Anda di halaman 1dari 15

BAB II

GAMBARAN UMUM SUB TERMINAL AGRIBISNIS


KABUPATEN BREBES

2.1. GAMBARAN UMUM PERTANIAN KABUPATEN BREBES


2.1.1. ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGROPOLITAN
A. RTRW KABUPATEN BREBES
Arahan kebijakan tata ruang Kabupaten Brebes berkaitan dengan pengembangan pertanian dan
agropolitan seperti tertuang dalam Perda No 13 Tahun 2019 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Brebes Tahun 2019-2039. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Brebes
adalah mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Brebes sebagai gerbang pembangunan di bagian barat
Jawa Tengah berbasis pertanian, industri dan jasa yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Perwujudan tujuan ini merupakan upaya untuk mengembangkan wilayah di Kabupaten Brebes sebagai
pintu gerbang pembangunan di bagian barat Jawa Tengah dengan mempertimbangkan potensi daerah
dan kelestarian lingkungannya. Terdapat 3 (tiga) kunci dalam tujuan tersebut diatas, yaitu:
1. Gerbang pembangunan di bagian barat Jawa Tengah; letak Kabupaten Brebes yang berbatasan
langsung dengan Provinsi Jawa Barat atau di ujung bagian barat-utara Provinsi Jawa Tengah
merupakan peluang pembangunan mengingat pengem-bangan kawasan di sekitar Kabupaten
Brebes yang semakin pesat.
2. Berbasis pertanian, industri, agribisnis dan Jasa; keempat sektor tersebut merupakan sektor-sektor
yang paling penting terkait dengan potensi Kabupaten Brebes sehingga perlu dioptimalkan dan
terintegrasi supaya mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk.
3. Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan; karakter karakter wilayah kabupaten Brebes yang terdiri
atas hulu (kawasan bagian atas) dan hilir (kawasan pesisir) membutuhkan penanganan alam yang
tepadu dengan prinsip kelestarian lingkungan serta peningkatan kualitas pembangunan yang
berkelanjutkan.

Strategi kebijakan terkait pertanian dan agropolitan dalam rencana pola ruang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Brebes untuk kawasan budidaya, melalui pemantapan kawasan pertanian terpadu,
meliputi:
1) Memelihara dan mempertahankan sarana produksi dalam mewujudkan ketahanan pangan melalui
sistem agrobisnis;
2) Meningkatkan produktivitas sektor unggulan dalam kerangka daya saing kawasan; dan
3) Mengembangkan kawasan agropolitan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
Rencana pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes dalam pertanian hortikultura
meliputi pertanian hortikultura sayuran yang dipanen sekali; hortikultura sayuran yang dipanen lebih
dari sekali, hortikultura bunga-bungaan termasuk tanaman hias yang dipanen selain bunganya,
pembibitan, dan pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan. Dalam Peraturan Menteri
Pertanian Nomor: 41/Permentan/OT.140/9/2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan
Pertanian, beberapa kriteria yang menjadi dasar penetapan kawasan budidaya hortikultura adalah:
1. Mempunyai kesesuaian Lahan yang didukung adanya sarana dan prasarana budidaya, panen dan
pasca panen;
2. Memiliki potensi untuk pengembangan sistem dan usaha agribisnis hontikultura; dan
3. Mempunyai akses dan prasarana transportasi jalan dan pengangkutan yang mudah, dekat dengan
pusat pemasaran dan pengumpulan produksi.

Penetapan kawasan hortikultura dilakukan dengan memperhatikan aspek sumberdaya hortikultura,


potensi unggulan yang ingin dikembangkan, potensi pasar, kesiapan dan dukungan masyarakat, dan
kekhususan wilayah. Rencana kawasan holtikultura berada pada kawasan tanaman pangan dan kawasan
peruntukkan pertanian lainnya sesuai pola tanam dan kearifan lokal. Kawasan hortkultura di Kabupaten
Brebes tersebar di masing-masing wilayah kecamatan.
Salahsatu rencana kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Brebes
yaitu Kawasan Strategis Agropolitan Larangan. Pengembangan kawasan strategis Agropolitan Larangan
dilakukan melalui:
a. Penyediaan atau peningkatan infrastruktur kawasan agropolitan;
b. Pengembangan kegiatan agrobisnis;
c. Pengembangan kegiatan agroindustri;
d. Peningkatan kualitas SDM pengelola kegiatan pertanian; dan
e. Peningkatan produktivitas pertanian.

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENGOLAHAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN (PPPHP)


Terkait dengan Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor
Hasil Pertanian,Kemetrian Pertanian, program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan meliputi
kegiatan :
a) Pengembangan Mutu dan Standardisasi Pertanian
b) Pengembangan Pemasaran Domestik
c) Pengembangan Pemasaran Internasional
d) Pengembangan Usaha dan Investasi
e) Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian
f) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
Arah pembangunan PPHP di dalam mendukung program pemerintah melalui Kementerian Pertanian di
jabarkan dalam beberapa kebijakan yang sesuai dengan tugas dan fungsi dari Ditjen PPHP. Kebijakan-
kebijakan tersebut diharapkan dapat mendukung pencapaian target dari program Kementerian
Pertanian, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani melalui program peningkatan nilai tambah, daya
saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil pertanian.

Kebijakan Mutu dan Standardisasi


Untuk kebijakan mutu hasil pertanian, saat ini masih memfokuskan pada keberlanjutan kegiatan tahun
sebelumnya. Dimana dalam perdagangan komoditas pangan hasil pertanian di era pasar bebas ini, aspek
keamanan pangan dan mutu produk merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
memenangkan persaingan. Sistem keamanan pangan dan mutu produk olahan pangan hasil pertanian
harus sudah mulai diterapkan sejak awal sehingga pada akhir periode, sehingga diharapkan sudah
berjalan dengan baik. Karena di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah
harus mampu bersaing dengan masuknya produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam
sistem manajemen mutunya.
Sistem standardisasi mutu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan mutu hasil
pertanian sejak proses produksi sampai bahan baku hingga produk di tangan konsumen.
Penerapan sistem standarsasi secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada
akhirnya akan meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta
mendorong berkembangnya investasi di sektor pertanian.

Kebijakan Pemasaran Domestik


Kebijakan yang di ambil dalam pemasaran domestik masih sama dengan kebijakan pengembangan
mutu, yaitu melanjutkan kebijakan pasar domestik pada tahun lalu. Dimana pengembangan pemasaran
dalam negeri diarahkan bagi terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan, sistem pemasaran yang
efisien dan efektif, meningkatnya posisi tawar petani, serta meningkatnya pangsa pasar produk lokal di
pasar domestik, dan meningkatnya konsumsi terhadap produk pertanian Indonesia, serta terpantaunya
harga komoditas hasil pertanian di seluruh provinsi
1) Pengembangan jaringan pemasaran domestik,
2) Pengembangan sarana dan kelembagaan pasar,
3) Kebijakan pemantauan pasar dan stabilisasi harga
4) Pengembangan pelayanan informasi pasar

Kebijakan Pemasaran Internasional


Pengembangan pemasaran internasional dimaksudkan untuk percepatan peningkatan ekspor hasil
pertanian, baik dalam bentuk segar maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar produk
lokal di pasar internasional dan sekaligus meningkatkan perolehan devisa negara. Disamping itu,
pengembangan pemasaran internasional juga dimaksudkan untuk melindungi produk pertanian dalam
negeri melalui kebijakan yang kondusif dan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku pada
WTO.

Kebijakan Pengembangan Usaha dan Investasi


Kebijakan pengembangan usaha pertanian yang semula berorientasi produksi diarahkan kepada
penerapan konsep pengembangan usaha agribisnis yang utuh yaitu usaha tani yang focus dan terpadu
antara usaha agroinput (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan (processing) serta
pemasaran dengan berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku usaha disamping
peningkatan produksi. Dengan perkataan lain bahwa wujud pengembangan usaha yang dituju adalah
berkembangnya agribisnis hulu – hilir oleh petani dan masyarakat di perdesaan. Hal tersebut
dimaksudkan agar nilai tambah atau value added berada pada petani dan usaha kelompok / Koperasi
menjadi profit center di perdesaan.

Kebijakan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian


Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil pertanian, dengan karakteristik usaha yang berskala kecil
dengan berbagai keterbatasannya, memerlukan kebijakan pengembangan yang memiliki keunggulan.
Salah satu pendekatan terintegrasi yang dipandang sesuai, adalah pendekatan kelompok yang memiliki
jaringan usaha yang terkait. Pendekatan pengembangan aktifitas usaha pengolahan secara berkelompok
dalam kegiatan usaha yang sejenis, tentunya dapat meningkatkan kapasitas serta dayasaing usaha, yang
kemudian dapat dikembangkan beberapa usaha yang cakupannya berbeda tetapi masih saling terkait
menjadi bentuk kluster (inti dan plasma).

Pengembangan Pemasaran Domestik


Fasilitasi dan Pembinaan Sarana dan Kelembagaan Pemasaran
Dalam upaya meningkatkan akses pasar komoditas pertanian, diperlukan berbagai perbaikan sarana dan
prasarana fisik serta kelembagaan pemasaran, guna memberikan manfaat yang optimal bagi semua
pelaku usaha yang terlibat. Untuk itu, maka perlu fasilitasi sarana dan kelembagaan pasar di Pasar Tani,
STA maupun di Pasar Ternak.

Sub Terminal Agribisnis (STA)


Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan suatu tempat/sarana pemasaran yang dibangun secara spesifik
untuk melayani dan melaksanakan kegiatan distribusi dan pemasaran hasil pertanian petani/ pelaku
usaha pertanian dari sumber produksi ke lokasi tujuan pemasaran. STA merupakan suatu lembaga yang
mapan dan mampu mengelola pasokan hasil pertanian yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan harga produk hasil pertanian yang pantas diterima, baik oleh petani maupun konsumen.
Tujuan fasilitasi dan kelembagaan STA yaitu : (1) sebagai sarana untuk menggerakkan dan memperlancar
distribusi/pemasaran hasil pertanian dari sumber produksi ke lokasi permintaan produk
(pasar/konsumen) dan (2) sebagai fasilitator pemasaran hasil pertanian bagi petani/ pelaku usaha
pertanian lainnya.

Fasilitasi Gudang Bawang Merah Berpendingin


Tujuan Pembangunan gudang bawang merah adalah
(1) Mengendalikan fluktuasi harga dan keseimbangan pasokan bawang merah di sentra produksi.
(2) Menciptakan harga bawang merah yang layak baik ditingkat produsen maupun konsumen dan
(3) Meningkatkan sarana penyimpanan di wilayah sentra produksi bawang merah

Jenis gudang penyimpanan bawang merah terdiri dari :


(1) Gudang penyimpanan berpendingin (cold storage) merupakan gudang penyimpanan untuk jangka
waktu lama sehingga penyusutan bawang merah dapat dipertahankan.
(2) Gudang penyimpanan kering yaitu gudang penyimpanan yang tidak berpendingin digunakan untuk
penyimpanan dalam jangka waktu singkat sehingga lebih efisien dari segi biaya operasional.
Sistem pergudangan bawang merah dapat disingkronkan dengan Sistem resi Gudang (SRG), akan tetapi
harus memenuhi sistem yang sudah ditetapkan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti).

C. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN BREBES


Terminal Agribisnis adalah suatu kompleks bangunan pelayanan pemasaran di sentra produksi yang juga
dikelola oleh suatu badan usaha. Terminal Agribisnis Merupakan kawasan perdagangan modern
komoditi agribisnis, yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung yang handal untuk menjamin
terselenggaranya transaksi agribisnis, baik transaksi domestik maupun ekspor. Dalam Terminal
Agribisnis tersebut petani sebagai produsen komoditi agribisnis dapat berpatisipasi langsung dalam
kegiatan pemasaran melalui organisasi petani sehingga diharapkan dapat memberikan posisi tawar yang
lebih baik dari pada sistem pemasaran yang ada selama ini.
Dalam Perda RTRW Kabupaten Brebes Nomor 2 Tahun 2011 telah di rencanakan pengembangan
kawasan agropolitan yaitu Agropolitan Jalabaritangkas yang terdiri dari Kecamatan Jatibarang,
Kecamatan Larangan, Kecamatan Bulakamba, Kecamatan Wanasari, Kecamatan Ketanggungan,
Kecamatan Bantarkawung, dan Kecamatan Songgom. Kecamatan Larangan yang diamanatkan sebagai
pusat Kawasan Agropolitan Jalabaritangkas hingga saat ini belum bisa berkembang. Pusat kawasan
agropolitan seharusnya memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan terhadap daerah hinterland,
tersedianya pasar bagi komoditas-komoditas pertanian, serta menjadi pusat industri pertanian. Hingga
saat ini Kecamatan Larangan belum berfungsi sesuai dengan fungsi pusat kawasan agropolitan. Karena
itu, perlu disusunya Strategi Pengembangan Kecamatan Larangan Sebagai Pusat Kawasan Agropolitan
Jalabaritangkas di Kabupaten Brebes agar dapat memaksimalkan fungsi Kecamatan Larangan sebagai
pusat kawasan.
Komoditas unggulan di Kawasan Agropolitan Jalabaritangkas berupa bawang merah dan jagung. Sarana
prasarana agropolitan yang perlu ada untuk menunjang Kecamatan Larangan sebagai pusat kawasan
agropolitan adalah STA, pusat pasar pertanian, industri pengolahan, lembaga penelitian dan
pembenihan serta pengembangan dan peningkatan jaringan jalan. Analisis pengembangan agribisnis di
Kecamatan Larangan meliputi analisis sub sistem pasca produksi dan sub sistem penunjang.
Agropolitan Brebes adalah salah satu upaya yang di selenggarakan oleh pemerintah kabupaten Brebes
untuk ikut berpartisipasi di dalam membangun petani - petani yang mandiri dan berpengetahuan luas
guna menghadapi kondisi perekonomian global. Dengan diselenggarakannya Kegiatan Pengembangan
dan Pemberdayaan Agropolitan di Kabupaten Brebes diharapkan akan mengurangi prosentasi
penggangguran di wiayah program.
Tujuan utama dari Program Pengembangan dan Pemberdayaan Agropolitan adalah: Menjadikan desa
sebuah wadah aktifitas pertanian yang madani dan memberikan kontribusi yang besar bagi petani itu
sendiri (desa menjadi kota tani), mengurangi tingkat ( tenaga produktif lari ke kota untuk bekerja karena
di desa tidak ada pekerjan), mengurangi urbanisasikemiskinan di tingkat petani.
Kabupaten Brebes telah mulai menggodok Program Agropolitan sejak tahun 2005 untuk kemudian baru
di realisasi tahun 2007. yaitu dengan membangun sarana infrastrukutur yang dapat memudahkan akses
kegiatan pertanian. Seperti jalan-jalan yang menghubungkan ke wilayah lokasi pertanian, dan
pembangunan sarana fisik Sub Terminal Agroplitan. Pemerintah Kabupaten Brebes menjadikan Program
Pengembangan dan Pemberdayaan Agropolitan menjadi dua fase, yaitu fase
pertama Agropolitan Jalabaritangkas meliputi wilayah Kecamatan Jatibarang, Larangan, Bulakamba,
Wanasari, Ketanggungan, Bantarkawung dan Songgom. Wilayah-wilayah kecamatan tersebut
merupakan daerah KSP (Kawasan Sentra Produksi ) dan KTU (kota tani Utama) di pilih di Kecamatan
Larangan.

2.1.2. GAMBARAN PERTANIAN KABUPATEN BREBES


Kabupaten Brebes terletak sepanjang pantai utara laut jawa, Brebes merupakan salah satu daerah
otonom di Provinsi Jawa Tengah, memanjang keselatan berbatasan dengan wilayah Karesidenan
Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal sedangkan sebelah barat
berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat, karena letak Kabupaten Brebes ada pada perbatasan antara
Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Barat. Brebes berada di paling utara Provinsi Jawa Tengah dan
merupakan kabupaten yang cukup luas. Luas wilayah yang dimiliki Brebes adalah sebesar 1.662,96 km2 ,
yang dibagi menjadi 17 kecamatan yaitu Kecamatan Brebes, Bulakamba, Jatibarang, Larangan, Kersana,
Tanjung, Banjarharjo, Ketanggungan, Losari, Paguyangan, Salem, Sirampog, Songgom, Tonjong,
Bantarkawung, Bumiayu, Wanasari. Sebagian besar wilayahnya adalah daratan rendah. Bagian barat
daya merupakan dataran tinggi. Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Tercatat
dalam Bappenas, Kondisi ini menjadikan Brebes memiliki potensi yang besar untuk pengembangan
produk pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya (Bappenas, 2017). Kabupaten
Brebes memiliki areal sawah yang ditanami padi, tanaman palawija yang di dominasi oleh tanaman
jagung, tanaman tebu, dan tanaman cabai. Beberapa jenis sayuran dalam kelompok holtikultura
unggulan di Kabupaten Brebes adalah bawang daun, bawang merah, cabai besar, cabe rawit, jamur,
kentang, ketimun, kubis, labu siam, terung, tomat dan wortel. Salah satu komoditas dari tanaman
sayuran jenis holtikultura terbesar dan tersebar secara merata di hampir tiap kecamatan di Kabupaten
Brebes adalah bawang merah, cabe merah dan cabe rawit.
Untuk tanaman Hortikultura di Kabupaten Brebes didominasi oleh tanaman bawang merah yang
memiliki luas panen 29.017 Ha dengan jumlah produksi sebesar 2.725.988 ton pada tahun 2019 saja
(Badan Pusat Statistika, 2020). Tanaman Hortikultura di Brebes di dominasi oleh tanaman bawang
merah sebanyak 64 persen dengan angka sebesar 2,725,988. Tanaman kentang berada di posisis kedua,
12 persen dengan angka 517,555. Posisi ketiga ada tanaman cabai rawit, 8 persen dengan angka
343,872. Tanaman kubis berada di bawah cabai rawit hanya selisih 1 persen yaitu 7 persen dengan
angka 281,550. Tanaman cabai berada di posisi keempat, 5 persen dengan angka 203,131. Dengan
angka sebesar 192,612 menjadikan wortel berada di posisi terakhir dengan 4 persen saja.

Tabel 2.1 Jumlah Komoditas Jenis Tanaman Sayuran Kabupaten Brebes Tahun 2019
Bawang Bawang Cabai Cabai Labu
Kecamatan Jamur Kentang Ketimun Kubis Terung Tomat Wortel
Daun Merah Besar Rawit Siam
  (kw) (kw) (kw) (kw) (kg) (kw) (kw) (kw) (kw) (kw) (kw) (kw)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Salem -   -   -   15   -   -   270   -   -   -   -   -  
Bantarkawung -   16.830   -   4.010   -   -   -   -   -   -   -   -  
Bumiayu -   -   -   -   61.626   -   -   -   -   -   -   -  
Paguyangan 2.889   -   1.368   1.342   497.871   147.960   -   67.830   30.645   -   6.560   17.250  
171.581  155.100 
Sirampog 60   1.536   -   -   369.190   -   230.760   7.840   180   652  
   
Tonjong -   456   42   -   309   -   365   -   -   -   -   -  
Larangan -   771.860   9.089   103.818   -   -   -   -   -   376   242   -  
Ketanggungan -   207.292   27.075   95.011   -   -   -   -   -   -   -   -  
Banjarharjo -   6.722   3.404   2.203   -   -   -   -   -   -   -   -  
Losari -   77.023   2.720   -   -   -   -   -   -   -   -   -  
Tanjung -   152.660   30.059   -   -   -   11.641   -   -   -   -   -  
Kersana -   44.628   12.498   -   -   -   -   -   -   -   -   -  
Bulakamba -   432.643   35.596   382   -   -   -   -   -   3.802   130   -  
Wanasari -   656.410   2.160   3.860   -   -   -   -   -   -   -   -  
Songgom -   147.523   41.949   770   -   -   -   -   -   80   112   -  
Jatibarang -   106.521   11.472   5.612   -   -   -   -   -   302   190   -  
Brebes -   408.700   10.554   -   -   -   -   -   -   7.520   4.055   -  
Kab. Brebes 17.470   3.029.328   189.522   217.023   559.806   517.150   12.276   298.590   38.485   12.260   11.941   172.350
Sumber : BPS Kabupaten Brebes, 2020

Tabel 2.2 Luas Komoditas Jenis Tanaman Sayuran Kabupaten Brebes Tahun 2019
Bawang Bawang Cabai Cabai Kentan Labu Terun
Kecamatan Jamur Ketimun Kubis Tomat Wortel
Daun Merah Besar Rawit g Siam g
(ha) (ha) (ha) (ha) (m2) (ha) (ha (ha) (ha) (ha) (ha) (ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Salem - - - 2 - - 2 - - - - -
Bantarkawung - 187 - 31 - - - - - - - -
Bumiayu - - - - 1.323 - - - - - - -
Paguyangan 27 - 15 20 7.905 822 - 323 44 - 11 115
Sirampog 1.478 1 36 - - 1 746 - 1 282 56 9 48 1 034
Tonjong - 6 1 - 30 - 21 - - - - -
Larangan - 6.978 70 2.698 - - - - - 4 2 -
Ketanggungan - 1.769 334 1.210 - - - - - - - -
Banjarharjo - 109 15 12 - - - - - - - -
Losari - 703 85 - - - - - - - - -
Tanjung - 1.689 344 - - - 81 - - - - -
Kersana - 866 159 - - - - - - - - -
Bulakamba - 4.691 428 25 - - - - - 36 12 -
Wanasari - 5.729 48 161 - - - - - - - -
Songgom - 1.319 439 9 - - - - - 1 3 -
Jatibarang - 1.017 147 77 - - - - - 12 10 -
Brebes - 4.087 142 - - - - - - 87 43 -
Kab. Brebes 1.505 29.151 2.263 4.245 9.258 2.568 104 1.605 100 149 129 1.149
Sumber : BPS Kabupaten Brebes, 2020

Berdasarkan Data Statistik Produksi Bawang Merah Kabupaten Brebes berdasar luas lahan tahun 2016-
2018:

Tabel 2.2 Produktivitas Komoditas Bawang Merah Tiap Kecamatan Kabupaten Brebes Tahun 2016-2019

  Produktivitas Bawang Merah


Kecamatan Luas Panen (Ha) Produsi (Kw) Rata-rata Produksi (Kw/Ha)
  2018 2017 2016 2018 2017 2016 2018 2017 2016
Banjarharjo 106 146 124 11 800,00 12 225,00 14 243,00 111 84 115
Bantarkawung 166 110 129 14 940,00 12 456,00 16 031,00 90 113 124
Brebes 4 013,00 3 210,00 3 576,00 396 040,00 318 555,00 386 885,00 99 99 108
Bulakamba 4 288,00 4 030,00 3 137,00 438 030,00 341 321,00 291 932,00 102 85 93
Bumiayu - - - - - - - - -
Jatibarang 1 644,00 2 197,00 1 637,00 186 860,00 226 337,00 173 075,00 114 103 106
Kersana 1 178,00 780 1 040,00 112 570,00 65 277,00 95 281,00 96 84 92
Ketanggungan 1 946,00 1 940,00 1 665,00 224 130,00 244 804,00 249 750,00 115 126 150
Larangan 7 001,00 5 083,00 8 721,00 688 450,00 490 419,00 876 924,00 98 96 101
Losari 653 1 186,00 657 67 970,00 97 209,00 66 694,00 104 82 102
Paguyangan - - - - - - - - -
Salem - - - - - - - - -
Sirampog - - - - - - - - -
Songgom 615 947 781 79 850,00 121 793,00 99 482,00 130 129 127
Tanjung 1 581,00 2 294,00 2 292,00 148 020,00 207 692,00 209 785,00 94 91 92
Tonjong - - - - - - - - -
Wanasari 5 519,00 7 094,00 8 675,00 669 070,00 587 900,00 906 750,00 121 83 105
Kab Brebes 28 710,00 29 017,00 32 434,00 3 037  2.725.988 3 386  106 94 104
730,00 832,00
Sumber : BPS Kabupaten Brebes, 2020

Kabupaten Brebes memiliki produksi terbesar dibandingkan dengan Kabupaten lain di Jawa Tengah,
pada tahun 2018, Kabupaten Brebes memproduksi bawang merah sebesar 3.037.730 Kw, sedangkan
pada tahun 2017 memproduksi bawang merah sebesar  2.725.988  Kw.
Pada tahun 2016 adalah produksi bawang merah tertinggi yang dimiliki oleh Kecamatan Wanasari
sebesar 906.750 Kw, sedangkan produksi paling rendah di tahun 2017 hanya 587.900Kw. Kecamatan
Larangan memiliki produksi yang tinggi pada tahun 2018 mencapai 688.450 Kw, sedangkan angka
terendah ada pada tahun 2017 hanya 490.419 Kw.
Kondisi ini menjadikan Brebes berada di posisi teratas sebagai penghasil bawang merah di tataran
Nasional. Pusat bawang merah tersebar di 12 kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Brebes, dengan
luas panen per tahun 28.000-32.000 Ha. Sentra bawang merah tersebar di Kecamatan Brebes, Wanasari,
Bulakamba, Losari, Kersana, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Tanjung, Bantarkawung, Jatibarang,
dan Banjarharjo (Badan Pusat Statistika, 2020).
Luas panen bawang merah di tiap kecamatandi Kabupaten Brebes pada tahun 2012-2017. Kecamatan
Bantarkawung memiliki luas panen terendah pada tahun 2012 hanya sebesar 8 Ha dan terluas 158 pada
tahun 2015. Kecamatan Larangan memiliki luas panen terbesar pada tahun 2016 dengan luas 8721 Ha,
sedangkan yang terendah berada ditahun 2013 sebesar 4622. Pada tahun 2017, Kecamatan
Ketanggungan memiliki luas panen terbesar 1940 Ha, dan pada tahun 2012 hanya seluas 1006 Ha.
Kecamatan Banjarharjo memiliki luas panen terendah pada tahun 2012, hanya sebesar 79 Ha, dan
tertinggi ada pada tahun 2014 sebesar 223 Ha. Pada tahun 2017, Kecamatan Losari memiliki luas panen
tertinggi sebesar 1186 Ha, sedangkan terendah hanya 475 Ha pada tahun 2015. Kecamatan Tanjung
pada tahun 2017 memiliki luas panen tertinggi sebesar 2294 Ha, sedangkan terendahnya berada di
tahun 2012 sebesar 1324 Ha. Pada tahun 2016, luas panen tertinggi yang dimiliki Kecamatan Kersana
sebesar 1040 Ha, sedangkan terendah ada pada tahun 2013 sebesar 746 Ha. Kecamatan Bulakamba
memiliki luas panen tertinggi pada tahun 2017 sebesar 4030 Ha, dan terendah 1854 Ha pada tahun
2012. Luas panen tertinggi yang dimiliki Kecamatan Songgom ada pada tahun 2014 sebesar 1336 Ha,
dan terendah 781 Ha di tahun 2016. Kecamatan Jatibarang memiliki luas panen terendah 2012 sebesar
855 Ha, dan tertinggi ada di tahun 2017 sebesar 2197 Ha. Luas panen tertinggi yang dimiliki Kecamatan
Brebes sebesar 4264 Ha pada tahun 2012 dan yang terendah 3034 Ha pada tahun 2015. Kecamatan
Larangan merupakan daerah yang memiliki luas panen terbesar diantara Kecamatan lainnya.Luas panen
terendah ada di kecamatan Bantarkawung. Lapangan pekerjaan yang ada di Brebes masih didominasi
oleh sektor pertanian, dari sekitar 1,7 juta jiwa jumlah penduduk di Brebes, sebanyak 312.515 jiwa
bekerja di sektor pertanian. Kelompok usaha pertanian di Brebes masih mendominasi, dilihat dari
struktur ekonominya, sektor pertanian menyumbang perekonomian Brebes sebesar 38,42 persen.
Sisanya hanya menyumbang sekitar 16,41 persen saja persektornya. Sedangkan untuk tanaman
Hortikultura di Kabupaten Brebes, bawang merah menduduki presentase yang paling tinggi tercatat
sekitar lebih dari 50 persen dari pada tanaman lain.
Berbagai varietas bawang unggulan juga dihasilkan dari Brebes, salah satunya varietas Bima Brebes yang
berwarna merah menyala, rasa lebih pedas, dan lebih keras dari bawang luar daerah atau luar negeri.
Saat ini sekitar 23 persen pasokan bawang merah nasional berasal dari Brebes. Sementara untuk wilayah
Jawa Tengah, sekitar 75 persen kebutuhan bawang merah dipasok dari Brebes. Penawaran pada bawang
merah di Brebes menurun tidak hanya karena faktor tersebut di atas. Faktanya, Kementrian pertanian
mencatat adanya bawang merah illegal yang masuk ke wilayah Indonesia melalui pintu masuk tidak
resmi. Tercatat sebanyak 73.000 ton bawang bombai mini berasal dari India masuk ke Indonesia secara
ilegal. Harga kulakan dari Negara asal hanya sekitar Rp 2.500 per kg, jika di ditambah dengan biaya
pengiriman menjadi sekitar Rp 6.000 per kg, harga distributor sekitar Rp 10.000 per kg dan harga
ditingkat eceran menjadi sekitar Rp 14.000 per kg. sementara harga bawang merah lokal di petani
berkisar Rp 18.000 dan di pasar retail rata-rata berkisar Rp 25.000 per kg. Bawang bombai mini ini
memiliki bentuk dan karakteristik yang sama seperti bawang merah lokal sehingga menurut pemerintah,
ini akan berpotensi mengelabuhi konsumen dan akan merugikan petani (Deny, S. 2018) Banyaknya
impor bawang yang masuk menyebabkan sebagian besar petani di Brebes enggan untuk menanam
bawang merah. Mereka beranggapan jika bawang yang mereka hasilkan akan terbuang sia-sia karena
adanya impor dari India, sedangkan modal yang harus mereka keluarkan tidak sedikit. Akibatnya banyak
petani yang menganggur dan sebagian memilih untuk menanam jagung atau tebu. Hal ini akan
menyebabkan defisit dimana mengurangnya pasokan bawang merah lokal yang akhirnya akan
memberikan peluang besar pada bawang dari luar negeri untuk masuk ke Indonesia.
Produksi bawang merah di Brebes menurun sangat jauh, hal ini disebabkan oleh harga bawang merah di
Brebes yang mengalami penurunan cukup drastis. Turunnya harga bawang merah di Brebes itu dipicu
oleh kurangnya permintaan pasokan bawang merah ke Brebes. Menurut petani selain cuaca, penyebab
lainnya adalah adanya kebijakan pemerintah untuk mensubsidi bibit-bibit bahan pokok yang salah
satunya adalah bawang merah ke Gabungan kelompok tani (Gapoktan) di beberapa daerah.

2.1.3. SARANA PRASARANA PENDUKUNG PERTANIAN

2.1.4. ASPEK PENGELOLAAN PERTANIAN

2.2. GAMBARAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS LARANGAN


Manfaat dan Sasaran Sub Terminal Agribisnis (STA)
Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai infrastruktur pemasaran berdasarkan konsep dari Badan
Agribisnis Departemen Pertanian (2000); Tanjung (2001) dan Sukmadinata (2001), pada intinya
diharapkan bermanfaat untuk: (1) Memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran
komoditas agribisnis karena mencakup sebagai pusat transaksi hasil-hasil agribisnis; memperbaiki
struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran; sebagai pusat informasi pertanian serta sebagai sarana
promosi produk pertanian. (2) Mempermudah pembinaan mutu hasil-hasil agribisnis yang meliputi;
penyediaan tempat sortasi dan pengemasan; penyediaan air bersih, es, gudang, cool room dan cold
storage; melatih para petani dan pedagang dalam penanganan dan pengemasan hasil-hasil pertanian.
(3) Sebagai wadah bagi pelaku agribisnis untuk merancang bangun pengembangan agribisnis,
mengsinkronkan permintaan pasar dengan manajemen lahan, pola tanam, kebutuhan saprodi dan
permodalan serta peningkatan SDM pemasaran. (4) Peningkatan pendapatan daerah melalui jasa
pelayanan pemasaran, dan (5) Pengembangan agribisnis dan wilayah.
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis pada dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai
tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya adalah mendidik petani untuk memperbaiki
kualitas produk, sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis sehingga menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah serta mengembangkan akses pasar (Badan Agribisnis Departemen Pertanian,
2000; Sukmadinata, 2001). Pengelolaan STA, menurut Sukmadinata (2001) dapat dilakukan oleh
koperasi pelaku agribisnis, dalam hal ini petani, nelayan, pengolah serta pedagang; gabungan dari
koperasi pelaku agribisnis dengan pemerintah daerah atau bahkan bisa dilakukan hanya oleh pemerintah
daerah. Pengelolaan juga dapat dilakukan oleh pengusaha swasta, baik nasional maupun asing atau
bahkan gabungan dari swasta asing dan nasional dengan koperasi. Begitu pula dengan BUMN dan
BUMD serta gabungan dari pelaku pasar agribisnis lainnya. Dengan demikian dalam pengelolaannya,
STA dapat ditentukan sesuai dengan kepentingan serta kesepakatan dari para pelaku agribisnis di
dalamnya.

2.2.1. KOMODITAS PERTANIAN BREBES UTARA

Bawang Bawang Cabai Cabai Labu


Kecamatan Jamur Kentang Ketimun Kubis Terung Tomat Wortel
Daun Merah Besar Rawit Siam
  (kw) (kw) (kw) (kw) (kg) (kw) (kw) (kw) (kw) (kw) (kw) (kw)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Larangan -   771.860   9.089   103.818   -   -   -   -   -   376   242   -  
Ketanggungan -   207.292   27.075   95.011   -   -   -   -   -   -   -   -  
Banjarharjo -   6.722   3.404   2.203   -   -   -   -   -   -   -   -  
Losari -   77.023   2.720   -   -   -   -   -   -   -   -   -  
Tanjung -   152.660   30.059   -   -   -   11.641   -   -   -   -   -  
Kersana -   44.628   12.498   -   -   -   -   -   -   -   -   -  
Bulakamba -   432.643   35.596   382   -   -   -   -   -   3.802   130   -  
Wanasari -   656.410   2.160   3.860   -   -   -   -   -   -   -   -  
Songgom -   147.523   41.949   770   -   -   -   -   -   80   112   -  
Jatibarang -   106.521   11.472   5.612   -   -   -   -   -   302   190   -  
Brebes -   408.700   10.554   -   -   -   -   -   -   7.520   4.055   -  
Wilayah
Brebes Utara

2.2.2. SUB TERMINAL AGRIBISNIS LARANGAN


A. Kondisi Geografis dan Administratif

Gambar 2.1 Lokasi Sub Terminal Agribisnis Larangan

Sub Terminal Agribisnis Larangan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi pemasaran
dan nilai tambah petani dengan mengembangkan infrastruktur pemasaran, khususnya untuk wilayah
Larangan dan sekitarnya. STA Larangan terletak di jalan arteri utama Jl. Pejagan-Bumiayu, Kecamatan
Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah . Secara geografis berada di antara 108°57'08.9" Bujur Timur
dan 7°00'07.1" Lintang Selatan. STA Larangan letaknya berbatasan dengan:
- Sebelah Utara : Lahan budidaya bawang merah milik pribadi
- Sebelah Timur : Lahan budidaya bawang merah milik pribadi
- Sebelat Selatan : Jl. Pejagan- Bumiayu; dan
- Sebelah Barat : Lahan kosong milik pribadi
Status pengelolaan lokasi STA Larangan yaitu menyertakan paguyuban Perkumpulan Petani Agropolitan
JALABARITANGKAS sebagai pengelola. Berikut struktur organisai pengelola STA Larangan :

KETUA

WAKIL KETUA

BAG.
ADMINISTRASI BAG. BAG.
PERDAGANGAN HUMAS BAG. UMUM
UMUM KEUANGAN ORGANISASI
UMUM

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pengelola Sub Terminal Agribisnis Larangan

B. Lahan Tapak Perencanaan


Dari data yang diperoleh menunjukkan lahan Sub Terminal Agrobisnis Larangan merupakan tanah milik
pemerintah kabupaten Brebes, dengan luas 1,29 Ha. Saat ini lahan yang digunakan efektif untuk
aktivitas STA hanya bagian barat tapak dengan luas 5174m2. Tapak berbentuk empat persegi panjang
dengan kondisi lahan realtif datar dan membentuk cekungan dengan ketinggian -1m pada bagian timur
tapak dan kondisi permukaan air tanah yang tinggi. Bagian timur dan barat tapak dipisahkan oleh
saluran air dengan lebar 2 m.

a. Bagian barat tapak b. Bagian timur tapak


Gambar 2.2 Penggunaan lahan STA Larangan

C. Aksebilitas
Lokasi perencanaan terletak pada jalan Arteri Primer berjarak 22 Km dari pusat Kota Kabupaten
Brebes yaitu Kecamatan Larangan. Jalan tersebut adalah jalan masuk ke lokasi dan juga merupakan
jalan alternatif Pejagan-Bumiayu. Koridor jalan memiliki lebar ± 6 meter badan jalan dengan
perkerasan dan bahu jalan lebar 7 meter di kanan dan kiri. Jalan masuk tapak terdapat dua akses jalan
di barat dan timur dengan lebar masing-masing 8 meter. Akses jalan dalam tapak area penerima
menggunakan material penutup paving block, jalan penghubung antar fasilitas sebagian tanpa
perkerasan. Terdapat pagar dan gapura di bagian depan tapak, dengan tinggi pagar 2 meter. Sebagai
penanda lokasi sudah terdapat Signage STA Larangan dengan tinggi ±4 meter.

Gambar 2.3. Jalan Pejagan-Bumiayu

Gambar 2.4. Akses dalam tapak

2.2.3. POTENSI DAN PERMASALAHAN


Bawang merah yang merupakan komoditi strategis untuk kabupaten Brebes, dengan hasil panen yang
melimpah menjadikan bawang merah menjadi komoditi utama di STA Larangan ini. Tercatat di wilayah
Kecamatan Larangan sendiri terdapat kurang lebih 30 petani dan pedagang bawang merah. Dalam satu
hari, STA Larangan dapat menampung bawang merah hingga 10 ton dari petani-petani bawang di
kabupaten Brebes. Letak STA Larangan berada pada lokasi yang strategis, berada di jalan arteri primer
dan berada di lingkungan pertanian menjadi salah satu potensi yang dimiliki STA Larangan ini. Dengan
harga sewa yang dapat bersaing dengan industri serupa disekitarnya dengan fasilitas yang dimiliki
menjadi salah satu potensi daya tarik bagi calon pengguna dalam hal ini petani / pedagang bawang
merah.
Berdasarkan pemaparan pengelola, saat ini STA Larangan sudah beroperasi dengan baik, namun
terdapat beberapa kendala untuk meningkatkan kinerja terkait dengan lahan yang terbatas dan
kapasitas fasilitas yang terbatas pula.
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis pada dasarnya adalah untuk meningkatkan nilai
tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya adalah mendidik petani untuk memperbaiki
kualitas produk, sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis sehingga menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah serta mengembangkan akses pasar. Dengan potensi yang cukup besar ini
diharapkan pengembangan STA Larangan dapat menghasilkan kinerja dua kali lebih besar dari kondisi
saat ini.

Anda mungkin juga menyukai