Latar Belakang Kabupaten baru di Provinsi Kepulauan Riau (Undang-undang Nomor 33 tahun 2008) yang merupakan daerah kepulauan, perbatasan (dengan Malaysia dan Thailand), terluar dan tertinggal. Morfologi daratannya berbentuk perbukitan terjal dengan batuan induk masa batu granit, tanah podsolid merah-kuning, latosol dan gley humus. Luas lahan pertanian yang tersebar di tujuh kecamatan 7.185 Ha, lahan perkebunan 20.000 Ha (.Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Anambas, 2009). Selain itu memiliki potensi agroklimat yang cukup untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura karena: curah hujan berkisar antara 2.398,4 mm/Thn, suhu udara antara 23 c 33,7c, kelembaban antara 66% - 99%, tingkat keasaman tanah (Ph tanah) 4 6 dengan kecepatan angin antara 2- 5 knot selatan dan 3 10 knot utara. Sebagai kabupaten yang baru, Kabupaten Kepulauan Anambas saat ini masih memiliki keterbatasan prasarana sosial ekonomi. Untuk malayani 40.000 penduduknya, kebutuhan sandang dan pangan serta kebutuhan hidup lainnya masih didatangkan dari Kota Tanjung Pinang. Namun sebagai daerah perbatasan dan daerah terluar Kabupaten Kepulauan Anambas sangat perlu membangun ketahanan pangan yang kuat dengan memanfaatkan potensi alam yang ada. Untuk itu perlu dikembangkan kawasan pertanian yang kuat dalam bentuk agropolitan. 2. Tujuan Kegiatan Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Agropolitan Kabupaten Kepulauan Anambas adalah: a. Memetakan potensi agribisnis di Kabupaten Kepulauan Anambas dan memetakan kawasan yang potensial untuk dikembangkannya Kawasan Agropolitan dalam suatu perencanaan yang terpadu, terarah dan berkelanjutan. Menganalisis dan mengkaji Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas yang memiliki produk-produk pertanian unggulan sehingga memiliki dampak ekonomi yang signifikan kepada daerah.
b.
3.
Tinjauan Potensi Pertanian Potensi lahan tanaman pangan dan hortikultura meliputi lahan tanaman pangan padi dan palawija, buah-buahan dan sayuran, data angka potensi tersebut seperti tabel berikut :
Tabel 1.1. Potensi Lahan Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura di Kabupaten Kepulauan Anambas
Kecamatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Siantan Selatan Palmatak Jemaja Jamaja Timur Jumlah Potensi Lahan Usaha (Ha) 1.145 305 115 540 435 1.504 3.141 7.185 Potensi Lahan (Ha) Tanaman Pangan Padi 50 150 764 1.781 2.745 Palawija 720 120 75 300 175 450 1.050 2.890 Buah buahan 225 125 30 150 70 130 70 800 Sayuran 150 60 10 90 40 160 240 750
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Aanambas, 2009
Dari tujuh kecamatan yang memiliki potensi lahan pertanian tersebut hanya kecamatan Jemaja dan Jemaja Timur yang memiliki irigasi teknis yang memadai. Selain itu terdapat potensi lahan perkebunan kelapa, cengkeh, karet, lada/kopi, pinang dan sagu, data angka dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.2. Potensi lahan perkebunan di Kabupaten Kepulauan Anambas
Kecamatan Potensi Lahan (Ha) 2.500 3.025 1.500 2.400 4.685 2.470 3.420 20.000 Potensi Lahan (Ha) Kelapa Cengkeh Karet 900 2.500 700 1.500 2.500 1.500 1.200 10.800 600 300 400 400 1.165 450 200 3.515 1000 220 400 500 1000 500 2000 4520 Lada / Kopi / Pinang 5 20 20 20 65 Sagu
Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Siantan Selatan Palmatak Jemaja Jemaja Timur Jumlah
Sumber : Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Anambas, 2009
4.
Kawasan Agropolitan Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. (UU No. 26/2007 Penataan Ruang).
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan agropolitan harus dapat memenuhi persyaratan Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan, Departemen Pertanian (2003) sebagai berikut: 1. Lahan pertanian yang memasok dan produk olahan hasil pertanian. 2. Pusat Agropolitan. 3. Permukiman, kelembagaan dan petani yang inovatif. 4. Prasarana Jalan 5. Prasarana pemasaran hasil pertanian. 6. Lembaga Permodalan Agribisnis, 7. Prasarana Teknologi Agribisnis, 8. Sarana pertanian, pengolahan jasa penunjang 9. Balai Penyuluhan Agribisnis. 5. Perumusan Masalah Untuk mencapai tujuan kajian pengembangan agropolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas maka masalah yang perlu dipecahkan adalah: a. Apakah semua potensi yang mengindikasikan terbentuknya agropolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas telah diketahui ? b. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat terbentuknya agropolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas ? 6. Metodologi Melihat tujuan kajian dan perumusan masalah di atas, pelaksanaan kajian ini menggunakan pendekatan deskriptik dengan variabel yang diambil adalah sektor pertanian dengan variabel yang diambil adalah sektor pertanian dengan faktor yang terlibat adalah ekonomi dan spatial. Kerangka pikir pelaksanaan kajian dapat dilihat pada skema gambar terlampir. 7. Hasil 1. Hasil penilaian terhadap variabel makro untuk melihat dimensi ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi serta hukum dan kelembagaan dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut: Tabel
No 1 2 3 4 5
Gambar 2.
Potensi Agribisnis: Penentuan komoditas unggulan dengan perhitungan LQ dari setiap komoditas pada 7 kecamatan berdasarkan data tahun 2007 dan 2008 di Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu sebagai berikut : Tabel
No 1.
2. 3. 4.
Jemaja Timur Siantan Palmatak Jemaja Jemaja Timur Siantan Selatan Siantan Siantan Timur Siantan Tengah Palmatak
Tabel
Komoditas unggulan yang muncul berdasarkan data tahun 2007 dan menghilang berdasarkan data tahun 2008:
No 1. 2.
3. 4.
Karet Kopi
3.
No 1. Kriteria
2. 3.
Lahan pemasok dan industri olahan Pusat Agropolitan Pemukiman, kelembagaan, petani inovatif
4. 5. 6. 7. 8. 9.
Prasarana Jalan Prasarana Pemasaran L.Permodalan Agribisnis Sarana Teknologi Agro Sarpras, jasa penunjang Balai Penyuluhan
Dengan melihat kondisi pemenuhan kriteria di atas , semua kecamatan di Kabupaten kepulauan Anambas tidak memenuhi syarat untuk dikembangkannya Kawasan Agropolitan.
4.
Keseuaian Lahan Analisis kesesuaian lahan di kawasan agropolitan yang diindikasikan pada lahan yang berada di Desa Ulu Maras dan Bukit Padi, Kecamatan Jemaja Timur, merupakan lahan subur dari tanah aluvium dan Kambisol yang sesuai untuk tanaman padi dan palawija. Selain itu, pada kawasan pertanian ini juga telah terdapat saluran irigasi teknis dengan sumber air yang berasal dari DAM.
5.
Pengembangan Kawasan Agropolitan: Kebijakan pengembangan kawasan Agropolitan di Kabupaten Kepulauan Anambas lebih dilatarbelakangi oleh nilai strategis sebagai daerah perbatasan terluar yang perlu memiliki ketahanan pangan yang kuat bagi penduduk yang bermukim. Kawasan agropolitan yang ingin dikembangkan di Kecamatan Jemaja hanya berupa kawasan agropolitan yang tidak lebih dari kawasan pertanian biasa, untuk merevitalisasi kawasan pertanian yang telah ada sebelumnya. Komoditas yang dihasilkan lebih diprioritaskan untuk memenuhi pasar lokal di Provinsi Kepulauan Riau.
6.
Permasalahan Lapangan Pertanian di Pulau Jemaja: 1. Tingkat produksi komoditas padi di kawasan di Kawasan Pulau Jemaja belum optimal karena keterbatasan bibit, pupuk, pestisida, dan peralatan pertaian lainnya yang merupakan komponen dalam sub sistem hulu kawasan agropolitan. Usaha tani komoditas padi Pulau Jemaja belum optimal karena berkurangnya SDM Petani dan sulitnya memperluas lahan tanaman padi karena permasalahan kepemilikan dan sertifikasi lahan. Kondisi irigasi teknis tidak berfungsi secara optimal terutama fungsi pematusan menyebabkan terjadinya genangan berlebihan di musim hujan. Sarana-sarana pendukung sub sistem off farm seperti gudang penyimpanan, industri pengolahan pertanian, serta terminal agribisnis belum terdapat di wilayah tersebut. Pasar hanya terdapat di 3 dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas, sehingga sulit bagi petani untuk memasarkan hasil pertaniannya. Subsistem pendukung : informasi pertaian, perkreditan, diklat, kemitraan, serta tenaga penyuluh sangat terbatas di Kepulauan Jemaja sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan usahanya secara mandiri.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kondisi irigasi sering tersumbat, dermaga sebanyak 16 buah di Pulau Jemaja dan 70 buah di keseluruhan kabupaten, kondisi jaringan jalan di Pulau Jemaja juga dapat dikatakan masih kurang
8.
Kesimpulan 1. Potensi Agribisnis di Kabupaten Kepulauan Anambas meliputi tanaman kelapa yang tersebar di seluruh kecamatan, tanaman padi da palawija di Kecamatan Jemaja, Jemaja Timur dan Siantan, sayuran di Kecamatan Jemaja Timur , serta buah-buahan di Kecamatan Siantan dan Palmatak. Semua kecamatan di Kabupaten kepulauan Anambas tidak memenuhi syarat untuk dikembangkannya Kawasan Agropolitan, namun di beberapa kecamatan dapat dikembangkan budidaya komoditas pertanian tertentu. Komoditas pertanian yang potensial untuk dikembangkan adalah komoditas padi dan palawija di Kecamatan Jemaja dan Jemaja Timur, komoditas sayuran di Kecamatan Jemaja serta komoditas buah-buahan di Kecamatan Palmatak dan Siantan. Faktor pendukung terbentuknya agropolitan adalah faktor agroklimat, ekologi dan faktor nilai strategis sebagai daerah perbatasan dan terluar perlu memiliki ketahan pangan yang kuat. Faktor penghambat terbentuknya agropolitan adalah sarana dan prasarana jasa penunjang, teknologi, keterbatasan SDM pertanian, kelembagaan, industri pendukung, permodalan agribisnis, dan balai penyuluhan. Apabila akan dikembangkan Kawasan Agropolitan di Wilayah Kabupaten kepulauan Anambas, maka perlu adanya perbaikan komponen sarana dan prasarana jasa penunjang, teknologi, keterbatasan SDM pertanian, kelembagaan, industri pendukung, permodalan agribisnis, dan balai penyuluhan. Pada tahap awal pengembangan pertanian difokuskan pada tanaman padi dan palawija, sayuran, buah-buahan dan tanaman kelapa. Untuk itu diperlukan : Penyediaan bibit, pupuk dan pestisida yang sesuai dengan kondisi permintaan lokal Perbaikan saluran irigasi teknis. Kebijaan dari pemda untuk pemakaian produk pertanian lokal Penyediaan tenaga penyuluh lapangan yang memadai. Penelitian unsur hara tanah untuk disesuaikan dengan kebutuhan pupuk yang tepat (pupuk berimbang).
2.
3.
4.
9.
Rekomendasi 1.
2.
Infrastruktur pendukung seperti sarana transportasi, penyediaan saprotan, gudang dan sarana pasar yang memadai.
3.
Pengembangan pertanian di Kabupaten Kepulauan Anambas perlu memperhatikan aspek lingkungan dengan menjaga tutupan lahan pada lahan dengan kemiringan terjal (perbukitan) karena karakteristik tanah yang tipis dengan cara: Pengembangan pertanian pada daerah lembah Konservasi lahan perbukitan Pengembangan perkebunan tidak diarahkan pada tanaman homogen.
LAMPIRAN:
18
Lain-lain
Pasar Tarempa Puskesmas Markas TNI AL TPA Terdapat usaha pembukaan lahan dengan pembakaran dan penebangan kayu. Mulai terjadi penggundulan hutan. Dijumpai beberapa usaha pertanian sayuran seperti cabai, jagung, kacang panjang dan gambas
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Diskripsi tanah Kedalaman tanah Horison Warna Tekstur Struktur Perakaran pH Lapangan Drainase internal Permukaan Air Tanah Jenis erosi Penyebab erosi Tingkat erosi Infrastrukur
18
Lain-lain
kelapa) Alluvium Kambisol 30 s/d 60 cm Tidak terbentuk Hitam Coklat muda Liat berpasir Lempung pasiran 30 s/d 50 cm untuk sayuran 70 cm untuk tanaman keras Di atas 5,75 Cukup bagus Dangkal (di dataran) Erosi lereng Kemiringan lereng Sedang s/d kuat Jalan beton, jalan tanah Saluran air bersih Dermaga besar 1 buah Pasar Tradisional Puskesmas Penginapan Terdapat usaha penebangan kayu yang merusak lingkungan. Dijumpai beberapa usaha pertanian sayuran seperti cabai, jagung, kacang panjang dan gambas
4. Kecamatan Jemaja
Lokasi : Kecamatan Jemaja No Parameter 1 Bentuk lahan 2 Bahan Induk Diskripsi Perbukitan dan dataran Granit, Mafik dan Ultramafik
Penggunaan Lahan
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Diskripsi tanah Kedalaman tanah Horison Warna Tekstur Struktur Perakaran pH Lapangan Drainase internal Permukaan Air Tanah Jenis erosi Penyebab erosi Tingkat erosi Infrastrukur
18
Lain-lain
Hutan bakau Perkebunan campuran (karet, cengkeh dan kelapa) Kambisol 30 s/d 60 cm Tidak terbentuk Coklat muda Liat berpasir Lempung pasiran 30 s/d 50 cm untuk sayuran 70 cm untuk tanaman keras Di atas 6 Cukup bagus Dangkal (di dataran) Erosi lereng Kemiringan lereng Sedang s/d kuat Jalan beton, jalan tanah Saluran air bersih Dermaga besar 1 buah Pasar Tradisional Puskesmas Penginapan Dijumpai beberapa usaha pertanian sayuran seperti cabai, jagung, kacang panjang dan gambas