Anda di halaman 1dari 9

MODUL GEOGRAFI KELAS X

Risyana Hermawan, S.Pd.

SMAN 4 Kota Tangerang Selatan


Assalamu’alaikum..

2 Selamat datang di semester baru dengan kondisi yang berbeda  1


Risyana Hermawan, S.Pd.
Hera Febriani, S.Pd Hera Febriani, S.Pd
Materi dalam modul ini mengajak anda untuk mempelajari tentang :
1. Karakteristik Lapisan-lapisan Bumi
2. Tenaga Geologi dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan
3. Dinamika Pedosfer

Cara belajar anda akan menentukan penguasaan dan keberhasilan anda sebagai peserta didik. Ikutilah
petunjuk belajar ini agar anda dapat memahami isi bahan belajar dengan baik
1. Sebelum belajar, pastikan anda siap untuk belajar dan berdo’alah sejenak
2. Baca dan pahami deskripsi isi serta tujuan pembelajaran, agar anda dapat mengetahui apa
yang harus dipelajari dari isi bahan belajar.
3. Bacalah uraian materi dengan seksama, tandai dan catat materi yang belum/kurang
dipahami.
4. Diskusikan materi yang belum dipahami dengan teman, guru, atau orang yang dianggap ahli
melalui chat, forum diskusi atau bertanya langsung apabila terdapat video conference.
5. Anda juga dapat mempelajari materi melalui media atau sumber lain yang relevan untuk
menunjang pemahaman dan wawasan materi yang sedang dipelajari.
6. Kerjakan soal latihan/evaluasi dan tugas mandiri untuk mengukur tingkat penguasaan
materi sebagai hasil pembelajaran sekaligus syarat untuk membuka modul berikutnya.
7. Jika hasil anda belum memuaskan jangan putus asa, cobalah lebih giat lagi
belajar. Enjoooy 

PETA KONSEP
Risyana Hermawan, S.Pd.
TENAGA EKSOGEN
Tenaga eksogen merupakan tenaga pembentuk muka
Bumi yang berlawanan dengan tenaga endogen. Tenaga ini
berasal dari luar bumi dan bekerja di permukaan Bumi ini
berasal dari unsur atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Beberapa di
Risyana Hermawan, S.Pd.
antaranya berasal dari tenaga air, angin, organisme, sinar
matahari, dan es. Tenaga eksogen yang mempengaruhi bentuk
permukaan bumi, terdiri atas:
1. Pelapukan
Pelapukan merupakan proses penghancuran massa batuan pembentuk litosfer
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Berdasarkan prosesnya, secara umum
pelapukan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pelapukan mekanik, pelapukan
kimiawi, dan pelapukan organik/biologis. Untuk lebih jelasnya, dijelaskan sebagai
berikut:
a) Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik adalah proses penghancuran batuan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil tanpa mengubah struktur kimianya. Pelapukan mekanik dinamakan pula
pelapukan fisika atau desintegrasi. Jenis pelapukan ini dapat terjadi karena hal-hal
berikut.
1) Perubahan Suhu secara Tiba-Tiba
Gejala perubahan suhu secara tiba-tiba sering terjadi di daerah iklim kering atau
gurun. Pada siang hari, suhu udara sangat tinggi akibat intensitas penyinaran
matahari yang kuat, akibatnya massa batuan mengalami pemuaian. Pada malam
hari suhu menjadi sangat rendah bahkan di bawah titik beku, sehingga batuan
mengalami pengerutan secara tiba-tiba. Proses pemuaian dan pengerutan ini terus-
menerus berlangsung. Akibatnya, bongkah batuan dapat pecah menjadi bagian-
bagian yang lebih kecil.
2) Pembekuan Air Menjadi Kristal-kristal Es pada Celah Batuan
Proses ini banyak terjadi di daerah iklim dingin atau di gurun. Pada waktu hujan,
titik-titik air dapat masuk ke celah-celah atau retakan batuan. Pada malam hari saat
udara menjadi sangat dingin, air di celah batuan tersebut membeku menjadi kristal
es. Akibat adanya gejala anomali air, yaitu pada saat membeku, volumenya
meningkat sekitar 0,6 m dan massa es tersebut akan menekan celah-celah batuan.
Proses penekanan itu dapat memecahkan massa batuan.
3) Kegiatan Organisme (Makhluk Hidup)
Proses pelapukan oleh makhluk hidup dapat berupa penembusan akar tetumbuhan
ke celah-celah batuan ataupun kegiatan mikro organisme, seperti cacing, jamur,
dan bakteri di dalam tanah.
4) Pergerakan Air
Pergerakan air juga dapat menyebabkan batuan yang dilaluinya pecah atau batuan
yang dibawanya menjadi hancuran yang lebih kecil. Contoh batu kerikil yang
diangkut air sungai, sudut batuannya yang semula tajam menjadi bulat.
5) Pergerakan Air Laut
Gelombang laut yang menghempas pantai merusakan batuanyang ada di pantai.
6) Pergerakan Gletser
Gletser yang bergerak lambat menggerus material batuan yang dilaluinya.

b) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi atau dekomposisi adalah proses penghancuran massa batuan yang
disertai dengan perubahan struktur kimianya. Pada gejala dekomposisi terjadi reaksi
kimia antara massa batuan dengan zat pelapuk, seperti air, karbon dioksida, atau
oksigen.
Secara umum, pelapukan dibedakan menjadi proses oksidasi, hidrasi (hidrolisa), dan
karbonasi. Proses oksidasi merupakan reaksi kimiawi antara mineral batuan dan
oksigen dan air sebagai zat pelarut. Gejala ini sangat jelas terlihat pada proses
pelapukan batuan yang banyak mengandung unsur besi.
c) Pelapukan Organis Risyana Hermawan, S.Pd.
Pelapukan organis adalah proses penghancuran massa batuan dengan bantuan
organisme makhluk hidup dan tumbuhan. Pada umumnya, pelapukan organis
dipengaruhi oleh:
1) membusuknya sisa tumuhan dapat membentuk asam gambut yang berakibat
rusaknya batuan tersebut;
2) pengrusakan batuan oleh binatang-binatang kecil di dalam tanah:
3) pengrusakan batuan oleh aktivitas manusia dengan segala peralatannya baik alat
tradisional maupun mekanik.
2. Pengikisan (erosi)
Pengikisan atau erosi adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara
alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan
bumi. Ada empat jenis erosi bila dilihat dari zat pelarutnya, yaitu sebagai berikut.
a) Ablasi
Ablasi adalah erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir. Air yang mengalir
menimbulkan banyak gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Gesekan akan semakin
besar jika kecepatan dan jumlah air semakin besar. Kecepatan air juga akan semakin
besar jika gradien (kemiringan) lahan juga besar. Gesekan antara air dengan tanah
atau batuan di dasar sungai dan gesekan antara benda benda padat yang terangkat air
oleh tanah atau batuan di bawahnya dapat menyebabkan terjadinya pengikisan.
Pengikisan oleh air sungai yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan
terbentuk v, jurang atau ngarai, aliran deras, dan air terjun.
Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam beberapa tingkatan,
sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai berikut,
1) Erosi percik (Splash Erosion)
Erosi percik yaitu proses pengikisan yang terjadi oleh percikan air. Percikan
tersebut berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan diendapkan di tempat
lain.
2) Erosi lembar (Sheet Erosion)
Erosi lembar yaitu proses pengikisan tanah yang tebalnya sama atau merata dalam
suatu permukaan tanah.
3) Erosi alur (Rill Erosion)
Erosi alur terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan, sehingga
di cekungan tersebut terjadi erosi tanah yang lebih besar. Alur-alur akibat erosi dapat
dihilangkan dengan cara pengolahan tanah biasa.
4) Erosi parit (Gully Erosion)
Proses terjadinya erosi parit sama halnya dengan erosi alur, tetapi saluran-saluran
yang terbentuk telah dalam, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan
tanah biasa.
b) Abrasi
Abrasi yaitu erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi marine.
Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan
gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan
gelombang laut yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang
alam yang diakibatkan oleh erosi air laut, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik),
gua di pantai, wave cut platform (punggungan yang terpotong gelombang), tanjung,
dan teluk.
c) Eksarasi
Eksarasi yaitu erosi yang disebabkan oleh hasil pengerjaan es. Jenis erosi ini hanya
terjadi pada daerah yang memiliki musim salju atau di daerah pegunungan tinggi.
Proses terjadinya erosi, diawali oleh turunnya salju di suatu lembah pada lereng atau
perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah,
Risyana sehingga
Hermawan, S.Pd.
menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Berkat gaya gravitasi, massa es
tersebut akan merayap menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.
d) Deflasi
Deflasi yaitu erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada awalnya angin hanya
menerbangkan pasir dan debu, tetapi kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk
menghantam batuan yang lebih besar, sehingga akan mengikis batuan tersebut.
3. Masswasting (Longsoran)
Masswasting adalah pemindahan massa batuan atau tanah karena gaya berat.
Masswasting dinamakan pula gerakan tanah. Bentuk-bentuk gerakan tanah yang biasa
kita jumpai antara lain sebagai berikut:
a) tanah longsor (land slide);
b) tanah amblas atau ambruk (subsidence);
c) tanah nendat (slumping), yaitu proses longsoran tanah yang gerakannya terputus-
putus sehingga hasil memperlihatkan bentukan seperti teras;
d) tanah mengalir (earth flow), yaitu gerakan tanah yang jenuh oleh air pada lereng-
lereng yang landai;
e) lumpur mengalir (mud flow), yaitu sejenis tanah mengalir namun kadar airnya lebih
tinggi;
f) rayapan tanah (soil creep), yaitu gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang
landai.

Gambar 20. Masswasting


(sumber:(a) www.geog.uu.nl. (b) ga.water.usgs.gov. (c) www.geovirtual.cl. (d) www.tuat.ac.jp.
(e) www1.istockphoto.com. (f) www.ucm.es)
4. Sedimentasi
Proses terakhir dari aktivitas eksogenik adalah pengendapan massa batuan atau
tanah di suatu tempat setelah mengalami erosi dan transportasi. Proses ini dikenal
dengan sedimentasi, baik terjadi di wilayah darat maupun perairan, seperti danau,
sungai dan sekitar pantai. Sedimentasi dapat terjadi jika massa zat yangHermawan,
Risyana mengangkut
S.Pd.
batuan atau tanah mengalami penurunan kecepatan atau bahkan berhenti sama sekali.
Berdasarkan zat pengangkutnya, proses pengendapan dibedakan atas sedimentasi
fluvial, eolin, dan marin.
a) Sedimentasi Fluvial
Sedimetasi fluvial adalah proses pengendapan materi-materi yang diangkut oleh air
sepanjang aliran sungai. Wilayah-wilayah yang biasa menjadi tempat pengendapan antara
lain di dasar badan sungai, pinggir sungai, danau, atau muara.
Proses pengendapan yang terjadi di sepanjang aliran sungai memperlihatkan sifat
yang khas, yaitu perbedaan butiran secara horizontal. Pada bagian hulu sungai,
batuan yang diendapkan adalah bongkah-bongkah ukuran besar. Semakin ke hilir,
semakin kecil ukuran butiran batuan yang diendapkan. Bahkan di daerah muara,
material yang diendapkan biasanya berupa pasir halus dan lumpur.
Bentukan-bentukan alam yang sering kita jumpai sebagai hasil sedimentasi
fluvial antara lain sebagai berikut.
1) Delta.
Endapan di muara sungai baik sungai yang bermuara ke danau ataupun laut. Delta
dapat terbentuk jika material yang diendapkan cukup banyak, serta arus air tidak
terlalu cepat. Berdasarkan bentuknya, kita mengenal beberapa macam delta, yaitu
delta runcing, cembung, pengisi estuarium, dan delta berbentuk kaki burung.
2) Bantaran sungai.
Dataran yang terdapat di tengah-tengah badan sungai atau pada kelokan dalam
sungai sebagai hasil pengendapan. Bantaran sungai dapat dijumpai di daerah hilir
sungai yang arusnya sangat lambat.
3) Kipas aluvial.
Endapan pasir yang terangkut oleh gerakan air mengalir yang biasa dijumpai di
lereng bawah perbukitan.
b) Sedimentasi Eolin.
Sedimentasi eolin adalah proses pengendapan material yang dibawa oleh angin. Proses
pengendapan ini banyak terjadi diwilayah gurun. Bentang alam yang sering kali kita
jumpai sebagai akibat sedimentasi angin antara lain gumuk pasir (sand dunes), yaitu
gundukan pasir yang terdapat di wilayah gurun atau di pantai.
Bentuk dan ukuran sand dunes bermacam-macam. Ada yang berukuran kecil, namun ada
pula yang sangat besar menyerupai bukit pasir. Dilihat dari bentuknya, kita mengenal
gumuk pasir yang menyerupai bulan sabit yang dinamakan Barchan, dan memanjang
menyerupai punggung paus (Whale Back). Di negara kita, sand dunes dalam ukuran
cukup besar banyak kita jumpai di pantai Parang Tritis (Yogyakarta) dan Pameungpeuk
(Jawa Barat).
c) Sedimentasi Marin
Material hasil abrasi biasanya diangkut dan diendapkan di sepanjang pantai. Proses
pengendapan semacam ini dinamakan sedimentasi marin. Hamparan pasir dan kerikil
di sepanjang pantai merupakan salah satu hasil sedimentasi marin.
Secara lebih khusus, bentukan alam yang biasa kita jumpai akibat sedimentasi marin
adalah sebagai berikut.
1) Beach. Timbunan puing-puing batu karang yang terdapat di sekitar cliff sebagai
akibat pemecahan gelombang.
2) Bar. Yaitu gosong pasir di pantai yang arahnya memanjang sebagai hasil proses
pengerjaan air laut.
3) spit merupakan endapan material sedimen laut di bagian ujung tanjung

Risyana Hermawan, S.Pd.


4) Tombolo. Gosong pasir yang menghubungkan suatu pulau karang (atol) dengan
pulau utama.

Gambar 21. Sedimentasi Marin


(Sumber: GoLearnGeography www.golearngeo.wordpress.com)

Gambar 22. Proses Pembentukan Pulau Karang (Sumber: Concise


Encyclopedia Earth, 1998)
Rangkuman
Tenaga geologi adalah tenaga yang mempengaruhi
terbentuknya muka bumi baik yang berasal dari dalam maupun
luar bumi. Tenaga geologi terbagi menjadi dua, yaitu tenaga
endogen dan tenaga eksogen.
Tenaga eksogen merupakan tenaga pembentuk muka
Bumi yang berlawanan dengan tenaga endogen. Tenaga ini
berasal dari luar bumi dan bekerja di permukaan Bumi ini
berasal dari unsur atmosfer, hidrosfer, dan biosfer.
Tenaga eksogen terdiri atas; Pelapukan, Pengikisan (erosi),
Masswasting, dan Sedimentasi.

Soal Latihan!
Soal Uraian.
1. Apa penyebab terjadinya pelapukan mekanik?
2. Apa akibat dari pengikisan oleh air? Risyana Hermawan, S.Pd.
3. Mengapa Masswasting bisa terjadi?
4. Sebutkan dan jelaskan hasil dari sedimentasi marin!

Risyana Hermawan, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai