Anda di halaman 1dari 9

J-PAL, Vol. 7, No.

2, 2016 ISSN: 2087-3522


E-ISSN: 2338-1671

Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun


Kabupaten Lombok Timur
Baiq Diana Amalia Murty1, Tjahjanulin Domai2, Riyanto2
1Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas IIlmu Administrasi, Universitas Brawijaya
2Jurusan Ilmu Administras Publik, Fakultas IIlmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Abstrak
Pembangunan di Kecamatan Sembalun dengan potensi di bidang pertanian yang jauh tertinggal jika dibandingkan
dengan kawasan perkotaan, sehingga pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur menginisiasi pengembangan
program kawasan agropolitan Sembalun melalui Peraturan Daerah No. 2/2012 tentang RTRW hal ini sebagai upaya
pemerataan pembangunan. Berdasarkan permasalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi program pengembangan kawasan agropolitan dan mengetahui respon masyarakat terhadap
implementasi program Agropolitan di Sembalun. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan
teknik analisis data model interaktif Miles, Huberman and Saldana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa(1)
Pengembangan kawasan agropolitan Sembalun telah memiliki masterplan pengembangan kawasan Agropolitan sebagai
acuan untuk pengembangan, (2) lemahnya koordinasi dan komunikasi antar anggota tim koordinasi sehingga tujuan dan
sasaran pengembangan program kurang diketahui oleh anggota tim koordinasi serta belum tersusunnya SOP
pengembangan kawasan sehingga masih terlihat egosektoral dalam penentuan program pengembangan, (3)
pengembangan kawasan belum sepenuhnya dapat diimplementasikan dengan baik yang disebabkan kurangnya
sosialisasi program sehingga menyebabkan sikap resisten petani terhadap beberapa program pengembangan, tidak
dilibatkannya petani dalam perumusan program sehingga petani kurang memiliki komitmen dalam melaksanakan
program pengembangan. Agar pengembangan kawasan agropolitan Sembalun dapat berdampak signifikan terhadap
pembangunan di Kecamatan Sembalun perlu dibagun komunikasi dan koordinasi yang efektif antar anggota tim
koordinasi dan petani, sesegera mungkin menyusun SOP pengembangan kawasan, menggalakan sosialisasi program,
serta melibatkan petani dalam penyusunan program pengembangan.

Kata kunci: Agropolitan, Implementasi program, Sikap implementor

Abstract
Development in Sembalun districts which have potential in agriculture are left behind with urban areas, so that the local
governments initiate the development of Sembalun agropolitan program through Regional Regulation No. 2/2012
about RTRW as an effort to equitable development. Based on those problems, The purpose of this research to see the
implementation of development programs of agropolitan Sembalun and public response to the implementation of the
program. This study used a qualitative descriptive approach, with data analysis techniques interactive model of Miles,
Huberman and Saldana. The research resulted (1) Development of agropolitan Sembalun has had a master plan as a
reference for the development of the, (2) lack of coordination and communication among the team members so that
the goals and objectives of program development is less known by members and no SOP drafting of development
programs shown egosektoral in the determination of program, (3) development of the area has not been fully
implemented properly due to lack of socialization program causing resistant attitude of farmers on some program
development, non-involvement of farmers in the formulation of the program so that farmers lacked commitment in
implementing development programs. In order agropolitan Sembalun have significant impacts on development of
District Sembalun done by building a communication and effective coordination among members of the coordination
team and the farmer, as soon as possible draw up SOP development of the region, promoting socialization programs,
and involving farmers in the preparation of the development program.

Keywords: Agropolitan, Implementors attitude, Implementation programs

PENDAHULUAN padahal sektor ini merupakan sektor kunci untuk


Pertumbuhan ekonomi yang pesat membuat menjamin kualitas sumberdaya manusia
sektor pertanian menjadi dikesampingkan, Indonesia yang berkualitas dengan tetap
tersedianya persediaan pangan dan menjamin
tidak terjadinya rawan pangan. Selama ini ukuran
Writer Correspondence Address: keberhasilan pembangunan hanya dilihat dari
Baiq Diana Amalia Murty terciptanya laju pertumbuhan perekonomian
Email : diana_ashadi@yahoo.com
Address : Magister Ilmu Administrasi Publik, Fakultas IIlmu
yang tinggi di mana alat yang dipergunakan
Administrasi, Universitas Brawijaya adalah dengan mendorong industrialisasi di

134
Panduan Penulisan Artikel Jurnal
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

kawasan-kawasan perkotaan. Kondisi ini bila konsep agropolitan yang lebih komprehensif
ditinjau dari pemerataan pembangunan telah dalam pengembangan wilayah.[3]
memunculkan kesenjangan antara kawasan Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun
perdesaan dan perkotaan karena sektor strategis 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan
hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat yang bahwa “penataan kawasan perdesaan diarahkan
umumnya berada pada kawasan perkotaan. [1] untuk pemberdayaan masyarakat perdesaan,
Kesenjangan antara sektor industri dengan pertahanan kualitas lingkungan setempat dan
sektor pertanian itu tampak pada kesenjangan wilayah yang didukungnya, konservasi sumber
kota dan desa. Kegagalan pembangunan daya alam, pelestarian warisan budaya lokal,
perdesaan menyebabkan terjadinya backwash pertahanan kawasan lahan abadi pertanian
effect atau terkurasnya sumberdaya di pangan untuk ketahanan pangan dan penjagaan
perdesaan, penguasaan terhadap pasar dan keseimbangan pembangunan perdesaan-
kesejahteraan yang dimiliki masyarakat di perkotaan”. Mengacu pada undang-undang ini
perkotaan. Wilayah pedesaan sebagai sentra pemerintah daerah diberi kewenangan untuk
produksi pertanian mengalami ketertinggalan menetapkan kawasan strategis kabupaten untuk
sedangkan kota sebagai pusat pertumbuhan mengembangkan potensi wilayah. Sehingga
ekonomi mengalami pembangunan yang pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
cepat.[2] mengembangkan sektor pertanian daerah secara
Pertanian harus didorong pertumbuhannya mandiri berdasarkan potensi sosial ekonomi dan
melalui kebijakan yang diformulasikan secara karakteristik wilayah, sehingga diharapkan sektor
tepat. Kebijakan pembangunan pertanian pertanian dapat menjamin ketersediaan bahan
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan untuk skala daerah.
pangan, mengembangkan agribisnis dan Berdasarkan permasalahan pembangunan
meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan perdesaan yang terjadi, pengembangan kawasan
tujuan tersebut mengisyaratkan bahwa produk agropolitan merupakan alternatif solusi untuk
pertanian yang dihasilkan harus memenuhi pengembangan wilayah (perdesaan). Agropolis
syarat kuantitas, kualitas dan kontinyuitas berarti kota kecil dan menengah di sekitar
sehingga mempuyai daya saing. Pembangunan pedesaan (micro urban village) yang tumbuh dan
secara otonom harus menekankan kebijakan- berkembang dalam suatu sistem yang
kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada komprehensif dari aktivitas agribisnis untuk
kekhasan daerah yang bersangkutan melalui mendorong kegiatan pertanian di wilayah
penggunaan potensi sumber daya alam, sumber sekitarnya.
daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya Belum meratanya pembangunan di
fisik secara lokal. Sehingga pemerintah daerah Kabupaten Lombok Timur, dimana wilayah Utara
dapat menyusun perencanaan pembangunan dan Selatan semakin jauh tertinggal
yang disesuaikan dengan potensi dan pembangunannya dari wilayah perkotaan dimana
sumberdaya yang dimiliki termasuk untuk wilayah utara memiliki potensi sektor pertanian
menumbuhkan sektor ekonomi daerahnya terutama holtikultura dan perkebunan. Sejalan
melalui pengembangan Kawasan Strategis. Agar dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tujuan pembangunan dapat tercapai, penting tentang penataan ruang, pada tahun 2012
untuk merencanakan pembangunan berbasis Kecamatan Sembalun ditetapkan sebagai wilayah
sumberdaya lokal dengan pendekatan pengembangan Kawasan Agropolitan di Lombok
pembangunan wilayah dan dengan melibatkan Timur melalui Peraturan Daerah No. 2 Tahun
partisipasi masyarakat yang seluas-luasnya. 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Pembangunan yang berbasis sumber daya (RTRW), Pasal 33 mengenai Penetapan Kawasan
lokal, menggunakan pendekatan wilayah serta Strategis disebutkan pada Ayat 5 huruf a bahwa
melibatkan partisipasi dari masyarakat adalah “penetapan kawasan agropolitan Sembalun
pengembangan kawasan agropolitan yang meliputi Kecamatan Sembalun dengan sektor
dikemukakan Friedman dan Douglass (1975) yang unggulan hortikultura”. Dimana penataan ruang
menawarkan konsep Agropolitan sebagai kritik kawasan strategis diprioritaskan karena
dari teori trickle down effect, yang menegaskan mempunyai pengaruh sangat penting. RTRW
pembangunan di pusat-pusat perkotaan agar Kabupaten merupakan rencana penataan dan
hasilnya bisa menetes ke perdesaan. Namun pengembangan kawasan untuk rentang waktu 20
teori ini tidak tahan uji dengan semangat otomi tahun dimana RTRW menjadi pedoman untuk
daerah, daerah pun kemudian menyambut menyusun Rencana Pembangunan Jangka

135
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

Panjang Daerah (RPJPD) maupun untuk pengembangan Kawasan seperti Masterplan


menyusun Rencana Pembanguna Jangka Panjang Kawasan, Peraturan Daerah, RPJMD dan RTRW.
Menengah (RPJMD). Teknik Analisis Data untuk menyajikan data hasil
Dalam RPJMD Kabupaten Lombok Timur penelitian agar lebih bermakna dan mudah
dalam menjamin terpenuhinya kebutuhan dipahami dengan menggunakan Interactive
pangan masyarakat pemerintah daerah Model Analysis Miles, Huberman dan Saldana.
menjabarkannya dalam misi ke 4 revitalisasi HASIL DAN PEMBAHASAN
pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, Dalam mewujudkan Misi ke 4 (empat) RPJMD
kelautan dan kehutanan. Penetapan Kecamatan Kabupaten Lombok Timur yaitu Revitalisasi
Sembalun sebagai sentra produksi bawang putih pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan,
secara nasional berdampak pada pemakaian kelautan dan kehutanan, maka untuk sektor
pupuk kimia yang berlebihan untuk pertanian Pemerintah Daerah Kabupaten
meningkatkan asil produksi sehingga membuat Lombok Timur membentuk Kawasan Strategis
unsur hara menjadi hilang dan struktur tanah Kabupaten untuk kepentingan Ekonomi salah
menjadi keras, kemudian hasil penelitian yang satunya dengan menetapkan Kecamatan
dilakukan baik oleh IPB dan Universitas Mataram Sembalun sebagai Kawasan Agropolitan untuk
menyimpulkan bahwa kondisi tanah di pengembangan holtikultura dengan payung
Kecamatan Sembaun telah rusak. Rusarknya hukum pelaksanaan berupa Peraturan Daerah
struktur tanah membuat terpuruk perekonomian No. 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
petani. Sehingga pertumbuhan Kecamatan Wilayah (RTRW).
Sembalun semakin tertinggal dari wilayah
Implementasi Pengembangan Kawasan
perkotaan. Potensi pertanian yang dimiliki
Agropolitan Sembalun
Kecamatan Sembalun menjadi pertimbangan
1. Dokumen Rencana Pengembangan Kawasan
pemerintah daerah untuk menetapkan
Agropolitan Sembalun
Kecamatan ini sebagai Kawasan Strategis
a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten untuk kepentingan ekonomi dengan
Kabupaten Lombok Timur merupakan
mengembangkan holtikultura sebagai komoditas
dokumen perencanaan pemanfaatan
unggulan. Hal ini mendorong pemerintah untuk
ruang di Kabupaten Lombok Timur, yang
merencanakan dan mengintegrasikan
mengatur tentang kawasan strategis
perencanaan dan tata ruang wilayah, sehingga
kabupaten baik untuk kepentingan
kecamatan ini bisa tumbuh dan berkembang
ekonomi, budaya dan lingkungan.
mengejar ketertinggalan dari daerah perkotaan.
Dokumen ini mengatur Kecamatan
Penelitian ini bertujuan untuk
Sembalun sebagai kawasan agropolitan
mendeskripsikan implementasi program
beserta pusat pengembangan kawasan
pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun,
(PPK) dan komoditas unggulan yang
dan mengetahui respon masyarakat terhadap
akan dikembangkan serta pemanfaatan
program pengembangan Kawasan Agropolitan
ruang dalam kawasan.
Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.
b. Masterplan Pengembangan Kawasan
Agropolitan Sembalun yang merupakan
METODE PENELITIAN
dokumen perencanaan pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode
kawasan, arah pengembangan serta
penelitian deskriptif kualitatif dimana
program dan strategi pengembangan
menjelaskan objek penelitian secara
kawasan.
komprehensif.
Kawasan agropolitan Sembalun merupakan
Metode Pengumpulan Data bentuk dari penyelenggaraan penataan ruang
Teknik Pengumpulan Data dengan observasi kawasan perdesaan sebagaimana diatur oleh
terhadap fenomena yang terjadi pada lokasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
penelitian yang dilakukan dengan sistematis, Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah
wawancara dilakukan pada pejabat maupun staf Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
dinas teknis yang terkait dalam Program Penataan Ruang. Pengembangan kawasan
Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun, agropolitan Sembalun juga dimaksudkan untuk
serta mendokumentasikan kondisi pada Kawasan meningkatkan efisiensi pelayanan prasarana dan
Agropolitan, masyarakat yang diwawancarai sarana penunjang kegiatan pertanian, baik yang
serta meng-copy beberapa dokumen terkait dibutuhkan sebelum proses produksi, dalam

136
Panduan Penulisan Artikel Jurnal
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

proses produksi, maupun setelah proses melakukan review terhadapa kondisi eksisting,
produksi. memperkirakan kondisi pada masa yang akan
Adapun komoditas unggulan yang datang terutama pemanfaatan ruang, penetapan
dikembangkan pada Kawasan Agropolitan tujuan dan sasaran, penyusunan program dan
Sembalun adalah: persetujuan rencana dengan terbitnya perda
1. Untuk tanaman pangan adalah padi, dengan RTRW. Disamping itu juga telah dilakukan
komoditas penunjang meliputi kacang tanah, penyusunan program rencana yang berisi tujuan
ubi kayu dan jagung. dan sasaran yang lebih rinci beserta waktu
2. Untuk tanaman hortikultura, berupa pelaksanaannya.
tanaman sayur-sayuran adalah bawang
Organisasi Pelaksana Pengembangan
putih, kentang dan wortel, dengan
Kawasan Agropolitan Sembalun
komoditas penunjang meliputi kubis,
Model kelembagaan Tim Koordinasi dipilih
bawang merah, cabe besar, tomat, kacang
karena pengembangan Kawasan Agropolitan
merah dan cabe rawit. Holtikultura berupa
Sembalun ini mempunyai sifat multifungsional
buah-buahan yang diunggulkan adalah
atau lintas sektoral. Artinya, implementasi
nangka dan strawberry dengan komoditas
pengembangan kawasan ini akan melibatkan
penunjang meliputi jeruk, jambu, mangga,
peran berbagai sektor bersifat vertikal (Nasional
pisang dan durian.
dan Propinsi) maupun horizontal (SKPD
3. Komoditas unggulan tanaman perkebunan
Kabupaten, Pemerintahan Kecamatan,
adalah kopi, dengan komoditas penunjang
Pemerintahan Desa dan UPTD lainnya).
meliputi jambu mete, kakao, kapuk,
Komunikasi dan koordinasi yang kurang
cengkeh, asam, kelapa dan pinang.
efektif, tidak dilakukannya monitoring dan
Penentuan sektor atau komoditas agribisnis
pelaporan program secara kontinyu
unggulan dilakukan dengan beberapa
menyebabkan tidak terukurnya tingkat
pertimbangan, yaitu :
keberhasilan pelaksanaan program, lemahnya
a. Mempunyai tingkat kesesuaian agroekologi
monitoring menyebabkan petani selaku
yang tinggi.
implementor merasa ditinggalkan dan tidak
b. Mempunyai pasar yang jelas.
adanya evaluasi menyebabkan tidak adanya
c. Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
masukan untuk peningkatan program yang akan
menciptakan nilai tambah (pendapatan) dan
dilaksanakan. Komunikasi dan koordinasi dalam
kesempatan kerja.
tim koordinasi pengembangan kawasan
d. Mempunyai kemampuan dalam
agropolitan Sembalun belum terlaksana dengan
meningkatkan ketahanan pangan
baik, dengan adanya egosektoral menyebabkan
masyarakat berpendapatan rendah.
adanya tumpang tindih program, target dan
e. Mempunyai dukungan kebijakan pemerintah
sasaran implementasi program pengembangan
dalam bidang-bidang teknologi, prasarana,
yang kurang optimal padahal komunikasi dan
infrastruktur, kelembagaan, permodalan dan
koordinasi merupakan hal penting dalam
lainnya Merupakan komoditas yang telah
implementasi program. Hal ini seperti hasil
diusahakan oleh masyarakat setempat.
penelitian Mazdalifa (2011) pada pengembangan
f. Mempunyai kelayakan untuk diusahakan
kawasan agropolitan Kabupaten Lamongan yang
baik secara financial maupun ekonomi. [4]
menyimpulkan bahwa jika komunikasi dan
Dari segi ketersediaan dokumen, kawasan ini
kerjasama dalam tim pokja tersebut tidak
telah memiliki dokumen perencanaan yang
berjalan dengan baik maka penyamaan persepsi
memadai dan sesuai dengan arahan
terhadap visi dan misi dari kebijakan
pengembangan kawasan agropolitan dari pusat.
pengembangan kawasan Agropolitan juga sulit
Ketersediaan dokumen perencanaan mutlak
untuk dicapai.[5]
diperlukan sebagai arahan dalam pelaksanaan
Koordinasi bukanlah sekedar menyangkut
pengembangan kawasan, penetapan prioritas
persoalan mengkomunikasikan informasi
pengembangan dan untuk mengoptimalisasi
ataupun membentuk struktur-struktur
sumberdaya baik sumberdaya manusia maupun
administrasi yang cocok, melainkan menyangkut
pendanaan. Masterplan kawasan memuat
pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik
perencanaan baik jangka pendek, jangka
pelaksanaan kebijakan” [6]. Berdasarkan teori ini
menengah maupun jangka panjang yang telah
maka semakin baik koordinasi dan komunikasi
memenuhi kaidah-kaidah perencanaan dimana
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
telah dilakukan penyusunan rencana dengan

137
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

proses implementasi, maka dapat meminimalisir tercapainya tujuan dan sasaran secara
terjadinya kesalahan-kesalahan dalam optimal.[7]
implementasi program. Hal ini juga yang
Realisasi Program Pengembangan Kawasan
dikemukakan dalam jurnal [7] bahwa komunikasi
Agropolitan Sembalun
merupakan faktor yang paling dominan dalam
Pengembangan kawasan ini sebagai salah
implementasi program pengembangan kawasan
satu komitmen pemerintah daerah untuk
agropolitan.
mewujudkan misi dalam RPJMD yaitu revitalisasi
Kejelasan stadar dan sasaran kebijakan
pertanian sehingga mampu meningkatkan
sangat penting untuk dipahami oleh para
kesejahteraan petani, mampu menjamin
pelaksana dengan perlunya ketepatan
ketersediaan pangan baik untuk skala kawasan
komunikasi antar organisasi, disamping itu
maupun diluar kawasan. Dimana payung hukum
adanya penguatan aktivitas. Dengan ketepatan
pelaksanaannya berupa peraturan daerah No 2
komunikasi maka pihak-pihak yang terlibat dapat
Tahun 2012 tentang RTRW.
memahami kejelasan stadar dan sasaran
Beberapa program pengembangan yang
kebijakan sehingga akan mengiliminir kesalahan-
belum terlaksana dengan optimal disebabkan
kesalahan yang mungkin akan timbul.
kurang terakomodirnya aspirasi masyarakat
Standard Operating Procedures (SOP) sehingga masukan dan aspirasi dari masyarakat
Pelaksanaan Pengembangan Kawasan perlu digali dan diidentifikasi dalam rangka
Agropolitan Sembalun perencanaan pengembangan Kawasan
SOP (Standard Operating Procedures) adalah Agropolitan Sembalun. Sedangkan untuk
panduan hasil kerja yang diinginkan serta proses pembangunan fisik, pengembangan kawasan
kerja yang harus dilaksanakan. Untuk telah berdampak signifikan terhadap
pelaksanaan program pengembangan kawasan pembangunan. Hal ini sejalan dengan hasil
agropolitan Sembalun ini belum memiliki SOP penelitian Pranoto et al (2006) pada kawasan
sehingga pelaksanaannya bersifat parsial, dan agropolitan di pulau Jawa yang menyimpulkan
program yang diarahkan dalam kawasan bahwa pengembangan agropolitan secara
direncanakan oleh masing-masing SKPD yang signifikan berpengaruh terhadap peningkatan
tergabung dalam tim koordinasi. Hal ini sarana dan prasarana pada kawasan agropolitan
mengakibatkan adanya program-program dengan [9].
sasaran yang sama sehingga terjadi tumpang Namun dalam pelaksanaan pengembangan
tindih program. Hal ini menjadi kendala dalam Kawasan Agropolitan Sembalun saat ini masih
keberhasilan pelaksanaan program, dimana tidak merupakan bentuk perencanaan top down dan
adanya kejelasan SKPD yang bertanggungjawab, given dari pemerintah daerah dimana
kapan harus melakukan kegiatan dan bagaimana masyarakat hanya diposisikan sebagai subyek
pelaksanaannya sehingga tidak dapat dilakukan pembangunan dimana seyogyanya dalam
evaluasi terhadap program yang telah berjalan, pelaksanaan program agropolitan, masyarakat
serta adanya tumpang tindih program sehingga harus ditempatkan sebagai pelaku utama
terkesan pengembangan kawasan menjadi tidak sedangkan pemerintah berperan memberikan
jelas. Tingkat keberhasilan program menjadi sulit fasilitasi dan pendampingan sehingga dicapai
untuk terukur. keberhasilan yang lebih optimal. Masyarakat
Manfaat dari SOP adalah menjadi pedoman belum diberikan ruang untuk memberikan
dalam melaksanakan tugas, menyelesaikan masukan program yang mereka butuhkan.
pekerjaan secara konsisten, sebagai alat Keterlibatan masyarakat secara aktif baik dalam
komunikasi dan pengawasan [8]. Aryani et al perumusan program dan implementasinya akan
menyebutkan bahwa koordinasi dan monitoring menjadi faktor utama penentu keberhasilan
hendaknya diupayakan agar semua kegiatan program.
pembangunan yang dilakukan bisa berjalan serasi Hal lain yang menyebabkan terhambatnya
dan menghasilkan sinergi untuk menjamin bahwa implementasi program pengembangan yaitu
semua kegiatan berjalan dalam arah yang sesuai kurangnya sumberdaya baik berupa sumberdaya
dan menuju pada pencapaian tujuan. Koordinasi manusia maupun pendanaan untuk
dan monitoring yang demikian merupakan upaya pengembangan kawasan. Keterbatasan
untuk menghasilkan kegiatan yang efisien dalam sumberdaya dalam hal ini pendanaan maupun
pemanfaatan sumber daya untuk menjamin tenaga yang berkompetensi yang dimiliki
pemerintah daerah untuk bisa membangun

138
Panduan Penulisan Artikel Jurnal
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

sentra pembibitan menjadi salah satu faktor yang kebijakan agar tidak menghambat proses
mempengaruhi keberhasilan program. Modal kebijakan.
diperlukan untuk kelancaran pembiayaan
Tabel 1. Penilaian Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun
Program
No Sub Program Outcome Penilaian
Pengembangan
Mampu menjamin Tercapai, namun hasilnya belum
ketersediaan benih, pupuk optimal karena petani masih
Pengembangan organik, dan pestisida bergantung pada pupuk kimia
sub sistem untuk petani, melakukan sehingga pertanian organik belum
agroindustri hulu penyuluhan pertanian sepenuhnya terlaksana
holtikultura dan pertanian
organik, penyuluhan dan
pembibitan varietas unggul.
Memberikan bantuan Terlaksana untuk penyediaan alat
Pengembangan
mesin traktor dan alat namun tidak termanfaatkan oleh
sub sistem usaha
pertanian, membangun petani karena akan mengurangi
produksi
sistem irigasi penyerapan tenaga kerja.
Penyediaan pengemasan Terlaksana untuk penyediaan alat
Program Pengembangan hasil panen, mesin dan pengolahannya namun belum
1 Pengembangan sistem sub sistem pengolahan dan mesin termanfaatkan oleh petani.
agroindustri pengolahan dan pengemasan hasil olahan
pasca panen hasil pertanian, pelatihan
pengolahan hasil pertanian
Rehabilitasi jalan usaha Terlaksana namun belum optimal,
tani, Pembangunan sub belum terbentuk ukm untuk
Pengembangan terminal agro, pengolahan hasil pertanian dan
sub sistem pengembangan industri belum dikenal luasnya kawasan
pemasaran hasil UKM, menyusun strategi beserta komoditas unggulannya
pemasaran komoditas
unggulan.
Program Pembentukan Terlaksana namun belum optimal,
pengembangan kelompok tani, KUD, keterbatasan dana sehingga
sub sistem jasa pembangunan pusat pembangunan pusat pembibitan
penunjang pembibitan, belum terbangun
Rehabilitasi jalan Terlaksana dengan baik,
penghubung kawasan, ketergantungan kawasan akan
Program
pembangunan fasilitas daerah perkotaan dapat dikurangi
pengembangan sarana
2 kesehatan dan pendidikan,
dan prasarana
pusat informasi pertanian,
pendukung
jaringan komunikasi,
jaringan air bersih.
Program Pemilihan jenis tanaman Tidak terlaksana, akibat petani
pengembangan yang disesuaikan dengan memilih menanam komoditas yang
3 komoditas unggulan potensi lahan yang ada. diminati pasar meski potensi lahan
berdasarkan tidak sesuai
kesesuaian lahan
Pengembangan Desa Terlaksana namun belum optimal,
Sembalun Lawang sebagai belum terlaksananya timbale balik
PPK yang dilengkapi dengan antara pusat kawasan dengan desa
Program
berbagai sarana dan disekitarnya, belum terbangunnya
pengembangan pusat
4 prasana sesuai RTRW, industry yang memanfaatka raw
pelayanan kawasan
pembangunan industry material yang dihasilkan
(PPK)
yang memanfaatkan bahan
mentah dari desa dalam
kawasan
Program Membentuk tim koordinasi Terlaksana, namun belum optimal,
pengembangan untuk tingkat SKPD dan dimana masih terlihat egosektoral
5 kelembagaan untuk memperkuat kelembagaan dalam penetapan program, dan
mendukung kawasan kelompok tani. kelompok tani hanya aktif saat
agropolitan adanya bantuan.
Program Pengembangan potensi Belum menjadi fokus pengembangan
6
pengembangan wisata yang dimiliki untuk program jangka pendek

139
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

potensi agrowisata bersinergi dengan


pengebangan kawasan
agropolitan.
Sumber : diolah dari hasil penelitian

Van Meter dan Van Horn yang dikutip agropolitan sebagai acuan untuk
Agustino (2006; h. 142) menyebutkan bahwa pengembangan wilayah Kabupaten,
“keberhasilan implemetasi kebijakan sangat penetapan prioritas dan optimalisasi
dipengaruhi oleh kemampuan memanfaatkan sumberdaya baik manusia maupun
sumberdaya yang tersedia baik sumberdaya pendanaan sehingga pengembangan
manusia, biaya dan waktu” [9]. kawasan ini telah sesuai dengan arahan
pengembangan kawasan agropolitan dari
Respon Masyarakat Terhadap Implementasi
pemerintah pusat. Namun beberapa
Program Pengembangan Kawasan Agropolitan
kebijakan program yang dikeluarkan dirasa
Sembalun, Adanya resistensi petani terhadap kurang konsisten dan kurang efektif.
implementasi program disebabkan kurangnya b. Dalam implementasi program
sosialisasi kepada petani sebagai implementor pengembangan kawasan fungsi koordinasi
(disposisi) yang menyebabkan kurangnya dan komunikasi belum dilakukan dengan
pemahaman petani akan program baik antar SKPD dalam tim koordinasi yang
pengembangan dan tujuan dari pengembangan dibuktikan dengan belum adanya
kawasan agropolitan sehingga mereka bersikap persamaan persepsi dan pandangan
resisten terhadap program pengembangan. mengenai program pengembangan
Disamping itu adanya beberapa program yang kawasan, adanya egosektoral yang
dinilai petani kurang sesuai dengan kebutuhan ditunjukkan dengan perencanaan program
petani untuk mengembangkan sektor pertanian. yang dilakukan secara parsial oleh masing-
Hasil penelitian Sofwanto et al (2006) masing SKPD dalam tim koordinasi sehingga
menyimpulkan bahwa adanya pemahaman terjadi tumpang tindih program, belum
petani terhadap program pengembangan adanya monitoring dan evaluasi terhadap
kawasan menjadi faktor penentu keberhasilan pelaksanaan program sehingga tingkat
pelaksanaan program.[11] keberhasilan menjadi bias.
Sehingga diperlukan sosialisasi secara aktif c. Belum tersusunnya SOP untuk pelaksanaan
tentang kawasan agropolitan sehingga petani program menjadi kendala dalam
sebagai implementor memiliki pemahaman keberhasilan pelaksanaan program,
tentang kawasan agropolitan beserta program sehingga tidak ada kejelasan SKPD yang
pengembangan yang ada sehingga mereka bertanggungjawab dalam melaksanakan
bersedia melaksanakan pembangunan sesuai suatu program, kapan harus melakukan
keinginan pemerintah selaku pembuat kebijakan. kegiatan dan bagaimana pelaksanaannya
Syamsi mengemukakan salah satu faktor sehingga tidak dapat dilakukan evaluasi
dominan bagi keberhasilan pembangunan adalah terhadap program yang telah berjalan,
respon masyarakat melalui sikap (attitudes) dan adanya tumpang tindih program sehingga
peran sertanya (particitation), sehingga dengan terkesan pengembangan kawasan menjadi
partisipasi ini masyarakat diikutsertakan dalam tidak jelas dan tingkat keberhasilan program
pembuatan keputusan, pelaksanaan, penikmatan menjadi sulit untuk terukur.
manfaat atau hasil serta dalam pengevaluasian d. Secara umum, pengembangan kawasan
hasil pembangunan. Keikutsertaan masyarakat agropolitan Sembalun ini belum efektif
dalam pembuatan keputusan dapat karena belum sepenuhnya tumbuh menjadi
menumbuhkan perencanaan dari bawah kawasan agropolitan, dimana belum
(bottom-up planning).[12] terbetuk ciri-ciri dari kawasan agropolitan
yang berkembang. Ada beberapa hal yang
KESIMPULAN menyebabkan terhambatnya implementasi
1. Implementasi Pengembangan Kawasan program pengembangan antara lain adanya
Agropolitan Sembalun kurangnya sosialisasi program serta
a. Salah satu persyaratan pokok dalam kurangnya sumberdaya baik sumberdaya
pengembangan Kawasan Agropolitan manusia maupun pendanaan untuk
adalah tersusunnya masterplan kawasan pengembangan kawasan.

140
Panduan Penulisan Artikel Jurnal
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

1. Pusbindiklatren BAPPENAS, yang telah


2. Respon Masyarakat Terhadap Implementasi memberikan donasi Beasiswa
Program Pengembangan Kawasan 2. Semua pihak terkait yang telah membantu
Agropolitan Sembalun peneliti dalam menyelesaikan publikasi
Adanya resistensi petani terhadap ilmiah ini.
implementasi program disebabkan
kurangnya sosialisasi kepada petani sebagai
implementor serta ketidaksesuaian antara DAFTAR PUSTAKA
program yang direncanakan dengan [1]. Mubyarto. Drama Ekonomi Indonesia.
kebutuhan petani (disposisi). Kurangnya Belajar Dari Kegagalan Ekonomi Orde Baru.
sosialisasi menyebabkan kurangnya Kreasi Wacana. Yogyakarta. 2004.
pemahaman petani akan program [2]. Friedman and J, Douglas. M. Agropolitan
pengembangan dan tujuan dari Development, Toward a New Strategy for
pengembangan kawasan agropolitan Regional Development in Asia. MIT Press.
sehingga mereka bersikap resisten terhadap Massacuset. 1975.
program pengembangan. Disisi lain, [3]. Wardhono, Fitri Indra. Himpunan Makalah
kebijakan-kebijakan pemerintah masih Tentang Agropolitan, Pembangunan Desa
kurang berpihak kepada petani, dimana dan Kawasan Terpadu Mandiri. 2003.
sebagian program dinilai kurang sesuai [4]. Mazdalifa, Ayudya Fitria, M. Irfan Islamy,
dengan kebutuhan petani untuk peningkatan Fadillah Putra. 2011. Implementasi Kebijakan
usaha pertanian. Serta tidak dilibatkannya Pengembangan Kawasan Agropolitan Di
petani dalam perumusan program Kabupaten Lamongan. Jurnal Administrasi
pengembangan menyebabkan rendahnya Publik (JAP), Vol 1, No.3.
komitmen petani untuk melaksanakan [5]. Wahab, Solichin Abdul. Analisis Kebijakan
program yang ada. Hasil penelitian Sofwanto Dari Formulasi Ke Implementasi
et al (2006) membuktikan bahwa adanya Kebijaksanaan Negara. Edisi kedua. PT. Bumi
pemahaman petani tentang program Aksara. Jakarta. 2008. H, 77
pengembangan kawasan agropolitan [6]. Ariyani, Dini, Abdul Hakim, Irwan Noor,
menjadi factor penentu keberhasilan 2014. Pengaruh Faktor Komunikasi,
program pengembangan. [ Sumberdaya, Sikap Pelaksana dan Struktur
Birokrasi Terhadap Output Implementasi
Saran Program Pengembangan Kawasan
1. Pengembangan kawasan harus melibatkan Agropolitan di Kabupaten Probolinggo. J-PAL,
peran masyarakat dalam perumusan Vol. 5, No. 2, 2014.
program pengembangan kawasan [7]. Puspitasari, Devi dan Rina Rosmawati.
agropolitan Sembalun, sehingga perlu Pelayanan Prima (Service Excellent) SMK
dilakukan revisi terhadap masterplan Bisnis dan Manajemen. CV Arya Duta,
kawasan yang ada; Jakarta. 2010.
2. Meningkatkan komunikasi organisasi baik [8]. Pranoto, Sugimin, M. Syamsul Ma’arif,
ditingkat pemerintah daerah selaku perumus Surjono H. Sutjahjo, dan Hermanto Siregar.
kebijakan; 2006. Pembangunan Perdesaan
3. Melakukan sosialisasi secara intensif Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan
terhadap program-program pengembangan Agropolitan. Jurnal Manajemen dan
kawasan yang telah direncanakan agar Agribisnis Vol.3 No. 1.
petani dapat menerima dan mengerti [9]. Agustino, Leo. Dasar-dasar Kebijakan Publik.
program yang akan dilaksanakan; Alfabeta. Bandung. 2006.
4. Mengembangan potensi pariwisata yang [10]. Sofwanto, Awaludin, Basita Ginting
dimiliki kawasan yang disinergikan dengan Sugihen, Djoko Susanto. 2006. Persepsi
pengembangan kawasan agropolitan. Petani Tentang Kebijakan Pemerintah
Agrowisata diharapkan dapat memberikan Daerah Dalam Upaya Pengembangan
trickle down effect kepada masyarakat Agribisnis Sayuran (Kasus Petani Sayuran
sekitar. Peserta Program Kawasan Agropolitan
Desa Sindang Jaya Kecamatan Cipanas
UCAPAN TERIMA KASIH

141
Implementasi Program Pengembangan Kawasan Agropolitan Sembalun (Murty, et al.)

Kabupaten Cianjur). Jurnal Penyuluhan Vol.


2, No.1.
[11]. Syamsi, Ibnu. Pokok-pokok Kebijaksanaan,
Perencanaan, Pemrograman dan
Penganggaran Pembangunan Tingkat
Nasional dan Regional. CV. Rajawali.
Jakarta. 1986.

142

Anda mungkin juga menyukai