Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PERENCANAAN

SEKTORAL PERTAMBANGAN DI KABUPATEN MALINAU


KALIMANTAN UTARA

Disusun oleh :

Kelompok 5 kelas D-8

1. FIRDHAN RAIHAN S
2. ARIF RIAN DWI PRAKOSO
3. RAMADIYANTI NURLITA SARI
4. M NAUFAL RAHARDIAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


KAMPUS JATINANGOR
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pertambangan merupakan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam


rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batu bara yang
meliputi peneyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.Kekayaan alam yang terkandung didalamnya bumi dan air
yang biasa disebut dengan bahan-bahan galian, dimana terkandung dalam
UndangUndang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “bahwa bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Amanat UUD 1945 ini merupakan
landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk memanfaatkan potensi
kekayaan sumber daya alam, mineral, dan energi yang dimiliki secara optimal dalam
mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Kabupaten malinau merupakan daerah yang kaya akan potensi sumber daya
alamnya, hal ini tercermin pada potensi ekonomi yang berkembang sampai saat ini
seperti Sektor Pertanian (komoditas hasil hutan) dan Sektor Pertambangan dan
penggalian (komoditas batu bara). Namun disamping itu, belum menunjangnya
pembangunan pada sarana dan prasarana transportsi dalam pengembangan sektor
ekonomi di Kabupaten Malinau merupakan hal yang saling terkait. Sehingga
pembangunan sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam mendukung laju
pembangunan. Keberhasilan membangun sarana dan prasarana transportasi yang
efisien dan aman, menjadi modal dasar perkembangan ekonomi daerah Kabupaten
Malinau (Bappeda Provinsi Kaltim, 2010).
Selama tahun 2009 sampai 2013, sektor pertambangan dan penggalian masih
merupakan andalan bagi pembentukan PDRB di Kabupaten Malinau. Adapun
kontribusi rata-rata dari sektor tersebut sebesar 34,06%. Sedangkan pada sektor
ekonomi menurut lapangan usaha lainnya adalah sektor pertanian menempati posisi
kedua dengan kontribusi rata-rata 20,16%, diikuti oleh sektor jasa-jasa menempati
posisi ketiga dengan kontribusi rata-rata sebesar 16,52%.

Berdasarkan data diatas, maka penulis memutuskan untuk mengangkat


pembahasan mengenai potensi sektor pertambangan di kabupaten malinau provinsi
Kalimantan utara agar dapat diteliti dan diambil manfaat nya sehingga dapat
digunakan secara efektif dan efisien hingga di masa yang akan datang

B.TUJUAN

-Untuk mengetahui aspek apa saja yang mempengaruhi analisis potensi wilayah

-Untuk mengetahui model,metode,teknik dalam menganalisis potensi wilayah

-Untuk mengetahui pengunaan analisis dalam penyusunan rencana

-Untuk mengetahui ketentuan dalam peraturan perundangan dalam analisis


BAB II

GAMBARAN KASUS KAJIAN

Kabupaten malinau merupakan daerah yang kaya akan potensi sumber daya
alamnya, hal ini tercermin pada potensi ekonomi yang berkembang sampai saat ini
seperti Sektor Pertanian (komoditas hasil hutan) dan Sektor Pertambangan dan
penggalian (komoditas batu bara). Namun disamping itu, belum menunjangnya
pembangunan pada sarana dan prasarana transportsi dalam pengembangan sektor
ekonomi di Kabupaten Malinau merupakan hal yang saling terkait. Sehingga
pembangunan sarana dan prasarana sangat diperlukan dalam mendukung laju
pembangunan. Keberhasilan membangun sarana dan prasarana transportasi yang
efisien dan aman, menjadi modal dasar perkembangan ekonomi daerah Kabupaten
Malinau (Bappeda Provinsi Kaltim, 2010).

Selama tahun 2009 sampai 2013, sektor pertambangan dan penggalian masih
merupakan andalan bagi pembentukan PDRB di Kabupaten Malinau. Adapun
kontribusi rata-rata dari sektor tersebut sebesar 34,06%. Sedangkan pada sektor
ekonomi menurut lapangan usaha lainnya adalah sektor pertanian menempati posisi
kedua dengan kontribusi rata-rata 20,16%, diikuti oleh sektor jasa-jasa menempati
posisi ketiga dengan kontribusi rata-rata sebesar 16,52%.

