Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN POTENSI GEOSITE DALAM ASPEK

AMENITAS, AKSESIBILITAS, DAN ANSILARI AIR TERJUN


DANGGANG SAPAYA SEBAGAI OBJEK GEOWISATA
KABUPATEN GOWA, SULAWESI SELATAN

ABSTRAK

Geosite adalah lokasi geologis yang memiliki nilai ilmiah, pendidikan, estetika,
atau budaya yang signifikan. Tempat-tempat ini memiliki ciri khas geologis yang
memungkinkan mereka untuk memberikan wawasan dan pemahaman lebih dalam tentang
sejarah geologi, proses alamiah, atau evolusi bumi. Peraturan mengenai pengolahan
geowisata tertulis pada peraturan menteri energi dan sumber daya mineral Republik
Indonesia nomor 31 tahun 2021 tentang penetapan taman bumi (Geopark) nasional. Salah
satu potensi Geosite yang banyak terdapat di Indonesia yaitu air terjun yang dimana salah
satunya adalah air terjun Danggang Sapaya. Air terjun Danggang Sapaya dapat dijadikan
sebagai objek geowisata karena memiliki kekayaan struktur geologi yang unik sehingga
menjadikannya tempat yang menarik untuk dikunjungi, dan jika dijadikan objek
geowisata diharapkan dapat menjadi salah satu nilai tambah bagi kesejahteraan
masyarakat yang berada di sekitar kecamatan Bongaya kabupaten Gowa serta
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. Penelitian ini
dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan mengenai potensi kekayaan alam
yang kemudian akan dikembangkan dengan tiga aspek yaitu Amenitas, Aksesibilitas dan
ansilari. Metode penelitian dilakukan dengan mengambil data kualitatif yang mengacu
pada penilaian (nilai edukasi, ekonomi, konservasi, dan nilai tambah). Hasil yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah bagaimana kelayakan dan kesiapan air terjun
Danggang ini dijadikan sebagai objek wisata dengan mengembangkan aspek Amenitas,
Aksesibilitas dan Ansilari.

Kata Kunci : Geosite, Geowitasa, Amenitas, Aksesibilitas, dan Ansilari

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geosite adalah lokasi geologis memberikan wawasan dan

yang memiliki nilai ilmiah, pemahaman lebih dalam tentang

pendidikan, estetika, atau budaya sejarah geologi, proses alamiah, atau

yang signifikan. Tempat-tempat ini evolusi bumi. Geosite sering kali

memiliki ciri khas geologis yang dianggap sebagai suatu bentuk

memungkinkan mereka untuk warisan geologis yang penting dan


dapat digunakan untuk tujuan terjun, volume air yang jatuh, serta

pendidikan, penelitian, dan lingkungan sekitarnya seperti formasi

pariwisata. Peraturan mengenai batuan dan vegetasi. Aksesibilitas

pengolahan geowisata tertulis pada mengacu pada sejauh mana suatu

peraturan menteri energi dan sumber tempat dapat dicapai oleh pengunjung

daya mineral Republik Indonesia dengan mudah. Aksesibilitas yang

nomor 31 tahun 2021 tentang baik sangat penting untuk

penetapan taman bumi (Geopark) mengundang lebih banyak orang

nasional. Salah satu potensi Geosite untuk mengunjungi air terjun. Faktor-

yang banyak terdapat di Indonesia faktor seperti jalan menuju air terjun,

yaitu air terjun. Air terjun adalah fitur tanda petunjuk, dan fasilitas parkir

alam yang menarik dan indah, dan dapat mempengaruhi Aksesibilitas.

faktor-faktor seperti Amenitas Fasilitas tambahan, atau ansilari,

(keindahan dan daya tarik), mencakup berbagai fasilitas yang

Aksesibilitas, dan fasilitas tambahan dapat meningkatkan pengalaman

(ansilari) berperan penting dalam wisatawan di sekitar air terjun. Ini

menjadikan air terjun sebagai tujuan bisa termasuk tempat peristirahatan,

wisata yang populer. area piknik, tempat penjualan

Amenitas mengacu pada makanan dan minuman, toko suvenir,

keindahan dan daya tarik alamiah toilet umum, dan bahkan area

suatu tempat. Dalam konteks air bermain anak-anak.

terjun, Amenitas mencakup elemen- Wilayah Indonesia Timur

elemen visual seperti ketinggian air khususnya pada daerah Sulawesi


Selatan memiliki potensi geowisata mengetahui potensi geowisata daerah

berupa air terjun yang terbentuk dari penelitian dan tujuan dilakukannya

hasil aktifitas struktur maupun hasil penelitian adalah untuk mengetahui

dari erosi - erosi air. Air terjun ini pengembangan aspek-aspek sebagai

memiliki potensi yang berikut:

menguntungkan untuk dijadikan 1. Mengetahui bagaimana

sebagai objek geowisata. Untuk pengembangan Aksesibilitas

mengembangkannya dibutuhkan daerah penelitian

informasi dan data yang akurat. 2. Mengetahui bagaimana

Penting untuk mempertimbangkan pengembangan Amenitas

ketiga aspek sebelumnya dalam daerah penelitian

pengembangan dan pelestarian air 3. Mengetahui bagaimana

terjun sebagai destinasi geowisata. pengembangan Ansilari daerah

Atas dasar tersebut maka penulis penelitian

mencoba untuk mengadakan 1.3 Waktu, Lokasi dan

penelitian di Air Terjun Danggang Kesampaian Daerah Penelitian

Sapaya untuk mengetahui potensi Secara administratif daerah

geowisata berdasarkan pengamatan penelitian termasuk dalam wilayah

lapangan pada Daerah Sapaya, Kelurahan Sapaya Kecamatan

Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan Bungaya Kabupaten Gowa Provinsi

1.2 Maksud Dan Tujuan Sulawesi Selatan. Secara geografis

Adapun maksud dari terletak pada koordinat 119°43’30”

diadakannya penelitian ini untuk Bujur Timur dan 53°63’22” Lintang


Selatan. Daerah ini terpetakan dalam 1.4 Peneliti Terdahulu

Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : Dalam penelitian ini, kami

50.000 yang diterbitkan menjadikan penelitian terdahulu

BAKOSURTANAL edisi I tahun sebagai acuan untuk mengembangkan

1991 (Cibinong, Bogor). penelitian ini. Adapun penenlitiannya

Untuk menuju daerah penelitian yang dilakukan oleh Yusrin Annisa,

dapat dicapai dengan menggunakan Dkk (2022) Potential Of Danggang

jalur darat berupa kendaraan roda dua Sapaya Waterfal As A Geoturism

ataupun roda empat. Jarak tempuh Object In Gowa Regency, South

dari kota Makassar ke lokasi Sulawesi.

penelitian ±41 km dengan waktu II. TINJAUAN PUSTAKA

tempuh sekitar 2 jam perjalanan 2.1 Geowisata

dengan menggunakan kendaraan dari Geowisata (geotourism)

Kota Makassar. sebenarnya merupakan istilah yang

berasal dari gabungan dua kata yaitu


B
geologi dan pariwisata, atau geologi
B
dan tourism. Geologi berasal dari

bahasa Yunani yaitu “geo” yang

berarti bumi, dan “logos” yang berarti

kata atau alasan. Jadi geologi adalah

sains yang mempelajari bumi,


A
komposisinya, struktur, sifat-sifat
B
Gambar 1.1 A (Markas HMG FT-UH fisik, sejara dan proses
B (Air Terjun Danggang)
pembentukannya. Sedangkan keajaiban, suatu fenomena alam yang

pariwisata secara umum dapat berkaitan erat dengan gejala-gejala

dimaknai sebagai kegiatan perjalanan geologi yang dijabarkan dalam

seseorang atau sekelompok orang dari bahasa populer atau sederhana

satu tempat ke tempat lain dan (Hermawan dan Brahmanto, 2018).

bersifat tidak menetap, yang 2.2 Geologi Regional

bertujuan untuk memperoleh 2.2.1 Geomorfologi

kesenangan dan wawasan baru dari Adapun geomorfologi daerah

destinasi wisata yang dikunjunginya penelitian memiliki Bentuk morfologi

(Hermawan dan Brahmanto, 2018). yang menonjol di daerah lembar ini

Geowisata adalah suatu adalah kerucut gunungapi

kegiatan wisata alam yang Lompobatang. yang menjulang

berkelanjutan dengan fokus utama mencapai ketinggian 2876 m di atas

pada kenampakan geologis muka laut. Kerucut gunungapi dari

permukaan bumi dalam rangka kejauhan masih memperlihatkan

mendorong pemahaman akan bentuk aslinya. dan menempati lebih

lingkungan hidup dan budaya, kurang 1/3 daerah lembar. Pada potret

apresiasi, dan konservasi, serta udara terlihat dengan jelas adanya

memiliki kepedulian terhadap beberapa kerucut parasit, yang

kelestarian kearifan lokal. Geowisata kelihatannya lebih muda dan kerucut

menawarkan konsep wisata alam induknya bersebaran di sepanjang

yang menonjolkan keindahan, jalur utaraselatan melewati puncak G.

keunikan, kelangkaan, serta Lompobatang. Kerucut gunungapi


Lompobatang ini tersusun oleh yang terdapat kira-kira 2½ km

batuan gunungapi berumur Plistosen. sebelah utara Bantaeng berstruktur

Dua buah bentuk kerucut tererosi bantal; setempat breksi dan tufanya

yang lebih sempit sebarannya mengandung banyak biotit. Bentuk

terdapat di sebelah barat dan sebelah morfologi tubuh gunungapi masih

utara G. Lompobatang. Di sebelah jelas dapat dilihat pada potret udara:

barat terdapat G. Baturape, mencapai (Qlvc) adalah pusat erupsi yang

ketinggian 1124 m dan di sebelah memperlihatkan bentuk kubah lava;

utara terdapat G. Cindako, mencapai bentuk kerucut parasit

ketinggian 1500 m. Kedua bentuk memperlihatkan paling sedikit ada 2

kerucut tererosi ini disusun oleh perioda kegiatan erupsi, yaitu Qlvpl

bawan gunungapi berumur Pliosen dan Qlvp2. Di daerah sekitar pusat

(Sukamto dan Supriatna, 1982). erupsi batuannya terutama terdiri dari

2.2.2 Stratigrafi lava dan aglomerat (Qlv), dan di

Adapun stratigrafi daerah daerah yang agak jauh terdiri

penelitian Terbentuk Membentuk terutama dan breksi, endapan lahar

kerucut gunungapi strato dengan dan tufa (Qlvb). Berdasarkan posisi

puncak tertinggi 2950 m di atas muka stratigrafinya diperkirakan batuan

laut; batuannya sebagian besar gunungapi ini berumur Plistosen.

berkomposisi andesit dan sebagian Pada daerah ini dijumpai Basal :

basal, lavanya ada yang berlubang - terobosan basal berupa retas, sill dan

lubang seperti yang di sebelah barat stok, bertekstur porfir dengan

Sinjai dan ada yang berlapis; lava fenokris piroksen kasar mencapai
ukuran lebih dan 1 cm, berwarna Akhir (Sukamto dan Supriatna,

kelabu tua kehitaman dan kehijauan; 1982).

sebagian dicirikan oleh struktur kekar 2.2.3 Tektonika

meniang, beberapa di antaranya Akhir dari pada kegiatan

mempunyai tekstur gabro. Terobosan gunungapi Eosen Awal diikuti oleh

basal di sekitar Jene Berang berupa tektonik yang menyebabkan

kelompok retas yang mempunyai arah terjadinya pemulaan terban Walanae.

kira- kira radier memusat ke Baturape yang kemudian menjadi cekungan di

dan Cindako ; sedangkan yang di mana Formasi Walanae terbentuk.

sebelah utara Jeneponto berupa stok. Peristiwa ini kemungkinan besar

Semua terobosan basal menerobos berlangsung sejak awal Miosen

batuan dan Formasi Camba (Tmc). Tengah dan menurun perlahan selama

Penarikan Kalium/Argon pada batuan sedimentasi sampai kala Pliosen.

basal dari lokasi 1 dan 4, dan gabro Menurunnya cekungan Walanae

dari lokasi 5 menunjukkan umur dibarengi oleh kegiatan gunungapi

masing-masing 7,5. 6,99 dan 7,36 yang terjadi secara luas di sebelah

juta tahun, atau Miosen Akhir baratnya dan mungkin secara lokal di

(Indonesia Gulf Oil Co., hubungan sebelah timurnya. Peristiwa ini terjadi

tertulis, 1972; J.D. Obradovich, selama Miosen Tengah sampai

hubungan tertulis, 1974). lni Pliosen. Semula gunungapinya terjadi

menandakan bahwa kemungkinan di bawah muka laut, dan

besar penerobosan basal berlangsung kemungkinan sebagian muncul di

sejak Miosen Akhir sampai Pliosen permukaan pada kala Pliosen.


Kegiatan gunungapi selama Miosen pesisirbarat ujung lengan Sulawesi

meghasilkan Formasi Camba, dan Selatan ini merupakan dataran stabil,

selama Pliosen menghasilkan Batuan yang pada kala Holosen hanya terjadi

Gunungapi Baturape-Cindako. endapan aluvium dari rawa-rawa

Kelompok retas basal berbentuk (Sukamto dan Supriatna, 1982).

radier memusat ke G. Cindako dan G. 2.3 Aspek Aspek Pengembangan

Baturape, terjadinya mungkin Geowisata

berhubungan dengan gerakan 2.3.1 Pengembangan Geosite dan

mengkubah pada kala Pliosen. Konservatif Lingkungan

Kegiatan gunungapi di daerah ini Geopark adalah suatu kawasan

masih berlangsung sampai dengan geologi tunggal dengan warisan

kala Plistosen, meghasilkan Batuan geologi (Geosite) dan lanskap

Gunungapi Lompobatang. berharga yang memiliki keterkaitan

Berhentinya kegiatan magma pada antara aspek geologi, biologi, dan

akhir Plistosen, diikuti oleh suatu budaya, dikembangkan dengan tiga

tektonik yang menghasilkan pilar utama yaitu pendidikan,

sesarsesar en echelon (merencong) konservasi, dan pengembangan

yang melalui G. Lompobatang ekonomi masyarakat setempat.

berarah utara-selatan. Sesar-sesar en Dikelola secara berkelanjutan dengan

echelon mungkin sebagai akibat dari melibatkan masyarakat untuk

suatu gerakan mendatar dekstral dari meningkatkan pemahaman dan

pada batuan alas di bawah Lembah kepedulian masyarakat terhadap bumi

Walanae. Sejak kala Pliosen dan lingkungan (Prasetyo dkk, 2023).


Daya tarik wisata berkelanjutan kebutuhan pengunjung selama

dapat tercipta dengan pengelolaan mereka menikmati atraksi di suatu

yang bijak yang sesuai dengan daya objek wisata yang dipilihnya.

dukung lingkunganya yang dapat Mengembangkan suatu objek wisata

digali menurut pendekatan ilmu di suatu daerah tujuan wisata tidak

geologi dengan manajemen bisa melepaskan komponen produk

pengelolaan pariwisata yang baik. atraksi, Aksesibilitas maupun fasilitas

Geowisata mencoba dihadirkan karena ketiga komponen ini dapat

sebagai sebuah solusi bagaimana menjadikan daya tarik suatu objek

memanfaatkan kekayaan geologi wisata. Pengelolaan ketiga komponen

beserta berbagai dinamikanya untuk produk pariwisata dengan baik maka

kegiatan wisata dan ekonomi yang akan berimplikasi positif terhadap

berwawasan lingkungan (Katili, citra objek wisata tersebut (Abdulhaji

2021). dan Yusuf, 2016).

2.3.2 Pengembangan Amenitas dan Aksesibilitas adalah merupakan

Aksesibilitas salah satu aspek penting yang

Pengembangan objek wisata mendukung pengembangan

dengan basis atraksi yang baik harus pariwisata, karena menyangkut

didukung oleh komponen aksibilitas pengembangan lintas sektoral. Tanpa

dan fasilitas, aksibilitas memberikan dihubungkan dengan jaringan

kemudahan kepada pengunjung untuk transportasi tidak mungkin sesuatu

menjangkau suatu objek wisata obyek wisata mendapat kunjungan

sementara fasilitas dapat memenuhi wisatawan. Obyek wisata merupakan


akhir perjalanan wisata dan harus waktu yang relatif lama. Sarana dan

memenuhi syarat Aksesibilitas, pelayanannya akan memudahkan

artinya objek wisata harus mudah orang berkunjung ke objek wisata

dicapai dan dengan sendirinya juga yang diinginkan serta pergerakan di

mudah ditemukan (Abdulhaji dan lokasi wisata. Fasilitas pariwisata

Yusuf, 2016). terdiri dari akomodasi, restauran,

Amenities atau Amenitas adalah usaha rekreasi dan hiburan,

segala macam sarana dan prasarana transportasi serta sarana lain seperti

yang diperlukan oleh wisatawan souvenir shop, penyedia air dan

selama berada di daerah tujuan sarana toilet. Akomodasi adalah

wisata. Sarana dan prasarana yang sarana untuk menyediakan pelayanan

dimaksud seperti: penginapan, rumah penginapan yang dapat dilengkapi

makan, transportasi dan agen dengan pelayanan makan dan minum

perjalanan (Facrureza, 2020). serta jasa lainnya (Abdulhaji dan

fasilitas fisik (physical facility) Yusuf, 2016).

adalah sarana yang disediakan oleh 2.3.3 Pengembangan Ansilari

pengelola obyek wisata untuk Ancillary atau fasilitas

memberikan pelayanan atau pendukung adalah mencakup

kesempatan kepada wisatawan keberadaan dari berbagai organisasi

menikmatinya. Dengan tersedianya yang memfasilitasi dan mendorong

sarana maka akan mendorong calon pengembangan serta pemasaran dari

wisatawan untuk berkunjung dan suatu destinasi wisata. Organisasi

menikmati objek wisata dengan yang terkait dalam hal ini antara lain
pihak pemerintah seperti dinas taman bumi (Geopark) nasional. Pada

pariwisata dan asosiasi pasal 1 peraturan menteri ini yang

kepariwisataan seperti asosiasi dimaksud dengan:

pengusaha perhotelan, biro perjalanan 1. Taman Bumi (Geopark) yang

wisata, pemandu wisata (Suhendra, selanjutnya disebut Geopark

2021). adalah sebuah wilayah geografi

Berdasarkan uraian mengenai tunggal atau gabungan, yang

ancillary (pelayanan tambahan) memiliki Situs Warisan Geologi

tersebut dapat disimpulkan bahwa (Geosite) dan bentang alam yang

ancillary merupakan pelayanan yang bernilai, terkait aspek Warisan

menunjang kegiatan pariwisata Geologi (Geoheritage),

seperti stakeholder yang berperan Keragaman Geologi

dalam menunjang kegiatan pariwisata (Geodiversity), Keanekaragaman

dengan menyediakan pusat informasi Hayati (Biodiversity), dan

wisatawan, pos keamanan, ATM, dan Keragaman Budaya (Cultural

sebagainya. Jadi, pelayanan tambahan Diversity), serta dikelola untuk

tersebut dapat menunjang atraksi, keperluan konservasi, edukasi,

fasilitas, maupun Aksesibilitas yang dan pembangunan perekonomian

ada di suatu objek wisata. masyarakat secara berkelanjutan

2.4 Peraturan Pemerintah Tentang dengan keterlibatan aktif dari

Geowisata masyarakat dan Pemerintah

Dalam peraturan menteri nomor Daerah, sehingga dapat digunakan

31 tahun 2021 tentang penetapan untuk menumbuhkan pemahaman


dan kepedulian masyarakat keperluan penelitian dan

terhadap bumi dan lingkungan pendidikan kebumian.

sekitarnya. 4. Situs Warisan Geologi (Geosite)

2. Keragaman Geologi adalah objek Warisan Geologi

(Geodiversity) adalah gambaran (Geoheritage) dalam kawasan

keunikan komponen geologi Geopark dengan ciri khas tertentu

seperti mineral, batuan, fosil, baik individual maupun

struktur geologi, dan bentang multiobjek dan merupakan bagian

alam yang menjadi kekayaan yang tidak terpisahkan dari

hakiki suatu daerah serta sebuah cerita evolusi

keberadaan, kekayaan pembentukan suatu daerah

penyebaran, dan keadaannya yang III. METODE PENELITIAN

dapat mewakili proses evolusi 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

geologi daerah tersebut Lokasi penelitian ini berada di Air

3. Warisan Geologi (Geoheritage) Terjun Danggang yang terletak di

adalah Keragaman Geologi Sapaya, Kecamatan Bungaya,

(Geodiversity) yang memiliki Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan,

nilai lebih sebagai suatu warisan yang terletak pada titik koordinat 5°

karena menjadi rekaman yang 21' 41" S dan 119° 44' 31" E. Survei

pernah atau sedang terjadi di lokasi dilaksankan pada tanggal 10

bumi yang karena nilai ilmiahnya Agustus 2023. Adapun jarak lokasi

tinggi, langka, unik, dan indah, penelitian dari Kampus Teknik

sehingga dapat digunakan untuk Universitas Hasanuddin adalah 45 km


dengan waktu tempuh 1 jam 28 menit kepuasan wisatawan dan aspek

dengan menggunakan transportasi edukatif serta partisipasi masyarakat

darat (motor). Lalu dilanjutkan terpenuhi jika adanya peningkatan

dengan berjalan kaki dari parkiran ke sumber daya pengelola dan

air terjun ditempuh dengan jarak pengembangan infrastruktur yang

±700 m selama 10 menit. Untuk lebih baik. pada Instrumen berupa

memperoleh data yang dibutuhkan pedoman wawancara yang berisi

berdasarkan latar belakang masalah pertanyaan - pertanyaan yang

yang diajukan, maka kami melakukan disesuaikan dengan tujuan dalam

penelitian dalam kurun waktu 1 hari penelitian ini.

yang dilaksanakan pada hari Kamis, 3.3 Tahapan Penelitian

10 Agustus 2023 pada pukul 11.00 Adapun tahapan- tahapan yang

WITA. digunakan dalam penelitian ini adalah

3.2 Metode Penelitian sebagai berikut

Dalam penelitian ini, digunakan 3.3.1 Tahapan Persiapan

metode penelitian kualitatif dengan Penelitian ini diawali dengan

survey langsung di lapangan. Data studi literatur yang mencoba

yang dikumpulkan menggunakan dua menggali fakta dan data empiris

pendekatan yaitu observasi, dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

wawancara. Parameter kualitatif yang mempengaruhi atau

dengan analisis survey yang menyebabkan terjadinya sesuatu.

