Anda di halaman 1dari 22

Ekosistem Gurun

Mengenal Ekosistem Gurun


Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya di Bumi kita ini
mempunyai banyak sekali ekosistem, karena memang kenampakan
setiap wilayah Bumi sangat bervariasi. Ekosistem yang ada di Bumi
ini dibedakan menjadi 2 kategori yakni ekosistem darat dan air, dan
salah satu jenis ekosistem yang akan kita kenal lebih dekat adalah
jenis ekosistem darat, yaitu ekosistem gurun (baca: bioma gurun).
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai ekosistem gurun,
alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang apa
itu ekosistem gurun. Ekosistem gurun atau yang dikenal dengan
ekosistem padang pasir ini merupakan ekosistem yang meliputi
lingkungan padang pasir atau gurun. Ekosistem gurun atau padang
pasir ini juga bisa dikatakan sebagai interaksi makhluk hidup yang
berada di lingkungan atau habitat padang pasir dengan komponen-
komponen yang ada di sekitarnya, baik itu komponen biotik maupun
abiotik.

Ciri- ciri Ekosistem Gurun

Ekosistem di Bumi ini ada banyak sekali, seperti yang telah kita
ketahui bersebelumnya. Masing- masing ekosistem ini diberi nama
berdasarkan nama tempat atau habitatnya. Hal ini juga terjadi pada
ekosistem gurun atau padang pasir ini (baca: gurun terbesar di
dunia). Oleh karena di sesuaikan dengan nama lingkungan atau
habitatnya, maka masing- masing ekosistem ini mempunyai ciri
khusus. Ekosistem padang pasir atau gurun ini juga mempunyai ciri
khusus, beberapa ciri yang dimiliki oleh ekosistem gurun ini antara
lain adalah:

1. Merupakan bagian dari ekosistem darat atau tersetial


Ekosistem gurun atau padang pasir ini merupakan jenis ekosistem
daratan atau terestial. Hal ini sudah pasti karena memang
lingkungannya yang tidak terdapat di wilayah perairan, malah justru
sebaliknya. Sebagi salah satu jenis ekosistem tersetial atau
daratan, dibandingkan dengan eksositem daratan yang lainnya,
ekosistem gurun ini merupakan ekosistem yang paling luas.

Bahkan luas dari ekosistem gurun ini memenuhi hingga 1/3 dari total
luas daratan yang ada di dunia ini. Lokasi gurun terluas di
dunia berada di letak astonomis (baca: letak astronomis Indonesia)
sekitar 20ᵒ garis lintang utara, dari mulai pantai Atlantik di Afrika
hingga ke Asia Tengah. Selain itu kita juga dapat menemui beberapa
gurun yang terkenal di dunia, yakni gurun Gobi di Asia, gurun Sahara
di Afrika, dan gurun Simpson di Australia.

2. Memiliki curah hujan yang sangat sedikit, yakni dibawah 25 cm


per tahun
Salah satu ciri khas yang paling kuat yang dimiliki oleh ekosistem
gurun adalah rendahnya tingkat curah hujan yang berada di daerah
tersebut. Bahkan ekosistem gurun ini sangat sedikit memiliki
tingkat curah hujan. Curah hujan yang ada di wilayah gurun kurang
dari 25 cm per tahunnya. Selain sangat sedikit, hujan yang turun di
daerah ini juga mempunyai pola sebaran yang tidak teratur,
sehingga ada bagian gurun yang tidak menerima hujan sama sekali.

3. Laju penguapan atau evaporasi sangat tinggi


Berbeda dengan tingkat curah hujan yang dimiliki, tingkat
penguapan atau evaporasi di daerah gurun ini justru sangatlah
besar. Bahkan tingkat penguapan di daerah gurun ini lebih besar
daripada curah hujannya. Hal ini tentu saja yang menyebabkan
wilayah gurun ini sangatlah gersang dan sulit sekali dijadikan
tempat tinggal beberapamakhluk hidup.

4. Mempunyai perubahan suhu yang sangat ekstrim


Salah satu ciri dari ekosistem gurun adalah adanya perubahan suhu
yang sangat ekstrim. Perubahan ekstrim ini terletak antara sinag
dan juga malam. Suhu gurun ini sangatlah panas di siang hari,
sementara di malam hari suhu di gurun ini bisa sangat dingin.
Perbedaan suhu diantara keduanya bisa sangat banyak. Hal ini salah
satunya disebabkan karena di padang pasir atau gurun tidak ada
pepohonan sama sekali hingga membuat udara dan sinar matahari
menerpa secara langsung.

5. Tanahnya berupa pasir yang sangat kering


Ekosistem gurun juga mempunyai ciri yang sangat khas, yakni
mempunyai tanah yang berupa pasir. Maka dari itulah ekosistem
gurun ini juga dikenal dengan ekosistem padang pasir. Tanah pasir
yang berada di ekosistem gurun ini memiliki sifat yang sangat
kering. Hal ini juga disebabakan karena curah hujan yang sangat
sedikit dan persebarannya tidak merata tersebut.

Selain kering, tanah di ekosistem gurun ini juga rendah akan nutrisi
organik sehingga tidak subur sama sekali. Saking tidak suburnya,
hanya beberapa jenis tumbuhan saja yang bisa hidup di wilayah
padang pasir seperti kaktus dan juga pohon kurma. Begitu pula
degan binatang, hanya sedikit yang bisa bertahan di wilayah gurun
ini, seperti unta, ular, dan beberapa jenis serangga.

6. Didominasi oleh pasir dan juga bebatuan


Seperti namanya, yaitu padang pasir, ekosistem gurun atau padang
pasir ini merupakan ekosistem yang kenampakannya juga
didominasi oleh pasir dan juga bebatuan. Apabila kita derada di
ekosistem ini, maka kita akan banyak menemukan pasir dan batu
daripada tanah. Bahkan seluruh tahan akan digantikan oleh pasir
lembut yang jumlahnya sangat banyak.

