PEMBAHASAN
4
tropik ke subtropik. Padang rumput merupakan biochore yang lebih kering
dibandingkan dengan savana. Wilayahnya terdiri atas hamparan padang
rumput yang luas dan kadang-kadang diselingi sedikit tanaman perdu.
Vladimir Koppen menandai kawasan padang rumput dengan tipe iklim BS
(semi arid steppa).
5
peralihan antara hutan dan padang rumput. Padang Rumput terjadi karena
keadaan tanah, kebakaran yang berulang, dan bukan disebabkan oleh
keadaan iklim.
Penjelajah Spanyol umumnya mengenal dengan istilah "Padang
Rumput " disebut padang rumput mereka menemukan sekitar Sungai
Orinoco "Llanos", serta memanggil Venezuela dan Kolombia padang
rumput dengan istilah tertentu. " Cerrado " digunakan pada Padang
Rumput yang lebih tinggi di Brazilian Central Plateau.
Banyak rumput dan komunitas campuran pepohonan, semak, dan
rumput yang digambarkan sebagai savana sebelum pertengahan abad ke-
19, ketika konsep iklim savana tropis menjadi tidak dapat dipungkiri.
Sistem klasifikasi iklim ‘Köppen’ sangat dipengaruhi oleh pengaruh suhu
dan curah hujan pada tingkat pertumbuhan pohon, dan lebih-
disederhanakan asumsi nya menghasilkan konsep klasifikasi savana tropis
yang mengakibatkan ia dianggap sebagai “formasi iklim klimaks”.
Penggunaan umum arti untuk mendeskripsikan vegetasi sekarang konflik
dengan arti luas namun konsep yang disederhanakan iklim.
6
1. Membentang Dari Daerah Tropis Hingga Ke Subtropis
Bioma padang rumput ini berada di wilayah yang memiliki iklim
tropis, namun bisa juga ekosistem ini membantang hingga ke wilayah
yang memiliki iklim subtropis yakni di daerah yang memiliki letak
astronomis antara garis ekuator hingga 23.5ᵒ garis lintang utara dan
lintang selatan.
2. Berada Di Hamparan Lahan Yang Datar Atau Sedikit Berbukit Kecil
Padang rumput ini pada umumnya berada di lahan yang bersifat datar
atau berbukit-bukit kecil. Tidak hanya itu, lahan tersebut juga
mempunyai berbagai macam spesies rumput. Di padang rumput ini
setidaknya kita menemukan 4.500 spesies rumput atau bahkan lebih.
3. Curah Hujan Rendah, Yakni Sekitar 90 Hingga 150 Cm Per Tahun
Padang rumput ini merupakan ekosistem yang memiliki curah hujan
yang rendah, yakni hanya sekitar 90 hingga 150 cm per tahunnya.
Curah hujan yang rendah itupun mempunyai pola persebaran yang
tidak teratur. Karena hujan yang turun dengan tidak teratur ini maka
akan menyebabkan porositas serta drainase kurang baik sehingga
tumbuhan sulit untuk mendapatkan air.
4. Penguapan Tinggi
Padang rumput ini kita juga akan menemukan tingkat penguapan atau
evaporasi yang tinggi. Karena adanya penguapan yang tinggi, hal ini
menyebabkan kelembaban tanah menjadi rendah.
5. Terkadang Terjadi Kekeringan Parah
Di Bioma padang rumput ini terkadang juga terjadi kekeringan yang
sangat parah. Hal ini karena ekosistem padang rumput ini hanya
memiliki curah hujan rendah, itupun tidak teratur kapan saja hujan
akan turun, sehingga hal seperti ini akan mudah menimbulkan
kekeringan.
6. Hewan Didominasi Oleh Herbivora Dan Karnivora
7
Binatang- binatang yang hidup di ekosistem padang rumput ini
sebagian besar merupakan binatang yang memakan rumput atau
memakan daging.
7. Suhu yang dimiliki mirip dengan hutan gugur
Di padang rumput ini memiliki suhu yang mirip dengan hutan gugur.
Suhu musim panas dapat mencapai lebih dari 380 celcius, saat musim
dingin dapat menurun dibawah -400 celcius.
8. Tanahnya tidak mampu menyimpan air dengan baik
Tanah di padang rumput ini merupakan jenis tanah yang kurang baik
untuk menyimpan air. Hal ini karena rendahnya tingkat porositas pada
tanah dan juga adanya sistem penyaluran yang kurag baik. Hal inilah
yang menyebabkan rumput tumbuh dengan subur.
8
rumput. Rumput yang tunbuh pun dari spesies atau jenis yang bermacam-
macam sehingga membentuk suatu padang yang sangat luas yang disebut
sebagai padang rumput.
Sama seperti bioma yang lain, bioma padang rumput juga
mempunyai komponen-komponen yang menyusun bioma padang rumput
itu sendiri. Komponen yang ada di padang rumput ini meliputi komponen
biotik dan juga abiotik. Komponen abiotik adalah komponen yang tidak
hidup atau berupa benda mati, sementara komponen biotik merupakan
komponen yang berupa makhluk hidup. Berbagai macam komponen yang
berada di padang rumput ini adalah:
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik merupakan komponen yang berasal dari benda tak
hidup atau benda mati. Komponen tersebut adalah komponen fisik dan
komponen kimia yang dijadikan media atau subtrat sebagai tempat
berlangsunganya hidup. Lebih tepatnya komponen abiotik merupakan
tempat tinggal atau lingkungan dimana komponen biotik hidup.
Komponen abiotik sangat bervariasi dan beragam. Komponen ini dapat
berbentuk benda organik, senyawa anorganik, dan juga hal-hal yang
mempengaruhi pendistribusian organisme. Berikut adalah komponen
abiotik yang mepengaruhi bioma padang rumput.
a. Suhu udara
Suhu udara mempengaruhi setiap proses yang terjadi pada makhluk
hidup. Sebagai contoh adalah penggunaan energi yang dihasilkan
oleh tubuh meregulasi suhu tubuhnya. Posisi lintang di bumi sangat
berhubungan dengan penerimaan intensitas penyinaran matahari
yang berbeda-beda di berbagai wilayah. Daerah-daerah yang
berada pada zone lintang iklim tropis menerima penyinaran
matahari setiap tahun relatif lebih banyak dibandingkan wilayah
lain. Perbedaan ini menyebabkan variasi suhu udara di berbagai
kawasan di muka bumi.
Secara umum wilayah-wilayah yang memiliki suhu udara tidak
terlalu dingin atau panas merupakan habitat yang sangat baik atau
9
optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia,
flora dan fauna. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas atau
dingin merupakan salah satu kendala bagi mahluk hidup. Khusus
dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor
pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang,
ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Karena itu, sistem
penamaan habitat tumbuhan sering kali sama dengan kondisi
iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang,
vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
b. Air
Air memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk
yang ada di bumi. Tanpa adanya air semua makhluk hidup yang
ada mati.
c. Garam
Keberadaan garam mampu mempengaruhi suatu organisme dalam
proses osmosis. Ada beberapa organisme yang mampu beradaptasi
dengan lingkungan dengan kandungan garam yang tinggi.
d. Tanah dan batu
Karakteristik yang ada pada tanah mampu memberikan pengaruh
terhadap penyebaran organisme yang ada berdasarkan kandungan
yang ada pada tanah dan batu tersebut. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tersebut adalah pH tanah dan struktur fisik tanah
serta kondisi mineral yang dikandung oleh tanah.
Tanah merupakan media tumbuh dan berkembangnya tanaman.
Tingkat kesuburan tanah merupakan faktor utama yang
berpengaruh terhadap persebaran tumbuhan. Ini berarti semakin
subur tanah maka kehidupan tumbuhan semakin banyak jumlah
dan keanekaragamannya.
e. Cahaya matahari
Tidak dapat dipungkiri bahwa sinar matahari merupakan satu-
satunya energi yang memberikan kehidupan bagi organisme yang
hidup di bumi ini. Salah satu contohnya adalah pada proses
10
fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan. Tanpa adanya fotosintesi
maka tumbuhan tidak bisa hidup. Padahal tumbuhan merupakan
produsen bagi organisme lainnya yang tidak dapat digantikan oleh
yang lainnya.
2. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen dalam ekosistem yang berupa
organisme atau makhluk hidup. Komponen biotik dalam ekosistem
merupakan komponen yang selain komponen abiotik.
11
Gambar 2.4 Rumput sebagai organisme autotrof di Padang
rumput
b. Organisme heterotrof
Organisme kedua ini adalah jenis organisme yang tidak bisa
membuat makanan sendiri. Karena tidak mampu menghasilkanan
sendiri maka organisme heterotof mengfungsikan organisme lain
sebagai makanannya. Dalam hal ini adalah organisme autotrof
yang difungsikan sebagai makanan bagi organisme heterotof.
Organisme jenis ini adalah hewan pemakan rumput yang ada di
padang rumput. Hidup hewan ini bergantung pada rumput-rumput
yang hidup di sekitar mereka.
Organisme heterotrof yang lain adalah hewan pemangsa yang
menjadi konsumen kedua setelah hewan pemakan rumput. Hewan
pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini menggantungkan
hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi target
mangsa mereka.
Tidak hanya hewan pemangsa saja yang menjadi organisme
autotrof. Manusia juga termasuk dalam organisme autotrof tingkat
kedua karena manusia tidak mampu menghasilkan makanan
sendiri. Namun manusia mampu menggunakan akalnya untuk
memanipulasi makanan.
12
Gambar 2.5 Hewan Sebagai Organisme Heterotrof Di Padang
Rumput
c. Pengurai
Komponen terakhir adalah dekomposer atau pengurai. Sebenarnya
pengurai termasuk dalam organisme heterotrof, yaitu organisme
yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari organisme
yang satu ini adalah menguraikan bahan organik dari benda hidup
yang sudah mati (misal: hewan mati, daun, batang pohon, dll).
Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput ini adalah
jamur dan bakteri. Mereka akan menyerap sebagian hasil
penguraian dan membuang beberapa bahan sederhana untuk
digunakan kembali oleh produsen (tanaman/rumput). Penggunaan
yang dilakukan oleh produsen bermaksud sebagai tambahan
makanan yang diperlukan oleh organisme autotrof untuk bertahan
hidup.
13
Gambar 2.7 Bakteri sebagai Organisme Pengurai
14
Gambar 2.8 Prairi
2. Stepa
Stepa hampir sama dengan prairi hanya jenis rumputnya lebih pendek
dan terdapat sedikit semak belukar. Steppa merupakan kawasan
peralihan antara wilayah iklim basah dan iklim kering. Stepa
merupakan kenampakan padang rumput yang halus tanpa diselingi
adanya pepohonan, kecuali yang berada di dekat sungai atau danau.
Stepa ini juga merupakan jenis padang rumput yang bersifat semi
gurun. Padang rumput ini terkadang ditutupi oleh semak atau rumput,
atau bahkan keduanya. Hal ini tergantung pada musim dan juga garis
lintang.
Contoh kawasan stepa terdapat di Rusia yang membentang dari Eropa
Timur sampai Asia Timur. Sedangkan di Argentina dan Amerika
Selatan dikenal dengan pampa, di Indonesia juga terdapat stepa
khususnya di Nusa Tenggara Timur.
15
3. Tundra
Tundra, yaitu padang rumput yang terletak di wilayah-wilayah lintang
tinggi (perbatasan dengan kutub). Jenis tanaman yang banyak kita
jumpai di wilayah tundra adalah rumput-rumput kerdil yang mampu
bertahan terhadap suhu udara dingin.
16
- Rumput di padang rumput bioma tropis cenderung lebih
tinggi daripada subtropis karena curah hujan yang konstan
yang diterimanya.
- Sejak bioma padang rumput memiliki tanah yang subur,
banyak dari mereka yang digunakan untuk pertanian.
Hanya ada 2% dari padang rumput asli yang tersisa di
Amerika Utara.
- Hewan besar yang disebut bison sebelumnya merajai bioma
padang rumput dan berkeliaran dalam jumlah jutaan.
Selama tahun 1800-an, pemukim penduduk mulai
membantai mereka karena berbagai alasan.
- Karena begitu banyak bioma padang rumput telah
digunakan untuk lahan pertanian, Amerika Serikat telah
melakukan upaya untuk mengembalikan padang rumput
dengan menanam rumput di wilayah yang sebelumnya
digunakan untuk pertanian.
17
dikenal dengan durinya. Tumbuhan akasia ini dibagi lagi ke dalam
beberapa varian yang jumlahnya mencapai 1.300 spesies dan tersebar
di seluruh dunia. Akasia banyak dijumpai tumbuh lebat di padang
rumput. Ia memiliki ciri khas daun yang berukuran kecil. Akasia ini
sangat bermanfaat dan bahkan pohonnya menjadi komoditas yang
banyak dicari.
2. Fauna Padang Rumput
Sementara itu, hewan atau fauna yang menghuni bioma padang
rumput cukup beragam. Hewan atau fauna yang hidup di padang
rumput adalah di dominasi oleh bianatang binatang herbivora dan
karnivora.
a. Binatang Herbivora, yang tinggal di padang rumput ini pun
didominasi yang memakan jenis rerumputan. Misalnya saja domba,
zebra, kuda liar, gajah. jerapah, dan masih banyak lagi lainnya.
18
Gambar 2.15 Jerapah Gambar 2.16 Bison
19
F. Peran dan Manfaat Padang Rumput Terhadap Flora dan Fauna
Padang rumput merupakan suatu areal di habitat terestial yang
ditumbuhi tanaman penutup permukaan tanah (Chaenaephytes). Bioma
padang rumput ini sudah sejak lama hadir, dan arealnya semakin
bertambah luas akibat mekanisi yang dilakukan oleh manusia, kegiatan
manusia tersebut berupa pembukaan hutan yang tidak bijaksana serta
sistem perladangan yang berpindah-pindah.
Kehadiran bioma padang rumput mempunyai peran yang sangat
penting terhadap lingkungan. Daerah padang rumput berfungsi sebagai
pencegah terjadinya pengikisan tanah akibat aliran air di permukaan
(surface run off) maupun tiupan angin. Dengan adanya tanaman
rerumputan, maka butiran air yang jatuh/tiupan angina tidak bersentuhan
langsung dengan partikel-partikel tanah yang berada di permukaan.
Dengan demikian kandungan hara pada lapisan tanah bagian atas (top soil)
dapat dipertahankan lebih baik bila dibandingkan dengan lahan pada
daerah yang terbuka. Fungsi lain yang tidak kalah pentingnya adaah
padang rumput menyediakan bahan hijauan makanan ternak (grazing land)
dalam hamparan yang relatif luas, sehingga dapat menunjang kehidupan
hewan-hewan herbivora seperti sapi,bison,rusa dan kambing. Oleh karena
itu, suatu areal padang rumput perlu mendapat perhatian untuk dikelola,
sehingga ekosistemnya dapat terus dipertahankan.
Sebagai situasi ekosistem, komunitas organisme yang dijumpai
meliputi tanaman rerumputan, hewan-hewan herbivora, dan berbagai jenis
hewan lainnya yang berfungsi sebagai organisme pengurai (dekomposer),
organisme-organisme tersebut saling berinteraksi dan cenderung
menciptakan keseimbangan di dalam ekosistemnya.
Bioma padang rumput tentu berbeda dengan bioma gurun maupun
hutan. Padang rumput adalah rumah bagi banyak hewan yang merumput
dan juga para pemakan daging yang memangsa mereka. Hewan-hewan
pemakan rumput yang hidup di sabana di Afrika Timur adalah jerapah,
gajah, badak, kijang dan zebra. Pemangsa mereka adalah keluarga kucing-
20
kucing besar, misalnya harimau. Dengan adanya pemangsa-pemangsa ini,
rantai makanan terus mengalir dengan seimbang.
Dulu, padang rumput adalah tempat yang nyaman bagi para hewan,
tapi sekarang sudah banyak yang berubah. Beberapa jenis hewan telah
diburu, bahkan kini sebagian telah hampir punah. Pada tahun 1700an,
terdapat 60 juta bison di prairie Amerika Utara. Sayangnya sekarang
hanya tinggal 150 ribu ekor. Wilayah-wilayah padang rumput yang dulu
sangat luas mulai dibajak dan dijadikan lahan pertanian, sebagian juga
telah digunakan untuk membangun lingkungan perumahan. Prairie di
Amerika Utara misalnya, sebagian digunakan untuk menanam palawija.
Padang rumput adalah salah satu bagian penting yang menunjang
kehidupan banyak jenis hewan. Untuk itu, sangat penting untuk
melakukan berbagai cara agar padang rumput dapat selalu lestari.
Kondisi lingkungan padang rumput mendukung pertumbuhan
tanaman/rumput. Rumput yang melimpah ini akhirnya menarik hewan-
hewan pemakan rumput dan kelompok hewan ini pun tinggal di sana.
Banyaknya hewan herbivora ini lalu menarik hewan pemangsa (karnivora)
untuk ikut datang dan menyerang hewan-hewan pemakan rumput tersebut.
Sehingga padang rumput merupakan rumah bagi sebagian banyak flora
dan fauna, karena tempat yang begitu luas dan terdapat sumber bahan
makanan untuk flora dan fauna. Di padang rumput ini terjadi pula proses
makan dimakan atau yang sering disebut dengan rantai makanan baik antar
sesama flora dan fauna maupun keduanya. Menurut Prawirohartono (2004:
126), dalam ekosistem terdapat banyak rantai makanan yang saling
bertautan sehingga membentuk suatu jaring-jaring makanan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa jaring-jaring makanan adalah sekumpulan rantai
makanan yang saling berhubungaan. Menurut Kurniawan dkk, jaring-
jaring makanan adalah bentukan dari banyak rantai makanan yang saling
berhubungan (2008: 226). Ekosistem yang terdiri atas banyak rantai
makanan akan membentuk jaring-jaring makanan. Rantai dan jaring-jaring
makanan ini memang sudah menjadi siklus alami bagi kehidupan hewan di
padang rumput untuk melangsungkan kehidupannya. Sehingga jika padang
21
rumput ini terganggu oleh campur tangan manusia, maka seluruh
komponen yang ada di padang rumput akan berubah dan berbeda serta
mengganggu keberlangsungan hidup flora fauna yang ada. Meskipun
manusia itu hanya sekedar berburru hewan.
Gambar 2.21
Bioma Padang Rumput sebagai habitat Flora dan Fauna
Gambar 2.22
Bioma Padang Rumput Sebagai Habitat Flora dan Fauna
Sebagian manfaat dari padang rumput untuk manusia yaitu, bahwa
ribuan tahun sebelum masehi stepa atau padang rumput Ero-Asia telah
dimanfaatkan sebagai basis kegiatan pemeliharaan sapi. Ternak ini
menjadi ukuran kesejahteraan masyarakat suku bangsa Kurga. Disamping
itu, kebutuhan akan padang rumput untuk memelihara sapi yang menjadi
22
semakin banyak telah mendorong suku bangsa Kurga untuk melakukan
ekspansi guna memperluas penguasaan teritorialnya. Setelah sapi dan
budaya pemanfaatan padang rumput meluas hingga ke Eropa maka
terjadilah periode intensifikasi pemanfaatan padang rumput. Tercatat
dalam sejarah budaya pemeliharaan sapi bahwa pada tahun 1800-an,
bangsa Irlandia dan Skotlandia melakukan investasi demi mengintensifkan
pemanfaatan padang rumput yang mereka miliki sebagai sarana
memelihara sapi untuk memproduksi daging (Rifkin, 1993). Konsumen
utama daging itu adalah orang-orang Inggris yang dikenal sebagai
konsumen paling fanatik di Eropa. Kemudian, pada tahun 1870-an para
imigran Inggris tercatat mulai memanfaatkan padang rumput yang ada di
benua Amerika untuk memelihara sapi dan menghasilkan daging. Dari
waktu ke waktu, kegiatan itu semakin berkembang sehingga para
pengusaha Bank di Amerika, investor dari Edinburg-Scotland dan para
spekulator lokal melakukan investasi secara besar-besaran. Padang rumput
dipandang sebagai tambang emas karena dengan investasi yang dilakukan
itu dapat diproduksi daging untuk memasok kebutuhan masyarakat Eropa,
terutama Inggris. Sebagai upaya mendukung transportasi sapi dan daging
yang dihasilkan padang rumput Amerika untuk dikirim ke konsumennya
di Eropa maupun di Amerika sendiri maka dibangunlah sarana jalur-jalur
kereta api.