Selanjutnya, posisi keempat ditempati oleh sektor perdagangan, hotel dan


restoran dengan kontribusi rata-rata 13,78%. Sektor bangunan dengan kontribusi
12,46% berada pada posisi kelima, diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi
pada posisi keenam dengan kontribusi rata-rata 2,24%. Pada posisi ketujuh, ditempati
oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan kontribusi rata-rata
sebesar 0,40%, posisi kedelapan ditempati oleh listrik, gas dan air bersih dengan
kontribusi rata-rata 0,31%, dan sisanya berada sektor industri pengolahan berada pada
posisi kesembilan dengan kontribusi rata-rata sebanyak 0,07% (BPS Kabupaten
Malinau, 2014).Berdasarkan pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malinau selama
tahun 2009 sampai 2013 lebih banyak ditopang oleh struktur primer yang terdiri dari:
sektor pertanian, serta sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata 54,23%.
Sehingga kedua sektor ini dianggap menjadi leading sector pada Kabupaten Malinau.
Mengingat potensi sumber ekonomi dalam kontribusi PDRB struktur primer paling
besar diantara lainnya berasal dari luas daratan hutan Kabupaten Malinau sangat
besar, yang dimanfaatkan dalam pengembangan beberapa komoditas sektor pertanian
serta sektor pertambangan dan penggalian..

Analisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malinau pasca otonomi daerah,


menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur ekonomi dari perekonomian
yang didominasi oleh struktur sektor primer. Belum optimal serta masih
bergantungnya terhadap struktur sektor ekonomi primer menjadi alasan mengapa
Kabupaten Malinau ini masuk dalam kategori daerah berkembang.

Maka faktor sumber daya alam perlu dikelola dan dipelihara dengan benar dan
diharapkan pembangunan yang dilaksanakan berorientasi pada pembangunan yang
berkelanjutan atau sustainable development, yaitu pembangunan yang memenuhi
kebutuhan generasi sekarang tanpa mengabaikan kepentingan generasi yang akan
dating untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu program pengembangan dan inovasi
pada sektor lainnya juga harus selalu ditingkatkan dan diperhatikan

Hasil identifikasi dan analisis berupa penentuan sektor ekonomi unggulan di


Kabupaten Malinau, sehingga dapat menjadi bahan masukan atau saran dalam
pengembangan potensi ekonomi regional Kabupaten malinau. Untuk menjawab
permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan metode analisis data yaitu
analisis Location Quotient digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis
dalam perekonomian Kabupaten malinau

Analisis Location Quotient Metode LQ merupakan salah satu pendekatan


yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk
memahami sektor kegiatan dari PDRB Kabupaten malinau yang menjadi pemacu
pertumbuhan. Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian,
mengarah pada identifikasi spesialisasi/basis kegiatan perekonomian. Sehingga nilai
LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai
sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta
berdampak pada penciptaan lapangan kerja.
Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja
yang merupakan sektor basis atau leading sektor. Pada dasarnya teknik ini
menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang
diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan.
Teknik analisis ini belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang
teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup
memberi gambaran akan kemampuan suatu daerah dalam sektor yang
teridentifikasi.Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan
mempunyai pola permintaan wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan.
Asumsi lainnya adalah permintaan wilayah akan suatu barang akan dipenuhi terlebih
dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah lain.

Perlu diketahui bahwa nilai LQ dipengaruhi oleh berbagai faktor. Nilai hasil
perhitungannya bias, karena tingkat disagregasi peubah spesialisasi, pemilihan
peubah acuan, pemilihan entity yang diperbandingkan, pemilihan tahun dan kualitas
data.Masalah paling mendasar pada model ekonomi basis ini adalah masalah time lag.
Hal ini diakui, bahwa base multiplier atau pengganda tidak berlangsung secara tepat,
karena membutuhkan time lag antara respon dari sektor basis terhadap permintaan
dari luar wilayah dan respon dari sektor non basis terhadap perubahan sektor basis.
Pendekatan yang biasanya dilakukan terhadap masalah ini adalah mengabaikan
masalah time lag ini, namun dalam jangka panjang masalah ini pasti terjadi.
BAB III

ANALISIS MODEL METODE DAN TEKNIK

A. Aspek yang dilakukan

Salah satu indikasi pembangunan ekonomi adalah peningkatan taraf


hidup suatu bangsa yang ditunjukkan dengan tinggi rendahnya pendapatan
perkapita. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang direalisasikan dalam pembangunan daerah, yang terutama
ditekankan pada upaya peningkatan daya guna dari hasil guna pembangunan
sektoral di daerah agar benar-benar disesuaikan dengan prioritas dan potensi
daerah (Tarigan, 2004).

Pada pembahasan kali ini kami akan mebahas mengenai analis potensi
wilayah Kabupaten malinau provinsi Kalimantan utara terkhusus sektor
pertambangan dari aspek fisik, ekonomi , hankam.
Analisis Potensi Wilayah yang dilakukan terhadap aspek fisik
memberikan manfaat diantaranya
1. Menciptakan Efisiensi dan produktivitas hasil pertambangan karena
penentuan kawasan/ lahan dilakukan pada lokasi yang tepat (teori lokasi)
dan sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian fisik lahan yang cukup.
2. Menjadi pedoman pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam
perencanaan tata ruang serta pembangunan prasarana fisik agar hasil
pertambangan dapat bermanfaat secara tepat guna dan berdaya guna.
3. Menjaga keberlanjutan (sustainability) terutama bahan tambang, karena
alokasi sumber daya fisik dilakukan dengan cara bijaksana sesuai dengan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Unsur fisik penataan ruang
disesuaikan dengan daya dukung dan daya tampung serta potensi wilayah.
Dari aspek ekonomi , Mengingat keterbatasan atau kelangkaan dan
ketidakmerataan sumber daya tambang , maka setiap potensi sumber daya
yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini mengandung arti bahwa
setiap sumber daya harus dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin.
sebanding dengan biaya alokasi. Sulit dijangkau (biaya masrjinalnya)
Perencanaan dan pengembangan wilayah kabupaten malinau dari aspek
ekonomi dapat mengalokasikan sumber daya pertambangan secara lebih
efisien dan efektif baik dalam perspektif jangka panjang maupun jangka
pendek. Hal ini dapat diketahui melalui hasil perhitungan LQ yang akan
dibahas nantinya.
· Struktur ekonomi sektor pertambangan yang telah dihasilkan dapat
menjadi indikator daya saing. Daya saing yang tinggi dijadikan dasar para
investor untuk meningkatkan pendapatan daerah kabupaten malinau maupun
provinsi Kalimantan utara. Menigktanya daya saing Dapat memajukan sektor
perekonomian daerah yang ditunjukkan melalui:
1. bertambahnya lapangan usaha
2. bertambahnya PDRB
3. bertambahnya sumber pendapatan
4. bertambahnya sektor produktif di daerah kabupaten malinau
5. bertambahnya perbankan
6. bertambahnya dunia usaha
Dari Aspek hankam dalam konteks potensi daerah merupakan upaya
pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam memberikan rasa aman bagi
upayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Aspek ini sangat penting
khususnya di Kalimantan utara yang rawan terjadi kejahatan lintas
Negara.Dengan adanya anpotwil sektoral pertambangan di kabupaten
malinau, Pemerintah dapat menetapkan garis batas laut darat untuk
menghindari adanya eksploitasi sumber daya tambang secara illegal .hal
tersebut dapat dihindari dengan menetapkan peraturan yang memuat sanksi
yang jelas terhadap perbuatan tersebut.

B. Analisis model metode dan teknik

Berdasarkan hasil perhitungan sektor basis dengan perhitungan


Analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Malinau dari tahun 2009 – 2013
menunjukkan sektor ekonomi yang memiliki LQ > 1 adalah sektor bangunan
dan kontruksi dengan rerata 5,3597. Sektor berikutnya yang memiliki LQ > 1
adalah sektor pertanian pada peringkat kedua dengan rerata 3,8252, lalu
diikuti oleh sektor jasa-jasa pada peringkat ketiga dengan rerata 2,0158.
Sementara pada peringkat keempat ditempati oleh sektor perdangangan, hotel
dan restoran dengan rerata 1,9045, serta sektor listrik, gas dan air minum pada
peringkat kelima dengan nilai rerata 1,2664.
Sebaliknya, empat sektor lainnya yaitu: sektor pertambangan dan
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi,
serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan termasuk dalam
kelompok sektor ekonomi non-basis dengan nilai LQ < 1.
Tabel 1. Rerata LQ dan DLQ Kabupaten Malinau Tahun 2009 - 2013

Sektor Rerata Rerata


LQ DLQ
1. Pertanian 3.83 -0.59
2. Pertambangan dan 0.61 7.20
Penggalian
3. Industri Pengolahan 0.00 -0.98
4. Listrik, Gas dan Air Minum 1.27 0.84
5. Bangunan dan Kontruksi 5.36 0.29
6. Perdangangan, Hotel dan 1.90 0.25
Restoran
7. Pengangkutan dan 0.45 0.34
Komunikasi
8. Keu., Persewaan dan Jasa 0.12 0.27
Perusahaan
9. Jasa-jasa 2.02 0.25
Sumber: Diolah dari PDRB Kabupaten Malinau dan Provinsi Kalimantan
Utara Tahun 2009 - 2013

Sektor Prioritas Kabupaten Malinau di Masa Yang Akan Datang

Berdasarkan Tabel 1 hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis


Dynamic Location Quotient (DLQ), dapat diketahui bahwa sektor yang masih
tetap dapat diprioritaskan untuk masa yang akan datang. Hanya terdapat 1
(satu) sektor yang memiliki nilai DLQ > 1, yakni sektor pertambangan dan
penggalian. Sedangkan kedelapan sektor lainnya, memiliki nilai DLQ < 1,
yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut tidak bisa dikatakan sektor yang
berpotensi untuk masa yang akan datang.
Hal ini berarti proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Malinau lebih lambat dibandingkan dengan
proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara. Kondisi demikian memperlihatkan bahwa selama ini
keadaan berbalik jika dibandingkan dengan hasil perhitungan Analisis
Location Quotient (LQ) sebelumnya. Maka pada masa yang akan datang
sektor tersebut kalah bersaing dengan sektor-sektor lainnya.

Berdasarkan Tabel 1 hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis


Dynamic Location Quotient (DLQ), dapat diketahui bahwa sektor yang masih
tetap dapat diprioritaskan untuk masa yang akan datang. Hanya terdapat 1
(satu) sektor yang memiliki nilai DLQ > 1, yakni sektor pertambangan dan
penggalian. Sedangkan kedelapan sektor lainnya, memiliki nilai DLQ < 1,
yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut tidak bisa dikatakan sektor yang
berpotensi untuk masa yang akan datang.
Hal ini berarti proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap laju
pertumbuhan PDRB Kabupaten Malinau lebih lambat dibandingkan dengan
proporsi laju pertumbuhan sektor tersebut terhadap PDRB Provinsi
Kalimantan Utara. Kondisi demikian memperlihatkan bahwa selama ini
keadaan berbalik jika dibandingkan dengan hasil perhitungan Analisis
Location Quotient (LQ) sebelumnya. Maka pada masa yang akan datang
sektor tersebut kalah bersaing dengan sektor-sektor lainnya.
Tabel 3. Hasil Interpretasi Dengan Analisis Overlay Menurut PDRB
Sektor Lapangan Usaha di Kabupaten Malinau Tahun 2009 - 2013

SEKTOR Alat Analisis

Sektor LQ DLQ Shift Notasi

Lapangan Share
Usaha
Pertanian + - + +-+
Pertambangan - + + -++
dan
Penggalian
Industri - - - ---
Pengolahan
Listrik, Gas dan + - + +-+
Air Minum
Bangunan dan + - + +-+
Kontruksi
Perdangangan, + - + +-+
Hotel dan
Restoran
Pengangkutan - - + --+
dan
Komunikasi
Keuangan, - - + --+
Persewaan dan
Jasa
Perusahaan
Jasa-jasa + - + +-+
1. Nilai LQ > 1 berarti (positif) dan LQ < 1 (negatif).
2. Nilai DLQ > 1 berarti (positif) dan DLQ < 1 (negatif).
3. Nilai Shift Share (P+D) j > 0 berarti positif dan (P+D) j < 0 negatif
Berdasarkan pada Tabel 3, beberapa hasil interpretasi dengan Analisis
Overlay sebagai berikut:
Satu sektor diantaranya yakni: sektor pertambangan dan penggalian
denga hasil notasi (- + +). Hal ini berarti bahwa kegiatan sektoral di
Kabupaten Malinau lebih unggul dari kegiatan yang sama di Provinsi
Kalimantan Utara, baik dari sisi pertumbuhan maupun kontribusinya. Sektor
tersebut merupakan spesialisasi kegiatan ekonomi Kabupaten Malinau pada
Provinsi Kalimantan Utara.

Kesimpulannya Berdasarkan hasil Analisis DLQ, dari 9 (sembilan)


menurut lapangan usaha, hanya sektor pertambangan dan penggalian yang
memiliki peluang besar untuk dapat dikembangankan di masa yang akan
datang.

C. Landasan Hukum yang mengatur tentang ketentuan – ketentuan mengenai


pertambangan

Sebelumnya sudah diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang


Ketentuan – Ketentuan Pokok Pertambangan dan untuk Peraturan Daerah
yang mengatur di Provinsi Kalimantan Utara yaitu Peraturan Gubernur
Nomor 44 tahun 2018 Tentang Pengelola Dana Jaminan Reklamasi dan
Pascatambang Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dan Peraturan
Gubernur Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Izin
Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Provinsi Kalimantan
Utara
D. Hubungan Analisis yang dilakukan dengan Peraturan yang berlaku

Analisis Pertambangan yang ada di Provinsi Kalimantan Utara


terkhususnya di Kabupaten Malinau adalah bahwa Kabupaten Malinau
merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi Sumber Daya Alam
yang mumpuni baik dari sektor Pertanian maupun dari sektor Pertambangan
namun hal ini belum menunjang ekonomi maupun pembangunan di
Kabupaten Malinau hal tersebut perlu dianalisis apakah ada yang salah
terhadap pengelolaan sumber daya tersebut atau apakah sudah berjalan sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang diatur di daerah tersebut.

Sesuai dengan Peraturan Gubernur yang berlaku yaitu Peraturan


Gubernur Nomor 44 tahun 2018 Tentang Pengelola Dana Jaminan Reklamasi
dan Pascatambang Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dan
Peraturan Gubernur Nomor 14 Tahun 2017 tentang Pedoman Pelaksanaan
Izin Pertambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Provinsi Kalimantan
Utara menunjukan bahwa pertambangan yang dijalankan belum sesuai dengan
regulasi hal ini terlihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan Analisis
Dynamic Location Quotient (DLQ), dapat diketahui bahwa sektor yang masih
tetap dapat diprioritaskan untuk masa yang akan datang. Hanya terdapat 1
(satu) sektor yang memiliki nilai DLQ > 1, yakni sektor pertambangan dan
penggalian. Sedangkan kedelapan sektor lainnya, memiliki nilai DLQ < 1,
yang berarti bahwa sektor-sektor tersebut tidak bisa dikatakan sektor yang
berpotensi untuk masa yang akan datang.

Hal tersebut lah yang menjadi alasan perlunya tinjauan kembali oleh
pemerintah daerah serta perlunya evaluasi yang dilakukan guna tercapainya
tujuan dari sektor pertambangan tersebut untuk menunjang terkedepannya
Kabupaten Malinau baik dari sektor Ekonomi maupun Pertambangan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. analisis potensi wilayah Kabupaten malinau provinsi Kalimantan utara


dilihat dari aspek fisik, ekonomi , hankam.

2. Analisis model metode dan teknik menggunakan metode analisis Location


Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis
dalam perekonomian Kabupaten malinau.
3. Landasan Hukum yang mengatur tentang ketentuan – ketentuan mengenai
pertambangan yakni UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan –
Ketentuan Pokok Pertambangan dan untuk Peraturan Daerah yang
mengatur di Provinsi Kalimantan Utara yaitu Peraturan Gubernur Nomor
44 tahun 2018 Tentang Pengelola Dana Jaminan Reklamasi dan
Pascatambang Izin Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
4. Hubungan Analisis yang dilakukan dengan Peraturan yang berlaku
menunjukan bahwa pertambangan yang dijalankan belum sesuai dengan
regulasi hal ini terlihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan
Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ), dapat diketahui bahwa sektor
yang masih tetap dapat diprioritaskan untuk masa yang akan datang
B. REKOMENDASI
1. Prasarana yang ada di kabupaten malinau provinsi Kalimantan utara masih
sulit untuk digunakan oleh masyarakat, sehingga karena keterbatasan yang
dimiliki dapat mempengaruhi jumlah investor asing yang ingin
menanamkan modalnya di daerah tersebut. Maka dari itu pemerintah perlu
untuk mendukung penigkatan kualitas sumber daya buatannya seperti alat
transportasi,komunikasi dll.
2. Rawannya daerah perbatasan yang ada di provinsi Kalimantan utara harus
diupayakan dengan penguatan peran pemerintah dari lembaga pertahanan
dan keamanan guna menjaga keutuhan NKRI terlebih karena potensi hasil
tambang yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Ida ayu . 2016.Tugas akhir Program Magister (TAPM) Analisis kebijakan


pengembangan potensi wisata unggulan . Jakarta.perpust:universitasterbuka

Dio Caisar . 2015. Potensi Sektor Perekonomian di Kabupaten Malinau Provinsi


Kalimantan Utara. Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol.
2 No. 4, April-Juni 201

Deden ramadhan . Amdal pertambangan batubara PT.mitrabara adiperdana.Rencana


usaha dan atau kegiatan

https://www.jbic.go.jp/ja/business-areas/environment/projects/pdf/50533_2.pdf

http://perencanaanperkotaan.blogspot.com/2017/03/paper-sumber-daya-fisik-dan-
lingkungan.html

Anda mungkin juga menyukai