KETUA
WAKIL KETUA
BAG.
ADMINISTRASI BAG. BAG.
PERDAGANGAN HUMAS BAG. UMUM
UMUM KEUANGAN ORGANISASI
UMUM
1
Tabel 1 Identifikasi Kondisi Sarana Prasarana STA Larangan Tahun 2020
No Jenis Ruang Kondisi
1 Ruang Kios Grosir Tidak ada
2 Ruang bongkar muat barang tidak ada
3 Ruang los rogol Ada, kapasitas kurang
Ada, tergabung dengan los
4 Ruang pengemasan
rogol
Ruang gudang penyimpanan berpendingin (cold
5 Tidak ada
storage)
6 Ruang promosi Tidak ada
7 Ruang balai pertemuan Tidak ada
8 Ruang kantor pengelola Ada
9 Ruang kios sarana produksi pertanian Ada
10 Ruang kantin Tidak ada
11 Ruang lembaga keuangan Tidak ada
12 Ruang ibadah Ada
13 Ruang/tempat istirahat Tidak ada
14 Tempat penampungan sampah sementara Ada, kurang layak
15 Kamar mandi/WC Ada, kondisi tidak layak
16 Ruang diesel/gardu listrik Ada
17 Ruang pompa air Ada
18 Ruang P3K Tidak ada
19 Ruang Satpam Tidak ada
20 Ruang gudang peralatan Ada
21 Tempat parkir Ada
22 Pedestrian Ada
23 Ruang Jemur (terbuka) Ada, kapasitas kurang
Berdasarkan kriteria sarana prasarana ideal STA, banyak fasilitas penunjang yang belum
dimiliki oleh STA Larangan ini. Beberapa fasilitas yang ada pun belum maksimal
digunakan dan terdapat beberapa fasilitas yang melebihi daya tampungnya, khususnya
pada masa panen raya, dengan jumlah hasil panen di wilayah Larangan sendiri yang
cukup besar tidak sebanding dengan kapasitas fasilitas yang memadai.
2
Gambar 3 Los Rogol dan Pengemasan
3
Gambar 6 Mushola, toilet, gudang plastik
Gambar 8 Area jemur bagian timur saat ini digunakan untuk kebun bawang merah
4
Gambar 9 Kios/pertokoan
5
pengemasan, karena untuk aktivitas penjemuran banyak petani yang memilih
melakukannya di lahan mereka pribadi atau lapak-lapak pribadi dengan jarak yang
dekat dengan lahan pertanian mereka, di STA Larangan sendiri area jemur yang dapat
dimanfaatkan secara efektif tidak terlalu besar.
Secara umum daya tarik STA untuk petani masih rendah, hal tersebut terlihat dari
rendahnya tingkat partisipasi petani untuk melakukan aktivitas pemasaran melalui STA.
Hal ini terjadi karena petani sudah memiliki alternatif pemasaran yang mudah dicapai
dan lebih aktual. Petani cenderung mengutamakan sistem pemasaran kelembagaan
tradisional dibandingkan STA Larangan dikarenakan kemudahan prosedur transaksi yang
ditawarkan pada kelembagaan tradisional, dimana hal ini diduga karena belum didukung
lembaga keuangan pada STA Larangan, seperti layanan pemasaran dan permodalan dari
koperasi misalnya.
6
B. Lahan Tapak Perencanaan
Dari data yang diperoleh menunjukkan lahan Sub Terminal Agrobisnis Larangan merupakan tanah
milik pemerintah kabupaten Brebes, dengan luas 1,29 Ha. Saat ini lahan yang digunakan efektif
untuk aktivitas STA hanya bagian barat tapak dengan luas 5174m2. Tapak berbentuk empat
persegi panjang dengan kondisi lahan realtif datar dan membentuk cekungan dengan ketinggian
-1m pada bagian timur tapak dan kondisi permukaan air tanah yang tinggi. Bagian timur dan barat
tapak dipisahkan oleh saluran air dengan lebar 2 m.
7
Gambar 15 Akses dalam tapak
Akses jalan dalam tapak area penerima menggunakan material penutup paving block,
jalan penghubung antar fasilitas sebagian tanpa perkerasan. Hal ini mengakibatkan
pada area-area jalan setapak antar fasilitas terdapat genangan lumpur saat hujan dan
setelahnya, sehingga perlu adanya perbaikan drainase di sekeliling bangunan los rogol.
untuk kenyamanan pengguna dan keselamatan bawang merah hasil panen dari
tampias air hujan, perlu dibuat kanopi yang yang dapat dibuka-tutup. Perlu juga
dilakukan perataan lantai di tengah bangunan los rogol dengan pengurugan dan
pavingisasi. Sedangkan pada lokasi tapak tidak terdapat pagar keliling, khususnya
bagian samping dan belakang, sehingga pada beberapa waktu rawan terhadap
pencurian.
8
di wilayah Kecamatan Larangan sendiri terdapat kurang lebih 30 petani dan pedagang bawang
merah. Dalam satu hari, STA Larangan dapat menampung bawang merah hingga 10 ton dari
petani-petani bawang di kabupaten Brebes. Letak STA Larangan berada pada lokasi yang
strategis, berada di jalan arteri primer dan berada di lingkungan pertanian menjadi salah satu
potensi yang dimiliki STA Larangan ini. Dengan harga sewa yang dapat bersaing dengan industri
serupa disekitarnya dengan fasilitas yang dimiliki menjadi salah satu potensi daya tarik bagi calon
pengguna dalam hal ini petani / pedagang bawang merah.
Berdasarkan pemaparan pengelola, saat ini STA Larangan sudah beroperasi dengan baik, namun
terdapat beberapa kendala untuk meningkatkan kinerja terkait dengan lahan yang terbatas dan
kapasitas fasilitas yang terbatas pula.
Sasaran utama pembangunan Sub Terminal Agribisnis pada dasarnya adalah untuk meningkatkan
nilai tambah bagi petani dan pelaku pasar. Sasaran lainnya adalah mendidik petani untuk
memperbaiki kualitas produk, sekaligus mengubah pola pikir ke arah agribisnis sehingga menjadi
salah satu sumber pendapatan asli daerah serta mengembangkan akses pasar.
9
II. RENCANA PEMBANGUNAN/ REHABILITASI STA LARANGAN
Pada Gambar 17 disajikan denah STA Larangan. Dengan kondisi eksisting STA Larangan, perlu
adanya pengembangan fasilitas untuk meningkatkan kinerja yaitu dengan penambahan fasilitas
sesuai fungsinya sehingga STA dapat berjalan dengan lebih maksimal. Rencana pengembangan
STA Larangan yang akan diajukan melalui fasilitasi pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA)
T.A. 2021 dari Direktorat dan Pemasaran Hasil Hortikultura (PPHH), Direktorat Jenderal
Hortikultura yaitu rehabilitasi bangunan los rogol. Adapun prioritas rencana rancangan anggaran
biaya (RAB) pembangunan/ rehabilitasi STA Larangan adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Rencana Rancangan Anggaran Biaya (RAB) Pembangunan/ Rehabilitasi STA Larangan
HARGA
JUMLAH HARGA
NO. URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN
(Rp) (Rp)
2 Pavingisasi 52.243.950,00
10