Anda di halaman 1dari 24

Geologi Konservasi

Fenomena Geologi terkait dengan Kebutuhan Konservasi


Kelompok 2
Dwi Bintari 115160013
Muhammad Iqbal Syah 115160017
Farkhan Mahari Swastiko 115160062
Paper 1
POTENSI SITUS-SITUS WARISAN GEOLOGI DI AREA
KARS GUNUNG SEWU SEBAGAI PENDUKUNG DAN
PELUANG PENGEMBANGAN GEOPARK DI INDONESIA
UNTUK ASET GEOWISATA KREATIF
Pendahuluan
01 Pengertian, Latar Belakang, Maksud dan Tujuan

Tinjauan Pustaka
02 Tektonik Lempeng dan Geologi Regional

OUTLINE
Metodologi
03 Studi Literatur, Pemetaan Lapangan, Pembuatan Peta, Analisis SWOT
dan Analisis Kuantitatif

Hasil dan Pembahasan


04 Peran Ahli Geologi, Klasifikasi Area Karst G. Sewu, Situs Warisan Geologi,
Geokonservasi dan Hasil Analisis SWOT.
01 Pendahuluan
Pengertian
Kars adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi
tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua sehingga sering dijadikan geopark yang bertujuan
memajukan perekonomian lokal. Selain itu juga digunakan untuk mempertahankan keanekaragaman segi
geologi, hayati dan budaya.

Latar Belakang
Latar belakang dilakukannya penelitian potensi situs warisan geologi daerah kars gunung sewu
karena daerah ini merupakan kawasan kars terkenal di pulau jawa. Secara geologi terbentuk dari batugamping
berumur miosen tengah dengan ketebalan lebih dari 200 meter. Banyaknya situs geologi di Indonesia sehausnya
dapat menjadikan Indonesia negara mandiri dalam geowisata .
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah melakukan kajian inventarisasi di daerah
Gunung Sewu (Gunung Kidul, Wonogiri, Pacitan) dalam mengembangkan geopark. Tujuannya untuk mengetahui
peran ahli, membuat klasifikasi area kars daerah Gunung Sewu dan konservasi geologi, dan membuat studi
kelayakan geopark Gunung Sewu.
Kawasan Karst Pegunungan Sewu
(Suhardjono et. al, 2001)
02 Tinjauan Pustaka
Tektonik Lempeng
Ditinjau dari Teori Tektonik Lempeng, Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar
membentuk berbagai fenomena geologi berupa bentang alam, struktur, dan menghasilkan berbagai jenis
batuan/mineral serta fosil yang melimpah. Prakarsa UNESCO (United Nation Educational, Scientific and Cultural
Organization) untuk mendukung taman bumi (Geopark) merupakan respon atas besarnya kebutuhan akan
bingkai kerja internasional yang disuarakan oleh sejumlah negara untuk meningkatkan perlindungan warisan
bumi (geoheritage) yang merupakan saksi- saksi kunci sejarah kehidupan di planet ini.

Geologi Regional
Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu Subzona Baturagung, Subzona
Wonosari dan Subzona Gunung Sewu. Subzona Gunung Sewu merupakan perbukitan dengan bentang alam
kars, yaitu bentang alam dengan bukit-bukit batugamping membentuk banyak kerucut dengan ketinggian
beberapa puluh meter. Di antara bukit-bukit ini dijumpai telaga, luweng (sink holes) dan di bawah permukaan
terdapat gua batugamping serta aliran sungai bawah tanah. Bentang alam kars ini membentang dari pantai
Parangtritis di bagian barat hingga Pacitan di sebelah timur. Diantara Parangtritis dan Pacitan merupakan tipe
kars yang disebut Pegunungan Seribu atau Gunung Sewu, dengan luas kurang lebih 1400 km2 (Lehmann.
1939). Sedangkan antara Pacitan dan Popoh selain tersusun oleh batugamping (limestone) juga tersusun oleh
batuan hasil aktifitas vulkanis berkomposisi asam-basa antara lain granit, andesit dan dasit (Van
Bemmelen,1949).
Peta Fisiografi Gunung Sewu
(Van Bemmelen, 1949)
03 Metodologi

