Anda di halaman 1dari 13

GEOLOGI DAERAH MENGGER DAN SEKITARANYA

KECAMATAN KARANGANYAR, KABUPATEN NGAWI, JAWA TIMUR


DAN
POTENSI GEOWISATA DAERAH CIPATAT
KECAMATAN CIPATAT, KABUPATEN BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

Oleh :

Muhamad Renda Wirana1), Djauhari Noor2), dan Denny Sukamto Kadarisman3)

ABSTRAK

Dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi geologi daerah Mengger dan sekitarnya, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Penelitian mecakup stratigrafi, geomorfologi, struktur geologi,
dan sejarah geologi. Satuan geomorfologi di daerah penelitian adalah Satuan Geomorfologi Perbukitan
Lipatan, dan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial dengan jentera geomorfik masuk ke dalam tahapn muda
– dewasa. Satuan batuan yang terdapat di daerah penelitian mulai dari tua ke muda adalah, satuan batuan
batupasir selang-seling batulempung yang sebanding dengan formasi kerek, satuan batulempung gampingan
sisipan batupasir yang sebanding dengan Formasi Kalibeng, satuan batugamping yang sebanding dengan
Formasi Klitik, dan satuan endapan aluvial. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah
struktur kekar yang terdiri dari kekar gerus dan kekar tarik, struktur lipatan berupa Antiklin Pandean, Sinklin
Karanganyar, Antiklin Mengger, dan Sinklin Bangunrejo, dan struktur patahan berupa Sesar Mendatar
Menganan Sumurugung, Sesar Mendatar Mengiri Pandean, dan Sesar Mendatar Mengiri Banger. Struktur
geologi yang berkembang di daerah penelitian dimulai pada kala Pliosen Akhir dengan arah gaya utama
N7⁰E atau relatif utara-selatan. Hasil survey potensi Geowisata daerah Cipatat sangat perospek untuk di
jadikan Geowisata karena berbagai permasalahan dan kendala yang ada hanya di sebagian lokasi area saja
selebihnya sudah sangat perospek. Untuk itu kedepannya perlu diadakan perbaikan di beberapa lokasi,
pengembangan dan kerjasama mulai dari pemerintah, pariwisata, masyarakat setempat dan instansi kampus
untuk menjelaskan proses-proses geologinya berupa deskripsi nilai-nilai keberadaan situs warisan geologi
ditinjau dari proses dan sejarah geologinya serta menjelaskan tentang fenomena warisan geologi yang
membentuk keindahan bentuk bentang alam.

Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Geowisata.

I. PENDAHULUUAN II. KONDISI GEOLOGI


Secara adminitrasi daerah penelitian 2.1 Geomorfologi
termasuk kedalam 4 (empat) desa yaitu Desa
Berdasarkan bentuk fisiografinya , Jawa
Mengger, Desa Karanganyar, Desa Pandean, dan
Timur menurut van Bemmelen (1949) dibagi
Desa Bangunrejo, Kecamatan Karanganyar,
menjadi 7 zona fisiografi, yaitu: Zona Dataran
Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur. Secara
Aluvial Utara Jawa, Zona Antiklinorium
geografis daerah penelitian terletak pada
Rembang, Zona Depresi Randublatung, Zona
111°10'57,4" BT - 111°14'45,7" BT dan
Antiklinorium Kendeng (Pegunungan Kendeng),
7°16'55,7" LS - 7°20'43,6" LS. Luas daerah
Zona Pusat Depresi Jawa, Busur Vulkanik
penelitian kurang lebih 7 km x 7 km atau 49 km2.
Kuarter, Pegunungan Selatan.
Daerah penelitian dapat dicapai dengan
Dengan memperlihatkan bentuk-bentuk
menggunakan kereta api dengan waktu tempuh ±
bentang alam serta batuan yang menyusun
12 jam dari Stasiun Pasar Senen menuju Stasiun
bentang alam yang ada di daerah penelitian, maka
Walikukun. Kawasan daerah penelitian terletak
daerah penelitian berada pada Zona
pada ketinggian
Antiklinorium Kendeng (Pegunungan
50-162,5 mdpl.
Kendeng).

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 1


laut dengan kelerang berkisar antara 0 – 15%.
Satuan batuan yang menyusun satuan
geomorfologi ini adalah satuan batupasir selang-
seling batulempung, satuan batulempung
gampingan sisipan batupasir, dan satuan
batugamping. Satuan Geomorfo ini menempati
sekitar 95% dari luas daerah penelitian dan pada
peta geomorfologi diwakili oleh warna Ungu,
Penyebaran satuan ini mulai dari utara hingga
selatan daerah penelitian.
Gambar 1 peta fisiografi regional jawa timur Proses-proses geomorfologi yang terjadi
(van Bemmelen, 1949) pada satuan geomorfologi ini adalah pelapukan
berupa tanah dengan ketebalan berkisar antara 0,2
Secara umum bentuk morfologi di daerah –2 m dan bentuk bentang alam berupa alur-alur,
penelitian memperlihatkan perbukitan dan lembah dan lembah hasil proses erosi. Material hasil
yang memanjang relatif barat -timur, dari kedua pelapukan dan erosi kemudian diangkut oleh
bentuk morfologi ini tersusun oleh batupasir, jaringan sungai-sungai yang ada pada satuan ini
batulempung, batulempung gampingan, dan kemudian diendapkan sebagai endapan aluvial.
batugamping Stadia geomorfik pada satuan ini dapat
Perbukitan dan lembah ini terbentuk oleh dimasukan ke dalam stadia tua, dicirikan oleh
batuan adanya bukit antiklin yang sudah menjadi lembah
sedimen tersier yang dikontrol oleh struktur (reverse topografi).
geologi yang berkembang dan perbedaan litologi
yang menempatinya. Adapun ketinggian daerah 2.1.2 Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
penelitian yaitu berkisar 50 – 162,5 mdpl.
Genetika Satuan geomorfologi dataran
Aluvial terbentuk dari hasil pengendapan
material-material lepas yang diangkut oleh sungai.
Satuan geomorfologi dataran aluvial di daerah
penelitian dijumpai di Kali Banger, dan
menempati sekitar 5% dari luas daerah penelitian,
pada peta geomorfologi dicirikan dengan warna
abu-abu .
Satuan geomorfologi ini memiliki kisaran
kelerengan 0-2%, dengan kisaran ketinggian 62,5-
75 meter di atas permukaan laut. Membentuk
morfologi pedataran yang disusun oleh material-
Gambar 2 Peta Geomorfologi daerah material yang berukuran lempung sampai
penelitian bongkah.
Proses-proses geomorfologi yang terjadi
Berdasarkan genetika pembentukan bentang pada satuan ini berupa erosi dan sedimentasi
alamnya yang mengacu kepada struktur, proses dimana proses tersebut terus berlangsung hingga
dan stadia (tahapan) geomorfologinya oleh Davis saat ini sehingga jentera geomorfik satuan
(1954) dalam Lobeck (1939), maka daerah geomorfologi dataran aluvial berada pada tahapan
penelitian dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) muda
satuan geomorfologi, yaitu: Satuan Geomorfologi 2.1.3 Pola Aliran dan Genetika Sungai
Perbukitan Lipatan, dan Satuan Geomorfologi
Dataran Aluvial. Pengelompokan pola aliran sungai yang
terdapat di daerah penelitian didasarkan atas
2.1.1 Satuan Geomorfologi Perbukitan klasifikasi pola aliran sungai dari Thornbury
Lipatan (1969). Berdasarkann hasil analisis peta topografi
Genetika Satuan Geomorfologi Perbukitan dan pengamatan lapangan terhadap pola aliran
Lipatan merupakan satuan geomorfologi yang sungai yang ada di daerah penelitian dapat
terbentuk sebagai hasil dari perlipatan dari satuan disimpulkan bahwa pola aliran sungainya
batuan yang ada di daerah penelitian dikontrol oleh struktur perlipatan.
Satuan geomorfologi ini berada pada Pola aliran sungai yang berkembang di
ketinggian 62,5 – 162,5 meter diatas permukaan daerah penelitian dapat dikatakan berpola Trellis.
Pola pengaliran sungai trellis sumbu lipatan relatif

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 2


barat-timur. merupakan pola sungai yang dicirikan Berdasarkan hasil pengukuran dan
oleh saluran air berpola sejajar, mengarih searah pengamatan ciri-ciri litologi yang tersingkap
kemiringan lereng dan tegak lurus dengan saluran dilapangan dan kesebandingan terhadap stratigrafi
utamanya, dikontrol oleh struktur lipatan sinklin regional, maka daerah penelitian dapat dibagi
dan antiklin. Struktur perlipatan yang terdapat di kedalam empat satuan batuan, dengan urutan-
daerah penelitian berupa Antiklin Pandean, urutan dari yang tua ke muda adalah sebagai
Sinklin Karanganyar, Antiklin Mengger, dan berikut: Satuan Batupasir Selang-Seling
Sinklin Bangunrejo dengan arah Batulempung ( Formasi Kerek), Satuan
Genetika sungai dari pola aliran trellis Batulempung Gampingan Sisipan Batupasir (
masih dapat dikenali, terutama pada sub-sub das Formasi Kalibeng), Satuan Batugamping (Formasi
aliran sungai, yaitu genetika sungai subsekuen, Klitik), dan Satuan Endapan Aluvial.
genetika sungan konsekuen, dan genetika sungai
obsekuen. Tabel 2 Kolom Stratigrafi Daerah Mengger dan
Genetika sungai subsekuen di jumpai di sekitarnya, Kecamatan Karanganyar,
kali Banger, genetika sungai Konsekuen dijumpai Kabupaten Ngawi, Jawa Timur
di kali Banger, kali Pandean, dan kali
Sumurugung, seangkan genetika sungai Obsekuen
dijumpai di kali Banger, kali Pandean, kali Pencil,
dan kali Nanas.

2.2 Stratigrafi

Menurut M. Datun, Sukandarrumidi, B


Hermanto & N. Suwarna (1996) Stratigrafi daerah
Penelitian berdasarkan peta geologi lembar Ngawi
skala 1: 100.000, dari yang tertua hingga termuda
sebagai berikut:
Tabel 1 Stratigrafi Geologi Regional Lembar Ngawi

2.2.1 Satuan Batupasir Selang-Seling


Batulempung (Formasi Kerek)
Penamaan satuan batuan ini didasarkan
pada singkapan-singkapan yang dijumpai di
lapangan berupa peselingan batupasir dan
batulempung. Satuan Batupasir selang-seling
batulempung dijumpai di bagian utara dan tengah
daerah penelitian, tersebar dari barat hingga timur
daerah penelitian. Singkapan ini dapat dilihat
dengan baik pada Kali Benger, dan Kali Pandean.
Pada peta geologi satuan ini deberi warna kuning .
Di lapangan Satuan ini mempunyai jurus
batuan berkisar antara N246°E – N320°E dengan
kemiringan lapisan batuan berkisar antara 30°-50°
dan N50°E – N120°E dengan kemiringan lapisan
batuan berkisar antara 22°-36° kedudukan ini
membentuk lipatan antiklin.
Ketebalan satuan ini berdasarkan hasil
pengukuran pada penampang geologi diperoleh
sekitar 650 meter, sedangkan menurut M. Datun
dkk (1996) ketebalan formasi kerek adalah 825
meter.
Batupasir berwarna Abu-abu terang, dengan
Ukuran Butir pasir Halus,bentuk butir membundar
tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, dengan
sementasi karbonat. Tersusun oleh mineral Kuarsa
Gambar 3 Peta Geologi daerah penelitian dan lithik.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 3


Batulempung berwarna Abu-abu Gelap, dan Pyrgo Murhina. Berdasarkan fosil
berukuran lempung, lunak, karbonatan. foraminifera bentonik tersebut, maka satuan
Sedangkan batupasir tufan berwarna kuning Batupasir slang-seling Batulempung bagian atas,
kecoklatan, ukuran butir pasir halus, membundar, menunjukan lingkungan pengendapan dengan
terpilah baik, kemas tertutup. Komposisi kisaran kedalaman 100-500 meter atau Neritik
kuarsa,gelas, sementasi karbonat. Luar-Bahtial Atas.
Penentuan umur satuan batupasir selang- Hubungan stratigrafi satuan Batupasir
seling batulempung berdasarkan kandungan fosil selang-seling batulempung dengan satuan yang
foraminifera planktonik yang diambil pada contoh dibawahnya tidak diketahui, dikarenakan satuan
batuan di lokasi pengamatan 82 di kali Pandean, yang lebih tua tidak tersingkap di daerah
Desa Pandean, Kecamatan Karanganyar, penelitian. Hubungan stratigrafi dengan satuan
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur untuk mewakili yang ada di atasnya yaitu satuan batulempung
bagian bawah satuan batuan. gampingan sisipan batupasir adalah selaras
Berdasarkan hasil analisa fosil foraminifera dikarenakan kedudukan jurus dan kemiringannya
planktonik pada lokasi pengamatan 82 di kali sejajar, dan kandungan fosil planktonik pada
Pandean didapatkan fosil-fosil planktonik berupa kedua satuan batuan ini menunjukan umur yang
Sphaeroidinella Subdehiscen, Globorotalia menerus.
Siakensis, Globigerinoides Sacculifera, Orbulina Berdasarkan pengamatan di lapangan
Universa, Berdasarkan punahnya Globorotalia hingga analisa lebih lanjut untuk menentukan ciri
Siakensis pada N15 dan munculnya litologi, posisi stratigrafi dan analisa petrografi
Sphaeroidinella Subdehiscens pada N13, maka serta hasil penarikan umur satuan batuan
umur dari satuan batupasir selang-seling berdasarkan analisa fosil mikro, maka satuan
batulempung bagian bawah diperoleh kisaran batupasir selang-seling batulempung ini dapat
umur N13-N15 atau kala Miosen Tengah Bagian disebandingkan dengan “Formasi Kerek” (M.
Akhir - Awal Miosen Akhir. Pada Lokasi Datun., 1996).
Pengamatan 34 di kali Sumurugung didapatkan
2.2.2 Satuan Batulempung Gampingan sisipan
fosil-fosil planktonik berupa Orbulina Universa,
Batupasir (Formasi Kalibeng)
Globorotalia Acostaensis, Globorotalia
Pseudomiocenica, Globorotalia Menardii. Penamaan satuan ini didasarkan pada
Berdasarkan punahnya Fosil Globorotalia singkapan-singkapan yang dijumpai dilapangan
Pseudomiocenica pada N17, dan munculnya fosil berupa singkapan batulempung gampingan,
Globorotalia Acostaensis pada N16, maka umur dimana batupasir hanya dijumpai setempat-
dari satuan Batupasir selang-seling Batulempung setempat dan hadir sebagai sisipan dalam satuan
bagian atas diperoleh kisaran umur N16-N17, batulempung gampingan. Satuan batulempung
Atau Miosen Akhir Bagian Tengah. gampingan sisipan batupasir di lapangan
Berdasarkan dari hasil analisa 2 sampel tersingkap dengan keadaan baik disepanjang Kali
batuan yang diambil pada lokasi pengamatan 82 Pandean, Kali Benger, Kali Sumurugung, Kali
dan Lokasi pengamatan 34 yang mewakili bagian Pencil, Kali Nanas. Penyebaran satuan ini di
bawah , dan atas satuan ini, maka satuan Batupasir daerah penelitian menempati ±45% dari luas
selang-seling Batulempung berumur N13-N17 daerah penelitian, tersebar dibagian selatan dan
atau kala Miosen Tengah Bagian Akhir- Miosen tengah daerah penelitian, mulai dari barat hingga
Akhir. ke timur. Pada peta geologi satuan ini diberi
Penentuan lingkungan pengendapan satuan warna hijau(Lihat lampiran Peta Geologi.
Batupasir selang-seling Batulempung yang Kedudukan jurus perlapisan satuan batuan
terdapat di daerah penelitian didasarkan pada ini berkisar antara N76°E -N112°E dengan
kandungan fosil bentonik pada sampel yang kemiringan lapisan batuan berkisar antara 24°-34°
diambil di lokasi pengamatan 82 di kali Pandean dan N260°E – N290°E dengan kemiringan lapisan
untuk mewakili bagian bawah satuan batuan. batuan berkisar antara 18° - 41°, membentuk
Adapun fosil foraminifera bentonik yang dijumpai struktur lipatan sinklin. Berdasarkan pengukuran
antara lain : Planulina Fovelata, Nodosaria Sp, dari penampang geologi, satuan batuan di daerah
Pullenia Quinqueloba. maka satuan Batupasir penelitian mempunyai ketebalan ± 500 meter.
selang-seling Batulempung bagian bawah batulempung berwarna putih – putih
diendapkan pada lingkungan pengendapan dengan kekuningan, berukuran lempung, bersifat lunak,
kisaran kedalaman 200-500 meter atau Bathial karbonatan.
atas. Pada Lokasi pengamatan 34 di kali Batupasir berwarna putih kecoklatan,
Sumurugung didapatkan fosil-fosil foraminifera dengan ukuran butir pasir halus, bentuk butir
bentonik sebagai berikut: Planulina Foveolata, membundar, kemas tertutup, terpilah baik,

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 4


sementasi karbonat, komposisi mineral kuarsa, Hubungan stratigrafi satuan batulempung
litik. gampingan sisipan batupasir dengan satuan di
Berdasarkan hasil analisa fosil foraminifera bawahnya yaitu satuan batupasir selang-seling
planktonik pada lokasi pengamatan 78 di kali batulempung (formasi kerek) adalah selaras
Banger didapatkan fosil-fosil planktonik berupa dikarenakan kedudukan jurus dan kemiringan
Sphaeroidinellopsis Seminulina, Globorotalia yang relatif sama dan umur fosil foraminifera
Tumida, Globorotalia Menardii, Orbulina planktonik yang menerus, sedangkan pada bagian
Universa, Berdasarkan punahnya atas dari satuan ini dengan satuan batugamping
Sphaeroidinellopsis Seminulina pada N19 dan hubungannya menjemari.
munculnya Globorotalia Tumida pada N18, maka Satuan batulempung gampingan sisipan
umur dari satuan batulempung gampingan sisipan batupasir yang terdapat di daerah penelitian
batupasir bagian bawah diperoleh kisaran umur memiliki ciri litologi yang sama dengan ciri
N18-N19 atau kala Miosen Akhir bagian Akhir - litologi formasi Kalibeng serta umur yang sama
Awal Pliosen. Pada Lokasi Pengamatan 68 di kali yaitu berumur N18-N20 atau berumur Miosen
Banger didapatkan fosil-fosil planktonik berupa Akhir bagian Akhir-Pliosen (M.Datun,
Globorotalia Miocenica, Globorotalia Dkk.,1996), sehingga penulis menyatakan bahwa
Pseudopima, Globorotalia Tumida, Globorotalia satuan batuan ini merupakan bagian dari formasi
Menardii. Berdasarkan Muncul dan punahnya Kalibeng.
Fosil Globorotalia Miocenica pada N18-N20
2.2.3 Satuan Batugamping (Formasi Klitik)
maka umur dari satuan batulempung gampingan
sisipan batupasir bagian atas diperoleh kisaran Penamaan satuan ini didasarkan atas
umur N18-N20, Atau Miosen Akhir Bagian singkapan-singkapan yang dijumpai di lapangan
Akhir- Pliosen. berupa singkapan batugamping. Satuan
Berdasarkan dari hasil analisa 2 sampel batugamping menempati sekitar 15% dari luas
batuan yang diambil pada lokasi pengamatan 78 daerah penelitian. Tersebar di bagian barat dari
dan Lokasi pengamatan 68 yang mewakili bagian daerah penelitian. Tersingkap dengan baik di kali
bawah , dan atas satuan ini, maka satuan Pandean dan kali Sumurugung. Pada peta geologi
batulempung gampingan sisipan batupasir satuan ini diberi warna biru. Kedudukan jurus
berumur N18-N20 atau kala Miosen Akhi Bagian perlapisan satuan batuan ini berkisar antara N92°E
Akhir- Pliosen. – N105°E dengan kemiringan lapisan batuan
Penentuan lingkungan pengendapan satuan berkisar antara 22°- 31°. Berdasarkan pengukuran
batulempung gampingan sisipan batupasir yang dari penampang geologi, satuan batuan ini
terdapat di daerah penelitian didasarkan pada mempunyai ketebalan ±100 meter.
kandungan fosil bentonik pada sampel yang Batugamping berwarna putih-putih
diambil di lokasi pengamatan 78 di kali Banger kecoklatan, dengan jenis konstituen utama berupa
untuk mewakili bagian bawah satuan batuan. klastik, mempunyai kemas tertutup, terpilah baik,
Adapun fosil foraminifera bentonik yang dijumpai kompaksi kompak, komposisi mineral berupa
antara lain : Planulina Fovelata, Nodosaria Sp, kalsit.
Casidulina Subglobosa, Yang menunjukan Berdasarkan hasil analisa fosil foraminifera
lingkungan pengendapan dengan kisaran planktonik pada lokasi pengamatan 74 di bukit
kedalaman 20-200 meter atau Neritik Tengah- Kendeng didapatkan fosil-fosil planktonik berupa
Neritik Luar. Pada Lokasi pengamatan 68 di kali Globorotalia Pseudopima, Globorotalia
Banger didapatkan fosil-fosil foraminifera Ungulata, Globorotali Miocenica, Berdasarkan
bentonik sebagai berikut: Planulina Foveolata, punahnya Globorotali Miocenica pada N20 dan
Pyrgo Murhina, Robulus Sp. Berdasarkan fosil munculnya Globorotalia Ungulata pada N20,
foraminifera bentonik tersebut, maka satuan maka umur dari satuan batugamping diperoleh
batulempung gampingan sisipan batupasir bagian kisaran umur N20 atau kala Pliosen.
atas, menunjukan lingkungan pengendapan Penentuan lingkungan pengendapan satuan
dengan kisaran kedalaman 20-200 meter atau batugamping yang terdapat di daerah penelitian
Neritik Tengah-Neritik Luar. didasarkan pada kandungan fosil bentonik pada
Berdasarkan dari hasil analisa 2 sampel sampel yang diambil di lokasi pengamatan 74 di
batuan yang diambil pada lokasi pengamatan 78 bukit Kendeng. Adapun fosil foraminifera
dan 68 yang mewakili bagian bawah dan atas bentonik yang dijumpai antara lain :
satuan ini, maka satuan batulempng gampingan Amphistegina Lessonii, Operculina Complanta,
sisipan batupasir diendapkan pada kisaran Yang menunjukan lingkungan pengendapan
kedalaman 20-200 meter atau Neritik Tengah- dengan kisaran kedalaman 0-100 meter atau
Neritik Luar. Neritik Tepi-Neritik Tengah.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 5


Hubungan stratigrafi satuan batugamping berbeda-beda. Struktur kekar tersebut banyak
dengan satuan batulempung gampingan sisipan dijumpai pada satuan batupasir selang-seling
batupasir (Formasi Kalibeng) bagian atas adalah batulempung, dan batulempung gampingan
menjemari di tandai dengan umur fosil planktonik sisipan batupasir. Struktur kekar yang
yang sama, menunjukan umur dikisaran N20 atau berkembang di daerah penelitian terdapat dua
Pliosen bagian Tengah. jenis kekar yaitu kekar gores dan kekar tarik.
Satuan batugamping yang terdapat di Kekar gerus yang terbentuk mempunyai
daerah penelitian memiliki ciri litologi yang sama arah umum (N330⁰-N350⁰) atau barat laut –
dengan ciri litologi formasi Klitik serta umur yang tenggara dan ( N20⁰-N40⁰) atau timur laut barat
sama yaitu berumurN20 atau berumur Pliosen daya, kekar tarik mempunyai pola dengan arah
(M.Datun, Dkk.,1996), sehingga penulis umum hampir utara – selatan N0⁰-N10⁰, kekar ini
menyatakan bahwa satuan batuan ini merupakan mempunyai pola yang searah dengan gaya utama.
bagian dari formasi Klitik.
2.2.4 Satuan Endapan Alluvial 2.3.2 Antiklin Pandean
Penamaan antiklin ini didasarkan pada
Penamaan satuan ini berdasarkan atas
sumbu antiklin yang melewati desa Pandean,
hadirnya endapan aluvial sebagai penyusun mempunyai arah umum barat- timur dengan
utamanya. Satuan ini tersebar di bagian selatan sumbu ± 5 km. Antiklin ini melipat satuan
daerah penelitian dengan menempati kurang lebih
batupasir selang-seling batulempung.
5% dari luas daerah penelitian, pada peta geologi
Bukti adanya lipatan antiklin pandean
diberi warna abu-abu. Satuan endapan aluvial ini didasarkan pada adanya pembalikan arah
menempati daerah datar. Ketebalan dari satuan ini kemiringan lapisan dengan kedudukan jurus
adalah 0,5 cm – 3 meter. Satuan endapan aluvial
lapisan sayap bagian utara adalah N 268°E – N
ini merupakan hasil rombakan batuan sebelumnya
323°E dengan besar kemiringan berkisar 20° -
tetapi belum terkompaksi dan dikontrol oleh 50°, sedangkan kedudukan jurus sayap bagian
endapan sungai berukuran lempung-bongkah. selatan adalah N 75°E – N 112°E dengan besar
2.3 Struktur Geologi kemiringan berkisar 21° - 36°. Struktur antiklin
pandean ditafsirkan sebagai antiklin asimetri.
Berdasarkan hasil analisa peta topografi
skala 1 : 25.000 dan pengamatan lapangan, yang 2.3.3 Antiklin Mengger
meliputi pengukuran jurus dan kemiringan lapisan Penamaan antiklin ini didasarkan pada
batuan, serta dijumpainya indikasi-indikasi
sumbu antiklin yang melewati desa Mengger,
struktur geologi berupa : Kekar (fractures), bidang
mempunyai arah umum barat- timur dengan
sesar, pergerakan lapisan batuan (offset), cermin sumbu ± 5 km. Antiklin ini melipat satuan
sesar (slicken side), kedudukan lapisan yang tidak batupasir selang-seling batulempung.
teratur, dan unsur topografi berupa offset bukit,
kelurusan sungai, dan pembelokan sungai yang Bukti adanya lipatan antiklin mengger
tiba-tiba maka struktur geologi yang terdapat di didasarkan pada adanya pembalikan arah
daerah penelitian adalah: kemiringan lapisan dengan kedudukan jurus
1. Struktur Kekar lapisan sayap bagian utara adalah N246°E – N
2. Struktur perlipatan (Antiklin Pandean, 290°E dengan besar kemiringan berkisar 24° -
Antiklin Mengger, Sinklin Karanganyar, 35°, sedangkan kedudukan jurus sayap bagian
dan Sinklin Bangunrejo) selatan adalah N 40°E – N 116°E dengan besar
3. Struktur sesar (Sesar Mendatar Menganan kemiringan berkisar 21° - 40°. Struktur antiklin
Sumuruggung, Sesar Mendatar Mengiri mengger ditafsirkan sebagai antiklin simetri.
Pandean, dan Sesar Mendatar Mengiri 2.3.4 Sinklin Karanganyar
Banger)
Penamaan sinklin ini didasarkan pada
2.3.1 Struktur Kekar sumbu sinkklin yang melewati desa Karanganyar,
mempunyai arah umum barat- timur dengan
Kekar yang terdapat di daerah penelitian sumbu ± 5 km. Sinklin ini melipat satuan
dapat dibedakan menjadi Kekar gerus (shear batulempung gampingan sisipan batupasir.
Fracture) dan Kekar Tarik (extension Fracture). Bukti adanya lipatan sinklin karanganyar
Struktur kekar yang dijumpai di daerah penelitian didasarkan pada adanya pembalikan arah
mempunyai ukuran yang bervariasi, mulai dari kemiringan lapisan dengan kedudukan jurus
ukuran beberapa centimeter (cm) sampai lapisan sayap bagian utara adalah N 75°E – N
berukuran beberapa meter (m) dengan arah yang 112°E dengan besar kemiringan berkisar 21° -

