Anda di halaman 1dari 12

SUCCES STORY

PROGRAM IPDMIP
KAB PINRANG

ANSAR

Tahun 2018
TUJUAN PROGRAM IPDMIP

IPDMIP memiliki empat komponen


aktivitasPertama. , penguatan sistem dan
kapasitas kelembagaan pertanian
beririgasi yang berkelanjutan. Fokus
aktivitas pada pada komponen ini adalah
peningkatan kapasitas dan kemandirian
petani dalam pengelolaan sumber daya,
serta penerapan teknik pertanian yang
berkelanjutan
Kedua , perbaikan pengelolaan, operasional dan pemeliharaan sistem irigasi.
Komponen ini akan menitikberatkan pada partisipasi petani pengguna irigasi dalam
pengelolaan irigasiKetiga. , peningkatan kapasitas infrastruktur sistem irigasi.
Keempat , peningkatan pendapatan hasil pertanian beririgasi
Pendapatan petani merupakan indikator yang sulit. Untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat di satu sektor, akan membutuhkan intervensi kebijakan yang sifatnya
multi sektoral. Pendapatan petani kecil, yang menjadi kelompok target program ini,
tidak semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang ada di sektor
tersebut(endowed) pada sektor pertanian saja, tetapi juga faktor lain seperti kondisi
pasar, situasi politis, dan perubahan teknologi. Belum lagi ketika bicara faktor mikro
seperti karakteristik rumah tangga, tingkat pendidikan, kesehatan, dan semacamnya.
Namun demikian, fakta bahwa petani kecil relatif termarginalkan sudah ditunjukan oleh
banyak indikator. Itu mengapa penanganan kemiskinan di pedesaan menjadi isu
krusial. IFAD sendiri menyatakan bahwa untuk memperbaiki tata kelola pertanian, kita
perlu menyelesaikan masalah kemiskinan. Di beberapa daerah, PDRB sektor pertanian
mengalami pertumbuhan negatif. Artinya pertanian tidak mampu lagi menarik investasi
baru, bahkan ada beberapa sektor yang pertumbuhannya bersifat predatory bagi
sektor pertanian, seperti industri property yang mengubah sawah mejadi perumahan,
industri bangunan yang mengubah tanah sawah menjadi bahan baku batu bata, dan
lain sebagainya. Sehingga sektor pertanian semakin menyusut.
BENDUNGAN DI SADDANG
MERUPAKAN SALURAN PRIMER YANG
SANGAT DI BUTUHKAN OLEH SALURAN
SKUNDER DAN PRIMER. BATAS UJUNG
AIR PRIMER ADALAH SUATU MANFAAT
BAGI PERTANIAN YANG DI SALURI
OLEH BEBERAPA WILAYAH TERTENTU.

Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air langsung dari
saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya
langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu mempunyai
dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer. Daerah di sepanjang saluran
primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari
saluran sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi, daerah
saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari saluran primer saluran
primer yang berada di Wilayah daerah sungai saddang. Petak sekunder terdiri dari
beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-
tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder
bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak
di punggung medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang
membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis tinggi
yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja kondis saluran sekunder
yang berada di Wilayah Kelurahan Siparappe Kecamatan Wt. Sawitto masih
tergolong masih cukup baik dalam pengelolaan air tersebut namun hal ini masih perlu
dilakukan pekerjaan yaitu perbaikan pintu air dan saluran sekunder, panjang saluran
sekunder yang berada di Wilayah Kelurahan Siparappe adalah 17 Km atau 17,000 m
SALURAN SEKUNDER KELURAHAN SIPARAPPE

Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani
oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari
bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-batas
petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas,
seperti misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda,
tergantung pada situasi daerah. Saluran sekunder sering terletak di punggung
medan mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang
membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai saluran garis
tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih rendah saja kondis
saluran sekunder yang berada di Wilayah Kelurahan Siparappe Kecamatan Wt.
Sawitto masih tergolaong masih cukup baik dalam pengelolaan air tersebut
namun hal ini masih perlu dilakukan pekerjaan yaitu perbaikan pintu air dan
saluran sekunder, panjang saluran sekunder yang berada di Wilayah Kelurahan
Siparappe adalah 17 Km atau 17,000 m
SALURAN TERSIER KELURAHAN SIPARAPPE

Perencanaan dasar yang berkenaan


dengan unit irigasi adalah petak tersier.
Petak tersier menerima air irigasi yang
dialirkan dan diukur pada bangunan
sadap tersier. Bangunan sadap tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Pada petak tersier pembagian air,
eksploitasi dan pemeliharaan menjadi
tanggung jawab para petani yang
bersangkutan, di bawah bimbingan
pemerintah. Petak tersier yang terlalu
besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien.
Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman
dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya
maksimum 50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75 ha,
disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan eksploitasi dengan tujuan
agar pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus
mempunyai batas-batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan
batas perubahan bentuk lapangan. Petak tersier dibagi menjadi petak-petak
kuarter, masing- masing seluas kurang lebih 8 – 15 ha. Apabila keadaan topografi
memungkinkan, bentuk petak tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat
untuk mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan pembagian air
secara efisien. Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Perkecualian jika petak-petak tersier tidak secara
langsung terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi utama yang dengan
demikian, memerlukan saluran tersier yang membatasi petak-petak tersier lainnya,
hal ini harus dihindari. Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m,
tetapi dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai 2.500 m.
KELEMBAGAAN GP3A DAN P3A SIPARAPPE

Sipakainga
Siporennu II Sipatokkong

Siporennu I Sipatokkong
GP3A II

Sarempo
Bua

Makkawaru Teppo I

Mattiro Teppo II
Deceng

Pada tahun 1974 terbentuknya kelompok GP3A yang bernama GP3A Siparappe
yang diidentifikasi berdasarkan luas wilayah pertanian sawa ±2.221 Ha
berdasarkan luas wilayah Kelurahan Siparappe pada tahun 2014 kelompok
GP3A Siparappe di bagi menjadi 2 (dua) Kelompok yaitu GP3A Madallo dan
GP3A Sarampo-Bua yang memiliki Kelompok P3A sebanyak 20 kelompok yang
berada di Wilayah Kelurahan Siparappe Kecamatan Wt. Sawitto,
Ketua
P3A

KELEMBAGAAN P3A KELURAHAN SIPARAPPE


Bendahara Sekertaris

Saprodi Pemasaran Alsintan Kemitraan Ulu-Ulu

ANGGOTA

Dalam kelembagan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) memerlukan


sebuah sruktur dalam melaksanakan setiap program yang ada di berikan oleh
pihak pemerinta atau swasta, P3A merupakan sebuah kelembagaan yang
ditumbuhkan secara langsungh dari pengelolaan air pada jaringan irigasi, air
permukaa, embung/dam parit dan air. Tanah. Termasuk kelembagaan
kelompok tani ternak, perkebunan dan holtikultura yang memanfaatkan air
irigasi/ air tanah dangkal/air permukaan dan hasil konservasi/embung.
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) merupakan sebuah kelembagaan yang
ditumbuhkan secara langsungh dari pengelolaan air pada jaringan irigasi, air
permukaa, embung/dam parit dan air. Tanah. Termasuk kelembagaan kelompok
tani ternak, perkebunan dan holtikultura yang memanfaatkan air irigasi/ air tanah
dangkal/air permukaan dan hasil konservasi/embung. Pemberdayaan P3A ini
dimaksudkan agar terciptanya keterlibatan P3A dalam mendukung program dari
Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kab/Kota dalam
meningkatkan produktifitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian,
ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan petani, dengan adanya program
IPDMIP masyarakat atau kelompok P3A yang berada di Kelurahan Siparappe
sangat berangtusias dalam menyukseskan program tersubu dengan inovasi yang
diberikan kepada kelompak P3A sangat membantu, dimana selama ini Kelompok
P3A sudah tidak diperhatiakan dengan adanya program IPDMIP kelompok P3A
mulai aktif dalam memelihara irigasi yang ada di Kelurahan Siparappe
PSETK KELURAHAN SIPARAPPE KECAMATAN

Profil sosial ekonomi teknologi dan kelembagaan merupakan satu hal yang sangat
mendasar begi perencanaan suatu kegiatan karena dari hal tersebut sudah bisa
kita membaca kelebihan dan kekurangan suatu wilayah. Keberhasilan PSETK
berawaldari kelompok yang terlibat pada kegiatan tersebut yaitu Kelompok P3A/
GP3A. kelompok tersebut memang sudah lama dibentuk akan tetapi dalam
perjalanannya mulai tahun 2000 sampai sekarang terkadang seperti patamorgana
antara ada dan tiada, hal ini disebabkan oleh kurangnya sentuhan atau perhatian
pemerintah kepada kelompok tersebut sehingga terkadang hanya ketua yang aktif.
Ada juga tanggapan dari mereka bahwa pemerintah hanya memperhatikan
kelompok tani dan tidak pernah memperhatikan kelompok P3A/GP3A hal ini juga
yang melatar belakangi terjadinya fungsi ganda. Pada umumnya kelompok P3A
tersebut juga sebagai kelompok tani dan itu merupakan bentuk pertahanan hidup
dalam organisasi bagi mereka dalam bidang irigasi dan pertanian
LANJUTAN...

Berdasarkan pengertian tersebut, maka PSETK dimaksudkan untuk menyediakan


data atau informasi mengenai kondisi sosial, ekonomi, teknis, dan kelembagaan
yang dibutuhkan dalam program pemberdayaan kelembagaan petani Daerah
Irigasi melalui P3A/GP3A/IP3A bersama Poktan/Gapoktan menuju peningkatan
kinerja pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif dan berwawasan lingkungan.
Sedangkan tujuannya adalah untuk mendapatkan data dan informasi yang tepat serta aktual
sebagai masukan dalam proses perencanaan program pemberdayaan kelembagaan petani
daerah irigasi melalui P3A/GP3A/IP3A dan Poktan/Gapoktan menuju peningkatan kinerja
pengelolaan irigasi-pertanian partisipatif pada suatu daerah irigasi, berdasarkan potensi
sumberdaya lokal melalui beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Penyusunan profil sosial dan ekonomi, serta lingkungan hidup mengidentifikasi
potensi sumber daya loka daya dukung, dan permasalahannya;
2. Penyusunan profil teknis pengelolaan irigasi-pertanian (operasi, pemeliharaan
dan rehabilitasi jaringan irigasi), termasuk gambaran ketersediaan air, kondisi
fisik dan kefungsian jaringan irigasi, serta potensi lahan pertanian beririgasi;
Termasuk lingkungan fisik, biologi, social ekonomi dan social budaya
LANJUTAN...

3. Penyusunan profil kelembagaan dengan mengidentifikasi kelembagaan


lokal yang ada, kebutuhan pembentukan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A
maupun Poktan/Gapoktan dan upaya pengembangannya berdasarkan
hasil penelusuran kebutuhan petani; dan
4. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dalam rangka peningkatkan
kemampuan kelembagaan P3A/GP3A/IP3A maupun Poktan/Gapoktan
baik pada aspek teknis, kelembagaan maupun usahatani dan usaha
ekonomi produktif;
5. Mengidentifikasi kebutuhan pendampingan dalam pengelolaan dan
pengembangan sistem irigasi:
6. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan petani perempuan dan
laki-laki serta menyusun rencana kerja yang responsif terhadap
kebutuhan petani perempuan dan laki-laki dalam upaya pengembangan
pengelolaan irigasi dan kelembagaannya sesuai prioritas. Rencana ini
disusun untuk jangka waktu satu tahun hingga lima tahun kedepan.
Pelaksanaan kegiatan PSETK perlu diselenggarakan secara tepat melalui
metode pendekatan tertentu sesuai kebutuhan. Ketidaktepatan metode
pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan PSETK dapat menyebabkan
deviasi (penyimpangan) dalam merumuskan penyusunan program
pengelolaan dan pengembangan irigasi pertanian di masing masing daerah
irigasi. Beberapa metode pendekatan yang dipandang dapat digunakan
dalam penyusunan PSETK adalah Rapid Rural Apraisal (RRA), Community
Self Survey (CSS), Pemahaman Partisipatif Kondisi Perdesaan (PPKP) dan
atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Daerah Irigasi, dan Gender Analisys
Pathway untuk Analisa jender dan REA (Rapid Environment Assesment)
untuk kajian cepat lingkungan.
PENULIS DILAHIRKAN DI DESA KOSALI
KECAMATAN PAKUE, KABUPATEN KOLAKA
UTARA, PROVINSI SULAWESI TENGGARA PADA
TANGGAL 01 APRILI 1988. ANAK DARI
PASANGAN AYAH JIDDA DAN IBUNDA AMIRA
ANAK KEEMPAT DARI ENAM BERSAUDARA.
Jenjang Pendidikan yang telah di tempuh oleh penulis adalah Sekolah
Dasar di SDN 1 Kosali Telah lulus tahun 2001. Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 1 PAKUE Kolaka Utara Tengah lulus tahun 2003.
Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 PAKUE Kolaka Utara Tenlah
lulus tahun 2007.
Program Studi Ilmu Ekonomi managemen, Falkutas ekonomi, Sekolah
tinggi ilmu ekonomi ( STIE WIRA BAKTI MAKASSAR ) Stara 1 (S1)
pada tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai