Anda di halaman 1dari 7

PEMETAAN POTENSI GEOWISATA

KABUPATEN REJANG LEBONG, PROVINSI BENGKULU

Rudianto Girsang
Dinas ESDM Provinsi Bengkulu Bidang Geologi dan Air Tanah
r_girsang23@yahoo.com

ABSTRAK

Geowisata/geotourism merupakan istilah yang belum lama terdengar dalam


kepariwisataan nasional. Istilah geotourism muncul tak lebih tua dari pertengahan
1990-an. Seorang ahli Geologi dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris
bernama Tom Hose diperkirakan menjadi orang yang pertama aktif memperkenalkan
istilah itu. Ia misalnya menulis di Geological Society pada 1996 suatu makalah berjudul
“Geotourism, or can tourists becomecasual rock hounds: Geology on your
doorstep”.

Geowisata merupakan suatu kegiatan wisata alam yang berkelanjutan dengan fokus
utama pada kenampakan geologis permukaan bumi dalam rangka mendorong
pemahaman akan lingkungan hidup dan budaya, apresiasi dan konservasi serta
kearifan lokal. Geowisata menawarkan konsep wisata alam yang menonjolkan
keindahan, keunikan, kelangkaan dan keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan
erat dengan gejala-gejala geologi yang dijabarkan dalam bahasa populer atau
sederhana (Kusumahbrata, 1999 dalam Hidayat, 2002).

Kabupaten Rejang Lebong apabila dilihat dari sisi geologi secara umum, merupakan
daerah yang memiliki banyak ragam batuan dan terletak pada jalur volcanic arc (Jalur
Pegunungan Bukit Barisan). Letaknya yang sangat dekat dengan Zona Sesar
Sumatera juga menjadikan daerah ini potensial akan terjadinya fenomena geologi
berupa bentang alam, batuan, sejarah dan proses terbentuknya.

Kabupaten Rejang Lebong secara morfologi terdiri dari pedataran hingga perbukitan
curam dengan batuan penyusun yang bervariasi. Batuan penyusun ini terdiri dari
batuan sedimen berupa batu lempung, batupasir, batu gamping dan lain-lain. Batuan
beku merupakan batuan hasil kegiatan vulkanik berupa tufa, breksi andesit, batubara
dan lain sebagainya. Dengan ragam kondisi geologi, Kabupaten Rejang Lebong
memiliki potensi geowisata.