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 6


36°, sedangkan kedudukan jurus sayap bagian Indikasi-indikasi sesar mendatar mengiri
selatan adalah N246°E – N 290°E dengan besar pandean yang ditemukan dilapangan adalah
kemiringan berkisar 24° - 34°. Struktur lipatan sebagai berikut:
sinklin karanganyar ditafsirkan sebagai sinklin a) Bidang sesar dengan kedudukan N215⁰E/78⁰,
simetri. dengan gores garis 8⁰, N225⁰, pitch 10⁰ pada
lokasi pengamatan 54 di kali Pandean, Desa
2.3.5 Sinklin Bangunrejo
Pandean.
Penamaan sinklin ini didasarkan pada b) Adanya offset bukit pada bukit kendeng
sumbu sinkklin yang melewati desa Bangunrejo, c) Adanya ketidakaturan kedudukan lapisan
mempunyai arah umum barat- timur dengan batuan yang terdapat di Kali Pandean pada
sumbu ± 5 km. Sinklin ini melipat satuan lokasi pengamatan 57,58, dan 59.
batulempung gampingan sisipan batupasir. d) Adanya ketidakaturan kedudukan lapisan
Bukti adanya lipatan sinklin bangunrejo batuan yang terdapat di Kali Sumurugung pada
didasarkan pada adanya pembalikan arah lokasi pengamatan 32, dan 33.
kemiringan lapisan dengan kedudukan jurus e) Adanya Kelurusan sungai pada Kali Pandean.
lapisan sayap bagian utara adalah N 40°E – N
116°E dengan besar kemiringan berkisar 20° - 2.3.8 Sesar Mendatar Mengiri Banger
40°, sedangkan kedudukan jurus sayap bagian Sesar Mendatar mengiri banger
selatan adalah N 246°E – N 275°E dengan besar berkembang dibagian tengah daerah penelitian,
kemiringan berkisar 18° - 35°. Struktur lipatan terdapat pada kali banger, dan termasuk kedalam
sinklin bangunrejo ditafsirkan sebagai sinklin desa Mengger dan Karanganyar, diperkirakan
simetri. sesar mendatar ini memanjang sejauh ± 7 Km
dengan arah umum Timur Laut-Barat Daya. Sesar
2.3.6 Sesar Mendatar Menganan Sumurugung
ini mematahkan satuan batupasir selang-seling
Sesar Mendatar menganan sumurugung batulempung, dan satuan batulempung gampingan
berkembang dibagian barat daerah penelitian, sisipan batupasir.
terdapat pada kali sumurugung, dan termasuk Indikasi-indikasi sesar mendatar mengiri
kedalam desa Pandean, Mengger dan Bangurejo, pandean yang ditemukan dilapangan adalah
diperkirakan sesar mendatar ini memanjang sebagai berikut:
sejauh ± 4 Km dengan arah umum Barat Laut- a) Bidang sesar dengan kedudukan N197⁰E/73⁰,
Tenggara. Sesar ini mematahkan satuan batupasir dengan gores garis 15⁰, N210⁰E, pitch 12⁰, di
selang-seling batulempung, satuan batulempung Kali Banger pada lokasi pengamatan 72.
gampingan sisipan batupasir, dan satuan b) Adanya ketidakaturan kedudukan lapisan
batugamping. batuan yang terdapat di kali Banger pada
Indikasi-indikasi sesar mendatar mengiri lokasi pengamatan 24,29,91 dan 92.
sumurugung yang ditemukan dilapangan adalah c) Kelurusan sungan di kali Banger.
sebagai berikut:
a) Adanya pergerakan lapisan batuan (offset) 2.3.9 Analisa Gaya Utama
pada alokasi pengamatan 36 di Kali Dalam melakukan analisis struktur geologi,
Sumurugung dengan kedudukan N312⁰E/80⁰. penulis menggunakan model menurut Moody dan
b) Adanya offset bukit, pada bukit kendeng. Hill (1956) untuk mengetahui hubungan antara
c) Adanya kelurusan sungai pada Kali tegasan utama dengan jenis struktur geologi yang
Sumurugung. dihasilkan
d) Adanya pembelokan sungai pada lokasi Model yang diusulkan oleh Moddy dan Hill
pengamatan 22 di kali Banger, desa Mengger (1956), menerangkan jika gaya utama yang
bekerja pada suatu lapisan batuan maka yang
2.3.7 Sesar Mendatar Mengiri Pandean pertama kali terbentuk adalah lipatan dengan
Sesar Mendatar mengiri pandean sumbu lipatan tegak lurus terhadap gaya, apabila
berkembang dibagian barat daerah penelitian, gaya terus berlangsung sampai melewati batas
terdapat pada kali Pandean, dan termasuk kedalam elastisitas batuan yang ada, maka akan terbentuk
desa Pandean, diperkirakan sesar mendatar ini sesar naik dengan arah tegak lurus terhadap gaya
memanjang sejauh ± 5 Km dengan arah umum utama, kemudian bila gaya terus bekerja maka
Timur Laut-Barat Daya. Sesar ini mematahkan akan terbentuk sesar mendatar yang membentuk
satuan batupasir selang-seling batulempung, sudut lancip sekitar 30⁰ terhadap gaya, dan setelah
satuan batulempung gampingan sisipan batupasir, gaya tersebut berhenti maka akan terbentuk sesar
dan satuan batugamping. normal yang searah dengan arah gaya utama.
Berdasarkan data dan pengamatan dilapangan dan

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 7


dipadukan dengan konsep pembentukan struktur sungai - sungai sehingga menghasilkan endapan
Moddy dan Hill (1956), maka arah umum gaya aluvial sungai yang merupakan hasil rombakan
yang bekrja di daerah penelitian mempunyai arah dari batuan yang terbentuk sebelumnya dan
relatif utara selatan. Arah gaya utama yang endapan aluvial sungai ini menutupi satuan batuan
bekerja di daerah penelitian diketahui berdasarkan di bawahnya dengan batas berupa bidang erosi.
hasil analisa kedudukan jurus-jurus perlapisan
batuan yang umumnya berarah barat-timur maka
arah gaya utama tegak lurus dengan jurus III. POTENSI GEOWISATA DAERAH
perlapisan batuan yang berarah N7⁰ E atau hampir CIPATAT, KABUPATEN BANDUNG
utara-selatan. BARAT, JAWA BARAT
2.4 Sejarah Geologi
3.1 Pendahuluan
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai
Geowisata (Geoturism) berasal dari kata
pada kala Miosen Tengah bagian Akhir (N13)
“geo” yang artinya bumi dan “tourism” yang
yaitu dengan dimulainya pengendapan satuan
artinya wisata. Geowisata yaitu suatu kegiatan
batupasir selang-seling batulempung (Formasi
pariwisata berkelanjutan dan bersifat konservasi
Kerek) yang terjadi pada lingkungan pengendapan
berkaitan dengan wisata alam yang
laut dalam (Bathial Atas). Dengan demikian pada
diselenggarakan secara bertanggung jawab di
kala Miosen Tengah bagian Akhir daerah
suatu kawasan yang dilindungi dengan
penelitian berupa laut dalam dengan kedalaman
memanfaatkan informasi biodiversity, cultural
mencapai 500 meter. Satuan batuan ini merupakan
diversity dan geologi beraspek geodiversity untuk
satuan tertua di daerah penelitian.
menjelaskan proses pembentukan suatu
Kemudian terjadi susut laut akibat
keindahan, keunikan dan kelangkaan objek wisata
penurunan cekungan lebih lambat dari kecepatan
alam (bentuk bentang alam, batuan/fosil, struktur
pengendapan sedimen (regresi), sehingga
geologi, dan sejarah kebumian) suatu wilayah
lingkungan pengendapan daerah penelitian
dalam rangka mengembangkan wawasan dan
berubah dari laut dalam menjadi laut dangkal.
pemahaman proses fenomena yang terjadi di
Yang terjadi pada kala Miosen Akhir (N18) di
alam. Informasi geologi tersebut dikemas secara
atas satuan batupasir selang-seling batulempung
populer dan sederhana sehingga mudah dipahami.
(Formasi Kerek) diendapkan selaras satuan
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
batulempung gampingan sisipan batupasir
1999).
(Formasi Kalibeng) yang diendapkan pada
lingkungan pengendapan laut dangkal ( Neritik 3.2 Konsep Manajemen Pengembangan
Tengah-Neritik Luar) atau pada kedalaman Kawasan Geowisata
Kurang dari 200 meter. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
Bersamaan dengan pengendapan satuan dalam manajemen pengembangan kawasan
batulempung gampingan sisipan batupasir geowisata antara lain:
(Formasi Kalibeng) bagian atas atau tepatnya pada
kala Pliosen Awal(N20) secara menjemari 1). Geologically Based (Berbasis Geologi)
diendapkan satuan batugamping yang diendapkan Area objek geowisata merupakan bentukan
pada lingkungan pengenddapan laut dangkal hasil proses geologi. Unsur yang menjadi daya
(Neritik Tepi-Neritik Tengah). Atau pada tarik wisata berupa jenis batuan, kandungan
kedalaman berkisar antara 0-100 meter. mineral, kondisi tanah, dan hal lain yang berkaitan
Pada kala Pliosen Akhir (N21) terjadi dengan geologi.
aktifitas tektonik yang mengakibatkan proses
deformasi dan pengangkatan pada daerah 2). Suistainable (Berkelanjutan)
penelitian, serta terbentuknya perlipatan ( Antiklin Kelestarian, keunikan, dan keindahan objek
Pandean, Sinklin Karanganyar, Antiklin Mengger, geowisata harus terjaga yaitu dengan pengelolaan
Sinklin Bangunrejo), dan pensesaran (Sesar berkelanjutan (bertujuan untuk generasi masa
Mendatar Menganan Sumurugung, Sesar depan). Tidak merusak struktur yang telah ada
Mendatar Mengiri Pandean, Sesar Mendatar tetapi lebih pada mengembangkannya. Banyak
Mengiri Banger) pada satuan batuan yang mineral-mineral berharga yang ditemukan pada
diendapkan. objek geowisata sehingga memicu oknum yang
Seiring dengan waktu geologi yang serakah dan tidak bertanggung jawab untuk
berjalan, daerah penelitian yang telah menjadi mengeksploitasi dan merusak lingkungan di
daratan terjadi proses eksogen yaitu pelapukan sekitarnya. Selain berkelanjutan, juga menerapkan
pada zona lemah yang kemudian membentuk prinsip ekowisata dengan mempromosikan

