Anda di halaman 1dari 10

Analisis Sektor Potensial Pasca Luapan Lapindo

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DI KECAMATAN PORONG PASCA LUAPAN LUMPUR


LAPINDO

Imam Mashuri Pratama


S1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya
Email: Mashuri94@gmail.com

Kirwani
Dosen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Pada tahun 2006 terjadi luapan lumpur lapindo yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi
Kecamatan Porong sehingga mengalami penurunan PDRB sebesar -31,46 persen. Dampak dari luapan
lumpur lapindo masih terasa pada tahun berikutnya. Pertumbuhan PDRB Kecamatan Porong dari tahun
2007-2012 sebesar -21,04%, 43,58%, -5,61%, 1,7%, 3,15%, 3,14%. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi sektor potensial di Kecamatan Porong pasca luapan lumpur lapindo. Metode penelitian
ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan sektor potensial di Kecamatan Porong pasca luapan lumpur lapindo melalui PDRB
sebagai alat ukurnya. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis LQ, analisis Shift Share, dan analisis
MRP. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa sektor basis yang ada di Kecamatan Porong
adalah sektor pertanian, sektor penggalian, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa. Sektor basis tersebut yang mempunyai pertumbuhan
lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata sektoral dan memiliki daya saing tinggi dibandingkan dengan
sektor ekonomi yang sama di Kabupaten Sidoarjo adalah sektor perdagangan. Selain itu, sektor
perdagangan merupakan sektor yang menonjol di Kecamatan Porong dan di Kabupaten Sidoarjo. Dengan
demikian sektor potensial di Kecamatan Porong adalah sektor perdagangan.
Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, sektor potensial, lumpur lapindo.

Abstract

In 2006 Lapindo mudflow occurred which have an impact on economic growth Porong that GDP declined
by -31.46 percent. The impact of Lapindo mudflow still feels the following year. Porong GDP growth
from the year 2007-2012 amounted to -21.04%, 43.58%, -5.61%, 1.7%, 3.15%, 3.14%. This study aims to
identify potential sectors in Porong post Lapindo mudflow. This research method uses descriptive
research with quantitative approach which aims to describe the potential sectors in Porong post Lapindo
mudflow through GDP as a measuring tool. The analysis technique used is the analysis of LQ, shift share
analysis, and analysis of MRP. Based on the analysis, it can be concluded that the sector basis in Porong
is agriculture, quarrying, construction, trade, finance, leasing, and services companies, and service
sectors. The base sectors that have faster growth than the sectoral average and have high competitiveness
compared to the same economic sector in Sidoarjo is trade. In addition, the trade sector is a sector which
stands out in Porong and Sidoarjo. Thus the potential sectors in Porong is trade.
Keywords: economic growth, potential sectors, lapindo mud.

PENDAHULUAN Salah satu indikator dalam menentukan


Pembangunan yang sesuai dengan potensi keberhasilan pembangunan ekonomi adalah dengan
yang dimiliki dapat dijadikan prioritas untuk melihat pertumbuhan ekonominya. Dalam
meningkatkan pembangunan ekonomi secara menyusun pembangunan daerah, pertumbuhan
maksimal. Dengan memaksimalkan kegiatan di ekonomi yang tinggi menjadi target utama.
sektor potensial dapat mempengaruhi sektor-sektor Menurut Restiatun (2009), Pertumbuhan ekonomi
lain sehingga pembangunan multisektoral dapat yang ditandai dengan peningkatan Produk
tercapai. Maka perlu perencanaan yang baik dan Domestik Regional Bruto (PDRB) diperlukan guna
terencana dalam melakukan pembangunan. Salah mempercepat struktur perekonomian yang
satunya dengan mengkaji keberhasilan berimbang dan dinamis bercirikan industri yang
pembangunan yang telah dicapai di tahun kuat dan maju, serta memiliki basis pertumbuhan
sebelumnya. sektoral yang seimbang. Dengan demikian
Volume 3 No 3 Tahun 2015

pertumbuhan ekonomi menjadi gambaran kinerja employment, dan pertumbuhan ekonomi mencapai
dalam melakukan pembangunan. stationary state. Smith menjelaskan tugas
Untuk mengetahui kinerja pertumbuhan pemerintah adalah menciptakan kondisi dan
ekonomi suatu daerah dapat menggunakan Produk menyediakan fasilitas untuk mendorong swasta
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai alat berproduksi secara maksimal. Pemerintah tidak
ukurnya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan
sektor ekonomi yang terdapat dalam PDRB yaitu: jasa. Peran pemerintah adalah menjamin keamanan
sektor pertanian, sektor penggalian, sektor sektor dan ketertiban masyarakat dengan membuat
industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih, peraturan yang memberikan kepastian hukum dan
sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor keadilan bagi para pelaku ekonomi.
angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, Pemikiran Smith dikoreksi oleh John
persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa. Maynard Keynes (1936) karena terjadi depresi
Pada tanggal 26 Mei 2006 terjadi luapan ekonomi dunia tahun 1929-1932 dengan
lumpur lapindo yang berdampak pada mengatakan bahwa pemerintah perlu menerapkan
perekonomian Kecamatan Porong. Dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan
ekonomi yang dirasakan yaitu PDRB Kecamatan pengawasan langsung. Kedua pemikiran ini tetap
Porong mengalami penurunan cukup drastis. mengandalkan pemikiran pasar hanya saja Keynes
Menurut data PDRB yang diperoleh dari BPS ingin memperbesar pemerintah dalam kegiatan
Kabupaten Sidoarjo, pertumbuhan ekonomi di ekonomi. Kedua pemikiran ini sependapat
Kecamatan Porong dari tahun 2005-2012 secara mengenai salah satu tugas pemerintah yaitu
berturut-turut sebesar 0,16%, -31,46%, -21,04%, menciptakan distribusi pendapatan agar
43,58%, -5,61%, 1,7%, 3,15%, 3,14%. Berdasarkan pertumbuhan ekonomi menjadi mentap dan
data tersebut terjadi penurunan pertumbuhan berkelanjutan.
ekonomi tahun 2006 sebesar -31,46%. Di tahun Saat ini sudah disadari bahwa pemerintah
selanjutnya yaitu tahun 2007 dan 2009 masih perlu turun tangan untuk menyediakan jasa yang
terjadi penurunan sebesar -21,04% dan 5,61%. melayani kepentingan orang banyak ketika swasta
Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu tidak berminat menanganinya apabila tidak diberi
diadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana hak khusus. Selain itu pemerintah perlu mengatur
sektor potensial di Kecamatan Porong pasca luapan stok pangan agar tercipta harga yang stabil. Untuk
lumpur lapindo. itu pemerintah daerah perlu memberi kebebasan
Penelitian ini bertujuan untuk kebebasan kepada setiap orang atau badan untuk
menganalisis sektor basis dan non basis di berusaha, tidak mengeluarkan peraturan yang
Kecamatan Porong pasca luapan lumpur lapindo. menghambat pergerakan orang dan barang, tidak
Selanjutnya untuk mengetahui pergeseran sektor membuat tarif pajak terlalu tinggi sehingga
ekonomi dan sektor potensial di Kecamatan Porong membuat investor enggan berusaha, menjaga
pasca luapan lumpur lapindo. Selain itu untuk keamanan dan ketertiban masyarakat, menyediakan
menentukan cara pengembangan sektor ekonomi. berbagai fasilitas, dan menciptakan iklim ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi Daerah yang kondusif.
Berikut ini teori pertumbuhan ekonomi Teori harrod-domar
regional menurut para ahli terkait dengan kebijakan Teori ini dikemukakan oleh Roy F. Harrod
yang dapat diambil oleh pemerintah daerah. (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di
Amerika. Mereka menggunakan proses perhitungan
Teori Ekonomi Klasik yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama,
Adam smith (1723-1790) adalah orang sehingga keduanya dianggap mengemukakan ide
yang pertama kali yang memperkenalkan yang sama yang disebut teori Harrod-Domar. Teori
pertumbuhan ekonomi secara sistematis dalam ini melengkapi teori Keynes yang melihat dalam
bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of jangka pendek (kondisi statis) sedangkan Harrod-
the Wealth of Nation (1776). Inti dari pemikiran Domar melihat dalam jangka panjang (kondisi
Smith adalah masyarakat diberi kebebasan dalam dinamis). Teori Harrod-Domar didasarkan pada
menentukan kegiatan ekonomi dengan cara terbaik. asumsi:
Sistem ekonomi pasar bebas dapat menciptakan 1. Perekonomian bersifat tertutup
efisiensi, membawa ekonomi dalam kondisi full 2. Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan
Analisis Sektor Potensial Pasca Luapan Lapindo

3. Proses produksi memiliki koefisien yang tetap sehingga dinamakan teori Neoklasik yaitu adanya
(constan return to scale) campur tangan pemerintah hanya sebatas kebijakan
4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) fiskal dan kebijakan moneter saja. Pertumbuhan
adalah konstan dan sama dengan tingkat yang meningkat hanya berasal pada tiga sumber
pertumbuhan penduduk. yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran
Dengan asumsi tersebut, Harrod-Domar tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi
membuat analisis dan menyimpulkan bahwa ini terlihat dari peningkatan skill atau kemampuan
pertumbuhan jangka panjang yang baik hanya bisa teknik sehingga produktivitas perkapita meningkat
tercapai apabila terpenuhi syarat keseimbangan (tarigan, 2005)
yaitu g = k = n, Teori Neoklasik merupakan kelanjutan
Di mana: dari teori klasik yang menganjurkan kondisi untuk
g = Growth (tingkat pertumbuhan output) selalu menuju pasar sempurna. Dengan meniadakan
k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) hambatan dalam perdagangan termasuk
n = Tingkat pertumbuhan angkatan kerja perpindahan orang, barang, dan modal. Teori ini
Harrod-Domar mendasarkan teorinya sangat memerhatikan kemajuan dari teknik yang
berdasarkan mekanisme pasar tanpa campur tangan dapat dilakukan dengan peningkatan sumber daya
pemerintah. Tapi kesimpulannya menunjukkan manusia. Neoklasik mengasumsikan bahwa 1 = S
bahwa pemerintah perlu merencanakan besarnya yang artinya kebiasaan masyarakat yang suka
investasi agar terdapat keseimbangan dalam sisi menyimpan uangnya dalam jumlah besar di rumah
penawaran dan sisi permintaan barang. Dalam teori atau bukan bank, maka akan dapat menghambat
ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan tenaga pertumbuhan ekonomi. Pemerintah daerah perlu
kerja dapat dinetralisisr oleh arus keluar atau arus mendorong kreativitas dalam kehidupan
masuk dari setiap faktor di atas. Pertumbuhan yang masyarakat supaya produktivitas tenaga kerja
baik tergantung pada arus modal dan tenaga kerja meningkat. Oleh karena itu perlu suatu upaya
interregional bersifat seimbang atau tidak. Pada tingkat S (saving) yang pas dan upaya untuk
teori ini arus modal dan tenaga kerja searah karena menganjurkan keuntungan pengusaha
pertumbuhan membutuhkan keduanya secara menginvestasikan kembali keuntungannya
seimbang. Dalam kenyataannya, daerah yang diwilayah tersebut, sehingga membuka kembali
pertumbuhan ekonominya tinggi akan menarik kesempatan baru.
modal tenaga kerja dari luar wilayah yang Teori Pertumbuhan Jalur Cepat
pertumbuhan ekonominya rendah. Sehingga daerah Teori pertumbuhan jalur cepat
yang pertumbuhannya tinggi semakin maju dan diperkenalkan oleh Samuelson (1955). Teori ini
yang pertumbuhannya rendah semakin tertinggal. menjelaskan bahwa setiap negara atau wilayah
Perlu menjadi perhatian bagi wilayah yang perlu melihat sektor apa yang memiliki potensi
terpencil, terbelakang, dan akses keluarnya sulit besar yang dapat dikembangkan dengan cepat.
karena biasanya barang modal yang dimiliki sulit Dengan modal yang sama sektor tersebut
untuk konversi antara barang modal dengan tenaga memberikan nilai tambah lebih besar, berproduksi
kerja sehingga barang yang kurang layak untuk dalam waktu relatif singkat, dan memberikan
diekspor akan menjadi masalah karena harga sumbangan cukup besar untuk perekonomian.
barang turun dan merugikan produsen. Produk tersebut harus mampu menembus dan
Teori pertumbuhan Neoklasik bersaing di pasar luar negeri guna menjamin
Teori neoklasik dikemukakan oleh Robert kelangsungan pasar.
M. Solow pada tahun 1970 di Amerika Serikat dan Teori Basis Ekspor Richardson
T. W. Swan paad tahun 1956 di Australia. Teori ini Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis
menggunakan unsur akumulasi kapital, pekerjaan yang terdapat di dalam suatu wilayah
pertumbuhan penduduk, kemajuan teknologi dan menjadi dua yaitu kegiatan basis dan kegiatan non
besarnya output yang saling berinteraksi dan juga basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat
adanya substitusi antara Kapital (K) dan dan tenaga exogenous artinya tidak terikat pada kondisi
kerja (L). Dalam model solow-Swan kurang internal perekonomian wilayah dan sekaligus
restriktif disebabkan kemungkinan substitusi antara berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan
modal dan tenaga kerja. Yang membuat teori lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah
mereka sejalan dengan pandangan para ahli kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
Volume 3 No 3 Tahun 2015

daerah itu sendiri. Teori ini merupakan teori yang METODE


paling sederhana dalam membicarakan unsur-unsur Penelitian ini menggunakan jenis
pendapatan daerah, namun dapat memberikan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini
kerangka teoritis bagi banya studi empiris tentang dilakukan di Kecamatan Porong sebagai wilayah
multiplier regional. Teori basis ekspor membuat studi penelitian dan Kabupaten Sidoarjo sebagai
asumsi pokok bahwa ekspor adalah satu-satunya wilayah referensi penelitian.
unsur independen dalam pengeluaran, sehingga Data yang digunakan adalah data sekunder
semua unsur pengeluaran lain terikat atau dependen dari kantor dinas Badan Pusat Statistik Kabupaten
terhadap pendapatan. Ini berarti hanya paningkatan Sidoarjo. Data tersebut adalah data PDRB Atas
ekspor saja yang dapat mendorong peningkatan Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Sidoarjo
pendapatan daerah karena sektor-sektor lain terikat tahun 2007-2012, data PDRB Atas Dasar Harga
peningkatannya oleh peningkatan pendapatan Konstan 2000 Kecamatan Porong tahun 2004-2012,
daerah. dan data yang mendeskripsikan tentang letak
Dengan demikian suatu daerah atau geografis, kondisi alam atau segala sesuatu yang
wilayah harus mampu membuat sektor-sektor berkaitan dengan keadaan Kecamatan Porong.
saling terkait dan saling mendukung dengan cara Analisis Location Quotient
mensinergikan sektor-sektor. Sehingga Dalam penelitiaan ini, untuk menentukan
pertumbuhan suatu sektor dapat mendorong sektor-sektor ekonomi basis dan non basis
pertumbuhan sektor lain. Dengan menggabungkan menggunakan analisis Location Quotient (LQ).
kebijakan jalur cepat dan mensinergikan sektor Menurut Tarigan (2005) LQ adalah suatu
mampu membuat perekonomian tumbuh cepat. perbandingan tentang besarnya peranan suatu
Selain itu suatu daerah perlu untuk mengetahui sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan
sektor mana yang menjadi sektor basis dan non sektor tersebut secara nasional.
basis di wilayahnya. Dengan mengetahui sektor Rumus menghitung LQ adalah sebagai berikut.
basis dan non basis, dapat dijadikan acuan dalam
perencanaan pembangunan agar pertumbuhannya
menjadi maksimal. Keterangan:
Indikator keberhasilan pembangunan = Pendapatan sektor i di Kecamatan Porong
ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari = PDRB Kecamatan Porong
pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi = Pendapatan sektor i di Kabupaten Sidoarjo
adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara = PDRB Kabupaten Sidoarjo
keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh Indikator:
nilai tambah yang tercipta di suatu wilayah. Suatu 1. LQ > 1, berarti sektor di daerah tersebut adalah
perekonomian dikatakan meningkat apabila basis karena mampu memenuhi kebutuhan di
kegiatan ekonominya lebih tinggi dibandingkan daerah sendiri dan mengekspor ke daerah lain.
dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain barang 2. LQ < 1, berarti sektor di daerah tersebut adalah
dan jasa yang dihasilkan secara fisik pada nonbasis karena tidak mampu memenuhi
perekonomian tersebut bertambah besar pada kebutuhan di daerah sendiri.
tahun-tahun berikutnya. Hal tersebut sejalan 3. LQ = 1, berarti ada kecenderungan sektor
dengan pendapat tarigan (2005), yang mengatakan tersebut bersifat tertutup karena tidak
bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah adalah melakukan transaksi ke dan dari luar daerah.
pertambahan pendapat masyarakat yang terjadi di Analisis Shift Share
wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai Analisis shift share digunakan untuk
tambah (added value) yang terjadi di wilayah yang melihat perubahan dan pergeseran struktur
bersangkutan. Pertambahan pendapatan itu diukur perekonomian suatu daerah. Menurut Tarigan
dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga
(2005) perubahan dan pergeseran struktur
konstan. Hal itu juga sekaligus menggambarkan
perekonomian dapat ditentukan oleh tiga
balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang
komponen sebagai berikut.
beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga
1. =
kerja dan teknologi) yang berarti secara kasar dapat
menggambarkan kemakmuran daerah. 2. =
3. =
Analisis Sektor Potensial Pasca Luapan Lapindo

Keterangan:
∆ = Pertambahan, angka akhir (tahun t)
dikurangi angka awal (tahun t-n) Dimana :
N = National/wilayah yang lebih = Selisih nilai PDRB sektor i tahun
r = Region atau wilayah analisis yaitu pengamatan dan akhir tahun pengamatan
Kecamatan Porong Kecamatan Porong.
E = Employment atau banyaknya lapangan = Selisih nilai total PDRB sektor i awal
kerja tahun pengamatan dan akhir tahun pengamatan
i = Sektor industri Kabupaten Sidoarjo
t = Tahun = Nilai PDRB sektor i awal tahun
t-n = Tahun awal
pengamatan Kecamatan Porong
= National share
= Nilai total PDRB sektor i awal tahun
= Proportional shift
pengamatan Kecamatan Porong
= Differential shift
Hasil dari perhitungannya sebagai berikut.
Dari perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa 1. Klasifikasi 1, yaitu nilai RPR (+) dan RPS (+)
bila: maka sektor tersebut pada tingkat kabupaten
> 0 maka pertumbuhan sektor i di Kecamatan Sidoarjo mempunyai pertumbuhan menonjol
Porong lebih cepat dibandingkan dengan demikian pula pada tingkat Kecamatan Porong,
pertumbuhan sektor yang sama di Kabupaten kegiatan ini disebut sebagai dominan
Sidoarjo. pertumbuhan.
> 0 menunjukkan berspesialisasi pada sektor i 2. Klasifikasi 2, yaitu nilai RPR (+) dan nilai RPS
yang secara nasional pertumbuhannya lebih cepat. (-) berarti sektor tersebut pada tingkat
> 0 menunjukkan tumbuh lebih cepat dan Kabupaten mempunyai pertumbuhan menonjol
memiliki keuntungan lokasional. namun pada tingkat Kecamatan belum
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) menonjol.
Analisis ini digunakan dalam perencanaan 3. Klasifikasi 3, yaitu nilai RPR (-) dan nilai RPS
pembangunan wilayah. Menurut Atmanti (2009), (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat
bentuk persamaan dari model rasio pertumbuhan kabupaten mempunyai pertumbuhan tidak
ini adalah sebagai berikut. menonjol sementara pada Kecamatan termasuk
a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR) menonjol.
Merupakan perbandingan antara laju 4. Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan nilai RPS
pertumbuhan sektor i Kabupaten Sidoarjo (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat
dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB kabupaten mempunyai pertumbuhan rendah
Kecamatan Porong. Rumusnya : begitu pula pada tingkat kabupaten.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dimana :
= Selisih nilai PDRB sektor awal tahun Penentuan sektor basis dan non basis
pengamatan dan akhir tahun pengamatan Analisis Location Quotient (LQ) digunakan
Kabupaten Sidoarjo untuk mengetahui sektor basis dan non basis dalam
= Selisih nilai total PDRB awal tahun PDRB. Nilai LQ merupakan perbandingan peranan
pengamatan dan akhir tahun pengamatan sektor ekonomi di Kecamatan Porong dengan
Kabupaten Sidoarjo sektor ekonomi yang sama di Kabupaten Sidoarjo.
= Nilai PDRB sektor i awal tahun Perhitungan LQ di Kecamatan Porong dimulai
setelah terjadinya luapan lumpur lapindo yaitu pada
pengamatan Kabupaten Sidoarjo
tahun 2007 sampai tahun 2012. Hasil perhitungan
= Nilai total PDRB awal tahun
LQ di Kecamatan Porong pasca luapan lumpur
pengamatan Kabupaten Sidoarjo
lapindo tahun 2007-2012 adalah sebagai berikut.
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPS)
Merupakan perbandingan antara laju
pertumbuhan kegiatan sektor i kecamatan
porong dengan laju pertumbuhan sektor i
kabupaten Sidoarjo.
Volume 3 No 3 Tahun 2015

Tabel 1. Hasil Analisis Location Quotient komparatif, sehingga pemerintah dan swasta perlu
No. Sektor Rata- Tanda mengembangkan sektor tersebut sebagai sektor
rata unggulan dalam perekonomian daerah. Mengacu
pada hal tersebut, sektor yang memiliki keunggulan
1. Pertanian 1,81 + komparatif di Kecamatan Porong adalah sektor
2. Penggalian 32,95 + pertanian, sektor penggalian, sektor konstruksi,
3. Industri Pengolahan 0,43 - sektor perdagangan, sektor keuangan persewaan
dan jasa perusahaan dan sektor jasa. Dengan
4. Listrik dan Air Bersih 0 -
demikian pemerintah dan swasta perlu
5. Kontruksi 1,14 +
mengembangkan sektor tersebut sebagai sektor
6. Perdagangan 1,51 + unggulan di Kecamatan Porong.
7. Angkutan dan 0,26 - Pergeseran sektor ekonomi
Komunikasi Analisis shift share digunakan untuk
8. Keuangan, Persewaan, 1,52 + melihat perubahan dan pergeseran struktur
dan Jasa Perusahaan perekonomian di Kecamatan Porong. Hasil
9. Jasa 1,95 + perhitungan analisis Shift Share adalah sebagai
Sumber: BPS Kabupaten Sidoarjo (diolah) berikut.
Tabel 2. Hasil Analisis Shift Share Komponen
Berdasarkan hasil analisis, sektor basis di Provincial Share (Ps)
Kecamatan Porong adalah sektor yang mempunyai
nilai rata-rata LQ > 1. Sektor tersebut adalah sektor No. Sektor Provincial Share
pertanian, sektor penggalian, sektor konstruksi, (Ps)
sektor perdagangan, sektor keuangan persewaan
1. Pertanian 8769576,42
dan jasa perusahaan dan sektor jasa.
Menurut Tarigan (2005), sektor basis 2. Penggalian 33971861,55
adalah sektor yang mampu memenuhi kebutuhan di
3. Industri Pengolahan 27952528,56
wilayahnya dan dapat di jual di luar daerah. Sektor
ini dapat diketahui dengan melihat nilai positif atau 4. Listrik dan Air Bersih 0
nilai LQ > 1. Sedangkan Sektor non basis adalah 5. Kontruksi 2450811,66
sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi
kebutuhan di wilayahnya sendiri dan ditandai 6. Perdagangan 20331254,79
dengan nilai LQ < 1. Dengan demikian sektor- 7. Angkutan dan
sektor basis di Kecamatan Porong dapat memenuhi Komunikasi 4553449,56
kebutuhan di Kecamatan Porong dan dapat menjual
hasil produksinya di luar wilayah. Sektor basis 8. Keuangan,
Persewaan, dan Jasa
yang mempunyai nilai LQ terbesar adalah sektor Perusahaan 2139473,16
penggalian. Selama tahun 2007-2012 sektor
penggalian memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 9. Jasa 13776731,76
32,95. Sektor dengan nilai LQ terbesar kedua Total 113945687,5
adalah sektor jasa dengan nilai LQ rata-rata sebesar
1,95. Selanjutnya sektor dengan nilai LQ terbesar Sumber: BPS Kabupaten Sidoarjo (diolah)
ketiga adalah sektor pertanian dengan nilai LQ
rata-rata sebesar 1,81.
Sedangkan Sektor non basis di Kecamatan
Porong adalah sektor yang mempunyai nilai rata- Berdasarkan hasil analisis Shift Share,
rata LQ < 1. Sehingga sektor yang tergolong non Komponen National Share (Ns) menunjukkan
basis adalah sektor industri pengolahan, sektor bahwa semua sektor dalam PDRB di Kecamatan
listrik dan air bersih, sektor angkutan dan Porong memiliki nilai Ns > 0 atau benilai positif
komunikasi. kecuali sektor listrik dan air bersih. Sektor yang
Menurut Basuki dan Gayatri (2009), memiliki nilai Ns positif menunjukkan bahwa
sektor yang memiliki nilai LQ > 1 merupakan sektor ekonomi Kecamatan Porong tumbuh lebih
sektor unggulan dan memiliki keunggulan cepat apabila di bandingkan dengan rata-rata
Analisis Sektor Potensial Pasca Luapan Lapindo

pertumbuhan sektoral di Kabupaten Sidoarjo. secara nasional memiliki nilai P > 0 atau bernilai
Sektor ekonomi di Kecamatan Porong memiliki positif. Sedangkan sektor yang tumbuh lambat
nilai yang berbeda-beda. Sektor penggalian secara nasional memiliki nilai P < 0 atau bernilai
memiliki nilai Ns tertinggi yaitu sebesar negatif. Dengan demikian, sektor perdagangan
33971861,55. Selanjutnya sektor yang memiliki tumbuh cepat secara nasional dengan nilai sebesar
nilai terbesar kedua adalah sektor industri 9652709,82. Kemudian sektor angkutan dan
pengolahan dengan nilai sebesar 27952528,56. Di komunikasi tumbuh cepat secara nasional dengan
posisi ketiga ditempati sektor perdagangan dengan nilai sebesar 4803649,40 dan sektor jasa tumbuh
nilai sebesar 20331254,79. Jadi dapat diketahui cepat secara nasional dengan nilai sebesar
bahwa sektor yang memiliki pertumbuhan besar 2434176,47. Sedangkan sektor yang bernilai
adalah sektor penggalian, sektor industri negatif adalah sektor pertanian, sektor penggalian,
pengolahan, dan sektor perdagangan. Semua sektor sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan
tersebut sangat baik dikembangkan untuk sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan.
menambah pendapatan masyarakat. Sedangkan Sektor pertanian tumbuh lambat secara nasional
sektor yang memiliki nilai terkecil adalah sektor dengan nilai sebesar -5642229,70. Sektor
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan penggalian juga tumbuh lambat secara nasional
nilai sebesar 2139473,16. dengan nilai sebesar -101629033,90. Selanjutnya
Tabel 3. Hasil Analisis Shift Share Komponen sektor industri pengolahan tumbuh lambat secara
Proportional Shift (P) nasional dengan nilai sebesar -11743779,92 dan
sektor konstruksi yang juga tumbuh lambat secara
nasional dengan nilai -107613,95. Sektor keuangan,
No. Sektor Proportional persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor
Shift (P) yang terakhir yang tumbuh lambat secara nasional
1. Pertanian -5642229,70 dengan nilai -87190,13.
Tabel 4. Hasil Analisis Shift Share Komponen
2. Penggalian -101629033,90
Differential Shift (D)
3. Industri Pengolahan -11743779,92
No. Sektor Differential
4. Listrik dan Air Bersih 0,00 Shift (D)

5. Kontruksi -107613,95 1. Pertanian 1329366,28

6. Perdagangan 9652709,82 2. Penggalian -4000145,65

7. Angkutan dan 3. Industri Pengolahan -324894,64


Komunikasi 4803649,40
4. Listrik dan Air Bersih 0,00
8. Keuangan, Persewaan,
5. Kontruksi -4277997,71
dan Jasa Perusahaan -87190,13
6. Perdagangan 170471629,39
9. Jasa 2434176,47
7. Angkutan dan
Total -102319311,90
Komunikasi -8061578,96
Sumber: BPS Kabupaten Sidoarjo (diolah) 8. Keuangan, Persewaan,
dan Jasa Perusahaan 3830431,97

9. Jasa -9538583,23
Berdasarkan hasil analisis sektor yang
Total 149428227,44
memiliki nilai positif adalah sektor perdagangan,
sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor jasa. Sumber: BPS Kabupaten Sidoarjo (diolah)
Menurut Tarigan (2005), komponen Proportional
Shift (P) menunjukkan menunjukkan besarnya
pergeseran sektor ekonomi di daerah yang Berdasarkan hasil analisis, sektor yang
bersangkutan. Komponen Proportional Shift (P) mempunyai nilai positif adalah sektor pertanian,
menunjukkan besarnya pergeseran sektor ekonomi sektor perdagangan, dan sektor Keuangan,
di Kecamatan Porong. Sektor yang tumbuh cepat Persewaan, dan Jasa Perusahaan. Komponen
Volume 3 No 3 Tahun 2015

Differential Shift (D) menunjukkan besarnya Berdasarkan hasil analisis, beberapa sektor
pergeseran sektor ekonomi di Kecamatan Porong di Kecamatan Porong memiliki nilai RPs > 1 atau
yang disebabkan oleh faktor lokasional intern. bertanda positif. Sektor tersebut adalah sektor
Sektor yang memiliki nilai positif menunjukkan
pertanian, sektor penggalian,sektor perdagangan,
bahwa sektor tersebut mempunyai keuntungan
lokasional, sedangkan sektor yang memiliki negatif dan sektor keuangan persewaan dan jasa
merupakan sektor yang secara lokasional tidak perusahaan. Dengan demikian sektor tersebut
menguntungkan. Hal tersebut sejalan dengan merupakan sektor potensial di Kecamatan Porong
pendapat Tarigan (2005), yang mengatakan bahwa berdasarkan kriteria pertumbuhan. Sedangkan
komponen Differential shift (D) menunjukkan sektor yang lain seperti sektor industri pengolahan,
besarnya pergeseran sektor ekonomi di suatu sektor konstruksi, sektor angkutan dan komunikasi,
daerah yang disebabkan oleh faktor lokasional
dan sektor jasa memiliki nilai RPs < 1. Ini
intern. Dengan demikian sektor pertanian, sektor
perdagangan, dan sektor Keuangan, Persewaan, dan menunjukkan sektor tersebut bukan sektor
Jasa Perusahaan mempunyai keuntungan potensial di Kecamatan Porong berdasarkan kriteria
lokasional. pertumbuhan.
Nilai positif pada sektor yang mempunyai Selanjutnya sektor yang memiliki nilai
keuntungan lokasional secara berturut-turut yaitu RPr > 1 adalah sektor listrik dan air bersih, sektor
sektor pertanian (1329366,29), sektor perdagangan perdagangan, sektor angkutan dan komunikasi, dan
(170471629,39), dan sektor keuangan, persewaan,
sektor jasa. Ini menunjukkan bahwa sektor tersebut
dan jasa perusahaan (3830431,97). Sedangkan
sektor yang mempunyai nilai negatif adalah sektor merupakan sektor potensial di Kabupaten Sidoarjo
penggalian, sektor industri pengolahan, sektor berdasarkan kriteria pertumbuhan. Sedangkan
konstruksi, sektor angkutan dan komunikasi, dan sektor yang lain memiliki nilai RPr < 1 seperti
sektor jasa. Nilai negatif dari sektor tersebut secara sektor pertanian, sektor penggalian, sektor industri
berturut-turut yaitu sektor penggalian (- pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor keuangan
4000145,65), sektor industri pengolahan (-
persewaan dan jasa perusahaan. Dengan demikian
324894,64), sektor konstruksi (-4277997,71),
sektor angkutan dan komunikasi (-8061578,96), sektor tersebut bukan sektor potensial berdasarkan
dan sektor jasa (-9538583,23). kriteria pertumbuhannya.
Penentuan sektor potensial Pengembangan sektor ekonomi
Untuk mengetahui sektor potensial di Dari hasil analisis penelitian dan
Kecamatan Porong digunakan analisis Model Rasio pembahasan, maka cara pengembangan sektor
Pertumbuhan (MRP). Analisis ini digunakan untuk ekonomi di Kecamatan Porong berdasarkan
mengetahui sektor potensial dilihat dari
penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.
pertumbuhan yang menonjol di tingkat kecamatan
dan tingkat kabupaten. Menurut Restiatun (2009), dalam
Tabel 5. Hasil Analisis MRP menyusun visi/misi daerah, pemerintah daerah
harus memperhatikan kesesuaian visi/misi tersebut
No. Sektor RPs RPr
dengan potensi daerah. Dengan demikian
Nilai Tanda Nilai Tanda pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam melakukan
1. I 1,43 + 0,36 - pembangunan daerah khususnya di Kecamatan
Porong perlu memperhatikan sektor potensi untuk
2. II 1,06 + -1,99 - dijadikan pedoman dan prioritas pembangunan
3. III 0,98 - 0,58 - daerah.
Menurut Sutikno (2010), terjadi perubahan
4. IV - 1,34 +
struktur ekonomi di kecamatan yang terkena luapan
5. V -0,83 - 0,96 - lumpur lapindo dari sektor primer ke tersier
(perdagangan), maka dalam meningkatkan
6. VI 6,69 + 1,47 +
pendapatan masyarakat, para pedagang harus dapat
7. VII 0,14 - 2,05 + melakukan berbagai inovasi. Hal tersebut sama
8. VIII 2,87 + 0,96 - dengan temuan yang diperoleh dalam penelitian ini
di mana sektor basis yang potensial untuk
9. IX 0,41 - 1,18 + dikembangkan di Kecamatan Porong adalah sektor
Sumber: BPS Kabupaten Sidoarjo (diolah) perdagangan. Dengan demikian perlu adanya
dukungan untuk mengembangkan sektor
Analisis Sektor Potensial Pasca Luapan Lapindo

perdagangan berupa penyediaan/perbaikan dilakukan agar menanamkan modalnya untuk


infrastruktur seperti jalan dan pasar. pengembangan sektor potensial di Kecamatan
Menurut Mursidah dkk (2014), pemerintah Porong yaitu sektor perdagangan.
daerah Kabupaten Aceh besar perlu menarik
investor untuk menanamkan modal pada sektor Saran
pariwisata, sektor pertanian, sektor perdagangan, Saran dalam penelitian ini adalah:
sektor hotel dan restauran, dan sektor industri 1. Pemerintah sebaiknya memprioritaskan sektor
pengolahan karena sangat potensial dalam basis yaitu sektor pertanian, sektor penggalian,
pengembangan kedepan dengan kekayaan sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor
sumberdaya yang dimilikinya. Dengan mengacu keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan
pada penelitian tersebut, maka pemerintah sektor jasa dalam merencanakan pembangunan
Kabupaten Sidoarjo perlu menarik para investor daerah. Khususnya pada sektor perdagangan
agar menanamkan modalnya di Kecamatan Porong yang sangat potensial dilihat dari
dengan sektor perdagangan sebagai sektor yang pertumbuhannya
potensial untuk dikembangkan. 2. Pemerintah perlu memberikan dukungan
pembangunan infrastruktur berupa jalan,
PENUTUP transportasi, dan pasar dalam mengembangkan
sektor potensial yaitu sektor perdagangan di
Simpulan Kecamatan Porong.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
melalui berbagai alat analisis dalam penelitian ini, DAFTAR PUSTAKA
maka dapat disimpulkan bahwa:
Sektor basis di Kecamatan Porong adalah Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan.
sektor pertanian, sektor penggalian, sektor Edisi Keempat. Yogyakarta : STIE YKPN
konstruksi, sektor perdagangan, sektor keuangan,
Atmanti, Hastarini D. 2009. Analisis Pertumbuhan
persewaan, dan jasa perusahaan, dan sektor jasa
Ekonomi di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.
dengan nilai rata-rata LQ > 1. Sedangkan sektor Media Ekonomi dan Manajemen vol. 19, No.
non basis di Kecamatan Porong adalah sektor 1
industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih,
dan sektor angkutan dan komunikasi dengan nilai Badan Pusat Statistik. 2013. Produk Domestik
rata-rata LQ < 1. Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo 2008-
Struktur ekonomi di Kecamatan Porong 2012 (Draft Publikasi). BPS. Sidoarjo
mengalami pergeseran dari sektor penggalian dan
. 2009. Produk Domestik
sektor industri pengolahan yang mendominasi Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo 2008
tahun 2007 menjadi sektor perdagangan melakukan (Draft Publikasi). BPS. Sidoarjo
dominasi pada tahun 2012. Sektor perdagangan
merupakan sektor yang tumbuh cepat dengan nilai . 2013. Produk Domestik
Proportional Shift (P) > 0 dan memiliki daya saing Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo per
tinggi dengan nilai Differential Shift (D) > 0. Kecamatan 2008-2012 (Draft Publikasi).
BPS. Sidoarjo
Sektor ekonomi di Kecamatan Porong
yang potensial untuk dikembangkan adalah sektor . 2013. Kabupaten Sidoarjo
perdagangan, karena sektor tersebut memiliki Dalam Angka 2013 (Draft Publikasi). BPS.
pertumbuhan yang menonjol di Kecamatan Porong Sidoarjo
dan di Kabupaten Sidoarjo dengan nilai RPs dan
RPr yang positif atau > 1. . 2013. Kecamatan Porong
Pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2013 (Draft Publikasi). BPS.
Sidoarjo
dalam menyusun visi/misi daerah perlu
memperhatikan kesesuaian visi/misi tersebut
. 2014. Statistik Kecamatan
dengan potensi daerah. Kemudian dalam Porong (Draft Publikasi). BPS. Sidoarjo
mengembangkan sektor potensial yaitu sektor
perdagangan, perlu dukungan . 2014. Kecamatan Porong Dalam
pembangunan/perbaikan infrastruktur seperti jalan Angka 2014 (Draft Publikasi). BPS. Sidoarjo
dan pasar. Penarikan para investor juga perlu
Volume 3 No 3 Tahun 2015

Basuki, A.T. dan Gayatri, Utari. 2009. “Penentu Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional: Teori
Sektor Unggulan Dalam Pembangunan dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi
Daerah: Studi Kasus di Kabupaten Ogan Aksara
Komering Ilir”. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan Volume 10, Nomor 1, Hal 34- Wahyuningtyas, Rosita dkk. 2013. Analisis Sektor
50 (online), Unggulan Menggunakan Data PDRB (Studi
(http://download.portalgaruda.org/article.php? Kasus BPS Kabupaten Kendal Tahun 2006-
article=9939&val=641, diakses tanggal 04 2010). Jurnal Gaussian. Volume 2, Nomor 3,
Januari 2015). (online), (http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/gaussian, diakses
Jhingan, M.L. 2010. Ekonomi Pembangunan dan tanggal 06 Juni 2015)
Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers
Yusuf, Maulana. 1999. “Model Raiso Pertumbuhan
Mursidah dkk. 2013. “Analisis Pengembangan (MRP) sebagai Salah Satu Alat Analisis
Kawasan Andalan di Kabupaten Aceh Besar”. Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan
Jurnal Ilmu Ekonomi volume 1, nomor 1 Kota”. (Ekonomi dan Keuangan Indonesia
volume XLVII, Nomor 2, 220-233.
Restiatun. 2009. “Identifikasi Sektor Unggulan dan
Ketimpangan Antar Kabupaten/Kota di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan
Volume 10, Nomor 1, hal 77-98 (online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=9937&val=641, diakses tanggal 26
November 2014)

Sjarfizal. 2012. Ekonomi wilayah dan perkotaan.


Jakarta: Rajawali Pers

Sukesi. 2011. “Analisis Perekonomian Masyarakat


akibat Semburan Lumpur Panas Lapindo
Sidoarjo”. Jurnal Mitra Ekonomi dan
Manajemen Bisnis Volume 2, Nomor 1 Hal
78-98 (online),
(http://idei.or.id/jurnal/april%20Sukesi%2020
11.pdf, diakses tanggal 04 Januari 2015).

Sukirno, Sadono. 2010. Ekonomi Pembangunan:


Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Edisi
Kedua. Jakarta : Kencana

Susanto, Arif dan Woyanti dan Neni. 2008.


“Analisis Sektor Potensial dan
Pemngembangan Wilayah Guna Mendorong
Pembangunan di Kabupaten Rembang”.
Media Ekonomi dan Manajemen Volume 18,
Nomor 2 (online),
(http://eprints.undip.ac.id/33954/1/Analiisis_s
ektor_potensial_.pdf, diakses tanggal 4 Maret
2015)

Sutikno. 2010. “ Analisis Perubahan Kinerja dan


Struktur Ekonomi Kabupaten Sidoarjo
Sebelum dan Saat Terjadinya Semburan
Lumpur Lapindo”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Volume 8, Nomor 2 (online),
(http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jep/articl
e/viewFile/984/1051_umm_scientific_journal.
pdf, diakses tanggal 04 Januari 2015).

Anda mungkin juga menyukai