
kegiatan mulai dari prapanen, pascapanen berupa pengolahan hasil, sampai
kegiatan pemasarannya dapat dijadikan objek agrowisata, d) Perikanan. Kegiatan
wisata yang dikembangkan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai
proses pascapanen.
Sedangkan ruang lingkup dan potensi agrowisata tanaman hortikultura dan
peternakan menurut Team Menteri Rakornas Wisata Agro pada tahun 1992 dalam
Nurdiana (2004) adalah sebagai berikut: 1) Tanaman Hortikultura. Daya tarik
tanaman hortikultura sebagai sumberdaya agrowisata antara lain sebagai berikut:
a) Bunga-bungaan: nilai kekhasan sebagai bunga Indonesia, cara pemeliharaan
yang masih tradisional, seni keindaha bunga seperti merangkai bunga, pameran
bunga, taman bunga dan sebagainya. b) Buah-buahan: kebun buah-buahan pada
umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan alam sekitar
yang indah, memperkenalkan asal kota khas buah tersebut, cara tradisional
pemetikan buah, pengelolaan buah serta budidaya buah. c) Sayuran: kebun
sayuran pada umumnya di desa atau pegunungan dan mempunyai pemandangan
alam sekitar yang indah, cara tradisional pemeliharaan dan pemetikan sayuran,
teknik pengelolaan serta budidaya sayuran. Lingkup kegiatan usaha tani tanaman

36

hortikultura ini terdiri dari berbagai proses kegiatan pra panen, pasca panen atau
pengelolaan hasil sampai pemasarannya. 2) Peternakan. Daya tarik peternakan
sebagi sumberdaya agrowisata antara lain pola peternakan yang ada, cara
tradisional dalam peternakan, teknik pengelolaan dan budidaya hewan ternak.
Sedangkan ruang lingkup agrowisata peternakan meliputi: a) Pra produksi:
pembibitan ternak, pabrik pakan ternak. b) Kegiatan produksi: usaha peternakan
unggas, ternak perah, ternak potong. c) Pasca produksi: pasca panen susu, daging
telur, kulit. d) Kegiatan lain: penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu
itik dan sebaginya.
Manfaat Agrowisata
Pengembangan

aktivitas

agrowisata

secara

tidak

langsung

akan

meningkatkan persepsi positif petani serta masyarakat sekitarnya akan arti


pentingnya pelestarian sumber daya lahan pertanian. Pengembangan agrowisata
pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat
menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau
mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat. Selain itu, pengembangan
kegiatan agrowisata dapat melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi
lokal dan meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi wisata
(Subowo 2002).
Agrowisata bukan semata merupakan usaha atau bisnis yang menjual jasa
bagi pemenuhan kebutuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara
segar, namun juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, media
pendidikan bagi masyarakat, memberikan signal bagi peluang pengembangan
diversifikasi produk agribisnis (Deptan 2003).
Menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999), agrowisata memberikan
beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Meningkatkan konservasi lingkungan,
melalui kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekosistem, fungsi hidrologis
untuk menahan cadangan air serta pelestarian sumber plasma nutfah tanaman
budidaya, 2) Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, melalui topografi,
jenis flora dan fauna, warna dan aritektur bangunan yang tersusun dalam suatu
tata ruang yang serasi dengan alam. 3) Memberikan nilai rekreasi, melalui
penyediaan fasilitas penunjang serta aktivitas yang dapat menimbulkan

37

kegembiraan

di

tengah

alam,

4)

Meningkatkan

kegiatan

ilmiah

dan

pengembangan ilmu pengetahuan, melalui sarana penelitian, informasi tentang


pembibitan, budidaya sampai pemeliharaannya, serta 5) Mendapatkan keuntungan
ekonomi baik bagi daerah maupun masyarakat.
Aktivitas Agrowisata
Menurut Nurisyah (2001), agrowisata merupakan penggabungan antara
aktivitas wisata dengan aktivitas pertanian. Aktivitas wisata merupakan kegiatan
berjalan-jalan keluar dari ruang dan lingkup pekerjaannya sambil menikmati
pemandangan atau hal-hal lain yang tidak terkait dengan pekerjaan yang dimiliki
wisatawan. Aktivitas pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas,
merupakan seluruh aktivitas untuk kelangsungan hidup manusia yang terkait
dengan pemanenan energi matahari dari tingkat primitif (pemburu dan
pengumpul) sampai model pertanian yang canggih (kultur jaringan) antara lain
adalah aktivitas pertanian lahan kering, sawah, lahan palawija, perkebunan,
kehutanan, pekarangan, tegalan, ladang dan sebagainya. Dalam kegiatan
agrowisata

wisatawan

diajak

berjalan-jalan

untuk

menikmati

dan

mengapresiasikan kegiatan pertanian dan kekhasan serta keindahan alam


binaannya sehingga daya apresiasi dan kesadaran untuk semakin mencintai
budaya dan melestarikan alam semakin meningkat.
Aktivitas agrowisata merupakan aktivitas wisata rekreasi alam dan ruang
terbuka, baik secara pasif maupun aktif. Keragaman kegiatan rekreasi merupakan
hal utama dalam menghidupkan kawasan agrowisata agar tetap dikunjungi oleh
wisatawan secara berkesinambungan (Arifin 2001). Aneka aktivitas agrowisata
dirancang untuk menyajikan aneka aktivitas rekreasi fisik, sosial, kognitif maupun
rekreasi lingkungan alam. Rekreasi fisik merupakan kegiatan utama di tengah
kawasan agrowisata, misalnya melakukan kegiatan pengolahan tanah, penanaman,
pemanenan, memerah susu sapi hingga kegiatan olah raga. Rekreasi sosial dengan
mengadakan interaksi sosial antara wisatawan dengan masyarakat, seperti
kegiatan penjualan hasil pertanian. Rekreasi kognitif sebagai kegiatan rekreasi
yang berhubungan dengan budaya, pendidikan dan kreativitas estetika. Rekreasi
lingkungan alam merupakan kegiatan rekreasi yang berhubungan langsung
dengan lingkungan alam.

38

Agrowisata di daerah pertanian tanaman hortikultura dapat dikembangkan di


kawasan yang memang sejak semula telah menjadi sentra produksi tanaman
hortikultura (Arifin 2004). Aktivitas yang dikembangkan dapat berupa kunjungan
ke kebun buah-buahan, tanaman sayuran ataupun tanaman hias. Keindahan
hamparan kebun, proses produksi serta sekaligus terlibat dalam pemanenan,
pengemasan dan wisatawan langsung dapat menikmati kelezatan rasa buahnya
merupakan suatu pengalaman yang mengesankan. Sedangkan agrowisata di
daerah peternakan dapat mengembangkan aktivitas yang memperlihatkan cara
beternak baik secara tradisional ataupun modern bagi ternak unggas, sapi perah,
sapi potong dan lainnya serta proses pasca panen merupakan hal yang menarik
yang dapat dinikmati wisatawan.
Fasilitas Agrowisata
Penyediaan fasilitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan
pertama dilakukan dengan memanfaatkan semua objek, baik prasarana dan sarana
lingkungan yang masih berfungsi baik dan melakukan perbaikan bila diperlukan.
Pendekatan kedua yakni membangun prasarana dan sarana yang masih dianggap
kurang.
Sarana dan prasarana dalam agrowisata dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu, fasilitas objek, fasilitas pelayanan dan fasilitas pendukung. Menurut Suyitno
(2001), fasilitas objek dapat bersifat alami, buatan manusia atau perpaduan
keduanya. Fasilitas objek dapat berupa lahan dan produk pertanian serta kegiatan
petani, mulai dari budidaya sampai pasca panen. Fasilitas pelayanan menurut
Tirtawinata dan Fachruddin (1999) dan Suyitno (2001) meliputi pintu gerbang,
tempat parkir, pusat informai, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata,
toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko cinderamata, restoran, tempat istirahat
dan pramuwisata. Sedangkan yang termasuk ke dalam fasilitas pendukung
menurut Tirtawinata dan Fachruddin (1999) dan Yoeti (1996) adalah jalan menuju
lokasi, komunikasi dan promosi, keamanan, sistem perbankan dan pelayanan
kesehatan.
Perencanaan Agrowisata
Di dalam perencanaan agrowisata, terdapat beberapa prinsip yang harus
dipegang sebagai berikut (Tirtawinata dan Fachruddin 1999): 1) Sesuai dengan

39

rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, 2) Dibuat secara


lengkap tetapi sesederhana mungkin, 3) Mempertimbangkan tata lingkungan dan
kondisi sosial masyarakat di sekitarnya, 4) Selaras dengan sumber daya alam,
sumber tenaga kerja, sumber dana, dan teknik-teknik yang ada, 5) Perlu evaluasi
sesuai dengan perkembangan yang ada. Langkah awal dalam perencanaan
kawasan agrowisata adalah menentukan daerah yang memenuhi kriteria yang
sesuai dengan tujuan, kemudian menggali potensi yang dapat dikembangkan serta
menyusun

langkah-langkah

yang

perlu

dilakukan

untuk

pendirian

dan

pengembangannya.
Pengembangan Agrowisata
Berdasarkan Departemen Parpostel dalam Nurisjah (2001), terdapat tiga
alternatif pemilihan lokasi pengembangan agrowisata yaitu: 1) Memilih daerah
yang mempunyai potensi agrowisata dengan masyarakat tetap bertahan dalam
kehidupan tradisional berdasarkan nilai-nilai kehidupannya. Model alternatif ini
dapat ditemui di daerah terpencil dan jauh dari lalu lintas ekonomi luar. 2)
Memilih suatu tempat yang dipandang strategis dari segi geografis pariwisata
tetapi tidak mempunyai potensi agrowisata sama sekali. Pada daerah ini akan
dibuat

agrowisata

buatan.

3)

Memilih

daerah

yang

masyarakatnya

memperlihatkan unsur-unsur tata hidup tradisional dan memiliki pola kehidupan


pertanian secara luas termasuk berdagang dan lain-lain serta berada tidak jauh dari
lalu lintas wisata yang cukup padat. Identifikasi suatu wilayah pertanian yang
akan dijadikan obyek agrowisata perlu dipertimbangkan secara matang.
Kemudahan mencapai lokasi, karakteristik alam, sentra produksi pertanian dan
adanya kegiatan agroindustri merupakan faktor yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan (Tirtawinata dan Fachruddin 1999).
Menurut pendapat E. Salim (dalam Nurisjah 2001) tiga hal yang harus
diketahui dan diperhatikan dalam pengembangan kawasan agrowisata sebagai
berikut: 1) Agrowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang didasarkan pada
keaslian agro-ekosistem, 2) Mengembangkan aktivitas agrowisata harus bersendi
pada riset alamiah, 3) Agrowisata merupakan suatu pemandangan alamiah yang
bertumpu pada bentuk lanskap regional. Dua azas yang harus diakomodasikan
pada aktivitas dan pengembangannya adalah: a) Azas manfaat; penyelenggaraan

40

program agrowisata dapat memberikan manfaat politik, ekonomi, sosial budaya


maupun lingkungan, b) Azas pelestarian; penyelenggaraan program agrowisata
diarahkan berperan guna meningkatkan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.
Menurut
dikembangkan

Nurisjah
dengan

(2001),

kawasan

menggunakan

lima

agrowisata
konsep

dapat

sebagai

ditata
berikut:

dan
1)

Mengakomodasikan kepentingan dan keinginan serta kepuasan wisatawan, 2)


Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan wilayah yang terkait dengan
kegiatan agrowisata yang akan dikembangkan, 3) Melestarikan budaya pertanian
tradisional dan juga lingkungan alaminya 4) Diarahkan untuk suatu kegiatan
rekonstruksi dan penataan suatu kawasan sebagai suatu aset budaya pertanian
wilayah 5) Sebagai sarana introduksi dan pasar dari teknologi dan produk
pertanian unggulan daerah.
Pengelolaan Agrowisata
Berdasarkan Tirtawinata dan Fachruddin (1999), terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan agrowisata sebagai berikut: 1) Pengelolaan
objek yang ditawarkan. Pengelola harus mengerti apa yang ditonjolkan serta
kekhasan objek, sehingga wisatawan mendapat kesan mendalam dan tidak mudah
terlupakan, 2) Pengelolaan pengunjung, berkaitan dengan: a) Konsep menarik
pengunjung. Segmen pasar yang akan diraih perlu diperhitungkan dalam
perencanaan agrowisata. Motivasi wisatawan melakukan perjalanan wisata untuk
mencari perbedaan yang ada pada lingkungannya perlu diperhatikan sehingga
kesan monoton dapat dihindari. Peningkatan mutu pengelolaan untuk menghindari
kejenuhan wisatawan dapat dilakukan dengan memperbanyak ragam jenis paket
acara yang ditawarkan, menambah koleksi tanaman atau hewan yang ada atau
merubah penataan. b) Tata tertib bagi pengunjung. Pengklasifikasian wisatawan
berdasarkan motivasinya dapat dilakukan untuk mempermudah dalam pengaturan.
Macam motivasi wisatawan dapat berupa rekreasi biasa, yaitu kunjungan yang
bertujuan untuk melepas lelah atau bersantai. Widya wisata merupakan kunjungan
singkat yang bertujuan untuk berwisata dan mempelajari objek yang ada, serta
penelitian berupa kunjungan dengan tujuan untuk meneliti suatu objek. Objek
agrowisata dengan areal yang sangat luas memerlukan peraturan yang lebih

41

khusus untuk mengendalikan pengunjung. Sistem pengawasan dapat dilakukan


dengan membuat peraturan bagi pengunjung yang akan mengelilingi objek. 3)
Pengelolaan fasilitas pendukung. Kelengkapan kebutuhan prasarana dan sarana
memberikan kemudahan bagi wisatawan. 4) Keamanan, bertujuan untuk
melindungi objek dan fasilitas serta keselamatan pengunjung. 5) Pengelolaan
Kelembagaan. Tiga komponen yang cukup menentukan dalam pengembangan
usaha agrowisata adalah pemerintah, dalam me mberikan pembinaan dan
penyuluhan yang dapat mendorong pengembangan objek agrowisata, pengusaha
sebagai lembaga pengelola untuk mengembangkan objek agrowisata lebih lanjut,
serta pihak pelaksana profesional untuk menangani masalah teknis di lapang.

42

METODOLOGI
Tempat dan Waktu
Studi perencanaan dilakukan di desa-desa inti pusat rintisan pengembangan
kawasan agropolitan Cianjur, yaitu Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas dan
Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, yang dikembangkan sebagai kawasan
agrowisata. Lokasi studi ini terletak di sebelah Utara Kota Cianjur, dengan jarak
tempuh 23 km dari ibu kota Kabupaten tersebut.

N
W

E
S

TANPA SKALA

KABUPATEN CIANJUR

Gambar 2 Peta Orientasi Lokasi Studi

Proses pengambilan data pada kegiatan studi ini diawali pada bulan Februari
2005 sampai dengan Juni 2005 dan dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan
laporan.

43

Batasan Studi
Studi ini dibatasi sampai dengan hasil atau produk arsitektur lanskap
berbentuk rencana lanskap (landscape plan) berbasis kegiatan agrowisata.
Proses Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap untuk kawasan agrowisata ini dilakukan dengan
pendekatan sumberdaya alam pertanian, dengan metode Gold (1980) yang
disesuaikan dengan tujuan studi.
Persiapan
Merupakan tahap awal proses perencanaan dengan melakukan perumusan
masalah, penetapan tujuan studi serta pembuatan usulan dan perijinan studi.
Konsep
Merupakan tahapan perumusan konsep dasar berdasarkan potensi alam yang
dimiliki oleh kawasan studi serta gambaran serta informasi umum yang telah
diperoleh. Penentuan konsep dilakukan terlebih dahulu untuk memudahkan serta
mengarahkan pengambilan data.

Konsep

Persiapan
Studi

Pengumpulan
Data

Usulan
dan
perijinan
studi

Faktor Utama
Agrowisata: Letak, luas
dan batas tapak, Tata Guna
Lahan, Topografi dan
Kemiringan Tapak, Objek
dan Atraksi Agrowisata
serta Pariwisata sekitar
tapak, Aksesibilitas dan
Sistem Transportasi,
Fasilitas Agrow isata,
Informasi dan Promosi
Agrow isata, View.
Faktor Pendukung
Agrowisata
Aspek Fisik: Iklim, Jenis
tanah. Aspek Pengelolaan
Kawasan: Pengelolaan,
Rencana Tata Ruang
Wilayah .

Analisis

Sintesis

Potensi dan
kendala pengembangan
agrowisata

Block Plan

Perencanaan
Lanskap

Rencana
Lanskap
Agrowisata

Gambar 3 Proses perencanaan lanskap kawasan agrowisata

44

Pengumpulan Data
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan
objek agrowisata berdasarkan konsep serta tujuan yang ingin dicapai, berupa data
primer dan sekunder mencakup faktor utama dan pendukung agrowisata.
Tabel 1 Jenis, Bentuk dan Sumber Data
Kelompok dan Jenis Data
A. Faktor Utama Agrowisata
1. Letak, Luas dan Batas Tapak

Bentuk
Data
Primer,
Sekunder.

2. Tata Guna Lahan

Primer,
Sekunder.

3. Ketinggian. Topografi dan


Kemiringan Tapak

Primer,
Sekunder.

4. Atraksi Agrowisata dan


Pariwisata di Sekitar Tapak

Primer,
Sekunder.

5. Aksesibilitas dan Sistem


Transportasi

Primer,
Sekunder.

6. Fasilitas Agrowisata

Primer,
Sekunder.

7. Informasi dan Promosi Agrowisata

Primer,
Sekunder.

8. View
B. Aspek Pendukung Agrowisata
1. Aspek Fisik
a. Iklim
b. Jenis tanah

2. Aspek Pengelolaan Kawasan


a. Pengelolaan Kawasan
Agrowisata
b. Rencana Tata Ruang Wilayah

Primer.

Primer,
Sekunder.
Primer,
Sekunder.
Primer,
Sekunder.
Primer,
Sekunder.

Cara
Pengambilan
Data
Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka
Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey lapang

Sumber Data

Tapak,
Kecamatan,
Pustaka.
Tapak, Pustaka,
Pengelola.
Tapak,
Bakosurtanal.
Pengelola,
Pustaka, Dinas
Pariwisata
Kabupaten
Cianjur.
Tapak, Pustaka.
Tapak, Pustaka
Pengelola,
Pustaka.
Tapak.

Survey
lapang, Studi
Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka.

Tapak,
Balitbiogen
Cianjur.
Tapak, Balittan
Bogor.

Survey
lapang,
Wawancara,
Studi Pustaka.
Survey
lapang, Studi
Pustaka.

Tapak, Pengelola,
Pustaka.
Tapak, Bappeda
Cianjur.

45

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah survei lapang berupa
pengamatan dan pengambilan foto, studi pustaka berkaitan dengan persyaratan
dan pengembangan konsep serta wawancara. Pada metode wawancara ini
responden dipilih dengan menggunakan metode pengambilan sampel dengan
tujuan tertentu (purposive sampling).
Pengembangan Konsep
Merupakan tahapan pengembangan konsep dasar yang dilakukan setelah
informasi lengkap didapat. Potensi alam pertanian serta peluang agrowisata yang
telah ada pada tapak dikembangkan melalui konsep pengembangan ruang, jalur
agrowisata serta konsep pengembangan aktivitas dan fasilitas pendukung kegiatan
agrowisata.
Analisis
Berdasarkan data serta informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan
analisis deskriptif berupa analisis data yang digambarkan secara tertulis terhadap
seluruh faktor utama dan pendukung agrowisata, serta analisis spasial atau analisa
ruang atau bentang alam di dalam kawasan agrowisata sehingga dapat dengan
mudah di overlay. Analisis spasial dilakukan pada beberapa faktor utama
agrowisata berupa tata guna lahan, ketinggian, topografi dan kemiringan tanah,
potensi objek dan atraksi agrowisata eksisting serta aksesibilitas eksisting
kawasan. Analisis dikaitkan dengan konsep perencanaan pengembangan
agrowisata serta tujuan yang ingin dicapai sehingga menghasilkan solusi arsitektur
lanskap terhadap potensi dan permasalahan yang dijumpai pada tapak.
Sintesis
Solusi arsitektur lanskap yang diperoleh melalui proses analisis selanjutnya
diterjemahkan ke dalam rencana ruang di dalam tapak berupa suatu model block
plan atau rencana ruang yang diinginkan pada kawasan agrowisata.
Perencanaan Lanskap
Pada tahap ini, model block plan yang telah diperoleh selanjutnya
dikembangkan kepada rencana ruang agrowisata, aktivitas dan fasilitas pendukung
kegiatan agrowisata serta rencana jalur agrowisata baik bagi wisatawan maupun
masyarakat. Pengembangan ini diterjemahkan ke dalam rencana lanskap

46

(landscape plan) yang dikembangkan dengan penyusunan touring plan berupa


rencana perjalanan di dalam kawasan agrowisata.

Bentuk Hasil Studi


Hasil studi berupa suatu perencanaan lanskap kawasan agrowisata yang
mencakup:
1. Laporan tertulis
1.1. Deskripsi rencana ruang kawasan agrowisata.
1.2. Deskripsi rencana pengembangan aktivitas dan fasilitas pendukung
agrowisata.
1.3. Deskripsi rencana jalur sirkulasi agrowisata.
2. Laporan Grafis
Rencana lanskap kawasan agrowisata terdiri atas block plan, landscape
plan, touring plan serta ilustrasi aktivitas dan fasilitas pendukung
agrowisata.

47

KONSEP PERENCANAAN
DAN PENGEMBANGANNYA
Konsep Perencanaan Total
Studi perencanaan lanskap agrowisata bertujuan untuk mengoptimalkan
potensi sumberdaya alam pertanian pada tapak bagi pengembangan agrowisata.
Konsep dasar pengembangan kawasan ini adalah menciptakan kawasan
agrowisata berwawasan pendidikan pertanian, sebagai upaya peningkatan
pengetahuan

di

bidang

pertanian

yang

dilakukan

dengan

cara

yang

menyenangkan.
Keikutsertaan wisatawan dalam mengenal komoditi dan turut serta secara
aktif dalam proses pertanian maupun aktivitas pasif yang dikembangkan selain
memberikan pengalaman menarik dan menyenangkan juga meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman bertani. Aktivitas agrowisata diharapkan dapat
menimbulkan apresiasi serta kecintaan terhadap dunia pertanian dan pada
akhirnya dapat menjadi alternatif tambahan pendapatan bagi masyarakatnya.
Komoditas utama yang dikembangkan pada kawasan agrowisata ini adalah
tanaman hortikultura serta peternakan yang telah terstruktur dengan baik berupa
kawasan agropolitan.

Pengembangan Konsep
Konsep Ruang
Konsep ruang dikembangkan berdasarkan potensi pertanian yang terdapat
pada kawasan serta memperhatikan kebutuhan ruang wisata bagi pengembangan
agrowisata. Ruang yang dikembangkan terbagi atas tiga ruang tujuan wisata, yaitu
ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga.
Konsep ruang agrowisata terlihat pada Gambar 4.
Ruang Utama Agrowisata, merupakan ruang tempat berlangsungnya
aktivitas agrowisata. Ruang ini adalah ruang yang memanfaatkan serta
mengembangkan potensi sumberdaya alam berupa komoditas pertanian dan
pegunungan pada tapak sebagai objek yang dapat dinikmati, serta ruang atraksi
agrowisata bagi wisatawan untuk turut serta dalam melakukan aktivitas pertanian.

48

Ruang Penyangga

Ruang Utama Agrowisata

Ruang Pendukung Agrowisata

Ruang Penerimaan

Gambar 4 Diagram konsep ruang kawasan agrowisata


Ruang Pendukung Agrowisata, merupakan ruang yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada wisatawan atas kelengkapan, kemudahan dan
kenyamanan terhadap aktivitas agrowisata, serta mendukung konsep agrowisata
yang diharapkan.
a. Ruang Penerimaan
Merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai wisatawan ketika memasuki
kawasan agrowisata. Sebagai welcome area, ruang ini berfungsi memberikan
identitas atau ciri khusus bagi kawasan agrowisata serta memberikan fungsi
informasi bagi wisatawan sehingga dapat menarik minat wisatawan.
b. Ruang Pelayanan
Merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan bagi wisatawan
berupa fasilitas umum ataupun jasa. Ruang ini terdapat memusat pada suatu
lokasi yang dapat dengan mudah dicapai oleh wisatawan sebelum memasuki
ruang utama agrowisata serta pada titik-titik tertentu dalam tapak sebagai rest
area.
c. Ruang Transisi
Merupakan ruang persiapan di dalam kawasan menuju ruang utama agrowisata
berupa good view dalam tapak, serta sebagai penunjang aktivitas agrowisata
pasif yang direncanakan di dalam kawasan.
d. Ruang Masyarakat
Merupakan ruang kehidupan masyarakat pertanian yang terdapat di dalam
kawasan, sehingga dalam perencanaanya tidak mengabaikan ruang ini sebagai

49

bagian dari total perencanaan. Pola kehidupan masyarakat pertanian menjadi


potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek agrowisata.
Ruang Penyangga, sebagai ruang yang berfungsi untuk menyangga ruang
konservasi kawasan terhadap aktivitas wisata serta untuk mempertahankan
kelestarian lingkungan sekaligus mempertahankan fungsi kawasan sesungguhnya
sebagai daerah resapan air. Di dalam ruang ini tetap dikembangkan aktivitas
wisata namun hanya bersifat pasif non-intensif.

Konsep Aktivitas dan Fasilitas


Upaya meningkatkan pengetahuan di bidang pertanian melalui cara yang
menyenangkan pada kawasan agrowisata dirumuskan ke dalam konsep aktivitas
yang direncanakan dan dikembangkan berdasarkan keikutsertaan wisatawan
dalam aktivitas pertanian. Jenis aktivitas agrowisata yang akan dikembangkan
adalah jenis aktivitas agrowisata aktif dan pasif (Gambar 5).

Keterangan:
: Aktivitas agrowisata aktif
: Aktivitas agrowisata pasif
: Aktivitas agrowisata

Gambar 5 Diagram konsep aktivitas agrowisata


a. Aktivitas Agrowisata Aktif
Merupakan jenis aktivitas agrowisata yang melibatkan wisatawan secara
langsung ke dalam aktivitas pertanian. Wisatawan turut serta secara aktif dalam
proses pertanian, mulai dari proses persiapan lahan hingga menghasilkan produk
olahan yang dapat dibawa pulang sebagai buah tangan. Pengetahuan pertanian
diperoleh melalui pemahaman dan penyampaian nilai pendidikan pertanian secara
langsung kepada wisatawan.

50

b. Aktivitas Agrowisata Pasif


Merupakan aktivitas agrowisata yang lebih rekreatif dan dikembangkan
tanpa melibatkan wisatawan secara langsung ke dalam aktivitas pertanian. Nilai
pendidikan pertanian diperoleh wisatawan melalui pengamatan dan pema haman
yang dilakukannya sendiri.
Fasilitas yang dikembangkan bagi penunjang aktivitas agrowisata mengacu
kepada fungsi ruang yang terbentuk serta aktivitas yang akan dikembangkan.
Konsep fasilitas pada kawasan ini adalah memberikan nilai fungsional melalui
bentuk yang sesuai, peletakan yang tepat, memiliki nilai estetik, mudah
pemeliharaan serta sesuai dengan karakter tapak. Penyediaan fasilitas ini
bertujuan untuk memberikan kelengkapan, kemudahan, kenyamanan serta
kepuasan dalam melakukan aktivitas agrowisata yang ditawarkan.

Konsep Jalur Agrowisata


Konsep sirkulasi yang dikembangkan dalam kawasan agrowisata terbagi
atas jalur wisatawan dan jalur bagi masyarakat sebagai pendukung aktivitas
masyarakat sehari-hari. Konsep jalur agrowisata bagi wisatawan yang
dikembangkan berfungsi menghubungkan ruang serta subsub ruang agrowisata
di dalam kawasan sehingga wisatawan dapat menikmati seluruh objek dan atraksi
yang ditawarkan. Konsep jalur agrowisata bagi wisatawan membagi jalur di dalam
kawasan menjadi tiga dengan peruntukan kendaraan berbeda, yaitu jalur primer,
sekunder dan tersier, seperti yang terlihat pada diagram konsep sikulasi pada
Gambar 6.
Keterangan
: Ruang atraksi agrowisata
: Ruang masyarakat
: Pusat atraksi wisata
: Jalur primer wisatawan
: Jalur sekunder wisatawan
: Jalur tersier wisata
: Jalur primer masyarakat
: Jalur sekunder masyarakat
: Jalan masuk wisatawan
: Jalan keluar wisatawan

Gambar 6 Diagram konsep jalur agrowisata

51

Jalur primer merupakan jalur utama agrowisata yang menghubungkan


antar sub ruang agrowisata dengan pintu masuk dan keluar kawasan serta
direncanakan menggunakan pola loop atau memutar. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan dalam pengaturan dan keamanan wisatawan. Untuk jalur tersier
yang khusus ditujukan bagi pejalan kaki adalah menghubungkan sub-sub ruang di
dalam sub ruang agrowisata dengan pola memusat menuju pusat-pusat atraksi
agrowisata. Sedangkan jalur sekunder ditujukan bagi kendaraan sepeda,
merupakan kombinasi atau memanfaatkan pola kedua jalur tersebut.
Konsep jalur sirkulasi bagi masyarakat berfungsi sebagai jalur produksi,
jalur kendaraan umum serta jalur pejalan kaki sebagai fungsi ketetanggaan.
Sirkulasi ini terbagi atas dua jalur yaitu jalur primer sebagai jalur kendaraan
produksi dan angkutan umum, dan jalur sekunder sebagai jalur pejalan kaki
penghubung antara ruang-ruang kehidupan masyarakat. Sebagai penghubung
dengan kebun pertanian, jalur produksi memiliki beberapa kesamaan jalur dengan
jalur wisatawan. Hal ini selain bertujuan memberikan kemudahan dalam mencapai
tujuan juga dapat memberikan suasana pertanian kepada wisatawan sebagai
pendukung konsep agrowisata di dalam kawasan. Sedangkan bagi jalur angkutan
umum memiliki jalur yang berbeda dengan jalur wisatawan. Konsep perbedaan
jalur ini pada dasarnya untuk mengurangi konflik, meningkatkan kemudahan
pencapaian daerah tujuan serta meningkatkan kenyamanan bagi masingmasing
tujuan tersebut.

52

DATA DAN ANALISIS


Faktor Utama Agrowisata
Letak, Luas dan Batas Tapak
Kawasan agrowisata yang dikembangkan berada di dalam kawasan
agropolitan Cianjur, terletak di sebelah Utara ibu kota Kabupaten Cianjur
(Gambar 7). Kawasan studi ini termasuk ke dalam administratif Desa
Sindangjaya, Kecamatan Cipanas dan Desa Sukatani, Kecamatan Pacet.
Berdasarkan Darma 2005, luas Desa Sindangjaya adalah 1.145,872 Ha, sedangkan
Desa Sukatani adalah 379,329 Ha sehingga luas total kawasan pengembangan
agrowisata adalah 1.525,201 Ha. Kawasan agrowisata ini memiliki batas tapak
sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Desa Cimacan

Sebelah Timur

: Desa Cipanas

Sebelah Selatan : Desa Cipendawa


Sebelah Barat

: Desa Cimacan dan Kabupaten Sukabumi.

KABUPATEN CIANJUR

Kawasan
Agrowisata
N
W

KECAMATAN PACET (2002)

Gambar 7 Peta lokasi studi

E
S

TANPA SKALA

53

Tapak memiliki sumber daya alam pertanian dan pegunungan yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi agrowisata. Tapak
merupakan bagian dari daerah penghasil sayuran dataran tinggi dan tanaman hias
yang berdaya saing dan telah dikenal masyarakat secara umum, serta memiliki
memiliki potensi buahbuahan dan peternakan yang dapat dikembangkan sebagai
objek dan atraksi agrowisata. Selain itu, kawasan ini memiliki lokasi yang
strategis karena dilalui jalur yang menghubungkan Ibu Kota Negara yaitu Kota
Jakarta dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung, serta berada
tidak jauh dari lalu lintas wisata Kawasan Puncak yang cukup padat.

Tata Guna Lahan


Berdasarkan Darma 2005 melalui analisis Peta Rupabumi Digital Indonesia
pada skala 1 : 25.000, tata guna lahan kawasan agrowisata umumnya berupa
kawasan budidaya, hutan dan permukiman (Gambar 8). Pola pemanfaatan lahan
terbesar adalah kawasan budidaya berupa pertanian lahan kering sebesar 64,09 %.
Pada umumnya kawasan ini memusat pada luas wilayah 343 Ha (35,09 % dari
luas total lahan kering) dan lainnya tersebar diantara permukiman. 20,70 %
kawasan merupakan hutan yang berada di sebelah Barat hingga Utara tapak.
Sedangkan 12,67 % kawasan ini berupa permukiman dengan pola linier mengikuti
pola jalan utama pada tapak serta berkelompok menyebar di dalam kawasan.
Keragaman pola pemanfaatan lahan merupakan potensi bagi tapak sebagai
penunjang view atau panorama agrowisata. Pola ruang yang ada saat ini belum
sesuai dengan tujuan agrowisata yang diharapkan dan hanya mengutamakan
produksi. Pada tahap perencanan selanjutnya dilakukan penataan ruang pada tapak
disesuaikan dengan konsep pengembangan agrowisata, serta sebagai rangkaian
view dalam perjalanan agrowisata yang menyenangkan.
Proporsi terbesar pada pola pemanfaatan lahan pertanian merupakan potensi
dasar bagi pengembangan konsep agrowisata. Pada tahap perencanaan
selanjutnya, potensi pertanian ini diruangkan ke dalam sub ruang agrowisata
berdasarkan jenis keragaman komoditi yang dimiliki sesuai dengan konsep ruang
yang direncanakan. Kawasan hutan di dalam kawasan agrowisata berfungsi

54

(Gambar 8 TGL)

55

sebagai ruang penyangga kawasan konservasi sekaligus mempertahankan fungsi


kawasan sebagai daerah resapan air.
Permukiman penduduk di dalam kawasan yang bernuansa pedesaan dapat
menjadi potensi untuk menarik wisatawan dan selanjutnya dikembangkan sebagai
ruang pendukung agrowisata. Permukiman petani dapat menjadi lokasi home stay
bagi wisatawan yang ingin mendapatkan suasana pedesaan. Selain itu pula
kunjungan ke rumah petani serta mengamati aktivitas pertanian dapat menjadi
bagian dari pilihan aktivitas agrowisata. Tabel 2 merupakan proporsi serta analisis
pengembangan penggunaan lahan pada kawasan agrowisata.
Tabel 2 Analisis pola pemanfaatan lahan pada kawasan agrowisata
Luas
Jenis Pemanfaatan
Lahan
1. Hutan

Ha
315,811

2. Pertanian Lahan
Kering
a. Kebun Sayuran
b. Kebun Buah

977,425

3. Pemukiman
a. Ruang Sosial
Masyarakat
b. Ruang
Penunjang
Aktivitas
Pertanian
Masyarakat
c. Ruang
Perdagangan
Dan Jasa

193,253

4. Lain-lain

38,71

Sumber: Darma 2005 dan Hasil Analisis

%
20,70

64,09

12,67

2,54

Fungsi
Sebagai konservasi
tanah dan air, serta
mempertahankan
kawasan agrowisata
sebagai daerah resapan
air.
Sebagai lahan
pendapatan utama bagi
sebagian besar
masyarakat, sebagai
modal dasar bagi
pengembangan
kawasan agrowisata.
Ruang aktivitas dan
kehidupan
masyarakat : sosial,
pendidikan.
Ruang aktivitas
penunjang pertanian :
membersihkan
produk,
membungkus,
pemasaran, koperasi,
kios, dll.
Ruang perdagangan
dan jasa penunjang
wisata : rumah
makan, pertokoan,
tempat penginapan.
Mendukung keragaman
view pada tapak

Usulan
Pengembangan
dan Alokasi
Ruang

Ruang
Penyangga

Ruang Utama
Agrowisata

Ruang
Pendukung
Agrowisata

56

Laju pertumbuhan permukiman yang muncul menyebar tidak terkendali di


dalam tapak dapat mengganggu kelestarian alam pegunungan dan pertanian
yang ada serta menurunkan kualitas visual tapak. Pengembangan permukiman di
dalam kawasan yang tidak terkendali dapat menyebabkan alih fungsi lahan
pertanian yang telah ada. Pengawasan dan penertiban terhadap penyimpangan
pemanfaatan ruang kawasan sangat perlu dilakukan sehingga tidak meningkatkan
jumlah konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun yang dapat merusak
fungsi konservasi kawasan.

Ketinggian, Topografi dan Kemiringan Tapak


Tapak kawasan agrowisata berada pada ketinggian 800-2400 mdpl dengan
kondisi topografi berbukit dengan kemiringan lahan yang cukup bervariasi.
Kawasan ini semakin tinggi ke arah barat dengan kelas kemiringan 0->45%.
Gambar 9 memperlihatkan pola topografi yang terdapat pada kawasan agrowisata,
sedangkan peta kelas kemiringan lahan terdapat pada Gambar 10.
Ketinggian yang bervariasi pada tapak memberikan kesan dinamis serta
memberikan potensi view menarik bagi wisatawan. Pertanian lahan kering yang
berada di lokasi ini memiliki karakteristik khas karena letaknya yang berada pada
kemiringan lahan > 15% dengan topografi berbukit dan bergunung. Kondisi lahan
yang cenderung terbuka serta curah hujan tinggi dapat mengakibatkan erosi tanah.
Bahaya erosi ini dapat diatasi melalui metode konservasi tanah dan air yang dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu metode vegetatif dan metode mekanik (Arsyad
2000). Metode vegetatif dilakukan dengan menggunakan tanaman untuk
mengurangi daya rusak hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya rusak air
permukaan dan erosi. Metode ini dapat dilakukan melalui penanaman tanaman
yang menutupi tanah secara terus-menerus, penanaman dalam strip atau dengan
melakukan pergiliran tanaman. Sedangkan metode mekanik berfungsi untuk
memperlambat aliran permukaan, memperbesar infiltrasi ke dalam tanah dan
penyediaan air bagi tanaman. Teknik yang dilakukan dapat berupa pengolahan
tanah menurut garis kontur, pembuatan teras yang baik serta perbaikan drainase
dan irigasi.

57
(Gambar 9: Topografi)

58
(Gambar 10: Kemiringan Lahan)

59

Beberapa upaya tersebut di atas diantaranya telah dilakukan pada sistem


pertanian kawasan agrowisata, seperti pengaturan pola tanam, penyediaan sistem
drainase serta pembuatan teras. Penanaman dengan menggunakan sistem teras
pada kawasan ini selain dapat memperlambat aliran permukaan juga memberikan
potensi visual yang menarik.
Daerah miring pada tapak dapat menjadi kendala bagi penempatan aktivitas
ataupun fasilitas wisata. Pada lokasi ini dialokasikan aktivitas yang berorientasi
alam seperti nature trail, viewing atapun photohunting dengan penggunaan
struktur fasilitas seminimal mungkin. Namun untuk daerah miring sangat curam
dan berbahaya sangat penting untuk di konservasi.
Karakteristik lahan pada kawasan agrowisata terbagi atas kawasan lindung
dan kawasan budidaya. Berdasarkan hasil analisis kriteria kesesuaian lahan
menurut Keppres Nomor 32 tahun 1990, kriteria kesesuaian lahan berkaitan
dengan kawasan studi agrowisata terdapat pada tabel 3.
Tabel 3 Kriteria kesesuaian lahan menurut Keppres No. 32 tahun 1990
No

Jenis Kesesuaian

Kriteria
Keppres No. 32 tahun 1990

1. Kawasan Lindung (Non Budidaya)


Kemiringan >40%, ketinggian
A.
Kawasan yang berfungsi
>2000 mdpl.
memberikan perlindungan
terhadap kawasan
dibawahnya, dapat berupa
kawasan hutan lindung
ataupun kawasan resapan air
Selebar 100 m dari garis
B.
Kawasan lindung setempat
meliputi sempadan sungai
sungai atau mata air.
atau kaasan sekitar mata air
2. Kawasan Budidaya
A.
Kawasan hutan produktif
Ketinggian >1000mdpl,
kemiringan > 40 %, diluar
kawasan lindung berfungsi
sebagai resapan air tanah.
B.
Kawasan budidaya pertanian Ketinggian <1000mdpl,
lahan kering
kemiringam < 40 %, kecuali
lahan yang sudah ditanami
tanaman tahunan dan tidak
mengganggu kelestarian tanah
dan air, daerah krisis bahaya
lingkungan daerah longsor.
C.
Pemukiman dan perkotaan
Kemiringan 0 15 %,
ketinggian 0 1000 mdpl,
tidak pada daerah banjir, tidak
pada daerah resapan air,
aksesibilitas dan sirkulasi
transportasi baik, berada dekat
dengan pusat kota.

Jenis tanaman sesuai


berdasarkan BPN

Tanaman hortikultura
(buah dan sayuran),
hutan produksi atau
tanaman penghijauan.

Buah-buahan, sayuran,
hutan produksi,
tanaman penghijauan.

60

Objek dan Atraksi Agrowisata


Kawasan studi perencanaan lanskap merupakan kawasan yang memiliki
potensi terhadap pengembangan objek dan atraksi agrowisata. Sebagai salah satu
aspek penting dalam perencanaan pariwisata, daerah tujuan harus memiliki objek
atau atraksi yang mampu dijual kepada wisatawan (Yoeti 1997). Tiga syarat yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut: daerah tujuan harus memiliki 1)
something to see sebagai sesuatu yang dapat dilihat, 2) something to do sebagai
sesuatu yang dapat dilakukan serta 3) something to buy sebagai sesuatu yang
dapat dibeli. Berdasarkan hasil pengamatan lapang dan hasil wawancara
masyarakat setempat, kawasan agrowisata ini memiliki komoditas tanaman
hortikultura dan peternakan potensial yang dapat dikembangkan sebagai objek dan
atraksi agrowisata serta memiliki pemandangan alam pegunungan yang
panoramik sehingga dapat mendukung konsep agrowisata yang diharapkan.
Gambar 11 memperlihatkan persebaran lokasi eksisting potensi objek dan atraksi
pertanian yang terdapat di dalam kawasan agrowisata. Berikut merupakan jenis
objek dan atraksi agrowisata yang dapat dijumpai pada tapak berdasarkan jenis
komoditas pertanian yang ada.

Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Tanaman Hias


Kawasan pengembangan agrowisata memiliki potensi tanaman hias yang
telah dikenal oleh masyarakat secara umum. Pada hampir di setiap rumah di
pinggir jalan utama di dalam kawasan agrowisata dapat dijumpai deretan tanaman
hias dengan jenis yang sangat beragam. Tanaman siap jual ini diletakkan di depan
rumah yang ditanam di dalam pot atau polybag. Halaman depan rumah berfungsi
sebagai ruang display tanaman hias dan bermaksud untuk menarik perhatian
pengguna jalan yang melaluinya. Namun lokasi penjualan umumnya menyebar
dan tidak mengelompok secara teratur sehingga kurang memberikan orientasi
wisata kepada pengunjung. Selain di depan rumah, beberapa lath house sederhana
juga dapat dijumpai di dalam kawasan ini. Lath house atau rumah bilah
merupakan rangka bangun yang ditutupi oleh net atau paranet yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan berbagai bibit tanaman dan tempat untuk melakukan
perbanyakan tanaman disamping juga berfungsi sebagai ruang pamer tanaman

61

(Gambar 11: Persebaran Atraksi)

62

hias. Selain berbelanja, pengunjung biasanya tertarik untuk melihat keindahan


tanaman yang sedang berbunga. Potensi tanaman hias ini kurang dimanfaatkan
secara optimal serta belum terbentuk subsub ruang di dalamnya sehingga kurang
memberikan

pengalaman

agrowisata

bagi

pengunjung.

Gambar

12

memperlihatkan depan halaman rumah serta lath house atau rumah bilah sebagai
ruang perbanyakan tanaman dan peraga atau display area bagi tanaman hias.

(a) Halaman rumah sebagai


(b) Lath house sebagi ruang
ruang display tanaman hias
budidaya tanaman hias
Gambar 12 Ruang eksisting tanaman hias
Tanaman hias yang tersusun rapi sepanjang jalan dapat menambah
keindahan tapak serta menunjang konsep agrowisata. Sehingga selanjutnya lokasi
penjualan ini direncanakan mengelompok mengikuti pola linear jalan yang ada.
Pola ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat ataupun wisatawan.
Masyarakat dapat lebih mudah memasarkan tanamannya, disamping itu
memberikan kemudahan bagi wisatawan untuk memperoleh tanaman yang
diinginkan serta memberikan kenyamanan dan pengalaman visual yang menarik.
Tanaman hias merupakan objek agrowisata yang sangat menarik dan
menguntungkan dengan aktivitas agrowisata beragam dan tidak terbatas pada
aktivitas berbelanja. Paket pengenalan berbagai jenis tanaman hias lengkap
dengan tata cara budidaya dan pemeliharaannya dapat dikembangkan sebagai
aktivitas agrowisata. Selain itu aktivitas yang saling terkait dapat menimbulkan
ketertarikan bagi pengunjung.

Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Tanaman Sayuran


Komoditi tanaman sayuran dataran tinggi merupakan komoditi tanaman
hortikultura utama yang mendapatkan perhatian lebih oleh pemerintah setempat
sebagai komoditi utama daerah tujuan agrowisata, sehingga beberapa program

63

serta fasilitas wisata telah dikembangkan di lokasi dengan ketinggian hingga


1650 mdpl ini. Objek dan atraksi agrowisata ini memanfaatkan sebagian dari
hamparan kebun sayuran seluas 343 Ha yang berada tepat di bawah hutan
lindung Gunung Gede Pangrango.
Aktivitas yang telah dikembangkan di lokasi ini berupa aktivitas horti
walk, merupakan aktivitas berjalan santai untuk menikmati panorama pegunungan
dan pertanian melalui jalan beton selebar 0.5 m yang telah dibangun oleh
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (Depkimpraswil) setempat
sebagai salah satu pengembangan prasarana dan sarana bagi pengembangan
kawasan agropolitan secara optimal (Gambar 13). Aktivitas bersantai dan
menikmati pemandangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas gazebo
yang diletakkan di antara hamparan kebun sayuran tersebut. Rumah kayu tersedia
sebagai fasilitas bagi pengunjung yang hendak melakukan aktivitas bermalam.
Selain itu, wisatawan dapat melakukan aktivitas belanja sayuran dan hasil
olahannya pada packing house yang terdapat pada lokasi ini.

(a) Jalan beton bagi


(b) Aktivitas bersantai
(c) Aktivitas pada
aktivitas horti walk
dalam tapak
packing house
Gambar 13 Aktivitas Agrowisata Tanaman Sayuran
Komoditas sayuran yang dapat dijumpai diantaranya wortel, bawang daun,
brokoli, kaylan, lobak, gobo, caysin dan sebagainya serta dapat dijumpai beberapa
lath house tanaman hias. Sementara hasil olahan yang telah diupayakan
diantaranya jus wortel, jus gobo, jus tomat, jus bit, kerupuk wortel, sirup dan
dodol wortel. Hasil olahan ini dilakukan secara mandiri oleh masyarakat serta
dilakukan secara insidentil sehingga produk olahan ini tidak selalu dapat dijumpai
di lokasi. Selain itu, beberapa teknologi pertanian sederhana diperkenalkan seperti
teknologi multiple cropping atau teknologi budidaya berupa pemanfaatan lahan
dengan beberapa jenis tanaman produktif serta teknologi irigasi tetes berupa

64

pengairan

tanaman

dengan

memperhatikan

kesesuaian

kebutuhan.

Pada

perencanaan selanjutnya dilakukan pengembangan aktivitas dan fasilitas


agrowisata yang lebih beragam dengan memperhatikan penggunaan fasilitas
penunjang dengan bentuk dan bahan yang akrab dengan alam atau bernuansa
pedesaan sehingga dapat meningkatkan keindahan serta mendukung konsep
agrowisata yang diharapkan.

Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Tanaman Buah


Komoditi tanaman buah yang terdapat di dalam kawasan agrowisata adalah
kebun buah strawberry, dengan aktivitas wisata terbatas berupa aktivitas
berbelanja. Di dalam kebun ini belum dikembangkan aktivitas agrowisata yang
melibatkan wisatawan secara langsung, sehingga pengembangan aktivitas
agrowisata masih sangat diperlukan untuk menarik minat wisatawan serta
meningkatkan income bagi pengelola.
Pada kawasan agrowisata ini dapat dijumpai beberapa tanaman buah
potensial yang terletak terpisah seperti alpukat, apel dan jeruk dan dapat
dikembangkan sebagai komoditi di dalam objek dan atraksi agrowisata buah.
Keragaman jenis buah di dalam satu lokasi dengan jenis aktivitas yang beragam
dapat menjadi daya tarik serta pengalaman menarik bagi wisatawan. Sehingga
menciptakan sub ruang agrowisata buah dengan jenis tanaman yang beragam dan
sesuai dengan kondisi kawasan tersebut dapat menjadi salah satu alternatif
pengembangan kawasan agrowisata.
Aktivitas yang dapat dikembangkan pada agrowisata buah dapat berupa
pengamatan, mempelajari teknik budidaya tanaman buah hingga memilih dan
memetik sendiri buah yang hendak dikonsumsi. Aktivitas ini dapat menjadi
kesenangan tersendiri bagi wisatawan apabila dapat memperoleh buah-buahan di
tempat asalnya karena kondisi buah yang masih segar dengan harga yang relatif
murah. Di lain pihak, aktivitas ini memberikan kemudahan kepada pihak pemilik
atau pengelola dalam memasarkan hasil produksi tanpa harus dibebani biaya
pemanenan dan pengangkutan.

65

Objek dan Atraksi Agrowisata Komoditi Peternakan


Peternakan sapi skala kecil (Gambar 14) dan peternakan ayam merupakan
dua jenis peternakan yang dapat dijumpai di dalam kawasan agrowisata. Aktivitas
yang telah ada tidak melibatkan pengunjung secara langsung dan terbatas kepada
aktivitas belanja produk peternakan.
Potensi peternakan ini dapat dimanfaatkan serta dikembangkan sebagai
bagian dari objek dan atraksi agrowisata. Daya tarik peternakan sebagai sumber
daya agrowisata antara lain pola beternak, cara tradisional yang digunakan dalam
beternak serta budi daya hewan ternak (Tirtawinata dan Fachruddin 1999).
Wisatawan dapat melakukan pengamatan terhadap perilaku hewan ternak,
memberi makan ataupun memerah susu serta proses pasca panen.

Gambar 14 Potensi peternakan sapi perah yang dapat dikembangkan


sebagai objek dan atraksi agrowisata
Tabel 4 Potensi eksisting objek dan atraksi kawasan agrowisata
Ruang Atraksi
Utama

Komoditi

1. Tanaman Hortikultura
a. Tanaman
beragam
Hias
tanaman hias
b. Tanaman
Sayuran

c. Tanaman
Buah
2. Peternakan

Something
to do

Objek/Aktivitas Wisata
Something
Something
to see
to buy

pengamatan

wortel, bawang
daun,
lobak, caysin,
brokoli,
kaylan, dll.

horti walk,
istirahat
dan bersantai

strawberry

pengamatan

sapi dan ayam

pengamatan

Sumber : Hasil Pengamatan

keragaman dan
keindahan
tanaman hias
panorama alam
pegunungan
dan pertanian
pada daerah
tertinggi pada
kawasan
kebun buah
aktivitas
peternakan

aneka
tanaman hias
beragam
jenis tanaman
sayuran dan
hasil olahan

buah
strawberry
produk
peternakan

66

Pada analisis data atraksi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pada tapak
terdapat potensi pertanian yang dapat dikembangkan sebagai kawasan agrowisata.
Menurut Arifin (2004), agrowisata di daerah pertanian tanaman hortikultura dapat
dikembangkan di kawasan yang memang sejak semula telah menjadi sentra
produksi tanaman hortikultura. Pada kawasan agrowisata ini, sub ruang
agrowisata terbentuk berdasarkan potensi komoditi pertanian yang terdapat di
dalam kawasan. Selanjutnya pada masing-masing sub ruang ini dikembangkan
aktivitas dan fasilitas yang memungkinkan. Menurut Nurisyah (2001), sajian
agrowisata yang diberikan kepada wisatawan tidak hanya pemandangan kawasan
yang panoramik dan kenyamanan di alam pertanian, namun juga aktivitas petani
beserta teknologi yang khas yang digunakan serta dilakukan dalam lahan
pertanian dimana wisatawan dapat mengikuti aktivitas ini, ketersediaan produk
segar pertanian, nilai arsitektur, kegiatan tertentu, budaya pertanian yang khas dan
kombinasi dari berbagai ciri tersebut. Aktivitas pertanian mencakup persiapan
lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil dan
pasar hasil pertanian. Tabel 5 merupakan analisis objek dan atraksi wisata pada
kawasan agrowisata.
Penataan lanskap wisata serta sirkulasi bagi wisatawan penting diperhatikan
untuk menciptakan touring activity yang menyenangkan. Banyaknya objek dan
atraksi yang akan dijual sangat besar pengaruhnya untuk memperpanjang lamanya
tinggal (length of stay) dan selanjutnya hal ini akan memperbanyak pendapatan
yang masuk dan meningkatkan penghasilan daerah (Yoeti 1997). Aktivitas yang
terdapat pada kawasan agrowisata ini masih terbatas sehingga dalam perencanaan
dilakukan pengembangan aktivitas berdasarkan potensi yang telah ada. Tabel 6
merupakan analisis pengembangan aktivitas yang dapat dilakukan di dalam
masing-masing sub ruang atraksi agrowisata pada tapak.

Pariwisata Sekitar Tapak


Kegiatan wisata di kawasan Puncak telah sangat berkembang dibandingkan
dengan kawasan lain di Kabupaten Cianjur yang ditandai dengan arus kunjungan
wisata yang relatif tinggi (Bappeda, 2004). Hal ini menjadi sangat berlebih dan
menurunkan kualitas visual serta meningkatkan kejenuhan.

67

Tabel 5 Analisis objek dan atraksi wisata kawasan agrowisata


Objek dan Atraksi
Wisata
1. Ruang Agrowisata
Tanaman Hias

2. Ruang Agrowisata
Sayuran

3. Ruang Agrowisata
Buah

4. Ruang Agrowisata
Peternakan

Potensi dan Kendala


Jenis dan jumlah
beragam, namun ruang
wisata belum terbentuk.
Lokasi menyebar dan
penaatan kurang
mendukung konsep yang
diharapkan.
Aktivitas wisata yang
masih terbatas.
Hamparan kebun sayuran
343 Ha pada ketinggian
hingga 1650 mdpl dengan
panorama alam
pegunungan dan
pertanian yang indah.
Aktivitas wisata yang
mulai dikembangkan
namun masih sangat
terbatas.
Fasilitas yang tersedia
terbatas dan kurang
mendukung konsep
agrowisata.
Hasil olahan produk
yang beragam namun
tidak selalu diperoleh di
lokasi.
Kebun strawberry yang
cukup luas namun dengan
aktivitas agrowisata yang
sangat terbatas
Beragam buah yang
dapat tumbuh di dalam
kawasan agrowisata.

Solusi
Mengalokasikan ruang
agrowisata tanaman hias pada
suatu lokasi pemukiman di
kedua sisi jalan di dalam
kawasan.
Mengembangkan aktiv itas
agrowisata tanaman hias
dengan penyediaan fasilitas
penunjang.
Memanfaatkan potensi yang
telah ada, dengan
mengembangkan aktivitas
yang menyeluruh dari
persiapan hingga menikmati
produk.
Peningkatan ketersediaan
fasilitas yang mendukung
konsep agrowisata.

Mengembangkan aktivitas
agrowisata buah strawberry
yang lebih beragam.
Menciptakan ruang agrowisata
buah pada suatu lokasi dengan
memanfaatkan potensi buah
yang dapat tumbuh di dalam
kawasan.
Potensi peternakan ayam Menciptakan ruang agrowisata
peternakan dengan
dan sapi yang dapat
memanfaatkan potensi yang
dikembangkan sebagai
objek dan atraksi
ada serta mengembangkan
agrowisata
aktivitas dan fasilitas yang
sesuai.

68

Tabel 6 Analisis pengembangan aktivitas agrowisata


No
1.

Ruang Aktivitas
Ruang Agrowisata
Tanaman Hias

Tujuan
Mengenal
keragaman jenis
tanaman hias serta
mengetahui teknik
budidaya tanaman
hias.

Sub Ruang
a. Ruang display
b. Ruang budidaya
c. Ruang
penyambutan dan
pelayanan
agrowisata

2.

Ruang Agrowisata
Tanaman Sayuran

Mengenal
keragaman,
mengamati proses
pertanian dari
pengolahan tanah
hingga pengolahan
produk, mengetahui
teknologi pertanian
sederhana ataupun
tinggi serta
mempelajari tehnik
budidaya tanaman
sayuran.

a. Kebun sayuran
b. Ruang budidaya
c. Ruang pasca
panen dan
pengolahan
produk
d. Ruang teknologi
pertanian
e. Ruang
penyambutan dan
pelayanan
agrowisata

3.

Ruang Agrowisata
Tanaman Buah

Mengenal
keragaman jenis,
mengetahui dan
mempelajari tehnik
budidaya tanaman
buah.

4.

Ruang Agrowisata
Peternakan

Mengamati dan
mempelajari proses
dan aktivitas
peternakan.

a. Kebun buah
Pengamatan
b. Ruang budidaya
terhadap
c. Ruang
keragaman jenis
penyambutan dan
tanaman buah.
pelayanan
Mempelajari tehnik
agrowisata
budidaya tanaman
buah.
Jalan santai,
beristirahat,
memilih dan
memetik sendiri
buah yang hendak
dikonsumsi.
Berbelanja*.
a. Ruang budidaya
Mengenali jenis
b. Ruang bermain
hewan ternak,
c. Ruang
memberi makan,
penyambutan dan
memerah susu.
pelayanan
Mempelajari pola
agrowisata
dan cara berternak,
mempelajari
budidaya hewan
ternak.
Berbelanja*.

* Aktivitas yang telah dilakukan

Aktivitas
Pengamatan
terhadap keragaman
jenis tanaman hias.
Ikut serta dalam
aktivitas budidaya
tanaman hias.
Menikmati
keindahan tanaman
hias, photohunting
dan berbelanja
tanaman hias*.
Pengamatan
terhadap keragaman
jenis tanaman
sayuran.
Mengikuti proses
kegiatan
penanaman hingga
panen, pengolahan
produk serta
pemasarannya.
Jalan santai,
menikmati
panorama alam,
istirahat, berbelanja
hasil pertanian,
mengkonsumsi
hasil olahan,
photohunting*.

69

Objek agrowisata pada kawasan agropolitan merupakan salah satu tujuan


objek wisata baru di Kawasan Puncak, Kabupaten Cianjur, yang dikembangkan
semenjak tahun 2002, dan termasuk dalam kelas kawasan wisata potensial yang
dapat dikembangkan. Objek wisata ini diprakarsai oleh Departemen Pertanian dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebagai salah satu sentra percontohan
pengelolaan pertanian secara terpadu.
Objek wisata pada kawasan Puncak pada umumnya didominasi oleh jenis
pariwisata berbasis alam. Keberadaan kawasan agrowisata ini sangat strategis
karena dikelilingi beragam objek wisata yang telah berkembang. Lokasi kawasan
agrowisata hampir bersebelahan dengan lokasi kawasan wisata Cibodas. Objek
wisata pada kawasan wisata Cibodas ini meliputi Kebun Raya Cibodas, Wisata
alam Pegunungan Gede Pangrango, Mandalawangi, Mandalakitri serta dekat
dengan objek wisata budaya Istana Presiden Cipanas. Berdasarkan Bappeda 2004,
penyebaran serapan wisatawan di Kabupaten Cianjur didominasi oleh objek
wisata yang terdapat di kawasan wisata Cibodas yang terdiri dari Kebun Raya
Cibodas, Taman Mandalawangi dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Tabel 7 merupakan beberapa objek wisata yang terletak dekat dengan kawasan
agrowisata. Gambar 15 menunjukkan peta pariwisata Kabupaten Cianjur.
Tabel 7 Objek wisata disekitar kawasan agrowisata
No
Nama Objek Wisata
Kebun
Raya
Cibodas
1
2 Taman Nasional GGP
(Gunung Gede Pangrango)
3 Mandalawangi
4 Mandalakitri
5 Istana Presiden Cipanas
Sumber: Bappeda, 2004

Potensi Wisata
Kebun Wisata, Penelitian,
Play Ground dan Hutan Wisata.
Hutan Lindung, Pendakian,
Petualangan dan Penelitian.
Wisata Danau, Camping,
Hutan wisata dan Play Ground.
Camping Ground.
Wisata Budaya

Tapak sebagai kawasan agrowisata dapat menjadi objek wisata yang dapat
mendukung pengembangan sektor pariwisata Kabupaten Cianjur dan dapat
menjadi alternatif tujuan bagi wisatawan yang datang atau melalui Kabupaten ini.
Kedekatan lokasi kawasan agrowisata dengan objek wisata yang telah
berkembang dan telah dikenal masyarakat secara luas menjadi potensi bagi
kawasan agrowisata untuk semakin berkembang. Kerjasama untuk menciptakan
paket wisata dapat menjadi upaya dalam pengembangan kawasan agrowisata.

(Gambar 15: Peta persebaran lokasi wisata)

Aksesibilitas dan Sistem Transportasi


Kawasan agrowisata memiliki letak yang strategis karena dilalui atau berada
di jalur yang menghubungkan Ibu Kota Negara yaitu Kota Jakarta dengan Ibu
Kota Propinsi yaitu Kota Bandung, sehingga sangat mudah dicapai baik
menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Kawasan agrowisata
ini memiliki jarak tempuh 17 km dari Ibu Kota Kabupaten Cianjur, 82 km dari
Ibu Kota Propinsi Jawa Barat yaitu Kota Bandung serta 102 km dari Ibu Kota
Negara yaitu Kota Jakarta.
Kawasan agrowisata memiliki tiga akses masuk yang dapat dengan mudah
dijumpai melalui jalur jalan Negara (Gambar 16). Jalur jalan di dalam kawasan
agrowisata merupakan jalan beraspal, namun kondisi jalan telah rusak di beberapa
titik. Akses masuk pertama merupakan akses masuk utama yang ditandai dengan
gerbang penanda kawasan agropolitan sekaligus menjadi akses masuk pertama
yang dapat dijumpai oleh wisatawan yang berasal dari Kota Jakarta. Pencapaian
lokasi melalui pintu masuk ini secara fisik agak sulit karena kondisi yang
berbukit, beberapa tikungan tajam yang cukup curam serta jalur jalan yang relatif
sempit (2.5-3 m). Akses masuk kedua adalah akses masuk yang berada di sebelah
pasar Cipanas. Akses masuk ini digunakan sebagai tempat pemberhentian delman
dan terletak dekat dengan terminal kendaraan umum pedesaan. Kondisi fisik jalan
lebih baik dengan lebar jalan 3-4 m, namun bangkitan lalu lintas pada akses
masuk ini seringkali menyebabkan kemacetan sehingga kurang memberikan
keamanan dan kenyamanan bagi akses masuk wisatawan. Akses masuk ketiga
merupakan akses masuk pertama yang dapat dijumpai oleh wisatawan yang
berasal dari Kota Bandung dan sekitarnya yang ditandai dengan papan penunjuk
arah. Lebar jalan 5-6 m dengan kondisi jalan rusak di beberapa titik serta
menanjak namun tidak curam.
Jenis kendaraan yang dapat digunakan pada jalur utama di dalam kawasan
agrowisata adalah kendaraan pribadi roda empat, angkutan umum pedesaan dan
ojek. Jenis kendaraan ini melalui jalur yang sama di dalam kawasan, sehingga
tidak terdapat pemisahan jalur antara wisatawan dan masyarakat. Tiga alternatif
akses masuk yang ada merupakan potensi dalam memberikan kemudahan

(Gambar 16: Aksesibilitas)

pengaturan keluar-masuk arus wisatawan maupun masyarakat sehingga dapat


memberikan keamanan dan kenyamanan berwisata.
Pada perencanaan selanjutnya dilakukan pengaturan terhadap jalur
wisatawan dan masyarakat. Akses pertama dipertahankan sebagai pintu masuk
kawasan agrowisata karena terletak dekat dengan ruang pelayanan terpusat yang
direncanakan. Akses kedua sebagai akses masuk bagi kendaraan umum, dan akses
ketiga sebagai akses keluar bagi jalur wisatawan. Kesamaan jalur masyarakat
untuk tujuan produksi dengan jalur wisatawan memberikan kesan kepada
wisatawan terhadap suasana pertanian sehingga diharapkan dapat memperkuat
konsep agrowisata di dalam tapak. Pembentukan jalur berbeda bagi wisatawan
dan masyarakat serta pengaturan sistem transportasi berdasarkan konsep yang
telah direncanakan untuk mengurangi konflik serta meningkatkan kenyamanan
bagi masing-masing kepentingan tersebut.
Lebar jalan utama 2,5-5 m relatif sempit bagi dua jalur kendaraan roda
empat. Jalur utama ini merupakan jalur kendaraan tanpa pedestrian yang
digunakan bagi kendaraan wisatawan maupun masyarakat dengan sirkulasi dua
arah (Gambar 17).
Tabel 8 Analisis jalan pada kawasan agrowisata
Kondisi Jalan
1. Akses masuk dan jalur
wisatawan

2. Badan Jalan

Potensi dan Kendala


Terdapat tiga akses masuk
berbeda ke dalam kawasan
agrowisata
Jalur wisatawan dan masyarakat
memiliki jalur jalan yang sama

Solusi Arsitektur Lanskap


Memanfaatkan akses pertama
sebagai pintu masuk jalur
wisatawan, akses kedua
sebagai pintu masuk bagi
masyarakat dan akses ketiga
sebagai pintu keluar jalur
wisatawan.
Menciptakan jalur bagi
wisatawan dan masyarakat
secara terpisah untuk
meningkatkan keamanan dan
kenyamanan.
Lebar jalan relatif sempit bagi
Meningkatkan kuantitas jalan
kendaraan dengan dua jalur
dengan melakukan pelebaran
penggunaan.
serta meningkatkan kualitas
jalan dengan melakukan
Kondisi jalan rusak di beberapa
perbaikan kondisi jalan yang
lokasi sehingga mengganggu
telah rusak.
kenyamanan pengguna jalan.
Tidak terdapat pedestrian yang Menyediakan pedestrian bagi
pengguna jalan bagi
dapat membahayakan pengguna
keamanan dan kenyamanan.
jalan khususnya pejalan kaki.
Penyesuaian kondisi jalan
Potensi jalan berkelok
melalui pembentukan tanah
memberikan suasana
(Cut and fill)
pegunungan pada tapak namun
dapat membahayakan pengguna

3. Pohon Pelindung Jalan

4. Fasilitas Jalan

jalan.
Pohon di sisi jalan memberikan
beberapa manfaat seperti
kontrol pandangan: menahan
silau cahaya matahari dsb,
pembentuk ruang pribadi
ataupuk kontrol terhadap hal
yang tidak menyenangkan
Tidak tersedianya fasilitas jalan
berupa tempat pemberhentian
kendaraan dapat mengakibatkan
kemacetan dan mengganggu
kenyamanaan berwisata.
Kurangnya pengarah serta
rambu jalan yang dapat
meningkatkan keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan.

Menggunakan pohon berbuah


sebagai pohon jalan sekaligus
memberikan identitas dan
mendukung konsep
agrowisata.

Menyediakan fasilitas jalan


seperti tempat pemberhentian
serta rambu jalan bagi
keamanan dan kenyamanan
pengguna jalan.

Kondisi jalan pada umumnya langsung berbatasan dengan pemukiman,


sehingga dapat membahayakan pengguna jalan khususnya bagi pejalan kaki.
Penyediaan

pedestrian

untuk

mengakomodasi

kebutuhan

pejalan

kaki,

meningkatan kualitas berupa perbaikan kondisi jalan serta peningkatan kuantitas


berupa pelebaran jalan perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan pengguna jalan.

(a) Jenis kendaraan dalam tapak

(b) Pejalan kaki sebagai pengguna jalan


Gambar 17 Pengguna jalan di dalam kawasan agrowisata
Penggunaan tanaman pada sisi jalan di dalam kawasan agrowisata tidak
hanya dapat memberikan nilai keindahan, namun juga memberikan nilai

fungsional berupa peningkatan kualitas lingkungan. Selain itu, kesan hijau yang
ditampilkan memberikan kesan pedesaan sehingga mendukung konsep agrowisata
yang diharapkan (Gambar 18).

Gambar 18 Penggunaan elemen tanaman pada sisi jalan


Tanaman sebagai elemen lunak lanskap tidak hanya memberikan nilai
estetis bagi lingkungan, namum memiliki beberapa fungsi seperti kontrol
pandangan, pembatas fisik, pengendali iklim, habitat satwa serta pencegah erosi.
Penggunaan tanaman pada sisi jalan dapat berfungsi sebagai penahan silau yang
ditimbulkan matahari, lampu jalan ataupun sinar lampu kendaraan. Selain itu,
penggunaan tanaman dapat digunakan untuk membentuk ruang pribadi, penyaring
debu, bau dan memberikan udara segar serta kontrol pandangan terhadap view
yang tidak menyenangkan (Hakim dan Utomo 2003). Penggunaan tanaman pada
sisi jalan berupa tanaman buah pelindung dan berproduksi serta memiliki nilai
estetis dapat memperkuat karakter tapak serta mendukung konsep agrowisata
yang diharapkan.
Potensi jalan berkelok memberikan suasana pegunungan bagi tapak
sekaligus menjadi kendala pada tikungan tajam yang dapat membahayakan
pengguna jalan. Penyesuaian kondisi jalan dapat dilakukan dengan melakukan
pembentukan tanah (cut and fill). Kondisi jalan yang sesuai untuk wisata
disesuaikan dengan kebutuhan yaitu memiliki lebar jalan 5,5 6,5 m, sedangkan
untuk kegiatan produksi minimum 7,5 m (Harris and Dines, 1988).

Fasilitas Agrowisata
Fasilitas wisata merupakan kebutuhan sarana dan prasarana yang
selayaknya tersedia di dalam kawasan wisata untuk memberikan kemudahan serta
kenyamanan bagi wisatawan. Fasilitas pendukung pada masing-masing sub ruang
objek dan atraksi agrowisata masih sangat terbatas, sehingga diperlukan

penyediaan fasilitas pendukung yang tepat, jumlah yang memadai, peletakan yang
tepat serta menggunakan arsitektur yang mendukung konsep yang diharapkan.
Agrowisata sayuran merupakan objek dan atraksi yang lebih mendapatkan
perhatian dalam upaya pengembangan kawasan agropolitan sehingga memiliki
lebih banyak fasilitas pendukung wisata dibandingkan dengan lokasi lainnya.
Beberapa fasilitas yang dapat dijumpai sepeti jalan beton bagi horti walk, tempat
penginapan, musholla, kantin, dan tempat parkir (Gambar 19). Namun,
penggunaan bahan serta arsitektur bangunan failitas pendukung ini kurang
memberikan karakter tapak sebagai kawasan agrowisata.

Gambar 19 Fasilitas agrowisata


pada sub ruang agrowisata sayuran
Peningkatan kelengkapan dan penempatan fasilitas pada lokasi yang tepat
sangat penting diperhatikan sehingga dapat berfungsi secara maksimal.
Penggunaan bahan serta bentuk bangunan fasilitas wisata yang akrab dengan alam
atau bernuansa pedesaan dapat memperkuat karakter serta konsep agrowisata
yang diharapkan. Pada proses perencanaan berikutnya dilakukan pengembangan
fasilitas berdasarkan aktivitas yang dikembangkan pada masing-masing sub ruang
agrowisata. Pada Tabel 9 berikut merupakan analisis fasilitas yang terdapat pada
masing-masing sub ruang agrowisata utama dan pengembangannya berdasarkan
analisis pengembangan aktivitas yang telah dilakukan sebelumnya (Tabel 6).
Tabel 9 Analisis fasilitas wisata kawasan agrowisata
Ruang Atraksi Wisata
Aktivitas
1.Tanaman Hias
Berbelanja tanaman hias*
Pengamatan terhadap keragaman
jenis tanaman hias.
Ikut serta dalam aktivitas
budidaya tanaman hias.
Menikmati keindahan tanaman
hias, photohunting dan
berbelanja tanaman hias

Fasilitas
Pekarangan rumah yang
digunakan sebagai ruang display
tanaman hias*, lath house*,
papan nama dan informasi,
pembibitan, lahan percobaan,
bangunan hidroponik, rumah
kaca, jalan setapak, tempat
parkir, kantin, tempat duduk.

2. Tanaman Sayuran

Horti Walk, duduk dan bersantai,


menikmati iklim dan panorama
pegunungan, photohunting,
berbelanja*.
Pengamatan terhadap keragaman
jenis tanaman sayuran.
Mengikuti proses kegiatan
penanaman hingga panen,
pengolahan produk dan
penjualan, mengkonsumsi hasil
olahan.

Lahan pertanian, panorama


alam pegunungan dan pertanian,
good view, penginapan, kantor
informasi, kantin, saung petani,
musholla, tempat parkir*.
Lahan percobaan, ruang
pengolahan produksi dan
penjualan, papan informasi dan
area piknik keluarga.
Tempat duduk, rumah makan
tradisional.

3. Tanaman Buah

Pengamatan dan berbelanja


Strawberry*
Pengamatan terhadap keragaman
jenis tanaman buah.
Mempelajari tehnik budidaya
tanaman buah.
Jalan santai, beristirahat, memilih
dan memetik sendiri buah yang
hendak dikonsumsi.
Pengamatan*
Mengenali jenis hewan ternak,
memberi makan, memerah susu.
Mempelajari pola dan cara
beternak.
Mempelajari budidaya hewan
ternak.

