BAB I
PENDAHULUAN
Palu Geologi,
Kompas Geologi,
Loop
GPS (Global Positioning System),
Plastik Contoh
Spidol Permanen
Kamera Smartphone
Buku Lapangan dan Perlengkapan Alat Tulis,
Larutan HCl 0.1 m,
Laptop.
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
2.1 Fisiografi
Secara fisiografi van Bemmelen (1949) telah membagi Jawa Barat menjadi
enam zona yang berarah barat-timur dan utara-selatan, (Gambar 2.1) yaitu:
Zona Dataran Pantai Jakarta terdiri dari dataran rendah Pantai Utara Jawa
yang membentang dari barat ke timur mulai dari Serang hingga Cirebon dengan
lebar sekitar 40 km. Litologi pada zona ini yaitu endapan sungai dan gunungapi
muda dengan ketebalan hingga ± 800 m (Padmosoekismo dan Yahya, 1974 dalam
Martodjojo, 1984).
Zona Bogor terdapat dibagian selatan Zona Daratan Pantai Jakarta, dan
membentang dari barat ke timur, yaitu mulai dari Rangkasbitung, Bogor, Subang,
Sumedang, dan berakhir di Bumiayu dengan panjang kurang lebih 40 km. Zona
Bogor ini merupakan daerah antiklinorium dangan arah sumbu lipatan barat –
timur. Inti antiklinorium ini terdri dari lapisan – lapisan batuan berumur Pliosen –
Pleistosen. Batuannya terdiri atas batupasir, batulempung dan breksi yang
merupakan endapan turbidit, disertai beberapa intrusi hypabisal, konglomerat dan
hasil endapan gunungapi. Disamping itu juga terdapat lensa – lensa batugamping.
3. Zona Pegunungan Bayah (Dome and Ridges in The Central Depression Zone)
Zona Pegunungan Bayah ini terletak dibagian barat daya Jawa Barat.
Morfologi yang dapat dijumpai pada Zona Pegunungan Bayah berupa kubah dan
punggungan yang berada pada zona depresi tengah.
Zona Bandung yang letaknya di bagian selatan Zona Bogor, yang memiliki
lebar antara 20 km hingga 40 km, membentang mulai dari Pelabunratu, menerus
ke timur melalui Cianjur, Bandung hingga Kuningan. Sebagian besar Zona
Bandung bermofologi perbukitan curam yang dipisahkan oleh beberapa lembah
yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan lembah tersebut sebagai
depresi diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh aktivitas tektonik.
Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas batuan sedimen berumur
Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik berumur Kuarter.
Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan besar yang
disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin Jawa
Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van
Bemmelen, 1949).
Zona Gunungapi Kuarter tersebar di bagian tengah Jawa Barat. Zona ini
terbentuk dari hasil endapan gunungapi yang berumur Kuarter.
2. Formasi Rajamandala
Satuan ini menindih secara selaras Formasi Ciletuh terdiri dari konglomerat
polimik , batupasir kwarsa, batulempung, napal, dan tufa. Sebagian
menagndung serpihan batubara. Diperkirakan satuan ini dikorelasikan dengan
anggota lempung, napal,dan batupasir kwarsa dari Formasi Rajamandala di
Lembar Cianjur (Sudjatmiko, 1972).
3. Formasi Jampang
Satuan ini terdiri atas 3 satuan yaitu : Breksi Volkanik , Tufa dari anggota
Cikarang dan Lava dari anggota Ciseureuh. Satuan ini tidak selaras dangan
Formasi Rajamandala dan Formasi Ciletuh. Satuan ini diendapkan di
lingkungan laut. Umur satuan ini diperkirakan Miosen Awal.
4. Formasi Lengkong
Satuan ini terdiri atas napal, batulempung, batupasir gampingan, tufa ,dan
bapa bagian bawah terdapat tufa lapili dan breksi gampingan. Satuan ini
diendapkan secara selaras dari Formasi Jampang. Umur satuan ini
diperkirakan Miosen Awal.
5. Formasi Nyalindung
Satuan ini berumur Miosen Tengah, dan secara selaras menindih Formasi
Lengkong, formasi ini terdiri dari batupasir glokonit gampingan brewarna
hijau, batulempung, napal, napal pasiran, konglomerat, breksi dan
batugamping, napal tufan yang dijumpai di sepanjang Sungai Cijarian yang
kaya akan moluska.
6. Formasi Cimandiri
Satuan ini terdiri atas tiga satuan antara lain : Satuan Batulempung (Anggota
Nyalindung), Satuan Batugamping (Anggota Bojonglopang), dan Satuan
Batupasir. Bagian utama formasi ini adalah batupasir, dengan perselingan
dengan konglomerat, batulempung dan batugamping. Satuan ini diperkirakan
berumur Akhir Miosen Tengah. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di
atas Formasi Lengkong dan Formasi Jampang.
7. Formasi Beser
Satuan ini terdiri atas 2 satuan antara lain : Satuan Klastika gunungapi dan
Satuan Lava. Bagian utama dari formasi ini terdiri atas breksi gunungapi,
breksi lahar, breksi tufa, tufa , dan konglomerat. Sedangkan Lava andesit
(anggota Cikondang) membentuk bukit – bukit kasar. Formasi Beser ini
menindih secara tak selaras Formasi Cimandiri dan Formasi Jampang. Satuan
ini diperkirakan diendapkan di lingkungan darat dan pantai.
8. Formasi Bentang
Satuan ini dibagi menjadi 2 yaitu : Formasi Bentang bagian bawah dan bagian
atas. Formasi Bentang bagian atas terdiri atas : Tufa kristal, tufa abu , tufa
batu, pada umumnya napalan dan berbatu apung. Sedangkan Foramsi Bentang
bagian bawah terdiri atas : batupasir, batulempung, batupasir gampingan ,
breksi tufa, batugamping, dan konglomerat. Formasi ini menindih secara tidak
selaras dengan Formasi jampang dan di daerah barat berubah secara berangsur
menjadi formasi beser. Umur Formasi diperkirakan Miosen akhir.
9. Formasi Cibodas
Satuan ini terdiri atas : batugamping, sebagian tufaan, batupasir gampingan.
Bagian tara dan timur berangsur berubah menjadi formasi Bentang. Formasi
ini diperkirakan berumur Miosen Akhir.
10. Endapan Kuarter
Endapan Kuarter ini berupa endapan pantai , endapan batugamping terumbu
koral, dan endapan undak muda. Ciri dari endapan ini berupa material lepas
yang belum terkompaksi. Endapan ini diendapkan secara tidak selaras dengan
satuan lainnya. Satuan ini merupakan endapan yang palin muda.
Lokasi Penelitian
Gambar 2.3 Kolom stratigrafi daerah Banten Selatan (Katili dan Koesoemadinata, 1962
dalam Sujatmiko dan Santosa, 1992).
1. Pola Meratus
menyudut menjadi penyebab sesar-sesar utama pada Pola Meratus bersifat sesar
mendatar mengiri. Arah ini berkembang di Jawa Barat dan memanjang hingga
Jawa Timur pada rentang waktu Eosen-Oligosen Akhir (32 juta tahun lalu). Di
Jawa Barat, pola Meratus diwaliki oleh Sesar Cimandiri di Teluk Pelabuhan Ratu
dan menerus ke lembah Cimandiri yang berarah timurlaut. Sesar ini juga
berkembang di bagian selatan Jawa.
2. Pola Sunda
3. Pola Jawa
Arah ketiga dinamakan Pola Jawa memiliki arah barat-timur yang berumur
Oligosen Akhir-Miosen Awal (32 juta tahun lalu). Pola ini dihasilkan oleh
tektonik kompresi akibat penunjaman di selatan Jawa yang menerus ke Sumatera.
Di Jawa Tengah hampir semua sesar di jalur Serayu Utara dan Selatan
mempunyai arah yang sama, yaitu barat-timur. Pola Jawa ini menerus sampai ke
Pulau Madura menghasilkan Zona Anjakan-Lipatan (Thrust Fold Belt) di
sepanjang Pulau Jawa dan berlangsung sampai sekarang.
Ketiga arah struktur tersebut diduga mempengaruhi perkembangan
tektonik dan sedimentasi secara regional pada daerah penelitian.
Gambar 2.4 Pola Struktur Pulau Jawa, kotak merah daerah penelitian (Pulunggono dan
Martodjojo, 1994).
BAB III
3.1 Geomorfologi
Gambar 3.1 morfologi daerah penelitian, kotak merah lokasi pengamatan (Digital
Elevation Model)
Perbukitan Vulkanik
Perbukitan Karst
Perbukitan Homoklin
Cuaca : Cerah
Deskripsi batuan:
Cuaca : Cerah
Moluska
Foram Besar
Deskripsi batuan
Cuaca : Cerah
Deskripsi batuan
Perselingan batulempung-batupasir
Cuaca : Cerah
Gambar 3.8 Singkapan breksi polimik dan terlihat fragmen yang mengambang
pada massa dasar, terletak di daerah Lengkong
Deskripsi batuan
Cuaca : Cerah
Gambar 3.9 Singkapan Tuf (kiri) dan batulempung (kanan), terletak di daerah
Lengkong
Deskripsi batuan
Cuaca : Mendung
Gambar 3.10
Singkapan
breksi
monomik
berstruktur
vesikuler,
terletak di
belakang
rumah
warga
daerah
Jampang
Tengah
Gambar 3.11 Singkapan batuan beku dibagian bawah masiv, dan bagian atas
pecah-pecah berfragmen dan berstruktur vesikuler, terletak di jalan daerah
Jampang Tengah
Deskripsi batuan
Cuaca : Mendung
Deskripsi batuan
Perbukitan Vulkanik
Perbukitan Karst
Perbukitan Homoklin
(H2)
Cuaca : Cerah
Gambar 3.14 Singkapan batuan beku yang berada di pinggir jalan Cisolok ke arah
Bayah
Deskripsi batuan
Cuaca : Cerah
Lapisan batugamping
kristalin dan sisipan
lapisan serpih
Deskripsi batuan
Batugamping
Cuaca : Cerah
Deskripsi Batuan
Cuaca : Mendung
batupasir
batubara
batulempung batupasir
batulempung
Deskripsi Batuan
Batupasir
Batulempung
Cuaca : Cerah
Gambar 3.19 Singkapan batupasir kuarsa berfgmen yang memiliki struktur silang
siur (cross bedding) yang beragam
Deskripsi Batuan
Warna abu terang, ukuran butir pasir sangat kasar, sebagian konglomeratan
dengan fragmen batulempung dan kuarsa, dan banyak berkomposisi mineral
kuarsa, bentuk butir membulat tanggung- menyudut tanggung, pemilahan
baik, kemas terbuka, porositas baik, getas, struktur sedimen silang siur
(cross-bedding) berupa tulang ikan (haring bound), cross bedding, juga
terdapat nodul dan trace fosil. Semen non karbonatan. Nama batuan :
Batupasir kuarsa.
Cuaca : Cerah
Deskripsi Batuan
Warna abu terang, sortasi buruk, kondisi segar, ukuran butir pasir kasar,
membundar tanggung, fragmen litik batuan beku, matriks mineral piroksen,
hornblend, plagioklas, struktur gradded bedding, non karbonatan. Nama
batuan : Batupasir kasar.
Cuaca : Cerah
Ahmad Kamal 1013021 – Teknik Geologi 43
Laporan Ekskursi Geologi Regional
Cianjur – Sukabumi – Bayah dan sekitarnya.
normal.
Terdapat singkapan batuan sedimen yang berada dipinggir jalan raya, yang
dimana tempat mengamati morfologi, singkapan berwarna abu terang dan
coklat gelap, merupakan perselingan batupasir dan batulempung, memiliki
dimensi ±10x3,5 m.
