Anda di halaman 1dari 8

NAMA : SUKMA AGUSTIN DYAN TIKA

NIM : 211510301044

PRODI : ILMU TANAH

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS

Kebijakan pengembangan agribisnis merupakan sebuah keputusan yang


berisi rangkaian konsep serta asas yang menjadi garis besar dan menjadi dasar
rencana dalam melaksanakan suatu kegiatan pengembangan sektor agribisnis atau
sektor pertanian. Kebijakan pertanian dapat didefinisikan sebagai usaha yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tingkat ekonomi dan
kesejahteraan yang lebih baik secara bertahap dan kontinu melalui pemilihan
komoditi yang diprogramkan, produksi bahan makanan dan serat, pemasaran,
perbaikan struktural, politik luar negeri, pemberian fasilitas dan pendidikan.
Tujuan dari kebijakan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan
ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan
bagi petani. Hubungan antara kebijakan dengan strategi adalah kebijakan
merupakan salah satu bentuk dari strategi. Strategi didefinisikan sebagai cara atau
aturan serta pedoman dalam mencapai tujuan dan sasaran. Perbedaan antara
strategi dengan kebijakan terdapat pada sasarannya, dimana strategi bersifat
khusus sedangkan kebijakan bersifat umum atau lebih luas dari strategi.
Kebijakan pertanian dibagi menjadi tiga kebijakan dasar, diantaranya adalah:

1. Kebijakan komoditi, yang terdiri atas kebijakan mengenai harga


komoditi, distorsi harga komoditi, subsidi harga komoditi, serta
kebijakan ekspor
2. Kebijakan faktor produksi, yang terdiri atas kebijakan upah minimum,
pajak dan subsidi faktor produksi, kebijakan harga faktor produksi, serta
perbaikan kualitas faktor produksi
3. Kebijakan makro ekonomi, yang dapat dibedakan menjadi kebijakan
anggaran belanja, kebijakan fiskal serta perbaikan nilai tukar

Kebijakan pengembangan agribisnis di Indonesia terdiri dari 9 jenis,


diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan makro
b. Kebijakan pengembangan agroindustri agribisnis
c. Kebijakan pemasaran dan kerjasama internasional
d. Kebijakan pengembangan infrastruktur
e. Kebijakan pengembangan kelembagaan
f. Kebijakan pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan
g. Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis
h. Kebijakan ketahanan pangan
i. Kebijakan masa lalu
Berikut adalah ulasan mengenai keempat kebijakan pengembangan
agribisnis yang telah dipilih dari sembilan kebijakan pengembangan agribisnis
yang tersedia:

1. Kebijakan pengembangan kelembagaan


Kebijakan pengembangan kelembagaan diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Lembaga keuangan
 Pemberian bantuan terhadap kebutuhan permodalan disesuaikan
dengan perkembangan usaha. Bantuan yang telah diberikan
tersebut harus tidak menimbulkan ketergantungan dan
ketidakmandirian
 Perlu dilakukan pengembangan skim perkreditan yang sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan agribisnis
 Kebijakan harus mengarahkan sistem perbankan daerah dengan
mengembangkan unit banking system yang sesuai dengan kondisi
saat ini
b. Pengembangan fungsi puslitbang
Melakukan pendalaman struktur industri agribisnis dengan
menggunakan dukungan dari teknologi sebagai berikut:
 Pengembangan onfarm, membutuhkan industri benih atau bibit,
industri agrokimia, agro otomotif yang nantinya penelitian dan
pengembangan dilakukan oleh pakar teknologi pertanian,
keteknikan pertanian dan teknik industri
 Pengembangan onfarm dengan menggunakan teknologi eco
farming dan zerro tillage, eco labelling
c. Pengembangan kelembagaan litbang
 Teknologi prosesing dan pengembangan produk pada sub sektor
agribisnis hilir untuk meningkatkan efisiensi, diversifikasi
produk, minimalisasi waste dan polutan, serta akomodasi value
attributes dan package attribute
 Elemen kelembagaan litbang diantaranya adalah sebagai berikut:
- R & D technology management
- Pelaksana R&D, yakni puslit dan PT
- Diseminator R&D, yakni balai, UPT, dan divisi R&D
agribisnis
- Unit TI yang digunakan untuk networking
d. Pengembangan sumber daya manusia
 Pengembangan kemampuan penguasaan teknologi yang
dibutuhkan oleh sistem dan usaha agribisnis
 Pengembangan kemampuan wirausaha
 Pengembangan kemampuan kerja tim, hal ini dikarenakan
karakteristik khusus dari sektor agribisnis adalah adanya
interdependensi yang tinggi antar sub sistem
Contoh dari kegiatan ini adalah on the job training, intership,
cross job, macro behavior, global behavior, dan cross training
exercise
e. Pengembangan organisasi ekonomi petani
 Mengembangkan kembali kearifan lokal serta kelembagaan
tradisional
 Melakukan pemberdayaan untuk menguatkan dinamika kelompok
tani dan asosiasi UMKM berbasis agribisnis