Gambar 2.23
Padang Rumput sebagai tempat menggembala Hewan Ternak Manusia
Adanya keuntungan yang diperoleh dari memanfaatkan padang
rumput untuk memelihara sapi dan menghasilkan daging seperti
23
disampaikan diatas telah mendorong terbentuknya suatu bentuk pertanian
padang rumput (grassland agriculture). Pertanian ini bertumpu pada tata-
laksana pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput-rumputan dan
leguminosa dalam rangka usaha produksi ternak ruminansia. Usahatani
padang rumput (grassland farming) kemudian berkembang sebagai salah
satu bentuk kegiatan manusia. Tujuan kegiatan pertanian itu adalah
memanfaatan padang rumput untuk menyediakan pakan murah dalam
bentuk rumput-rumputan, hoi atau silase. Usaha itu tidaklah mudah karena
ternyata sistem produksi padang rumput adalah cukup kompleks apalagi,
setelah manusia berkeinginan memanfaatkannya secara lebih efisien.
Berbagai persoalan yang berkembang dalam tatalaksana pemanfaatan
padang rumput kemudian membutuhkan penanganan secara ilmiah.
Bagaimana mendapatkan produksi hijauan yang bermutu dalam jumlah
banyak dan bagaimana memanfaatkannya secara optimal merupakan
contoh dari persoalan padang rumput yang memerlukan jawaban empiris.
Situasi itu telah mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan tentang
padang rumput (science of grassland). Ilmu ini merupakan ramuan dari
berbagai disiplin ilmu pengetahuan yaitu dari kompleks ilmu tanah, ilmu
iklim, ilmu tanaman, ilmu ternak dan ilmu ekonomi. Ramuan ilmu
pengetahuan itu diharapkan bukan hanya dapat mendasari mekanisme
produksi ternak yang efisien namun juga sekaligus mampu menjaga mutu
lahan sehingga tercipta sistem pertanian/peternakan yang berkelanjutan
(sustainable animal agriculture systems).
Pada masa sekarang, pertanian padang rumput tidak hanya
membudidayakan rumput namun juga leguminosa. Integrasi kedua jenis
tanaman itu dalam pertanian padang rumput memberikan berbagai manfaat
untuk petani serta masyarakat luas. Manfaat itu meliputi hal-hal seperti
terlindunginya tanah dari erosi oleh air dan/atau angin, tersedianya pakan
bermutu yang murah untuk ternak ruminansia dan juga satwa liar,
tersedianya habitat yang baik untuk satwa liar (seperti halnya pada taman-
taman safari) serta terjaganya kesuburan lahan karena bahan organik lahan
mengalami penambahan secara lebih berkelanjutan.
24
Perkembangan manajemen padang rumput (grassland) sebagai basis
produksi sapi lebih lanjut melahirkan terminologi lain yaitu pastura
(pasture). Adapun yang dimaksud dengan terminologi ini adalah lahan
pada suatu unit usahatani atau ranci (ranch) yang ditumbuhi vegetasi untuk
dirumput ternak ruminansia. Pada tahun 1990-an dimana teknologi
manajemen pastura semakin berkembang maka batas pastura antar tiap
unit usahatani semakin jelas dengan adanya pagar listrik (electronic fence).
Pastura semakin berkembang dinegara-negara yang maju peternakannya
seperti Amerika, Australia dan negara-negara di Eropa. Melalui
manajemen pastura yang bertujuan mendapatkan produksi ternak tinggi
maka padang rumput alam diperbaiki dengan melakukan introduksi jenis-
jenis hijauan yang unggul dari segi mutu maupun kuantitas produksinya
disertai tata-laksana pengelolaan lahan dan pengairan.
25