Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERENCANAAN PARTISIPATIF PENGELOLAAN HUTAN

Oleh:

PRIMA ARTHA N L13118067

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS KEHUTANAN

JURUSAN KEHUTANAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nyalah penyusunan Makalah Perencanaan Partisipati dan

Pengelolaan Hutan ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah member

bantuan dan dukungan dalam penyusunan Makalah Makalah Perencanaan

Partisipati dan Pengelolaan Hutan. Terutama kepada dosen pembimbing mata

kuliah wajib minat Manajemen Hutan.

Kepada rekan-rekan mahasiswa yang ambil mata kuliah ini, khususnya

kawan-kawan kehutanan. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang

telah kalian berikan.

Akhirnya kami menyadari betapa sederhananya makalah yang telah

disusun ini. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Palu, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGHENTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Skema pengelolaan Hutan berbasis masyarakat .................... 3

2.2 Perencanaan Partisipatif pengelolaan Hutan .............................................. 7

2.3 Perencaan Partisipatif Vs Perencanaan Rasional ....................................... 6

2.4 Proses perencanaa Partisipatif ....................................................................

2.5 Metode Perencanaan Kemitraan Konservasi Partisipatif ...........................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 8

3.2 Saran ........................................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan hutan adalah suatu upaya dalam bentuk rencana, dasar acuan

dan pegangan bagi pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka mencapai

tujuan pengusahaan hutan yang bertolak dari kenyataan saat ini dan

memperhitungkan pengaruh masalah dan kendala yang memungkinkan terjadi

selama proses mencapai tujuan tersebut . Perencanaan yang baik menjadikan

pengelolaan hutan terarah dan terkendali, baik dalam awal pengelolaan hutan

maupun kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan. Oleh sebab itu dalam

pencapaian tujuan prinsip kelestarian, maka segala kegiatan di bidang

pengusahaan hutan harus dilaksanakan dengan prinsip kelestarian .

Keberhasilan pembangunan hutan rakyat sangat tergantung dari sejauh

mana partisipasi masyarakat dan pendekatan yang dilakukan oleh pemerintah

kepada masyarakat dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi. Hal ini terjadi karena kegiatan yang dilakukan sering kali

menggunakan pendekatan dari atas sehingga keinginan dari masyarakat kurang

disalurkan dan berakibat pada partisipasi yang bersifat pasif. Pendekatan ini

menjanjikan keberhasilan kegiatan yang akan dilaksanakan karena kegiatan

tersebut mencerminkan keinginan masyarakat pada umumnya.

Dari kedua pendekatan tersebut memang ada kelemahan dan kelebihannya,

sehingga perlu dikombinasikan atau dicari “titik temu” antara keinginan

12
masyarakat dengan pemerintah untuk mencapai tujuan yang optimal. Artinya

kegiatan tersebut baik untuk dilaksanakan karena telah sesuai dengan

keinginan masyarakat dan sesuai pula dengan keinginan pemerintah sebagai

pembuat kebijakan, dengan demikian keterlibatan masyarakat (partisipasi

masyarakat) akan bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Konsep dan Skema pengelolaan Hutan berbasis masyarakat ?

2. Perencanaan Partisipatif pengelolaan Hutan ?

3. Perencaan Partisipatif Vs Perencanaan Rasional ?

4. Proses perencanaa Partisipatif ?

5. Metode Perencanaan Kemitraan Konservasi Partisipatif ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami Pembelajaraan tentang Perencaan

Partisipati dan Pengelolaan Hutan

2. Untuk mengetahui pengaruh pengelolaan Hutan terhadap tujuan

yang ingin dicapai.

3. Untuk memahami poin penting dalam Pembelajaran Perencaan

Partisipati dan Pengelolaan Hutan.

13
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Skema pengelolaan Hutan berbasis masyarakat

1) PHBM (Pengelolaan Hutan berbasis masyarakat)

Istilah PHBM sendiri sebenarnya bukan merupakan istilah yang genuine

Indonesia karena istilah ini merupakan terjemahan dari community based forest

management yang dikembangkan dalam program Ford Foundation, kemudian

istilah kehutanan masyarakat atau community forestry digunakan di Nepal,

istilah lainnya adalah perhutanan sosial atau social forestry digunakan dalam

program pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan di India. Dari sisi legal

formal, Kementerian Kehutanan mempunyai berbagai jenis model PHBM

seperti yang diistilahkan dengan Hutan Kemasyarakatan, Hutan Desa, Hutan

Rakyat dan lain-lain. PHBM yang berlangsung di masyarakat ini memiliki

istilah yang beragam dan lokasinya pun berbeda-beda tergantung pada budaya

komunitas yang mengelola hutan tersebut.

14
2) Skema Resmi Pengelolaan Hutan

3) Impelemntasi PHBM

Implementasi PHBM di wilayah Perum Perhutani selama ini

disesuaikan dengan karakteristik wilayah masing-masing daerah pangkuan.

Implementasi PHBM yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Perhutani masih

memerlukan dukungan dari semua pihak terhadap penerapannya, sehingga

keinginan dan harapan dari semua pihak untuk memberdayakan masyarakat

desa dapat terwujud. Namun demikian penerapan PHBM tidak dapat

secepatnya berjalan, karena terjadinya beberapa kendala yang dihadapi,

kendala-kendala tersebut terutama pemahaman tentang PHBM tersebut

belum satu persepsi baik dari internal maupun eksternal.

13
• Penguatan Kelembagaan

Dalam rangka lebih meningkatkan implementasi PHBM di

lapangan, maka perlu adanya fondasi yang kuat yaitu keterikatan

hubungan (touch relation) yang harmonis antara Perhutani, Masyarakat

Desa Hutan serta Stake Holder lainnya, maka diterbitkannya kebijakan

dari Perhutani perihal Pengelolaan Sumber Daya Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) Nomor : 682/KPTS/Dir/2009, tanggal 31 Desember

2009. Selama proses perjalanan penerapan PHBM yang telah

terealisasikan, dan guna menyatukan persepsi tentang PHBM pihak

Perhutani secara bertahap telah melaksanakan kegiatan-kegiatan baik

secara Internal maupun Eksternal

4) Kerjasama Pendampingan

Guna mempercepat pemahaman implementasi PHBM, Perum

Perhutani secara bertahap berusaha untuk membangun jaringan dan

komunikasi dengan berbagai pihak antara lain :

• LSM – LSM

Kerjasama yang dilakukan oleh Perhutani dengan lembaga

masyarakat guna membantu kegiatan pendampingan masyarakat

desa hutan diantaranya dengan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM)

• PERGURUAN TINGGI

LPEM FE Kerjasama dengan Lembaga Pemberdayaan

Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi

14
Universitas/Perguruan Tinggi. Pada awalnya LPEM FE

Perguruan Tinggi/Universitas yang semula hanya bergerak

dibidang research, kemudian berminat untuk mengembangkan

aplikasinya ke sektor pemberdayaan masyarakat.

• PONDOK PESANTREN

Pondok Pesantren merupakan salah satu Lembaga Pendidikan

Agama Islam yang telah mengakar dan berkepentingan

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat baik segi agama,

moral spritual di Pedesaan yang bekerjasama dengan Perhutani

guna melaksanakan pendampingan masyarakat di wilayah kerja

Perum Perhutani.

5) PHBM dalam Konteks KPH

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah prasyarat bagi

pengelolaan hutan berkelanjutan, tata kelola hutan yang baik, mitigasi

perubahan iklim, konservasi keanekaragaman hayati dan peningkatan mata

pencaharian.

KPH bertanggung jawab untuk memberdayakan masyarakat yang

bergantung pada hutan dan sebagai mitra, memberikan nasihat dan layanan

teknis, menyetujui, memantau dan mengendalikan rencana pengelolaan

hutan dan operasi hutan dalam berbagai skema PHBM.

13
2.2 Perencanaan Partisipatif pengelolaan Hutan

1. Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi sering digunakan di dalam kajian tentang peranan

anggota masyarakat baik formal maupun non formal. Partisipasi masyarakat

dalam program penghijauan atau program pengembangan hutan rakyat pada

khususnya dan pembangunan pedesaan pada umumnya sangat diperlukan

untuk keberhasilan program yang diinginkan (Awang, 1999). Suatu

program yang menyangkut aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

tidak akan berhasil tanpa peran aktif masyarakat, baik kedudukannya

sebagai obyek maupun subyek dalam pengembangan hutan rakyat.

Definisi partisipasi digunakan di dalam kontek yang beragam baik secara

khusus ataupun umum. Menurut Awang (1999), partisipasi adalah

keterlibatan aktif dan bermakna dari massa penduduk pada tingkatan

berbeda seperti :

1. Di dalam pembentukan keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan

tersebut.

2. Pelaksanaan program-program dan proyek-proyek secara sukarela

dan pembagian yang merata.

3. Pemanfaatan hasil-hasil dari suatu program atau suatu proyek.

Jadi partisipasi masyarakat disini merupakan partsipasi aktif baik

dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, monitoring maupun

evaluasi dalam suatu kegiatan atau program pembangunan.

14
2. Jenis Partisipasi

Partisipasi dalam pengelolaan sumber daya hutan nasional termasuk

dalam pengembangan hutan rakyat sangat penting dimasyarakatkan kepada

semua pelaku yang terlibat. Partisipasi tidak berarti hanya berasal dari

rakyat dan masyarakat, atau hanya dari pemerintah saja, tetapi partisipasi

harus datang dari semua pihak baik rakyat atau masyarakat maupun

pemerintah, pihak swasta, dan lain-lain.

• Partisipasi Manipulasi (Manipulative Participation)

• Partisipasi Pasif (Passive Partisipation)

• Partisipasi Melalui Konsultasi (Partisipation by Consultation)

• Partisipasi Untuk Insentif (Partisipation for Material Incentives

• Partisipasi Fungsional (Functional Participation)

• Partisipasi interaktif (Interactive Participation)

• Partisipasi inisiatif (Self-Mobilisation)

3. Bentuk – Bentuk Partisipasi

• Partisipasi Uang

Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk

memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan

masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda

adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,

biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas.

13
• Partisipasi Tenaga

Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam

bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat

menunjang keberhasilan suatu program.

• Partisipasi Keterampilan

Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan

dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota

masyarakat lain yang membutuhkannya.

• Partisipasi Buah Pikiran

Partisipasi buah pikiran merupakan partisipasi berupa

sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik

untuk menyusun program maupun untuk memperlancar

pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan

memberikan pengalaman dan pengetahuan guna

mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

• Partisipasi Dalam Pengambilan Keputusan

Masyarakat terlibat dalam setiap diskusi/forum dalam

rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan

kepentingan bersama..

14
4. Tingkatan Partisipasi

Sherry Arnstein adalah yang pertama kali mendefinisikan strategi

partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat

(komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya

bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat

(citizen partisipation is citizen power), Arnstein menggunakan metafora

tangga partisipasi dimana tiap anak tangga mewakili strategi partisipasi

yang berbeda yang didasarkan pada distribusi kekuasaan.

Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non

participation), meliputi :

• Terapi • Kemitraaan

• Manipulasi • Pelimpahan

• Pemberian Kekuasaan

Informasi • Pengawasan

• Konsultasi Masyrakat

• Perujukan

2.3 Perencaan Partisipatif Vs Perencanaan Rasional

1. Pengertiaan Perencaan dan Perencanaan Rasional

Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah

susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah mengenai

langkah (tindakan-tindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi,

13
faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

Rasionalitas atau kondisi yang bersifat rasional dalam lingkup

perencanaan adalah yaitu menggunakan pendekatan secara keilmuan

(scientific approach) di dalam proses penganalisaan dan cara pemecahan

masalah (problem). Dengan kata lain rasionalitas menuntut dasar

pertimbangan yang sistematik dan evaluasi yang tepat terhadap berbagai

alternatif cara (means) untuk mencapi tujuan (ends/goals).

2. Model Perencanaan Partisipatif dan Model Perencanaan Rasional

• Mencakup liputan yang luas tentang berbagai elemen dan aspek

perencanaan

• Memiliki citra holistik atau menyeluruh atas kemungkinan-

kemungkinan yang paling optimal

• Meski mencakup liputan yang luas, terkandung unsur

penyederhaanaa(simplicty-reductionis)

• Program-program yang disusun untuk dievaluasi dengan

pendekatan ”scientific methods” dapat dilakukan oleh pihak-

pihak yang tidak terlibat di dalam proses perencanaan.

• Proses perencanaan tidak berjalan linier tetapi bersifat

pengulangan (multiple iteratif)

• Dalam perencanaan rasional ada keterlibatan publik (public

participation) sehingga dapat mengurangi kekurangan-

kekurangan dari model perencanaan ini.

14
3. Teori Partisipatif dan Rasional

Perencanaan partisipatif adalah sebuah pendekatan untuk memberikan

kesempatan bagi masyarakat terlibat secara langsung dalam proses

pengambilan keputusan terkait urusan-urusan publik agar keputusan yang

diambil memiliki dasar informasi yang mendekati sempurna (Quasi-Perfect

Information) dengan tingkat penerimaan masyarakat yang tinggi.

Berdasarkan definisi diatas dapat dilihat seberapa penting peran masyarakat

dalam mengambil keputusan terutama dalam konteks keputusan-keputusan

untuk kepentingan publik. Kini bahkan partisipasi masyarakat dalam

penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan, dan pembuatan kebijakan

sudah dijamin dalam konstitusi negara maupun dalam peraturan perundang-

undangan. Salah satu implementasi perencanaan partisipatif di Indonesia

dalam pembangunan adalah dengan diadakannya Musrenbang

(Musyawarah Perencanaan Pembangunan).

Perencanaan Rinoptik/Rasional melihat perencanaan sebagai suatu yang

ilmiah rasional dan politis. Rasional ilmiah menunjuk pada metode yang

dipergunakan yang mendasarkan pada pemilihan cara yang terbaik untuk

mencapai tujuan dengan memilih jawaban yang benar yang mendasar pada

kajian dari konsekuwensi dari alternatif solusi. Model ini melihat

perencanaan sebagai sebuah proses pengambilan keputusan yang rasional

berkaitan dengan tujuan-tujuan dan cara-cara yang berdasarkan pada

sumber sumber yang tersedia. Model perencanaan rasional dieksplor

terutama dari ilmu matematik dan teori sistem. Perencanaan sinoptik

12
mampu menerjemahkan sesuatu yang kompleks ke dalam sesuatu yang

simpel.

2.4 Proses Perencanaan Partisipatif

FPIC mengekspresikan bahwa masyarakat adat berhak untuk

memberikan atau tidak memberikan persetujuannya tentang aktifitas yang

direncanakan pada tanah dan wilayah mereka yang berimbas kebudayaan

dan pengetahuan tradisional dan hak lain mereka. FPIC jelas menyiratkan

hak masyarakat untuk menolak perencanaan operasional pada tanah mereka.

Perusahaan menghargai hak dan bisa menerima bahwa masyarakat adalah

pemilik tanah, berhak mengendalikan apapun yang terjadi pada tanah

mereka dan berhak untuk menyetujui, atau untuk menolak, rencana proyek,

harus menghormati hak masyarakat, mau melakukan dialog, memberi

pilihan, menyediakan informasi, perilaku baik dan sopan, mundur bila

diminta, negosiasi sesuai persetujuan dan menerima serta patuh pada

keputusan yang diambil.

2. Partisipasi

Keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam

situasi tertentu. Keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat,

pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk

menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan

keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang

terjadi.

13
Ada metode terbuka dan transparan dalam hal komunikasi dan

konsultasi antara perusahaan dan/atau pabrik, masyarakat setempat atau

pihak berkepentingan. Indikator adalah :

• prosedur konsultasi dan komunikasi yang terdokumentasi;

• manajer bertanggung jawab atas permasalahan; dan

• pemeliharaan daftar pihak berkepentingan,

3. Tahapan Perencaan Partisipatif

• Persiapan

o Pembentukan Organisasi

o Pengumpulan data awal

• Pemetanaan Stakeholders

o Stakeholders utama, kunci, pendukung.

• Rapat seluruh Stakholders

o Sosialisasi awal

o Rapat menjaring aspirasi stakeholders

o Rapat pengambilan keputusan

o Rapat lainnhya bilamana perlu

Yang Diharapkan dari Masyarakat :

• Adanaya identifikasi nyata masyarakat

• Adanya identifikasi prioritas prioritas yang harus

dilaksanakan

• Adanya usulan – usulan langsung dari masyarakat

14
2.5 Metode Perencanaan Kemitraan Konservasi Partisipatif

Perencanaan Konservasi Partisipatif (Participatory Conservation Planning /

PCP), sebuah pendekatan konsultasi intensif dengan masyarakat setempat untuk

mengatasi kekhawatiran, memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka termasuk

persyaratan ketahanan pangan dan kemampuan mereka mendapatkan penghasilan

yang stabil secara berkelanjutan. PCP merupakan tindak lanjut dari kegiatan

Participatory Mapping (PM), di mana kami membantu desa-desa memetakan

daerah-daerah kritis seperti batas desa, adat dan sumber daya alam penting lainnya

yang terdapat di desa seperti lahan yang diperlukan untuk ketahanan pangan. Peta-

peta ini bersifat indikatif dan akan diajukan dan diakui secara formal oleh

pemerintah lokal yang berfungsi untuk memperjelas batas antar desa dan hak

kepemilikan tanah. Dengan adanya batas desa yang jelas antar desa membantu

memungkinkan desa-desa memperoleh akses dana pembangunan pemerintah untuk

pertama kalinya. PCP menambah wawasan bagi masyarakat untuk mengelola

lingkungan, terutama tentang hak dan kewajiban mereka di desa. Berkat program

ini kearifan lokal juga dapat dibangkitkan kembali. Untuk mempertahankan

keberlanjutan di desa ini, kami akan mengatur tata ruang untuk ketersediaan lahan

yang diperuntukkan masyarakat sesuai dengan peraturan dan kesepakatan para

pemangku kepentingan terkait. Yang tak kalah penting adalah menanamkan tradisi

budaya pelestarian lingkungan hidup kepada generasi penerus untuk melestarikan

area dengan Karbon Stok Tinggi sebagai paru-paru dunia.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai Penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :

1. Istilah PHBM sendiri sebenarnya bukan merupakan istilah yang genuine

Indonesia karena istilah ini merupakan terjemahan dari community based

forest management yang dikembangkan dalam program Ford Foundation,

kemudian istilah kehutanan masyarakat atau community forestry

digunakan di Nepal, istilah lainnya adalah perhutanan sosial atau social

forestry digunakan dalam program pemberdayaan masyarakat di sekitar

hutan di India.

2. Istilah partisipasi sering digunakan di dalam kajian tentang peranan

anggota masyarakat baik formal maupun non formal. Partisipasi

masyarakat dalam program penghijauan atau program pengembangan

hutan rakyat pada khususnya dan pembangunan pedesaan pada umumnya

sangat diperlukan untuk keberhasilan program yang diinginkan

Perlindungan jenis tumbuhan dan satwa liar, habitat dan sumber-sumber

genetik, termasuk pengetahuan tradisional di kawasan taman nasional.

3. Rasionalitas atau kondisi yang bersifat rasional dalam lingkup

perencanaan adalah yaitu menggunakan pendekatan secara keilmuan

(scientific approach) di dalam proses penganalisaan dan cara pemecahan

masalah (problem).

14
4. FPIC mengekspresikan bahwa masyarakat adat berhak untuk memberikan

atau tidak memberikan persetujuannya tentang aktifitas yang direncanakan

pada tanah dan wilayah mereka yang berimbas kebudayaan dan

pengetahuan tradisional dan hak lain mereka.

5. Perencanaan Konservasi Partisipatif (Participatory Conservation Planning

/ PCP), sebuah pendekatan konsultasi intensif dengan masyarakat setempat

untuk mengatasi kekhawatiran, memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka

termasuk persyaratan ketahanan pangan dan kemampuan mereka

mendapatkan penghasilan yang stabil secara berkelanjutan.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh

dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan

berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari

itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam

kesimpulan di atas.

13

Anda mungkin juga menyukai