Anda di halaman 1dari 5

Bentang Alam Amphitheater Ciletuh

Ampiteater berasal dari bahasa Yunani kuno amphitheatron yang artinya gelanggang
terbuka yang berbentuk setengah lingkaran digunakan sebagai tempat pertunjukan hiburan atau
seni. Kawasan Ciletuh Pelabuhanratu merupakan kawasan Geopark Nasional satu – satunya yang
terdapat singkapan batuan tertua di Jawa Barat, berupa batuan langka ofiolit, metamorfik, dan
batuan “melange” (ophiolite : peridotit, gabro, plagiogranit/anortosit, lava bantal); batuan
metamorfik (serpentinit, amfibolit, sekis mika dan sekis hijau, filit); batuan “melange”(campur
aduk/breksi polimik, yang terbentuk di palung yang dalam) yang terdiri atas komponen ofiolit,
metamorfik, sedimen laut dalam, dan breksi volkanik) yang disebut ‘TECTONIC FOSSIL’.
Batuan ini merupakan produk hasil tumbukan antar lempeng benua Eurasia dengan Samudera
Hindia (Indo-Australian) sekitar 60 juta tahun yang lalu. Kawasan Ciletuh juga memiliki batuan
lanskap berbentuk setengah lingkaran. Batuan tebing ini membentang dengan diameter bentangan
sekitar 15 kilometer. Maka dari itu bentangan alam ini disebut sebagai amphiteater (teater alam)
terbuka dengan banyak air terjun yang jatuh di sela tebing.

Amfiteater ini terbentuk karena adanya proses geologi berupa sesar normal yang diikuti oleh
sebuah longsoran yang besar karena gaya vertikal lebih besar dari gaya horizontal. Lembah amfiteater
dipenuhi oleh keindahan hamparan sawah yang hijau dan pemukiman. sementara di pesisir pantai
bagian selatan lembah terdapat batuan yang sangat langka dan berumur lebih dari 30 juta tahun, serta
batuan berbentuk unik. Keindahan amfiteater dan teluk Ciletuh dapat di lihat dari daerah Panenjoan
di Desa Tamanjaya, Pamoyanan di Desa Ciemas, Puncakdarma dan Cikalapa di Desa Girimukti.

Yam mambuatnya menarik adalah Nama “Ciletuh” juga digunakan sebagai nama formasi
geologi yang sangat dikenal bagi peneliti geologi kawasan Indonesia, khususnya Jawa Barat.
Formasi Ciletuh adalah satuan batuan yang terdiri atas batupasir kuarsa – konglomeratik dan
mengandung sisipan tipis batubara, berumur Eosen (45 juta tahun lalu) dengan lokasi tipe berada
di kawasan pesisir Geoarea Ciletuh.
(gambar pemandangan geopark Ciletuh + keterangan)

Potensi Pariwisata Ciletuh Geopark

Geopark adalah taman bumi yang termasuk dalam kawasan konservasi, yang memiliki
unsur geodiversity (keragaman geologi), biodiversity (keragaman hayati, dan cultural diversity
(keragaman budaya) yang di dalamnya memiliki aspek dalam bidang pendidikan sebagai
pengetahuan di bidang ilmu kebumian pada keunikan dan keragaman warisan bumi dan aspek
ekonomi dari peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan sebagai geowisata.

Kawasan Ciletuh merupakan Geopark Nasional sejak 2015 dengan luas area 45.820 ha
mencakup 15 desa dan 2 kecamatan. Dalam perkembangannya, kawasan Geopark Ciletuh
meluas hingga mencapai wilayah Cisolok dan Palabuhanratu dengan peningkatan luas area
menjadi 126.100 ha dan mencakup 74 Desa di 8 Kecamatan. (sumber :
http://www.unpad.ac.id/2017/02/pengembangan-geopark-ciletuh-palabuhanratu-perlu-dukungan-
seluruh-bidang-keilmuan/)

Keragaman geologi Ciletuh yaitu bentang alam ampliteaternya yang menakjubkan,


singkapan batuan tertua berumur 60 juta tahun yang mengandung batuan langka berupa ofiolit,
batuan mélange, dan batuan metamorf, serta terdapat pula geyser dan curug.

Berdasarkan jenisnya, situs geologi di kawasan Geoarea Nasional Ciletuh-Palabuhanratu dapat


dikelompokkan menjadi:

1. Air terjun;
2. Bentangalam;

3. Pulau-pulau kecil;

4. Batuan unik/estetik;

5. Gua laut;

6. Batuan langka dan fosil;

7. Pantai.

8. Geyser

Tidak hanya dalam bidang geologi, Ciletuh juga memiliki keragaman hayati dan budaya.
Keanekaragaman hayatinya yang banyak membuatnya terbagi atas kawasan konservasi dan
kawasan budidaya. Geopark Nasional Ciletuh-Palabuhanratu memiliki kawasan konservasi berupa
hutan primer dan hutan sekunder yaitu: Cagar Alam Cibanteng, Tangkubanparahu, Sukawayana;
Suaka Margasatwa Cikepuh; dan Taman Wisata Alam Sukawayana, dikelola Balai Konservasi
Sumberaya Alam (BKSDA) ; dan Konservasi Penyu Hijau dikelola Dinas Perikanan dan Kelautan.

Kawasan konservasi ini memiliki keragaman tanaman langka dan endemik seperti berbagai
macam jenis Bambu, Laban, Malaka, Jeunti, Kepuh, Santigi, Waru, Sonokeling, aneka macam
mangrove yang tumbuh di kawasan pesisir pantai. Raflesia Padma tumbuh di sekitar Curug
Puncakmanik, Gunung Cupu, dan Cipeucang. Selain itu keragaman terumbu karang juga terdapat
di bawah laut Ciletuh.
Sedangkan, aneka keragaman hayati kawasan budidaya dikembangkan oleh masyarakat di sekitar
kawasan. dibedakan atas kelompok: Tanaman Pangan; Hortikultura; Perkebunan dan Biofarmaka.

Ciletuh juga memiliki keragaman budaya seperti kerajinan tangan, makanan tradisional,
situs budaya, tradisi, dan kesenian. Contoh : Perkebunan teh peninggalan jaman Belanda tersebut
masih aktif sebagai perkebunan dan pabrik teh Bojongasih di Kecamatan Ciemas, dan perkebunan
kelapa terdapat di Kecamatan Ciracap. Pada masa penjajah Jepang, wilayah Ciletuh juga
merupakan bagian dari kawasan pertahanan tentara Jepang. Di kawasan ini masih bisa ditemukan
reruntuhan benteng pertahanan dari serangan musuh berupa Bunker di Waluran dan Ujunggenteng
serta reruntuhan pelabuhan laut didaerah Ujunggenteng.
Referensi :

- Hoad, T.F. (1996). The Concise Oxford Dictionary of English Etymology. Oxford University Press.
pp. 14, 489
- http://www.unpad.ac.id/2017/02/pengembangan-geopark-ciletuh-palabuhanratu-perlu-
dukungan-seluruh-bidang-keilmuan/
- http://ciletuhpalabuhanratugeopark.org/keragaman/keragaman-geologi/
- http://www.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/GNCP-toward-UGG_Peran-
UNPAD_07022017.pdf (Mega Fatimah Rosana, GEOPARK CILETUH-
PALABUHANRATU MENUJU UNESCO GLOBAL GEOPARK, PUSAT
PENELITIAN GEOPARK DAN KEBENCANAAN GEOLOGI ‐ UNPAD)
- Darsiharjo (April 2016), Pengembangan Geopark Ciletuh Berbasis Partisipasi
Masyarakat Sebagai Kawasan Geowisata di Kabupaten Sukabumi.
- volcano.fis.um.ac.id
- repository.unpad.ac.id/ (MF Rosana 2006)
- http://geotourindonesia.com/amfiteater-ciletuh-morfotektonik/ awang satyana
-

Anda mungkin juga menyukai