Pemetaan
Analisis SWOT
Lapangan

1 2 3 4 5

Analisis
Studi Literatur Pembuatan Peta
Kuantitatif
04 Hasil dan Pembahasan
Peran Ahli Geologi dalam Pengembangan Geopark
Peran ahli geologi dalam pengembangan sumber daya geologi kepariwisataan, dan mempunyai
peran sebagai berikut :
• Melindungi keanekaragaman nirhayati, seperti jenis, wujud, keunikan danasal usul proses pembentukannya
bagi kepentingan ilmu pengetahuan,ekosistem, pariwisata, dan sosial ekonomi.
• Mengidentifikasi dan memahami kemungkinan terjadinya kerusakan dikawasan konservasi akibat proses
pembangunan dan menentukan tindakan antisipatif untuk mengurangi dampak kerusakan yang telah terjadi.
• Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai sarana penelitian, pendidikan dan pelatihan, serta laboratorium
kajian permasalahan geologi dan lingkungan yang lebih luas untuk pembangunan berkelanjutan.
• Memanfaatkan keberadaan kawasan konservasi geologi tersebut sebagai keunggulan komparatif yang
mempunyai nilai tambah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara bijaksana dan
berkelanjutan dengan penerapan konsep pemberdayaan masyarakat
04 Hasil dan Pembahasan
Klasifikasi Area Kars Gunung Sewu
Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat area kars gunung sewu dapat dikelompokkan berdasarkan
geomorfologi kars :
• Unit K1 Dataran tinggi Kars
• Unit K5 Dataran Alluvial Kars
• Unit K6 Doline
• Unit K8 Lembah Kering
04 Hasil dan Pembahasan
Situs – situs Warisan Geologi di Gunung Sewu
Dari hasil penelitian yang
dilakukan, terdapat 33 sites di Area Gunung
Sewu yaitu diantaranya 30 Geological sites
dimana 11 site di Gunungkidul GeoArea. 7
site di Wonogiri GeoArea dan 12 sites di
Pacitan GeoArea.

Geokonservasi
Melalui badan geologi, Kementerian energi dan sumber daya Mineral telah mendirikan beberapa situs
geologis di Gunung Sewu sebagai dilindungi geodiversity dan geoheritage objek. Lokal, dalam rencana tata ruang
setiap daerah (Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan), Kars ditempatkan sebagai ruang fungsi yang utama
adalah sebagai kawasan lindung.
Analisis SWOT
Strength Weakness
Dukungan masyarakat lokal Kurangnya pemandu wisata
yang kuat, tempat-tempat wisata yang yang profesional; kurangnya koordinasi di
berlimpah, dan struktur organisasi yang antara aktor-aktor dalam industri pariwisata
holistik manajemen Geopark (multisector, di tingkat regional, nasional dan global;
multidisiplin dan terpadu) konsep geowisata adalah tidak belum

S W
dipopulerkan luas; kurangnya promosi

SWOT
O T
Opportunity Threats
Dalam bentuk mendukung Perlindungan geologi yang belum optimal,
peraturan yang secara implisit dan kurangnya upaya untuk meningkatkan
eksplisit disebutkan dalam UU No. 11 daya tarik wisata, kesulitan dalam menjaga
tahun 2010 tentang pariwisata geosites.
Analisis Kuantitatif

Hasil Self –
Assesment
100%
Global Geopark Network

Jumlah penilaian adalah 73,25% dari 100%,


Hasil tersebut sudah diperiksa oleh tim UNESCO, angka
tersebut (lebih dari 50 %) yang berarti Kawasan Kars
Gunung Sewu sangat layak untuk bergabung ke dalam
73,25% Jaringan Global Geopark National oleh UNESCO

>50%
Paper 2
KAJIAN GEOLOGI LINGKUNGAN PADA LOKASI
PENAMBANGAN BATUAN DIABAS GUNUNG PARANG
DALAM RANGKA KONSERVASI BATUAN DI CAGAR
ALAM GEOLOGI KARANGSAMBUNG
OUTLINE
Pendahuluan
01 Latar Belakang

Tinjauan Pustaka
02 Kondisi dan Genesa Batuan Diabas dan Geologi
Lingkungan Lokasi Penambangan Diabas
Gunung Parang meliputi Topografi dan Geologi
Teknik

Hasil dan Pembahasan


03 Kondisi Terkini Gunung Parangan, Pengujian
Fisik dan Mekanik Andesit dan Diabas dan
Upaya Konservasi
01 Pendahuluan
Latar Belakang
Salah satu penambangan batuan yang memprihatinkan di daerah Karangsambung adalah
penambangan batuan diabas di Gunung Parang. Penambangan yang dilakukan berdampingan dengan lokasi
yang dilestarikan dan telah menjadi tanah milik negara. Penambangan yang berlangsung secara umum masih
belum memperhatikan kaidah keilmuan dan aspek lingkungan sehingga semakin lama semakin mengkhawatirkan
karena mengancam kelestarian lingkungan dan keberadaan batuan diabas yang mempunyai struktur collumnar
joint tersebut. Maka perlu adanya upaya untuk melestarikan keberadaan batuan Diabas Gunung Parang yang
salah satu diantaranya adalah melakukan kajian mengenai geologi lingkungan penambangan Diabas Gunung
Parangan. Pembahasan kajian ini terbatas pada aspek geoogi lingkungan yang meliputi aspek topografi dan
aspek geologi teknik.
02 Tinjauan Pustaka
Kondisi dan Genesa Batuan Diabas
Diabas Gunung Parang merupakan batuan beku basa yang kaya kandungan Fe dan berwarna gelap
terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudera yang kemungkinan terjadi pada
kala Miosen. . Secara petrografis batuan diabas menunjukan struktur diabasic atau ophitic dan tersusun oleh
mineral plagioklas (labradorit, bytownit), piroksen (augit, hypersten, enstantit dan diopsid), magnetit, sedikit klorit,
serisit serta mineral karbonat.

Geologi Lingkungan Lokasi Penambangan Diabas Gunung Parang (Topografi dan Geologi Teknik)
Perubahan morfologi/topografi yang mencolok adalah morfologi/topografi yang awalnya baik menjadi
rusak dan tidak sesuai dengan peruntukannya. Penambangan juga telah merubah kemiringan lereng Gunung
Parangan yang semulai relatif landai menjadi lebih curam (600– 750) bahkan tegak. Kondisi lereng yang curam ini
berpengaruh terhadap intensitas erosi dan potensi gerakan massa tanah berupa jatuhan bongkah batuan.
Dari segi keselamatan, penambangan tersebut sangat berbahaya karena mengakibatkan kemiringan
lereng menjadi lebih curam. Pemotongan lereng yang terlalu terjal tanpa memperhitungkan kestabilan lereng
akan berpotensi mengakibatkan bencana alam baik longsor atau runtuhan batuan. Kegiatan penggalian juga
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisik tanah penutup (overburden) menjadi lebih gembur dan terurai
(unconsolidation) sehingga mudah tererosi.
03 Hasil dan Pembahasan
Kondisi Terkini Gunung Parangan
Ditinjau dari ilmu
pengetahuan, diabas Gunung
Parang mempunyai nilai ilmiah
yang tinggi. Tidak di semua
tempat dijumpai batuan
diabas, apalagi yang
berstruktur collumnar joint.
Lokasi ini merupakan salah
satu lokasi inti dalam Cagar
Alam Geologi Karangsambung
sehingga harus dikonservasi.
03 Hasil dan Pembahasan
Pengujian Fisik dan Mekanik Andesit dan Diabas
Meskipun diabas mempunyai sifat fisik padat, kompak dan keras, namun diabas yang termasuk
batuan beku basa masih lebih rendah kualitasnya dibandingkan batuan beku menengah seperti andesit maupun
asam seperti granit (Tabel I dan Tabel II). Nilai kuat tekan batuan Diabas Karangsambung hamper setengah dari
nilai kuat tekan batuan andesit.
03 Hasil dan Pembahasan
Upaya Konservasi
Maka dari itu, batuan Diabas Karangsambung perlu dan harus dikonservasi demi kepentingan ilmu
pengetahuan. Kegiatan penambangan perlu dikendalikan demi kelestariannya, yang mana kualitas batuan diabas
lebih rendah dibandingkan batuan beku lainnya seperti andesit apabila digunakan sebagai bahan bangunan.
Untuk kepentingan bahan galian bangunan, maka perlu alternatif lokasi penambangan khususnya batuan yang
mempunyai kualitas baik. Disisi lain, perlu ada upaya dari berbagai pihak terkait untuk mengalihkan kegiatan para
penambang menjadi kegiatan lain yang tidak merusak lingkungan. Sehingga kelestarian batuan yang dilindungi
akan lebih terjaga
Perbandingan Studi Kasus 1 dan 2