Deskripsi Batuan
Warna abu terang, ukuran butir pasir halus, terpilah buruk, membundar
tanggung, kemas terbuka. Nama batuan : Batupasir halus.
Warna coklat gelap, ukuran butir lempung, semen non karbonatan.
Nama batuan : Batulempung.
Cuaca : Cerah
Deskripsi batuan
Warna putih, ukuran butir bongkah-berangkal, sortasi buruk,
membundar, kemas terbuka, fragmen litik batuan beku, kalsit, kuarsa,
struktur cross bedding. Nama batuan : Konglomerat.
Warna abu terang, ukuran butir pasir kasar, terpilah buruk,
membundar-membundar tanggung, kemas terbuka, fragmen litik batuan
beku, mineral piroksen, kuarsa. Nama batuan : Batupasir kasar.
Warna abu gelap, ukuran butir lempung, semen non-karbonatan. Nama
batuan : Batulempung.
batupasir
konglomerat
Gambar 3.22. Singkapan konglomerat dengan lapisan batupasir kasar dan lapisan
batulempung terdapat zona hancuran
Cuaca : Cerah
Deskripsi batuan
Warna coklat terang, kondisi segar, kompak, ukuran butir pasir kasar,
sortasi buruk, porositas baik, kemas terbuka, menyudut tanggung-
membundar tanggung, matriks pasir halus, fragmen terdiri dari litik batuan
beku dan biotit, semen non-karbonatan. Nama batuan : Batupasir kasar.
abu terang, tersusun dari skeletal dan interclast berupa moluska, foram, kerang,
dan alga, bentuk butir membulat-membulat tanggung, pemilahan buruk, kemas
terbuka, terdiri dari. Mikrit berukuran pasir sedang. Dari ciri litologinya batuan ini
menunjukkan bahwa satuan batugamping ini disebandingkan dengan Formasi
Bojonglopang (Sukamto, 1975). Diendapkan pada lingkungan neritik. Berumur
Miosen tengah-miosen akhir. Satuan ini diendapkan secara tidak selaras di atas
Formasi Lengkong dan Formasi Jampang.
Sedangkan pada sektor Bayah dari Tua ke muda yaitu satuan batupasir
kuarsa, dan satuan batupasir-batulempung, satuan batugamping1, satuan
batugamping2, dan satuan Andesit.
trace fosil. Dari ciri litologinya batuan ini menunjukkan bahwa satuan batupasir
kuarsa ini disebandingkan dengan Anggota Konglomerat Formasi Bayah
(Sujatmiko, 1992), terdiri dari konglomerat, batupasir kuarsa, batulempung, tuf
dan batubara. Satuan ini berumur Eosen dan diendapkan pada lingkungan paralik,
bercirikan sedimen klastik kasar yang berasal dari rombakan batuan granit dan
metamorf Formasi Ciletuh (Pra-Tersier), bersisipan batubara, tersingkap di bagian
selatan. Formasi Bayah, menindih selaras Formasi Ciletuh dan tertindih selaras
oleh Formasi Cicarucup.
BAB IV
1. Geowisata
Alam daerah Pelabuhan Ratu, Sawarna dan sekitarnya memiliki keadaan
geologi yang beragam. Morfologi pantai yang beragam menyajikan suatu
keindahan alam yang unik. Selain itu di dalamnya terdapat berbagai jenis
batuan dan struktur geologi membuat daerah ini menarik untuk dijelajahi.
Udara yang segar dan keadaan penduduk sekitar menambak daya tarik
daerah penelitian untuk dikunjungi. Outbound merupakan salah satu
potensi daerah yang mungkin bisa diwujudkan ditempat ini. Tempat
rekreasi alam seperti camping atau bisa juga olahraga ekstrim seperti
panjat tebing adalah kegiatan yang dapat ditunjang oleh Alam sekitar
daerah ini.
2. Pertambangan
Dari daerah penelitian telah banyak dilakukan kegiatan penambangan.
Yang terjumpai pada saat yang lalu adalah salah satunya Pabrik Semen.
Dengan adanya batuan dasar pembuat semen, seperti batugamping,
batupasir, batubara, batulempung memudahkan para pengelola tambang
dalam pengumpulan bahan pembuat semen tersebut. Selain itu bahan
galian sirtu (pasir dan batu) yang memiliki resisitensi cukup baik di daerah
ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan infrastruktur, seperti
rumah, jembatan, jalan, dll. Di daerah ini juga terdapat berbagai jenis
bahan galian yang sudah diketahui potensinya oleh peneliti terdahulu
(Sujatmiko, 1992). Terbagi atas bahan galian batubara serta logam yaitu
emas (Au) dan mineral pengikutnya antara lain galena (Pb), seng (Zn),
tembaga (Cu), pirit (Fe), Batubesi. Sedangkan yang lainnya termasuk
bahan galian non logam dan batuan (bahan galian industri) yaitu :
batugamping, kalsit, batu belah, zeolit, lempung, tras, feldspar, batupasir
kuarsa, pasir darat, bentonit, kaolin, batusempur opal, sirtu dan batubara.
3. Pertanian
Kegiatan pertanian yang berkembang di daerah ini adalah perkebunan.
Keterdapatan lapukan batuan beku yang kaya akan mineral menambah
kesuburan tanah daerah penelitian. Pada daerah perbukitan sering kali
dijumpai kebun warga yang ditanami sayur mayur dan tumbuhan
singkong.
4. Estetika
Potensi dari segi ekonomi yang terlihat selama pengamatan ekskursi regional,
ada beberapa yang sudah dimanfaatkan oleh warga sekitar ataupun oleh
perusahaan salah satunya:
Quarry Andesit
Salah satu contoh yang sudah dimanfaatkan oleh warga sekitar. Terletak
secara administrasi di wilayah Cianjur di tepi jalan protokol Cianjur-
Jampang. Hasil dari Quarry andesit digunakan untuk bahan bangunan dan
urukan jalan.
BAB V
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Fisiografi Jawa Barat lokasi peninjauan masuk kedalam Zona
Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Zona Pegunungan Bayah.
Secara regional lokasi peninjauan menempati Formasi Jampang,
Lengkong, dan Bojonglopang pada sektor Jampang, dan Formasi Bayah,
Cijengkol, Citarante, Cimapag, dan Intrusi Andesit pada sektor Bayah.
Morfologi daerah penelitian terbagi tiga satuan yaitu, perbukitan vulkanik,
perbukitan karst, dan perbukitan homoklin.
Berdasarkan hasil peninjauan secara geologi lokasi eskursi terdiri dari
batuan sedimen berupa batupasir kuarsa, batulempung, breksi polimik,
batugamping, batubara dan batuan beku berupa Intrusi Andesit. Dan
batuan vulkanik berupa lava andesit/basalt, breksi monomik, dan tuf.
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, The
Hague Netherlands.
Marks P, 1933, Stratigraphy Lexicon of Indonesia, publikasi Keilmuan no.31,
Seri Geologi, Jawatan Geologi Bandung, p.18-19, 183-185.
Martodjojo, S, 1984, Evolusi Cekungan Bogor, Jawa Barat Vol II, Disertasi
Doktor, Fakultas Pasca sarjana ITB (tidak dipublikasikan).
Noeradi, D, 2002, Ekskursi Regional Jawa Barat 2002, Panduan Ekskursi
Program Magister Geologi ITB (tidak dipublikasikan).
Pulunggono, A. dan Martodjojo, S., 1994, Perubahan tektonikPaleogene –
Neogene merupakan peristiwa tektonik terpenting di jawa, Proceeding
Geologi dan Geoteknik pulau jawa, Percetakan NAFIRI Yogyakarta.
Sikumbang, N., dan Heryanto, R., 1994. Peta Geologi Lembar Bogor –Jawa
Barat, skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bandung.
Sujatmiko dan Santoso, S., 1992. Peta Geologi Lembar Leuwidamar, Jawa
Barat, skala 1:100.000, Pusat penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.