digunakan terpenuhi jika memenuhi Studi pustaka juga dilakukan untuk

aspek geologis, berkelanjutan, mengumpulkan literatur yang


berkaitan dengan permasalahan yang b. Wawancara, dilakukan dengan

diangkat secara tertulis. Pengumpulan mengajukan pertanyaan lisan dengan

data dilakukan dengan langsung (bertatap muka) pada salah

mengumpulkan data dari penelitian seorang warga lokal guna untuk

sebelumnya yang relevan, akurat, dan mengumpulkan data primer. Hal ini

dapat dipertanggungjawabkan bertujuan untuk mendapatkan

sehingga data dapat dianalisis lebih gambaran terkait dengan masalah

lanjut untuk mencapai hasil yang yang diteliti agar peneliti dapat

diinginkan memperoleh data yang mendukung

3.3.2 Tahapan Pengambilan Data validalitas hasil penelitian.

Pada tahapan ini, 3.3.3 Tahapan Penyusunan


Jurnal
dilaksanakan pengambilan data
Pada tahapan ini, dilakukan
lapangan untuk kemudian
penyusunan jurnal sebagai output dari
dikumpulkan sehingga menjadi bahan
penelitian yang telah dilakukan.
yang akan dibahas. Metode
Dalam hal ini semua analisis dan
pengumpulan data yang dilakukan
berbagai data yang telah didapatkan
dalam penelitian ini adalah:
dilakukan penyusunan secara
a. Observasi, yaitu salah satu teknik
struktural sesuai standar penulisan
pengumpulan data dengan melihat
karya tulis ilmiah hingga
realitas di lapangan yang berfungsi
menghasilkan suatu jurnal penelitian.
untuk melihat langsung kondisi
Laporan dibuat informatif dan
terkait potensi pengembangan daerah
terstruktur sehingga ide dan konsep
penelitian
tersebut dapat dipahami dan
dimengerti oleh pembacaan.

Tabel 3.1 Diagram Alir

Tahapan Penelitian

Tahapan
Gambar 4.2 Jalur menuju air terjun
Pengambilan
Danggang Sapaya
Data

Tahapan Penyusunan
Jurnal

Jurnal
Gambar 4.3 Air Terjun Danggang
Sapaya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
4.1 Hasil
4.2.1 Aspek-Aspek Geologi Daerah
Adapun hasil dari penelitian air
Penelitian Beserta Dampak
terjun Danggang Sapaya yang
Lingkungannya
dilakukan dengan cara survey
Pada daerah penelitian
langsung dilapangan adalah sebagai
ditemukan jenis penyebaran batuan
berikut :
beku basal. Selain itu, ditemukan juga

data geomorfologi berupa perbukitan

dengan relief bergelombang dengan

tingkat pelapukan tinggi dikarenakan

adanya vegetasi lebat dan terdapat air


Gambar 4.1 Lokasi parkir untuk menuju
air terjun terjun. Sungai aliran Air Terjun
Danggang merupakan sungai periodik berasal dari luar daerah, serta belum

dan tata guna lahan sebagai ada toko sovenir yang mencirikan

persawahan. Tipe struktur berupa tempat penelitian, kurangnya rumah

sesar turun dengan penciri air terjun makan, dan biro perjalanan wisata,

itu sendiri. Daerah penelitian ini tetapi untuk pusat perbelanjaan hanya

belum menjadi tempat wisata dan berjarak sekitar 200 m dari lokasi

belum dikunjungi oleh wisatawan penelitian tepatnya dari tempat parkir.

namun air terjun ini sudah dikenali Aksesibilitas daerah penelitian masih

oleh banyak warga lokal. Selama ini kurang dengan tidak adanya lahan

belum ada keluhan terkait parkir khusus maupun Aksesibilitas

lingkungannya dari warga lokal yang jalan yang belum tersedia dengan

mana daerah sekeliling air terjun baik, yang hanya dapat ditempuh

merupakan lahal dari warga lokal. dengan berjalan kaki dari tempat

Aliran air terjun pun digunakan untuk parkir menuju air terjun melewati

pemanfaatan pengairan untuk lahan persawahan atau menyusuri air sungai

sawah. dengan jarak sekitar 700 m.

4.2.2 Pengembangan Aspek-Aspek 4.2.3 Pengembangan Ansilari

Amenitas Dan Aksesibilitas Daerah Penelitian

Daerah Penelitian
Pengembangan aspek Ansilari

Aspek Amenitas pada daerah pada daerah penelitian tidak di naungi

penelitian masih kurang, Sarana dan oleh organisasi atau instansi

Prasarana masih terbatas belum ada manapun, pemenrintah daerah

penginapan untuk pengunjung yang setempat juga masih belum


memberikan tindakan untuk melalui persawahan atau menyusuri

pengembangan wisata pada daerah air terjun dengan jarak sekitar 700 m.

tersebut. Keterangan ini menurut dari 2. Pada daerah penelitian ini

warga lokal yang tinggal di sekitaran memiliki aspek Amenitas yang dapat

air terjun danggang karena tidak ada dikatakan masih kurang karena sarana

yang menaungi tempat tersebut, dan prasarana masih terbatas, belum

warga lokal juga berharap pemerintah ada penginapan untuk pengunjung

bisa memgembangkan daerah wisata yang berasal dari luar daerah namun

agar warga lokal juga bisa mendapat warga lokal selalu menerima

benefit dengan pengembangan sarana wisatawan yang ingin menginap

dan prasarana yang dapat memberi dengan melapor ke dusun terlebih

keuntungan kepada masyarakat dahulu, tidak adanya toko sovenir

sekitar. yang mencirikan daerah penelitian,

kurangnya rumah makan, dan biro


V. PENUTUP
perjalanan wisata, tetapi untuk pusat
5.1 kesimpulan
perbelanjaan hanya berjarak sekitar
Setelah melakukan penelitian
200 m dari lokasi penelitian tepatnya
ini dapat disimpulkan bahwa:
dari tempat parkir.
1. Pada daerah penelitian ini
3. Pada daerah penelitian ini
memiliki aspek Aksesibilitas yang
tidak memiliki aspek Ansilari yang
masih kurang dengan tidak adanya
dinaungi oleh organisasi atau instansi
lahan parkir khusus maupun jalan
manapun, pemerintah daerah
setapak yang bel hanya dapat
setempat juga masih belum
ditempuh dengan berjalan kaki
memberikan tindakan untuk 2. Untuk aspek-aspek amenitas,

pengembangan wisata pada daerah aksesibilitas dan ansilari objek wisata

tersebut. Menurut dari warga lokal ini masih kurang baik sehingga

yang tinggal di sekitaran air terjun dibutuhkan kontribusi masyarakat

danggang karena tidak ada yang sekitar dan pemerintah agar mau

menaungi tempat tersebut, warga mengembangkan segala bentuk

lokal juga berharap pemerintah bisa aspek-aspek untuk kenyamanan

mengembangkan daerah wisata agar pengunjung seperti akses jalan,

warga lokal juga bisa mendapat sarana prasarana dan dibutuhkan

benefit dengan pengembangan sarana organisasi yang dapat mengelola

dan prasarana yang dapat memberi objek wisata ini agar lebih menjadi

keuntungan kepada masyarakat daya tarik pengunjung.

sekitar. DAFTAR PUSTAKA

5.2 Saran Abdulhaji, S., & Yusuf, I. S. (2016).

Adapun saran untuk daerah Pengaruh Atraksi, Aksesibilitas,

penelitian adalah sebagai berikut : Dan Fasilitas Terhadap Citra

1. Diharapkan adanya kerja sama Objek Wisata Danau Tolire

antara pemerintah dan masyarakat Besar Di Kota Ternate. Jurnal

sekitar untuk bekerja sama dalam Penelitian Humano, Vol. 7

upaya pelestarian dan pengembangan No.2.

objek wisata air terjun Danggang agar Hermawan, H., & Brahmanto, E.

dapat meningkatkan lagi (2018). Geowisata Perencanaan

kesejahteraan masyarakat. Pariwisata Berbasis


Konservasi. Yogyakarta : PT Direktorat Jenderal

Nasya Expanding Management. Pertambangan Umum

Katili, G.T. (2021). Pengembangan Depatemen Pertambangan Dan

Geowisata Yang Berwawasan Energi.

Linkungan Indonesia.

Prasetyo, A.H., Widiyanto, N., &

Soeroso, A. (2023).

Pengembangan Geowisata

Berbasis Partisipasi

Masyarakat Di Kawasan

Geopark Gunung Sewu

Gunungkidul. Jurnal Ilmiah

Multidisiplin, Vol. 2 No.7.

Suhendra, A. (2021). Kajian Potensi

Wisata Air Terjun Batu Tilam

Di Desa Kabuntinggi

Kecamatan Kampar Kiri Hulu

Kabupaten Kampar.

Sukamto, R, Dan Supriatna S, 1982.

Geologi Lembar Ujung

Pandang, Benteng, Dan Sinjai.

Pusat Penelitian Dan

Pengembangan Geologi,

Anda mungkin juga menyukai