Anda di halaman 1dari 3

LATAR BELAKANG

Kawasan hutan Indonesia ditetapkan oleh menteri kehutanan dalam bentuk


SK (surat keputusan) menteri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2017,
menyebutkan bahwa luas kawasan hutan di Indonesia seluas 120.773.441,71 Ha.
Namun, dengan luas kawasan hutan tersebut, tidak menjadikan masyarakat
sejahtera, khususnya bagi masyarakat sekitar kawasan hutan atau di dalam kawasan hutan.
Pengelolaan hutan bersama masyarakat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan
kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan, dapat meningkat melalui pemanfaatan
sumberdaya hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian
fungsi hutan dan lingkungan hidup melalui metode perhutanan sosial
Perhutanan Sosial merupakan konsep yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, yang diharapkan dapat meningkatkan kehadiran masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam di Indonesia (Oktavian et al. 2015). Dasar hukum
Perhutanan Sosial diatur di dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 9 Tahun 2021 tentang pengelolaan Perhutanan Sosial. Perhutanan Sosial adalah
sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan negara atau
hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hutan
adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan
lingkungan, dan dinamika sosial budaya.
Program Perhutanan Sosial diimplementasikan melalui lima skema, yaitu
Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR),
Hutan Adat (HA), dan Kemitraan. Hutan Desa atau Hutan Nagari merupakan salah satu
program Perhutanan Sosial, yaitu hutan negara (pada hutan produksi dan hutan lindung)
yang
pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. Pihak yang
dapat menjadi pemohon untuk Hutan Nagari ini adalah ketua kelompok masyarakat, ketua
gabungan kelompok tani hutan, ketua koperasi membentuk kelembagaan yang disebut
Lembaga Pengelolaan Hutan Nagari (LPHN). LPHN juga difasilitasi dengan pengampingan
perhutanan sosial
Pendampingan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan mencakup
pembinaan, pengajaran, pengarahan, penyelesaian masalah, saran, bantuan
konsultatif, dalam kelompok. Dalam pendampingan, pendamping terlibat secara
penuh dengan peserta program, mempelajari masalahnya, mencari solusi dari
permasalahannya.
BENTUK KEGIATAN

Pendampingan tahap awal terdiri dari: (1) Sosialisasi Persetujuan Pengelolaan Perhutanan
Sosial kepada pihak internal maupun eksternal; (2) Pendataan potensi areal Perhutanan
Sosial; (3) Identifikasi potensi dampak lingkungan; (4) Penguatan kelembagaan; dan (5)
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

Pendampingan pengembangan pengelolaan kawasan hutan dan lingkungan terdiri dari: (1)
Fasilitasi dan bimbingan teknis dalam penandaan batas pada ruang kelola Persetujuan
Pengelolaan Perhutanan Sosial; (2) Pembuatan dan penandaan ruang atau zonasi; dan (3)
Penyusunan RKPS dan RKT.

Pendampingan kerja sama terdiri dari: (1) Kerja sama dalam rangka penguatan kelembagaan
dan tata kelola Kawasan; (2) Kerja sama dalam peningkatan kapasitas SDM, KPS dan KUPS,
untuk penelitian sumber daya Kawasan; (3) Kerja sama dalam rangka pengembangan usaha.

Pendampingan akses permodalan terdir dari: (1) Persiapan pra akses permodalan; (2)
Fasilitasi peluang akses permodalan usaha; (3) Fasilitasi kerja sama dengan badan usaha
milik daerah; (4) Mitra usaha.

Pendampingan akses pasar terdiri dari: (1) Menyusun strategi mengakses pasar dan
pemasaran produk dan jasa melalui media elektronik/media sosial; (2) Membuat daftar
produk unggulan hasil Perhutanan Sosial; (3) Memfasilitasi dalam pembangunan jejaring
serta dapat bekerja sama dengan para pihak terkait.

Pendampingan pengelolaan pengetahuan, yaitu kegiatan pendokumentasian proses


Pendampingan mulai dari perencanaan, implementasi atau pelaksanaan dan pemantauan,
publikasi/ diseminasi dokumen pembelajaran melalui elektronik/ cetak kepada berbagai
pihak

Pendampingan pemantauan dan evaluasi, yaitu kegiatan pemantauan kesesuaian antara


perencanaan dan pelaksanaan RKPS, perubahan yang terjadi, hambatan, dan tantangan)
HASIL PERKEMBANGAN KEGIATAN

MASALAH DAN HAMBATAN

KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT

Kesimpulan
Masyarakat nagari Kamang Mudiak mendapatkan akses legal melalui sertifikat yang telah
disahkan oleh KLHK pada persetujuan pengelolaan hutan nagari dengan nomor:
SK.2700/Menlhk-PSKL/PKPS/PSL.0/4/2018.
Kebijakan Perhutanan Sosial telah meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
hutan nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam. Anggota
Kelompok Usaha Perhutanan Sosial berpartisipasi aktif pada tahap pemanfaatan kawasan
hutan baik hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan, pemberdayaan dan pelatihan. Kebijakan
Perhutanan Sosial telah membuka ruang akses warga nagari Kamang Mudiak untuk
melindungi dan mengelola Hutan Lindung sebagai penunjang kehidupan sosial ekonomi dan
lingkungan mereka.
Tindak Lanjut

Anda mungkin juga menyukai