Anda di halaman 1dari 9

Taman Nasional Laiwangi Wanggameti

14
Apr2012
by Tri Wiyanto
4 komentar In Burung Informasi mamalia Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Reptil Tumbuhan
Mungkin anda belum banyak mendengar atau bahkan belum mengetahui
bahwa di pulau bagian timur Indonesia terdapat Taman Nasional Laiwangi
Nasional Wanggameti yang merupakan salah satu kawasan konservasi alam
di Indonesia. Suatu daerah yang memiliki keindahan bentang alam yang
indah, atraksi budaya eksotis dari masyarakat Sumba yang memang belum
banyak diekspos ke masyarakat luas.

Pengelolaan Kawasan

Kantor Balai Taman nasional laiwangi Wanggameti


Taman Nasional Laiwangi Wanggameti (TNLW) adalah salah satu Kawasan
Pelestarian Alam di Indonesia tepatnya di Pulau Sumba dan berkantor di
jalan Adam Malik , Kambajawa, Km 5 Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan dan Perkebunan Nomor 576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus
1998 dengan total luas 47.014 hektar. Pengelolaan Taman Nasional Laiwangi
Wanggameti terbagi menjadi dua wilayah pengelolaan yaitu Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Tabundung dan Seksi
Pengelolaan Wilayah Taman Nasional (SPTN) II Matawai Lapau. Dalam
pelaksanaan tugas pengelolaan kawasan, tiap SPTN tersebut membawahi 2
(dua) Resort Pengelolaan yaitu dan Resort Praingkareha dan Resort Tawui
dimana tugas dan tanggung jawab ke SPTN Wilayah I Tabundung.
Sementara Resort Tandulanjangga dan Resort Wanggameti tugas dan
tanggung jawab ke Wilayah II SPTN Matawai Lapau.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 sistem


pengelolaan berdasarkan zonasi terdiri dari Zona Inti, Zona Rimba dan Zona
Pemanfaatan. Sementara itu, menurut Permenhut Nomor 56 tahun 2006
mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 disebutkan di
atas, zonasi dapat disesuai dengan karakteristik kawasan. Berdasarkan
peraturan tersebut maka Taman Nasional Laiwangi Wanggameti direncana
terdiri dari enam zona yaitu Zona inti, Zona Rimba, Zona Pemanfaatan, Zone
Religi, Zona Khusus dan Zona Tradisional.  

Visi dan Misi


Visi dan Misi TNLW adalah "Menjadi pusat konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistem di Pulau Sumba dan pemanfaatannya untuk
kesejahteraan masyarakat". Sedangkan misi pengelolaan yang akan
berjalan pada periode 2010-2029 adalah:
1. Memastikan pemeliharaan proses ekologi di wilayah tersebut sehingga
fungsinya sebagai sistem pendukung kehidupan di kawasan itu dapat
berjalan secara optimal.
2. Menjamin pemeliharaan keragaman genetik dan tipe ekosistem di TNLW
wilayah.
3. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam wilayah TNLW dalam
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan,
pariwisata, dan rekreasi yang secara langsung maupun tidak langsung
berdampak pada peningkatan perekonomian dan kualitas hidup masyarakat.
4. Penguatan Balai TNLW kelembagaan.
5. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam TNLW
manajemen.

Topografi
Topografi TNLW berbukit, hingga keadaan pegunungan dengan kemiringan
agak curam sampai sangat curam. Topografi agak datar sampai
bergelombang yang terletak di sebelah tenggara dan selatan TN Laiwangi
Wanggameti, sementara yang lain memiliki topografi berbukit sampai
bergunung dengan lereng agak curam untuk lereng curam. Adapun
kelompok hutan Laiwangi Wanggameti termasuk dalam kelas 3 yang
merupakan lereng curam sedikit (15% -25%), kelas 4 adalah lereng curam
(25% -45%) dan kelas 5 adalah lereng sangat curam (≥ 45%) .
Lanskap Laiwangi Wanggameti

Iklim
Curah Hujan di Pulau Sumba berkisar   100-1500 mm. Sedangkan iklim
berdasarkan sistem klasifikasi Smith-Ferguson termasuk iklim basah dengan
kelembaban sekitar 71%.

Potensi Kawasan
Laiwangi Wanggameti adalah kawasan hutan yang kaya akan
keanekaragaman hayati (biodiversitas) flora dan fauna. Kelompok ini terdiri
dari fauna mamalia termasuk 22 spesies, termasuk rusa (Cervus timorensis)
dan babi hutan (Sus scrofa). Selain itu juga telah teridentifikasi 72 jenis
kupu-kupu, 7 macam Amphibia, dan 4 jenis reptilia. Jenis fauna liar yang
telah diidentifikasi adalah burung, tercatat 215 spesies, ada delapan jenis di
antaranya spesies endemik Sumba, seperti Julang Sumba (Aceros everetti),
Kakatua Jambul jingga (Cacatua sulphurea citrinoristata ), gemak Sumba
(Turnix everetti), Punai Sumba (Treron teysmani), Walik rawamanu
(Ptilonopus dohertyii), Sesap madu Sumba (Nektarina buettikoferi), sikatan
Sumba / sikatan Sumba (Ficedula Harteti) dan Punggok Wengi (Ninox
Rudolffi).
Cacatua sulphurea citrinocristata

Parantica sp.

Kelompok flora yang ada diantaranya adalah Injuwatu (Pleiogynium


timoriense), Kaduru (Palaquium sp), Tera (Artocarpus sp.) Lobung
(Decaspermium sp.) Walakiri (Erythrina subumbrans), Mara (Tetrameles
nudiflora), Wangga (Ficus sp.), Kahembi (Schleichera oleosa), Hurani
(Toona sureni), Cendana (Santalum album), Jarik omang (Citrus sp),
Kaninggu (Cinnamomum sp) dan masih banyak lainnya.
Ficus variegata
 

Drymoglossi Folium
Anggrek

Mara (Tetrameles nudiflora)

Objek dan Daya Tarik Wisata Alam diantaranya berupa panorama bentang
alam yang indah, air terjun yaitu air terjun Laputi, air terjun Tawui, air
terjun Kanabuai, air terjun Kahalatau, wisata bird watching. Selain itu
terdapat sebuah danau yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai
tempat yang keramat dan terdapat belut keramat “Apu” (Apu : nenek,
dalam bahasa Sumba).
Anguilla marmorata

Danau Laputih
Potensi budaya yang ada di dalam maupun  di luar kawasan adalah budaya
batu Megalitik berupa makam yang sangat unik dan khas dan hanya ada di
pulau Sumba. Di antara batu-batu kuburan dan kepercayaan masyarakat
megalitik yang masih percaya pada kekuatan alam "Marapu". Budaya
tersebut masih dilakukan / ada sampai saat ini. Terdapat pula mamoli yang
merupakan perhiasan khas Sumba yang terbuat dari emas dan umumnya
digunakan untuk upacara/ritual masyarakat adat.

Kubur batu
Mamoli

Sumber Daya Manusia 


Mengingat tujuan pengelolaan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti
sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan pelestarian sumber daya
hayati dan keseimbangan ekosistemnya sehingga diperlukan sumberdaya
manusia dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Sumber daya
manusia yang ada di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti terdiri dari
jabatan struktural, jabatan non struktural, pejabat fungsional (Pengendali
Ekosistem Hutan, Polisi Kehutanan, Penyuluh Kehutanan) dan pegawai
kontrak. Kondisi jumlah pegawai pada akhir Maret 2011 sejumlah 51 orang 
dengan latar belakang pendidikan dan daerah asal yang berbeda .

Aksesibilitas
Untuk menuju Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dapat ditempuh
dengan menggunakan berbagai sarana transportasi / armada. Transportasi
yang tersedia untuk pengunjung meliputi:

1.      Jalan laut KM Ferry - ASDP:


Kupang-Ende-Waingapu dengan waktu tempuh ± 36-jam
Kupang-Aimere-Waingapu dengan waktu tempuh ± 32 jam.

2.   Pelni PT Pelni:


Kupang-Ende-Waingapu dengan ± 22-jam waktu perjalanan
Benoa-Waingapu dengan waktu tempuh selama ± 18 jam

3. Jalur Udara
Batavia Air: Denpasar-Kupang-Waingapu dan memakan waktu sekitar 2 jam
& jadwal penerbangan setiap Senin, Rabu dan Jumat dengan biaya ± Rp
930.000,- atau $100.
Merpati Airlines: Denpasar-Waingapu dengan jadwal penerbangan Selasa,
Kamis dan Sabtu dengan waktu tempuh ± 50 menit dengan biaya ± Rp
600.000,- atau $ 69

Merpati Airlines: Denpasar-Tambolaka dengan jadwal penerbangan Selasa,


Kamis, Kamis dan Sabtu dengan biaya ± Rp 630.000,- atau $70. Kemudian
dihubungkan oleh jalan darat dengan menggnakan travel dengan waktu
tempuh sampai kota Waingapu ± 4 jam.

4. Rute menuju Taman Nasional Laiwangi Wanggameti dapat dicapai


melalui:

Akses jalan
1. Waingapu->Simpang Praipaha-Simpang Tarimbang->Karita->Tabundung-
>Wudipandak->Praingkareha (± 150 km).
2. Waingapu->Simpang Kawangu->Tanarara->Wanggameti (± 120 km).
3. Waingapu->Melolo->Kananggar->Nggongi (± 150 km)                 

Anda mungkin juga menyukai