Anda di halaman 1dari 8

REVIEW JURNAL

PENGEMBANGAN WILAYAH HINTERLAND DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG


SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

(Studi Pada Wilayah Buring Kota Malang)

Oleh:

Nama : ABD Muthalib Mony

NIM : 202081022

Program Studi Agribisnis

Jurusan Sosaial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Pattimura
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara besar dan kaya, yang terdiri dari berbagai pulau-pulau
yang masing-masing memiliki potensi dan fungsi yang luar biasa. Karena begitu banyaknya
potensi yang dimiliki maka pemerintah disiapkan untuk mengembangkan dan menata daerah
itu. Tetapi pada kenyataannya pemerintah daerah dalam membangun dan mengembangkan
wilayahnya masih belum merata. Implikasi dari ketidak merataan tersebut adalah belum baiknya
tingkat pelayanan publik terutama pada wilayah hinterland, yaitu wilayah Buring. Upaya dalam
mengatasi permasalahan tersebut adalah di- lakukannya pembangunan daerah. Berbicara
mengenai pembangunan daerah maka secara khusus lagi ada pengembangan wilayah.
Pengembangan wilayah merupakan bentuk dari pembangunan daerah dan juga merupakan
salah satu wujud tugas pemerintah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
umum agar berdaya.

Hal yang sudah diketahui bahwa pembangunan di Kota Malang sudah over
development, sehingga sudah seharusnya arah pembangunan bergeser ke wilayah lain, yaitu
wilayah Malang Timur, khususnya Buring. Penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk
mengurangi kesenjangan antar daerah diperlukan peningkatan efektivitas program-program
pengembangan daerah yang didasarkan atas kesesuaian tipologi dengan karakteristik wilayah
yang akan berdampak pada pelayanan publik yang lebih baik. Penulis memfokuskan
pengembangan wilayah hinterland tepatnya pada wilayah sepanjang koridor Jalan Mayjend
Sungkono, guna mewujudkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, menyeimbangkan
pembangunan wilayah Kota Malang, dan menyelenggarakan pembangunan yang berkelanjutan
yang bersifat komprehensif dan holistik.
A. Latar Belakang
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada pengembangan wilayah pada daerah
Malang Tenggara dan Malang Timur, yaitu pada koridor Jalan Mayjend Sungkono, karena saat
ini wilayah di sepanjang Jalan Mayjen Sungkono sedang menjadi perhatian Pemerintah Kota
Malang untuk dikembangkan. Adapun pengkhususan pelayanan publik yang diambil adalah
jenis pelayanan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 mengenai Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Malang 2009-2029. Hal yang sudah diketahui bahwa
pembangunan di Kota Malang sudah over development, sehingga sudah seharusnya arah
pembangunan bergeser ke wilayah lain, yaitu wilayah Malang Timur, khususnya Buring.
Penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk mengurangi kesenjangan antar daerah
diperlukan peningkatan efektivitas program-program pengembangan daerah yang didasarkan
atas kesesuaian tipologi dengan karakteristik wilayah yang akan berdampak pada pelayanan
publik yang lebih baik. Penulis memfokuskan pengembangan wilayah hinterland tepatnya pada
wilayah sepanjang koridor Jalan Mayjend Sungkono, guna mewujudkan pemanfaatan sumber
daya yang dimiliki, menyeimbangkan pembangunan wilayah Kota Malang, dan
menyelenggarakan pembangunan yang berkelanjutan yang bersifat komprehensif dan holistik.
B. Tujuan

1. Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang


Pengembangan wilayah tentunya sudah dilakukan sejak pemerintahan yang lalu, salah
satunya adalah pada era orde baru dengan dibentuknya PELITA I dan II yang dalam
mengembangkan wilayah masih berorientasi pada pembangunan sektor pertanian.
Selanjutnya, menurut Marbun (1979, h.116) “Pada PELITA II s/d IV landasan pemikiran
pengembangan wilayah ialah pola aliran barang dan jasa, yaitu merupakan tiruan atau
pola berpikir pada zaman penjajahan yang memberi fungsi utama kota sebagai Terminal
Jasa Distribusi (TJD) atau Pusat Logistik”.

2. Strategi Perencanaan dan Pengembangan Wilayah


Strategi dalam melakukan perencanaan daerah terdiri dari beberapa tahap, tahap
pertama untuk melakukan pembangunan daerah dibutuhkannya pengenalan wilayah
perencanaan, setelah mengenali wilayah yang akan dibangun maka tahap kedua adalah
menganailisis situasi
wilayah, dan tahap berikutnya adalah tahap zonasi lahan. Dalam pengenalan wilayah
terdiri dari beberapa cara, yaitu: Pemahaman Wilayah Secara Cepat (Rapid District
Apprasiall/ RDA), Identifikasi Kebijakan Pembangunan, Profil Wilayah dan Sumber-
Keuangan.
II. Metode Penelitian
a. Waktu dan tempat

Lokasi penelitian Peneliti mengambil lokasi wilayah Buring sebagai daerah obyek
penelitian. wilayah Buring termasuk kedalam Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang,

a. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan metode
pendekatan kualitatif. Sehubungan dengan penelitian tentang pengembangan wilayah
Buring, maka penelitian memberi batasan fokus berdasarkan rumusan masalah yang
ditetapkan diatas, sebagai berikut:

1. Perencanaan dalam mengembangkan wilayah Buring sebagai kawasan hinterland,


meliputi:
a. Pengenalan wilayah Buring;
b. Analisis Situasi.
2. Upaya Pemerintah Kota Malang dalam mengembangkan wilayah Buring sebagai
upaya peningkatan pelayanan publik
a. Strategi pembangunan wilayah Buring;
b. Bentuk pelayanan publik di wilayah Buring.
III. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Pengenalan wilayah dalam tulisan ini menggunakan konsep RDA. Menurut Riyadi
(2003, h.34) untuk melakukan RDA diperlukannya sumber-sumber data sekunder
(dokumen resmi) dan data primer (hasil kunjunganlapangan),
b. Pembahasan
1. Perencanaan dalam mengembangkan wilayah Buring sebagai kawasan hinterland
Mengenal karakteristik dan profil wilayah merupakan langkah awal dalam melakukan
pengembangan wilayah. Apabila kita mau mengembangkan suatu wilayah maka kita
harus terlebih dahulu mengenali bagaimana karakteristik dan profilnya. Hal itu
membantu kita untuk merencanakan pembangunan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
2. Upaya Pemerintah Kota Malang dalam mengembangkan wilayah Buring sebagai
upaya peningkatan pelayanan publik Seperti yang kita ketahui bahwa
pengembangan wilayah dan pelayanan publik adalah salah satu tugas penting dari
pemerintah. Pemerintah mempunyai kekuasaan dan kapasitas untuk menyediakan
pelayanan publik bagi masyarakat tanpa terkecuali. Strategi Pengembangan wilayah
Buring, cenderung pada pendekatan kompleks wilayah (Regional Complex
Approach). Pendekatan ini berisi mengenai pada sebaran penduduk, pola, struktur,
organisasi. Sebaran penduduk di Kecamatan Kedungkandang (letak wilayah Buring)
paling rendah. Hal ini disebabkan perbandingan lahan dengan jumlah penduduk.
IV. Saran dan Kesimpulan
a. Kesimpulan
SIMPULAN

(1) Dalam memacu pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan ekonomi harus menganut


paradigma baru dimana pemberdayaan ekonomi rakyat harus menjadi perhatian utama.
Karena sebagian besar rakyat hidup pada sektor pertanian dan sektor ini masih
memberikan kontribusi yang besar pada perekonomian negara, maka pemberdayaan
ekonomi rakyat juga

berarti membangun ekonomi pertanian dengan lebih baik.

(2) Pengembangan sektor pertanian ke depan harus diarahkan kepada sistem


agribisnis, karena pendekatan ini akan dapat meningkatkan nilai tambah sektor
pertanian. Pada hakekatnya dapat meningkatkan pendapatan bagi pelakupelaku
agribisnis di daerah. Sektor pertanian (agribisnis) sebagai sektor ekonomi rakyat di
pedesaan memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan lebih lanjut, baik untuk
memperkuat ekonomi rakyat, maupun sebagai

andalan Indonesia dalam perdagangan bebas.


(3) Sektor pertanian di kabupaten Kepulauan Meranti mempunyai peluang untuk
dikembangkan di masa datang, antara lain: (a) Penduduk yang semakin bertambah
sehingga kebutuhan pangan juga bertambah; (b) Meningkatnya pendapatan masyarakat
akan meningkatkan kebutuhan pangan berkualitas dan beragam (diversifikasi); dan (c)
Perkembangan agribisnis juga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
daerah, meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya diharapkan akan
mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat.

(4) Dalam pengembangan sektor pertanian skala kecil masih ditemui beberapa kendala,
terutama dalam pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan
agroindustri. Kendala tersebut, antara lain: (a) lemahnya struktur permodalan dan akses
terhadap sumber permodalan; (b) ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah; (c)
pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (d) terbatasnya kemampuan dalam
penguasaan teknologi; (e)lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani; (f)
kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.

(5) Dalam pemasaran produk pertanian di pedesaan, petani menghadapi berbagai


kendala, khususnya bagi petani berskala kecil. Masalah utama yang menyebabkan
harga dapat dipermainkan oleh mafia pemasaran adalah melalui titik lemah produk
pertanian, antara lain: (a)kesinambungan produksi; (b) kurang memadai-nya pasar; (c)
panjangnya saluran pemasaran; (d) rendahnya kemampuan tawar-menawar; (e)
berfluktuasinya harga; (f) kurang tersedianya informasi pasar; (g) kurang jelasnya
jaringan pemasaran; (h) rendahnya kualitas produksi; dan (i) rendahnya kualitas
sumberdaya manusia.
b. Saran
Kota malang merupakan daerah perencanaan pembangunan wilayah buring. Untuk itu
sebelum melakukan perencanaan buring lebih lanjut maka harus di lakukan penataan
ruang terlebih dahulu agar tidak terjadi kepadatan penduduk kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai