Anda di halaman 1dari 7

I.

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan merupakan


tanggungjawab semua pihak. Dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat disekitar
kawasan hutan diharapkan dapat lebih menunjang pengusahaan hutan secara lestari.
Kelestarian hutan tanpa mengabaikan fungsi hutan sebagai fungsi produksi, fungsi
sosial, serta fungsi ekologi atau lingkungan adalah harapan pengusahaan hutan. Konflik
sosial yang marak akhir-akhir ini telah berdampak antara lain pada beredarnya kayu-kayu
ilegal di pasaran, sehingga dikhawatirkan kerusakan hutan akan semakin parah yang
berujung pada bencana lingkungan. Dengan adanya kegiatan pemberdayaan
masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan bertujuan untuk mengurangi dampak
dari kerusakan hutan tersebut, karena kebutuhan hidup masyarakat di dalam maupun di
sekitar kawasan hutan, dengan adanya kegiatan tersebut dapat sedikit terpenuhi
sehingga secara otomatis mereka akan lebih peduli dengan adanya keberadaan hutan
sebagai bagian dari hidup mereka.
Salah satu tujuan kegiatan pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar
kawasan hutan adalah untuk meningkatkan pastisipasi dan peran serta masyarakat
dalam pembangunan kehutanan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Sewajarnya,
masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitar kawasan hutan selayaknya hidup
dengan sejahtera karena banyak sumber daya alam hutan yang bisa dimanfaatkan
namun dengan cara bijaksana dan masih menganut prinsip kelestarian, akan tetapi yang
terjadi sekarang ini malah sebagian besar masyarakatnya berada di bawah garis
kesejahteraan sehingga sebagian dari mereka melakukan tindakan merusak hutan untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang semakin berat. Untuk itu, kegiatan pemberdayaan
masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan sangatlah penting untuk dilakukan
karena menyangkut kesejahteraan orang banyak.
Undang-undang No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan menjelaskan bahwa penyuluhan adalah seluruh rangkaian
pengembangan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan serta sikap pelaku utama dan
pelaku usaha melalui penyuluhan. Untuk penyelanggaraan penyuluhan kehutanan yang
baik dan berhasil guna, sesuai yang diamanatkan Undang-undang, penyuluhan
kehutanan sebagai suatu sistem perlu terus dikembangkan sesuai dengan peningkatan
kebutuhan pelaku utama dan pelaku usaha.
Dalam pemberdayaan masyarakat diperlukan strategi penguatan kelembagaan
masyarakat melalui kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan,
sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas dan produktifitas kearah kemandirian.
Salah satu fungsi penyuluhan dalam Pasal 4 UU Nomor 16 Tahun 2006 adalah
membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya

1
menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik dan berkelanjutan.
Penyuluhan kehutanan harus dilakukan secara sistemik, artinya penyuluhan
kehutanan harus dilihat sebagai suatu sistem. Penyuluhan kehutanan merupakan sub
sistem dalam pembangunan kehutanan, tetapi juga merupakan sebuah sub sistem yang
terdiri dari kelembagaan, sub sistem kebijakan, sub sistem perencanaan, sub sistem
prosedur kerja, sub sistem monitoring evaluasi, serta sub sistem materi, metode dan alat
bantu penyuluhan.

b. Tujuan

Tujuan disusunnya laporan kegiatan penyuluhan kehutanan adalah sebagai


berikut :
1. Memberikan informasi mengenai kegiatan penyuluhan kehutanan yang sedang
dilaksanakan di bulan berjalan
2. Sebagai alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan penyuluhan
kehutanan sesuai dengan programa penyuluhan kehutanan
3. Sebagai alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan penyuluhan
kehutanan sesuai dengan Rencanan kerja penyuluhan kehutanan

2
II. PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN KEHUTANAN

II.1. Mengikuti diklat teknis Pendampingan PS


Program perhutanan sosial memerlukan pendampingan agar bisa berhasil
sesuai dengan tujuan kegiatan tersebut. Salah satu peran penyuluh dalam
perhuutanan sosial adalah sebagai pendamping terutama pasca diterimanya ijin
perhutanan sosial. Untuk meningkatkan kompetensi penyuluh, maka penyuluh
mengikuti diklat pendampingan perhutanan sosial yang diadakan di Balai Diklat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Pekanbaru yang bekerja sama dengan
Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) wilayah Sumatera.
Diklat ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi penyuluh dalam melakukan
proses pendampingan ijin perhutanan sosial.

II.2. Menjadi Narasumber Sosialisasi Kemitraan Kehutanan


Salah satu kegiatan UPTD KPHP Tanjung Jabung Timur Unit XIV adalah
mendukung program perhutanan sosial dengan skema kemitraan kehutanan.
Kemitraan kehutanan akan dilaksanakan antara pengelola hutan (UPTD KPHP)
dengan mitra Kelompok Tani Karya Baru yang berlokasi di Kelurahan Parit Culum II
kecamatan Muara Sabak Barat. Areal yang akan dimitrakan berada di Hutan
Lindung Gambut (HLG) Sungai Londerang dengan luas 142 Ha dan jumlah
anggota kelompok tani sebanyak 75 orang. Areal yang akan dimitrakan adalah
lokasi areal penanaman oleh PT. TGI dengan tanaman berupa Jelutung, Pulai,
Durain, dan Mangga.

II.3. Ground Cek calon areal kemitraan kehutanan


Guna melakukan verifikasi usulan calon areal kemitraan kehutanan antara
UPTD KPHP dengan Kelompok Tani Karya Baru maka dilaksanakan kegiatan
ground cek. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan langsung
mengenai kondisi tutupan areal, batas-batas areal, serta pengecekan kordinat di
peta dengan kordinat di lapangan.

II.4. Menyusun Laporan Kinerja Penyuluh Kehutanan

Laporan pelaksanaan kegiatan memberikan informasi mengenai kegiatan


penyuluhan kehutanan yang telah dilaksanakan di bulan berjalan, sebagai alat
untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan penyuluhan kehutanan sesuai
dengan programa penyuluhan kehutanan, serta sebagai alat untuk melakukan
monitoring dan evaluasi kegiatan penyuluhan kehutanan sesuai dengan
Rencanan kerja penyuluhan kehutanan. Laporan kegiatan yang disusun yaitu
laporan pelaksanaan penyuluhan kehutanan pada Bulan Juni 2019 sebagaimana
yang tersaji.

3
III. PERMASALAHAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

III.1. Permasalahan
Permasalahan penyuluhan kehutanan yang dihadapi di UPTD KPHP Tanjung
Jabung Timur Unit XIV antara lain :
 Belum tersedianya sarana dan prasarana penyuluhan. Sarana dan prasarana
penyuluhan yang memadai akan sangat menunjang keberhasilan kegiatan
penyuluhan kehutanan dalam wilayah binaan penyuluh. Sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan penyuluhan antara lain yaitu :
laptop, infokus, pengeras suara (megafon), serta sepeda motor.
 Belum adanya dukungan pendanaan dari Dinas Kehutanan Provinsi maupun
UPTD KPHP dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan kehutanan. Dukungan
pendanaan berupa kegiatan sekolah lapang, demplot, kursus tani, studi
banding, dan sebagai mana lainnya akan sangat menunjang keberhasilan
penyuluhan kehutanan.

4
DOKUMENTASI KEGIATAN PENYULUHAN

Gambar 1. Diklat Pendampingan Perhutanan Sosial

Gambar 2. Diklat Pendampingan Perhutanan Sosial

Gambar 3. Diklat Pendampingan Perhutanan Sosial

5
Gambar 4. Sebagai narasumber sosialisasi kemitraan kehutanan

Gambar 5. Sebagai narasumber sosialisasi kemitraan kehutanan

Gambar 6. Sebagai narasumber sosialisasi kemitraan kehutanan

6
Gambar 7. Ground cek calon lokasi kemitraan kehutanan

Gambar 8. Ground cek calon lokasi kemitraan kehutanan

Gambar 9. Ground cek calon lokasi kemitraan kehutanan

Anda mungkin juga menyukai