7. Memiliki air tanah yang terasa asin


Meskipun tergolong wilayah yang mempunyai curah hujan sangat
sedikit, ekosistem gurun ini tertap mempunyai cadangan air tanah.
Namun carandan air tanah yang dimiliki wilayah gurun ini tergolong
unik karena memiliki rasa yang asin. Air di tanah di gurun ini
mempunyai rasa yang asin disebabka karena mineral garam yang
terkandung di dalamnya tidak mengalami pencucian terlebih dahulu
oleh drainase maupun air hujan.
8. Hanya bisa dihuni oleh hewan dan tumbuhan yang bereproduksi
cepat ketika udara lembab
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa tidak mudah bertahan hidup di
ekosistem gurun ini. Selain tanahnya yang sangat kering, tidak
subur dan juga keberadaan hujan sangatlah sedikit. Hal ini akan
menyebabkan hanya beberapa jenis tumbuhan dan juga hewan yang
dapat bertahan hidup di daerah ini. Tumbuhan dan juga hewan yang
dapat bertahan hidup di daerah gurun ini adalah mereka yang
mengalami reproduksi dengan cepat selama periode lembab.

Proses Terbentuknya Gurun

Padang pasir merupakan kenampakan alam yang bersifat alamiah di


Bumi ini. Padang pasir atau gurun ini merupakan kenampakan salah
satu dari wujud daratan yang ada di muka Bumi. Namun ternyata
ekosistem padang pasir ini tidaklah terjadi secara serta merta
begitu saja. Terjadinya ekosistem padang pasir atau gurun ini
karena didukung oleh 2 hal. 2 faktor yang mendukung proses
terbentuknya ekosistem gurun atau padang pasir ini adalah:

 Bayangan hujan yang berasal dari pegunungan yang tinggi


 Pola sirkulasi besar yang berasal dari angin global

Bayangan hujan dari pegunungan yang tinggi maksudnya adalah


awan yang terbentuk dari proses daur ulang air tidak bisa mencapai
daerah gurun karena akan dilahalagi oleh gunung yang menjulang
tinggi tersebut. Hal ini akan menyebabkan awan mencair sebelum
mencapai di daerah ekosistem gurun. Sementara itu, pola angin
global akan menyebabkan angin yang sampai di ekosistem gurun ini
adalah angin yang bersifat kering dan tidak membawa molekul air
sama sekali.

Komponen Ekosistem Gurun

Setiap ekosistem mempunyai komponen masing- masing.


Komponen- komponen tersebut terdiri dari komponen biotik dan juga
abiotik. Sama seperti dengan jenis ekosistem lainnya, ekosistem
gurun atau padang pasir ini juga mempunyai komponennya sendiri
yang menyusun ekosistem gurun tersebut.

Komponen yang ada di ekosistem gurun ini juga meliputi komponen


biotik dan juga abiotik. Komponen abiotik adalah komponen yang
tidak hidup atau berupa benda mati, sementara komponen biotik
merupakan komponen yang berupa makhluk hidup. Berbagai
komponen yang berada di ekosistem gurun atau padang pasir ini
antara lain:

 Komponen biotik – Komponen biotik atau komponen hidup yang


dimiliki oleh ekosistem gurun atau padang pasir ini jumlahnya
banyak dan ada beberapa jenis. Komponen biotik yang ada di
ekosistem gurun atau padang pasir antara lain tanaman dan juga
binatang yang hidup di wilayah ekosistem gurun atau padang pasir
tersebut. Tumbuhan yang hidup di padang pasir ini adalah jenis
tumbuhan yang mampu bertahan hidup dengan pasokan air yang
sangat sedikit. Demikian pula binatang yang bisa hidup di daerah ini
juga jenis binatang yang mampu bertahan hidup di daerah kering.
 Komponen abiotik – Selain komponen yang hidup, ekosistem
gurun atau padang pasir juga memiliki komponen yang tidak hidup.
Komponen yang tidak hidup ini disebut sebagai komponen abiotik.
Komponen abiotik ini adalah komponen fisik dan juga komponen
kimia yang dijadikan media maupun substrat yang dijadikan sebagai
tempat hidup makhluk hidup. Beberapa komponen abiotik yang
dimiliki oleh ekosistem gurun atau padang pasir ini antara lain
adalah suhu, air, cahaya matahari, angin, batu, pasir, dan tingkat
keasaman atau pH.
Pengertian Hutan Hujan Tropis

Hutan hujan tropika atau sering juga ditulis sebagai hutan hujan tropis adalah bioma
berupa hutan yang selalu basah atau lembap, Hal ini dikarenakan hutan hujan tropis selalu
cukup mendapat sinar matahari dan juga curah hujan yang tinggi. Yang dapat ditemui di wilayah
sekitar khatulistiwa;

Yakni kurang lebih pada lintang 0°–10° ke utara dan ke selatan garis khatulistiwa (23,5 LU
hingga 23,5 LS) yang meliputi daerah antara Cancer Tropis dan Capricorn Tropis. Hutan ini
dapat ditemukan di Asia (Indonesia,malaysia), Afrika (Kongo), Meksiko, Amerika Tengah,
Amerika Selatan (Bolivia, Venezuela, Kolombia, Brazil, Suriname, Peru), Papua Nugini, pulau-
pulau di samudera Pasifik, kepulauan Karibia, pulau-pulau Samudera Hindia, Madagaskar, dan
Australia Bagian Utara.

Hutan hujan tropis merupakan rumah untuk setengah spesies flora dan fauna
di seluruh dunia. Hutan hujan tropis juga dijuluki sebagai "farmasi terbesar dunia"
karena hampir 1/4 obat modern berasal dari tumbuhan di hutan hujan ini.

Hutan alam tropis yang masih utuh mempunyai jumlah spesies tumbuhan
yang sangat banyak. Hutan di Kalimantan mempunyai lebih dari 40.000 spesies
tumbuhan, dan merupakan hutan yang paling kaya spesiesnya di dunia. Di antara
40.000 spesies tumbuhan tersebut, terdapat lebih dari 4.000 spesies tumbuhan yang
termasuk golongan pepohonan besar dan penting.

