Anda di halaman 1dari 9

Nama : Uswatun Mutmainah

Kelas : PPKH 3A

NIM : 04.03.19.388

Matkul : Perencanaan Wilayah Pedesaan

REVIEW JURNAL

Jurnal 1

Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan di


Kabupaten Sampang

Pembangunan sektor pertanian tidak akan lepas dari pembangunan suatu daerah
beserta pengembangan wilayahnya, sehingga diperlukan adanya peningkatan dalam usaha
pertanian agar wilayah tersebut mampu berkembang.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalisme yang bersumber


pada teori dan fakta empiri. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
kausal untuk mencari sebab akibat dan deskriptif. Penelitian kausal
digunakan dalam mengidentifikasi faktor penyebab kurang berkembangnya
kawasan pertanian di Kabupaten Sampang. Penelitian tersebut selanjutnya
akan dipaparkan dalam deskriptif. Penelitian ini diawali dengan penentuan
faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan pertanian tanaman
pangan, mengidentifikasi kesesuaian lahan pertanian tanaman pangan, dan
penentuan tipologi kawasan pertanian tanaman pangan, sehingga pada
akhirnya dapat merumuskan arahan pengembangan kawasan pertanian
tanaman pangan di Kabupaten Sampang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh stakeholders yang berkaitan
dengan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten
Sampang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
purposive sampling, dimana pemilihan sampel dipilih secara sengaja dan
dengan tujuan tertentu. Sampel berasal dari masing-masing kepala sub
bidang/sub dinas yang memiliki tupoksi berkaitan dengan pengembangan
kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sampang.
Hasil dan Pembahasan: Kabupaten Sampang memiliki luas wilayah sebesar 1.233,33 km 2
serta terdiri dari 14 kecamatan yaitu Kecamatan Omben, Kedungdung,
Robatal, Jrengik, Ketapang, Torjun, Pangarengan, Karangpenang,
Tambelangan, Camplong, Sreseh, Sampang, Sokobanah, dan Banyuates.
Wilayah kecamatan dengan penggunaan lahan pertanian terbesar di
Kabupaten Sampang dimiliki oleh Kecamatan Banyuates sebesar 13.159 Ha,
sedangkan penggunaan lahan pertanian penggunaan lahan pertanian terkecil
dimiliki oleh Kecamatan Torjun sebesar 3.769 Ha.
Untuk hasil produksi padi di Kabupaten Sampang dalam rentang tahun 2007-
2011 mengalami naik turun, dimana pada tahun 2007-2008 mengalami
kenaikan sedangkan tahun 2010- 2011 mengalami penurunan menjadi
143.194 Ton. Hasil produksi jagung di Kabupaten Sampang juga mengalami
pasang surut dimana pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan dari
143.058 Ton menjadi 161.867 Ton, namun pada tahun 2009-2011 mengalami
penurunan menjadi 111.349 Ton. Untuk hasil produksi ubi kayu pada tahun
2007-2009 mengalami kenaikan dari 176.726 Ton menjadi 197.971 Ton,
namun pada tahun 2011 produksinya mengalami penurunan menjadi 163.463
Ton. Perkembangan hasil produksi ubi jalar di Kabupaten Sampang tahun
2009-2010 mengalami kenaikan dari 16.037 Ton menjadi 15.346 Ton, namun
pada tahun 2011 produksinya mengalami penurunan menjadi 12.761 Ton.
Melihat kondisi tersebut, dapat diketahui bahwa hasil produksi komoditas
subsektor pertanian tanaman pangan sebagian besar mengalami penurunan
yang diakibatkan oleh kurang berkembangnya kawasan pertanian tanaman
pangan di Kabupaten Sampang.

Kesimpulan: Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan pada masing-masing


kecamatan harus memperhatikan kondisi kesesuaian lahan dan faktor
penyebab kurang berkembangnya kawasan pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Sampang agar hasil produksi pertanian dapat ditingkatkan.