Paper 1 Paper 2

Potensi Situs – situs Warisan Kajian Geologi Lingkungan pada


Geologi di Area Kars Gunung Lokasi Penambangan Batuan
Sewu sebagai Pendukung dan Diabas Gunung Parang dalam
Peluang Pengembangan Rangka Konservasi Batuan di
Geopark di Indonesia untuk Aset Cagar Alam Geologi
Geowisata Kreatif Karangsambung

Perbedaan dari kedua studi kasus tersebut adalah studi kasus 1 berfokus pada nilai-nilai batuan diabas Gunung Parang
seperti nilai ilmiah dan nilai kuat tekan, sedangkan pada studi kasus 2 lebih berfokus pada peran ahli geologi dalam pengembangan
Geopark, klasifikasi area Kars Gunung Sewu dan hasil analisa SWOT. Kemudian persamaan dari kedua studi kasus ini adalah masih
adanya penambangan lokal oleh masyarakat di area yang seharusnya dilindungi dan dilestarikan.
Kesimpulan
Kesimpulan 1
Studi kasus 1 membahas kawasan cagar alam
Karangsambung yang memiliki potensi langka yaitu batuan diabas yang
harus dikonservasi, dilindungi dan dilestarikan dari kegiatan penambangan
lokal masyarakat.

Kesimpulan 2
Studi kasus 2 membahas area kars Gunung Sewu yang
memiliki potensi situs-situs warisan geologi untuk pengembangan Geopark
yang telah dianalisa berdasarkan analisis SWOT.
1 2
Kesimpulan 3
Perbedaan kedua studi kasus ini adalah studi kasus 1 berfokus
3 4
pada nilai-nilai batuan diabas, sedangkan studi kasus 2 berfokus pada
pengembangan Geopark.

Kesimpulan 4
Kemudian persamaan dari kedua studi kasus tersebut adalah
masih adanya penambangan lokal oleh masyarakat di sekitar area yang
harus dikonservasi.
Daftar Pustaka
Agustinus, E. T. S., Hayade, A. H. 1989. Kuat Tekan “Uniaxial” Diabas Gunung Parang Karangsambung, Jawa
Tengah. Laporan Penelitian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI.
Ansori, C., Siswandi, U., Sumawijaya, N., Miskun, Wibowo, S. E., Sayekti, A. 2007. Inventarisasi Potensi Bahan
Galian Industri untuk Konservasi Kawasan Karangsambung. Laporan Teknis, Balai Informasi dan
Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI.
BAPPEDA Kebumen. 2004. Studi Potensi Tambang di Kabupaten Kebumen. Laporan Akhir, Kebumen.
Bemmelen, R.W. van. 1949. Geology of Indonesia Vol. IA. Martinus Nijhoff, The Hague, Netherland.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
cet.3, h.589
Lehmann, H. 1936. Morphologische studien auf Java, Geographishe Anhandlungen 9, 15-67.
Mustofa, A. N. 2011. Kajian Geologi Lingkungan Pada Lokasi Penambangan Batuan Diabas Gunung Parang
Dalam Rangka Konservasi Batuan di Cagar Alam Geologi Karangsambung. TEKNIK – Vol. 32 No. 2
hal 170-174
Permadi, Reza., Rachwibowo, P., Krisna, W. H. 2014. Potensi Situs-Situs Warisan Geologi di Area Kars Gunung
Sewu Sebagai Pendukung dan Peluang Pengembangan Geopark di Indonesia Untuk Aset Geowisata
Kreatif. Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Geologi, Naskah Publikasi.
Suhardjono, Y.R., Cahyo, R. dan L. Deharveng. 2001. Cave Fauna of Java. Symposium Biospeleology. Brazil.
Thank you
By : Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai