NOMOR :
TANGGAL :
BAGIAN KESEMBILAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IX-1
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Pengertian
4. Hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan berupa benda-benda hayati
dan naon-hayati berikuit turunannya selain kayu;
IX-2
E. Ruang lingkup
IX-3
BAB II
PERENCANAN
B. Penyusunan Rancangan
C. Tahapan Kegiatan
Tahapan penyusunan rancangan pembuatan tanaman dengan sistim silvikultur
intensif unggulan sebagai berikut:
1. Pemilihan Lokasi
Dalam menentukan lokasi pembuatan tanaman dengan sistim silvikultur
intensif kegiatan GN RHL/Gerhan harus mempertimbangkan aspek teknis
dan aspek sosial ekonomi sebagai berikut :
IX-4
a. Aspek teknis meliputi :
1) Lokasi penanaman pembuatan tanaman dengan sistim silvikultur
intensif dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi berupa areal
tidak produktif, hutan lindung, areal penggunaan lain (APL),
lahan/hutan milik.
2) Khusus untuk tanaman rotan pada lokasi harus terdapat tanaman
sebagai rambatan, sedangkan untuk jenis tanaman penghasil gaharu
dibutuhkan adanya tanaman sebagai naungan.
3) Merupakan satu hamparan yang kompak dan tidak terpencar.
4) Luas lokasi pembuatan tanaman dengan sistim silvikultur intensif
disesuaikan dengan kelayakan usaha.
3. Pengembangan Kelembagaan
Pengembangan kelembagaan petani diarahkan pada pengembangan
kelompok tani dan pengembangan kelembagaan usaha.
4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dibedakan menjadi dua data yaitu data primer dan
data skunder.
a. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden atau
sumber data atau dengan mendatangi langsung obyek yang akan
diambil datanya.
b. Data sekunder dapat diperoleh melalui pencatatan data resmi (hasil
laporan, penelitian dll.)
Jenis data primer dan data sekunder yang dikumpulkan berupa data biofisik
(data tanah, iklim, kondisi vegetasi, penutupan lahan, topografi lapangan,
penggunaan lahan dan sarana dan prasarana) dan data sosial ekonomi
IX-5
(data kependudukan, mata pencaharian, tingkat pendidikan, ketersedian
benih/bibit, dan kelembagaan masyarakat).
5. Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan baik data primer maupun data skunder
dianalisis untuk menentukan kebutuhan bahan, biaya dan tenaga kerja yang
dihitung berdasarkan standar yang berlaku di daerah untuk setiap jenis
pekerjaan, alternatif jenis perlakuan sesuai dengan kondisi lahan.
C. Hasil Kegiatan
IX-6
BAB III
PELAKSANAAN
A. Persiapan
1. Penyiapan Kelembagaan
IX-7
3. Pembersihan Lokasi
Calon lokasi penanaman yang telah ditata perlu dibersihkan. Pembersihan
lokasi dilaksanakan berdasarkan batas –batas yang telah ditentukan pada
saat penataan calon lokasi penanaman. Pembersihan lokasi dilakukan
dengan menyingkirkan berbagai jenis tumbuhan pengganggu untuk
menghindarkan terjadinya kompetisi hara.
B. Pembibitan
b. Pembutanan persemaian
Lokasi persemaian harus datar, dekat dengan sumber air, subur,
gembur, dekat dengan lokasi penanaman.
Pembuatan persemaian dimulai dari kegiatan pembersihan lapangan,
yaitu pembabatan rumput, alang-alang dan semak. Pohon yang besar
sebaiknya tidak ditebang jika tidak terlalu mengganggu karena dapat
digunakan untuk pelindung atau peneduh. Bedengan harus dibuat
memanjang arah utara selatan. Diantara bedengan harus disisakan
tanah untuk membuat jalan dan solokan dengan ukuran dan lebar 50 -
100 cm.
2. Penaburan biji
Penaburan biji di bedengan atau persemaian dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu :
IX-8
a. Biji-biji ditabur secara merata pada permukaan bedengan.
b. Biji-biji ditabur dalam larikan.
c. Biji-biji ditabur langsung pada kantong plastik (polybag) yang sudah
diisi tanah.
3. Penyapihan bibit
Penyaoihan dilakukan dengan memindahkan bibit dari bedengan
penaburan ke dalam pot tunggal atau kantong plastik (polybag) atau pot
ganda (pot tray) yang sebelumnya telah disi dengan media tanah atau
gambut.
4. Pemeliharaan bibit
Pekerjaan pemeliharaan bibit dipersemaian yaitu : penyiraman,
pemupukan, pembersihan gulma, penyulaman, pemberantasan hama dan
penyakit.
C. Penanaman
1. Pemindahan Bibit
Setelah ditentukan oleh jumlah bibit yang dapat ditanam, bibit tersebut
disiapkan untuk diangkut ke lapangan. Bibit yang akan diangkut dimasukkan
dalam keranjang atau kotak yang dibuat secara khusus. Pada saat
memasukan bibit ke dalam kotak atau keranjang, batang dan pucuk bibit
tidak boleh berhimpitan karena dapat menyebabkan kerusakan.
Pengangkutan bibit dari lokasi persemaian ke lapangan dianjurkan pada
pagi hari atau sore.
2. Sistem Penanaman
IX-9
Sistem penanaman murni adalah pembuatan tanaman dengan sistim
silvikultur intensif yang dilaksanakan dengan jenis tanaman kayu-
kayuan.
3. Teknik Penanaman
Penanaman bibit yang berasal dari persemaian biji dan yang bersal dari
anakan tidak berbeda. Lubang tanam dibuat disesuaikan dengan jenis
tanaman percontohan dan pajang akar.
Pengaturan jarak tanam dan jumlah bibit yang ditanam untuk setiap lubang
tanam disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Khusus untuk
tanaman rotan harus disediakan pohon panjatnya, sedangkan tanaman
penghasil gaharu terdapat pohon sebagai naungan.
D. Pemeliharaan
2. Pemupukan
IX-10
Pemupukan tanaman dapat juga dilakukan terutama diareal yang kurang
subur. Pupuk yang dapat digunakan untuk pemupukan adalah pupuk
kandang atau pupuk buatan seperti NPK, KCL dan Fosfat.
B. Organisasi Pelaksana
C. Hasil Kegiatan
Terdapatnya suatu unit tanaman percontohan yang sehat pada suatu luasan
tertentu sesuai dengan rancangan teknis yang telah ditetapkan dan dikelola oleh
kelembagaan kelompok tani.
D. Pengeloaan Tanaman
IX-11
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
A. Pembinaan
B. Pengendalian
IX-12
BAB V
PENUTUP
MENTERI KEHUTANAN
MUHAMMAD PRAKOSA
IX-13