Kata kunci: geologi, keragaman geologi, geosite, geowisataactd n of maximum 250


words i
PENDAHULUAN METODOLOGI

Provinsi Bengkulu sebagai daerah yang Pelaksanaan kegiatan ini terbagi


memiliki kondisi geologi yang unik dari menjadi dua (2) tahap yaitu tahap
sisi ragam batuan, bentang alam dan persiapan, tahap pelaksanaan
sejarah pembentukannya, tentu memiliki lapangan. Tahap persiapan berupa
objek-objek yang menarik untuk penyiapan data sekunder dan analisis
dijadikan kawasan wisata baru. Wisata data sekunder, laporan terdahulu,
kegeologian atau dapat kita istilahkan persiapan peralatan dan administrasi.
sebagai geowisata merupakan istilah Tahap pelaksanaan berupa Metode
yang masih, baru terlebih di provinsi Deskriptif, Metode ini berupa
Bengkulu. Belum adanya informasi pengumpulan data lapangan seperti
mengenai lokasi-lokasi yang secara data litologi geosite, geomorfologi
ragam geologi memiliki nilai wisata geosite, struktur geosite, dan
membuat Dinas Energi dan Sumber persebaran geosite, kondisi geosite,
Daya Mineral Provinsi Bengkulu yang kondisi fasilitas umum yang menunjang
merupakan salah satu instansi yang kondisi akses menuju lokasi,
bertanggung jawab terhadap dokumentasi lapangan dan pencatatan
penyediaan informasi dan data koordinat.
kegeologian berupaya untuk
meningkatkan kualitas dan akses
informasi geologi khususnya wisata GEOLOGI
kegeologian.
Menurut S. Gafoer, T.C Amin dan R.
Geowisata merupakan bentuk kegiatan Pardede susunan formasi batuan dari
pariwisata minat khusus yang fokus tua ke muda yang terdapat di
utamanya pada kenampakan geologis Kabupaten Rejang Lebong adalah
permukaan bumi maupun yang sebagai berikut:
terkandung didalamnya dalam rangka 1. Formasi Hulusimpang (Tomh)
mendorong pemahaman akan Litologi: lava, breksi gunungapi dan
lingkungan hidup, alam dan budaya, tufa, khas terkloritkan dan
lebih lanjut sebagai bentuk apresiasi, terpropilitkan dengan mineralisasi
dan kegiatan konservasi, serta memiliki sulfida dan urat-urat kuars.
kepedulian terhadap kelestarian kearifan 2. Formasi Seblat (Toms)
lokal. Litologi: bagian bawah terdiri dari
batupasir yang sebagian karbonan,
Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan batupasir tufaan kayu terkersikan
yang didasarkan atas survey langsung dan lensa-lensa konglomerat.
di lapangan, studi kepustakaan serta Bagian tengah terdiri atas selingan
analisi data lapangan. Diharapkan batugamping dan batulempung.
dengan hasil kegiatan ini dapat Bagian atas terdiri dari serpih
diperoleh gambaran secara umum dengan sisipan batulempungtufaan,
mengenai potensi lokasi wisata napal dan konglomerat.
kegeologian di Kabupaten Rejang 3. Diorit (Tmdi)
Lebong sehingga dapat digunakan bagi Litologi: diorit, berwarna kelabu,
penentuan langkah-langkah rencana sampau kelabu kehijauan; faneritik,
pengembangan dan pembangunan dengan mineral plagioklas (0,34
kepariwisataan secara keseluruhan mm), hornblende, biotit dan mineral
khususnya di wilayah Kabupaten Rejang bijih.
Lebong dan Provinsi Bengkulu. 4. Formasi Bal (Tmba)
Litologi: breksi gunungapi epiklastika
dasitan dengan sisipan batupasir
5. Satuan Batuan Gunungapi Rio- yaitu Air Terjun Batu Betiang, Air Terjun
Andesit (QTv). Tri Muara Karang, Air Panas Grojogan
Litologi: lava, tuf hibrida, tuf sela dan Sewu (Pacoa Sibeu), Air Terjun Cu’up
breksi gunungapi Lekat, Bukit Kaba,Air Terjun Batu
6. Formasi Kasai (QTk) Betiang.
Litologi: batupasir tufan dan
batulempung & tuf pasiran; Keragaman Geologi Air Terjun Tri
berbatuapung mengandung kayu Muara Karang
terkersikkan dan sisa tumbuhan;
sisipan lignit. - Titik koordinat lokasi pengamatan
7. Satuan Gunungapi Andesit-Basal (S 03 28’ 43,8”, E 102 42’ 54,5”)
(Qv dn) - Secara administrative lokasi berada
Litologi: lava andesit-basal, tufa dan di Desa Blitar Sebrang, Kecamatan
breksi gunungapi Sindang Kelingi
8. Breksi Gunungapi (Qhv c,k) - Kondisi Geologi: Pada Batuan
Batuan gunungapi: Breksi, lava dan Gunungapi; berupa breksi, lava
tuf bersusun andesit-basal dan tuf bersusun andesit-basal.
- Fenomena Geologi pada tahapan
Berdasarkan peta geologi Lembar invetarisasi dan indentifikasi awal
Bengkulu (Amin, T.C., dkk, 1992) pada lokasi geosite ini merupakan
struktur geologi yang berkembang di keragaman geologi dari bentang
daerah Kabupaten Rejang Lebong alam air terjun yang terdapat
berupa kekar dan sesar. Daerah proses ekternal dan internal
Kabupaten Rejang Lebong diapit oleh dimana pembentuk air terjun
dua sesar besar yaitu Sesar Musi – dikontrol oleh struktur geologi
Keruh dan Sesar Ketahun yang memiliki berupa patahan/sesar, kekar.
cakupan dan pengaruh luas terhadap - Aspek non geologi, daerah ini
kondisi struktur geologi daerah Rejang memiliki estetika, rekreasi yang
Lebong. Kedua sesar ini berarah memiliki daya tarik wisata yang
baratlaut – tenggara dan merupakan sudah didukung oleh infrastruktur
sesar geser. Besarnya pengaruh sesar jalan.
ini terlihat dari zona hancuran yang - Kesampaian daerah: berjarak jarak
membentuk pola kelurusan pada Air ± 3 km Desa Blitar Sebrang
Musi yang mengikuti zona hancuran
sesar dan relatif berarah baratlaut –
tenggara.

Satuan morfologi yang berkembang ada


5 satuan, yaitu:
a. Satuan Morfologi Pedataran
b. Satuan Morfologi Perbukitan Landai
c. Satuan Morfologi Perbukitan Agak
Curam
d. Satuan Morfologi Perbukitan Curam
e. Satuan Morfologi Perbukitan
Sangat Curam
f. Satuan Morfologi Perbukitan Terjal

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambar 1. Kenampakan Air Terjun
Beberapa keragaman geologi berupa Tri Muara Karang foto di ambil dari
geosite di Kabupaten rejang lebong arah jalan masuk ke lokasi
Keragaman Geologi Mata Air Panas pada lokasi geosite ini merupakan
“Tempat Pemandian Dewa” keragaman geologi yang
merupakan salah satu manifestasi
- Titik koordinat lokasi pengamatan panas bumi/geothermal akibat
(S 030 28’ 49,8”, E 1020 42’ 47.3”) aktivitas vulkanik Gn. Api Kaba.
- Secara administrative lokasi berada - Aspek non geologi: fenomena goa
di Desa Blitar Sebrang, Kecamatan ini sangat menarik karena proses
Sindang Kelingi terbentuknya secara alami dan
- Kondisi Geologi: Pada Batuan telah dimanfaatkan untuk wisata
Gunungapi; berupa breksi, lava pemandian air panas/hangat.
dan tuf bersusun andesit-basal. - Kesampaian daerah: berjarak ± 25
- Fenomena geologi pada tahapan Km dari Kota Curup memiliki akses
inventarisasi awal dan identifikasi yang cukup baik bagi pengendara
awal pada lokasi geosite ini roda 2. Jika ditempuh dengan
merupakan keragaman geologi berjalan kaki hanya akan memakan
yang merupakan salah satu waktu ± 30 menit dari jalan utama
manifestasi panas bumi/geothermal desa.
akibat aktivitas vulkanik Gn. Api
Kaba.
- Aspek non geologi: pemacproses
terbentuknya secara alami dan
telah dimanfaatkan untuk wisata
pemandian air panas/hangat,
adanya perkebunan masyarakat
menambah nilai wisata lokasi ini
- Kesampaian daerah: berjarak ± 3
Km dari Desa Blitar Sebrang.

Gambar 3. Kenampakan Air Panas


Grojogan Sewu ketika di kunjungi
wisatawan lokal

Gambar 2. Pemandian air panas, pada


lokasi pengamatan (S S 030 28’ 49,8”, E
1020 42’ 47.3”). Desa Blitar Sebrang,
Kecamatan Sindang kelingi

Keragaman Geologi Air Panas


Grojogan Sewu (Pacoa Sibeu)
- Titik Koordinat lokasi pengamatan
(S 030 29’ 21,4””, E 1020 38’ 46,3”) Gambar 4. Survey potensi
- Secara administrative lokasi berada didampingi oleh Tokoh Masyarakat
di Desa Sumber Urip, Kecamatan setempat.
Kecamatan Selupu Rejang.
- Kondisi Geologi: Pada Batuan
Gunungapi; berupa breksi, lava
dan tuf bersusun andesit-basal.
- Fenomena geologi pada tahapan
inventarisasi dan identifikasi awal
Keragaman Geologi Air Terjun Keragaman Geologi Bukit Kaba
Cu’up Lekat
- Titik Koordinat lokasi pengamatan (S
- Lokasi pengamatan (S 030 29’ 47,5, 3°30'55.86", E 102°37'34.21")
E 1020 32’ 47,8”) - Secara administrative lokasi berada
- Secara administratif: Kelurahan di Kabupaten Rejang Lebong dan
Talang Rimbo Lama, Kecamatan Kepahiang
Curup Tengah - Kondisi Geologi: Pada Batuan
- Kondisi Geologi: Pada Batuan Gunungapi; berupa breksi, lava dan
Gunungapi; berupa breksi, lava tuf bersusun andesit-basal.
dan tuf bersusun andesit-basal. - Fenomena geologi pada tahapan
- Fenomena Geologi pada tahapan inventarisasi dan identifikasi awal
invetarisasi dan indentifikasi awal pada lokasi geosite ini merupakan
pada lokasi geosite ini merupakan keragaman geologi yang merupakan
keragaman geologi dari bentang salah satu bentang alam gunung api;
alam air terjun yang terdapat ketinggian 1952 mdpl, karakter
proses ekternal dan internal letusan Gn. Api Kaba adalah letusan
dimana pembentuk air terjun magmatik yang bersifat eksplosif,
dikontrol oleh struktur geologi menghasilkan hujan abu serta
berupa patahan/sesar, kekar. disertai awan panas dan leleran
- Aspek non geologi, daerah ini lava. Lama waktu letusan cukup
memiliki estetika, rekreasi yang panjang, bahkan pernah terus
memiliki daya tarik wisata dan menerus selama setahun. Pusat
didukung oleh infrastruktur jalan. erupsi sering berpindah. Letusan
- Kesampaian daerah: berjarak ± 6 freatik dan freato magmatik sering
Km dari Kota Curup memiliki akses terjadi, terlebih dengan keadaan
yang cukup baik bagi pengendara kawah yang mudah menampung air
roda 4 dan roda 2, kondisi jalan hujan membentuk danau kawah.
hotmix dan sepanjang ± 300 m Terdapat tiga kawah yaitu: kawah
jalan tanah. kaba lama, kawah kaba baru dan
Kawah Vogelsang. Pusat erupsi
sering berpindah. Sumber mata air
panas di Air Meles (lereng
baratdaya) dan di Air Sempiang
(lereng selatan)
- Aspek non geologi:
view/pemandangan dari puncak
bukit sangat menarik terlebih ketika
sunrise dan sunset, view kawah
yang menarik terlebih apabila kawah
menampung air hujan sehingga
tercipta danau kawah. Adanya
tangga di lereng luar Kawah Lama
memudahkan para wisatawan untuk
mencapai bibir kawah-kawah lainnya
di kawasan puncak.
- Kesampaian daerah: berjarak ± 23
Km dari Kota Curup memiliki akses
Gambar 5. Kenampakan Air Cu’up yang cukup baik dengan jalan
Lekat dengan tinggi ± 24 meter hotmix sampai ke Posko Gunung
Kaba dilanjutkan dengan jalan kaki
atau roda dua ke puncak gunung memiliki daya tarik wisata tetapi
dengan jarak ± 5 km. belum didukung oleh akses jalan
yang memadai.
- Kesampaian daerah: berjarak ± 5
Km dari Desa Babakan Baru dengan
waktu tempuh ± 2,5 jam dengan
berjalan kaki dari Desa Babakan
Baru melalui jalan setapak.

Gambar 6. Kenampakan puncak dan


kawah-kawah Gn. Api Kaba
menggunakan aplikasi Google Earth

Gambar 8. Kenampakan Air Terjun


Batu Betiang dengan tinggi ± 25
meter.

Gambar 7. Kenampakan Kawah


Lama Gn. Api Kaba dengan kawah
yang aktif terlihat dari adanya
fumarol dan solfatara

Keragaman Geologi Air Terjun Batu


Betiang

- Titik koordinat lokasi pengamatan (S


3°19'28.52", E 102°28'53.39")
- Secara administrative lokasi berada Gambar 9. Tim survey berada di
di Desa Babakan Baru, Kecamatan lokasi air terjun setelah ± 2,5 jam
Bermani Ulu Raya berjalan kaki mencapai lokasi
- Kondisi Geologi: Satuan Gunungapi
Andesit-Basal berupa; lava andesit-
basal, tufa dan breksi gunungapi. KESIMPULAN
- Fenomena Geologi pada tahapan
invetarisasi dan indentifikasi awal Berdasarkan hasil kegiatan pemetaan
pada lokasi geosite ini merupakan potensi geowisata, Kabupaten
keragaman geologi dari bentang Rejang Lebong memiliki potensial
alam air terjun yang terdapat untuk mejadi kawasan geowisata
proses ekternal dan internal dengan beberapa geosite yang
dimana pembentuk air terjun memiliki aspek keragaman geologi
dikontrol oleh struktur geologi berupa bentang alam atau morfologi,
berupa patahan/sesar, kekar. yang merupakan hasil proses internal
berupa (struktur geologi) dan proses
- Aspek non geologi, daerah ini
eksternal berupa (sedimentologi) serta
memiliki estetika, rekreasi yang
non aspek geologi memiliki nilai
estetika, seni budaya dan rekreasi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada Dinas


ESDM Provinsi Bengkulu, Kepala
Bidang Geologi dan Air Tanah dan
Badan Geologi, serta seluruh warga
Kabupaten Rejang Lebong yang telah
membantu dalam kegiatan pemetaan
potensi geowisata.

DAFTAR PUSTAKA

Barber, A.J., Crow, M.J., Milson, J.S.,


2005,Sumatera – Geology,
Resources and Tectonics, The
Geological Society Publishing
House, Bath – UK.

Bemmerlen, RW, Van, 1949. The


Geology of Indonesia Vol. I,
GovernmentPrintingOffire, The
Haque, 732 p.

Cornelius, C., D., 1978,


Muttergesteinfazies als parameter
der erdolbildung, ErdoI-Erdgas
Zeitschrift 3, 90-94.

Gafoer, S. , Amin, T.C., Pardede, R.,


dan., 1992, Peta Geologi Lembar
Bengkulu, Sumatera, Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.

Hose TA (1996) Geotourism, or can


tourists become casual rock
hounds? In: Bennett MR (ed)
Geology on your doorstep. The
Geological Society, London, pp
207–228

Oktariadi Oki, 2016. Warisan Geologi


Ranah Minang Panduan Menuju
Geopark Global, Pusat Air Tanah
dan Geologi Tata Lingkungan
Badan Geologi.

Anda mungkin juga menyukai