Anda di halaman 1dari 52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
4.1. Profil SMK Pembangunan Ampel

SMK Pembangunan Ampel merupakan sekolah


swasta yang menjadi salah satu dari empat SMK
yang berada di Kecamatan Ampel Kabupaten
Boyolali. Sejarah singkat SMK Pembangunan Ampel
berdiri pada tanggal 8 Mei 1995 dibawah naungan
Yayasan Sariputra Sadono. Sekolah ini, mula-mula
hanya membuka jurusan akuntansi, namun pada
saat ini SMK Pembangunan Ampel memiliki tiga
jurusan yaitu Akuntansi (AK), Rekayasa Perangkat
Lunak (RPL), dan Teknik Sepeda Motor (TSM).
Secara geografis SMK Pembangunan Ampel
berada di Jalan Baru Dusun Kaligentong, Kelurahan
Urutsewu dengan jarak jalan raya sekitar 200 meter.
Pada saat ini, SMK Pembangunan Ampel memiliki
siswa sejumlah 123 dan guru sejumlah 27. Meskipun
hanya memiliki jumlah siswa yang relatif sedikit,
sekolah ini memiliki sarana prasarana yang cukup
representatif. Tiap jurusan memiliki laboratorium
praktek,ruang kelas yang memadai dan media

53
pembelajaran yang cukup baik. Semua guru dan
tenaga kependidikan memiliki ijazah S1, 4 guru
memiliki ijazah S2, dan 8 guru telah memiliki
sertifikat pendidik.
Visi SMK Pembangunan Ampel adalah
“Terwujudnya Sekolah Menengah Kejuruan yang
mengasilkan tamatan yang memiliki iman dan taqwa,
berbudi pekerti luhur, berkualitas, profesional, dan
mampu berkompetisi di era global. Misi SMK
Pembangunan Ampel pada dasarnya melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam rangka usaha
menghasilkan tamatan SMK yang berpotensi, handal
dan bersikap profesional serta mampu
mengembangkan dirinya sesuai kebutuhan dunia
kerja. Misi tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan pembinaan keagamaan
2. Menerapkan pendidikan karakter pada tiap mata
pelajaran
3. Meningkatkan pelayanan siswa dalam
pembelajaran dengan tenaga edukatif yang
berkualitas, profesional, media memadai, dan
lingkungan belajar yang kondusif
4. Mengembangkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG)
dan meningkatkan kerjasama dengan Dunia
Usaha/Dunia Industri (DU/DI).

54
5. Menyiapkan tenaga kerja menengah yang
profesional sesuai dengan tuntutan DU/DI.
SMK Pembangunan Ampel memiliki tujuan,
antara lain :
1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan
kerja serta mengembangkan sikap profesional
2. Menyiapkan siswa agar mampu memilih karier,
mampu berkompetisi dan mengembangkan diri
untuk mencapai taraf hidup yang layak
3. Menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk
memenuhi dunia kerja pada saat ini, maupun
mendatang.
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga negara
yang produktif, siap berkembang dan beradaptasi
(adaptif) serta kreatif.
Penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah
dilakukan untuk mewujudkan SMK Pembangunan
Ampel sebagai sekolah kejuruan yang bermutu.
Ukuran mutu sekolah secara nasional
terdeskripsikan melalui hasil akreditasi dari Badan
Akreditasi Sekolah. Melalui studi dokumen sertifikat
akreditasi Tahun Pelajaran 2017/2018 diperoleh
informasi bahwa semua jurusan yang ada di SMK
Pembangunan Ampel yaitu Akuntansi, Rekayasa

55
Perangkat lunak, dan Teknik sepeda motor memiliki
akreditasi “B” yang berarti baik.
Untuk meningkatkan mutu sekolah, secara
garis besar SMK Pembangunan Ampel telah
menetapkan sasaran mutu yang akan dicapai.
Sasaran mutu tersebut antara lain :
1. Pengembangan KTSP dengan melibatkan unsur-
unsur sesuai dengan standar SNP
2. Peningkatan peserta didik dalam pencapaian target
yang ditetapkan SKL.
3. Peningkatan prestasi akademik maupun non
akademik baik tingkat daerah maupun tingkat
nasional.
4. Peningkatan pemenuhan sarana prasarana
sesuai SNP
5. Meningkatkan kemitraan sekolah dengan
masyarakat maupun DU/DI dalam kegiatan
akademik maupun non akademik dengan
didukung adanya MOU.
6. Meningkatkan penggalangan dana untuk
membantu operasional dan pengembangan
sekolah
7. Mengembangkan standar pembiayaan penetapan
besaran biaya operasional non personalia, ATS,
dan BAHP berdasarkan SNP

56
8. Meningkatkan subsidi silang kepada siswa kurang
mampu dibidang ekonomi.

4.2. Langkah Pengembangan


4.2.1. Potensi dan Masalah

1. Perencanaan ( Planning)
Dalam kegiatan perencanaan penjaminan mutu
internal, SMK Pembangunan Ampel telah
melaksanakan pemetaan mutu sebagai upaya
identifikasi pencapaian kinerja dan keadaan sekolah
melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan mutu
tersebut dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). EDS yang dilakukan mengacu
indikator mutu 8 Standar Nasional Pendidikan (SNP)
yang direkomendasikan oleh Lembaga Penjamin
Mutu Pendidikan (LPMP). Selain mengacu 8 SNP,
EDS yang dilakukan juga dianalisis berdasarkan
sasaran dan kebijakan mutu sekolah. Hal ini sesuai
wawancara dengan kepala sekolah:

Kami telah melakukan EDS tiap tahun,tepatnya EDS


dibuat tiap akhir tahun pelajaran untuk mengevaluasi
ketercapaian kinerja sekolah. EDS disusun melalui
aplikasi yang direkomendasikan LPMP.
Membandingkan standar acuan mutu SNP dengan
kondisi sekolah saat ini. Apakah belum sesuai,sudah

57
sesuai,atau melebihi. EDS ini kemudian kami
sosialisasikan sebagai bahan rapat koordinasi sekolah
tahun pelajaran berikutnya.
(wawancara, kepala sekolah, 24 Juli 2017)

Hal tersebut sejalan dengan keterangan dari dua


guru sebagai anggota dari tim pengembang mutu
sekolah:

EDS sekolah kami menggunakan format yang


direkomendasikan LPMP, karena memang seluruh SMK
di Boyolali diwajibkan menggunakan format tersebut.
Kami tinggal mengisi angket yang tersedia, angket
tersebut berisi pertanyaan tentang ketercapaian
pemenuhan SNP. Hasil analisisnya langsung bisa
dilihat setelah semua angket dijawab, karena EDS
dalam bentuk aplikasi atau program
(wawancara, guru 1, anggota tim pengembang mutu
sekolah, 25 Juli 2017)

EDS yang disusun selain menunjukkan ketercapaian


kinerja sekolah, juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk
meningkatkan pemenuhan SNP dan sasaran mutu
sekolah
(wawancara, guru 2, anggota tim pengembang mutu
sekolah, 26 Juli 2017)

58
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga
sumber tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
EDS yang disusun mengacu indikator mutu 8 SNP.
EDS sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja
sekolah dilakukan dengan cara membandingkan
standar acuan mutu dengan kondisi nyata sekolah.
selain itu, EDS juga digunakan untuk
mengidentifikasi kelemahan dan tantangan untuk
meningkatkan pemenuhan SNP.
Selain wawancara, informasi mengenai EDS
dilakukan melalui studi dokumen. Dalam dokumen
EDS SMK Peembangunan Ampel Tahun Pelajaran
2016/2017 terdapat analisis dan kajian pemenuhan
SNP, serta kelemahan dan tantangan yang mengacu
pada sasaran mutu sekolah (Sumber: EDS SMK
Pembangunan Ampel, 2016: 6-49).
Pemetaan mutu sekolah melalui kegiatan EDS
menunjukkan kinerja sekolah atas pemenuhan 8
SNP. EDS menggambarkan kondisi riil sekolah,
apakah sekolah telah memenuhi SNP atau bahkan
melebihi SNP. Kondisi nyata sekolah dapat
tergambarkan melalui pengisian angket EDS secara
transparan dengan data-data yang benar-benar telah
terup date.

59
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah dan tim pengembang mutu sekolah,
diperoleh data bahwa sekolah mengalami kendala
dalam menyusun EDS. Menurut kepala sekolah,
kendala yang dialami adalah kurangnya akurasi
pengisian angket EDS. Data yang dipakai belum
sepenuhnya diperbaharui berdasarkan kondisi riil
sekolah (wawancara kepala sekolah, 24 Juli 2017)
Sejalan dengan pendapat dari anggota tim
pengembang mutu sekolah bahwa tidak semua data
telah di update sesuai kondisi nyata sekolah.
sehingga pengisian angket EDS kurang mendukung
dalam menggambarkan pemenuhan indikator mutu
SNP (wawancara, dua anggota tim pengembang
mutu sekolah, 26 Juli 2017)
Untuk memperoleh kebenaran dari hasil
wawancara, peneliti menggunakan teknik
dokumentasi. Dari studi dokumentasi diperoleh data
bahwa dalam dua tahun terakhir, ada beberapa
elemen SNP mempunyai rating yang sama (sumber:
EDS SMK Pembangunan Ampel,2015 :19,2016 : 21 ).
Ini berarti dalam mengisi angket EDS tidak
sepenuhnya dilakukan update data terkini, sehingga
pemetaan mutu kurang akurat.

60
Untuk menindaklanjuti hasil EDS sebagai
pemetaan mutu, SMK Pembangunan Ampel telah
menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS). RKS berisi
tentang cara pencapaian tujuan sekolah yang
dilakukan melalui berbagai perencanaan dan
program sekolah. perencanaan yang disusun
mengacu pada indikator mutu 8 SNP. Seperti yang
disampaikan kepala sekolah :

Untuk mengawali tahun pelajaran baru, kami


menyusun RKS. RKS tersebut akan digunakan sebagai
acuan pelaksanaan semua kegiatan sekolah. RKS ini
disusun dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, komite
sekolah dan yayasan. Kami duduk bersama dalam
rapat koordinasi penyusunan RKS
(wawancara, kepala sekolah, 24 Juli 2017).

Informasi tersebut sejalan dengan keterangan


dua orang tim pengembang mutu, bahwa RKS
digunakan sebagai dasar semua aktifitas sekolah
dalam tahun berjalan. RKS tidak saja memuat
rencana kegiatan tahunan, akan tetapi juga memuat
rencana sekolah untuk jangka menengah. Semua
perencanaan tersebut didukung dengan penyusunan
rencana anggaran sesuai dengan kemampuan

61
sekolah (wawancara, anggota tim pengembang
sekolah, 25 Juli 2017).
Melalui studi dokemen RKS SMK
Pembangunan Ampel (2016 : 156-171) memuat
Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja
Jangka Menengah (RKJM), Rencana Kerja Anggaran
Sekolah (RKAS).
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga
sumber tersebut diatas dan hasil studi dokumen
RKS, dapat disimpulkan bahwa dalam menyusun
RKS sekolah telah melibatkan stake holder. Selain
itu, RKS yang disusun telah memenuhi semua
kebutuhan perencanaan sekolah, yang meliputi RKT,
RKJM,dan RKAS.
Sani (2015:154) berpendapat, RKS disusun
berdasarkan hasil analisis data EDS. Laporan EDS
merupakan merupakan komponen penting dalam
upaya peningkatan mutu sekolah. EDS berperan
dalam membangun informasi terutama untuk
melihat kinerja sekolah dalam penerapan SNP.
Informasi yang diperoleh akan menjadi dasar dalam
menyusun perencanaan pemenuhan SNP yang
tertuang dalam RKS.
Muncul masalah ketika ditanyakan, apakah
sekolah menggunakan EDS sebagai acuan dalam

62
menyusun perencanaan. Seperti yang disampaikan
kepala sekolah:

Penyusunan RKS dibagi dalam kelompok-kelompok


berdasarkan 8 SNP. Pengerjaan secara kelompok
dilakukan agar penyusunan RKS berjalan efektif dan
efisien. Pada kenyataannya cara ini tidak berjalan
dengan baik. Hanya beberapa personil saja yang
bekerja dan memakai EDS sebagai acuan untuk
pengembangan RKS
(wawancara, kepala sekolah, 26 Juli 2017)

Keterangan yang hampir sama diperoleh dari


dua orang guru yang berperan dalam tim
pengembang mutu, bahwa kurang adanya solidaritas
dan kekompakan dalam menyusun RKS, bahkan
beberapa penanggungjawab standar (SNP)
menggunakan rencana kerja periode lalu
(wawancara, dua guru anggota tim pengembang
mutu, 25 Juli 2017).
Menurut Sani (2015; 143) RKS berisi tentang
cara pencapaian tujuan sekolah yang dilakukan
melalui perencanaan dan program sekolah, salah
satu tahapan dalam menyusun RKS adalah
menetapkan solusi permasalahan dan memilih solusi
yang paling efektif dan efisien. Berdasarkan pendapat

63
tersebut peneliti menanyakan teknik apa yang
digunakan sekolah untuk menetapkan solusi
permasalahan atau strategi dalam pengembangan
RKS. Berikut kutipan wawancara dengan seorang
guru yang juga anggota tim pengembang mutu:

.....memang harusnya memakai teknik seperti SWOT


agar dapat ditemukan rencana strategis yang benar
benar efektif sebagai solusi masalah, tapi kami terus
terang tidak menggunakan teknik tertentu karena agak
mengalami kesulitan dan memakan waktu jika
memakai teknik tersebut. Jadi perencanaan strategi
yang dibuat seadanya saja dan mengabaikan
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki sekolah
(wawancara, guru A tim pengembang mutu , 26 Juli
2017).

Pernyataan yang kurang lebih sama diperoleh


dari beberapa sumber yang ada saat dilakukan
wawancara (wawancara, guru B dan C, tim
pengembang mutu, 25 Juli 2017) Data tersebut
didukung oleh dokumen RKS yang dimiliki sekolah,
dimana tidak terdapat analisis dan teknik tertentu
yang mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan
sekolah dalam mengembangkan RKS.
Dari beberapa masalah tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa penjaminan mutu internal di

64
SMK Pembangunan Ampel dari aspek perencanaan
kurang efektif. Dibutuhkan model perencanaan
efektif yang dapat menjawab semua kebutuhan
sekolah.

2. Pengorganisasian (Organizing)
Tahap dalam sistem penjaminan mutu
internal berikutnya setelah perencanaan kegiatan
adalah pengorganisasian. Pengorganisasian adalah
cara untuk mengumpulkan orang-orang dan
menempatkan mereka menurut kemampuan dan
keahliannya dalam pekerjaan yang telah
direncanakan. SMK Pembangunan Ampel telah
melakukan pengorganisasian penjaminan mutu
internal dengan membentuk tim pengembang mutu
sekolah. Secara dokumentasi pembentukan tim
tersebut diwujudkan melalui Surat Keputusan (SK)
Kepala Sekolah tentang Tim Pengembang Mutu
Sekolah. Berikut kutipan wawancara dengan kepala
sekolah:

Untuk melaksanakan semua perencanaan yang ada


dalam RKS, sekolah telah membentuk tim khusus. Tim
ini yang akan menyusun program, mengkoordinasi
pelaksanaannya, dan mengevaluasi. Tidak semua guru
terlibat dalam tim ini, hanya melibatkan guru yang

65
menjabat struktural saja. Hal ini dilakukan karena
memang kuantitas guru disini terbatas. Yang
dilibatkan hanya guru yang menginduk di sekolah ini,
mengingat sebagian besar guru mengajar di beberapa
sekolah jadi tidak fokus jika dilibatkan.
(wawancara, kepala sekolah, 26 Juli 2017)

Hal serupa juga disampaikan oleh beberapa


orang guru yang termasuk dalam tim pengembang
mutu. Berikut salah satu keterangan yang
disampaikan:

Sekolah ini hanya memiliki 27 guru, yang menginduk


hanya sekitar 15 guru, yang lain mengajar di beberapa
sekolah. jadi, guru yang menginduk diberi kepercayaan
untuk menjadi tim pengembang mutu agar lebih fokus.
(wawancara, 3 guru anggota tim pengembang mutu ,27
Juli 2017)

Melalui studi dokumentasi, SK kepala sekolah


Nomor : 010/103.29/SMK.P/VII/2016 tentang tim
pengembang mutu yang dilampiri dengan uraian
tugas sesuai jabatan. Jabatan dalam SK tersebut
meliputi, 1) penanggung jawab (kepala sekolah), 2)
ketua, 3) sekretaris, 4) bendahara, 5) Pengembang
SDM dan Manajemen Sekolah, 6) Pengembang
KTSP/KBM, 7) Pengembang Sarana dan Prasarana,

66
8) Pengembang Lingkungan Sekolah, 9) Pengembang
Budaya Sekolah, 10) Pengembang Kegiatan
Kesiswaan, 11) Pengembang Hubungan Sosial dan
Pencitraan Publik. Dari hasil studi dokumen
mengenai SK tersebut, pengorganisasian yang
disusun sekolah, masih bersifat umum. Struktur
organisasi dan uraian tugas belum menunjukkan
pembagian pengembangan mutu berdasarkan 8 SNP.
Sehingga tidak sejalan dengan penyusunan RKS
yang telah mengacu pada 8 SNP.
Dari hasil studi dokumen dan wawancara
tentang tim pengembang mutu sekolah, dapat
disimpulkan bahwa penjaminan mutu internal dari
aspek pengoganisasian di SMK Pembangunan Ampel
kurang efektif sehingga dibutuhkan model
pengorganisasian yang tepat.

3. Pelaksanaan (Acting)
Tahap ketiga dalam sistem penjaminan mutu
internal adalah pelaksanaan program. Pelaksanaan
program merupakan pelaksanakan pekerjaan sesuai
dengan pembagian kerja dan menggerakkan seluruh
sumber daya yang ada agar pekerjaan yang
dilakukan dapat sejalan dengan rencana. Menurut
Sani (2015: 154) pelaksanaan merupakan organisasi

67
dan prosedur pelaksanaan pada tingkat satuan
pendidikan, serta seluruh bagian organisasi satuan
pendidikan untuk masing-masing standar (SNP).
Pelaksanaan standar ini disesuaikan dengan
program sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan
hasil EDS. Pelaksanaan program merupakan
kegiatan pemenuhan mutu dengan mengacu pada
indikator mutu 8 SNP.
Kepala SMK Pembangunan Ampel sebagai
penanggungjawab penjaminan mutu internal
menjelaskan tentang pelaksanaan program:

Semua aktifitas sekolah dalam tahun pelajaran yang


sedang berjalan kami usahakan konsisten dengan
program sekolah. Tetapi pada kenyataannya tidak
semua program bisa direalisasikan. Biasanya berkaitan
dengan pendanaan.
(wawancara,kepala sekolah,26 Juli 2017)

Hal yang sama diungkapkan oleh penanggungjawab


standar pembiayaan:

Semua kegiatan membutuhkan pembiayaan, ada


beberapa program yang butuh biaya besar. Contohnya,
biaya pengadaan sarpras yaitu komputer dan server
untuk CBT. Karena SMK di Boyolali wajib mengikuti
CBT,sementara belum ada bantuan dari pemerintah.

68
Sasaran mutu kami salah satunya meningkatkan hasil
nilai UN, jadi realisasi program ini diutamakan,
otomatis akan menunda program lainnya, tapi kami
usahakan untuk dapat merealisasikan semua program
meskipun ada efisiensi dana.
(wawancara, penanggungjawab standar pembiayaan,27
Juli 2017)

Informasi yang sama diperoleh dari


penanggungjawab standar sarana prasarana :

Yang paling banyak alokasi pendanaan adalah standar


sarpras dan SKL. Program standar lain mungkin hanya
berkisar administrasi,transport,akomodasi. Jadi, kami
mengutamakan mana yang dianggap kebutuhan
mendesak dalam realisasi program. Meski demikian,
dengan hambatan dana menyebabkan tidak semua
program bisa terlaksana.
(wawancara, penanggungjawab standar sarpras, 27
Juli 2017).

Berdasarkan wawancara dengan beberapa


sumber tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan program, sekolah ini cukup
konsisten dengan RKS yang telah disusun. Meskipun
demikian, terdapat kendala dalam hal pendanaan
sehingga sekolah menerapkan prinsip skala prioritas

69
yang mengacu pada sasaran mutu dalam
pelaksanaan program.
Koordinasi sangat dibutuhkan dalam realisasi
program pada tiap-tiap standar dengan menerapkan
prinsip prioritas. Pendanaan dengan jumlah yang
tetap sesuai RKS, oleh sekolah ini diolah dan
dialokasikan sesuai program dengan mengkoordinasi
semua penanggungjawab standar.
Dalam menyusun pemetaan mutu, dibutuhkan
data yang akurat mengenai ketercapaian pemenuhan
standar mutu dan kinerja sekolah pada periode yang
lalu. Dengan demikian, dibutuhkan dokumen
laporan kegiatan pelaksanaan program yang
akuntabel. Berdasarkan studi dokumentasi terdapat
beberapa dokumen laporan kegiatan pelaksanaan
program. Diantaranya dokumen laporan
pertanggungjawaban (LPJ) dari standar pembiayaan,
laporan kegiatan bagian kesiswaan (SKL), laporan
inventaris barang (standar sarpras), dan dokumen
kurikulum (standar isi). Untuk standar yang lain
belum ada laporan kegiatan pelaksanaan program.
Hal tersebut menyebabkan berkurangnya akurasi
data pencapaian standar mutu.
Pelaksanaan program kerja sebagai
pemenuhan standar mutu juga membutuhkan

70
perangkat penjaminan mutu. Menurut Sani
(2015:171) perangkat merupakan alat yang
digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu
sistem atau program. Dalam penjaminan mutu
sekolah, perangkat yang digunakan antara lain
dokumen yang berisi visi, misi, tujuan, kebijakan,
dan sasaran mutu sekolah, selain itu sekolah harus
memiliki Prosedur Operasional Standar (POS) dan
Instruksi Kerja (IK). POS dan IK disusun untuk
setiap masing-masing SNP. Melalui studi dokumen
diketahui bahwa sekolah memiliki dokumen mutu
yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran mutu. Selain
didokumenkan, melalui observasi data-data tersebut
juga nampak dipasang melalui papan display
didepan gedung sekolah. akan tetapi dokumen POS
dan IK hanya dimiliki oleh standar sarana prasarana
dan standar proses. POS dan IK tersebut adalah
penggunaan Laboratorium dan penyusunan
Administrasi Pembelajaran seperti RPP dan silabus.
Dari wawancara dengan beberapa sumber dan
dilengkapi dengan studi dokumen, pelaksanaan
program kerja sekolah di SMK Pembangunan Ampel
belum efektif dan masih mengalami beberapa
kendala. Dibutuhkan sebuah model yang tepat yang
dapat menjawab kebutuhan sekolah.

71
4. Evaluasi (Controlling)
Tahap terakhir dalam sistem penjaminan mutu
internal adalah evaluasi. Evaluasi merupakan
kegiatan mengawasi dan menilai secara obyektif atas
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan
penggunaan sumber daya. Dalam penjaminan mutu,
evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai
tingkat ketercapaian standar. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengetahui kesenjangan dan permasalahan
yang terjadi di sekolah dalam upaya memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Menurut Sani
(2015:154) pada kasus penjaminan mutu sekolah,
evaluasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah atau
tim yang dibentuk oleh kepala sekolah. Evaluasi yang
telah dilakukan di SMK Pembangunan Ampel, seperti
dijelaskan oleh kepala sekolah dari hasil wawancara:

Disekolah kami yang melakukan evaluasi program


adalah kepala sekolah, tiap akhir tahun pembelajaran
dilakukan monev atas pelaksanaan program.
Terkadang ada monev dari pengawas, tapi itu tidak
kontinu. Yang sering di supervisi atau monev adalah
sekolah negeri, untuk sekolah swasta jarang.
(wawancara,kepala sekolah, 26 Juli 2017)

72
Hal yang hampir sama dikemukakan oleh tim
pengembang mutu standar isi dan standar proses:

.....dilakukan monev oleh kepala sekolah, karena


memang belum ada tim evaluator khusus yang
dibentuk. Kendalanya karena personilnya terbatas,
dengan jumlah guru yang menginduk Cuma 25 orang,
dan sebagian sudah menjadi tim pengembangan mutu.
Evaluator juga membutuhkan kemampuan yang baik,
jadi bapak kepala sekolah saja yang menjadi evaluator.
Monev yang dilakukan kepala sekolah seputar
pelaksanaan program, dengan mengacu RKS dan
laporan kegiatan. Tapi tidak semua standar menyusun
laporan kegiatan, jadi monev kurang efektif.
(wawancara,tim pengembang mutu standar isi,27 Juli
2017)

....kepala sekolah tiap akhir tahun pelajaran


melakukan cek pelaksanaan program. Kegiatan
tersebut seputar sesuai tidak dengan RKS, berapa
persen keterlaksanaannya, kendala apa yang dihadapi.
Format monev kepala sekolah atas keterlaksanaan
program dilakukan dengan cek list
(wawancara,tim pengembang mutu standar proses,27
Juli 2017)

Melalui studi dokumentasi, SMK Pembangunan


Ampel memiliki laporan evaluasi program oleh kepala
sekolah. Laporan evaluasi tersebut menunjukkan

73
persentase keterlaksanaan program dan kekurangan
atau masalah yang dihadapi (Laporan Monev dan
Supervisi Kepala Sekolah, 2016 ). Kendala yang
dihadapi adalah hanya beberapa standar saja yang
menyusun laporan kegiatan sehingga evaluasi yang
dilakukan hanya berdasarkan observasi kegiatan.
Sani (2015:162) berpendapat, sekolah harus
memiliki unit penjaminan mutu dalam implementasi
sistem penjaminan mutu sekolah. Struktur
organisasi unit penjaminan mutu sekolah bertugas
melakukan audit mutu serta membuat usulan
tindakan korektif yang seharusnya dilakukan oleh
sekolah. Berdasarkan wawancara dan didukung
studi dokumen, sekolah ini belum mempunyai unit
penjaminan mutu sekolah. evaluasi dilakukan oleh
kepala sekolah karena keterbatasan jumlah personil.
Selain itu Sani (2015:197) juga menjelaskan dalam
pelaksanaan evaluasi atau audit mutu mencakup
tiga tahap, yaitu: melakukan evaluasi dokumen,
melakukan uji lapangan, dan melakukan analisis
temuan serta menyusun rekomendasi, kesemuanya
itu membutuhkan format-format khusus. Dari hasil
wawancara dan studi dokumen dapat diketahui
bahwa dalam melakukan evaluasi, sekolah ini belum
menerapkan tahapan-tahapan dalam proses audit

74
mutu, sehingga hasil evaluasi program kurang
maksimal.
Dalam proses evaluasi dibutuhkan laporan
hasil audit. Selain memuat hasil pelaksanaan
program, laporan audit juga berisi rekomendasi
tindak lanjut (Sani, 2015:210). Berdasarkan
wawancara dengan kepala sekolah dan beberapa
anggota tim pengembang mutu, laporan evaluasi
yang disusun oleh kepala sekolah tidak dipakai
untuk mengembangkan sasaran mutu tahun ajaran
berikutnya. Hal tersebut berdampak pada pengisian
data angket EDS yang kurang update, sehingga
pemetaan mutu maupun sasaran mutu tidak efektif.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa SMK Pembangunan Ampel
mempunyai potensi dalam pelaksanaan siklus
penjaminan mutu internal. Akan tetapi belum efektif
disebabkan masih mengalami beberapa masalah.
Dari aspek perencaaan, Sekolah telah
menyusun EDS yang terstandar dari LPMP. Hasil
EDS juga telah disosialisasikan pada rapat
koordinasi sekolah. Menindaklanjuti hasil EDS,
sekolah telah menyusun RKS dengan melibatkan
pemangku kepentingan yang memuat RKT, RKJM,
dan RKAS. Secara potensi, sekolah telah

75
melaksanakan tahap perencanaan penjaminan mutu
internal, akan tetapi masih mengalami kendala.
Kendala yang dihadapi adalah mengenai akurasi
pengisian angket EDS, sehingga EDS sebagai alat
untuk memetakan mutu, kurang dapat
menunjukkan kondisi nyata sekolah. selain akurasi
EDS, kendala yang dihadapi adalah kurangnya
koordinasi masing-masing standar dalam menyusun
RKS sebagai tindak lanjut dari EDS sehingga
penyusunan RKS tidak efektif. Kendala lain yang
dialami berkaitan dengan penyusunan RKS adalah
tidak semua pihak menggunakan data analisis EDS
sebagai dasar penyusunan RKS, sehingga
perencanaan yang tersusun tidak konsisten dengan
EDS. Selain itu pihak sekolah mengalami kesulitan
dalam menetapkan solusi masalah dan strategi
pengembangan program, sehingga membutuhkan
teknik tertentu yang dapat membantu sekolah dalam
menyusun strategi perencanaan.
Dari aspek pengorganisasian, secara potensi
sekolah telah membentuk Tim Pengembang Mutu
(TPM) melalui SK Kepala Sekolah. SK tersebut telah
dilampiri struktur organsasi dan uraian tugas. TPM
melibatkan guru yang menginduk di SMK
Pembangunan Ampel, sehingga kinerja lebih fokus.

76
Masalah yang dihadapi adalah struktur organisasi
tim pengembang mutu sekolah masih bersifat umum.
SK Tim Pengembang Sekolah belum menunjukkan
pembagian berdasarkan 8 SNP sehingga tidak sejalan
dengan penyusunan RKS.
Dari aspek pelaksanaan pemenuhan program,
aktifitas sekolah dilaksanakan berdasarkan program
sekolah (RKS). Meskipun demikian masih terdapat
kendala, yaitu terbatasnya pendanaan. Terbatasnya
dana menyebabkan tidak semua program dapat
terealisasi. Dibutuhkan teknik penentuan skala
prioritas yang dapat menjawab permasalahan. Selain
pendanaan, sekolah belum memiliki perangkat
penjaminan mutu sebagai pedoman untuk
melaksanakan program. Hasil akhir dari pemenuhan
program adalah laporan kegiatan. Dalam hal ini,
tidak semua standar menyusun laporan kegiatan,
sehingga akan sulit menilai atau mengevaluasi
keterlaksanaan program.
Dalam aspek evaluasi kegiatan, yang berperan
sebagai evaluator adalah kepala sekolah. Laporan
evaluasi berupa cecklist keterlaksanaan program
melalui laporan kegiatan. Kendala yang dihadapi
adalah masalah personal yang bertindak sebagai
evaluator, yaitu kepala sekolah. Kepala sekolah

77
mempunyai kesibukan dan pekerjaan sebagai
pimpinan sekolah sehingga hasil evaluasi kurang
maksimal. Dibutuhkan tim audit internal yang
indepeden untuk melakukan penilaian kinerja.
Kendala lain berkaitan dengan hasil evaluasi adalah
laporan hasil evaluasi tidak digunakan sebagai dasar
dalam menyusun sasaran dan kebijakan mutu tahun
pelajaran berikutnya. Hal tersebut menyebabkan
ketercapaian sasaran mutu kurang efektif.
Berkaitan dengan efektifitas pelaksanaan
siklus penjaminan mutu internal, fakta dilapangan
menunjukkan bahwa penjaminan mutu internal di
SMK Pembangunan Ampel kurang efektif. Menurut
Husaini Usman (2006 : 418) penjaminan mutu
sekolah yang efektif, meliputi seluruh kegiatan yang
terencana, sistematis, terintegrasi dan berkelanjutan
yang diterapkan dalam manajemen mutu untuk
meyakinkan bahwa seluruh proses telah melalui
standar mutu dan aturan yang telah ditetapkan.
Dibutuhkan sebuah model prosedur penjaminan
mutu yang efektif dan terstandar untuk dapat
menjawab semua permasalahan yang dialami,
sehingga sasaran mutu sekolah akan terwujud.

78
4.2.2.Pengumpulan Data
Setelah potensi dan masalah dapat
ditunjukkan secara faktual dan uptodate, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai konsep dan
teori yang menunjang sebagai bahan untuk
perencanaan produk yang diharapkan dapat
mengatasi masalah.
Pengembangan model penjaminan mutu
internal, merupakan pengembangan model
prosedural. Model prosedural adalah model deskriptif
yang menggambarkan alur atau langkah-langkah
prosedural yang harus diikuti untuk menghasilkan
suatu produk tertentu (Suparman, 2014: 9). Desain
pengembangan model penjaminan mutu internal
disusun dengan pendekatan teori prinsip – prinsip
manajemen oleh George R Terry (2013). Langkah
manajemen tersebut terlihat seperti gambar 2.4.
dibawah ini :

Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Evaluasi

Fungsi Manajemen

Gambar 4.1. Fungsi Manajemen oleh G.R,Terry

79
Model prosedural yang digunakan sebagai
acuan adalah Siklus Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI) dari Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (2016, 13-14). Siklus tersebut meliputi :
1) Pemetaan mutu pendidikan, 2) Penyusunan
rencana peningkatan mutu, 3) Pelaksanaan
pemenuhan mutu, 4) Monitoring dan Evaluasi
pelaksanaan pemenuhan mutu, 5) Penetapan
standar mutu baru. Siklus tersebut seperti terlihat
dalam 4.2 gambar dibawah ini :

Gambar 4.2. Siklus Penjaminan Mutu Internal


(Kemdikbud,2016)
4.2.3. Desain Produk.
Berdasarkan hasil analisis potensi dan
masalah serta konsep dan teori mengenai
penjaminan mutu internal, maka dibuat sebuah

80
desain model penjaminan mutu internal yang sesuai
dengan kebutuhan.
Langkah tersebut seperti gambar 4.3. dibawah ini :
Standar Mutu 8 NSP

Visi Misi Sasaran Mutu

Pemetaan Mutu
EDS
Perencanaan
Koordinasi Standar 8 NSP

Teknik Analisis Medan Kekuatan


(Field Force Analisys)
Fungsi
Manajemen
Rencana Pemenuhan
RKS

TPM SOP & IK


Pengorganisasian KS

TAM KKA

Pelaksanaan TPM Pelaksanaan Kegiatan SOP & IK

Standar
Isi Standar
SKL
Proses
Pengelol
aan
Sarpras Skala Prioritas
Tendik
Penilaian

Lap.Kegiatan

Evaluasi TAM Keg.Audit KKA Form 1-4

Lap.Hasil Audit Sasaran Mutu Baru

Gambar 4.3 Model Penjaminan Mutu Internal SMK Pembangunan


Ampel

81
1. Tahap Perencanaan
Dalam tahap ini sekolah melakukan pemetaan
mutu. Pemetaan mutu adalah kegiatan
mengidentifikasi pencapaian kinerja dan keadaan
sekolah melalui pengkajian dan analisis. Pemetaan
mutu dilakukan melalui kegiatan Evaluasi Diri
Sekolah (EDS). Kegiatan dalam EDS adalah
membandingkan standar acuan mutu dalam Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dengan kondisi sekolah,
apakah sesuai atau bahkan lebih. Program EDS yang
telah disediakan dari Lembaga Penjaminan Mutu
pendidikan (LPMP) dalam bentuk angket dan raport
ini akan mengidentifikasi kelemahan dan tantangan
untuk meningkatkan pemenuhan SNP.
Untuk menjamin keakuratan data EDS, agar
dapat menunjukkan kondisi riil sekolah, perlu
dilakukan update data tiap standar dalam SNP.
Update data dilakukan berdasarkan acuan standar
mutu SNP minimal tiap semester dan dimonitor
melalui supervisi kepala sekolah. Hasil EDS yang
telah di update sesuai kondisi riil sekolah, kemudian
disosialisasikan melalui rapat koordinasi sekolah
tahunan.
Untuk mencapai visi, misi, dan sasaran mutu
sekolah, dilakukan melalui berbagai perencanaan

82
dan program kegiatan. Laporan EDS dijadikan dasar
untuk menyusun Rencana kerja Sekolah (RKS).
Penyusunan RKS dibagi atas 8 SNP sesuai standar
acuan mutu dalam EDS. Delapan standar tersebut
meliputi; standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar sarana prasarana,
standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pembiayaan dan standar
penilaian. Dibutuhkan koordinasi yang baik pada
tiap standar untuk mendapatkan rencana kerja yang
efektif dan efisien, terutama berkaitan dengan
standar pembiayaan. Dalam realisasi semua
program, standar pembiayaan berperan
mengakomodasi rencana pendanaan.
Didalam menyusun RKS, selain koordinasi
antar standar, untuk mendapatkan rencana dan
strategi pemenuhan mutu yang efektif, dibutuhkan
teknik analisis yang tepat. Laporan EDS
mengidentifikasikan kelebihan sekolah dan bidang
yang membutuhkan perbaikan. Menurut Sani (2015;
143) teknik yang digunakan untuk memanfaatkan
kekuatan dan meminimalkan kelemahan untuk
mendapatkan solusi permasalahan dan strategi
perencanaan yang efektif adalah analisis Medan
Kekuatan (force field analisis). Analisis medan

83
kekuatan dilakukan dengan melihat faktor
pendorong (driven force) dan faktor pelemah
(restraining force) yang terkait dengan masalah yang
ditemukan. Faktor pendorong adalah faktor yang
memungkinkan masalah dapat diatasi dan dapat
ditelaah dari hasil isian EDS. Faktor pelemah adalah
faktor yang menyebabkan masalah semakin sulit
untuk diatasi yang dapat ditelaah dari isian EDS.
Langkah selanjutnya adalah membuat solusi dalam
bentuk program atau kegiatan untuk meningkatkan
faktor pendorong dan meminimalkan faktor pelemah.
Dengan menggunakan teknik medan kekuatan,
penyusunan RKS akan lebih efektif.
Tahap perencanaan dalam penjaminan mutu
internal, mulai dari pemetaan mutu sampai dengan
penyusunan rencana kerja akan tampak seperti
gambar 4.4. dibawah ini :

Pemetaan Mutu Up-date Data


EDS Tiap Semester

Koordinasi Standar
dalam 8 NSP
Supervisi
Perencanaan KepSek

Teknik Analisis Medan Kekuatan


( Field Force Analisys)

Rencana Pemenuhan
RKS

Gambar 4.4. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek


Perencanaan

84
2. Tahap Pengorganisasian.
Tahap pengorganisasian merupakan cara
untuk menempatkan orang berdasarkan kemampuan
dan keahliannya dalam pekerjaan yang telah
direncanakan. Pengorganisasian dalam sistem
penjaminan mutu dilakukan dengan membentuk Tim
Pengembang Mutu (TPM). TPM ditetapkan dalam
Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah. Anggota TPM
terdiri atas guru dan tenaga kependidikan. Pemilihan
anggota TPM berdasarkan kemampuan yang dimiliki
personal. Selain itu anggota TPM terbagi menjadi 8
standar dalam SNP. Karena keterbatasan personil,
tiap standar terdiri atas 1 orang penanggungjawab
dan 1 orang anggota. Didalam SK TPM terdapat
uraian tugas ( job description) untuk masing-masing
standar, sehingga anggota TPM paham akan
tugasnya.
TPM bertugas melaksanakan semua rencana
yang tertuang dalam RKS. untuk melaksanakan
rencana dibutuhkan pedoman pelaksanaan agar
semua program dapat dilaksanakan dengan efektif.
Pedoman pelaksanaan tugas TPM berupa perangkat
penjaminan mutu. Menurut Sani (2015 : 171)
perangkat penjaminan mutu adalah alat yang
digunakan untuk menjalankan fungsi dari suatu

85
sistem atau program. Perangkat mutu tersebut
berupa petunjuk kerja. Petunjuk kerja merupakan
rincian aktifitas yang diuraikan dalam Prosedur
Operasional Standar (POS). POS disusun untuk
masing–masing standar dalam SNP.
Penanggungjawab tiap standar dalam TPM
menyusun POS untuk pedoman melaksanakan
rencana yang ada dalam RKS, sehingga semua
rencana dapat dilaksanakan dengan efektif.
Selain membentuk TPM, pengorganisasian
didalam penjaminan mutu membutuhkan Tim Audit
Mutu (TAM). Seperti halnya TPM, TAM juga
ditetapkan melalui SK Kepala Sekolah, yang memuat
rincian tugas. Tugas TAM adalah menilai kesesuaian
pelaksanaan kegiatan terhadap program, dan menilai
pencapaian sasaran mutu yang ditetapkan sekolah.
Untuk menjaga obyektifias penilaian, maka TAM
bersifat indepedent, sehingga pemilihan personil
TAM tidak diambil dari anggota TPM. TAM terdiri
atas 1 orang ketua dan 1 orang anggota. Personil
TAM diambil dari guru atau anggota komite sekolah.
personil TAM dipilih secara khusus artinya
mempunyai integritas dan memenuhi syarat sebagai
auditor.

86
Untuk menjalankan fungsi sebagai auditor
mutu, TAM membutuhkan perangkat audit.
Perangkat audit merupakan alat yang digunakan
untuk kegiatan menilai pencapaian sasaran mutu.
Perangkat audit berupa Kertas Kerja Audit (KKA).
KKA terdiri atas KKA Form 1 digunakan untuk
memeriksa kelengkapan dokumen, KKA Form 2
digunakan untuk pengujian dilapangan, KKA Form 3
untuk meringkas kondisi audit dan kriteria temuan,
dan KKA Form 4 untuk analisis hasil audit.
Tahap pengorganisasian penjaminan mutu,
dapat dilihat dalam gambar 4.5. berikut ini :

Kepala Sekolah

Tim Tim
Pengembang Audit Mutu
Mutu (TAM)
(TPM)

SOP KKA
dan IK

Gambar 4.5. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek


Pengorganisasian

87
3. Tahap Pelaksanaan.
Pelaksanaan program adalah pelaksanaan tugas
dan pekerjaan sesuai dengan pembagian kerja dan
menggerakkan seluruh sumber daya yang ada agar
pekerjaan yang telah dilakukan berjalan sesuai apa
yang direncanakan. Pelaksanaan pekerjaan ini
dilaksanakan sesuai dengan pembagian tugas untuk
masing-masing standar dalam SNP. TPM sebagai
pelaksana standar, merealisasikan semua program
sekolah (RKS) yang dibuat berdasarkan EDS.
Kegiatan pelaksanaan program adalah pemenuhan
mutu dengan mengacu pada indikator mutu 8 SNP.
Dengan demikian, semua aktifitas sekolah dalam
tahun pelajaran yang sedang berjalan, harus
konsisten dengan program-program sekolah.
Dalam merealisasikan program sekolah, semua
kegiatan membutuhkan pembiayaan. Perencanaan
pendanaan oleh standar pembiayaan menjadi peran
penting. Dalam hal ini dibutuhkan koordinasi yang
baik antara standar pembiayaan dengan 7 standar
lain dalam SNP. Konsistensi terhadap alokasi dana
yang telah direncanakan menjadi faktor utama untuk
pencapaian tujuan yang efektif dan efisien.
Pendanaan dalam jumlah yang besar biasanya
terletak pada standar sarana prasarana, karena

88
berkaitan dengan pengadaan barang dan fasilitas.
Meskipun demikian, standar pembiayaan harus
dapat meng-cover seluruh aktifitas sekolah. Untuk
itu dibutuhkan skala prioritas dalam realisasi
program. Skala prioritas disusun berdasarkan
tingkat urgensi pencapaian sasaran mutu.
Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan
program, TPM wajib menyusun laporan kegiatan.
Laporan kegiatan ini dibutuhkan untuk
mengevaluasi jalannya program, dengan menilai
kesesuaian dengan RKS. laporan kegiatan disertai
dengan laporan pertanggungjawaban (LPJ) terhadap
penggunaan dana. LPJ yang disusun diserta dengan
bukti transaksi yang sah. Selain itu, TPM wajib
mendokumenkan semua aktifitas kegiatan.
Dokumentasi bisa dalam bentuk foto atau rekaman
kegiatan. Hal ini dilakukan untuk kepentingan
penilaian lapangan atas keterlaksanaan program
sekolah.
Tahap pelaksanaan program dalam
penjaminan mutu internal dapat dilihat seperti
gambar 4.6. dibawah ini :

89
Pelaksana Rencana Pemenuhan

TPM

Pelaksana Kegiatan SOP


dan IK

Standar Isi
SKL
Proses
Standar
Pengelolaan
Pembiayaan
Sarpras
Tendik
Penilaian

Skala
Prioritas

Laporan
Kegiatan

Gambar 4.6. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek Pelaksanaan

4. Tahap Evaluasi.
Tahap evaluasi adalah tahap dimana TAM
sebagai auditor melakukan kegiatan pengawasan dan
penilaian secara obyektif atas efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan program dan penggunaan sumber daya.
Dalam penjaminan mutu, tahap evaluasi dilakukan
untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian

90
standar mutu 8 SNP. Kegiatan evaluasi ini juga
dilakukan untuk mengetahui kesenjangan dan
permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan
program.

Dalam melaksanakan kegiatan evaluasi, TAM


membutuhkan perangkat audit mutu. Perangkat
audit mutu yang telah dijelaskan dalam tahap
pengorganisasian diatas, akan digunakan sebagai
alat untuk melakukan evaluasi. Terdapat beberapa
langkah dalam audit internal penjaminan mutu.
Langkah pertama, adalah memeriksa kelengkapan
dokumen (laporan kegiatan/LPJ) dengan
menggunakan KKA Form 1. Langkah kedua,
menggunakan KKA Form 2 untuk pengujian
dilapangan. Pengujian dilapangan menggunakan
teknik wawancara dengan TPM. Langkah ketiga,
menggunakan KKA Form 3 untuk meringkas hasil
audit dan merangkum temuan. Langkah terakhir
menggunakan KKA Form 4 untuk menganalisis hasil
audit. Auditor perlu melakukan analisis hasil audit
dengan mendeskripsikan kondisi, kriteria, akibat.
Selain itu, auditor perlu melakukan analisis akar
masalah untuk menentukan penyebab terjadinya
permasalahan, kemudian mengajukan rekomendasi

91
atau saran untuk tindakan koreksi yang sebaiknya
dilaksanakan oleh TPM.
Sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan
audit, TAM perlu menyusun laporan hasil audit.
Laporan hasil audit memuat penilaian auditor
terhadap pelaksanaan tugas pokok,ketaatan
terhadap peraturan dan efisiensi, serta memuat
temuan dan rekomendasi tindak lanjut. Laporan
tersebut merupakan ukuran kinerja auditor dan
hanya disampaikan pada pihak yang berkepentingan,
yaitu TPM dan kepala sekolah.
Dari laporan hasil audit akan nampak
ketercapaian sasaran mutu sekolah. Dalam laporan
ini, dapat diketahui tingkat pencapaian sasaran
mutu yang telah direncanakan lewat RKS
berdasarkan EDS dan beberapa sasaran mutu yang
belum tercapai, serta rekomendasi untuk perbaikan.
Laporan hasil audit ini, akan digunakan untuk
menyusun sasaran mutu yang baru pada tahun
pelajaran berikutnya. Sehingga akan terjadi
perbaikan mutu secara berkesinambungan
(continously improvement).
Tahap evaluasi penjaminan mutu internal dapat
dilihat dalam gambar 4.7. berikut ini :

92
Evaluasi

TAM

Kegiatan KKA
Audit Form 1-4

Laporan Hasil
Audit

Sasaran Mutu
Baru

Gambar 4.7. Model Penjaminan Mutu Internal pada aspek evaluasi

Hasil akhir yang diharapkan dari setiap


tahapan adalah sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan menghasilkan pemetaan mutu


yang akurat. Pengisian data EDS dilakukan
dengan data yang update, sehingga menunjukkan
kondisi riil sekolah. analisis data EDS akan
mengidentifikasi pencapaian mutu sekolah
berdasarkan standar mutu 8 SNP. Dengan
menggunakan teknik analisis Medan Kekuatan

93
dan koordinasi yang baik dalam penyusunan RKS
akan menghasilkan perencanaan dan strategi yang
efektif dan efisien.

2. Tahap Pengorganisasian menghasilkan Tim


Pengembang Mutu (TMP) dan Tim Audit Mutu
(TAM). TPM bertugas melaksanakan semua
rencana yang tertuang dalam RKS, sedangkan
TAM menilai kesesuaian pelaksanaan kegiatan
terhadap program, dan menilai pencapaian
sasaran mutu yang ditetapkan sekolah. Pemilihan
anggota TPM dan TAM berdasarkan kompetensi
personal, sehingga akan terpilih orang-orang yang
mempunyai integritas yang tinggi dan credible
dalam menjalankan pekerjaan.

3. Tahap pelaksanaan menghasilkan kegiatan


pemenuhan mutu dengan mengacu pada indikator
mutu 8 SNP. Realisasi program RKS dilakukan
melalui skala prioritas yang mengacu pada
sasaran mutu. Hasil akhir dari tahap ini adalah
pelaporan kegiatan yang representatif dan
akuntabel, untuk dapat menjadi bahan penilaian
pelaksanaan program.

94
4. Tahap evaluasi menghasilkan kegiatan
pengawasan dan penilaian secara obyektif atas
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program dan
penggunaan sumber daya serta analisis
kesenjangan dan permasalahan yang terjadi
selama pelaksanaan program dengan
menggunakan perangkat audit yang terukur. Hasil
akhir dari tahap ini adalah laporan audit. yang
memuat penilaian auditor terhadap pelaksanaan
tugas pokok,ketaatan terhadap peraturan dan
efisiensi, serta memuat temuan dan rekomendasi
tindak lanjut yang merupakan ukuran kinerja
auditor. Laporan hasil audit digunakan sebagai
acuan menyusun sasaran mutu tahun berikutnya.

4.2.4.Validasi Desain
Desain model penjaminan mutu internal
divalidasi oleh 2 validator, yaitu (1) Dr. Yari
Dwikurnaningsih, M.Pd, (2) Dr. Ade Iriani, M.M. (3)
Kartomo, M.Pd hasil uji validasi dari ketiga validator
terhadap model penjaminan mutu internal dapat
dilihat pada tabel 4.1.

95
Tabel 4.1
Hasil Uji Validasi
Model Penjaminan Mutu Internal
Validator
Pernyataan Dr. Yari Dra.Ade Kartomo,M.Pd
No
Kejelasan Dwikurnianingsih Iriani,M.M
,M.Pd
1 Latar belakang Jelas (4) Cukup Jelas Sangat Jelas
(3) (5)
2 Tujuan Cukup Jelas (3) Cukup Jelas Jelas (4)
(3)
3 Sasaran Jelas (4) Cukup Jelas Sangat Jelas
(3) (5)
4 Landasan Hukum Sangat Jelas (5) Jelas (4) Sangat Jelas
(5)
5 Konsep Model Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4)
(3)
6 Penjaminan Mutu Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4)
Sekolah (3)
7 Penjaminan Mutu Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4)
Internal (3)
8 Tahap Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)
Perencanaan
9 Tahap Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)
Pengorganisasian
10 Tahap Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)
pelaksanaan
11 Tahap Evaluasi Jelas (4) Jelas (4) Jelas (4)
12 Hasil Akhir yang Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4)
Diharapkan (3)
13 Penutup Jelas (4) Cukup Jelas Jelas (4)
(3)
Total Nilai 52 44 55

Rata-Rata 4 3,4 4,2

96
Keterangan :
Tidak Jelas :1
Kurang Jelas :2
Cukup Jelas :3
Jelas :4
Sangat Jelas :5
Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa rata-rata
nilai yang diberikan validator 1, Dr. Yari Dwi
Kurnaningsih, M.Pd adalah 4 dalam kategori jelas.
Rata-rata nilai yang diberikan validator 2 yaitu Dr.
Ade Iriani, M.M adalah 3,4 dalam kategori cukup
jelas. Rata-rata nilai yang diberikan validator 3 yaitu
Kartomo, M.Pd adalah 4,3 dalam kategori jelas.
Rata-rata dari nilai ketiga validator menunjukkan
angka 3,90. Berdasarkan kriteria kualitas model,
angka 3,90 termasuk dalam kategori baik. Hal ini
menunjukkan bahwa model yang dikembangkan
memenuhi kriteria model yang baik.
Beberapa saran dari validator tersebut antara
lain:
1. Validator 1 :
Memperjelas kedudukan lampiran dan melengkapi
contoh format kertas kerja audit mutu.
2. Validator 2 :
Menambahkan kajian teori, memperbaiki tata
bahasa, dan membenahi daftar pustaka.
3. Validator 3 :

97
Pada bagian penutup, untuk menambahkan peran
yayasan dalam monitoring dan evaluasi
implementasi model penjaminan mutu internal.
4.2.5.Perbaikan Desain
Berdasarkan hasil validasi dan saran dari
validator, selanjutnya dilakukan revisi sehingga
diperoleh model penjaminan mutu internal yang
dapat dijadikan acuan untuk pelaksanaan sistem
penjaminan mutu internal. Revisi dilakukan
berdasarkan saran dari validator.
Revisi untuk memperbaiki desain produk dari
saran validator 1 yaitu mengenai kejelasan
kedudukan lampiran. Lampiran dalam draft model
terdiri atas : (1) Contoh SK Kepala Sekolah tentang
Pelaksanaan Penjaminan Mutu Internal, (2) Contoh
format 1 Kertas Kerja Audit (KKA) untuk menilai
kelengkapan dokumen, (3) Contoh format 2 Kertas
Kerja Audit (KKA) untuk pengujian di lapangan, (4)
Contoh format 3 Kertas Kerja Audit (KKA) untuk
meringkas hasil audit dan merangkum temuan, (5)
Contoh format 4 Kertas Kerja Audit (KKA) untuk
analisis hasil audit. Revisi dilakukan dengan
memberi penomoran lampiran 1 sampai dengan 5
dalam bab 3 desain produk untuk memperjelas
kedudukan lampiran. Selain itu, dalam tiap lampiran
dipisah menggunakan lembar tersendiri sehingga
memudahkan dalam menemukan lampiran.

98
Revisi selanjutnya berdasarkan saran dari
validator 1, yaitu mengenai kelengkapan lampiran
KKA format 1. Dalam draft model, KKA format 1
hanya memuat standar pengelolaan, revisi yang
dilakukan adalah dengan menambahkan 7 standar
yang lainnya yaitu, Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Proses, Standar Sarana Prasarana,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar
Pembiayaan, dan Standar Penilaian.
Revisi untuk memperbaiki desain produk dari
validator 2 adalah menambahkan teori tentang
penjaminan mutu internal. Dalam bab 2 draft model
menggunakan teori mengenai siklus penjaminan
mutu internal dari Kemdikbud (2016), revisi yang
dilakukan adalah dengan menambahkan teori proses
penjaminan mutu dari Sani (2015). Menurut Sani
(2015) proses penjaminan mutu mengandung 6 ciri
fungsional, yaitu (1) Penetapan Standar, (2) Evaluasi
pengukuran pencapaian standar, (3) Pemenuhan
standar, (4) Audit internal, (5) Rekomendasi
peningkatan mutu, dan (6) Peningkatan mutu
berkelanjutan. Teori dari Sani memberikan
kontribusi bahwa standar yang telah ditetapkan
perlu dievaluasi sebelum dilaksanakan.
Revisi selanjutnya dari saran validator 2 adalah
memperbaiki tata bahasa dan daftar pustaka. Daftar
pustaka ditulis lengkap sesuai dengan sumber-

99
sumber yang digunakan dalam menyusun model.
Sedangkan untuk tata bahasa, diperbaiki
menggunakan bahasa Indonesia yang baik sehingga
jelas subyek, predikat, obyek dan keterangannya
serta memperbaiki kesalahan pengetikan.
Revisi untuk memperbaiki desain produk dari
saran validator 3, adalah melibatkan komite sekolah
dalam mengevaluasi implementasi model penjaminan
mutu internal. Dalam draft model bab 4 bagian
penutup,evaluasi implementasi model dilakukan oleh
pengawas. Berdasarkan saran dari validator 3, selain
pengawas, komite sekolah sebagai pemangku
kepentingan sekolah perlu dilibatkan dalam evaluasi
implementasi model. Komite sekolah perlu
mengetahui perkembangan kemajuan sekolah
sebagai masukan dalam upaya pengembangan
sekolah.
4.3.Pembahasan
Model ini disesuaikan dengan kondisi tempat
penelitian dilakukan, agar dapat diimplementasikan
dengan mudah. Keberhasilan model ini terletak pada
pelaksanaan secara menyeluruh dan
berkesinambungan dari tahap ke tahap. Selain itu,
koordinator yang baik antara pelaksana standar
sangat menentukan keberhasilan model.
Dalam pelaksanaan penjaminan mutu internal,
kepala sekolah menjadi penggerak dalam hal

100
koordinasi. Pemantauan yang intensif atas
pelaksanaan tiap tahap, diperlukan untuk menjaga
agar kegiatan yang dilaksanakan tidak terlepas dari
rencana yang telah disusun.
Pada tahap pegorganisasian khususnya
staffing baik pembentukan TPM maupun TAM,
dibutuhkan penyeleksian yang baik. Penempatan
anggota tim berdasarkan kompetensi dan integritas
personal yang memadai sehingga akan berkontribusi
positif terhadap tujuan
Dalam tahap pelaksanaan, TPM harus tetap
menjaga keharmonisan dan koordinasi atas
pelaksanaan program kerja. Selain itu, dibutuhkan
konsistensi terhadap pelaksanaan tiap tahap dalam
model penjaminan mutu internal.
Pada tahap evaluasi, prinsip obyektif,
transparan, dan independen dibutuhkan untuk
menghasilkan hasil penilaian atas pelaksanaan
program. TAM wajib melakukan tindakan koreksi
dan memberikan rekomendasi untuk menyusun
sasaran mutu pada periode mendatang.
Penelitian terdahulu mengenai penjaminan
mutu internal lebih menekankan pada tahapan-
tahapan penjaminan mutu internal. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Iwan Irawan (2013),
ada 4 tahap yang harus dilalui dalam sistem
penjaminan mutu internal. Tahap tersebut meliputi

101
(1) Tahap desain, pemetaan mutu menggunakan QFD
SIM WEB, (2) Tahap kontrol, yaitu tindakan korektif
terhadap desain, (3) Tahap Implementasi, dan (4)
Tahap Evaluasi. Meskipun penelitian dilakukan di
SMK, akan tetapi tidak menggunakan standar mutu
8 SNP yang menjadi acuan Kementrian Pendidikan
Nasional untuk menilai mutu sekolah kejuruan.
Pemetaan mutu yang dilakukan tidak melalui EDS
yang disarankan oleh Kemdikbud sebagai dasar
untuk mengevaluasi kondisi sekolah berdasarkan
indikator mutu 8 SNP. Di sisi lain, tahap evaluasi
tidak dilanjutkan dengan menyusun standar mutu
baru.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Sulaiman (2013) agak berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Penelitian ini dilakukan di perguruan
tinggi. Tahapan-tahapan yang dilalui dalam sistem
penjaminan mutu internal menempatkan pemetaan
mutu, justru setelah evaluasi dan sebelum audit
mutu. Model ini, kurang baik jika digunakan untuk
SMK karena pemetaan mutu harusnya digunakan
sebagai dasar penyusunan RKS.
Penelitian yang dilakukan Damme (2002)
memiliki kontribusi yang lebih luas. Damme lebih
menekankan pada peningkatan standar mutu
sekolah agar sejajar dengan sekolah-sekolah di
negara maju. Kegiatan ini dilakukan melalui

102
kerjasama melakukan penyusunan sistem
penjaminan mutu sekolah dengan standar
internasional. Untuk kebutuhan SMK, penelitian ini
bisa diterapkan jika sekolah tersebut telah
memenuhi standar mutu 8 SNP, kemudian
menyusun standar mutu baru yang lebih tinggi dari
SNP.
Model penjaminan mutu internal di SMK
Pembangunan Ampel ini, dikembangkan dengan
metode pengembangan dari Sugiono (2016). Melalui
analisis potensi dan masalah, serta kajian teoritis
disusun pengembangan model penjaminan mutu
internal yang sesuai dengan kebutuhan sekolah
dengan memuat tahap-tahap siklus penjaminan
mutu.
Menurut Sani (2015) kegiatan penjaminan
mutu yang umum digunakan mengacu pada siklus
manajemen. Tahap siklus manajemen yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu tahapan
prinsip-prinsip manajemen dari Terry (2013) yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi. Dalam model penjaminan mutu
sebelumnya, siklus manajemen yang digunakan
adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tahap pengorganisasian merupakan kebaruan dari
model penjaminan mutu internal. Pengorganisasian
atau staffing adalah cara untuk menempatkan orang

103
– orang yang mempunyai integritas yang tinggi
terhadap pekerjaan sehingga pelaksanaan rencana
akan lebih efektif.
Model yang digunakan sebagai acuan untuk
dikembangkan adalah siklus penjaminan mutu
internal dari Kementrian Pendidikan Nasional (2016),
yaitu : (1) Pemetaan mutu (EDS), (2) Penyusunan
RKS, (3) Implementasi, dan (4) Evaluasi.
Pengembangan model ini menempatkan EDS dan
RKS dalam tahap perencanaan. Tahap kedua ,yaitu
pengorganisasian menambahkan peran kepala
sekolah dalam hal staffing. Selain staffing kebaruan
model ini dibandingkan dengan model- model
sebelumnya adalah, model ini dikembangkan
berdasarkan kebutuhan obyek penelitian. Melalui
kajian empiris dan teoritis model ini dilengkapi
dengan komponen-komponen yang dijelaskan secara
rinci meliputi apa, siapa yang melaksanakan,
bagaimana melaksanakan, dan kapan dilaksanakan,
serta hasil akhir yang diharapkan pada tiap tahap.
Diharapkan melalui model ini, sekolah akan
dapat melaksanakan sistem penjaminan mutu
internal dengan efektif dan dapat menjawab semua
permasalahan dan mendapatkan solusi yang
tepat,sehingga akan meningkatkan mutu dan daya
saing lulusan.

104

Anda mungkin juga menyukai