Anda di halaman 1dari 12

JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI

JLBG Journal of Environment and Geological Hazards


ISSN: 2086-7794, e-ISSN: 2502-8804
Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI: 21/E/KPT/2018 Tanggal 9 Juli 2018
e-mail: perpustakaan.pag@esdm.go.id - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Identifikasi Situs Geologi Cekungan Soa - Flores, Sebagai Warisan Geologi

Identification of Geological Sites of the Soa Basin - Flores, as the Geological Heritages

Agustina Djafar, Ifan Yoga Pratama Suharyogi, Unggul Prasetyo Wibowo

Museum Geologi, Badan Geologi


Jalan Diponegoro No. 57 Bandung 40122 Indonesia

e-mail: agustinadjafar@gmail.com
naskah diterima 6 Januari 2019, selesai direvisi 20 Juni 2021, dan disetujui 5 Agustus 2021

ABSTRAK
Cekungan Soa secara geografis terletak pada koordinat 80 39’ 00” LS - 80 46’ 00” LS dan 1210 03’ 00” BT - 1210 13’
00” BT dan secara administratif terletak di Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo, Pulau Flores, Nusa Tenggara
Timur. Cekungan Soa memiliki keragaman geologi yang unik dan dapat dikembangkan menjadi destinasi geowisata
yang menarik. Tujuan studi ini adalah untuk menginvetariasi keragaman geologi di Cekungan Soa, mengklasifika-
sikan peringkat nilai keragaman geologinya berdasarkan manfaatnya untuk selanjutnya dilakukan penilaian secara
kuantitatif sebagai situs warisan geologi (geoheritage), dan merekomendasikan potensi situs warisan geologi tersebut
untuk dikonservasi dalam bentuk Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG). Metode yang digunakan dalam studi ini
berdasarkan “Standar teknis inventarisasi keragaman geologi dan Petunjuk Teknis Asesmen Sumberdaya Geologi”
yang dikeluarkan oleh Pusat Survei Geologi pada tahun 2017. Ada 24 situs keragaman geologi di Cekungan Soa, yang
memiliki peringkat nilai keragaman geologi menengah hingga terkemuka berdasarkan rekaman ilmiah dan fenomena
geologi khusus untuk tujuan pendidikan maupun penelitian, sehingga pantas dijadikan sebagai geoheritage. Salah
satunya adalah Situs Mata Menge yang memiliki nilai scientific sangat tinggi (91,25%). Dari hasil studi, kawasan
Cekungan Soa direkomendasikan untuk dikonservasi menjadi KCAG.
Kata kunci: Cekungan Soa, geowisata, keragaman geologi, warisan geologi, Kawasan Cagar Alam Geologi

ABSTRACT
Soa Basin geographically situated at 80 39’ 00” S - 80 46’ 00” S and 1210 03’ 00” E - 1210 13’ 00” E in Ngada and
Nagekeo District, Flores Island, East Nusa Tenggara. Soa Basin has unique geodiversity and can be developed into an
interesting geotourism destination. This study aims to inventory the geological sites in the Soa Basin, to classify them
as the geoheritage and to recommend them to be conserved in the form of Geoconservation Area (GCA). The method
used in this study is based on the “Technical Standard of Geological Diversity Inventory and Technical Guidelines
for Geological Resource Assessment” issued by the Geological Survey Center in 2017. There are 24 sites of geodi-
versities in the Soa Basin, which rank intermediate to prominent geological diversity values based on its scientific
records and geological phenomena specifically for educational and research purposes, so the Soa Basin deserve to
become as a geoheritage. Mata Menge, one of the site, has a very high scientific value of 91.25%. From the results
of the assessment, it is recommended that the Soa Basin area be conserved as a GCA.
Keywords: Soa Basin, geotourism, geodiversity, geoheritage, Geoconservation Area

PENDAHULUAN mewakili proses evolusi geologi dari daerah


Keragaman geologi (geodiversity) adalah gam- tersebut (Samodra, 2016). Komponen geolog-
baran dari keragaman komponen geologi yang inya terdiri atas mineral, batuan, fosil, struktur
terdapat di suatu daerah, termasuk keberadaan, geologi, bentangalam dan proses evolusi ge-
penyebaran dan keadaannya sehingga dapat ologi. Keragaman dan keunikan geologi suatu

83
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 12 No. 2, Agustus 2021: 83 - 94

daerah memiliki nilai tersendiri, terutama dari potensi kerusakan atau hilangnya sebuah situs
segi sejarah pembentukan (evolusi geologi) warisan geologi.
dan keterdapatannya, dan menjadi salah satu Cekungan Soa (beberapa penulis menyebutnya
nilai penting untuk ditetapkan sebagai warisan dengan nama Cekungan Aesesa, Muroka, drr.,
geologi (geoheritage). 2000) secara geografis terletak pada koordinat
Bentuk perlindungan warisan geologi dapat 80 39’ 00” LS - 80 46’ 00” LS dan 1210 03’ 00”
dalam bentuk Kawasan Cagar Alam Geologi BT - 1210 13’ 00” BT dan secara administratif
(KCAG), sebagaimana yang termaktub dalam terletak di Kabupaten Ngada dan Kabupaten
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 Nagekeo, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasi- Timur (Gambar 1). Cekungan Soa merupakan
onal (Anonim, 2017). Penilaian kelayakan cekungan antargunung, yang dibatasi Gunung
keragaman geologi menjadi sebuah warisan Ebulobo di sebelah selatan, Gunung Inielika di
geologi dapat didasarkan pada peringkatnya, sebelah barat, Kaldera Welas di sebelah utara
yaitu apakah berperingkat internasional, na- dan Gunung Keli Lambo di sebelah timur.
sional atau lokal. Pemeringkatan ini didasari Cekungan ini merupakan cekungan berbentuk
oleh penentuan dan penilaian dari aspek po- elips dengan berukuran 20 km (T-B) x 15 km
kok keragaman geologi, dan aspek lain yang (U - S).
dijabarkan dalam Petunjuk Teknis Asesmen Cekungan Soa memiliki keragaman geologi
Sumberdaya Warisan Geologi terbitan PSG yang unik. Salah satunya adalah adanya be-
(2017). Selanjutnya warisan geologi tersebut berapa situs paleontologi, bahkan pada salah
dapat dinilai peruntukan dan maknanya, yaitu satu situsnya ditemukan fosil rahang bawah dan
sebagai makna ilmiah (scientific), makna edu- gigi mirip manusia purba Homo floresiensis.
kasi, makna pariwisata dan sebagai perlind- H. floresiensis adalah spesies manusia purba
ungan warisan geologi (geoconservation) dari yang tubuhnya berukuran kerdil, tinggi sekitar

See c

Gambar 1. Peta Cekungan Soa, yang secara administratif terletak di Kabupaten Ngada dan Nagakeo , (a) Peta tunjuk Pulau
Flores, (b) Peta tunjuk Cekungan Soa, dan (c) sebaran situs di Cekungan Soa (Brumm, drr, 2016).

84
Identifikasi Situs Geologi Cekungan Soa - Flores,
Sebagai Warisan Geologi

1 m, volume otak 380 cm3 (Brown, drr., 2004). sendiri atau berjejer membentuk punggungan
Dengan demikian, situs tersebut merupakan (ridge). Ketinggian bukit-bukit tersebut berkisar
warisan geologi yang harus dilindungi karena antara 300 - 410 meter di atas muka laut.
merupakan situs paleontologi tempat ditemu- Cekungan Soa dikelilingi oleh gunungapi purba
kannya fosil manusia kerdil tertua di Asia Teng- maupun gunungapi yang masih aktif. Gunungapi
gara. Selain itu, di Cekungan Soa terdapat situs yang masih aktif antara lain seperti Gunung
geologi lainnya seperti endapan danau, kaldera Ebulobo dan Gunung Inerie, serta Gunung In-
Gunung Welas, mata air panas Mengeruda dan ielika Tua dan Gunung Inielika Muda. Adapun
bentangalam berpanorama indah (morfologi). gunungapi purba yang mengelilingi Cekungan
Tujuan studi ini adalah untuk menginventa- Soa adalah Gunungapi purba Welas di utara, Gu-
riasi keragaman geologi di Cekungan Soa, nungapi Purba Keli Lambo dan Keli Andora di
mengklasifikasikan peringkat nilai keragaman timur, deretan kerucut sinder Bajawa di sebelah
geologinya berdasarkan manfaatnya untuk se- barat dan Gunungapi Purba Nage di barat daya.
lanjutnya dilakukan penilaian secara kuantitatif Stratigrafi regional Cekungan Soa dari tertua
sebagai situs warisan geologi (geoheritage), ke muda dapat dilihat pada gambar di bawah
dan merekomendasikan potensi situs warisan ini (Gambar 2).
geologi tersebut untuk dikonservasi dalam
bentuk KCAG.
Morfologi Cekungan Soa umumnya merupakan METODE PENELITIAN
dataran rendah dengan sebaran bukit-bukit Studi ini bersifat eksploratif dan deskriptif.
kecil dan lembah-lembah terjal. Bukit-bukit Eksplorasi dilakukan dengan menjajaki, menge-
kecil tersebut berbentuk kerucut dengan puncak nali, menemukan, dan menganalisis data-data
membulat atau rata, tersebar tidak teratur berdiri geologi di Cekungan Soa, Flores. Hasil-hasil

Gambar 2. Stratigrafi Cekungan Soa (Suminto, drr., 2009 dengan modifikasi).

85
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 12 No. 2, Agustus 2021: 83 - 94

eksplorasi kemudian dideskripsikan untuk me- Tabel 2. Klasifikasi Penilaian Warisan Geologi berdasar-
kan penilaian scientific, edukasi, pariwisata dan resiko
nentukan lokasi-lokasi keragaman geologi (geo- degradasi dalam Standar teknis Inventarisasi Keragaman
diversity) di Cekungan Soa. Keragaman geologi Geologi dan Identifikasi Warisan Geologi (Bidang Geo-
sains, 2017b).
tersebut lalu diidentifikasi untuk menentukan
peringkat nilai keragaman geologi berdasarkan Jumlah Nilai Penilaian Scientific
manfaatnya (Tabel 1), sesuai dengan Standar < 200 Rendah
teknis Inventarisasi Keragaman Geologi dan 201 – 300 Sedang
Identifikasi Warisan Geologi (Bidang Geosains, 301 – 400 Baik
2017a).
Selain itu, penulis melakukan penilaian secara tersingkap baik di daerah Boawae (Kabupaten
kuantitatif potensi suatu lokasi keragaman Nagekeo) ke utara sampai dengan kota Mbay,
geologi sebagai situs warisan geologi (contoh
Kabupaten Nagakeo (Kurniawan, 2012).
kasus: Situs Paleontologi Mata Menge), yang
meliputi penilaian scientific, edukasi, pariwisata Batuan tertua yang mendasari Cekungan Soa
dan resiko degradasi (Tabel 2). Penilaian kuali- berupa batuan gunungapi Formasi Ola Kile be-
tatif tersebut didasarkan pada Petunjuk Teknis rumur Pliosen. Sedangkan bagian atas umumnya
Asesmen Sumberdaya Warisan Geologi (Bidang disusun oleh produk batuan gunungapi berumur
Geosains, 2017b). Kuarter (Plistosen - Holosen) yang berasal dari
berbagai sumber, di antaranya kelompok gunun-
gapi aktif di daerah Bajawa - Mataloko (Gunung
HASIL DAN PEMBAHASAN Inielika dan Kerucut Sinder Bajawa), Gunung
Wolomeze, Gunung Kelilambo, Gunung Raton-
Cekungan Soa merupakan cekungan antargu-
gamobho dan Gunung Ebulobo.
nung yang dikelilingi oleh beberapa gunungapi,
baik yang masih aktif maupun purba. Di bagian Berdasarkan hasil identifikasi, di Cekungan
selatan Cekungan Soa, ada deretan gunungapi Soa terdapat 24 situs geologi (geosite), 16 di
aktif Inerie, Inielika, dan di antara keduanya antaranya merupakan situs paleontologi, dan 5
banyak dijumpai cinder cone (kerucut sinder) di antaranya merupakan situs endapan danau.
dan kerucut lava yang tersebar di sekitar Kota Situs Paleontologi di Cekungan Soa terletak di
Bajawa, dengan arah sebaran relatif utara - se- situs Wolo Sege, Tangi Talo, Mata Menge, Wolo
latan dan barat laut - tenggara. Di sisi timur Milo, Kobatuwa, Boa Leza, Ola Bula, Perkam-
Cekungan Soa ada gunungapi aktif Ebulobo, di pungan Ola Bula, Wolokeo, Sagala, Dozu Dhalu,
bagian barat ada Kaldera Welas dan di bagian Kopowatu, Ngamapa, Deko Weko, Pauphadhi
utara berupa batuan gunungapi tua, yang diduga dan Malahuma (Suminto, drr, 2009). Tiga lo-
sebagai sisa dari Gunungapi Purba Soa. Batuan kasi yakni Mata Menge, Ola Bula dan Boa Leza
Gunung Ebulobo dan batuan gunungapi tua itu merupakan situs di mana Theodor Verhoven

Tabel 1. Peringkat nilai Keragaman Geologi berdasarkan manfaatnya, dalam Standar teknis Inventarisasi Keragaman Geologi
dan Identifikasi Warisan Geologi (Bidang Geosains, 2017a)

Nilai Deskripsi dari Penilaian


Rendah Mengandung rekaman ilmiah yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu kebumian dan penelitian.
Menengah Mengandung rekaman ilmiah penting yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian dan penididikan.
Mengandung rekaman ilmiah, tatanan geologi atau bentangalam yang spesifik, bermakna sebagai bukti atas peristiwa-
Tinggi peristiwa geologi penting, dan mempunyai fungsi ekologi khusus yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan,
pemahaman alam dan konservasi.
Mengandung rekaman ilmiah, tatanan geologi atau bentangalam yang spesifik, bermakna sebagai bukti atas peristiwa-
peristiwa geologi penting, dan mempunyai fungsi ekologi lebih atau terkemuka yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian,
Terkemuka
pendidikan, pemahaman alam dan budaya, konservasi, dan pariwisata berkelanjutan yang dapat memicu pertumbuhan
nilai ekonomi lokal dan nasional.

86
Identifikasi Situs Geologi Cekungan Soa - Flores,
Sebagai Warisan Geologi

melakukan ekskavasi antara 1957-1974. Seluruh ke Sungai Ae Bha. Situs ini merupakan tempat
situs tersebut terletak pada lapisan fluvio-lakus- penemuan fosil vertebrata tertua di Cekungan
trin pada Anggota Batupasir Formasi Ola Bula, Soa yang berumur lebih dari satu juta tahun
kecuali pada situs Tangi Talo yang terletak pada yang lalu (Puspaningrum, drr, 2014), yakni
lapisan yang lebih tua yakni pada Anggota Tuff pada lapisan tufa (Aziz, drr, 2009). Fosil yang
Formasi Ola Bula (van den Bergh, drr, 2001). ditemukan adalah Stegodon sondaari, kura-kura
Dari ke-16 situs paleontologi, berikut dijabarkan darat raksasa dan Varanus komodoensis.
beberapa temuan dari tiga situs paleontologi Situs Mata Menge. Situs ini terletak pada koor-
yang dianggap mewakili, yaitu Wolo Sege, dinat 80 41’ 33,6” LS dan 1210 5’ 44,3” BT dan
Tangi Talo, dan Mata Menge. berada di lereng bukit pada ketinggian 325 m.
Situs Wolo Sege. Situs ini terletak pada koordi- Situs ini merupakan tempat ditemukannya ma-
nat 80 41’ 26” LS dan 1210 5’ 59” BT serta berada nusia purba tertua di Flores, yakni mirip Homo
pada sebuah lereng yang curam yang dikelilingi floresiensis pada lapisan batupasir bagian atas
perbukitan. Situs ini berjarak 540 meter ke arah dengan ketebalan 30 cm yang berumur 0,7 juta
timur laut dari situs Mata Menge. Pada situs ini tahun lalu (van den Bergh, drr, 2016). Fosil
ditemukan artefak batuan pada lapisan konglom- manusia purba yang ditemukan berupa frag-
erat dan tidak ditemukan fosil (Suminto, drr, men mandible dan enam gigi lepas (Gambar
2009). Artefak tersebut berbahan metavolkanik 4). Ditemukan juga fosil Stegodon florensis,
dan kalsedon (Gambar 3) (Brumm, drr, 2010). Hooijeromys nusatenggara, V. komodoensis,
Berdasarkan pentarikhan umur menggunakan Crocodilia, dan Aves (van den Bergh , drr, 2009;
40
Ar/39Ar diperoleh umur 1,01 juta tahun lalu Brumm, drr, 2016). Ada pula artefak flake dari
(Brumm , drr, 2016). bahan rijang, kalsedon, riolit dan core dari
Situs Tangi Talo. Situs ini terletak pada koordi- bahan klorit (Brumm, drr, 2016).
nat 80 41’ 53,0” LS dan 1210 8’ 10,0” BT serta Dari temuan fosil tersebut dapat dibuat biostrati-
berada di lereng sebuah plato yang menghadap grafi di Cekungan Soa (Gambar 5) menjadi dua

Gambar 3. Artefak dari Wolo Sege (Brumm, drr, 2010). (a, b, e, f) Metavolcanic flakes, (c) flake kalsedon, dan (d) volkanik flake.

87
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 12 No. 2, Agustus 2021: 83 - 94

Gambar 4. Fosil manusia purba dari Cekungan Soa (van den Bergh, drr, 2016). a-d pecahan rahang bawah (mandible) fosil
manusia purba (SOA-MM4), (a) pandangan occlusal, (b) pandangan lateral , (c) pandangan inferior, (d) pandangan ante-
rior), e-i gigi lepas, (e) SOA-MM2 (I1 kiri), (f) SOA-MM5 (P3 kanan), (g) SOA-MM1 (M1 kiri), (h) SOA-MM7 (dc kiri),
(i) SOA-MM8 (dc kanan). Skala bar 10 mm.

Gambar 5. Biostratigrafi Flores berdasarkan suksesi fauna vertebrata (Bellwood, drr., 2017).

unit. Namun, proses migrasi manusia purba di migrasinya, yakni menyeberang ke Flores dari
Flores ini masih belum dapat diketahui dengan arah barat ke timur dari Jawa atau melalui jalur
pasti, karena terdapat dua kemungkinan jalur utara dari Sulawesi (van den Bergh, drr, 2016).

88
Identifikasi Situs Geologi Cekungan Soa - Flores,
Sebagai Warisan Geologi

Selain situs paleontologi, di Cekungan Soa banyak mengandung CaO (misal plagioklas
dijumpai beberapa singkapan endapan danau dan klinopiroksin) yang umumnya menyusun
purba. Salah satu pencirinya adalah ditemu- batuan vulkanik. Selama proses pelapukan dan
kannya beberapa lapisan diatomae (diatomit) pelarutan CaO bereaksi dengan CO2 membentuk
pada beberapa lokasi singkapan, di antaranya di CaCO3 dalam bentuk caliche dan tufa batu-
Mata Menge, Wae Bhia, Solo Rowa, Wulabara, gamping. Dalam proses pelarutan, air dalam
dan Gero. Diatomit atau tanah diatomea adalah bentuk H2O lebih cepat menguap pada daerah
batuan sedimen silika, yang secara geologi ter- kering. Akibatnya larutan CaCO3 tertinggal dan
bentuk dari akumulasi dan pengendapan kulit terdepositkan selanjutnya terakumulsi, awalnya
atau kerangka diatomae (kelompok besar dari akan membentuk butiran, kemudian clumps
alga plankton dengan dinding sel berupa silika) (gumpalan) kecil, kemudian menebal memben-
dan terendapkan di danau atau nonmarin. tuk lapisan tanah. Karena lapisan caliche sudah
Keberadaan Danau Purba di Cekungan Soa telah terbentuk maka lapisannya secara teratur akan
diungkapkan oleh beberapa peneliti terdahulu, menebal, bahkan dapat pindah ke material induk
di antaranya O’Sullivan, drr. (2001) yang me- yang terhampar di bawah horizon tanah.
nyebutkan bahwa Cekungan Soa, pada masa Di Cekungan Soa juga terdapat beberapa ker-
keberadaannya, didominasi oleh danau atau agaman geologi lainnya, yaitu Kaldera Welas,
beberapa seri danau. Begitu juga Suminto, drr. mata air panas Mengeruda, dan bentangalam
(2009) yang mengatakan keberadaan danau di berpanorama indah Bukit Cinta.
Cekungan Soa pada masa antara 880 ribu hingga Kaldera Welas. Kaldera Welas terletak di tepi
650 ribu tahun yang lalu dikarenakan adanya baratlaut Cekungan Soa, pada koordinat 80 37’
penutupan dari jalur sungai utama, yaitu Sungai 38,5” LS dan 1210 2’ 35,5” BT, secara admi-
Aesesa akibat aktivitas tektonik dan vulkanik. nistratif terletak di Desa Denatana, Kecamatan
Produk vulkanik berupa aliran piroklastik me- Wolomeze, Kabupaten Ngada. Kaldera Welas
nutup aliran sungai utama di Cekungan Soa merupakan hasil erupsi besar pada Kala Pliosen
sehingga membagi sungai tersebut menjadi Akhir, yang menyisakan kaldera dengan ukuran
beberapa palustrine. 15 km x 8 km yang terbuka ke arah tenggara
Endapan Danau Purba Wae Bhia merupakan (Muraoka, drr, 2002). Pembentukan Kaldera
endapan danau tertua di Cekungan Soa dan ke- Welas menghasilkan ignimbrit yang tersusun
mungkinan juga di Pulau Flores, karena berumur oleh breksi pumis-skoria-litik serta tufa batu-
sekitar 1,5 juta tahun yang lalu (Tim Stratigrafi apung. Ignimbrit tersebut mempunyai ketebalan
dan Paleontologi, 2017). lebih dari 30 m, tersingkap baik di Wolo Bara
Berdasarkan hasil penelitian oleh Tim Stratigrafi dan menyebar di dalam Cekungan Soa hingga
dan Paleontologi PSG tahun 2017, ada lima Boa Leza bagian bawah, Ruda Olok dan tebing
komponen utama yang membentuk stratigrafi hilir Sungai Wolo Watu (Kurniawan, 2012).
dari sekuen danau di Cekungan Soa, yaitu terdiri Di dalam Kaldera Welas berkembang kerucut
atas abu vulkanik (tefra), batulempung lanauan, vulkanik baru yang diberi nama sebagai Wolo
diatomit, tanah purba (paleosol), dan batugamp- Mere dan Bukit Hardtop (Setiawan, drr, 2016).
ing (caliche). Mata Air Panas Mengeruda. Mata Air Panas
Caliche merupakan endapan kalsium kabonat Mengeruda merupakan salah satu kolam per-
yang mengeras membentuk batugamping, um- mandian air panas yang cukup ramai dikunjungi
umnya pada lingkungan air tawar dan daerah oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
kering (arid) dan semiarid. Caliche terbentuk Mata air panas ini terletak di Desa Mengeruda,
sebagai hasil evaporasi, melalui proses leach- Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada pada koor-
ing (pencucian), dari mineral-mineral yang dinat 80 42’ 33,8” LS dan 1210 5’ 7,9” BT dan

89
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 12 No. 2, Agustus 2021: 83 - 94

merupakan mata air panas yang terletak di jalur dengan latar belakang perbukitan denudasional
vulkanik. dan gunungapi di Cekungan Soa, salah satunya
Mata air panas ini merupakan satu dari empat Bukit Cinta yang terletak di pinggir jalan poros
lokasi panas bumi yang memiliki manifestasi Soa – Boawae di Desa Mengeruda, Kecamatan
dengan debit air panas yang besar di daerah Soa, Kabupaten Ngada pada koordinat 80 42’
Bajawa (Muraoka, drr, 2000). Berdasarkan kan- 49,9” LS dan 1210 7’ 22,8” BT.
dungan sulfatnya yang dominan, sumber mata Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi
air panas ini diperkirakan berasal dari Gunung lapangan, diperoleh 24 situs keragaman geologi
Inielika (Muraoka , drr, 2005), yang merupakan yang bisa dijadikan geoheritage (Gambar 6).
gunungapi strato yang terletak di utara Bajawa. Dari 24 situs tersebut kemudian dilakukan per-
Walaupun sumber air panas Mengeruda dengan ingkat nilai keragaman geologi Cekungan Soa
puncak Gunung Inielika berjarak 12 km, tetapi berdasarkan manfaatnya, dengan hasil yang
mata air panas ini terbentuk akibat sesar geser dapat dilihat pada Tabel 3.
berarah barat-timur (Muraoka , drr, 2002). Berdasarkan Tabel 3 ini, peringkat nilai keraga-
Pemandian air panas ini terdiri atas beberapa man geologi di Cekungan Soa memiliki nilai
kolam dengan tingkatan panas yang berbeda, menengah hingga terkemuka, yaitu mengandung
salah satu di antaranya membentuk jeram yang rekaman ilmiah, tatanan geologi atau bentan-
mengalir langsung ke sungai di sekitar perman- galam yang spesifik, bermakna sebagai bukti
dian ini. Menariknya permandian air panas ini atas peristiwa-peristiwa geologi penting, dan
merupakan tempat wisata pertama yang akan mempunyai fungsi ekologi khusus yang dapat
dikunjungi oleh wisatawan mancanegara, di- dimanfaatkan untuk penelitian, pendidikan,
karenakan lokasinya dekat dari bandara udara pemahaman alam, budaya dan konservasi. Oleh
Soa. Sebelum melanjutkan perjalanan ke Riung karenanya, keragaman geologi di Cekungan Soa
atau Kelimutu wisatawan biasanya mampir ke tersebut dapat dikemas menjadi objek geowisata
permandian air panas ini. yang berbasis konservasi dan edukasi, sehingga
Bentangalam Indah. Selain situs paleontologi dapat memicu pertumbuhan nilai ekonomi lokal
sebagai situs unggulan, Cekungan Soa memiliki dan nasional melalui pariwisata.
bentangalam berpanorama indah. Hal ini tidak Dari hasil peringkat penilaian keragaman
lepas dari letak Cekungan Soa yang dikel- geologi di atas, dilakukan penilaian secara
ilingi oleh beberapa gunungapi. Di Cekungan kuantitatif potensi keragaman geologi sebagai
Soa juga terdapat bukit-bukit kecil berbentuk situs warisan geologi dengan contoh kasus
kerucut dengan puncak membulat atau rata, Situs Paleontologi Mata Menge, yang meliputi
tersebar tidak teratur berdiri sendiri atau berjejer penilaian scientific (Tabel 4), penilaian edukasi
membentuk punggungan. Bentukan morfologi (Tabel 5), penilaian pariwisata (Tabel 6) dan
tersebut terbentuk akibat proses pelapukan dan penilaian resiko degradasi (Tabel 7). Penilaian
perbedaan litologi. kuantitatif tersebut didasarkan pada Petunjuk
Bentuk bulat ditempati batuan kurang padu Teknis Asesmen Sumberdaya Warisan Geologi
seperti tufa pasiran, pasir atau pasir tufaan, (Bidang Geosains, 2017b).
sedangkan bentuk rata batuannya sangat Dari penilaian keempat unsur tersebut diatas
padu umumnya adalah endapan danau berupa diperoleh total nilai 261,25%. Berdasarkan nilai
perselingan batulempung, abu vulkanik (tefra), tersebut maka Situs Paleontologi Mata Menge
lapisan diatom dan batugamping (Tim Stratigrafi memiliki nilai warisan geologi “Sedang”.
dan Paleontologi, 2017). Dengan demikian, situs Mata Menge yang meru-
Ada beberapa lokasi titik pandang untuk me- pakan situs paleontologi tempat ditemukannya
nikmati keindahan panorama padang sabana manusia kerdil purba tertua di Flores, perlu

90
Identifikasi Situs Geologi Cekungan Soa - Flores,
Sebagai Warisan Geologi

Gambar 6. Peta Geosite di Cekungan Soa.

Tabel 3. Peringkat nilai Keragaman Geologi Cekungan Soa Tabel 4. Bobot untuk berbagai kriteria yang digunakan un-
berdasarkan manfaatnya dalam Standar Teknis Inventari- tuk penilaian situs Paleontologi Mata Menge berdasarkan
sasi Keragaman Geologi dan Identifikasi Warisan Geologi nilai - nilai scientific (Bidang Geosains, 2017b).
(Bidang Geosains, 2017a).
Kriteria Bobot (%)
Nilai Warisan A. Lokasi yang mewakili kerangka geologi 30
No Situs Geologi
Geologi B. Lokasi kunci penelitian 15
1 Situs Paleontologi Wolo Sege Terkemuka C. Pemahaman keilmuan 5
2 Situs Paleontologi Tangi Talo Terkemuka D. Kondisi lokasi/ situs geologi 15
3 Situs Paleontologi Mata Menge Terkemuka E. Keragaman Geologi 3,75
4 Situs Paleontologi Wolo Milo Tinggi Keberadaan situs warisan geologi dalam
F. 15
5 Situs Paleontologi Kobatuwa Tinggi satu wilayah
G. Hambatan penggunaan lokasi 7,5
6 Situs Paleontologi Boa Leza Tinggi
Total 91,25
7 Situs Paleontologi Ola Bula Tinggi
Situs Paleontologi Kampung Lama
8 Menengah
Ola Bula Tabel 5. Bobot untuk berbagai kriteria yang digunakan un-
9 Situs Paleontologi Wolokeo Tinggi tuk penilaian situs Paleontologi Mata Menge berdasarkan
10 Situs Paleontologi Sagala Tinggi nilai - nilai edukasi (Bidang Geosains, 2017b).
11 Situs Paleontologi Dozo Dhalu Tinggi
12 Situs Paleontologi Kopowatu Tinggi Kriteria Bobot (%)
13 Situs Paleontologi Ngamapa Tinggi A. Kerentanan 10
B. Pencapaian lokasi 2,5
14 Situs Paleontologi Deko Weko Tinggi
C. Hambatan pemanfaatan lokasi 3,75
15 Situs Paleontologi Pauphadhi Tinggi
D. Fasilitas keamanan 7,5
16 Situs Paleontologi Malahuma Tinggi
E. Sarana pendukung 3,75
17 Endapan Danau Mata Menge Tinggi
F. Kepadatan penduduk 1,25
18 Endapan Danau Wae Bhia Tinggi
G. Hubungan dengan nilai lainnya 5
19 Endapan Danau Solo Rowa Tinggi H. Status lokasi 1,25
20 Endapan Danau Wulabara Tinggi I. Kekhasan 5
21 Endapan Danau Gero Tinggi J. Kondisi pada pengamatan elemen geologi 5
22 Kaldera Welas Tinggi K. Potensi informasi pendidikan/penelitian 20
23 Mata Air Panas Mengeruda Tinggi L. Keanekaragaman geologi 7,5
24 Bukit Cinta Menengah Total 62,5

91
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 12 No. 2, Agustus 2021: 83 - 94

Tabel 6. Bobot untuk berbagai kriteria yang digunakan un- objek geowisata. Dari hasil peringkat nilai
tuk penilaian situs Paleontologi Mata Menge berdasarkan
nilai - nilai pariwisata (Bidang Geosains, 2017b). keragaman geologi berdasarkan manfaatnya,
ke-24 situs geologi tersebut memiliki nilai wari-
Bobot san geologi menengah hingga terkemuka yang
Kriteria
(%)
A. Kerentanan 10
mengandung rekaman ilmiah dan fenomena
B. Pencapaian lokasi 2,5 geologi khusus untuk tujuan pendidikan maupun
C. Hambatan pemanfaatan lokasi 3,75 penelitian, sehingga pantas dijadikan sebagai
D. Fasilitas keamanan 7,5
geoheritage. Sebagai contohnya situs Mata
E. Sarana pendukung 3,75
F. Kepadatan penduduk 1,25 Menge yang memiliki bobot penilaian 261,25%
G. Hubungan dengan nilai lainnya 5 dengan nilai scientific yang sangat tinggi sebesar
H. Status lokasi 3,75 91,25%. Dari hasil penilaian tersebut kawasan
I. Kekhasan 10
J. Kondisi pada pengamatan elemen geologi 2,5
Cekungan Soa direkomendasikan untuk dikon-
K. Potensi interpretatif 7,5 servasi menjadi KCAG terutama untuk melind-
L. Tingkat ekonomi 1,25 unginya dari kerusakan.
M. Dekat dengan area rekreasi 5
Total 63,75

UCAPAN TERIMA KASIH


Tabel 7. Bobot untuk berbagai kriteria yang digunakan un-
tuk penilaian situs Paleontologi Mata Menge berdasarkan Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
nilai - nilai resiko degradasi Iwan Kurniawan, Bapak Gerrit D. van den
Bobot
Bergh, Bapak Erick Setiyabudi, Bapak Ruly
Kriteria
(%) Setiawan, Bapak Dida Yurnaldi, Bapak Emma
A. Kerusakan terhadap unsur geologi 17,5 Yan Patriani, dan Bapak Agus Rozak yang
Berdekatan dengan daerah/ aktivitas yang
B.
berpotensi menyebabkan degradasi
5 telah memberi masukan dan membantu dalam
C. Perlindungan Hukum 15 pengumpulan data di lapangan.
D. Aksesibilitas 3,75
E. Kepadatan Populasi 2,5
Total 43,75

DAFTAR PUSTAKA
segera ditetapkan sebagai salah satu warisan
geologi karena memiliki nilai pendidikan tinggi Anonimous, 2017. Peraturan Pemerintah
berdasarkan tujuh kriteria penilaian ilmiahnya Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2017
(scientific value). Situs-situs paleontologi di tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Na-
Cekungan Soa memiliki nilai sejarah tentang sional, Jakarta.
cikal bakal penemuan fosil vertebrata (fauna Aziz, F., van den Bergh, G.D., Morwood, M.J.,
daratan Asia) di Pulau Flores. Demi untuuk Hobbs, D.R., Kurniawan, I., Collins, J.,
melindungi situs tersebut dari kerusakan, khu- and Jatmiko, 2009. Excavation at Tangi
susnya singkapan batuan dan beberapa lokasi Talo, Central Flores, Indonesia, Special
penggalian (ekskavasi) di situs Mata Menge dan Publication Center of Geological Survey,
beberapa situs paleontologi lainnya di Cekungan 36, p.41-58.
Soa, penulis merekomendasikan dilakukannya Bellwood, P., Groves, C., Argue, D., Matsu-
konservasi dalam bentuk KCAG. mura, H., Oxenham, M., Simanjuntak, T.,
Yamagata, M., Cox, M., Piper, P.J., Blust,
R., Tanudirjo, D.A., Hung, H., and Carson,
KESIMPULAN M.T., 2017. First Islanders: Prehistory and
Human Migration in Island Southeast Asia,
Di Cekungan Soa, terdapat 24 situs keragaman
John Wiley & Sons, Inc.
geologi yang dapat untuk dijadikan sebagai

92
Identifikasi Situs Geologi Cekungan Soa - Flores,
Sebagai Warisan Geologi

Bidang Geosains, 2017a. Standar Teknis Inven- Bajawa Volcanic Rift Zone, Flores, Eastern
tarisasi Keragaman Geologi dan Identifikasi Indonesia. Proceedings World Geothermal
Warisan Geologi, Pusat Survei Geologi. Congress 2005.
Bidang Geosains, 2017b. Petunjuk Teknis Ases- O’Sullivan, P.B., Morwood, M., Hobbs, D.,
men Sumber Daya Warisan Geologi, Pusat Aziz, F., Suminto, Situmorang, M., Raza, A.,
Survei Geologi. and Maas, R., 2001. Archaeological Implica-
Brown, P., Sutikna, M., Morwood, M.J., Soe- tions of the Geology and Chronology of the
jono, R.P., Jatmiko, Saptomo, E.W., and Due, Soa Basin, Flores, Indonesia. Geology, 29
R.A., 2004. A New Small-Bodied Hominin (7), p.607-610.
from the Late Pleistocene of Flores, Indo- Puspaningrum, M.R., Van den Bergh, G.D., Chi-
nesia, Nature, 431, p.1055-1061. vas, A., Setiabudi, E., Kurniawan, I., Brumm,
Brumm, A., Jensen, G.M., van den Bergh, G.D., A., and Sutikna, T., 2014. Preliminary Re-
Morwood, M.J., Kurniawan, I., Aziz, F., sult of Dietary and Environmental Recon-
and Storey, M., 2010. Hominins on Flores, structions of Early to Middle Pleistocene
Indonesia, by one million years ago, Nature, Stegodons from the So’a Basin of Flores,
464, p.748-752. Indonesia, Based on Enamel Stable Isotope
Brumm, A., van den Bergh, G.D., Storey, M., Records, IVth International Conference on
Kurniawan, I., Alloway, B.V., Setiawan, R., Mammoths and their Relatives, p.164-165.
Setiyabudi, E., Grün, R., Moore, M.W., Yurn- Samodra, H., 2016. Kriteria, Pengembangan
aldi, D., Puspaningrum, M.R., Wibowo, U.P., dan Rencana Induk Geowisata, Badan Ge-
Insani, H., Sutisna, I., Westgate, J.A., Pearce, ologi.
N.J.G., Duval, M., Meijer, H.J.M., Aziz, F., Setiawan, R., Yurnaldi, D., Wahyudiono, M.,
Sutikna, T., Van der Kaars, S., Flude, S., Sopyan, Y., Wiji, Insani, H., Suharyogi,
and Morwood, M.J., 2016. Age and Context I.Y.P., Saputra, S.E.A., Aziz, F., Setiyabudi,
of the Oldest Known Hominin Fossils from E., Kurniawan, I., and Rohman A., 2016.
Flores, Nature, 534, p.249-253. Laporan Kegiatan Survei Paleontologi Verte-
Kurniawan, I., 2012. Laporan Penelitian Pale- brata di Cekungan Soa, Propinsi NTT, Pusat
ontologi Vertebrata Cekungan Soa, Flores, Survei Geologi.
Pusat Survei Geologi, Bandung. Suminto, Morwood, M.J., Kurniawan, I., Aziz.
Muraoka, H., Nasution, A., Urai, M., Takahashi, F., van den Bergh, G.D., and Hobbs, D.R.,
M., and Takashima, I., 2000. Regional Geo- 2009. Geology and Fossil Sites of the Soa
thermal Geology of The Ngada District, Cen- Basin, Flores, Indonesia, Special Publica-
tral Flores, Indonesia. Proceedings World tion, 36, p.19-40.
Geothermal Congress 2000, 1473-1478. Tim Stratigrafi dan Paleontologi, 2017. Laporan
Muraoka, H., Nasution, A., Urai, M., Takahashi, Stratigrafi dan Paleontologi Propinsi NTT:
M., Takashima, I., Simanjuntak, J., Sund- Cekungan Soa, Flores, Pusat Survei Geologi.
horo, H., Aswin, D., Nanlohy, F., Sitorus, van den Bergh, G.D., de Vos, J., and Sondaar,
K., Takahashi, H., and Koseki, T., 2002. P.Y., 2001. The Late Quarternary Palaeo-
Tectonic, Volcanic and Stratigraphic Geol- geography of Mammal Evolution in the
ogy of the Bajawa Geothermal Field, Central Indonesian Archipelago, Palaeogeography,
Flores, Indonesia, Bulletin of the Geological Palaeoclimatology, Palaeoecology, 171,
Survey of Japan, 53 (2/3), p.109-138. p.385-408.
Muraoka, H., Nasution, A., Simanjuntak, van den Bergh, G.D., Kurniawan, I., Morwood,
J., Dwipa, S., Takahashi, M., Takahashi, M.J., Lentfer, C.J., Suyono, Setiawan, R.,
H., Matsuda, K., and Sueyoshi, Y., 2005. and Aziz, F., 2009. Environmental Recon-
Geology and Geothermal Systems in the struction of the Middle Pleistocene Archaeo-

93
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol. 12 No. 2, Agustus 2021: 83 - 94

logical/Palaeontological Site Mata Menge, and Aziz, F., and Morwood, M.J., 2016.
Flores, Indonesia, Special Publication Cen- Homo floresiensis-like fossils from the early
ter of Geological Survey, 36, p.59-94. Middle Pleistocene of Flores, Nature, 534,
van den Bergh, G.D., Kaifu, Y., Kurniawan, p.245-248.
I., Kono, R.T., Brumm., A., Setiyabudi, E.,

94

Anda mungkin juga menyukai