Anda di halaman 1dari 42

Potensi Warisan Geologi dan Geowisata Geopark

Nasional Ciletuh, Jawa Barat

Kawasan Geopark Nasional Ciletuh yang secara administratif termasuk dalam wilayah


Kecamatan Ciemas dan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat memiliki
keragaman geologi yang unik dan merupakan tempat tersingkapnya batuan tertua di Jawa
Barat. Kawasan ini merupakan hasil dari tumbukan dua lempeng yang berbeda, yaitu:
Lempeng Eurasia (lempeng benua) yang berkomposisi granit (asam), dan Lempeng Indo-
Australia (lempeng samudera) yang berkomposisi basal (basa), yang menghasilkan batuan
sedimen laut dalam (pelagic sediment), batuan metamorfik (batuan ubahan), dan batuan beku
basa hingga ultra basa. Karena ciri khas geologinya yang tidak di temukan di tempat lain
menjadikan Ciletuh sebagai Geopark (Taman Bumi) Nasional di Indonesia. Dalam
menjalankan konsep Geopark tersebut, diperlukan suatu aktivitas penunjang penggerak
aktivitas ekonomi yang berkelanjutan berupa geowisata. Geowisata merupakan suatu konsep
wisata minat khusus yang berfokus pada edukasi geologi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 proses: dimulai dengan studi
literatur dari daerah penelitian, lalu melakukan penelitian lapangan sebagai langkah
inventarisasi situs-situs geologi, dilanjutkan dengan analisis data untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan situs warisan geologi tersebut dengan teknik scoring. Hasil dari analisis
tersebut digunakan dalam pembuatan jalur geotrek di kawasan Ciletuh dan penilaian pada
aktivitas geowisata yang telah dijalankan. Sebanyak 29 situs geologi teridentifikasi dan
diklasifikasikan dalam situs dengan nilai warisan geologi (Geoheritage) pada kualitas rendah
hingga terkemuka. Penilaian ini didasarkan pada aspek catatan ilmiah (scientific record) dan
fenomena geologi khusus atau fitur bentuk lahan yang cocok untuk tujuan pendidikan
maupun penelitian.

Selanjutnya, situs-situs geologi ini dikelompokkan sesuai dengan pemaknaan dan bentukan


geologinya, yaitu: batuan tua, geomorfologi, fosil, gua laut, batuan bentukan unik, air terjun,
dan struktur sedimen sebagai bahan dasar dalam pembuatan jalur geotrek. Terdapat 3 Jalur
Geotrek yang telah disesuaikan dengan jenis perjalanan dan situs – situs geologi yang
memiliki keterkaitan, yaitu: The Magical of Ciletuh Amphitheater (Perjalanan berfokus untuk
menikmati bentukan Mega Amfiteater Ciletuh), The Ciletuh Melange’s Journey (Perjalanan
menyusuri batuan tertua di Jawa Barat), dan The Spectacular of Ciletuh Bay (Perjalanan jalur
laut menikmati berbagai batuan beraneka bentuk yang ada di Teluk Ciletuh). Selain kegiatan
geotrek yang diusulkan, kegiatan lain pendukung geowisata yang telah dijalankan di Geopark
ini ialah: aktivitas Geo sightseeing di situs geomorfologi Panenjoan maupun Puncak Darma,
aktivitas Geosport berupa paralayang dan snorkeling, serta Geofestival. Penilaian geowisata
di Geopark Ciletuh menghasilkan angka 19 – 35 yang menunjukkan nilai sedang sampai baik
untuk geowisata yang telah dijalankan dan harus ditingkatkan lebih baik untuk masa depan.

 
Studi Petrologi Batuan Ofiolit dan Metamorf di Blok Gunung Beas, Daerah Ciletuh,
Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

Blok Gunung Beas, Kawasan Ciletuh, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, terteltak
pada 106° 23′ 38.9” – 106° 25′ 27.6″BT dan 7° 14′ 27.6” – 7° 12′ 46.2″ LS. Kawasan ini
memiliki keunikan geologi yaitu tersingkapnya batuan ofiolit dan metamorf berumur pra-
Tersier. Penelitian ini dimaksudkan untuk inventarisasi data kekayaan geologi dalam rangka
persiapan pembangunan ”Geopark Ciletuh”.

Penelitian yang dilakukan mencakup studi literatur, pemetaan geologi, analisis petrologi dan
petrografi, dan analisis geokimia. Kemudian, seluruh analisis tersebut dikombinasikan 
sebagai landasan interpretasi lingkungan tektonik pembentukan batuan.

Berdasarkan analisis geomorfologi dan struktur geologi diketuhi bahwa daerah penelitian
telah mengalami struktur geologi yang kompleks dan terjadi dalam beberapa periode
tektonik. Stratigrafi daerah penelitian terususun atas batuan pra-Tersier yang ditindih secara
tidak selaras oleh batuan sedimen Tersier. Batuan Ofiolit terdiri atas peridotit
terserpentinisasi, gabro, dan gabro teramfibolit. Batuan metamorf terdiri atas sekis hijau, filit
dan kuarsit. Peridotit terserpentinisasi menunjukan kondisi hidrasi, dalam hal ini mineral
olivin dan piroksen berubah menjadi mineral serpentin pada suhu dan tekanan yang lebih
rendah dan dipengaruhi oleh air. Adanya mineral epidot, klorit, dan kalsit pada amfibolit
menunjukan terjadinya proses retrograde metamorfism. Urat-urat kuarsa dan kalsit pada
beberapa sample menunjukan adanya alterasi hidrothermal setelah batuan tersebut terbentuk.

Lingkungan tektonik genesa ofiolit diinterpretasikan terbentuk pada Supra-Subduction Zone


(SSZ) atau Island Arc, sedangkan batuan metamorf terbentuk akibat metamorfisme regional
pada saat orogenesa. Retrograde metamorfism mengindikasikan adanya proses pengangkatan
atau akresi akibat aktivitas tektonik

Tektonostratigrafi Daerah Ciletuh dan Sekitarnya,


Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
berdasarkan Data Geologi Permukaan
Penelitian mengenai tektonostratigrafi ini dilakukan di daerah Ciletuh lebih tepatnya di
Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang termasuk pada sebagian Peta
Rupabumi Digital Indonesia (Bakosurtanal) lembar Ciwaru (1108-642) dan lembar Ciemas
(1208-431). Secara geografis terletak pada posisi 77° 13′ 4″ sampai 7° 8′ 44″ LS dan 106° 26′
13″- 106° 31′ 38″ BT. Daerah penelitian terdiri dari Formasi Jampang dan Formasi Bayah.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi struktur geologi daerah penelitian
sehingga dapat mengetahui aktivitas tektonik yang dihubungkan dengan pengendapan satuan
batuan yang terbentuk berdasarkan pemetaan di atas permukaan yang meliputi analisis
stratigrafi, analisis struktur geologi termasuk analisis kelurusan dan analisis data literatur
sebagai pembanding.
Daerah penelitian tersusun atas tiga satuan batuan dari tua ke muda yaitu satuan Batupasir
Kuarsa (Tebpk), satuan Batupasir (Tmbp) dan endapan Alluvial (Qa). Terdapat tiga periode
tektonik yang terjadi pada daerah penelitian yaitu periode tektonik kompresional Timurlaut-
Baratdaya Oligosen yang mempengaruhi satuan Batuasir Kuarsa dan membentuk tinggian
purba. Kedua, periode tektonik kompresional Timurlaut – Baratdaya Miosen yang
mempengaruhi satuan Batupasir dan membentuk lipatan serta sesar. Terakhir periode
tektonik kompresional Baratlaut – Tenggara Pliosen yang membentuk sesar-sesar mendatar
dan longsoran yang membentuk morfologi tapal kuda yang biasa disebut Amfiteater Ciletuh.

Penelitian Keberegaman Geologi dan Geo-Edukasi di


Geopark Ciletuh Jawa Barat
KataKunci: Geopark Ciletuh, warisan geologi, geo-edukasi, penelitian geologi, mega
amfiteater

Geopark Ciletuh memiliki bentang alam plato berbentuk tapal kuda (amfiteater) yang terbuka
kearah Teluk Ciletuh. Amfiteater memiliki dimensi hampir 15 x 9 Km 2 dan diyakini sebagai
bentukan amfiteater alami terbesar di Indonesia. Di tengah amfiteater, terdapat persebaran
formasi batuan tertua di Jawa bagian barat dalam bentuk melange dan kompleksofiolit yang
terbentuk akibat aktivitas subduksi antara lempeng benua dan samudera pada zaman Kapur,
dan diyakini sebagai formasi tertua di Jawa Barat.
Keterdapatansingkapanbatuandengantipeinisangatlahjarangdansangatpentingdalammemaham
i proses geologi. Meskipun sumber dayanya melimpah, pada tempo dulu, penelitian geologi
intensif yang telah dilaksakan di kawasan ini sangat terbatas jumlahnya, dikarenakan
keterbatasan aksesibilitas.

Bagaimanapun, sejak  2013, studi geologi rinci telah dilaksanakan dengan mengikut sertakan
mahasiswa sarjana dan pascasarjana untuk menyediakan informasi geologi di situs-situs
warisan geologi. Data tersebut digunakan sebagai landasan deliniasi dan perencanaan sebagai
sebuah kawasan geopark. Penelitian geologi terintergrasi saat ini terfokus pada tema:
petrogenesis kompleksofiolit, mekanisme pembentukan amfiteater, rekonstruksi model
formasi melange, paleo tsunami, kebencanaan geologi, hidrogelogi, dan lingkungan
pembentukan secara lokal Formasi Ciletuh; serta penentuan umur terhadap berbagai jenis
batuan. Hasil peneletian digunakan sebagai keperluan materi edukasi untuk mahasiswa,
SMA, SMP, dan SD, serta untuk pengetahuan bagi wisatawan, komunitas lokal, dan
pengunjung umum. Informasi geologi juga digunakandalam leaflet, brosur, panel informasi,
buku, dan juga video atau animasi proses geologi dalam geopark.

Keragam Geologi

Potensi sumberdaya alam di Jawa Barat tidak lepas dari posisi Indonesia secara keseluruhan.
Dimana secara geografi Indonesia terletak di antara dua lempeng benua dan dua lempeng
samudra yang saling bergerak satu sama lain. Kondisi geologi seperti ini akan menghasilkan
keragaman geologi dan hayati yang berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain.

Keragaman geologi menurut Gray (2004) didefinisikan sebagai rentang keragaman dari aspek


(keistimewaan dan tampilan) dari geologi (batuan, mineral dan fosil); geomorfologi
(bentang alam dan proses fisik); dan pembentukan tanah; yang meliputi kumpulannya,
hubungan, sifat atau karakter yang dimiliki, interpretasi dan sistim dari fitur-fitur tersebut.
Sehingga secara sederhana keragaman geologi adalah mencakup semua material, struktur dan
proses yang menyusun dan membentuk bumi. Material yang dimaksud meliputi mineral,
batuan, fosil, tanah dan air; sedangkan struktur antara lain berupa perlipatan, sesar; dan
bentang alam; serta hubungan antar unit batuan. Sedangkan proses meliputi
aktivitas tektonik, sedimentasi, pembentukan tanah (pelapukan), aktivitas gunungapi, dan
lain-lain.

Mengapa keragaman geologi perlu dikonservasi? Menurut Gray (2005), ada dua hal utama
mengapa keragaman geologi harus dikonservasi. Pertama, keragaman geologi sangat penting
dan berharga ditinjau dari berbagai kepentingan. Kedua, saat ini keragaman geologi sedang
terancam oleh berbagai macam aktifitas manusia. Sehingga, sebagai ukuran dari sebuah
masyarakat yang beradab dan maju, adalah jika masyarakat tersebut mau melindungi dan
melestarikan unsur-unsur dari planet ini yang berharga dan terancam.

Bentangalam

Geoarea Ciletuh memiliki bentangalam yang sangat unik dan langka, yaitu berupa bentuk
dataran tinggi dengan lembah berbentuk tapal kuda yang terbuka ke arah laut sehingga
membentuk seperti panggung alam (disebut amfiteater). Amfiteater ini terbentuk karena
adanya proses geologi berupa sesar normal yang diikuti oleh sebuah longsoran yang besar
karena gaya vertikal lebih besar dari gaya horizontal. Lembah amfiteater dipenuhi oleh
keindahan hamparan sawah yang hijau dan pemukiman. sementara di pesisir pantai
bagian selatan lembah terdapat batuan yang sangat langka dan berumur lebih dari 30 juta
tahun, serta batuan berbentuk unik. Keindahan amfiteater dan teluk Ciletuh dapat di lihat dari
daerah Panenjoan di Desa Tamanjaya, Pamoyanan di Desa Ciemas, Puncakdarma dan
Cikalapa di Desa Girimukti.

Pulau-pulau Kecil

Terdapat pulau-pulau kecil yang berbentuk sangat eksotik di geoarea Ciletuh. Pulau-pulau
tersebut umumnya hanya berupa batuan dengan sedikit pohon-pohon kecil dan rerumputan.
Pulau-pulau tersebut memiliki bentuk yang unik menyerupai binatang, seperti kura-kura,
kepala badak, dan kelinci merunduk atau anjing pudel berbaring. Bentuk unik pulau-pulau
tersebut diakibatkan proses erosi dan aberasi oleh air laut. Pulau-pulau yang dapat di
kunjungi dengan menggunakan perahu dari pantai Palangpang: Pulau Karang Daeu, Pulau
Mandra, Pulau Manuk, Pulau Kunti dan Pulau Batubelah.

Pulau Kunti
Berada di ujung barat Gunung Badak desa Mandrajaya, pulau Kunti dapat ditempuh berjalan
kaki kira-kira 25 menit dari pantai Cikadal, atau dengan perahu selama 10 menit dari muara
Ciletuh.

Pulau Manuk

Pulau bebatuan di desa Mandrajaya ini dapat


di capai sekitar 1 menit dari pulau Mandra. Pulau dengan luas kurang dari 200 m2 sering di
penuhi oleh burung camar

. Pulau Mandra

Pulau dengan luas kurang dari 1 km2 ini


terletak di desa Mandrajaya. Akses menuju pulau sekitar 3 menit dengan perahu dari
muara Sungai Ciletuh. Pulau ini populer sebagai tempat memancing bagi penduduk
lokal.

Karang Daeu
Pulau Karang Daeu, terletak di pantai
Cikalapa, desa Girimukti. Pulau ini berbentuk unik seperti kelinci merunduk atau anjing
pudel berbaring. Pulau ini dapat di akses dengan perahu sekitar 5 menit dari pantai
Palangpang, dan pada saat surut, pulau ini dapat di akses berjalan kaki dari pantai Cikalapa.
Secara geologi, terdiri atas batuan sedimen Formasi Ciletuh yang memiliki struktur sedimen
sekuen Bouma

Keragaman
Keragaman hayati adalah istilah yang diberikan untuk berbagai kehidupan di bumi.
Kehidupan tersebut meliputi semua spesies tanaman, hewan dan mikroorganisme serta
ekosistem dimana mereka hidup dan berinteraksi. Keragaman hayati dapat dieksplorasi
berdasarkan pada tiga tingkatan: Keragaman Genetik; Keragaman Spesies; dan Keragaman
Ekosistim

Keragaman genetik mengacu pada berbagai gen dalam suatu spesies. Setiap pesies terdiri
dari individu-individu yang memiliki komposisi genetik tersendiri. Dalam suatu spesies bisa
juga terdapat populasi diskrit dengan gen yang khas. Gen mengandung informasi yang
diperlukan untuk semua kehidupan di bumi. Mereka diturunkan dari orangtua kepada
keturunannya, dan berisi informasi yang membangun dan memelihara sel dan menentukan
karakteristik fisik dan biokimia penting dari setiap organisme. Untuk melestarikan keragaman
genetik dalam suatu spesies, populasi yang berbeda harus dilestarikan. Hal ini untuk
melindungi keanekaragaman genetik yang memungkinkan untuk adaptasi terhadap perubahan
lingkungan dan penting untuk kelangsungan hidup spesies

Keragaman spesies mengacu pada berbagai jenis spesies di suatu daerah. Faktor-faktor yang


menentukan keragaman spesies sangatlah kompleks dan tidak mudah difahami. Keragaman spesies
tidak merata di seluruh dunia atau di benua. Sebanyak 34 (tigapuluh empat) hotspot keragaman
hayati telah diidentifikasi secara gobal. Hotspot tersebut secara kolektif baru hanya 2,3% dari
daratan permukaan bumi.

Ekosistem adalah interaksi atau hubungan timbalbalik antara mahluk hidup dengan lingkungan


sekitarnya. Secara umum ekosistem dapat dibedakan atas dua kategori, yaitu Alamiah dan Buatan.
Ekosistem alamiah: yakni ekosistem yang terbentuk secara alamiah tanpa adanya campurtangan
manusia, seperti: ekosistem sungai, ekosistem gurun, ekosistem terumbu karang, ekosistem
savanah, ekosistem laut dan lainnya. Ekosistembuatan: yakni ekosistem yang terbentuk berkat
campur tangan manusia dan diciptakan  untuk memenuhi kebutuhan manusia. Macammacam
ekosistem buatan antara lain: ekosistem sawah, perkebunan sawit, ekosistem
pemukiman, eksosistem bendungan, ekosistem hutan buatan, agro ekosistem dan lainnya.

Konservasi keragaman hayati


adalah upaya menyelamatkan kehidupan di bumi dalam segala bentuk dan menjaga eksositem
supaya berfungsi secara alami dan sehat. Keberadaan kawasan konservasi dalam sebuah
geopark adalah hal yang paling utama. Geopark Nasional Ciletuh-Palabuhanratu memiliki
kawasan konservasi untuk perlindungan hayati dalam ekosistim yang alami berupa hutan
primer dan hutan sekunder yaitu: Cagar Alam Cibanteng, Tangkubanparahu, Sukawayana;
Suaka Margasatwa Cikepuh; dan Taman Wisata Alam Sukawayana, dikelola Balai
Konservasi Sumberaya Alam (BKSDA) ; dan Konservasi Penyu Hijau dikelola Dinas
Perikanan dan Kelautan.

Suaka Margasatwa Cikepuh dan Cagar Alam Cibanteng berfunsi sebagai area perlindungan
untuk satwa liar yang dilindungi yaitu penyu(CheloniaMydas dan CheloniaImbricata),
Banteng (Bosjavanicus), menjangan (MuntiacusMuntjak),dan. Selain itu juga di jumpai
hewan lainnya seperti Macan tutul, Raptor (elang laut, elang ularbido, dan elang brontok),
Surili, Julang emas dan Rangkong badak, Owa Jawa, Lutung Jawa, Kera ekor panjang; Babi
hutan, Musang, Tupai, Biawak, Ular, Ayam hutan, dan aneka jenis burung. Selain itu juga
berupa potensi berbagai macam ikan di perarian Teluk Ciletuh.

Kawasan Konservasi FOTO: WINANTRIS

Kawasan konservasi ini memiliki keragaman tanaman langka dan endemik seperti berbagai
macam jenis Bambu, Laban, Malaka, Jeunti, Kepuh, Santigi, Waru, Sonokeling, aneka
macam mangrove yang tumbuh di kawasan pesisir pantai. Raflesia Padma tumbuh di sekitar
Curug Puncakmanik, Gunung Cupu, dan Cipeucang. Selain itu keragaman terumbu karang
juga terdapat di  bawah

Kawasan Budidaya
Budidaya Hayati di kawasan Geoarea Ciletuh, memiliki potensi yang cukup besar untuk
pertumbuhan perekonomian masyarakat. Area budidaya berada di luar kawasan konservasi
BKSDA. Aneka keragaman hayati yang dikembangkan oleh masyarakat di sekitar kawasan
dibedakan atas kelompok: Tanaman Pangan; Hortikultura; Perkebunan dan Biofarmaka.
Tanaman pangan berupa sawah dan ladang aneka jenis padi yang berwarna putih, merah dan
hitam. Kawasan tanaman pangan berupa sawah dan ladang cukup luas tersebar di desa-desa
diKecamatan Ciemas dan Ciracap.
Kebun Buah Naga FOTO: RON AGUSTA
Tanaman hortikultura sudah cukup dikenal di kawasan Kecamatan Ciemas dan Ciracap
berupa aneka buah-buahan dan sayuran, seperti mangga, semangka, durian, buah naga,
pisang, pepaya,bawang merah, dan lainnya Sedangkan tanaman perkebunan berupa teh,
kelapa, sawit, cengkeh, karet, kayu jati, jabon, dan sengon. bawang merah, dan lainnya
Sedangkan tanaman perkebunan berupa teh, kelapa, sawit, cengkeh, karet, kayu jati, jabon,
dan sengon. Area perkebunan yang sudah ada seperti perkebunan teh Bojongasih, perkebunan
kelapa, kelapa sawit, cengkeh, dan karet yang terdapat di beberapa desa di Kecamatan
Ciemas dan Ciracap. Tanaman biofarmaka berupa tanaman untuk bahan baku obat-obatan
seperti serehwangi, kunyit, jahe, cengkeh dan lainnya. Budidaya untuk fauna juga
dikembangkan dengan baik di dalam geopark, baik yang dikelola secara perorangan oleh
masyarakat, kelompok peternak atau petani, maupun secara profesional oleh pihak swasta.
Budidaya ternak sapi dan kambing, ikan dan ayam juga banyak di lakukan oleh masyarakat di
sekitar kawasan geopark. Budidaya udang dalam bentuk tambak yang terdapat di Desa
Mandrajaya, Ujunggenteng dan Pangumbahan telah dikelola secara profesional oleh pihak
swasta dengan mempekerjakan masyarakat lokal. Saat ini juga sedang dikembangkan
budidaya sidat oleh komunitas masyarakat di Desa Mandrajaya.
Keragaman budaya

Keragaman budaya sebagai salah satu pilar geopark sangat penting untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar geopark, karena budaya yang
selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan memperkuat kehidupan masyarakat yang
sehat dan menjadi indikator kesejahteraan masyarakat. Sehingga kenekaragaman
budaya harus dipertahankan dan kembangkan.

Festival Ciletuh DOK. DISPARBUD JABAR

Keragaman budaya sebagai salah satu pilar geopark sangat penting untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di sekitar geopark, karena budaya yang selaras dengan nilai-nilai
kemanusiaan dan memperkuat kehidupan masyarakat yang sehat dan menjadi indikator
kesejahteraan masyarakat. Sehingga kenekaragaman budaya harus dipertahankan dan
kembangkan.

Keberadaan alam Geopark Ciletuh-Palabuhanratu maupun sosial budayanya tidak dapat


dipisahkan dengan kawasan sekitar yaitu Jampang dan Palabuhanratu. Kawasan ini sudah
lebih dikenal dalam sejarah, kaya akan keragaman budaya dan memiliki hubungan yang erat
satu dengan yang lainnya sesuai dengan perkembangan sejarah alam dan budayanya. 

Inspirasi Batik Pakidulan


Terinspirasi keindahan pesona alam pakidulan di Kabupaten Sukabumi‐Jawa Barat,
Indonesia. Terciptalah kerajinan batik sebagai salah satu keanekaragaman budaya, yang
berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat,di Purwasedar Kecamatan Ciracap.
Sebuah inovasi, melalui pengembangan hasil karya seni batik ramah lingkungan yaitu
BATIK PAKIDULAN, merupakan Binaan CSR PT Bio Farma.
Inspirasi Batik Pakidulan

Motif Khas
Aliyudin Firdaus, Seniman dan pencipta Batik Pakidulan mendapat inspirasi dari eksotisme
pesona alam, filosofi kehidupan masyarakat pakidulan, serta keanekaragaman budaya dan
hayati di kawasan Geopark Ciletuh.
Saat ini sebanyak lebih dari 20 pengrajin batik pakidulan terlibat dalam pembuatan batik,
sehingga tercipta lapangan kerja baru untuk keberlanjutan kehidupan masyarakat pakidulan.

Batik Pakidulan memiliki 3 motif khas dan andalan:


1. Motif Curug atau air terjun,
2. Motif Panenjoan yaitu ekspresi artistik pemandangan dataran tinggi di Panenjoan
Sukabumi, yang terdiri dari awan putih, rimbunan pepohonan yang hijau, rumah penduduk
dan hamparan sawah,
3. MotJampang purba yang berusia lebih dari 65 juta tahun di kawasan Geopark Ciletuhif
Hujungan ekspresi pemandangan batuan geologi.

Batik Ramah Lingkungan


Pembuatan batik pakidulan menggunakan green process, dengan bahan dan pewarna batik
alami menggunakan Nano Teknologi yaitu pewarnaan batik ramah lingkungan. Pewarnaan
Batik merupakan formulasi dari akar dan pohon‐pohon alami seperti daun pandan,daun jati,
daun ubi, kulit pohon mahoni, kunyit, pohon lainnya.
Proses produksi Batik Pakidulan menerapkan pengelolaan limbah dari produksi batik untuk
mengurangi dampak lingkungan. Hasil karya seni batik pakidulan telah terdaftar Hak Cipta
dari Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual untuk menjamin kualitas, keaslian serta
kekhasan karya Batik Pakidulan.
Warisan Budaya Batik
Bio Farma berperan aktif dalam mempromosikan batik pakidulan dalam berbagai event
nasional dan internasional.
Dalam mempertahankan warisan budaya batik, sudah saatnya untuk menanamkan kecintaan
seni batik kepada generasi muda, secara turun temurun, seperti yang dilakukan oleh Abah
Hikmat, Pendiri Batik Pakidulan dan Sesepuh Desa Purwasedar Kecamatan Ciracap.
Batik Pakidulan diharapkan turut serta mewarnai dan melengkapi koleksi batik Indonesia,
khususnya Batik Sukabumi untuk diperkenalkan sebagai warisan budaya Indonesia
kepada dunia.
13 Produk Terdaftar Hak Cipta
1. Beulah Kopi
2. Centreng
3. Manuk Ngupuk
4. Mutiara Laut Kidul
5. Rereng Cimarinjung
6. Engkang Engkang
7. Penyu Midang
8. Rereng Bintang Laut
9. Tapak Liman
10. Tegal Sabuk
11. Karang Bolong
12. Waffle
13. Lauk Pari

Beulah Kopi
Nama Motif : Beulah Kopi
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Beulah Kopi #Ali 01_0714
Keterangan : Kopi menjadi elemen penting di masyarakat Pakidulan, Segelas kopi hangat
selalu menjadi sajian utama dikala masyarakat Pakidulan berkumpul. Lebih dari sekedar
menikmati masyarakat pakidulan menjalin kedekatan melalui kopi sejak dari proses
membelah, menjemur biji kopi untuk kemudian dihidangkan dan dinikmati bersama dalam
suasana kekeluargaan

Centreng
Nama Motif : Centreng
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Centreng #Ali 01_0714
Keterangan : Centreng menggambarkan suatu daerah dataran tinggi di Panenjoan Sukabumi
Jawa Barat yang mana jika berdiri di daerah tersebut kebawah akan terlihat awan
putih, rimbunan pepohonan yang hijau, rumah penduduk dan hamparan sawah.

Manuk Ngupuk
Nama Motif : Manuk Ngupuk
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Manuk Ngupuk #Ali 01_0714
Keterangan : Manuk Ngupuk atau disebut juga Manuk Sapu motifnya menggambarkan
seekor burung jantan yang pada saat musim kawin untuk menarik perhatian burung
betina ekornya digibas‐gibaskan ke tanah.

Mutiara Laut Kidul


Nama Motif : Mutiara Laut Kidul
Tahun Pembuatan : 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Mutiara Laut Kidul #Ali 01_0714
Keterangan : Mutiara Laut Kidul menggambarkan sebuah
kerang atau disebut juga oleh penduduk setempat kima
merupakan kerang yang didalamnya dapat menghasilkan
mutiara, yang berasal dari pantai selatan Sukabumi, Jawa Barat.

Rereng Cimarinjung
Nama Motif : Rereng Cimarinjung
Tahun Pembuatan : 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Rereng Cimarinjung #Ali 01_0714
Keterangan : Rereng atau disebut juga tebing merupakan
daerah tebing yang berada di daerah air terjun Cimarinjung
yang terletak di Kampung Cimarinjung, Sukabumi, Jawa Barat
yang motifnya menggambarkan tebing, air terjun dan
keindahan alam yang berada disekitarnya.

Engkang – engkang
Nama Motif : Engkang‐engkang
Tahun Pembuatan : 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Engkang‐engkang #Ali 01_0714
Keterangan : Motif batik engkang‐engkang menggambarkan
suatu binatang yang bisa berjalan di atas air sungai

Penyu Midang
Nama Motif : Penyu Midang
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Penyu Midang #Ali 01_0714
Keterangan : Penyu atau masyarakat di sekitar Pantai
Pengumbahan Sukabumi, Jawa Barat, menyebutnya Midang
merupakan sebuah motif batik yang menggambarkan induk
penyu yang datang kedaratan bibir pantai untuk bertelur

Rereng Bintang Laut


Nama Motif : Rereng Bintang Laut
Tahun Pembuatan : 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Rereng Bintang Laut #Ali 01_0714
Keterangan : Motif Rereng Bintang Laut menggambarkan daerah laut dipantai selatan
Sukabumi, Jawa Barat yang karangnya sangat dalam dan kondisi karangnya sangat
curam dan dibawah karang tersebut banyak terdapat bintang laut

Tapak Liman
Nama Motif : Tapak Liman
Tahun Pembuatan : 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Tapak Liman #Ali 01_0714
Keterangan : Tapak Liman merupakan kepiting yang mana diatas punggung kepiting tersebut
berdasarkan cerita zaman dahulu terdapat tanda bekas pijakan kerbau. Ceritanya kepiting
menuntun kerbau karena kepiting sewaktu menyebrang sungai jalannya telat, maka kepiting
tersebut punggungnya terinjak oleh kerbau

Tegal Sabuk
Nama Motif : Tegal Sabuk
Tahun Pembuatan : 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Tegal Sabuk #Ali 01_0714
Keterangan : Tegal Sabuk merupakan tempat bersejarah di daerah Sukabumi, Jawa Barat
yang dahulunya banyak ditinggali hewan banteng dan motif batik dari Tegal Sabuk
ini menggambarkan kepala dan tanduk banteng

Waffle
Nama Motif : Waffle
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia 
No.HKI : Waffle #Ali 01_0714
Keterangan : waffle menggambarkan kue waffle yang dibuat oleh masyarakat Surade
Sukabumi, Jawa Barat untuk acara arak‐arakan pesta.
Karang Bolong
Nama Motif : Karang Bolong
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Karang Bolong #Ali 01_0714
Keterangan : Karang Bolong merupakan daerah bersejarah yangberada di pantai cicaladi
Sukabumi, Jawa Barat, yang motifnya menggambarkan karang besar yang berbentuk
bolong yang berada pada pantai tersebut.

Lauk Pari
Nama Motif : Lauk Pari
Tahun Pembuatan : 22 Agustus 2014
Pencipta : Aliyudin Firdaus
Daerah Pembuatan : Sukabumi, Jawa Barat, indonesia
No.HKI : Lauk Pari #Ali 01_0714
Keterangan : Lauk Pari atau disebut juga ikan pari menggambarkan kulit ikan pari yang mana
pada bagian ekornya dahulu di masyarakat Surade Sukabumi Jawa Barat dijadikan sebagai
alat untuk menghaluskan kayu

Tradisi dan Kesenian


Tradisi atau adat kebiasaan masyarakat di kawasan geopark adalah penyelenggaraan upacara
adat dan pertunjukan keseniaan serta seni beladiri. Jenis tradisi yang terdapat dan masih
tumbuh di kawasan Ciletuh dan sekitarnya adalah cara bertani (tatanen), dan hajat laut.
Sedangkan dari aspek keseniaan berupa cerita rakyat, permaninan rakyat dan seni musik serta
tari tradisional; dan seni beladiri berupa pencak silat.

Tatanen atau tatacara bertanam padi sebagai makanan utama bagi di kawasan geopark masih
dipengaruhi oleh adat Kasepuhan Ciptagelar. Aturan yang berlaku mulai dari pemilihan jenis
padi yang ditanam, upacara saat menanam hingga upacara saat memanen padi.

Upacara adat “Pesta Laut” atau yang disebut oleh orang Sunda sebagai “Hajat Laut” biasanya
diselenggarakan di daerah Jawa Barat, terutama di pantai selatan. Upacara ini merupakan
upacara tradisional masyarakat nelayan pantai sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan
atas hasil laut yang melimpah dan sebagai permohonan keselamatan bagi nelayan.

Cerita rakyat merupakan cerita atau mitos yang berkembang dimasyarakat dan diyakini
memiliki keterkaitan dengan kondisi alam di sekitar geopark. Seperti berbagai cerita legenda
tentang curug-curug atau nama pulau dan batuan yang ada di dalam geopark, serta mitos
tentang keberadaan Ratu Nyi Roro Kidul sebagai ratu penjaga pantai selatan.
Pencak silat

Calung
Di kawasan Ciletuh dan sekitarnya terdapat permainan tradisional yang masih dimainkan
oleh anak-anak. Beberapa permainan tersebut menggunakan peralatan sederhana yang terbuat
dari bambu, kayu atau daun-daunan atau sisa kulit buah jeruk, diantara permainan tersebut
tersebut adalah kokolécéran, wawayangan, kukudaan, ucing-ucingan, rorodaan, ulin upih,
empét-émpetan, ulin cai, babalonan, sondah, sapintrong, jajangkungan dan égrang. Beberapa
dari permainan anak-anak tersebut adakalanya dimainkan juga oleh orang dewasa, seperti
jajangkungan dan égrang.

Ada beberapa kesenian daerah yang masih dipertahankan di Geoarea Ciletuh berupa seni
musik, seni tari dan seni bela diri. Seni musik dan seni tari tradisional merupakan satu
kesatuan yang saling mendukung satu sama lain, dimana peralatan musik yang digunakan
umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang dibuat sedemikian rupa menjadi alat kesenian,
berupa alat musik, topeng maupun wayang golek. Pertunjukan kesenian yang sering
ditampilkan dalam upacara hajat laut, festival Ciletuh atau upacara hari besar nasional,
kesenian tersebut diantaranya: Gondang, Buncis, Angklung Geblug, Reog, Calung, Gendang
Penca, Degung, Badawang, Kuda Lumping, Wayang Golek, serta seni beladiri Pencak Silat.

Sejarah dan Situs Budaya

Nama Ciletuh berasal dari kata bahasa Sunda, “Ci”, “Leuteuk dan Kiruh” yang berarti air
sungai yang berlumpur. Hulu Sungai Ciletuh terletak di desa Ciletuh Kecamatan
Jampangkulon. Nama “Ciletuh” juga digunakan sebagai nama formasi geologi yang sangat
dikenal bagi peneliti geologi kawasan Indonesia, khususnya Jawa Barat.  Formasi Ciletuh
adalah satuan batuan yang terdiri atas batupasir kuarsa – konglomeratik dan mengandung
sisipan tipis batubara, berumur Eosen (45 juta tahun lalu) dengan lokasi tipe berada di
kawasan pesisir Geoarea Ciletuh.
Kawasan Ciletuh, di masa lalu merupakan bagian dari wilayah yang mendapat pengaruh dari
keberadaan kesatuan adat Kasepuhan Banten Selatan. Menurut laporan masyarakat bahwa
sampai dengan awal abad 20, di Ciletuh masih dijumpai “leuit-leuit” atau rumah khusus
terbuat dari kayu dan bambu tempat penyimpanan padi secara adat. Saat ini sisa-sisa area
kampung adat terletak di Kampung Lamping Desa Girimukti, Makam Mbah Durak di Desa
Mekarjaya, dan Kampung Cipondok, Kecamatan Waluran.  Sehingga kawasan tersebut harus
di lestarikan sebagai kampung adat leluhur masyarakat di kawasan Ciletuh.

Pada era penjajahan Belanda, kawasan Sukabumi selatan merupakan daerah perkebunan teh
dan kelapa. Perkebunan teh peninggalan jaman Belanda tersebut masih aktif sebagai
perkebunan dan pabrik teh Bojongasih di Kecamatan Ciemas, dan perkebunan kelapa
terdapat di Kecamatan Ciracap. Pada masa penjajah Jepang, wilayah Ciletuh juga merupakan
bagian dari kawasan pertahanan tentara Jepang. Di kawasan ini masih bisa ditemukan
reruntuhan benteng pertahanan dari serangan musuh berupa Bunker di Waluran dan
Ujunggenteng serta reruntuhan pelabuhan laut didaerah Ujunggenteng.

Anda mungkin juga menyukai