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 8


konservasi dan memperluas budaya serta Sunda. Di Cipatat ditemukan alat-alat budaya
sejarahnya. masa lalu dari bahan obsidian, kalsidon,
kwarsit, rijang dan andesit berupa anak panah,
3). Geologically Informative (Bersifat
pisau, penyerut, gelang batu, batu asah.
Informasi Geologi)
Beberapa ahli menyimpulkan temuan tersebut
Adanya informasi berkaitan dengan sejarah dikategorikan sebagai alat-alat budaya yang
terbentuknya bentukkan geologi tersebut pada dimiliki oleh manusia Preneolitik, yang
objek geowisata seperti papan informasi dan peta hidupnya mulai menetap di gua-gua atau
lokasi supaya memudahkan pengunjung ceruk atau sering kali dijumpai di kawasan
mengetahui proses alam yang terjadi. Diharapkan perbukitan gamping.
dengan adanya informasi tersebut pengunjung
sadar dan peduli agar dapat menjaga keindahan 3.4 Geologi Regional Daerah Penelitian
lingkungan di sekitar objek geowisata.
4). Locally Beneficial (Bermanfaat Secara
Lokal)
Adanya objek geowisata ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi
masyarakat/komunitas lokal di sekitarnya baik
dari segi ekonomi, sosial, dan lainnya sehingga
dapat membantu proses pembangunan di daerah
tersebut agar semakin meningkat. Objek
geowisata juga dapat membantu sebagai media
atau sarana untuk mempromosian suatu wilayah.
5). Tourist Satisfaction (Kepuasan
Pengunjung)
Adanya objek geowisata ini selain
menambah wawasan diharapkan juga mampu
memberikan kepuasan lahir dan batin bagi
pengunjung. Pengelolaan sarana dan prasarana
yang baik, kebersihan, keamanan, serta akses
menuju lokasi yang mudah sehingga membuat
pengunjung merasa puas. Gambar 4 Peta Geologi daerah penelitian
3.3 Daerah Yang Akan Dijadikan Geowisata geowisata cipatat (tanpa skala),
Sudjatmiko, 1972
Secara umum daerah yang akan di jadikan
geowisata dilihat dari beberapa aspek yaitu :
Secara adminitrasi daerah penelitian
1. Aspek Geodiversity, Dilihat dari aspek mencakup tiga belas desa, yaitu : Desa Cipatat,
Geodiversity daerah ini memiliki sejarah Desa Cirawamekar, Desa Nyalindung, Desa
geologi yang cukup menarik untuk dikunjungi Cipataharja, Desa Rajamandala Kulon, Desa
mulai dari keragaman batuan, struktur geologi, Sumurbandung, Desa Kertamukti, Desa
dan bentang alam morfologinya Sarimukti, Desa Gunungmasigit, Desa Citatah,
2. Aspek Biodiversity, Dilihat dari aspek Desa Mandalawangi, Desa Mandalasari, Desa
Biodiversity daerah ini memiliki keunikan Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten
dibandingkan dengan daerah lain yang ada di Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.
Bandung, wilayah Cipatat memiliki Flora dan Luas Wilaya daerah penelitian lokasi
Fauna beraneka ragam yang meluas salah geowisata Cipatat adalah 12.015,7 Ha. Daerah
satunya yaitu Pohon Asam Jawa (Tamarindus penelitian termasuk kedalam peta geologi regional
Indica)), Burung Jalak Suren Sturnus Contra) lembar cianjur (Sudjatmiko,1972).
serta Monyet Ekor Panjang (Macaca Satuan batuan tertua yang tersingkap di
Fascicularis). daerah penelitian adalah Formasi Rajamandala,
3. Aspek Cultural Diversity, Dilihat dari aspek dan secara berurutan ditindih oleh Formasi
Keragaman budaya atau “cultural diversity” Citarum (Mts), Formasi Jatiluhur (Mtb/Mdn),
Penduduk yang berada di kawasan Cipatat Formasi Cantayan (Mtts/Mttc), Satuan tuf
mayoritas adalah suku Sunda dengan batuapung dan batupasir tufan (Mt), Satuan breksi
kebanyakan warganya menggunakan bahasa tufan, lava, batupasir, konglomerat (Pb), Satuan

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 9


hasil gunung api tua (Qob), Satuan breksi dan manusia Preneolitik, yang hidupnya mulai
lahar Gunung Gede (Qyg), dan Aluvium. Formasi menetap di gua-gua atau ceruk atau sering kali
Rajamandala yang berumur Oligo-Miosen terdiri dijumpai di kawasan perbukitan gamping.
atas dua anggota, yaitu Anggota Batugamping
2. Stone Garden
(Oml) dan Anggota Lempung, Napal, Batupasir
Kuarsa (Omc). Anggota Batugamping Formasi Tidak jauh dari gua pawon , objek wisata
Rajamandala (Oml) yang berketebalan sampai selanjutnya adalah stone garden, berjarak ± 500
650 m, terdiri atas Batugamping pejal sampai meter dari gua pawon tetapi jika menggunakan
batugamping berlapis dengan fosil foraminifera kendaraan, jarak yang ditempuh lebih dari 2 km ,
berlimpah. Anggota Lempung, Napal, Batupasir hal ini disebabkan tidak adanya jalan yang
Kuarsa Formasi Rajamandala (Omc) yang langsung menghubungkan objek wisata gua
berketebalan sampai 1.150 m, terdiri atas pawon dan stone garden.
lempung, lempung napalan, napal globigerina, Tempat ini dinamakan stone garden oleh
batupasir kuarsa, dan konglomerat kerakal kuarsa. masyarakat sekitar dikarenakan batuan yang ada
di tempat ini berserakan dan berdiri kokoh
sehingga menyerupai taman batu. Stone garden
3.5 Obyek Wisata Daerah Penelitian
berada di Desa Gunungmasigit, kec. Cipatat, Kab.
Bandung Barat. Berjarak ± 2 km dari jalan raya
cianjur- padalarang , melewati jalan desa. Disini
terdapat bentukan batugamping yang berjejer
dengan indahnya. Bahkan pemandangan gunung
Masigit dilihat dari Stone Garden jauh lebih
menawan. Batu-batu yang berserakan dan berdiri
kokoh tersebut terbentuk karena pelarutan air
hujan. Proses pelarutan tersebut berlangsung
jutaan tahun sehingga membentuk bebatuan yang
disebut Stone Garden atau Taman Batu.
3. Puncak Panyawangan
Dari stone Garden, dengan berjalan kaki
Gambar 5 Peta Geotrack Obyek Wisata Daerah dibutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai
Penelitian. ke objek wisata selanjutnya yaitu Puncak
Panyawangan. Puncak panawangan berada di
1. Gua Pawon Desa Gunungmasigit, Kec. Cipatat, Kab. Bandung
barat. Berjarak ± 2 km dari jalan raya cianjur-
Titik awal geotrack adalah Gua Pawon.
padalarang. Puncak panyawangan ini tersusun
Terletak ± 5 km di sebelah timur Kecamatan
oleh litologi batugamping formasi rajamandala.
Cipatat atau ± 25 km dari pusat Kota Bandung.
Masyarakat sekitar menyebut tempat ini
Jarak dari Jalan Raya Padalarang- Cianjur ± 2 km
sebagai puncak panyawangan dikarenakan tempat
melalui jalan desa menuju ke lokasi. gua ini
ini terlihat seperti menara tinggi untuk melihat
termasuk wilayah Desa Gunung Masigit,
pemandangan disekitarnya. Di tempaat wisata ini
Kecamatan Cipatat.
pengunjung dimanjakan dengan pemandangan
Goa ini diberi nama Goa Pawon oleh
yang sangat indah dari ketinggian ± 700 mdpl,
masyarakat sekitar didasarkan atas bentuk goa ini
tempat ini berada di puncak pasir (bukit) pawon
yang dianggap seperti dapur. Dalam bahasa Sunda
sehingga wisatawan dapan melihat pemandangan
“Pawon” berarti dapur. Goa ini terbentuk karena
gunung hawu dan gunung masigit lebih jelas.
resapan air yang melarutkan batugamping. Setelah
ribuan bahkan jutaan tahun air melarutkan 4. Tebing Citatah 48
batugamping, terbentuklah ruangan-ruangan goa. Titik geotrack selanjutnya adalah Tebbing
Stalagnit-stalagtit terlihat menggantung di citatah 48 terletak di jalan pamucatan raya ,
atap goa, Dan beberapa stalagnit juga terlihat Bandung, Jawa Barat. Berjarak sekitar 4 Km dari
menyembul dari dasar goa. Puncak Panyawangan. Tebing ini memiliki
Di Gua Pawon ditemukan alat-alat budaya ketinggian sekitar 40 – 50 meter sehingga oleh
masa lalu dari bahan obsidian, kalsidon, kwarsit, masyarakat sekitar disebut tebing citatah 48.
rijang dan andesit berupa anak panah, pisau, Tebing ini merupakan tebing dengan litologi
penyerut, gelang batu, batu asah. Beberapa ahli batugamping, formasi rajamandala (Sudjatmiko,
menyimpulkan temuan tersebut dikategorikan 1972) Ciri khas dari tebing ini yaitu terdapatnya
sebagai alat-alat budaya yang dimiliki oleh

