PENDAHULUAN
GGaGambar 1.1 Peta lokasi berdasarkan citra Google Earth dikutip pada 24 juli 2019
1.4. Metoda Penelitian
Metoda penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu pengambilan data lapangan,
pengolahan data dan penyusunan laporan. Peta dasar yang digunakan dalam penelitian
berskala 1:12500.
Alat tulis
Clip Board
Komparator Batuan Beku dan Sedimen
Kompas Geologi (tipe Brunton)
Palu Geologi Estwing
Larutan Hcl (0,1)
Kantong Sampel
Field Book
Camera handphone & GPS Oruxmaps
Kaca Pembesar (Lup), dll.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
BAWAH
Lempung, lanau, pasir, kerikil, lava, batuan
Aluvium hasil gunungapi tak teruraikan.
gunungapi muda
ATAS
ATAS
Batugamping Batugamping terumbu, berwarna kuning kotor
Van Bemmelen (1949) telah membagi Jawa Barat menjadi beberapa jalur
fisiografi dan struktural dimana daerah pemetaan termasuk pada jalur struktur geologi
Zona Bogor bagian timur yang telah terlipat kuat sehingga menghasilkan antiklinorium
dengan sumbu berarah barat timur. Di bagian utara zona ini, keadaan struktur geologinya
berarah utara karena adanya tekanan dari arah selatan. Gaya tersebut mengakibatkan
perlipatan dan sesar naik. Inti dari perlipatan ini terdiri atas batuan sedimen berumur
Miosen sedangkan sayapnya terdiri dari batuan sedimen Pliosen.
Menurut Van Bemmelen (1949) Zona Bogor telah mengalami dua kali masa
periode tektonik yaitu :
1. Periode intra Miosen atau Miosen Pliosen.
Pada periode tektonik intra tektonik Miosen, berlangsung pembentukan
geantiklin jawa, akibat gaya tekanan dari arah selatan terbentuk struktur lipatan
dan sesar pada sedimen di utara. Peristiwa ini terjadi setelah Formasi Cidadap
diendapkan pada Miosen Tengah. Pada Miosen Atas atau Miosen - Pliosen
antklinorium ini mengalami intrusi dasit dan andesit hornblenda, disamping itu
terjadi pula ekstrusi Breksi Kumbang di ujung timur Zona Bogor. Ketidakselarasan
antara Formasi Subang dan Formasi Kaliwangu yang berumur Pliosen Bawah
(Silitonga, 1973) yang terjadi pada Zona Bogor bagian utara, menandakan bahwa
pada periode Miosen – Pliosen tersebut terjadi proses perlipatan pada keseluruhan
Zona Bogor bagian utara.
Gambar 2.3. Kenampakkan Sesar Baribis (arah barat-timur), sebagai akibat dari proses
tektonik pada periode Pliosen- Pleistosen
Struktur geologi yang berkembang di daerah Bantarujeg dan sekitarnya terdiri dari
sesar naik, yaitu : sesar naik Cengal, sesar naik, sesar naik Cirelek, sesar naik Cikuya,
sesar naik Cipeteuy, sesar naik Cilutung serta sesar Mengiri Cilutung, sesar Mengiri
Cipeteuy, dan Antilklin Cisuluheun sebagai struktur penyerta.
BAB III
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
Radial
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti
Sentrifugal
puncak gunung api
Pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan
oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar
Rectangular
(patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang
mengikuti pola dari struktur kekar dan patahan.
Aliran sungai yang anak sungainya hampir sejajar dengan sungai
Trelllis
induknya, biasanya berada di wilayah patahan.
Aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran sungainya
Sentripetal
mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi).
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
Annular menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah
hilir aliran kembali bersatu.
Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk
Pararel
oleh lereng yang curam/terjal.
Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
Pinnate membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya
terdapat pada bukit yang lerengnya terjal.
Gambar 3.4. kenampakan Gash Fracture pada perlapisan batuan pertanda adanya
aktifitas sesar
Lintasan 1
Cuaca : Cerah
Pada hari pertama penelitian berada cukup dekat dari Basecamp. Lintasan 1 terletak
di koordinat latitude 6°57'56.09"S longitude 108°15'46.41"E Jarak ± 443 meter dari
Basecamp di tempuh dengan berjalan kaki melewati pemukiman warga. Berangkat pada
pukul 09:00 WIB. Cuaca pada lintasan 1 cerah dengan sedikit berawan. Pada lintasan 1
ini terilhat singkapan di sepanjang sungai berupa perselingan batu pasir dengan batu
lempung dan adanya slump di bagian utara perlapisan. Pada lokasi ini singkapan cukup
terjal dan rapuh sehingga sering terjadi jatuhan-jatuhan batuan yang cukup
membahayakan. Lintasan 1 ini temasuk kedalam Formasi Halang.
Jumlah stasiun yang diperoleh pada lintasan CU yaitu stasiun seperti yang
disajikan pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Lintasan 2
Lokasi : Sungai Cilutung
Cuaca : Cerah
Arah sungai pada lintasan 2 berasal dari arah Tenggara menuju arah Barat laut.
Sungai Cilutung jika dilihat memiliki pola aliran rectangular yang pola aliran sungainya
dikendalikan oleh struktur geologi. Ditandai dengan pola aliran sungainya yang
membentuk sudut siku-siku. namun jika dilihat dari citra google maps sungai terlihat
seperti sungai dendritic. Dengan genetic sungai obsekuen karena mengalir dengan arah
melawan kemiringan lapisan. Pada saat tinjauan sungai sedang surut dikarenakan musim
keamarau namun debit sungai akan naik saat musim penghujan dan menutupi perlapisan
yang tersingkap.
Lintasan 3
Cuaca : Cerah
Pada hari kedua untuk menju lintasan 3 tereletak di koordinat latitude 6°57'43.46"S,
longitude 108°14'46.11"E Jarak ±2170 meter dari Basecamp di tempuh dengan kendaraan
lalu turun di jembatan Sungai Cijurai.
Gambar 3.7. Sungai Cijurai Dari perspektif atas jembatan. Terlihat breksi vulkanik
Diamati pula sungai Cijurey yang mengalir dari arah selatan ke arah utara. Aktivitas
tektonik mengakibatkan sungai Cijurey memiliki pola yang khas dengan ukuran yang
relatif lebih lebar di bagian hulu. Sungai Cijurey ini mengangkut banyak material vulkanik
yang tererosi sehingga terdapat banyak endapan alluvial sepanjang aliran sungai Cijurey.
Pada sungai Cijurey dapat dilihat bahwa terdapat blok breksi vulkanik, Dragfold dan
keterdapatan pelapisan-pelapisan yang tersingkap. Hal- hal tersebut merupakan bukti akan
adanya aktivitas tektonik yang aktif di daerah itu.
Gambar 3.8. Breksi vulkanik
Sungai Cijurei terdapat batuan vulkanik dengan struktur batuan yang keras dan
terdapat struktur kekar yang diakibatkan pendinginan magma dimana struktur kekar terisi
oleh mineral karbonat (kalsit). Terdapat juga perlapisan perselingan batuan pasir dan
lempung dengan arah N95ºE/45 dan arah perlapisan menuju timur laut. di temukan juga
slikenside yang berada di breksi vulkanik dengan arah N81ºE/48. Mengindikasikan ada
pergerakan struktur pada bagian yang dekat dengan jembatan pada Sungai Cijurai.
Gambar 3.9. Slikenside yang di temukan pada Sungai Cijurai
Melanjutkan menyusuri Sungai Cijurai menuju arah utara sejauh ±12 meter di
temukan adanya perlapisan tipis antara batu pasir dan lempung. maka bisa di indikasikan
bahwa ini merupakan Formasi khas dari Baturujeg yaitu dinamai Formasi Bantarujeg.
Formasi Bantarujeg dicirikan dengan perlapisan yang mulai tersisipi oleh batu pasir.
Hubungan stratigrafi terhadap satuan di bawahnya selaras dengan kontak yang berangsur,
hal tersebut di perkuat dengan kemunculan breksi di dekat sungai.