Di dalam setiap hektar hutan tropis seperti tersebut mengandung sedikitnya


320 pohon yang berukuran garis tengah lebih dari 10 cm. Di samping itu, di hutan
hujan tropis Indonesia telah banyak dikenali ratusan spesies rotan, spesies
pohontengkawang, spesies anggrek hutan, dan beberapa spesies umbi-umbian sebagai
sumber makanan dan obat-obatan.

Hutan hujan tropis memiliki empat lapisan utama. Masing-masing lapisan


merupakan tempat hidup tanaman dan hewan yang berbeda yang telah beradaptasi
untuk hidup di wilayah tersebut. Lapisan ini telah diidentifikasi sebagai :
 Tajuk Kanopi (emergent), di ketinggian lebih dari 30 m dari permukaan tanah.
 Kanopi Atas (upper canopy), memiliki ketinggian antara 24–36 m.
 Bawah Kanopi (understory), terletak antara kanopi atas dan lantai hutan.
 Lantai Hutan (forest floor), tempatnya terhalang dari sinar matahari.
Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Ketinggian Tempat
A. Zona Hutan Hujan Bawah
Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan bawah meliputi pulaupulau Sumatra,
Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Irian, Sulawesi, dan beberapa pulau di Maluku
misalnya di pulau Taliabu, Mangole, Mandioli, Sanan, dan Obi. Di hutan hujan bawah
banyak terdapat spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae terutama anggota
genus Shorea, Dipterocarpus, Hopea, Vatiea,
Dryobalanops, dan Cotylelobium.Dengan demikian, hutan hujan bawah disebut juga
hutan Dipterocarps. Selain spesies pohon anggota famili Dipterocarpaceae tersebut
juga terdapat spesies pohon lain dari anggota famili Lauraceae, Myrtaceae,
Myristicaceae, dan Ebenaceae, serta pohon-pohon anggota genus Agathis,
Koompasia, dan Dyera.

Pada ekosistem hutan hujan bawah di Jawa dan Nusa Tenggara terdapat
spesies pohon anggota genus Altingia, Bischofia, Castanopsis, Ficus,
danGossampinus, serta spesies-spesies pohon dari famili Leguminosae. Adapun
eksosistem hutan hujan bawah di Sulawesi, Maluku, dan Irian, merupakan hutan
campuran yang didominasi oleh spesies pohon Palaquium spp., Pometia pinnata,
Intsia spp., Diospyros spp., Koordersiodendron pinnatum, dan Canarium
spp. Spesies-spesies tumbuhan merambat yang banyak dijumpai di hutan hujan
bawah adalah anggota famili Apocynaceae, Araceae, dan berbagai spesies
rotan (Calamus spp.).

B. Zona Hutan Hujan Tengah


Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan tengah meliputi Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi, sebagian daerah Indonesia Timor, di Aceh dan Sumatra Utara.
Secara umum, ekosistem hutan hujan tengah didominasi oleh genus Quercus,
Castanopsis, Nothofagus, dan spesies pohon anggota famili Magnoliaceae.

Di beberapa daerah, tipe ekosistem hutan hujan tengah agak khas. Misalnya
di Aceh dan Sumatra Utara terdapat spesies pohon Pinus merkusii, di Jawa Tengah
terdapat spesies pohon Albizzia montana dan Anaphalis javanica, di beberapa
daerah Jawa Timur terdapat spesies pohon Cassuarina spp., di Sulawesi terdapat
kelompok spesies pohon anggota genus Agathis dan Podocarpus. Di sebagian
daerah Indonesia Timur terdapat spesies pohon anggota genus Trema,
Vaccinium, dan pohonPodocarpus imbricatus, sedangkan spesies pohon anggota
famili Dipterocarpaceaehanya terdapat pada daerah-daerah yang memiliki
ketinggian tempat 1.200 m dpl.

C. Zona Hutan Hujan Atas


Penyebaran tipe ekosistem hutan hujan atas hanya di Irian Jaya dan di
sebagian daerah Indonesia Barat. Tipe ekosistem hutan hujan atas pada umumnya
berupa kelompok hutan yang terpisah-pisah oleh padang rumput dan belukar. Pada
ekosistem hutan hujan atas di Irian Jaya banyak mengandung spesies
pohon Conifer (pohon berdaun jarum) genus Dacrydium, Libecedrus,
Phyllocladus, dan Podocarpus. Di samping itu, mengandung juga spesies
pohon Eugenia spp. dan Calophyllum,sedangkan di sebagian daerah Indonesia
Barat dijumpai juga kelompokkelompok tegakan Leptospermum,
Tristania, dan Phyllocladus yang tumbuh dalam ekosistem hutan hujan atas pada
daerah yang memiliki ketinggian tempat lebih dari 3.300 m dpl.

2.2. Tipe Hutan Tropis Menurut Iklim di Indonesia


A. Hutan Tropis Basah
Hutan tropis basah adalah hutan yang memperoleh curah hujan yang tinggi,
sering juga kita kenal dengan istilah hutan pamah. Hutan jenis ini dapat dijumpai di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Bagian Utara dan Papua. Jenis-jenis yang
umum ditemukan di hutan ini, yaitu: Meranti (Shorea dan Parashorea), keruing
(Dipterocarpus), Kapur (Dryobalanops), kayu besi (Eusideroxylon zwageri), kayu
hitam (Diospyros sp).

B. Hutan Muson Basah


Hutan muson basah merupakan hutan yang umumnya dijumpai di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang
dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Jenis-jenis pohon yang tumbuh di
hutan ini antara lain jati, mahoni, sonokeling, pilang dan kelampis.

C. Hutan Muson Kering


Hutan muson kering terdapat di ujung timur Jawa, Bali, Lombok dan
Sumbawa. Tipe hutan ini berada pada lokasi yang memiliki musim kemarau berkisar
antara 6-8 bulan. Curah hujan dalam setahun kurang dari 1.250 mm. Jenis pohon
yang tumbuh pada hutan ini yaitu Jati dan Eukaliptus.

D. Hutan Savana
Hutan savana merupakan hutan yang banyak ditumbuhi kelompok semak
belukar diselingi padang rumput dengan jenis tanaman berduri. Periode musim
kemarau 4 – 6 bulan dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun. Jenis-
jenis yang tumbuh di hutan ini umumnya dari Famili Leguminosae dan
Euphorbiaceae. Tipe Hutan ini umum dijumpai di Flores, Sumba dan Timor.