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 10


sebuah tugu berbentuk pisau belati yang Tempat ini diberi nama sanghyang tikoro
menancap tepat berada di puncak tebing. oleh masyarakat sekitar yang berarti “sanghyang”
Litologi Batugamping yang keras dan dalam bahasa sunda yaitu tempat yang dianggap
tebing yang curam menjadikan Tempat ini sering suci dan “tikoro” adalah tenggorolan. tempat
dipakai untuk kegiatan panjat tebing ( Rock berupa gua dan sungai bawah tanah, Sanghyang
climbing ) terlebih di hari libur/ Weekend. Selain Tikoro diperkirakan sepanjang 800 m, kurang
itu pada puncak bukit wisatawan dapat melihat lebih 500 m dari Sanghyang Tikoro, kita akan
pemandangan perbukitan kars yang sangat indah, menemukan “Sanghyang Kenit” sebuah Gua yang
hal ini dapat mendorong wisatawan untuk airnya mengalir sedikit tenang dari buangan
berkunjung terlebih yang menyukai olahraga rock Turbin PLTA Saguling dan kemudian mengalir ke
climbing. hilir yang sering dijadikan sebagai area Arung
Jeram, 500 m dari Sangyang Tikoro ke arah hulu,
5. Danau Cinta
terdapat Sanghyang Poek.
Objek wisata selanjutnya adalah danau Sanghyang tikoro menjadi istimewa karena
cinta atau danau tadah hujan cipatat padalarang, dikaitkan dengan kisah surutnya danau purba yang
terletak di desa Citataharja, kecamatan Ciptatat, melingkupi cekungan bandung Sekitar 20-30 juta
Kabupaten Bandung Barat, danau cinta ini tahun yang lalu. Diduga lokasi bocornya danau
berjarak kurang lebih 10 Km dari Tebing citatah purba yang akhirnya membentuk cekungan
48. bandung menjadi wilayah kota bandung adalah
Sesuai dengan namanya, danau ini tempat ini.
merupakan sebuah danau tadah hujan. Yaitu
8. Sanghyang Poek
danau yang sengaja dibuat oleh tangan manusia
yang sumber airnya berasal dari air hujan. Fungsi Dari Sanghyang tikoro, berjarak 500 meter
utama dari danau ini adalah sebagai sumber air dengan menyusuri sungai, kita sampai di objek
bagi pengairan kebun buah naga, sayuran dan wisata sanghyang Poek, yang terletak di Desa
beberapa kebun buah yang ada di sekitar danau Rajamandala, kecamatan Ciptata, kabupaten
ini. Saat musim kemarau danau ini sangat berguna Bandung Barat.
bagi perkebunan yang jarang diguyur hujan saat sanghyang poek adalah nama yang
musim kemarau. diberikan oleh masyarakat sekitar, merupakan goa
Danau ini cukup unik karena berada di dengan ciri khas mempunyai bentuk agak miring,
puncak bukit yang dibawahnya terhampar kebun di dalam goa wisatawan akan menemukan 3
buah-buahan dan sayuran. Danau ini juga cukup lorong . untuk menuju ke Sanghyang poek
luas dan dilapisi oleh plastik dengan ukuran besar wisatawan harus memilih lorong yang tengah. Di
agar air tersebut tak cepat surut. Keunikan lainnya dalam gua yang gelap tersebut wisatawan akan
dari danau ini adalah yaitu hampir serupa dengan dapat merasakan tetesan air langsung dari dinding
“Waduk Mini Kleco” yang ada di Yogyakarta. gua dan basah oleh genangan air.
6. Wana Mandala Cengkrong
9. Sanghyang Heuleut
Objek wisata ini terletak di Jl. Raya
Titik objek wisata yang terakir adalah
Rajamandala, Desa Rajamandala, Kecamatan
Sanghyang Heuleut yang masih termasuk Desa
Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Objek wisata
Rajamandala, kecamatan Cipatat, Kabupaten
ini berjarak sekitar 7 Km dar titik objek wisata
Bandung Barat. Berjarak kurang lebih 1 Km dari
sebelumnya.
objek wisata sebelumnya.
Wana mandala cengkrong merupakan objek
Sanghyang heuleut merupakan nama yang
wisata yang ada di daerah cipatat, objek wisata ini
diberikan oleh masyarakat sekitar. Merupakan
termasuk objek wisata non- geologi yang
objek wisata tiga danau terasering yang dikelilingi
menawarkan pemandangan yang indah dan sejuk.
bebatuan serta tebing yang terjal tempat ini
tempat ini sering dijadikan tempat berkemah dan
menawarkan keindahan alam dan udara yang
kegiatan outbond oleh wisatawan.
sejuk.
7. Sanghyang Tikoro
3.6 Faktor Kendala Lintasan Geotrack
Sanghyang Tikoro adalah objek wisata Wisata Cipatat
yang terletak di Desa Rajamandala , kecamatan
Geowisata masih menghadapi berbagai
Cipatat kabupaten Bandung Barat. Berjarak
kendala yang bisa menghambat pengembangan
sekitar 17 Km dari kota bandung, dan Berjarak
Geotrek tersebut, berbagai faktor yang berpotensi
sekitar 2 Km dari objek wisata sebelumnya.
menjadi hambatan antara lain :