Jurnal 2

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN DI WILAYAH UTARA


KABUPATEN CIAMIS

Kabupaten Ciamis merupakan daerah yang memiliki potensi ekonomi yang


cukup tinggi, terutama pada sektor pertanian. Sehingga paradigma pembangunan
ekonomi di Kabupaten Ciamis dititikberatkan pada keselarasan pengembangan
pertanian dengan bertumpu pada pengembangan sumber daya lokal. Adapun dasar
kebijakan yang dijadikan pertimbangan dalam pengembangan kawasan agropolitan di
Kabupaten Ciamis diawali dengan posisi Kabupaten Ciamis dalam konteks keruangan
nasional dan kemudian konteks keruangan Provinsi Jawa Barat.
Kajian Teoritis:
1. Konsep Agropolitan
Agropolitan adalah suatu konsep pembangunan berdasarkan aspirasi
masyarakat bawah yang tujuannya tidak hanya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, tapi juga mengembangkan segala aspek kehidupan sosial (pendidikan,
kesehatan, seni-budaya, politik, pertahanan-keamanan, kehidupan beragama,
kepemudaan, dan pemberdayaan pemuda dan kaum perempuan).
Tujuan pengembangan kawasan agropolitan adalah untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui percepatan pengembangan
wilayah dan peningkatan keterkaitan desa dan kota dengan mendorong
berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing berbasis
kerakyatan, berkelanjutan (tidak merusak lingkungan) dan terdesentralisasi
(wewenang berada di Pemerintah Daerah dan masyarakat) di kawasan
agropolitan. Dengan berkembangnya sistem dan usaha agribisnis maka di
kawasan agropolitan tersebut tidak saja membangun usaha budidaya (on farm)
saja tetapi juga “off farm" nya, yaitu usaha agribisnis hulu (pengadaan sarana
pertanian), agribisnis hilir (pengolahan hasil pertanian dan pemasaran) dan jasa
penunjangnya, sehingga akan mengurangi kesenjangan pendapatan antar
masyarakat, mengurangi kemiskinan dan mencegah terjadinya urbanisasi tenaga
produktif, serta akan menigkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Sistem Hirarki Kawasan Argopolitan


Kawasan agropolitan merupakan kawasan yang terbentuk oleh sistem
fungsional desa-desa yang ditunjukkan oleh adanya hirarki keruangan desa
yakni dengan adanya pusat agropolitan (central place) dan desa-desa di
sekitarnya. Kawasan ini sebagai kawasan pertanian yang tumbuh dan
berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat kawasan
(central place), yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-
kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya (hinterland).
Pengembangan kawasan agropolitan dimaksudkan untuk meningkatkan
efisiensi pelayanan prasarana dan sarana penunjang pertanian, baik yang
dibutuhkan sebelum proses produksi, dalam proses produksi, maupun setelah
proses produksi. Analisis sistem hirarki kawasan ditujukan untuk mengkaji pola
pergerakan barang, jasa dan informasi dalam kawasan agropolitan dan
hubungannya dengan desa-desa di sekitarnya.

3. Prioritas Program Pembangunan Kawasan Agropolitan


Prioritas pembangunan setiap unit Kawasan Agropolitan adalah
merupakan penjabaran dari rumusan tujuan pembangunan yang dinilai perlu dan
segera dilaksanakan. Akan tetapi dilihat dari segi kemampuan penanganan
pembangunan yaitu secara teknis dan kemampuan pendanaan sangat sulit
kiranya secara serentak dapat dilaksanakan. Oleh karena itu adanya skala
prioritas pelaksanaan pembangunan program dan proyek sesuai dengan tingkat
kepentingannya, dan diharapkan mampu memberikan rangsangan pada
perkembangan pembangunan sektor/sub sektor lainnya.
Pembahasan: Untuk merealisasikan berbagai pengembangan di atas, tentu sangat
tergantung pada dukungan semua pihak. Jika salah satu komponen tidak
berjalan, maka akan mengganggu keseimbangan komponen yang
lainnya dan menghambat keseluruhan proses yang tengah dilaksanakan.
Hasil penelitian penulis menunjukkan ada beberapa faktor yang
menghambat pengembangan kawasan agropolitan di wilayah utara
Kabupaten Ciamis, yakni :
1. Lemahnya Koordinasi Kelembagaan
Karena keterbatasan dalam hal koordinasi, maka antar dinas
terkait pun masih saling mengandalkan. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap sektor berjalan sendiri- sendiri. Di mana Dinas-Dinas terkait
lebih fokus dengan program dinasnya masing- masing.
2. Kurangnya Sosialisasi
Hal ini mengakibatkan kurangnya pemahaman antar pelaksana
maupun antara pelaksana dengan masyarakat. Sehingga pelaksana
di tingkat Kecamatan maupun Desa kurang mengetahui tentang arah
serta tahapan-tahapan dari pengembangan kawasan agropolitan.
3. Kurangnya dukungan SDM
Berkaitan dengan SDM pelaksana, secara umum dari pihak dinas
sudah cukup memadai. Namun untuk SDM pelaksana di tingkat
bawah belum memadai baik secara kualitas maupun kuantitas.
4. Kurangnya fasilitas/sarana dan prasarana
Infrastruktur terutama bidang transportasi belum sepenuhnya
mendukung aksesibilitas kawasan agropolitan di Kabupaten Ciamis,
baik untuk pergerakan internal maupun eksternal. Salah satu
indikatornya adalah rendahnya angka indeks aksesibilitas di
kawasan agropolitan tersebut, dimana nilai rata-rata indeks
aksesibilitasnya hanya mencapai 4,1%.
5. Rendahnya Komitmen
Komitmen pelaksana untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
dikawasan agropolitan masih kurang. Seperti kurangnya bantuan
pengajaran maupun pelatihan terhadap para petani dalam
memperkaya pengetahuan dan teknologi yang dimiliki untuk
membudidayakan tanaman sawah/ladangnya.

Jurnal 3

PENGEMBANGAN WILAYAH LANGOWAN SEBAGAI KAWASAN


AGROPOLITAN

Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan serta kemiskinan di


perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan.
Pengembangan kawasan agropolitan dapat dijadikan alternatif solusi dalam pengembangan
kawasan perdesaan tanpa melupakan kawasan perkotaan. Pengembangan kawasan
agropolitan sebagai bagian dari pengembangan wilayah nasional tidak bisa terlepas dari
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang menjadi kesepakatan bersama.
RTRWN penting untuk dijadikan alat untuk mengarahkan pengembangan kawasan
agropolitan sehingga pengembangan ruang nasional yang terpadu dan sistematis dapat
dilaksanakan.

Metodologi Penelitian: Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini
adalah metode survey dengan menggunakan teknik wawancara. Variabel yang
diukur dalam penelitian ini diantaranya yaitu, penghasil bahan baku, pengumpul
bahan baku, sentra produksi, kota kecil/pusat regional, kota sedang/besar, jalan,
batas kawasan lindung dan budidaya, dan batas kawasan agropolitan. Untuk
menganalisis potensi yang ada di wilayah Langowan maka digunakan analisis
deskriptif, yaitu semua kumpulan semua data primer dan sekunder yang telah
diperoleh . setelah analisis potensi dilakukan, maka akan disusun strategi
pengembangan kawasan agropolitan dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis Posisi Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan

Melalui analisis SWOT dapat dibuat analisis posisi pengembangan wilayah


Langowan sebagai kawasan agropolitan. meningkatkan luas tanam misalnya biasanya
wilayah Langowan hanya dapat memproduksi padi satu kali produksi dalam satu tahun
menjadi dua atau tiga kali produksi dalam setahun. Strategi ini dapat dicapai dengan cara
meningkatkan fasilitas pengairan yang ada di wilayah Langowan.

Kesimpulan: Wilayah Langowan berpotensi sebagai kawasan agropolitan yang ditunjang


oleh potensi agro dan politan, yaitu sumber daya alam, sentra produksi
padi, dan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani, jasa-jasa
penunjang yang ada yaitu lembaga perbankan, transportasi, dan
infrastruktur. Analisis posisi wilayah Langowan sebagai kawasan
agropolitan berada pada kuadran pertama yaitu pada posisi yang
menguntungkan. Strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah Langowan
adalah strategi integrasi horizontal yang dirinci sebagai berikut.

Jurnal 4

PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERBASIS KOMODITAS


UNGGULAN TANAMAN HORTIKULTURA DI KECAMATAN
PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Pengembangan Kawasan Agropolitan merupakan salah satu pendekatan


pembangunan perdesaan berbasis pertanian. Kabupaten Malang merupakan salah satu
Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi cukup besar di sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor ini dapat menjadi penggerak utama perekonomian di
Kabupaten Malang, Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi
sebesar 9.994,07 Milliar atau memiliki peranan sebesar 16.82% dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Malang 2017.
Kawasan Agropolitan: Agropolitan merupakan salah satu bentuk program pembangunan
ekonomi pedesaan berbasis pertanian dikawasan agribisnis yang dirancang
dan dilaksanakan dengan mensinergikan berbagai potensi lokal yang ada
untuk mendorong berkembangnya sistem dan usaha agribisnis yang
berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan yang digerakkan oleh
masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah.
Pengembangan kawasan agropolitan merupakan salah satu pendekatan
pembangunan pedesaan yang berbasis pertanian (tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan) dengan menempatkan
“kota-tani” sebagai pusat kawasan dan ketersediaan sumber dayanya,
sebagai modal tumbuh dan berkembangnya kegiatan yang mendorong usaha
agribisnis antar desa di suatu kawasan dan desa-desa di sekitarnya
(hinterland). Pengembangan kawasan agropolitan melalui penguatan sentra-
sentra.

Komoditas Unggulan: Komoditas unggulan berkaitan dengan potensi yang bisa


dimanfaatkan dan bernilai ekonomi tinggi dalam sektor pertanian. komoditas
unggulan adalah komoditas yang memiliki kontribusi membangun
perekonomian di suatu daerah/wilayah dimana komoditas tersebut memiliki
keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga mampu bersaing di pasar
dngan komoditas pesaingnya.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan


kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan
data sekunder.

Hasil dan Pembahasan: Sentra Kawasan agropolitan di Kabupaten Malang adalah


Kecamatan Poncokusumo. Di kawasan agropolitan poncokusumo, hampir
seluluh aktivitas ekonomi masyarakat berkaitan dengan sektor pertanian.
Tanaman hortikultura yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
tanaman sayur-sayuran dan tanaman buah-buahan. Kedua jenis tanamana
hortikultura inilah yang paling sering dibudidayakan oleh masyarakat di
kawasan agropolitan Poncokusumo.
Kesimpulan: Komoditas unggulan tanaman hortikultura di Kawasan Agropolitan
Poncokusumo berjumlah 9 komoditas yang terdiri dari 6 komoditas sayur-
sayuran (Bawang Daun, Kentang, Kubis, Cabe Kecil, Terung, Ketimun) dan 3
komoditas buah-buahan (alpukat, apel dan durian).
Strategi prioritas pengembangan kawasan agropolitan Poncokusumo
Kabupaten Malang dapat dilakukan dengan prioritas pengembangan sumber
daya manusia (SDM).
Jurnal 5

Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Tanaman Pangan di


Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas basis pada tanaman pangan
dalam pengembangan sektor pertanian, mengetahui sebaran fasilitas pendukung pertanian
pada tiap desa, dan menentukan strategi pengembangan kawasan pertanian berbasis
tanaman pangan di Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisis yang dilakukan pada tahun 2011 hingga
2015 dengan menggunakan teknik analisis Location Quotient, Skalogram, dan SWOT. Hasil
analisis Location Quotient menunjukan bahwa komoditas yang termasuk sektor basis
selama 2011 hingga 2015 adalah jagung dan ubi jalar.
Komoditas-komoditas yang menjadi objek di dalam penelitian kali ini adalah
tanaman pangan. Tanaman pangan adalah salah satu subsektor pertanian yang potensial
untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah lebih tinggi
dibandingkan dengan komoditas lainnya. Selain itu, komoditas tanaman pangan juga
mempunyai peran strategis terutama dalam upaya pemenuhan ketersediaan pangan untuk
peningkatan kesejahteraan petani dan penyediaan lapangan kerja. Komoditas tanaman
pangan juga memiliki nilai jual yang lebih tinggi, keberagaman jenis komoditas, dan
ketersediaan lahan yang memadai. Komoditas pada tanaman pangan terdiri dari padi,
jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, dan sorgum (palawija).
Adanya komoditas tanaman pangan dapat memberikan sumbangan pada wilayah,
memberikan potensi yang unggul dan beragam sehingga mampu menciptakan
pengembangan kawasan pertanian wilayah

Metode Penelitian:

1. Metode Location Qoutient (LQ)

Location Qoutient (LQ) merupakan analisis dalam membandingkan nilai tambah


untuk sektor yang telah ditentukan di wilayah yang akan dibandingkan dengan nilai
tambah untuk sektor yang sama secara nasional.
2. Metode Skalogram
Analisis Skalogram digunakan untuk menganalisis pusat-pusat pemukiman,
khususnya hierarki pusat-pusat permukiman. Analisis Skalogram dapat memberikan
gambaran adanya pengelompokan pemukiman sebagai pusat pelayanan dengan
mendasarkan pada kelengkapan fasilitas pelayanannya.
3. Metode SWOT (Strengths, Weaknesses,Opportunities, Threats)
SWOT merupakan alat analisis dalam menentukan strategi pengembangan pada
suatu perusahaan. Metode SWOT pada penelitian ini digunakan untuk strategi
pengembangan wilayah dengan identifikasi melalui matriks sebagai berikut terlebih
dahulu.
Hasil Penelitian : Hasil perhitungan nilai Location Quotient (LQ) komoditas subsektor
tanaman pangan Kecamatan Wuluhan dalam kurun waktu 2011 hingga 2015
yang menunjukkan komoditas basis adalah jagung dan ubi jalar. Dalam
mendorong pembangunan wilayah, keberadaan sarana dan prasarana
sangat diperlukan. Berdasarkan jumlah jenis dan unit sarana dan prasarana
atau fasilitas pelayanan sosial ekonomi pada tiap-tiap desa dengan
menggunakan analisis Skalogram, diketahui informasi tentang hierarki atau
tingkat pusat pertumbuhan dan pelayanan dari yang paling tinggi sampai
yang paling rendah.

Pembahasan: Berdasarkan analisis SWOT diketahui bahwa strategi pengembangan dalam


penelitian ini untuk memajukan fasilitas pertanian agar dapat mendorong
motivasi serta adanya suatu inovasi baru (Hanafie, 2010) dengan
pengembangan sarana dan prasarana pendukung pertanian dalam lembaga
keuangan atau Kredit Usaha Tani (KUT) dapat digunakan untuk
kelembagaan perkreditan di desa yang sangat diperlukan sebagai sumber
dana, modal investasi dan modal kerja bagi agribisnis di perdesaan dan juga
dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan petani yang aktif pada
kelompok tani (Hanafie, 2010). Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM)
untuk pengembangan pertanian dalam konteks pembangunan pertanian
berkelanjutan, maka sumber daya manusia yang berkualitas senantiasa
mengutamakan gotong royong dengan menggunakan prinsip-prinsip etika
yang meliputi: kualitas hidup, melestarikan lingkungan hidup agar
pembangunan dapat berlanjut, optimalisasi Sumber Daya Alam.

Kesimpulan: Berdasarkan analisis Location Quetient terhadap komoditas subsektor


tanaman pangan yang termasuk komoditas basis LQ>1 yang sesuai dengan
teori Ricardson yakni, Jagung dengan hasil LQ sebesar 2,1483 dan Ubi jalar
dengan hasil LQ sebesar 1,0090. Sedangkan berdasarkan hasil analisis
skalogram jumlah fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung kawasan
pertanian dari tujuh desa di Kecamatan Wuluhan dapat disimpulkan bahwa
yang memiliki jumlah fasilitas pendukung pertanian terbanyak dan menempati
hierarki III yakni Desa Ampel, Desa Dukuh Dempok, Desa Glundengan dan
Desa Kesilir. Strategi dari hasil analisis SWOT terhadap komoditas unggulan
subsektor tanaman di Kecamatan Wuluhan bahwa strategi pengembangan
kawasan pertanian berada pada kuadran I atau berada pada strategi agresif.
DAFTAR PUSTAKA

Dien, P. E. 2014. Pengembangan Wilayah Langowan Sebagai Kawasan Agropolitan.


Universitas Sam Ratulangi Fakultas Pertanian Manado. https://ejournal.unstrat.ac.id
/index.php/cocos/article/donload/3782/3305.

Faizah, A. A. dan Santoso, E. B. 2013. Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian


Tanaman Pangan di Kabupaten Sampang. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). http://www.ejurnal.its.ac.id/index.
php/teknik/article/download/3926/1239.

Henriyani, E. 2017. Pengembangan Kawasan Agropolitan Di Wilayah Utara Kabupaten


Ciamis. Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Galuh Jln.R.E.
Martadinata No. 150 Ciamis. https://jurnal.unigal.ac.id./index.php/dinamika /article
/view/878.

Laili, E. F. dan Diartho, H. E. 2018. Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Tanaman


Pangan di Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember. Journal of Regional and Rural
Development Planning. Universitas Jember. http://journal.ipb.ac.id/index.php/pdwd/
article/view/24491.

Rohma, A. dan Rahmawati, F. 2020. Pengembangan Kawasan Agropolitan Berbasis


Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura Di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten
Malang. Jurnal Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 5 No. 2. Universitas Negeri
Malang. http://jurnal.pancabudi.ac.id/index.php/jepa/article/view9112.

Anda mungkin juga menyukai