Contoh dari pengembangan organisasi ekonomi pertani bersifat


kearifan lokal dan tradisional adalah sebagai berikut:

- Pola pangan yang beragam


- Kelembagaan lumbung pangan
- Cara bercocok tanam yang ramah lingkungan
2. Kebijakan pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan
Sumberdaya alam dan lingkungan hidup memiliki peranan penting dalam
pembangunan nasional, yakni sebagai penyedia bahan baku bagi
pembangunan ekonomi serta sebagai pendukung sistem kehidupan.
Kebijakan pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan bertujuan
untuk pembangunan pertanian serta kehidupan manusia yang
berkelanjutan. Arah pembangunan sumberdaya lahan dan lingkungan
dikelompokkan menjadi dua, yakni pengelolaan sumberdaya lahan dan
lingkungan yang bertujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
pengelolaan sumberdaya lahan dan lingkungan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.
Kebijakan pendayagunaan sumberdaya alam dan lingkungan adalah
sebagai berikut:
a. Sustainabilitas dengan melakukan konservasi keragaman hayati
melalui bank genetik
b. Penetapan pajak pada lahan tidur
c. Memberikan sanksi berat bagi perusak lingkungan
d. Melakukan perlindungan daerah pertanian dan daerah tangkapan air
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya banjir
3. Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis
Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan agribisnis komoditas
unggulan didasarkan pada peta perkembangan komoditas agribisnis,
potensi perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi.
Kebijakan penetapan komoditas sesuai keunggulan daerah diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu
(KAPET)
Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu merupakan salah satu
program pemerintah pusat yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan
ekonomi pada tiga belas wilayah di Indonesia yang salah satunya
adalah di Provinsi Papua yang dikenal dengan nama Kapet Biak.
Tujuan dari Kapet adalah untuk mengembangkan pusat-pusat
pertumbuhan sebagai penggerak pembangunan di wilayah
sekelilingnya yang pada akhirnya dapat membantu pemerataan
pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Program Kapet
diluncurkan pada saat periode pemerintahan Presiden Soeharto pada
tahun 1996 yang selanjutnya dimatangkan pada tahun 1998 melalui
Keppres No.9 Tahun 1998.
Model Pengembangan Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Terpadu
(Kapet) mengalami kegagalan, sehingga perlu diintegrasikan dengan
ekonomi rakyat

b. Kebijakan Pengembangan Kawasan Agroindustri Terpadu (KAT)


Kawasan Agroindustri Terpadu merupakan suatu konsep pusat
agroindustri terpadu yang mengintegrasikan dari kegiatan produksi dan
pemasaran dalam satu paket kegiatan. Dalam Kawasan Agroindustri
Terpadu, kegiatan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat
petani menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Model pendampingan
petani KAT di bagi menjadi dua, yakni produksi dan pemasaran.
Kegiatan yang dilakukan berupa adanya permintaan pasar yang
ditentukan kontraknya oleh bagian pemasaran, dan selanjutnya akan
diproses oleh bagian produksi dengan melakukan uji coba dan
membangun SOP paket teknologi. Kegiatan pendampingan budidaya
dilakukan selama proses scalling up. Setelah proses pemanenan,
selanjutnya yang dilakukan oleh petani adalah melakukan pengiriman
produk ke bagian pemasaran untuk dipasarkan. Akhir dari kegiatan ini
adalah dengan adanya proses transaksi pembayaran sesuai dengan
kontrak yang telah ditentukan dan disepakati.
c. Kebijakan Pengembangan Sentra Produksi Agribisnis Komoditi
Unggulan (SPAKU)
Sentra Produksi Agribisnis Komoditi Unggulan (SPAKU) merupakan
suatu kawasan atau sentra komoditas unggulan yang mencapai skala
ekonomi tertentu, dengan demikian dapat dikembangkan menjadi suatu
kesatuan pengembangan agribisnis. Nilai atau besarnya skala ekonomi
usaha suatu komoditas didasarkan pada efisiensi usaha, yakni mulai
dari sektor hulu hingga sektor hilir.
Contoh dari kawasan SPAKU adalah kawasan pengembangan sapi
potong di Sulawesi Selatan, yang meliputi daerah Kabupaten Polmas,
Mamuju, Majene, Pinrang, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai, Luwu,
Sidrap, Wajo, Enrekang, Bone dan Barru.
d. Kawasan Andalan (KADAL)
Kawasan andalan atau KADAL merupakan kawasan budidaya yang
memiliki nilai strategis nasional. Nilai strategis nasional terdiri dari
kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu
kawasan dan wilayah disekitarnya serta mendorong pemerataan
perkembangan wilayah.
Kawasan andalan terdiri dari dua, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kawasan andalan darat
Kawasan andalan darat dapat dibagi menjadi dua, yakni:
 Kawasan andalan berkembang, memiliki kriteria sebagai
berikut:
- Memiliki sedikitnya tiga kawasan perkotaan
- Berkontribusi terhadap produk domestik bruto
sedikitnya 0,25%
- Jumlah penduduk paling sedikit adalah 3% dari jumlah
penduduk provinsi
- Memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan
laut, bandar udara, listrik, telekomunikasi dan fasilitas
penunjang kegiatan ekonomi kawasan
- Memiliki sektor unggulan yang telah berkembang dan
atau sudah ada minat investasi
 Kawasan andalan prospektif
Kawasan andalan prospektif memiliki beberapa kriteria
sebagai berikut:
- Memiliki paling sedikit sejumlah satu kawasan
perkotaan
- Berkontribusi terhadap produk domestik bruto
sedikitnya 0,05%
- Laju pertumbuhan ekonomi sedikitnya adalah sebesar
4% per tahun
- Jumlah penduduk paling sedikit adalah 0,5% dari
jumlah penduduk provinsi
- Memiliki prasarana berupa jaringan jalan, pelabuhan
laut, serta prasarana lainnya yang belum memadai
- Memiliki sektor unggulan yang potensial untuk
dikembamgkan
2. Kawasan andalan laut
Kawasan andalan lau ditetapkan dengan beberapa kriteria sebagai
berikut:
- Memiliki sumberdaya kelautan
- Memiliki pusat untuk mengolah hasil laut
- Memiliki akses menuju pasar nasional maupun pasar
internasional
4. Kebijakan pengembangan ketahanan pangan
Menurut Undang-undang No 7 Tahun 1996 bahwa pengambangan pangan
dan kesejahteraan petani merupakan kewajiban bersama antara pemerintah
dan masyarakat. Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhi
dan tercukupinya pangan, baik dalam jumlah, mutu, keamanan maupun
kesesuaian dengan sosio kultur yang dapat dijangkau secara fisik maupun
ekonomi dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan individu, yakni
kebutuhan untuk sehat, tumbuh dan produktif.

Unsur dari ketahanan pangan adalah:


 Ketersediaan pangan yang cukup
 Distribusi yang menjamin, dimana masing-masing individu dapat
mengakses dan mengonsumsi pangan dalam asupan gizi dengan
jumlah, ragam dan keseimbangan yang cukup

Komponen dari sistem ketahanan pangan adalah:

 Ketersediaan
 Distribusi
 Konsumsi

Arah kebijakan ketahan pangan adalah:

 Keragaman sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal


 Efisiensi ekonomi serta keunggulan yang kompetitif atau bersaing
 Pengaturan distribusi mengacu pada mekanisme pasar yang
bersaing
Arah kebijakan pengembangan ketahanan pangan dilakukan melalui
beberapa hal sebagai berikut:
a. Peningkatan produksi pangan, khususnya adalah padi yang bertujuan
agar komoditas padi terus mengalami surplus.
Fokus dari pelaksanaan arah kebijakannya adalah:
 Memperluas areal tanam dan optimasi lahan
 Intensifikasi dengan peningkatan produktivitas pertanian
 Meningkatkan kualitas pascapanen
 Meningkatkan produktivitas dengan penyediaan sarana
pertanian (berupa benih dan pupuk), mesin dan teknologi
pertanian, serta penyuluhan
 Mendukung pelaksanaan undang-undang tentang perlindungan
lahan pertanian pangan yang berkelanjutan
 Meningkatkan kegiatan yang berkaitan dengan upaya
intensifikasi dan ekstensifikasi usaha agribisnis melalui
pemanfaatan lahan tidur untuk usaha agribisnis serta
pengembangan kawasan agropolitan
b. Peningkatan akses masyarakat terhadap pangan
Fokus pelaksanaan arah kebijakannya adalah:
 Meningkatkan keragaman konsumsi pangan, mengembangkan
industri pangan berbasis tepung serta pangan lokal yang
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengembangan penganekaragaman atau diversifikasi
pengolahan dan konsumsi pangan dengan berbasis sumber
daya lokal
2. Peningkatan jumlah cadangan pangan pemerintah yang
bertujuan untuk keperluan bantuan pangan
3. Peningkatan kemampuan pemerintah daerah dan
masyarakat untuk mengembangkan cadangan pangan
4. Peningkatan wawasan dan perilaku masyarakat mengenai
pola hidup sehat serta pangan yang memiliki gizi seimbang
5. Pengembangan mengenai penelitian pangan, gizi dan
industri pangan lokal
6. Pengembangan sistem mutu pangan, kehalalan, serta
keamanan pangan, salah satunya adalah cara pengendalian
mengenai resiko dari penyakit zoonosis
7. Peningkatan tindakan pencegahan serta penanganan dari
keadaan rawan pangan dan gizi yang disebabkan oleh
keterbatasan akses karena adanya bencana alam dan
bencana sosial
8. Peningkatan efisiensi dan efektivitas bantuan pangan
kepada golongan masyarakat tertentu, khususnya
masyarakat yang membutuhkan, seperti masyarakat miskin,
ibu hamil, balita yang memiliki gizi buruk, dan anak
berkebutuhan khusus
9. Pengembangan jaringan dan hubungan antar lembaga
masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan
10. Peningkatan efektivitas fungsi dari lembaga ketahanan
pangan dan gizi, yakni baik ditingkat pusat maupun tingkat
daerah
 Stabilisasi harga pangan dalam negeri dengan melalui efisiensi
distribusi dan logistik pangan, khususnya peningkatan peran
serta lembaga BUMN dalam menjamin terpenuhinya
kebutuhan pangan seluruh rumah tangga dalam kualitas dan
kuantitas yang cukup serta harga yang terjangkau
Fokus perhatian dalam kebijakan dan strateginya diarahkan
untuk:
1. Meningkatkan jumlah cadangan pangan pemerintah yang
digunakan untuk stabilisasi harga
2. Mengembangkan kebijakan perdagangan serta ekspor-
impor yang bertujuan untuk mendukung ketahanan pangan
3. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana
yang digunakan untuk distribusi pangan yang bertujuan
agar lebih efisien dalam kegiatan perdagangan serta untuk
meminimalisir kerusakan bahan pangan pada saat
pendistribusian
4. Mengembangkan kebijakan serta peraturan daerah yang
dapat membantu memperlancar dan mengefisienkan
distribusi pangan antar daerah atau wilayah

Anda mungkin juga menyukai