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 11


1) Untuk menuju lokasi kawasan geowisata Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, dapat
Cipatat Aksesibilitas jalan yang dilalui disimpulkan sebagai berikut:
masih buruk, untuk itu diperlukan waktu 1. Secara Genetiknya, geomorfologi daerah
khusus bagi wisatawan yang akan penelitian dapat dibagi menjadi dua genetika
melakukan Geowisata pembentukan bentang alam, yaitu satuan
2) Minimnya penunjuk arah, peta atau papan geomorfologi perbukitan lipatan yang berstadia
nama di beberapa kawasan yang menarik tua, dan satuan geomorfologi dataran Aluvial
perhatian sehingga untuk pejalan kaki dengan stadia Muda. Pola aliran sungai berpola
menyulitkan untuk melintasinya dan belum Trellis dan stadia sungai muda dan dewasa.
tersedianya pemandu, hanya masyarakat 2. Secara litostratigrafinya, satuan-satuan
setempat saja yang mengetahui keberadaan batuan yang terdapat di daerah penelitian dari tua
Desa Wisata tersebut. ke muda adalah satuan batupasir selang-seling
3) Kebersihan kawasan wisata khususnya batulempung yang diendapkan pada kala Miosen
kawasan geowisata harus dijaga. Masih Tengah-Miosen Akhir (N13-N17) pada
terdapat sampah – sampah yang tersebar, lingkungan pengendapan Neritik Luar-Bathial
dan kurangnya fasilitass penunjang seperti Atas. Satuan batulempung gampingan sisipan
tempat sampah umum . batupasir yang diendpakan pada kala Miosen
4) Belum ada bangunan memadai untuk Akhr-Pliosen (N18-N20) pada lingkungan Neritik
berjualan di sebagian lokasi yang permanen Tengah-Neritik Luar. Satuan batugamping yang
dari para pedagang setempat, termasuk diendapkan secara menjemari dengan satuan
kamar mandi dan WC. batulempung gampingan sisipan batupasir bagian
5) Kurangnya promosi pariwisata, sehingga atas pada kala Pliosen (N20) yang diendapkan
hanya sebagian kecil masyarakat yang tau pada lingkungan Neritik Tepi-Neritik Tengah.
objek wisata yang ada di daerah Cipatat. Satuan endapan Aluvial yang merupakan hasil
Dari hasil survey yang ada untuk saat ini rombakan batuan-batuan yang ada sebelumnya.
Geotrek Lintasan Wisata Cipatat cukup prospek 3. Struktur Geologi di daerah penelitian terjadi
untuk di jadikan Geowisata. dalam satu periode tektonik yaitu pada kala
Pliosen Akhir-Plistosen dengan arah gaya utama
3.7 Rekomendasi Untuk Lokasi Yang Akan
utara-selatan yang mengakibatkan satuan batuan
Di Jadikan Geowisata Cipatat
yang ada pada daerah penelitian mengalami
1) Melakukan pembinaan dan sosialisasi ke perlipatan yang membentuk antiklin pandean,
masyarakat, penguatan kapasitas budaya, sinklin karanganyar, antiklin mengger, dan sinklin
pengembangan infrastruktur, aksesibilitas jalan, bangunrejo, kemudian diikuti oleh sesar mendatar
dan sarana – sarana penunjang wisata. menganan sumurugung, sesar mendatar mengiri
2) Pembangunan fasilitas parawisata dan pandean, sesar mendatar mengiri banger.
kreatifitas masyarakat sekitar dalam promosi 4. Hasil survey potensi Geowisata untuk
kawasan geowisata. Geotrek jalur Cipatat sangat perospek untuk di
3) Kebersihan, ketertiban, keteratuarn harus jadikan Geowisata karena berbagai permasalahan
teap dipelihara, khusus di kawasan Cipatat dan kendala yang ada hanya di sebagian lokasi
selayaknya segera dibenahi dengan menyediakan area saja selebihnya sudah sangat perospek. Untuk
tempat sampah dan membuat papan pengumuman itu kedepannya perlu diadakan perbaikan di
agar tidak membuang sampah sembarangan beberapa lokasi, pengembangan dan kerjasama
4) Perlu diadakan rekrutmen masyarakat dan mulai dari pemerintah, pariwisata, masyarakat
pelatihan untuk para pemandu agar dapat setempat dan instansi kampus yang untuk
menguasai materi dalam mejelaskan kepada menjelaskan proses-proses geologinya berupa
wisatawan lokal maupun mancanegara. deskripsi nilai-nilai keberadaan situs warisan
5) Membuat brosur yang menarik dan website geologi ditinjau dari proses dan sejarah
keberadaan Geotrek jalur Cipatat, guna membantu geologinya serta menjelaskan tentang fenomena
promosi geowisata tersebut. warisan geologi yang membentuk keindahan
bentuk bentang alam.
IV. KESIMPULAN
Berdassarkan hasil penelitian sebagaimana DAFTAR PUSTAKA
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya
maka Geologi Daerah Mengger dan sekitarnya, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa 1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia
Timur serta Potensi Geowisata Daerah Cipatat, Lembar Mantingan No. 1508-414, Badan

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 12


Koordinasi Survey dan Pemetaan Pheleger, F.B., 1951, Ecology of Foraminifera,
Nasional, Cibinong, Bogor. Nortwest Gulf of Mexico, GSA Memoir
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 46.
1999, Peta Rupabumi Digital Indonesia Sudjatmiko., 1972, Peta Geologi Lembar
Lembar Padalarang No. 1209-224, Cianjur, Jawa, Skala 1 : 100.000, Pusat
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Nasional, Cibinong, Bogor. Bandung.
Blow, W. H. and Postuma J. A., 1969, Range Thornbury, W. D., 1989, Principles of
Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Geomorphology, John Willey & Sons,
Foraminifera Biostratigraphy, inc.
Proceeding of The First. van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of
Datun, Marno., Sukandarrumidi, B. Hermanto, Indonesia, Vol. IA: General Geology of
dan N.Suwarna., 1996, Peta Geologi Indonesia and Adjacent Archipelagoes,
Lembar Ngawi, Jawa, Skala 1 : 100.000, The Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Netherlands.
Geologi, Bandung. Walker, R.G., 1978, Deep-Water Sandstone
Lobeck, A. K., 1939, Geomorphology : An Facies and Ancient Submarine Fans:
Introduction to the Study of Landscapes, Model for Exploration for Stratigraphic
Mc.Graw-Hill Book Company, New Traps", American Association of
York. Petroleum Geologists Bulletin, 62 (6), p.
Luthfi, M., 2010, Prinsip-prinsip Sedimentologi, 932-966.
Jurusan Geologi, Fakultas Teknik,
Universitas Pakuan, Bogor. Tidak PENULIS:
Dipublikasikan. 1. Muhamad Renda Wirana, S.T. Alumni (2018)
Marks, P., 1957, Stratigraphic Lexicon of
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas
Indonesia, Publikasi Keilmuan no.3, Seri
Geologi, Pusat Jawatan Geologi, Teknik-Universitas Pakuan.
Bandung. Email : muhamadrenda20@gmail.com
Noor, Dj, 2010, Geomorfologi, Program Studi 2. Ir. Djauhari Noor, M.Sc. Staf Dosen Program
Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik-
Universitas Pakuan, Bogor. Tidak Universitas Pakuan.
Dipublikasikan. 3. Ir. Denny Sukamto Kadarisman, MT. Staf
Dosen Program Studi Teknik Geologi,
Fakultas Teknik-Universitas Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 13

Anda mungkin juga menyukai