Kebun buah strawberry*, tempat


pembibitan, lahan percobaan,
jalan setapak, saung atau tempat
duduk.

4. Peternakan

Kandang hewan ternak*, ruang


pengamatan, sirkulasi wisatawan.

*Aktivitas dan fasilitas yang telah ada

Informasi dan Promosi Agrowisata


Informasi keberadaan kawasan agrowisata pada tapak ditandai dengan
adanya gerbang penanda kawasan serta papan reklame yang terdapat di pintu
utama kawasan agrowisata (Gambar 20). Pintu utama ini merupakan akses masuk
pertama yang dapat dijumpai wisatawan yang berasal dari Kota Jakarta dan
sekitarnya, atau akses masuk terakhir bagi wisatawan yang berasal dari Kota
Bandung dan sekitarnya. Informasi kawasan pada gerbang berupa tulisan
Kawasan Agropolitan kurang memberikan informasi mengenai keberadaan
kawasan agrowisata sehingga penggantian gerbang ini perlu dilakukan. Informasi
kawasan agrowisata dapat diperoleh berupa leaflet yang dikeluarkan oleh
beberapa dinas terkait, khususnya Dinas Pertanian serta melalui jaringan internet.

Gambar 20 Fasilitas informasi pada kawasan agrowisata


Keberadaan pusat informasi yang terletak jauh dari pintu masuk serta tidak
adanya papan informasi wisata mengakibatkan kurangnya informasi yang diterima
oleh pengunjung. Menurut Gunn (1997), sarana informasi dalam wisata dapat
berupa tandatanda pengarah jalan, peta, leaflet, pusat informasi, pusat
interpretasi pengunjung serta pemandu wisata. Penyediaan fasilitas informasi di
dalam kawasan agrowisata ini masih sangat perlu ditingkatkan sehingga dapat
memberikan informasi agrowisata dan pada akhirnya dapat menarik minat
pengunjung.
Kegiatan promosi merupakan segala bentuk penawaran dan ajakan yang
digunakan untuk memikat orang untuk berwisata. Kegiatan ini perlu dilakukan
untuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang. Pengembangan kegiatan
promosi dapat dikemas dalam bentuk yang menarik, misalnya adanya festival
tanaman dan hewan budi daya, bursa komoditas pertanian atau dilakukan melalui
penawaran paketpaket agrowisata dengan kegiatan yang menarik dan
menyenangkan. Tabel 10 merupakan analisis informasi dan promosi terhadap
kawasan agrowisata.
Tabel 10 Analisis informasi kawasan agrowisata
Bentuk Informasi
1. Informasi Kawasan

Fasilitas
Gerbang penanda dan
identitas kawasan*
Peta kawasan

2. Pusat Informasi

3. Papan Petunjuk

Kantor pusat informasi


Kantor informasi sub
ruang agrowisata*
Papan pengumuman

Lokasi
Pintu masuk kawasan
agrowisata, sub ruang kawasan
agrowisata
Ruang pelayanan pusat, sub
ruang kawasan agrowisata, titik
tertentu di dalam kawasan
Ruang pelayanan pusat
Sub ruang kawasan agrowisata
Ruang pelayanan pusat, sub
ruang kawasan agrowisata, titik
tertentu di dalam kawasan

Papan larangan
Rambu peringatan
Papan informasi
pendidikan pertanian
Papan penunjuk arah*

Ruang pelayanan pusat, sub


ruang kawasan agrowisata, titik
tertentu di dalam kawasan
Ruang pelayanan pusat, sub
ruang kawasan agrowisata, titik
tertentu di dalam kawasan
Lokasi objek dan atraksi
agrowisata, pada titik tertentu
sebagai fungsi informasi
pendidikan dan pengetahuan
Percabangan jalan dan pada titiktitik tertentu di dalam kawasan.

*Fasilitas informasi yang telah ada

View
Kawasan agrowisata memiliki wilayah yang cukup luas, ketinggian serta
karakter visual yang beragam. Tapak dengan berbagai bentuk pola penggunaan
lahan memperkaya kawasan dengan panorama alam yang menarik. Selain itu,
beberapa kondisi fisik tapak memberikan kedaan visual yang menarik sehingga
dapat menjadi potensi bagi kawasan untuk menarik minat wisatawan.
Beberapa keadaan visual yang menarik seperti kondisi fisik kawasan dengan
topografi beragam, latar belakang Gunung Gede dan Pangrango yang sangat
panoramik, hamparan kebun sayuran dengan sistem terasering ataupun tidak,
aktivitas

pertanian

masyarakat,

permukiman

penduduk

pedesaan

yang

mengelompok dan dikelilingi hamparan kebun sayuran serta keindahan tanaman


hias yang berada di sisi jalan (Gambar 21). Lokasi tapak hingga ketinggian 1650
mdpl memungkinkan wisatawan menikmati panorama Kawasan Puncak yang
berada di sebelah Timur dan panorama Gunung Gede di sebelah Barat.
Karakter dan bentuk rumah serta bangunan fasilitas agrowisata yang
bernuansa alami dan pedesaan dapat mendukung karakter serta konsep agrowisata
pada kawasan. Meningkatnya jumlah villa berarsitektur modern dapat mengurangi
keindahan serta karakter tapak. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan
terhadap semakin meningkatnya pembangunan villa di dalam tapak, serta
kerjasama dengan masyarakat setempat untuk meningkatkan karater tapak sebagai
kawasan agrowisata. Peletakan tempat duduk atau saung pada lokasi tertentu
dilakukan untuk memfasilitasi wisatawan agar dapat menikmati potensi visual
yang terdapat di dalam tapak.

Gambar 21 Potensi visual pendukung konsep agrowisata


Berkaitan dengan aktivitas pertanian dan wisata, sampah menjadi
permasalahan penting bagi sanitasi serta estetika lingkungan. Berdasarkan
pengamatan lapang, tumpukan sampah sering dijumpai menumpuk pada suatu
lokasi atau dekat dengan sistem drainase sehingga menimbulkan pemandangan
yang tidak menyenangkan. Penyediaan fasilitas tempat sampah di berbagai lokasi
di dalam kawasan perlu dilakukan untuk mengurangi permasalahan sampah di
dalam kawasan, meningkatkan keindahan, kesehatan serta kenyamanan berwisata.
Penyediaan sistem drainase atau saluran pembuangan yang baik perlu
dilakukan sehingga sampah tidak dimasukkan kedalamnya serta mampu
mengumpulkan dan menyalurkan air hujan ataupun air bawah permukaan dengan
baik. Saluran pembuangan air di atas tanah dapat dibuat secara tertutup ataupun
terbuka. Untuk mendapatkan kesan visual yang lebih baik, saluran dapat ditutup
dengan penutup beton ataupun grill besi di sepanjang saluran atau diatas lintasan
manusia. Gambar 22 memperlihatkan permasalahan sampah dan sistem drainase
yang terdapat di dalam tapak.

Gambar 22 Sampah dan sistem drainase pada tapak

Faktor Pendukung Agrowisata


Aspek Fisik
Iklim dan Kenyamanan
Berdasarkan data iklim yang tercatat pada stasiun iklim Pacet yang diukur
pada 6044LS dan 1070BT pada ketinggian 1150 mdpl, dan diukur pada rentang
tahun 2000-2004, kawasan agrowisata memiliki suhu rata-rata 20,8 0C, dengan
kisaran 20,01-21.50C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan September, sedangkan
terendah pada bulan Agustus. Curah hujan rata-rata 272.97mm/bulan, dengan
curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Mei dan curah hujan tertendah terjadi
pada Bulan Agustus. Sedangkan kelembaban rata-rata pada kawasan 84.95%
dengan penyinaran rata-rata pada tapak 43.88% dengan kisaran 11-73%. Kondisi
iklim rata-rata kawasan agrowisata pada rentang waktu 2000-2004 terdapat pada
Lampiran 1 dan 2.
Suhu

pada

kawasan

agrowisata

merupakan

suhu

optimal

bagi

pengembangan sayuran dan tanaman hias dataran tinggi. Rendahnya suhu pada
kawasan ini merupakan potensi bagi tapak yang menawarkan suasana serta iklim
dingin dan sejuk pegunungan, sehingga berpotensi menarik wisatawan yang
berasal dari Kota Jakarta dan kota-kota lainnya yang berhawa panas. Sedangkan
penyinaran tinggi pada lokasi kebun sayuran yang cenderung terbuka dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi wisatawan. Hal ini dapat diatasi dengan
menyediakan struktur peneduh dalam kawasan sebagai fungsi naungan, seperti
pohon, shelter atau saung petani. Pada umumnya kawasan alamiah cenderung
menstabilkan suhu udara dan mengurangi keadan-keadan yang ekstrim. Tanaman
berperan sebagai bahan penyerap panas dan sinar matahari pada kawasan.
Kelembaban yang menyebar melalui transpirasi oleh tanaman membantu
menurunkan dan menstabilkan suhu udara (Laurie 1986).
Menurut Laurie (1986) kisaran kelembaban udara yang nyaman bagi
manusia adalah sekitar 40-75%, sehingga kelembaban di dalam kawasan
agrowisata ini berada di luar kisaran kenyamanan. Namun pada dasarnya manusia
dapat bertoleransi terhadap kelembaban yang tinggi dibandingkan dengan suhu
yang tinggi (Safarianugraha 2004). Struktur peneduh yang diletakkan di dalam
kawasan juga digunakan untuk mengantisipasi curah hujan yang tergolong tinggi,

selain dengan menggunakan sistem perkerasan yang aman dan nyaman serta
penyediaan saluran drainase yang baik.

Jenis Tanah
Berdasarkan peta tanah semi detil DAS Citarum Tengah III skala 1:50.000
tahun 1980, jenis tanah pada tapak merupakan andosol distrik, regosol distrik dan
regosol eutrik. Jenis tanah andosol terdapat di puncak hingga lereng Gunung Gede
atau pada dataran tinggi volkan lebih dari 1000 mdpl. Sedangkan tanah regosol
terdapat pada bagian tengah hingga menyebar ke seluruh bagian tapak (Gambar
23). Sifat tanah pada kawasan agrowisata terdapat pada Lampiran 3.
1
2

Keterangan
1 : Regosol Distrik
2 : Regosol Eutrik
3 : Andosol Distrik

Gambar 23 Peta tanah kawasan agrowisata


(Sumber: Peta Tanah Semi Detail DAS Citarum Tengah III, Jawa Barat. Skala 1:50000. 1980)

Pertanian lahan kering pada kawasan agrowisata ini terdapat pada tanah
andosol yang umumnya memiliki struktur gembur dan cukup subur sehingga
mendukung pengembangan agrowisata yang direncanakan. namun mudah
tererosi. Jenis tanah regosol pada kemiringan sedang cukup stabil dan dapat
dikembangkan sebagai daerah wisata. Sedangkan pada daerah miring dan peka
erosi dilakukan penanaman tanaman konservasi. Tabel 11 merupakan hasil
analisis jenis tanah terhadap pola pemanfaatan lahan kawasan agrowisata.

Tabel 11 Analisis jenis tanah pada kawasan agrowisata


Jenis
Tanah
Andosol

Regosol

Keterangan

Pola Pemanfaatan Lahan

Dijumpai di daerah
puncak gunung, lereng
serta lungur Gunung
Gede, merupakan daerah
dengan bentuk wilayah
berbukit sampai
bergunung dengan lereng
antara 16-70%. Solum
agak tebal, gembur,
drainase cepat, bahan
organik tinggi pada
lapisan atas.
Berada tersebar di kaki
Gunung Gede, bentuk
wilayah berbukit sampai
bergunung dengan lereng
30-50%, drainase baik,
struktur lemah dan lepas.
Regosol coklat
kekuningan memiliki
kandungan bahan organik
rendah di semua lapisan.

Tanah belukar, Hutan


Lindung dan Pertanian

Hutan

Solusi
Perencanaan
Jenis tanah
mendukung bagi
aktivitas
pertanian, sebagi
objek dan atraksi
utama kawasan
agrowisata.

Pada kemiringan
cukup stabil dapat
dikembangkan
sebagai daerah
wisata, sedangkan
pada daerah
miring sebagai
daerah
konservasi.

Aspek Pengelolaan
Kawasan Agrowisata
Pengelola Kawasan Agrowisata
Unit Pengelola Agropolitan merupakan pengelola Desa-desa Pusat
Pertumbuhan (DPP) termasuk aktivitas agrowisata, yang secara langsung dikelola
oleh petani. Pemandu penyuluh pertanian menjadi pembina bagi aktivitas
organisasi di lapang, berada di bawah Kelompok Kerja Kabupaten yang
menangani agropolitan secara umum (Gambar 24).
Pada kegiatan agrowisata ini, sektor agribisnis lebih diperhatikan berkaitan
dengan peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga
aspek wisata masih menjadi perhatian kecil dari aktivitas ini. Dalam
mengembangkan usaha agrowisata pada dasarnya terdapat tiga komponen yang
cukup menentukan, yaitu pemerintah, pengusaha atau investor serta pelaksana
atau tenaga operasional (Tirtawinata dan Fachruddin 1999). Peranan pemerintah
berkaitan dengan pembuatan, penetapan dan pelaksanaan peraturan-peraturan,
pembinaan dan penyuluhan. Pengusaha atau investor berperan dalam penyediaan

modal dan pengelolaan atau manajemen serta pengembangan objek agrowisata


lebih lanjut. Sedangkan pelaksana berfungsi sebagai tenaga operasional di lapang.
Pembina
Dinas PertanianCianjur

Ketua
Wakil Ketua

Sekretaris

P4S

Sarana
Produksi

Pos
Pelayanan
Hayati

Bendahara

Pengolah
Hasil

Budidaya

Pemasaran

Packing
House

Gambar 24 Struktur organisasi Unit Pengelola Agropolitan


Pengelolaan yang terstruktur dengan baik terhadap kawasan agrowisata ini
perlu dilakukan sehingga aktivitas wisata dapat berjalan dengan baik. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan agrowisata adalah berkaitan
dengan pengelolaan objek yang ditawarkan, pengelolaan pengunjung, pengelolaan
fasilitas serta pengelolaan terhadap keamanaan. Dengan struktur pengelolaan yang
baik, diharapkan dapat mengembangkan serta menjamin keberlanjutan kawasan
agrowisata.

Rencana Tata Ruang Wilayah


Menurut PP No 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN), dua aspek yang menonjol pada wilayah Kabupaten Cianjur
adalah penetapan kawasan andalan Bopunjur dan sekitarnya dengan sektor
pertanian tanaman pangan dan pariwisata. Arahan bagi kawasan andalan ini
adalah mengembangkan Bopunjur sebagai kawasan unggulan agribisnis dan
agrowisata

dengan

memberdayakan

mempertahankan fungsi konservasi.

masyarakat

setempat

dan

tetap

Tabel 12 Arahan rencana peruntukan ruang berdasar Kepres No. 79 tahun 1985
Fungsi
1. Kawasan Lindung
2. Kawasan Budidaya Pertanian
3. Kawasan Budidaya Non Pertanian

Jenis Penggunaan Ruang


Hutan lindung
Tanaman tahunan
Tanaman pangan lahan kering
Pemukiman Perkotaan
Pemukiman Pedesaan

4. Pariwisata
Sumber: RTRW kabupaten Cianjur

Berdasarkan RTRW Kabupaten Cianjur 2005-2015, Kecamatan Pacet dan


Cipanas termasuk kedalam simpul atau pusat dalam kawasan andalan sebagai
pusat kegiatan lokal serta merupakan wilayah terkonsentrasinya penduduk atau
pemukiman. Pada sektor pertanian subsektor tanaman sayur, kecamatan ini
memberikan kontribusi terbesar sebesar 102.041 ton/ha. Pada sektor pariwisata,
wilayah ini memiliki potensi sumber daya alam yang besar serta lokasi yang
strategis sehingga memiliki potensi besar dalam pengembangan kegiatan wisata.
Peruntukan ruang pada kawasan agrowisata meliputi hutan suaka alam, kawasan
pariwisata, pemukiman perkotaan dan pertanian lahan kering.
Tata ruang pada kawasan agrowisata harus memperhatikan fungsi utama
kawasan sebagai kawasan konservasi tanah dan air. Berkaitan dengan kawasan
agrowisata sebagai bagian dari wilayah terkonsentrasinya penduduk dan
pemukiman, terdapat beberapa upaya pengawasan dan pengendalian kawasan
pemukiman sehingga tidak mengganggu fungsi utama kawasan tersebut. Beberapa
upaya tersebut adalah sebagai berikut. 1) Pelaksanaan kordinasi atau konsultasi
dan pemberian ijin dilaksanakan oleh Bappeda sebagai instansi yang mempunyai
wewenang dalam penyusunan rencana pembangunan dan pengawas pelaksanaan.
2) Izin mendirikan bangunan (IMB) dapat diperiksa setelah pemohon memperoleh
Planning Permit bagi bangunan yang diajukannya. 3) Dalam rangka menjaga
kualitas lingkungan perumahan, maka setiap pengembang dan masyarakat dalam
pelaksanaan dan pembangunan harus berdasar UU gangguan. 4) Penyedian tanah
bagi pembangunan fasilitas umum dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama
dengan masyarakat yang dapat mewakili. 5) Pengelolaan lingkungan perumahan
dilakukan melalui upaya pemulihan kembali masyarakat yang tinggal di
pemukiman kumuh dan kawasan lindung.

SINTESIS
Berdasarkan hasil analisis data berupa faktor utama dan pendukung
agrowisata, diperoleh potensi serta kendala dari masing-masing faktor data
tersebut. Dalam tahap perencanaan selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan
tujuan serta konsep pengembangan kawasan yang diharapkan. Tabel 13
memperlihatkan potensi serta kendala yang dapat dijumpai pada tapak serta solusi
yang ditawarkan berdasarkan konsep serta tujuan studi.
Secara fisik, kawasan agrowisata terbagi atas ruang utama agrowisata,
ruang pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Ruang utama agrowisata
terbagi atas sub ruang atraksi agrowisata berdasarkan komoditi pertanian yang
terdapat di dalam kawasan. Sub ruang ini terdiri atas sub ruang atraksi agrowisata
tanaman hias, sub ruang atraksi agrowisata sayuran, sub ruang agrowisata atraksi
buah serta sub ruang agrowisata atraksi peternakan. Sub ruang di dalam ruang
pendukung agrowisata terdiri atas sub ruang penerimaan , sub ruang pelayanan,
sub ruang transisi dan sub ruang masyarakat. Sedangkan ruang penyangga
merupakan ruang yang berfungsi menyangga kawasan konservasi di dalam
kawasan agrowisata.
Aktivitas yang dikembangkan di dalam masing-masing sub ruang
agrowisata utama dikembangkan berdasarkan keikutsertaan wisatawan dalam
aktivitas pertanian. Sedangkan aktivitas di dalam sub ruang pendukung
merupakan aktivitas pasif pendukung aktivitas agrowisata. Fasilitas yang
dikembangkan disesuaikan berdasarkan aktivitas yang telah direncanakan. Jalur
sirkulasi dipisahkan antara jalur masyarakat dengan jalur wisatawan guna
meningkatkan masing-masing tujuan tersebut. Penerapan tujuan serta konsep
agrowisata pada tapak menghasilkan block plan kawasan (Gambar25)

Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata


No

Data

A. Faktor Utama Agrowisata


1
Letak, Luas dan Batas
Tapak

Tata Guna Lahan

Ketinggian, Topografi dan


Kemiringan Tapak

Analisis
Potensi

Permasalahan

Tapak memiliki lokasi


strategis, dilalui jalur
penghubung Ibu kota
Negara, Kota Jakarta
dengan Ibu kota Provinsi
Jawa Barat, Kota Bandung
sehingga mudah dicapai
Tapak merupakan kawasan
yang luas dengan alam
pertanian dan pegunungan
yang menarik
Pola ruang yang ada hanya
Pola pemanfaatan lahan
untuk tujuan produksi,
yang beragam
belum sesuai dengan tujuan
Proporsi pemanfaatan
agrowisata
lahan terbesar berupa
Perkembangan
pertanian
permukiman dapat
mengakibatkan alih fungsi
lahan

Topografi berbukit dengan


kemiringan yang cukup
bervariasi memberikan
kesan dinamis serta view
menarik pada kawasan

Terdapat daerah curam


berbahaya pada kelas
kemiringan >45%

Konsep
Menciptakan kawasan
agrowisata dengan
mengoptimalkan potensi
alam pertanian secara
maksimal

Solusi
Pengembangan potensi tapak
sebagai kawasan agrowisata,
sebagai alternatif daerah tujuan
wisata pada kawasan Puncak

Mempertahankan lahan
Menciptakan tiga ruang
pertanian sebagai ruang utama
agrowisata: ruang utama
agrowisata, hutan sebagai
agrowisata, ruang
ruang penyangga, permukiman
pendukung agrowisata serta
ruang penyangga
sebagai ruang pendukung
agrowisata
Mengoptimalkan pola
pemanfaatan lahan beragam
sebagai rangkaian view
menarik di dalam kawasan
agrowisata
Mempertahankan penggunaan
sistem berteras pada area
kebun berlereng, tanaman
bergilir serta sistem drainase
Menjadikan daerah konservasi
pada daerah berlereng curam

70

Lanjutan Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata
No
4

Data
a. Objek dan Atraksi
Agrowisata

b. Pariwisata sekitar Tapak

Aksesibilitas dan Sistem


Transportasi

Fasilitas Agrowisata

Analisis
Potensi
Permasalahan
Beragam komoditi pertanian Pola ruang belum sesuai
dengan tujuan agrowisata
yang dapat dikembangkan
Pemanfaatan terhadap
sebagai objek dan atraksi
potensi agrowisata yang
agrowisata
terbatas dengan aktivitas
yang terbatas pula
Belum adanya kerjasama
antar objek wisata yang
dapat meningkatkan
perkembangan kawasan
agrowisata
Tiga akses masuk kawasan Sistem transportasi dan
jalur sirkulasi yang kurang
memudahkan dalam
pengaturan jalur agrowisata tertata
Lebar dan kondisi jalan
kurang sesuai
Kurangnya fasilitas wisata
yang tersedia serta
peletakan yang kurang
merata
Penggunanan disain
arsitektur bangunan yang
kurang menunjang konsep
agrowisata pada tapak

Konsep
Ruang agrowisata utama
berdasarkan potensi
pertanian kawasan
Keragaman aktivitas
agrowisata berdasarkan
keikutsertaan wisatawan
dalam aktivitas pertanian

Solusi
Diversifikasi ruang dan
aktivitas agrowisata
berdasarkan komoditi pertanian
yang dimiliki oleh kawasan

Menjadikan kawasan
agrowisata sebagai salah satu
daerah tujuan wisata melalui
peningkatan program wisata

Tapak dikelilingi bermacam


objek wisata yang telah
dikenal masyarakat secara
luas

Pemisahan jalur wisatawan


dan masyarakat untuk
meningkatkan kenyamanan
masing-masing tujuan

Pemisahan dan pengaturan jalur


bagi wisatawan dan masyarakat
serta meningkatkan kualitas dan
kuantitas jalan

Penyediaan fasilitas yang


Penyediaan fasilitas wisata
fungsional dan estetik,
sesuai aktivitas yang
peletakan yang tepat, mudah dikembangkan pada lokasi yang
pemeliharaan serta sesuai
tepat dan strategis.
dengan karakter tapak
Penggunaan disain bangunan
yang memperkuat karakter serta
menunjang konsep agrowisata.

71

Lanjutan Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata
No

Data

Informasi dan Promosi


Agrowisata

View

B. Faktor Pendukung Agrowisata


1
Aspek Fisik
a
Iklim

Jenis Tanah

Analisis
Potensi
Permasalahan
Informasi komoditas pada
Kurangnya fasilitas
tapak yang telah dikenal
informasi serta promosi
masyarakat secara luas.
kawasan agrowisata yang
dapat menarik pengunjung.

Konsep

Peningkatan ketersediaan
fasilitas informasi wisata pada
tapak.
Penempatan fasilitas informasi
pada lokasi yang mudah dilihat
dan dijangkau pengunjung.
Memanfaatkan serta
mengoptimalkan panorama
kawasan sebagai rangkaian view
menarik di dalam kawasan
agrowisata

Alam pegunungan dan


pertanian, aktivitas
pertanian serta keragaman
pola pemanfaatan lahan
beragam sebagai pendukung
good view kawasan
agrowisata

Suhu optimal bagi


pengembangan sayuran dan
tanaman hias dataran tinggi,
serta menawarkan suasana
dan iklim khas pegunungan

Penyinaran dan curah hujan


tinggi

Jenis tanah regosol pada


kemiringan sedang cukup
stabil dan dapat
dikembangkan sebagai
daerah wisata.
Jenis tanah andosol cukup
subur sehingga mendukung
pertanian sebagai objek
agrowisata.

Solusi

Penggunaan struktur peneduh


sebagai fasilitas naungan dari
hujan dan penyinaran yang
tinggi
Penggunaan sistem perkerasan
dan sistem drainase yang baik
Pengembangan aktivitas dan
fasilitas pada tanah stabil
Mempertahankan serta
meningkatkan kualitas jenis
tanah bagi pertanian

72

Lanjutan Tabel 13 Aspek data, permasalahan dan solusi pada kawasan agrowisata
No

Data

2
a

Aspek Teknis
Pengelolaan

Rencana Tata Ruang


Wilayah (RTRW)

Analisis
Potensi
Adanya perhatian serta
upaya pengembangan
terhadap kawasan
agrowisata
Peruntukan ruang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Cianjur

Permasalahan
Belum tersedia kelompok
yang secara langsung
mengelola kawasan
agrowisata

Konsep

Solusi
Pembentukan kelompok atau
organisasi sebagai pengelola
kawasan agrowisata secara
langsung
Mempertahankan fungsi ruang
dalam kawasan sesuai
peruntukan lahan dalam RTRW
Kabupaten Cianjur

73

(Gambar 25: Block Plan)

PERENCANAAN LANSKAP
Dari hasil block plan yang telah diperoleh kemudian dilakukan rencana
ruang, pengembangan terhadap aktivitas dan fasilitas serta pembentukan jalur
sirkulasi, hingga menghasilkan suatu rencana lanskap (landscape plan).
RENCANA RUANG
Rencana zonasi ruang pada tapak bertujuan untuk mengakomodasi
kebutuhan wisatawan maupun masyarakat. Rencana ruang terbagi atas tiga ruang
tujuan wisata, yaitu ruang utama agrowisata, ruang pendukung agrowisata serta
ruang penyangga.
Ruang Utama Agrowisata
Merupakan ruang tempat berlangsungnya atraksi agrowisata utama.
Difersivikasi komoditi pertanian di dalam kawasan diterjemahkan ke dalam
ruang-ruang atraksi agrowisata, sehingga kawasan agrowisata ini terbagi atas sub
ruang agrowisata tanaman hias, sub ruang agrowisata sayuran, sub ruang
agrowisata buah dan sub ruang agrowisata peternakan.
Ruang Agrowisata Tanaman Hias
Merupakan ruang atraksi agrowisata dengan komoditi tanaman hias. Di
dalam ruang ini, wisatawan dapat mengenal keragaman tanaman hias yang ada
serta mengetahui tehnik budidaya hingga pemeliharaanya. Di dalam ruang ini
terbagi atas beberapa ruang berupa ruang budidaya, ruang display atau
pemajangan serta ruang penyambutan dan pelayanan sebagai ruang pendukung
aktivitas agrowisata.
Sub ruang budidaya merupakan ruang dimana wisatawan dapat mengetahui
proses persiapan media tanam, pembibitan, pemeliharaan hingga pengemasan
tanaman hias siap jual dilakukan. Sub ruang display adalah sebagai ruang yang
digunakan untuk mempertontonkan beragam jenis serta keindahan tanaman hias
siap jual. Selain menggunakan fasilitas pendukung, ruang ini juga direncanakan
memanjang atau linier mengikuti pola jalan yang ada (Gambar 26).

69

Permukiman
Display Tanaman hias
Jalur pejalan kaki
Jalur kendaraan

Gambar 26 Ilustrasi pola ruang display agrowisata tanaman hias


Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran
Pada ruang atraksi wisata komoditas tanaman sayuran, wisata yang akan
dikembangkan adalah wisata agribisnis sayuran, sehingga di dalam ruang ini
terbagi atas beberapa ruang. Ruang-ruang tersebut adalah ruang kebun sayuran,
ruang budidaya, ruang usaha pasca panen hingga pengolahan produk, ruang
teknologi pertanian serta ruang penyambutan dan pelayanan.
Sub ruang kebun sayuran merupakan ruang bagi masyarakat untuk
melakukan aktivitas pertanian, sekaligus sebagai objek yang dapat dinikmati oleh
wisatawan untuk mengetahui proses pertanian yang dilakukan. Sub ruang
budidaya merupakan ruang bagi wisatawan untuk dapat secara langsung
melakukan proses penanaman hingga pemanenan sayuran. Pada sub ruang pasca
panen dan pengolahan produk, wisatawan dapat mengikuti proses setelah sayuran
dipanen dan diolah menjadi bentuk yang lebih menarik untuk dinikmati.
Kemudian pada sub ruang penjualan produk wisatawan dapat membeli hasil
panen dan olahannya tersebut. Wisatawan juga dapat mengetahui serta
mempelajari teknologi pertanian yang telah dilakukan petani pada sub ruang
teknologi pertanian.

70

Gambar 27 Ilustrasi sub ruang kebun sayuran

Ruang Agrowisata Tanaman Buah


Pada ruang atraksi wisata komoditas tanaman buah wisatawan dapat
memperoleh buah segar yang dipetik secara langsung dari kebunnya, sehingga sub
ruang yang dikembangkan adalah sub ruang kebun buah, sub ruang budidaya, sub
ruang penjualan dan sub ruang penyambutan dan pelayanan. Buah yang
dikembangkan adalah jenis buah yang dapat tumbuh di dalam kawasan, seperti
alpukat, jeruk, apel, jambu dan rambutan.

Gambar 28 Ilustrasi sub ruang kebun buah


Sub ruang kebun buah merupakan kebun dengan beragam macam buah di
dalam satu area, yang dapat diperoleh serta dinikmati langsung oleh wisatawan.
Sub ruang budidaya merupakan ruang bagi wisatawan untuk mempelajari teknik
budidaya pada tanaman buah dan teknologi yang digunakan. Wisatawan dapat
membawa hasil buah yang ada sebagai buah tangan yang dapat diperoleh pada sub
ruang penjualan.

71

Ruang Agrowisata Peternakan


Daya tarik peternakan sebagi sumber daya agrowisata antara lain pola
beternak, budidaya hewan ternak atau cara tradisional dalam peternakan. Sehingga
pada ruang atraksi peternakan ruang yang dikembangkan adalah sub ruang
kandang ternak, sub ruang padang penggembalaan bagi sapi atau halaman
berpagar bagi unggas, sub ruang penjualan produk serta sub ruang penyambutan
dan pelayanan.

Gambar 29 Ilustrasi sub ruang padang penggembalaan


Baik sub ruang kandang ternak ataupun padang penggembala merupakan
tempat bagi hewan ternak untuk memperoleh makanan. Pada kandang ternak,
wisatawan dapat secara langsung memberi makan kepada hewan ternak, memerah
susu serta mengetahui proses berternak, sedangkan pada padang penggembala
atau halaman berpagar hewan ternak memperoleh makanannya sendiri sehingga
wisatawan dapat mengetahui perilaku hewan ternak. Pada sub ruang penjualan
dapat diperoleh produk hewan ternak yang dikembangkan.

Ruang Pendukung Agrowisata


Merupakan

ruang

yang

berfungsi

memberikan

kemudahan

serta

kenyamanan bagi wisatawan sebagai pendukung aktivitas agrowisata, terbagi atas


sub ruang sebagai berikut:
Ruang Penerimaan
Merupakan ruang pertama yang berfungsi sebagai ruang penerima
wisatawan ketika memasuki kawasan agrowisata. Sebagai welcome area, ruang
ini berfungsi sebagai ruang identitas yang memberikan karakter dan identitas
kawasan sebagai kawasan agrowisata, serta ruang informasi sebagai pusat

72

informasi bagi wisatawan yang ingin mengetahui informasi wisata pada kawasan
agrowisata.
Ruang penerimaan direncanakan terletak di bagian depan jalan masuk
kawasan agrowisata juga pada masing-masing sub ruang atraksi agrowisata pada
ruang utama agrowisata sebagai ruang penyambutan. Ruang penyambutan ini
berfungsi untuk mempertegas keberadaan masing-masing sub ruang atraksi
agrowisata yang terdapat di dalam kawasan.

Gambar 30 Ilustrasi ruang penerimaan kawasan agrowisata


Ruang Pelayanan
Ruang pelayanan merupakan ruang yang berfungsi memberikan kemudahan
serta kenyaman bagi wisatawan. Ruang ini direncanakan untuk diletakkan terpusat
pada bagian depan kawasan, sehingga dapat diakses cepat oleh wisatawan ataupun
calon pengunjung kawasan agrowisata, serta diletakkan pada suatu lokai tertentu
sebagai lokasi stopping area untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan
bagi wisatawan.
Pada ruang pelayanan terpusat wisatawan ataupun calon pengunjung dapat
mengetahui produk dari kawasan agrowisata serta fasilitas pendukung wisata
lainnya, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi masingmasing sub ruang atraksi agrowisata secara langsung.

73

Gambar 31 Ilustrasi ruang pelayanan kawasan agrowisata


Ruang Transisi
Ruang transisi merupakan ruang persiapan serta sebagai ruang peralihan
yang mengarahkan dan memperkenalkan wisatawan terhadap ruang atraksi utama
agrowisata yang akan dituju. Ruang ini berupa pemukiman pedesaan serta kebun
dan aktivitas pertaniannya, sehingga wisatawan dapat merasakan suasana
pedesaan pertanian sebagai konsep pengembangan kawasan sebelum memasuki
ruang utama agrowisata. Gambar 32 menggambarkan suasana di dalam kawasan
yang dipertahankan sebagai ruang transisi.

Gambar 32 Ilustrasi ruang transisi


Ruang Masyarakat
Ruang masyarakat merupakan ruang kehidupan masyarakat pedesaan yang
telah ada di dalam kawasan sebagai bagian dari total perencanaan kawasan.
Kehidupan masyarakat pedesaan dimanfaatkan sebagai objek serta ruang yang

74

dapat memberikan pengalaman serta suasana pedesaan bagi wisatawan.


Keberadaan ruang masyarakat dipertahankan serta diperhatikan keberadaannya
sehingga tidak menyebar meluas yang dapat mengakibatkan alih fungsi lahan
pertanian. Pengembangan ruang masyarakat sebagai pendukung agrowisata tetap
memperhatikan pemukiman sebagai ruang pribadi masyarakat sehingga
pengembangannya adalah sebagai ruang aktivitas agrowisata semi ekstensif.

Ruang Penyangga
Merupakan ruang di dalam tapak yang berfungsi sebagai penyangga ruang
konservasi tanah dan air serta mempertahankan kawasan agrowisata sebagai
daerah resapan air dan kawasan lindung. Ruang penyangga kawasan agrowisata
merupakan hutan lindung eksisting serta daerah-daerah dengan kemiringan curam
yang berbahaya dan perlu dikonservasi. Hutan di dalam kawasan dapat
meningkatkan kenyamanan dan udara segar serta memberikan fungsi hidrologis
untuk menahan cadangan air.
RENCANA AKTIVITAS
DAN FASILITAS
Rencana aktivitas yang dikembangkan di dalam kawasan agrowisata adalah
aktivitas aktif dan aktivitas pasif, yang dibedakan berdasarkan keterlibatan atau
keikutsertaan wisatawan di dalam proses pertanian.
Ruang Utama Agrowisata
Rencana aktivitas aktif dan pasif di dalam ruang utama agrowisata
dikembangkan sesuai dengan komoditi pada masing-masing sub ruang atraksi
agrowisata.
Ruang Agrowisata Tanaman Hias
Aktivitas aktif dan pasif pada sub ruang atraksi agrowisata tanaman hias
diterjemahkan sebagai keikutsertaan wisatawan di dalam proses budidaya
tanaman hias. Pengembangan aktivitas agrowisata juga memperhatikan pada
fungsi masing-masing sub ruang yang ada di dalamnya.
Ruang penyambutan merupakan ruang pertama yang dapat dijumpai
wisatawan untuk memperoleh informasi mengenai agrowisata tanaman hias.
Fasilitas yang dapat dijumpai adalah kantor informasi. Selanjutnya di dalam ruang

75

display, wisatawan dapat menjumpai keragaman tanaman hias yang ditata rapi,
menarik dan siap jual. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa
pengamatan, berfoto ataupun berbelanja. Pada ruang budidaya, aktivitas aktif
yang dikembangkan adalah mengikuti proses budidaya tanaman hias, di mulai dari
persiapan media tanam, teknik perbanyakan tanaman, pemeliharaan hingga proses
persiapan

tanaman

untuk

dijual.

Aktivitas

aktif

rekreatif

yang

dapat

dikembangkan berupa seni menata taman ataupun merangkai bunga. Fasilitas


pedukung aktivitas aktif berupa lath house, lahan pembibitan dan percobaan,
papan informasi. Sedangkan fasilitas pendukung aktivitas pasif berupa kios
penjualan tanaman hias, loket penjualan, tempat duduk serta fasilitas jalan
setapak.

Gambar 33 Ilustrasi aktivitas berbelanja pada agrowisata tanaman hias

Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran


Sub ruang kebun sayuran merupakan ruang produksi sayuran masyarakat
sebagai objek pertanian yang dapat dinikmati wisatawan, sehingga aktivitas yang
dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan, jalan santai, berfoto atau
istirahat. Fasilitas yang dikembangkan berupa jalan setapak serta tempat duduk
atau saung petani. Pada sub ruang budidaya, aktivitas yang dikembangkan adalah
aktivitas aktif wisatawan dalam proses penanaman hingga panen sayuran. Fasilitas
yang disediakan berupa lahan percobaan, gudang peralatan. Selanjutnya

76

wisatawan dapat secara langsung ikut menangani proses pasca panen hingga
mengolahnya menjadi produk olahan sederhana yang lebih menarik untuk
dikonsumsi. Fasilitas yang disediakan berupa packing house dan bangunan
sederhana bagi pengolahan produk. Produk dan bahan olahan ini kemudian dapat
dibeli wisatawan pada ruang pelayanan. Wisatawan dapat memperoleh wawasan
dan pengetahuan mengenai teknologi yang digunakan dalam budidaya tanaman
sayuran pada sub ruang teknologi pertanian berupa lahan percontohan dengan
fasilitas pendukung berupa papan informasi.

Gambar 34 Ilustrasi aktivitas pengamatan pada agrowisata sayuran


Ruang Agrowisata Tanaman Buah
Sub ruang kebun buah merupakan objek tanaman buah yang dapat dinikmati
keragaman serta keindahannya oleh wisatawan melalui aktivitas pengamatan,
jalan santai ataupun istirahat di dalam kebun. Di dalam kebun ini pula wisatawan
dapat memetik secara langsung buah yang telah matang dan hendak dikonsumsi.
Fasilitas yang disediakan berupa saung, papan informasi, tempat duduk serta jalur
bagi pejalan kaki.

Gambar 35 Ilustrasi aktivitas pada agrowisata buah

77

Di dalam sub ruang budidaya, wisatawan dapat secara langsung


mengetahui tehnik perbanyakan tanaman buah serta penanganan pasca panen
melalui fasilitas tempat pembibitan dan packing house. Buah siap jual dapat
secara langsung dibeli pada ruang pelayanan.
Ruang Agrowisata Peternakan
Sub ruang budidaya merupakan ruang hidup hewan ternak di dalam
kandang. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas aktif mengikuti pola dan
cara berternak, seperti memberi makan, memerah susu pada hewan ternak sapi,
ataupun aktivitas memberi makan serta mengikuti proses pemilihan dan
pengambilan telur pada ternak unggas. Pada sub ruang bermain, aktivitas yang
dikembangkan adalah aktivitas pasif berupa pengamatan terhadap keragaman serta
perilaku hewan ternak. Di dalam ruang produksi dan pengolahan produk,
wisatawan dapat mengetahui proses pasca panen dan pengolahannya ke dalam
kemasan siap jual. Fasilitas yang disediakan berupa kandang percobaan dan
pengamatan, padang gembala atau halaman berpagar, papan informasi, jalur
pengamatan, ruang produksi dan ruang pengolahan.

Gambar 36 Ilustrasi aktivitas memerah susu pada agrowisata peternakan


Ruang Pendukung Agrowisata
Di dalam ruang pendukung agrowisata, aktivitas yang dikembangkan adalah
aktifitas pasif, sesuai dengan fungsi pada masing-masing sub ruang sebagi berikut:
Ruang penerimaan
Sebagai area pertama yang dijumpai oleh wisatawan yang datang, ruang
penerimaan yang berfungsi sebagai ruang identitas membutuhkan fasilitas

78

identitas kawasan berupa papan atau gerbang penanda kawasan. Tidak hanya
terletak pada akses masuk kawasan agrowisata, juga pada masing-masing sub
ruang atraksi agrowisata yang dikembangkan. Suasana pedesaan dengan
penggunaan arsitektur bangunan tradisional serta penggunaan tanaman buah
sebagai tanaman jalan dapat memberikan identitas kawasan sebagai kawasan
agrowisata. Aktivitas di dalam ruang ini memperoleh informasi mengenai jenis
agrowisata yang dikembangkan.

Gambar 37 Ilustrasi gerbang penanda kawasan, loket tiket


serta informasi kawasan agrowisata
Fasilitas pendukung yang direncanakan pada ruang penerimaan berupa
penunjuk arah, papan informasi, gerbang penanda kawasan, loket tiket dan kantor
pengelola serta pusat informasi. Fasilitas papan penunjuk arah dan informasi
berupa peta kawasan ataupun informasi agrowisata tidak hanya diletakkan di satu
tempat, namun menyebar di lokasi yang tepat di dalam kawasan agrowisata yang
dapat dilihat jelas oleh wisatawan.

Gambar 38 Ilustrasi papan penunjuk arah dan informasi

79

Ruang Pelayanan
Sebelum memasuki kawasan atraksi wisata, wisatawan dapat memperoleh
pelayanan wisata yang terdapat dekat dengan lokasi ruang penerimaan. Ruang
pelayanan yang direncanakan memusat adalah ruang yang terpisahkan dari total
kawasan karena dibelah oleh lintasan jalan negara. Ruang pelayanan yang
diletakkan menyebar pada titik-titik tertentu di dalam kawasan berfungsi sebagai
stopping area bagi wisatawan. Selain itu, ruang pelayanan juga terdapat pada
masing-masing sub ruang atraksi agrowisata pada ruang utama agrowisata.
Aktivitas yang dikembangkan pada ruang pelayanan terpusat ini adalah
melepas lelah, beribadah, makan dan minum, berbelanja dan bermalam, sehingga
fasilitas yang disediakan berupa tempat parkir, tempat duduk, saung, musholla,
toilet umum, telepon umum, rumah makan tradisional, kios penjualan produk
agrowisata serta tempat penginapan. Pada lokasi tertentu sebagai stopping area,
aktivitas yang dikembangkan berupa istirahat melepas lelah, melepas dahaga atau
lapar sehingga fasilitas yang disediakan berupa kios makanan ataupun saung
berarsitektur tradisional sebagai fasilitas istirahat bagi wisatawan. Aktivitas yang
dikembangkan pada ruang pelayanan pada masing-masing sub ruang atraksi
agrowisata berupa beristirahat sejenak, makan dan minum atau berbelanja
souvenir. Berkaitan dengan aktivitas tersebut, fasilitas pelayanan yang dapat
dijumpai berupa tempat parkir, musholla, toilet, tempat makan, telepon umum,
serta penyediaan saung dan tempat duduk pada titik tertentu sebagai tempat
istirahat.

Gambar 39 Ilustrasi fasilitas saung pada stopping area

80

Ruang Transisi
Merupakan ruang di dalam kawasan agrowisata sebagai ruang persiapan
menuju ruang utama agrowisata. Ruang ini berupa deretan pemukiman serta
hamparan kebun pertanian kawasan agrowisata. Aktivitas yang dikembangkan
adalah aktivitas pasif berupa aktivitas jalan santai, bersepeda, duduk dan
beristirahat serta menikmati pemandangan yang ada.

Gambar 40 Ilustrasi aktivitas pada ruang transisi


Fasilitas yang disediakan berupa tempat pemberhentian kendaraan dan
tempat duduk pada suatu lokasi dengan objek pemandangan alam yang menarik,
jalur bagi pengguna sepeda serta jalur bagi pejalan kaki.
Ruang masyarakat
Ruang masyarakat berpotensi sebagai objek serta atraksi wisata yang dapat
ditawarkan kepada pengunjung. Pola kehidupan masyarakat pedesaan pertanian
menjadi hal menarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan. Sifat masyarakat
yang cenderung terbuka memungkinkan untuk mengembangkan fasilitas tempat
tinggal sebagai fasilitas home stay bagi wisatawan. Sebagai ruang pribadi
masyarakat, aktivitas wisata yang dilakukan tidak direncanakan secara intensif.
Pengembangan aktivitas semi intensif wisata berupa pengamatan serta bermalam
di pemukiman penduduk.
Ruang Penyangga
Merupakan ruang penyangga bagi daerah konservasi kawasan, sehingga
aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas pasif dan berorientasi pada alam
berupa nature trail, viewing berupa jalanjalan menikmati keindahan dan
menghirup udara segar ataupun photohunting. Fasilitas yang ada hanya jalur bagi

81

pejalan kaki serta tempat duduk. Jalur yang direncanakan adalah alami, sehingga
tidak mempengaruhi fungsi konservasi.

RENCANA JALUR AGROWISATA


Pengembangan konsep sirkulasi membagi jalur sirkulasi pada tapak menjadi
dua jalur kepentingan yaitu jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat.
Jalur Sirkulasi Wisata
Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur sirkulasi bagi wisatawan untuk
menikmati objek serta atraksi wisata yang ditawarkan pada kawasan agrowisata.
Jalur ini terbagi atas tiga jalur sebagai berikut:
1. Jalur primer
Jalur ini merupakan jalur utama bagi kendaraan tujuan wisata yang
menghubungkan ruang-ruang di dalam kawasan agrowisata. Jalur ini berupa
jalan propinsi yang terdapat di dalam kawasan dengan pola loop atau memutar
sehingga tidak terjadi pengulangan jalur. Lebar jalan yang direncanakan 5,56,5 m bagi dua jalur kendaraan dengan satu arah sehingga tidak menimbulkan
kemacetan.
2. Jalur Sekunder
Jalur sekunder wisata diperuntukkan bagi kendaraan sepeda. Perencanaan jalur
ini adalah penggunaan jalur sirkulasi sepeda kelas I, yaitu pemisahan total
antara jalur sepeda dengan jalur sirkulasi lainnya sehingga dapat memberikan
kenyamanan bagi wisatawan.

2.4 m

6.5 m

Gambar 41 Potongan jalur wisata primer dan sekunder

82

Lebar yang direncanakan 2,4 m dengan dua jalur kendaraan sepeda. Jalur ini
direncanakan melalui ruangruang di dalam kawasan dengan mengikuti pola
jalur primer yang direncanakan, untuk mendapatkan pengalaman serta
pemandangan alam yang menarik.
3. Jalur Tersier
Jalur tersier merupakan jalur yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, berupa
trotoar ataupun berupa track alami yang menghubungkan sub-sub ruang dalam
ruang atraksi agrowisata. Lebar yang direncanakan adalah 1,2-1,8 m dengan
kemiringan maksimal pada trotoar adalah 5 % dengan pola jalur memusat
menuju pusat pusat atraksi.
Berdasarkan kondisi tapak yang memiliki jalur yang panjang, tempat
istirahat menjadi tempat yang menyenangkan untuk beristirahat, sehingga pada
jarak tertentu fasilitas tempat duduk sebagai stopping area disediakan bagi
wisatawan yang ingin beristirahat.

1.8 m

Gambar 42 Ilustrasi tempat pemberhentian kendaraan


Jalur Sirkulasi Masyarakat
Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur yang dibuat bagi kebutuhan
masyarakat sebagai fungsi produksi ataupun sebagai penghubung antar ruang
kehidupan masyarakat. Jalur ini terbagi atas dua jalur sebagai berikut:
1. Jalur Primer
Jalur primer merupakan jalur bagi kendaraan produksi dan kendaraan umum
yang memasuki kawasan. Jalur produksi dapat menggunakan dua arah sebagai
penghubung antara kebun, ruang masyarkat serta akses keluar kawasan.

83

Kesamaan jalur produksi dengan jalur wisatawan dapat memberikan suasana


pertanian sehingga memperkuat konsep agrowisata yang diinginkan, selain
memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mengangkut dan menjual hasil
sayuran ke luar kawasan. Lebar minimum yang direncanakan adalah 7,5 m.
Sedangkan jalur angkutan umum merupakan jalur penghubung ruang
masyarakat dengan ruang di luar kawasan. Jalur angkutan umum ini terpisah
dengan jalur bagi wisatawan sehingga tidak saling mengganggu. Fasilitas halte
atau tempat pemberhentian kendaraan diletakkan pada titiktitik tertentu
sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh kendaraan umum.
2. Jalur Sekunder
Jalur ini merupakan jalur pejalan kaki bagi masyarakat sebagai fungsi
ketetanggaan. Jalur ini dapat berupa track sebagai penghubung di dalam
kawasan pemukiman atau penghubung antar sub ruang kehidupan masyarakat
dan direncanakan sealami mungkin sesuai dengan kondisi kawasan yang
bernuansa pedesaan

85
LEGENDA

PETA ORIENTASI

: Jalur Wisatawan
: Jalur Masyarakat
: Area Konservasi (a)
: Area Pemukiman (b)
: Lahan Pertanian (c)
: Kebun Buah (d)
: Area Peternakan (e)
: Akses Masuk

KECAMATAN PACET (2002)


W

E
S

KABUPATEN CIANJUR

TANPA SKALA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
ISTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

JUDUL STUDI

d
e

PERENCANAAN LANSKAP
BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN
KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR
JUDUL GAMBAR

RENCANA LANSKAP
KAWASAN AGROWISATA

DIGAMBAR OLEH

SEPTAMIA HALIDA
A 34201025
DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. ALINDA F.M. ZAIN, M.Si


Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
TANGGAL DISETUJUI

PARAF

ORIENTASI

NO GAMBAR

E
S

SKALA

43

Tabel 14 Ruang, aktivitas dan fasilitas agrowisata


Ruang

Tujuan

A. Ruang Utama Agrowisata


Mengenal
1. Agrowisata
keragaman jenis
Tanaman Hias
tanaman hias serta
(2%/30Ha)
mengetahui teknik
budidaya tanaman
hias

Sub Ruang

Aktivitas
Aktif

a. Ruang penyambutan
b. Ruang display
c. Ruang budidaya

Mengenal
keragaman,
mengamati proses
pertanian dari
pengolahan tanah
hingga pengolahan
produk,
mengetahui
teknologi
pertanian
sederhana ataupun
tinggi serta
mempelajari
tehnik budidaya
tanaman sayuran.

a. Ruang penyambutan
b. Ruang kebun
sayuran
c. Ruang budidaya

d. Ruang pasca panen


dan pengolahan

e. Ruang Teknologi
pertanian
f. Ruang Pelayanan

Fasilitas

Memperoleh informasi
Pengamatan, berfoto,
berbelanja

Kantor informasi
Kios penjualan tanaman hias,
tempat duduk, jalan setapak
Lath house, lahan pembibitan
dan percobaan, papan
informasi

Melepas lelah, haus dan


dahaga, memarkir
kendaraan
Memperoleh informasi
Pengamatan, jalan santai,
berfoto, istirahat

Tempat duduk, warung


sederhana, tempat parkir,
toilet umum
Kantor informasi
Jalan setapak, tempat duduk,
saung
Lahan percobaan, gudang
peralatan

Mempersiapkan media
tanam, tehnik
perbanyakan tanaman,
pemeliharaan tanaman,
proses persiapan tanaman
siap jual

d. Ruang pelayanan
2. Agrowisata
Tanaman
Sayuran
(47%/720Ha)

Pasif

Mempersiapkan media
tanam, penanaman, panen
sayuran
Pengumpulan sayuran,
pengepakan dan
mengikuti proses
pengolahan produk
sederhana

Packing house, bangunan


pengolahan produk

Mengamati teknologi
budidaya tanaman sayuran
Melepas lelah, haus dan
dahaga, memarkir
kendaraan

Lahan percontohan, papan


informasi
Tempat duduk, warung
sederhana, tempat parkir,
toilet umum

86

Lanjutan Tabel 14 Ruang, aktivitas dan fasilitas agrowisata


Ruang
3. Agrowisata
Tanaman Buah
(2%/30Ha)

Tujuan
Mengenal
keragaman jenis,
mengetahui dan
mempelajari
tehnik budidaya
tanaman buah.

Sub Ruang

Aktivitas
Aktif

a. Ruang penyambutan
b. Kebun buah

c. Ruang budidaya

Menanam, perbanyakan
tanaman, penanganan
pasca panen

d. Ruang pelayanan

4. Agrowisata
Peternakan
(1.5%/23Ha)

Mengamati dan
mempelajari
proses dan
aktivitas
peternakan.

Fasilitas
Kantor informasi
Kebun buah, saung, tempat
duduk, papan informasi, jalan
setapak alami
Tempat pembibitan, gudang,
packing house

Melepas lelah, haus dan


dahaga, memarkir
kendaraan, berbelanja
Memperoleh informasi

Tempat duduk, warung


sederhana, tempat parkir,
toilet umum
Kantor informasi
Kandang ternak, kandang
percobaan, papan informasi,
packing house

d. Ruang pelayanan

Mengamati perilaku hewan


ternak
Melepas lelah, haus dan
dahaga, memarkir
kendaraan, berbelanja

Padang gembala atau


halaman berpagar,
Tempat duduk, warung
sederhana, tempat parkir,
toilet umum

a. Identitas Kawasan
b. Informasi Kawasan

Memperoleh informasi
kawasan

Penanda Kawasan, kantor


informasi

Istirahat, makan dan minum,


berbelanja, bermalam,
memarkir kendaraan,
beribadah.

Saung, tempat duduk, rumah


makan, kios, penginapan,
tempat parkir, toilet umum,
telepon umum, musholla.

a. Ruang penyambutan
b. Ruang budidaya

c. Ruang bermain

B. Ruang Pendukung Agrowisata


1. Ruang
Menarik
Penerimaan
wisatawan untuk
(0.5%/5Ha)
berkunjung
2. Ruang
Memberikan
Pelayanan
kemudahan serta
(1.3%/20Ha)
kenyamanan bagi
wisatawan

Pasif
Memperoleh informasi
Jalan santai, pengamatan,
istirahat, memetik dan
menikmati buah

Mengikuti pola dan cara


bertenak, memberi
makan, memerah susu,
atau pengambilan telur
pada hewan unggas

87

Lanjutan Tabel 14 Ruang, aktivitas dan fasilitas agrowisata


Ruang
3. Ruang
Transisi
(3%/45Ha)

4. Ruang
Masyarakat
(11.7%/178Ha)
C. Ruang
Penyangga
(31%/474Ha)

Tujuan

Sub Ruang

Sebagai ruang
persiapan,
mengarahkan dan
memperkenalkan
wisatawan
terhadap ruang
atraksi utama
Alokasi terhadap
kehidupan
masyarakat petani
pedesaan
Ruang konservasi
tanah dan air

Aktivitas
Aktif

Pasif
Istirahat, jalan santai,
bersepeda

Homestay, mengenal
kehidupan petani serta
menikmati suasana
pedesaan
Nature trail, viewing,
photohunting

Fasilitas
Saung, tempat duduk, jalur
bagi pejalan kaki dan sepeda

Rumah penginapan, jalur


pengamatan

Saung, Tempat duduk,


trackking alami

LEGENDA
1

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ruang Penerimaan
Ruang Pelayanan Terpusat
Ruang Transisi
Ticketting
Ruang Agrowisata Tanaman Hias
Ruang Agrowisata Tanaman Sayuran
Ruang Agrowisata Peternakan
Ruang Agrowisata Tanaman Buah
: Jalur wisatawan
: Jalur masyarakat
: Akses Masuk

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
ISTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
8

JUDUL STUDI

PERENCANAAN LANSKAP
BAGI PENGEMBANGAN AGROWISATA
DI DESA-DESA PUSAT PERTUMBUHAN
KAWASAN AGROPOLITAN CIANJUR
JUDUL GAMBAR

TOURING PLAN
KAWASAN AGROWISATA
DIGAMBAR OLEH

SEPTAMIA HALIDA
A 34201025
DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. ALINDA F.M. ZAIN, M.Si


Dr. Ir. SITI NURISJAH, MSLA
TANGGAL DISETUJUI

PARAF

ORIENTASI

NO GAMBAR

E
S

SKALA

44

TOURING PLAN
Touring plan merupakan rencana perjalanan di dalam kawasan agrowisata
yang dikembangkan ke dalam paket agrowisata. Paket wisata disusun berdasarkan
panjang waktu yang tersedia, sehingga dibagi atas paket agrowisata satu hari, dan
paket agrowisata dua hari. Pada perjalanan satu hari, paket agrowisata dibagi atas
tiga paket agrowisata. Pada pilihan pertama tidak terlalu banyak aktivitas aktif
yang ditawarkan, sehingga wisatawan dapat mendapatkan nilai pendidikan
pertanian melalui aktivitas pasif yang lebih santai atau tanpa mengikuti proses
pertanian yang ada. Pada paket dua aktivitas aktif dan pasif yang ditawarkan
seimbang, sedangkan paket tiga merupakan paket pendidikan sehingga proporsi
aktivitas aktif atau keikutsertaan wisatawan dalam proses pertanian lebih besar.
Pada paket agrowisata dua hari, semua aktivitas yang ada dikemas dalam
perjalanan selama dua hari dengan aktivitas menginap pada pemukiman
masyarakat. Rencana perjalanan pada paket agrowisata tersebut terdapat pada
tabel 15 dan 16.
Tabel 15 Paket agrowisata satu hari
Paket Wisata
Paket I
(08.00-16.30)

Ruang
Penerimaan
Pelayanan
Terpusat
Transisi
Agrowisata
Tanaman Hias
Agrowisata
Tanaman
Sayur
Pelayanan
Agrowisata
Tanaman Buah
Agrowisata
Peternakan
Masyarakat
Pelayanan
Penyangga

Paket II
(08.00-15.30)

Penerimaan
Pelayanan
Terpusat
Transisi
Agrowisata

Aktivitas
Memperoleh informasi
Memperoleh kendaraan
khusus wisata, persiapan,
istirahat sejenak.
Istirahat, jalan santai
Jalan santai berkeliling kebun tanaman
hias, istirahat dan berfoto
Berbelanja tanaman hias
Berkeliling kebun sayuran, berfoto
Berbelanja sayuran
Istirahat dan menikmati hasil olahan
sayuran
Istirahat, makan dan minum, sholat
Jalan santai mengelilingi kebun buah,
istirahat, memetik dan menikmati buah,
berbelanja
Mengunjungi peternakan sapi
Berkeliling desa
Istirahat, makan dan minum, sholat
Nature trail, wiewing dan
photo hunting
Memperoleh informasi
Memperoleh kendaraan wisata, istirahat
sejenak dan persiapan
Istirahat, jalan santai
Menanam dan teknik perbanyakan

Waktu
(menit)
20
15

10
40
30
40
30
40
25
60

30
40
15
90

20
15
10
30

Tanaman Hias
Agrowisata
Tanaman
Sayur

Pelayanan
Agrowisata
Tanaman Buah
Agrowisata
Peternakan
Masyarakat

Paket III
(08-16.30)

Penerimaan
Pelayanan
Terpusat
Transisi
Agrowisata
Tanaman Hias

Agrowisata
Tanaman
Sayur

Pelayanan
Agrowisata
Tanaman
Sayur
Agrowisata
Tanaman Buah

Agrowisata
Peternakan

Masyarakat
Penyangga

tanaman hias
Berkeliling, berfoto dan berbelanja
tanaman hias
Menanam tanaman sayuran
Melakukan teknik memanen sayuran
Mengamati proses pengolahan produk
sayuran
Mengamati teknologi pertanian
Berkeliling, berfoto dan berbelanja
tanaman sayuran
Istirahat, makan dan minum, sholat
Melakukan teknik perbanyakan tanaman
buah
Melakukan teknik memanen buah,
memetik dan menikmati buah
Memberi makan dan memerah susu sapi
1.
Kunjungan ke pemukiman
masyarakat pedesaan
2.
Memperoleh informasi
Memperoleh kendaraan wisata, istirahat
sejenak dan persiapan
Istirahat, jalan santai
Menanam dan teknik perbanyakan
tanaman hias
Jalan santai berkeliling kebun tanaman
hias, berbelanja, istirahat dan berfoto
Persiapan lahan dan penanaman
tanaman sayuran
Panen sayuran
Pengumpulan dan pengepakan hasil
panen
Istirahat, makan dan minum, sholat
Pengolahan produk sayuran sederhana
Berkeliling kebun sayuran, berfoto,
Istirahat, berbelanja dan menikmati
hasil olahan sayuran
Menanam dan perbanyakan tanaman
buah
Teknik panen dan proses pasca panen
tanaman buah
Jalan santai mengelilingi kebun buah,
istirahat, memetik dan menikmati buah
Pengamatan, memberi makan dan
memerah susu sapi
Pengamatan, memberi makan dan
pengambilan telur unggas
3.
Kunjungan ke pemukiman
masyarakat pedesaan
Nature trail, wiewing dan
photo hunting

30
30
30
20
20
30
30
25
60
25
45

20
15
10
30
30
60
30
30
20
30
30

30
30
40
45
25
45
90

Tabel 16 Paket agrowisata dua hari


Paket Wisata
Hari pertama
(08-15.00)

Ruang
Penerimaan
Pelayanan
Terpusat
Transisi
Agrowisata
Tanaman Hias
Agrowisata
Tanaman
Sayur

Pelayanan
Agrowisata
Tanaman
Sayur
Masyarakat

Hari Kedua
(06.00-14.00)

Penyangga
Pelayanan
Agrowisata
Tanaman Buah

Agrowisata
Peternakan
Agrowisata
Tanaman Hias
Masyarakat

Aktivitas
Memperoleh informasi
Memperoleh kendaraan wisata, istirahat
sejenak dan persiapan
Penjelasan dan pengamatan, istirahat,
jalan santai
Persiapan media tanam dan menanam
Teknik perbanyakan tanaman hias
Jalan santai berkeliling kebun tanaman
hias, istirahat dan berfoto
Persiapan lahan dan penanaman
tanaman sayuran
Panen sayuran
Pengumpulan dan pengepakan hasil
panen
Pengamatan teknologi pertanian
Istirahat, makan dan minum, sholat
Pengolahan produk sayuran sederhana
Berkeliling kebun sayuran, berfoto,
istirahat dan menikmati hasil olahan
sayuran
Kunjungan ke pemukiman masyarakat
Menginap

Nature trail, wiewing dan


photo hunting
Istirahat, makan dan minum
Persiapan media tanam dan menanam

Waktu
(menit)
20
20
15
45
30
45
40
30
30
20
20
45
60
25
(15.0006.00 (Hari
kedua))
120
20
30

Teknik perbanyakan dan pemeliharaan


tanaman
Teknik panen dan proses pasca panen
tanaman buah
Jalan santai mengelilingi kebun buah,
istirahat, memetik dan menikmati buah,
berbelanja
Pengamatan, memberi makan dan
memerah susu sapi
Pengamatan, memberi makan dan
pengambilan telur unggas
Berbelanja

30

Istirahat, makan dan minum, sholat,


persiapan pulang

30

30
60

45
25
20

SIMPULAN DAN SARAN


SIMPULAN
1. Desa Sindangjaya dan Sukatani merupakan desa-desa pusat pertumbuhan
kawasan Agropolitan Cianjur yang memiliki potensi komoditi serta alam
pertanian dan pegunungan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan
agrowisata.
2. Konsep perencanaan adalah mengembangkan kawasan sebagai kawasan
agrowisata yang memiliki nilai pengetahuan dan pendidikan pertanian untuk
mencapai tujuan perencanaan melalui aktivitas yang menyenangkan.
3. Tujuan perencanaan kawasan agrowisata adalah meningkatkan aktivitas
wisata pertanian untuk meningkatkan wawasan serta apresiasi pertanian
khususnya bagi wisatawan, melestarikan alam pertanian dan pegunungan yang
telah ada hingga akhirnya dapat menjadi alternatif daerah tujuan wisata serta
sumber pendapatan bagi masyarakatnya baik dari segi produksi ataupun jasa.
4. Perencanaan pengembangan ruang di dalam kawasan agrowisata berdasarkan
potensi pemanfaatan lahan kawasan dibagi atas ruang utama agrowisata, ruang
pendukung agrowisata serta ruang penyangga. Pengembangan sub ruang di
dalam ruang utama agrowisata menghasilkan diversifikasi ruang atraksi
agrowisata berdasarkan potensi komoditi pertanian kawaan yang terdiri atas
ruang agrowisata tanaman hias (2% atau 30 Ha), ruang agrowisata tanaman
sayuran (47% atau 720 Ha), ruang agrowisata tanaman buah (2% atau 30
Ha) dan ruang agrowisata peternakan (1.5% atau 23 Ha). Ruang pendukung
agrowisata berupa sub ruang penerimaan (0.5% atau 5 Ha), sub ruang
pelayanan (1.3% atau 20 Ha), sub ruang transisi (3% atau 45 Ha) dan sub
ruang masyarakat (11.7% atau 178 Ha). Ruang penyangga yang berfungsi
untuk mempertahankan fungsi kawasan sebagai daerah resapan air
direncanakan sebesar 31% ( 474 Ha).
5. Aktivitas rekreatif edukatif agrowisata diterjemahkan sebagai aktivitas aktif,
berupa keikutsertaan wisatawan di dalam proses pertanian pada keragaman
jenis tanaman hortikultura dan peternakan yang ada, serta aktivitas pasif untuk
menikmati alam pertanian dan pegunungan. Keragaman aktivitas dan fasilitas
agrowisata mampu mengurangi kemonotan serta memperpanjang waktu

kunjung wisatawan yang berdampak positif bagi peningkatan pendapatan


masyarakat.
6. Rencana ruang serta pengembangan aktivitas dan fasilitas di dalam kawasan
dihubungkan dengan jalur sirkulasi agrowisata yang dibagi atas jalur
wisatawan dan jalur masyarakat, untuk meningkatkan pencapaian tujuan,
kenyamanan serta mengurangi kemungkinan konflik yang mungkin terjadi.
7. Hasil studi berupa alternatif rencana lanskap (landscape plan) dengan rencana
perjalanan (touring plan) untuk kegiatan agrowisata.

SARAN
1. Studi perencanaan kawasan agrowisata merupakan perencanaan makro dengan
mengidentifikasi serta mengoptimalkan potensi ruang pertanian pada
kawasan, sehingga dapat dilanjutkan dengan perencanaan yang lebih detil
terhadap ruang-ruang yang telah direncanakan tersebut.
2. Perencanaan kawasan agrowisata sekaligus merupakan upaya pengembangan
kawasan agropolitan dengan memanfaatkan dan mengembangkan kondisi
pertanian yang telah ada, sehingga peningkatan karakter pedesaan dan
pertanian

serta

meningkakan

kualitas

lingkungan

dan

kesejahteraan

masyarakat perlu diperhatikan.


3. Perlu adanya pengelola kawasan agrowisata dan kerjasama, baik antara
investor, pemerintah dan pengelola kawasan agrowisata tersebut serta peran
aktif masyarakat untuk mewujudkan tujuan perencanaan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, HS. 1992. Beberapa Pemikiran Pengembangan Agrowisata pada Kawasan
Cagar Budaya Betawi di Condet, Jakarta Timur. Makalah Seminar Wisata
Agro. IPB. Bogor.
________. 2001. Peran Arsitek Lanskap dalam Perencanaan dan Pengembangan
Wisata Agro di Indonesia. Di dalam: Rapat Kerja Nasional Wisata Agro
2001; Bogor, 11-13 Okt 2001.
________. 2004. Pengembangan Agrowisata di Daerah Penyangga Kawasan
Lindung. Di dalam: Bimbingan Teknis Pengembangan Wilayah Daerah
Penyangga Kawasan Lindung; Bogor, 8 Sep 2004.
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2004. Rencana PJM
Pembangunan dan Pemeliharaan Jalur Jalan Pendukung Pariwisata Kawasan
Puncak. Kabupaten Cianjur.
Chiara, DJ, LE. Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan).
Erlangga. Jakarta.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Strategi Pengembangan Wisata Agro di
Indonesia. http://database.deptan. go.id/agrowisata. [27 Mar 2005]
Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. Mc Graw Hill Book Co. New
York.
Gunn, CA. 1993. Tourism Planning, Basics, Concepts, Cases. Taylor and
Francis. Taylor and Francis. Washington.
Hakim, R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap PrinsipUnsur dan Aplikasi Disain. Bumi Aksara. Jakarta
Harris, CW, NT. Dines. 1988. Time Saver Standards for Landscape architecture.
McGraw Hill Book Company, Inc. New York.
Hastuti, H. I. 2001. Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan
Agropolitan (Studi kasus: Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah).
Tesis. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan. Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. PT. Intermatra.
Bandung.
Mellawati. 2005. Perancangan Taman Bermain Berwawasan Pertanian di
Kawasan Wisata Agro Cilangkap Jakarta Timur. Jurusan Budi Daya
Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Nurisjah, S. 2001. Pengembangan Kawasan Wisata Agro (Agrotourism). Buletin


Taman dan Lanskap Indonesia 2001; 4(2): 20-23.
_________. 2004. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi
Arsitektur Lanskap, IPB. Bogor.
Pryatna, T.T. 1992. Perencanaan Lanskap Daerah Penerima Utama Kampus
Institut Pertanian Bogor. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian.
IPB. Bogor.
Rustiadi, E, S. Hadi. 2004. Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi
Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang. Di dalam:
Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan di
Wilayah secara Berimbang; Bogor, 20 Agu 2004. Bogor: Pusat Pengkajian
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) IPB. hlm 4-24.
Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. Mc. Graw Hill Co. New York.
Subowo.
2002.
Agrowisata
Meningkatkan
Pendapatan
http://database.deptan. go.id/agrowisata. [9 Maret 2005]

Petani.

Suwandi. 2004. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan di Kawasan


Agropolitan. Di dalam: Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi
Pembangunan Perdesaan di Wilayah secara Berimbang; Bogor, 20 Agu
2004. Bogor: Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
(P4W) IPB. hlm 55-61.
Suwantoro, G. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Andi. Yogyakarta.
Turtawinata, MR, L. Fachrudin. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata.
Panebar Swadaya. Bogor.
Yoeti, OA. 1997. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramita.
Jakarta.
_________. 2003. Tours and Travel Marketting. Pradnya Paramita. Jakarta.

Lampiran 1 Kondisi iklim kawasan agrowisata tahun 2000-2004


Uraian
Suhu (oC)
Maksimum
Rata-rata
Minimum
CH(mm)
Kelembaban
Penyinaran

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

24.54
20.72
17.52
367.78
88.72
19.46

23.64
20.06
17.8
323.64
89.6
11.67

24.56
20.78
17.86
327.74
87.82
27.32

25.62
21.28
17.8
421.32
86.18
42.76

25.26
21.3
17.54
247.04
84.74
52.24

Bulan
Jun
Jul
25.14
20.5
16.66
277.76
83.26
57.39

25.14
20.01
15.94
100.08
83.36
61.74

Sumber: Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik ( Balitbiogen ), Cianjur.

Agu

Sep

25.34
20.24
15.62
66.02
80.58
62.78

26.12
20.86
16.6
153.86
82.22
72.38

Okt
26.06
21.3
17.2
234.52
80.86
57.05

Nov

Des

24.88
21.5
17.88
510.74
85.78
31.67

25.08
21.08
17.46
245.1
86.24
30.2

Temperatur (oC)
30
20

Maksimum

10

Minimum

Rata-rata
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN

JUL AGT SEP OKT NOV DES

Curah Hujan (mm)


20
15
10
5

Curah Hujan

0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Kelembaban Udara Rata-rata (%)


95
90
85

Kelembaban

80
75
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Penyinaran (%)
80
60
40

Penyinaran

20
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Lampiran 2 Grafik kondisi iklim kawasan agrowisata tahun 2000-2004

Lampiran 3 Sifat tanah pada kawasan agrowisata


No
1

Jenis Tanah
Regosol

Sifat Tanah
- berada di daerah dengan iklim beragam
- berasal dari abu volkan atau bahan sedimen yang
tercerai-berai
- berada di medan gelombang, bergunung atau
miring
- solum dangkal sampai dalam
- berwarna kelabu hingga kuning
- mempunyai horizon A-C dengan batas samar
- bertekstur pasir dan debu (>60%)
- bertekstur butir tunggal
- konsistensi gembur serta lepas
- kadar bahan organik rendah
- kadar hara beragam
- permeabilitas cepat
- peka erosi
2
Latosol
- dijumpai pada daerah CH>2000 mm/th, bulan
kering <3 bulan
- terbentuk dari bahan induk batu atatu tufa volkan
- pada medan berombak hingga bergunung 10-1000
mdpl
- solum dalam (>1,5 m)
- berwarna merah hingga coklat
- tekstur liat, struktur remah
- konsistensi gembur dan homogen
- tanah masam hingga agak masam
- kadar BO lemah
- keadaan hara sedang hingga lemah
- permeabilitas baik dan tahan erosi
3
Andosol
- dijumpai pada daerah CH 2000 mm/th tanpa bulan
kering pasti
- terbentuk dari bahan induk tufa atau abu volkan
- pada medan datar, agak miring, bergelobang atau
datarn tinggi mulai dari 1000 mdpl
- solum agak tebal, berwarna hitam sampai kuning
- konsistensi gembur, tekstur kaya debu
- kaya bahan organik di lapisan permukaan
- fiksasi P tinggi, miskin N, P dan K, mineral liat
dominan alofan, permeabilitas sedang, peka erosi
air atau angin
Sumber: Tim Pusat Penelitian Tanah Bogor

Anda mungkin juga menyukai