2.3. Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Physiognomi


Pada sistem klasifikasi ini dasar yang dipakai adalah ciri-ciri luar vegetasi
yang mudah dikenali dan dibedakan, seperti semak, rumput, pohon dan lain-lain. Ciri
lebih lanjut seperti menggugurkan daun, selalu hijau, tinggi dan derajad penutupan
tegakan dapat pula diterapkan. Ciri-ciri yang umum digunakan yaitu :
· Tinggi vegetasi, yang berkaitan dengan strata yang nampak oleh mata biasa
· Struktur, berpedoman pada susunan stratum (A, B, C, D dan E), dan penutupan
tajuk (Coverage).
· Life-form atau bentuk hidup atau bentuk pertumbuhan, merupakan individu-
individu penyusun komunitas tumbuh-tumbuhan.
Di Indonesia berdasarkan ciri physiognomi tedapat dua tipe hutan yaitu :
Hutan Hujan Tropis, hutan yang selalu hijau dan hutan musim atau hutan yang
menggugurkan daun. Hutan hujan tropis umumnya dijumpai di Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian Utara dan Papua sedangkan hutan musim
yang menggugurkan daun dijumpai di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Maluku bagian
Selatan.
2.4. Tipe Hutan Hujan Tropis Menurut Sosiologi Vegetasi
Tipe hutan berdasarkan sosiologi vegetasi merupakan pengklasifikasian
hutan berdasarkan jenis yang dominan pada hutan tersebut atau berdasarkan famili
yang dominan di daerah itu. Contoh :
o Hutan Dipterocarpaceae di Asia Tenggara, merupakan hutan tropis yang umum
dijumpai dan Famili yang mendominasi adalah Famili Dipterocarpaceae.
o Hutan Shorea albida di Serawak, merupakan hutan tropis yang didominasi jenis
Shorea albida.
o Hutan Ebony (Diospyros sp) di Sulawesi, merupakan hutan tropis yang didominasi
oleh Ebony atau kayu hitam.
o Hutan Mahoni di Jawa, meupakan hutan musim yang didominasi oleh mahoni di
pulau Jawa.

2.5. Tipe-tipe Hutan Hujan Tropis pada Kondisi Khusus (Azonal)


Hutan pada tipe azonal umumnya dipengaruhi oleh kondisi tanah dan air
serta kondisi tempat tumbuh yang miskin hara.
a. Hutan Mangrove
Hutan yang berada di tepi pantai, didominir oleh pohon-pohon tropika atau
belukar dari genus Rhizophora, Languncularia, Avicennia dan lain-lain.
b. Hutan Gambut (Peak Forest)
Hutan yang tumbuh pada tanah organosol dengan lapisan gambut yang
memiliki ketebalan 50 cm atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang memiliki
tipe iklim A atau B menurut klasifikasi tipe iklim Schmidt dan Ferguson.
c. Hutan Rawa (Swamp Forest)
Hutan yang tumbuh pada daerah-daerah yang selalu tergenang air tawar,
tidak dipengaruhi iklim. Pada umumnya terletak dibelakang hutan payau dengan
jenis tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau dengan pohon-pohon yang tinggi bisa
mencapai 40 m dan terdiri atas banyak lapisan tajuk
PADANG RUMPUT

 Padang Rumput

Padang rumput adalah dataran tanpa pohon (kecuali yang berada di dekat sungai atau danau)
yang umumnya ditumbuhi rumput pendek.Padang rumput menjadi istilah di kehutanan yang
tidak asing meski terdapat berbagai macam kata yang berkaitan dengan hutan. Padang rumput
sendiri terletak di daerah yang memiliki musim kering yang panjang dan musim penghujan yang
pendek. Hal ini dapat dilihat di kawasan Indonesia seperti Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur.
Biasanya padang rumput terletak di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 900-4000m diatas
permukaan laut.
Padang rumput ini terjadi secara alami disebabkan adanya cuaca yang mempengaruhi
rendahnya curah hujan. Curah hujan yang rendah mengakibatkan tumbuhan kesulitan untuk
menyerap air, sehingga tumbuhan yang dapat bertahan ialah rumput. Seperti diketahui bahwa
rumput dapat hidup dan beradaptasi dalam keadaan tanah yang kering. Oleh karena itu
tumbuhan rumput lebih banyak tumbuh dibandingkan dengan tumbuhan yang lain.
Padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang,
seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
Savana merupakan padang rumput yang dipenuhi beberapa jenis pohon yang menyebar,
biasanya terletak di wilayah tropis dan subtropics
Pengertian
Pada habitat darat dikenal istilah Bioma yaitu daerah habitat yang meliputi skala yang luas atau
bisa juga diartikan kumpulan species (terutama tumbuhan) yang mendiami tempat tertentu di
bumi yang dicirikan oleh vegetasi tertentu yang dominan dan langsung terlihat jelas di tempat
tersebut. Oleh karena itu biasanya bioma diberi nama berdasarkan tumbuhan yang dominan di
daerah tersebut salah satunya adalah padang rumput.
Padang rumput terdiri atas steppa dan prairi. Steppa merupakan suatu wilayah yang ditumbuhi
rumput-rumputan pendek. Istilah steppa digunakan untuk menyebutkan padang rumput di
Eurasia. Adapun padang rumput tinggi di Amerika Utara dinamakan prairi yang didominasi oleh
jenis padang rumput Indian Grasses. Di Argentina disebut pampa dan di Hongaria disebut
puszta.

 Ciri-ciri padang rumput


1. Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah
hujannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
2. Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
3. Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang
baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
4. Daerah padang rumput yang relatif basah, seperti di Amerika Utara, rumputnya
mencapai 3 m, misalnya: rumput-rumput bluestem dan India Grasses.
5. Beberapa jenis rumput mempunyai ketinggian hingga 3,5 m
6. Memiliki pohon yang khas, yaitu akasia
7. Tanah pada umumnya tidak mampu menyimpan air yang disebabkan oleh rendahnya
tingkat porositas tanah dan sistem penyaluran yang kurang baik sehingga menyebabkan rumput-
rumput tumbuh dengan subur.
8. Daerah padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika
 Lingkungan biotik:
- Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase
kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi
karena mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang
rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan,
puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.

- Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan
kanguru diAustralia. Karnivora: singa, srigala, anjing liar, cheetah.

 Proses Terbentuknya
Terbentuknya padang rumput secara alami lebih banyak disebabkan cuaca tepatnya oleh
rendahnya tingkat curah hujan, yakni hanya sekitar 30 mm/ tahun. Curah hujan yang rendah
menyulitkan tumbuhan untuk menyerap air. Akibatnya, hanya jenis tumbuhan rumput yang dapat
bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan alam yang kering.
.

 Ekosistem Padang rumput


Di bumi, ada berbagai macam jenis ekosistem, salah satunya adalah ekosistem padang rumput.
Ekosistem ini terbentuk pada daerah tropik maupun subtropik yang memiliki curah hujan di
sekitar 25-30 cm/tahunnya. Di Indonesia, ekosistem padang rumput ini bisa ditemukan di pulau
Nusa Tenggara, khususnya bagian timur.
Awal terbentuknya ekosistem ini adalah dari kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan
tanaman/rumput secara luas. Rumput yang melimpah ini akhirnya menarik hewan-hewan
pemakan rumput dan kelompok hewan ini pun tinggal di sana. Banyaknya hewan herbivora ini
lalu menarik hewan pemangsa (karnivora) untuk ikut datang dan menyerang hewan-hewan
pemakan rumput tersebut. Rantai makanan ini terus berputar sehingga terbentuklah ekosistem
padang rumput.
 Komponen Pendukung Ekosistem Padang Rumput
Komponen dalam eksosistem terbagi menjadi dua bagian, yakni komponen abiotik dan
komponen biotik. Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:

a. Komponen Abiotik

Komponen abiotik merupakan komponen dalam ekosistem yang berasal dari benda tak hidup
atau benda mati. Komponen tersebut adalah komponen fisik dan komponen kimia yang dijadikan
media atau subtrat sebagai temapt berlangsunganya hidup. Lebih tepatnya komponen abiotik
merupakan temat tinggal atau lingkungan dimana komponen biotik hidup.
Komponen abiotik sangat bervariasi dan beragam. Komponen ini dapat berbentuk benda
organik, senyawa anorganik, dan juga hal-hal yang mempengaruhi pendistribusian organisme.
Berikut adalah komponen abiotik yang mepengaruhi ekosistem padang rumput.
1. Suhu udara
Suhu udara mempengaruhi setiap proses yang terjadi pad amakhluk hidup. Sebagai contoh
adalah penggunaan energi yang dihasilkan oleh tubuh meregulasi suhu tubuhnya.
2. Air
Air memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan makhluk yang ada di bumi. Tanpa
adanya air semua makhluk hidup yang ada mati.
3. Garam
Keberadaan garam mampu mempengaruhi suatu organisme dalam proses osmosis. Ada
beberapa organisme yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dengan kandungan garam
yang tinggi.
4. Tanah dan batu
Karakteristik yang ada pada tanah mampu memberikan pengaruh terhadap penyebaran
organisme yang ada berdasarkan kandungan yang ada pada tanah dan batu tersebut. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tersebut adalah pH tanah dan struktur fisik tanah serta kondisi
mineral yang dikandung oleh tanah.
5. Cahaya matahari
Tidak dapat dipungkiri bahwa sinar matahari merupakan satu-satunya energi yang memberikan
kehidupan bagi organisme yang hidup di bumi ini. Salah satu contohnya adalah pada proses
fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan. Tanpa adanya fotosintesi maka tumbuhan tidak bisa
hidup. Padahal tumbuhan merupakan produsen bagi organisme lainnya yang tidak dapat
digantikan oleh yang lainnya.
6. Iklim
Iklim merupakan kondisi cuaca suatu daerah dalam jangka waktu yang lama. Iklim menentukan
tingkat toleransi kehidupan suatu organisme.

b. Komponen Biotik

Komponen biotik adalah komponen dalam ekosistem yang berupa organisme atau makhluk
hidup. Komponen biotik dalam ekosistem merupakan komponen yang selain komponen abiotik.
Pada ekosistem ini, kita akan menemukan beberapa jenis organisme yang mendukung
terbentuknya ekosistem padang rumput. Berikut adalah komponen biotik yang ada di ekosistem
padang rumput.
Organisme autotrof
Organisme ini adalah jenis organisme yang bisa membuat atau menyintesa makanan sendiri
mengandalkan cahaya matahari, air dan komponen udara sekitar. Organisme autotrof pada
ekosistem yang ada di padang rumput adalah tanaman atau rumput. Rerumputan ini pun hidup
beradaptasi dengan kelembaban lingkungan yang memiliki curah hujan yang tidak teratur.

Organisme heterotrof
Organisme kedua ini adalah jenis organisme yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Karena
tidak mampu menghasilkanan sendiri maka organisme heterotof mengfungsikan organisme lain
sebagai makanannya. Dalam hal ini adalah organisme autotrof yang difungsikan sebagai
makanan bagi organisme heterotof.
Organisme jenis ini adalah hewan pemakan rumput yang ada di padang rumput. Hewan tersebut
adalah seperti zebra, rusa, kanguru, bison, dan kuda. Hidup hewan ini bergantung pada rumput-
rumput yang hidup di sekitar mereka.
Organisme heterotrof yang lain adalah hewan pemangsa yang menjadi konsumen kedua setelah
hewan pemakan rumput. Hewan yang menjadi organisme heterotof tingkat kedua seperti singa,
anjing liar, ular, dan manusia. Hewan pemangsa yang berkeliaran di padang rumput ini
menggantungkan hidup pada hewan-hewan pemakan rumput yang menjadi target mangsa
mereka.
Tidak hanya hewan pemangsa saja yang menjadi organisme autotrof. Manusia juga termasuk
dalam organisme autotrof tingkat ke dua karena manusia tidak mampu menghasilkan makanan
sendiri. Namun manusia mampu menggunakan akalnya untuk memanipulasi makanan.
Pengurai

Komponen terakhir adalah dekomposer atau pengurai. Sebenarnya pengurai termasuk dalam
organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak bisa membuat makanan sendiri. Tugas dari
organisme yang satu ini adalah menguraikan bahan organik dari benda hidup yang sudah mati
(misal: hewan mati, daun, batang pohon, dll).
Contoh dari pengurai pada ekosistem padang rumput ini adalah jamur dan bakteri. Mereka akan
menyerap sebagian hasil penguraian dan membuang beberapa bahan sederhana untuk
digunakan kembali oleh produsen (tanaman/rumput). Penggunaan yang dilakukan oleh
produsen bermaksud sebagai tambahan makanan yang diperlukan oleh organisme autotrof
untuk bertahan hidup.
Ekosistem padang rumput adalah bagian dari kehidupan, sudah selayaknya kita sebagai
manusia ikut menjaga keseimbangan ekosistem ini. Misalnya, tidak sembarangan memburu
hewan, baik pemakan rumput maupun hewan pemangsa seperti singa.
Perlu dijaga kestimbangan alam yang ada agar alam tetap dapat asri dan eksis hingga nanti.
Memanfaatkan organisme atau makhluk yang ada dalam ekosistem pada rumput juga
diperbolehkan asalakan dengan catatan bahwa hanya dimanfaatkan sewajarnya saja dan tidak
mengarah pada terjadinya kerusakan.
Hal ini hanya akan menimbulkan putusnya rantai makanan, dan akan berakibat kacaunya
ekosistem yang pasti merugikan manusia secara perlahan.
ARTIKEL TENTANG SAVANA

A. Pengertian Savana
Ada beberapa pengertian savana atau sabana yang berhasil penyusun dapatkan
dan dirangkum, diantaranya :
1. Sebuah sabana, atau savana, adalah padang rumput ekosistem ditandai
dengan pohon-pohon yang cukup kecil atau banyak spasi sehingga kanopi
tidak menutup. Kanopi terbuka memungkinkan cahaya yang cukup untuk
mencapai tanah untuk mendukung terputus lapisan herba terutama yang terdiri
dari rumput. Beberapa klasifikasi sistem yang juga menyatakan savana padang
rumput yang tidak ada pohon.
Hal ini sering percaya bahwa sabana banyak ruang, pohon berserakan.
Namun, dalam banyak sabana, kerapatan pohon yang lebih tinggi dan jarak
pohon lebih teratur daripada di hutan. Sabana juga ditandai dengan
ketersediaan air musiman, dengan mayoritas curah hujan terbatas pada satu
musim. Sabana yang berhubungan dengan beberapa jenis bioma. Sabana
sering berada di antara zona transisi antara hutan dan padang pasir atau padang
rumput. Savanna mencakup 20% dari luas lahan bumi. Wilayah terbesar
adalah savana di Afrika.

2. Sabana merupakan suatu wilayah vegetasi di daerah tropis atau subtropis


yang terdiri atas pohon-pohon yang tumbuh dengan jarang dan diselingi oleh
semak belukar serta rumput-rumputan. Jenis pohon yang terdapat di daerah
sabana Australia terutama ekaliptus, sedangkan di daerah Kenya, Afrika
terutama baobab (adansonia digitata) yang memiliki ciri antara lain daun dan
cabang membentuk tajuk yang berbentuk seperti payung yang melebar,
batangnya tebal, dan relatif kasar. Vegetasi yang tumbuh dengan jarang
disebabkan oleh kondisi bulan kering yang lebih lama jika dibandingkan bulan
basah dan rendahnya curah hujan di daerah tersebut. Wilayah penyebaran
sabana terutama di Australia, Afrika Timur, Brazilia, dan Indonesia terutama di
Kepulauan Nusa Tenggara.
3. Sabana, terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana berupa
padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat
di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
4. Sabana, yaitu padang rumput yang kering dan ditumbuhi semak-semak
belukar dan juga ditumbuhi pepohonan. Sabana banyak terdapat di Afrika
yang menjadi habitat hewan yang merumput (grazing animal). Sabana terdapat
pula di Australia, Amerika Selatan, dan Asia Selatan.
Di Indonesia, sabana terdapat di Nusa Tenggara Timur dan Papua
bagian tenggara. Sabana biasanya merupakan daerah peralihan antara hutan
dan padang rumput. Sabana terjadi karena keadaan tanah, kebakaran yang
berulang, dan bukan disebabkan oleh keadaan iklim.
Meskipun istilah savana diyakini awalnya berasal dari Arawak kata
menggambarkan "tanah yang tanpa pohon tetapi dengan banyak rumput baik tinggi atau
pendek "(Valdes y Oviedo, 1535), pada akhir 1800-an itu digunakan yang berarti "tanah
dengan rumput dan pohon ". Sekarang mengacu pada tanah dengan rumput dan pohon
baik tersebar atau terbuka kanopi pohon.

Penjelajah Spanyol umumnya mengenal dengan istilah "sabana" disebut padang


rumput mereka menemukan sekitar Sungai Orinoco "Llanos", serta memanggil
Venezuela dan Kolombia padang rumput dengan istilah tertentu. " Cerrado " digunakan
pada sabana yang lebih tinggi di Brazilian Central Plateau.

Banyak rumput dan komunitas campuran pepohonan, semak, dan rumput yang
digambarkan sebagai savana sebelum pertengahan abad ke-19, ketika konsep iklim
savana tropis menjadi tidak dapat dipungkiri. Sistem klasifikasi iklim ‘Köppen’ sangat
dipengaruhi oleh pengaruh suhu dan curah hujan pada tingkat pertumbuhan pohon, dan
lebih-disederhanakan asumsi nya menghasilkan konsep klasifikasi savana tropis yang
mengakibatkan ia dianggap sebagai “formasi iklim klimaks”. Penggunaan umum arti
untuk mendeskripsikan vegetasi sekarang konflik dengan arti luas namun konsep yang
disederhanakan iklim. Perbedaan ini kadang-kadang menyebabkan area seperti sabana
yang luas utara dan selatan Kongo dan Sungai Amazon untuk dikecualikan dari kategori
peta savana.

Dua faktor umum untuk semua lingkungan savana adalah curah hujan variasi dari
tahun ke tahun, dan musim kering kebakaran hutan. Sabana di seluruh dunia juga
didominasi oleh rumput tropis yang menggunakan jenis C4 dalam fotosintesis. Di
Amerika, misalnya di Belize, Amerika Tengah, vegetasi savana mirip dari Meksiko ke
Amerika Selatan dan ke Karibia. Pada Amerika Utara pohon di dekatnya adalah jenis
subtropis, mulai dari barat daya pinus Pinyon untuk tenggara Pine Longleaf dan utara ek
kastanye.

Di Amerika ada tiga jenis dari savana yaitu: yang tertutup, Chaco dan yang polos.
Yang tertutup adalah formasi yang memperpanjang oleh dataran tinggi Brazil dan
menutupi hampir 2.000.000 dengan km2. Ini menampilkan cukup beragam ekosistem:
bidang yang bersih, yang zona rumput, ladang kotor, di mana terdapat pohon dan semak-
semak, tertutup bidang, yang merupakan savana mengandung lignin khas, dan sangat
tertutup, di mana penutup arboreal menempati 50% dari tanah.

Chaco sandal hampir 1.000.000 km2 di wilayah Bolivia, Paraguay dan Argentina.
Ini adalah zona di mana tanaman mengandung lignin dengan duri mendominasi. Kondisi
iklim menjadi kekeringan semakin lebih ke barat sungai Paraguay dan Parana. Hutan
Chaco itu terjadi memiliki karakter hutan hujan tropis di zona panggilan Chaco lembab,
untuk menjadi zona hutan tipis yang Chaco kering mata uang.

Yang biasa meliputi hampir 500.000 km2 di Venezuela dan Kolombia. Dari April-
Oktober hujan membuat sungai meluap dan menyebabkan banjir. Di tempat yang kering,
air menguap dan tanah menjadi sangat mandul.

B. Ciri – ciri Savana


Ciri-ciri sabana antara lain :

1. Bersuhu panas sepanjang tahun


2. Hujan terjadi secara musiman, dan menjadi faktor penting bagi terbentuknya
sabana
3. Sabana berubah menjadi semak belukar apabila terbentuk mengarah ke daerah
yang intensitas hujannya makin rendah
4. Sabana akan berubah menjadi hutan basah apabila mengarah ke daerah yang
intensitas hujannya makin tinggi.

C. Pembagian Savana
Sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh pepohonan. Sabana dibedakan
menjadi dua, yaitu:

 Sabana murni, yaitu sabana yang pepohonan penyusunnya hanya terdiri dari satu
jenis tumbuhan aja.
 Sabana campuran, yaitu sabana yang pepohonan penyusunnya terdiri dari berbagai
jenis tumbuhan.
Ekosistem Tundra
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas tentang ekosistem tundra yang
masuk dalam kategori ekosistem alami dan secara detailnya masuk dalam
kategori ekosistem gunung. Berikut merupakan beberapa pengertian dari tundra :

 Tundra adalah suatu bioma dimana pertumbuhan pohon mengalami


keterlambatan yang disebabkan oleh rendahnya suhu lingkungan di sekitar. Tundra
juga sering disebut-sebut sebagai daerah tanpa pohon.
 Tundra adalah daratan tanpa pepohonan. Tundra juga disebut sebagai
padang lumut karena sebagian besarnya terdiri atas lumut.

Jadi, ekosistem tundra adalah tempat dimana terjadi hubungan timbal balik
antara wilayah yang didominasi oleh es dengan makhluk hidup yang hidup
disekitarnya.
Ciri dan Karakteristik
Ciri dan karakteristik dari ekosistem tundra adalah :

 merupakan sebuah ekosistem yang sebagian besar wilayahnya ditutup oleh


es, dimana tanahnya sebagian besar merupakan batuan induk yang telah
mengalami sedikit pelapukan
 biasanya pengembangan ekosistem ini tidak dapat bertahan lama, rata-rata
hanya dapat bertahan sekitar 30-140 hari.

 wilayah yang menjadi pembentukan ekosistem ini merupakan wilayah yang


memiliki curah hujan rendah, yaitu sekitar 100-250 mm/tahun. ( baca : Alat
Pengukur Curah Hujan )

 memiliki musim dingin yang panjang yaitu sekitar 9 bulan dan juga gelap,
sedangkan musim panasnya berlangsung dengan cepat yaitu hanya 3 bulan dan
terang

 merupakan wilayah yang memiliki kecepatan angin tinggi dan juga suhunya
yang dingin dengan rata-rata suhu tertingginya hanya 10 derajat Celcius
sedangkan suhu terendahnya mencapai -35 derajat Celcius

 merupkan wilayah yang memiliki tanah yang bersifat permafrost yaitu


bagian bawah tanah yang membeku secara permanen. ( baca : Sifat-fisik Tanah )

 wilayah yang memiliki setidaknya 20% dari daerah artik dari permukaan
tanah bumi

 dilihat dari segi keanekaragaman biotiknya yang rendah, struktur


vegetasinya sederhana serta musim pertumbuhan dan reproduksinya sangat
pendek

Penyebaran Ekosistem Tundra


Setiap ekosistem selalu memiliki daerah penyebarannya sendiri sesuai dengan
ketentuannya masing-masing. Dan berikut adalah penyebaran ekosistem tundra
yang dilihat dari segi flora dan juga fauna.

Flora
 ekosistem tundra dapat dijumpai di daerah rawa-rawa yang ditumbuhi
rumput teki, rumput kapas dan juga gundukan gambut. ( baca : Ciri-ciri Tanah
Gambut )
 ekosistem tundra dapat dijumpai di daerah yang basah seperti
di Greenland, dimana terdapat di semak

 selain dapat ditemukan di daerah yang yang dingin ataupun


basah, ekosistem tundra dapat dijumpai di daerah yang kering yang ditumbuhi
lumut, rumput-rumput teki dan beberapa tumbuhuan yang memiliki daun agak
lebar

 ekosistem tundra dapat dijumpai pula di daerah lereng-lereng batu yang


terdapat lumut kerak dan alga

Fauna
 ekosistem tundra dapat dijumpai pada hewan yang memiliki bulu tebal
sehinnga tubuhnya tetap merasa hangat, contohnya adalah hewan bison kutub,
rusa kutub, pingun, singa laut, rubah, kelinci salju dan beruang kutub
 selain terdapat di hewan yang memiliki bulu tebal, ekosistem tundra juga
dapat ditemukan di hewan unggas seperti burung elang dan burung hantu

 tidak hanya di darat, ekosistem ini juga terdapat di air. Dan beberapa
hewan yang terlibat dalam hal ini adalah paus putih dan paus bertanduk

Jenis dan Dampaknya


Setiap ekosistem memiliki jenis dan dampaknya bagi lingkungan sekitar. Berikut
adalah jenis dari ekosistem tundra serta dampak positif maupun dampak negatif
dari ekosistem tundra.

Jenis
Secara umum, ekosistem tundra terbagi menjadi 2 yaitu :

 Ekosistem tundra arktik – merupakan ekosistem yang terbentuk semenjak


puluhan ribu tahun yang lalu, tundra arktik merupakan ekosistem termuda di
dunia.
 Ekosistem tundra alpen – merupakan ekosistem yang berada di atas
pegunungan dengan ketinggian dan tingkat suhu dinginnya tertinggi di seluruh
dunia. Tanah yang ada dalam wilayah ini tidak ada sehingga tidak ada pohon yang
dapat tumbuh. ( baca : Ciri-ciri Tanah Subur dan Tidak Subur )

Dampak Positif
Keberadaan ekosistem tundra memiliki manfaat sebagai berikut :
 dengan adanya ekosistem tundra ini maka akan meningkatkan hasil ikan
salmon
 ekosistem ini juga dapat digunakan sebagai tempat hidup bagi paus beluga
dan paus harwhal

 selain sebagai tempat hidup bagi paus, ekosistem tundra ini juga sebagai
tempat tinggal bagi orang suku es-kimo

 sebagai tempat hidup bagi hewan-hewan yang memang hidup di tempat


yang dingin seperti penguin, beruang kutub, rusa kutub dan lain sebagainya

Dampak Negatif
Berikut adalah dampak negatif dari hilangnya ekosistem tundra di bumi ini :

 hilangnya ekosistem tundra ini akan berakibat dan berdampak


pada pemanasan global
 adanya ekosistem tundra ini juga dapat menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati
Taiga
Taiga masuk sebagai bioma terestrial terbesar di dunia. Di Amerika Utara, taiga
meliputi ekosistemsebagian besar daratan Alaska dan Kanada serta bagian daerah
ekstrim utara dari benua Amerika Serikat mulai dari utara Minnesota menuju Upper
Peninsula of Michigan hingga ke Upstate New York dan utara New England serta dikenal
dengan daerah bioma hutan northwood.

Sedangkan untuk Eurasia meliputi daerah Swedia, Finlandia, Norwegia, Islandia dan
Rusia. Untuk Samudera Pasifik, taiga banyak terdapat di hutan Siberia, Kazakhstan utara,
Mongolia Utara serta utara Jepang yaitu di pulau Hokkaido.

Curah Hujan
Curah hujan tahunan konifer taiga umumnya berkisar antara 30cm sampai 70cm dengan
masa kekeringan periodik yang umum. Akan tetapi beberapa hutan konifer pesisir AS
Pasific Northwest memiliki hutan dengan rata-rata hujan tahunan lebih dari 300 cm dari
curah hujan tahunan pada hutan taiga lainnya.

Suhu (Temperature)
Umumnya saat musim dingin udara akan terasa dingin, begitu juga saat musim panas
maka udara juga akan menjadi terasa panas. Beberapa bioma daerah hutan konifer di
Siberia saat musim dingin tiba suhu temperatur udaranya mencapai -50ºC dan jika
musim panas maka bioma suhunya diatas 20ºC.

Flora Bioma Taiga


Flora di bioma hutan konifer atau taiga di bagian utara didominasi oleh pohon-pohon
berbentuk kerucut dan berdaun jarum (cone bearing trees) seperti contohnya pohon
pinus, cemara, pohon fir (sejenis cemara), serta pohon hemlock. Beberapa flora konifer
in ada yang bergantung pada api (seperti kejadian kebakaran hutan) untuk melakukan
regenerasi.
Bentuk pohon yang umumnya kerucut serta daun lancip menyerupai jarum digunakan
untuk mencegah akumulasi salju yang terkumpul pada dahan dan mampu menyebabkan
patahnya dahan. Sedangkan daun menyerupai jarum membantu flora taiga untuk
mengurangi kehilangan air.

Keanekaragaman tumbuhan konifer seperti semak dan tanaman herbal di lapisan hutan
ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan bioma terestrial lain seperti hutan musim
gugur broadleaf forest dan hutan hujan. Keanekaragaman flora mulai dari jenis semak
hingga varian pohon dan tanaman herbal paling tinggi variasinya di temukan di hutan
hujan tropis dibandingkan pada wilayah taiga.

Fauna Taiga
Taiga banyak ditemui fauna jenis burung migrasi, dimana burung-burung ini akan tinggal
hanya sementara waktu di taiga forest dan kemudian akan berpindah lagi ke tempat
lainnya. Sedangkan fauna endemik konifer atau yang bertahun-tahun menempati
wilayah taiga seperti contohnya yaitu rusa, beruang coklatdan harimau Siberia.
Sementara itu serangga daerah konifer (terutama serangga pemakan daun dan pohon)
mampu merusak sebagian besar pohon jika terjadi ledakan populasi serangga jenis ini.

Dampak Manusia
Walaupun wilayah konifer/taiga belum banyak dihuni oleh populasi manusia, namun
hutan konifer utara sudah tercatat pada tingkat mengkhawatirkan dikarenakan pohon-
pohon konifer sejenis cemara berbentuk kerucut dan berumur tua banyak yang diambil
untuk diperjual belikan terutama pada saat perayaan-perayaan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai