Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI

KABUPATEN BATU BARA SUMATERA UTARA

MASNIA NASUTION
ILMU EKONOMI, PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Email: masniaamelianasution@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu indikator penting untuk melihat maju atau tidaknya suatu negara dilihat terlebih dahulu dari
pembangunan ekonomi daerah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan pertumbuhan ekonomi
kabupaten batubara sumatera utara. Permasalahan penelitian adalah pertumbuhan ekonomi kabupaten batubara
mengalami fluktuasi dari tahun 2011 - 2016 karena adanya determinan pertumbuhan ekonomi seperti akumulasi
modal dan pertumbuhan penduduk yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah angkatan kerja dan
kemajuan teknologi. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung/diinvestasikan kembali
dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari badan statistik Sumatera Utara dan instansi-instansi batubara. Metode
penelitian dengan cara model analisis regresi berganda yaitu Metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa struktur ekonomi kabupaten batubara memiliki kontribusi yang besar dan
pengaruh signifikan terhadap sektor primer dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Keyword: Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Angkatan Kerja, PDRB, Pendapatan, Ordinal Least Square
(OLS)

LATAR BELAKANG
Suatu negara membutuhkan pertumbuhan ekonomi di lihat dari pembangunan ekonomi daerah karena
pembangunan ekonomi sebagai indikator penting untuk maju atau tidaknya suatu daerah yang diukur dari
perbedaan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun tertentu dengan tahun sebelumnya. Perekonomian akan
mengalami pertumbuhan apabila jumlah total output produksi barang dan penyediaan jasa tahun tertentu lebih
besar daripada tahun sebelumnya namun pertumbuhan ekonomi juga bersifat kuantitatif berbeda-beda di setiap
negara yang tergantung pada kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa adanya pertumbuhan ekonomi merupakan penunjang keberhasilan
pembangunan ekonomi. Kelemahan terbesar negara dalam pembangunan ekonomi memiliki framework daerah,
sehingga antar daerah tidak bekerjasama (bersinergi) dan hanya akan bersaing antar wilayah yang tidak
memikirkan keterkaitan dalam jangka panjang.
Para ahli ekonomi mengartikan pertumbuhan atau pembangunan ekonomi sebagai kenaikan
GDP/GNP. Dalam arti yang luas, pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan di negara-
negara maju. Sedangkan pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan di negara sedang
berkembang (Arsyad, 1992: 39). Maka, Indonesia salah satu negara sedang berkembang terkhususnya di daerah
kabupaten batubara Sumatera Utara. Penelitian ini tertarik untuk meneliti pertumbuhan ekonomi di kabupaten
batubara karena banyak permasalahan determinan pertumbuhan ekonomi di kabupaten batubara dalam
keberhasilan pembangunan daerah tersebut.
Permasalahan determinan pertumbuhan ekonomi kabupaten batubara berkaitan dengan modal yang
besar untuk memperkuat pembangunan di kabupaten batubara, modal besar terjadi apabila sebagian dari
pendapatan ditabung/diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian
hari sehingga jumlah angkatan kerja atau SDM kabupaten batu bara bisa berkualitas dan dapat menjalankan
teknologi untuk kemajuan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten batubara.
Demikian pula halnya masalah yang dihadapi oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
adalah kebutuhan dana investasi yang cukup besar. Adanya masalah keterbatasan dalam akumulasi modal, peran
sektor keuangan menjadi sangat penting di negara sedang berkembang. Pembangunan sektor keuangan di negara
sedang berkembang pada awalnya ditandai oleh kebijakan pemerintah yang mengarah pada pembatasan
(restriction) dan penindasan (repression) terhadap sektor keuangan seperti adanya pembatasan suku bunga
perbankan oleh pemerintah, alokasi kredit yang selektif, reserve requirement perbankan yang tinggi dan lain-
lain. Menurut McKinnon dan Shaw, kondisi ini tidak mendorong pertumbuhan ekonomi, justru sebaliknya
menghambat pencapaian pertumbuhan ekonomi (Fry, 1995:23).
Perekonomian yang tinggi diperlukan dalam pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat,
disamping itu juga memerlukan modal yang relatif besar yang digunakan untuk memperkuat pembangunan.
Dana yang dibutuhkan untuk menambah modal tersebut yaitu investasi. Berbicara tentang investasi tentunya
sangat erat kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang yang berlomba
memacu pertumbuhan ekonominya, sedangkan di sisi lain masih memiliki kebijakan-kebijakan ekonomi yang
tidak berkelanjutan dan saling tumpang tindih.
Fenomena yang terjadi di batubara yaitu sebagai salah satu kawasan yang dapat menopang  roda
perekonomian dan perindustrian di Provinsi Sumut seiring dengan letak geografisnya yang sangat mendukung
(di dekat salah satu perairan tersibuk di dunia, selat Malaka) dan kondisi lahan yang masih sangat banyak untuk
lapangan perindustrian baru. Selain itu juga di Kabupaten Batubara sudah memiliki prasarana yang baik
sehingga hubungan antar daerah kabupaten seperti Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Simalungun dan
Kabupaten Asahan sangat  lancar, terutama dalam perjalanan ke luar negeri (Port Klang, Malaysia) melalui
Pelabuhan Tanjung Tiram dan Kuala Tanjung. Sehingga diharapkan kehidupan mayarakat tertinggal di daerah
itu dapat meningkat menjadi lebih baik dan sejahtera. Lapangan usaha dan industri baik besar maupun kecil
dapat lebih banyak terbuka sehingga menciptakan lapangan kerja baru.
Dilihat dari data pertumbuhan ekonomi, batubara mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari
tahun ke tahun yaitu dilihat dari kegiatan perekonomian di Kabupaten Batubara yang ditunjukan dengan PDRB
atas dasar harga konstan tahun 2010. Maka dilihat dari data PDRB Kabupaten Batubara sangat berpotensi untuk
pertumbuhan ekonomi sehingga peneliti tertarik untuk menulis jurnal tentang “Analisis Determinan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batubara Sumatera Utara”. Dilihat dari fenomena maka Kabupaten Batubara
memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sehingga dilihat dari data pun sudah
menunjukkan salah satu faktor-faktor pertumbuhan ekonomi kabupaten batubara sumatera utara yaitu PDRB.
Berdasarkan Fenomena dan data maka timbul suatu permasalahan yaitu apakah faktor-faktor tersebut diatas
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batubara.

Pertumbuhan Ekonomi (Persen)


Kabupaten
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BATU
5.12 5.72 4.23 4.20 4.14 4.26
BARA

Tabel. 1. Pertumbuhan Ekonomi dilihat dari PDRB Harga Konstan Tahun 2010
LANDASAN TEORI
Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith (Arsyad, 1992: 49) yaitu:
1. Pertumbuhan output total
Terdapat tiga unsur pokok dalam sistem produksi suatu negara yaitu:
 Sumber daya alam yang tersedia
 Sumber daya insani (jumlah penduduk)
 Stok modal
2. Pertumbuhan penduduk
Menurut Adam Smith, tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten akan
meningkatkan jumlah penduduk. Tingkat upah yang berlaku ditentukan oleh tarik menarik antara
kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan tenaga kerja ditentukan
oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu pertumbuhan permintaan akan
ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal dan laju pertumbuhan output.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Kuznets


Menurut Kuznets (Todaro, 2000: 144), definisi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah kenaikan
kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu dimungkinkan oleh adanya kemajuan teknologi, institusional
(kelembagaan) dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Profesor Kuznets megemukakan 6
karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara adalah,
1. Tingkat pertumbuhan output per kapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
2. Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi.
3. Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.
4. Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.
5. Adanya kecenderungan negara- negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk
berusaha merambah bagian-bagian dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku
yang baru.
6. Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian
penduduk dunia.

Batubara diharapkan berkembang seperti proses kemajuan alam dan zaman. Karena itu, Batubara
diperjuangkan menjadi kabupaten. Ternyata, setelah mekar dari Asahan, kelihatan jelas, secara geografis,
Batubara sangat strategis. mengapa dikatakan sangat strategis,di karenakan banyak kabupaten lain di Sumatera
yang berbatasan sama dengan perairan Selat Malaka. Tapi daerah-daerah lain itu tidak persis berhadapan dengan
Singapura atau Malaysia dengan Pelabuhan Port Klangnya. Sedangkan Batubara sangat jelas. Kuala Tanjung
yang diprogramkan menjadi pelabuhan internasional tersebut persis berhadapan dengan kedua negara tetangga
itu. Jadi, kapal-kapal asing dari Eropa misalnya, setelah sampai di kawasan Asia Selatan, Sri Langka misalnya
langsung ke Singapura, Malaysia dan Kuala Tanjung. Atau sebaliknya. Dan setelah itu melanjutkan perjalanan
ke utara, Hongkong, Jepang lewat Laut China Selatan dan selanjutnya ke Samudra Fasifik dan Amerika.
Dan kawasan strategis Batubara sangat erat dengan Simalungun bawah, tepatnya PTPN-4 Sei Mangkei
yang letaknya sebenarnya tidak jauh dari Batubara. Hanya 10-20 kilomter lewat Stasiun Bandar Tinggi yang
antara kedua daerah tersebut dibangun jalur rel kereta api. Jalur itulah yang dimanfaatkan sebagai sarana
perhubungan mengangkut hasil komoditi sawit, crude palm oil (CPO) dan lainnya untuk diekspor via Pelabuhan
Kuala Tanjung. Demikian juga sebaliknya. Sampai akhirnya daerah tersebut menjadi benar-benar berkembang
pesat meskipun dahulunya Kuala Tanjung hanya sebatas desa yang boleh dikata terisolir.
Perkembangan dan kemajuan yang dicapai Kuala Tanjung seperti sekarang ini sangat jelas tidak
terlepas dari adanya pabrik peleburan aluminium PT Inalum 36 tahun lalu. Bila tidak, masih terbayang dalam
ingatan, betapa kumuhnya kondisi desa itu. Demikian juga infra struktur jalan. Hanya pasir melulu. hadirnya
perusahaan yang memproduksi aluminium terbesar di Asia Tenggara tersebut, kondisi kawasan Kuala Tanjung
berubah pesat. Potensi daerah itu dilirik oleh pemerintah pusat sampai akhirnya menetapkan salah satu dari tiga
paket proyek Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di Sumut adalah
Kuala Tanjung.
Kapan dimulai pembangunan pelabuhan internasional Kuala Tanjung itu, pasti membutuh kan waktu
yang tentunya tidak seperti membalikan telapak tangan. Berbagai proses, jelas harus dilalui. Pembebasan lahan
yang tidak sedikit. Semuanya memerlukan waktu. Harapannya jelas, seperti ungkapan, pelan tapi pasti. Lagi-
lagi, MP3EI di Kuala Tanjung akan memberi kontribusi lebih baik bagi kemajuan, perkembangan dan
kesejahteraan warga Batubara. Sehingga visi dan misi Pemerintah kabupaten (Pemkab), Sejahtera dan Berjaya
benar-benar akan teerwujud.
Berkaitan dengan itu, sejak awal sebelumnya, Bupati Batubara H OK Arya Zulkarnain SH MM secara
gigih berjuang untuk menjadikan daerah sekitar Kuala Tanjung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. Kawasan
tersebut, berbagai sarana dan obyek yang dibangun, tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Tapi adalah dari Negara atau APBN. Lagi-lagi proyek itu tidak seperti membalik telapak
tangan. Sama dengan MP3EI, KEK juga memerlukan proses waktu yang tidak sebentar. Mudah-mudahan,
Batubara yang dijadikan sebagai salah satu dari enam kawasan strategis di Sumut akan cepat maju, jaya dan
berkembang. Geografis memang sangat strategis. Historisnya juga beda dengan Asahan. Secara ekonomis,
Batubara juga cukup potensial. Baik dilihat dari sisi sumber daya manusia (SDM), dengan jumlah penduduk
mencapai 383.027 jiwa maupun sumber daya alam (SDA)-nya yang tidak salah bila dikatakan melimpah.
Dari luas itu, lahan yang dapat dimanfaatkan mencapai sekitar 1.000 hektar. Di kawasan ini, juga telah
berdiri perusahaan-perusahaan industri berskala besar seperti PT Inalum, PT Multi Mas Nabati, PT Domba Mas.
Masing-masing perusahaan tersebut telah memiliki pelabuhan khusus yang dapat digunakan untuk
ekspor/impor. Selain itu, masih ada perusahaan yang kini melakukan pembangunan di kawasan strategis
tersebut. Antara lain PT Citra Raya Perkasa Abadi bergerak di bidang pengolahan aspal, PT Gunung Pantasa
Barisan bergerak di bidang pengolahan semen dan PT Ranyza Energi bergerak di bidang Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU). Di sisi lain, sejauh ini masih ada perusahaan yang sudah mengajukan permohonan untuk
mendirikan perusahaan di kawasan strategis tersebut. Di antaranya Japan Cilicon LTD Kawashima Group,
Sungai Lang Marine And Supply SDN. BHD dan Sungai Pulai Contruction And Traiding.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus dimaksudkan untuk meningkatkan investasi yang
selanjutnya diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru. Kawasan ini juga diharapkan memberi dampak
positif bagi perekonomian nasional maupun daerah dalam bentuk peningkatan penerimaan devisa, peningkatan
daya saing produk-produk ekspor,  meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal serta meningkatnya kualitas
dan produktivitas sumber daya manusia. Sektor ini juga diharapkan akan meningkatkan investasi, penyerapan
tenaga kerja, peningkatan penerimaan devisa hasil dari ekspor, peningkatan, pemanfaatan sumber daya local.
Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi
dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor dan kegiatan ekonomi lain
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.
Kawasan Ekonomi Khusus terdiri atas satu atau beberapa zona. Antara lain pengolahan ekspor,
logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lain. Dalam Kawasan Ekonomi
Khusus dapat dibangun fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di setiap Kawasan Ekonomi Khusus
disediakan lokasi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan koperasi, baik sebagai pelaku usaha maupun
sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam Kawasan Ekonomi Khusus. Lokasi yang dapat
diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus harus memenuhi kriteria dan sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung. Pemerintah Provinsi Sumut dan Kabupaten
Batubara sendiri, sangat  mendukung rencana Kawasan Ekonomi Khusus. Sebab secara geografis terletak pada
posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di
Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan dan mempunyai batas yang jelas.
Berdasarkan uraian diatas maka secara jelas kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut:

Jumlah Angkatan Kerja (X1)

DETERMINAN PERTUMBUHAN
PDRB (X3) EKONOMI (Y)

Pendapatan (X4)

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eva Ervani (2004 : 229) menyatakan bahwa terdapat
“Pengaruh positif yang signifikan antara “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia Periode Tahun 1980 – 2004”. Hipotesis tersebut diterima karena diperoleh nilai dengan menggunakan
α = 0,05 dan derajat kebebasan (5; 94) dimana df nu- merator (N1 = k-1 = 6-1= 5) dan df deno- minator (N2 =
n-k = 100-6 = 94) maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2,33. Sedangkan nilai F hitung adalah sebesar 69,58350.
Karena nilai F hitung (F statistik) > F tabel berarti secara bersama-sama variabel-variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.
Dari hasil penelitian terdahulu maka peneliti tertarik meneliti tentang “Analisis Determinan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batubara Sumatera Utara dan ada perbedaan dari penelitian terdahulu yaitu
data diambil kabupaten batabara saja dari tahun 2011 – 2016 dan metode yang digunakan yaitu OLS untuk
melihat tingkat error atau seberapa besar tingkat kesalahan dari faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi kabupaten batubara sumatera utara.
METODOLOGI PENELITIA
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2011 – 2016 diambil
dari data BPS dan pengolahan data menggunakan SPSS. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh
lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127).
Sedangkan data runtut waktu adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel
tertentu (Kuncoro, 2003: 125).
Model regresi sederhana adalah suatu model yang melihat hubungan antar dua variabel. Salah satu
variabel menjadi variabel bebas (Independent variable) dan variabel yang lain menjadi  variabel terikat
(Dependent variable). (Gujarati, 2003: 6) dan teknik statistika yang memberikan pendugaan dari kemiringan
suatu garis lurus (linear) dan posisi dimana garis tersebut memotong sumbu y, berdasarkan sejumlah informasi
mengenai hubungan antar variabel. Memberikan pendugaan nilai a dan b, berdasarkan sejumlah informasi
mengenai x dan y, pada persamaan berikut: y = a + b.x + e
  x disebut variabel independent, karena nilainya tidak tergantung variabel lain.
 y disebut variabel dependent, karena nilainya tergantung nilai x.
 a dan b disebut parameter, a adalah intercept dan b adalah slope.
 e disebut error term atau variabel gangguan bersifat positif maupun negatif
Regresi linear sederhana, apabila variabel dependent hanya ditentukan oleh satu variabel independent.
Contohnya: y = a + b.x + e. Sedangkan Jika Regresi Linear berganda, apabila variabel dependent ditentukan
oleh lebih dari satu variabel independent. Contohnya: y = a + b1.x1 + b2.x2 + …. + bn.xn + e. Dimana, e = error
term = perbedaan antara y aktual dengan y hasil estimasi garis regresi. Metode yang digunakan untuk
mengestimasi parameter garis regresi disebut metode Ordinary Least Square (OLS). Metode ini meminimisasi
jumlah dari error yang dikuadratkan dari setiap observasi. Persamaan secara empiris (Ghatak dan Siddiki, 2001
: 15) sebagai berikut :
y = αo + α1 AK + α2 FD + α3DR + e

maka, a1 > 0, a2 > 0, α3 > 0, dan α4 > 0

dimana:

y = pertumbuhan ekonomi

AK = jumlah angkatan kerja

FD = PDRB dalam persen


DR = pendapatan perkapita dalam persen
u = residual
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menggunakan metode OLS, dengan metode OLS mengetahui seberapa error
determinan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara tahun 2010 – 2015, determinan yang dilihat yaitu jumlah
angkatan kerja, investasi, PDRB, dan pendapatan di Kabupaten Batubara.

Tabel. 1. Pertumbuhan Ekonomi (persen)


Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
Kabupaten
2011 2012 2013 2014 2015 2016
BATU
5.12 5.72 4.23 4.20 4.14 4.26
BARA

Tabel. 2. Angkatan Kerja

TPAK TPAK TPAK


Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Batubara 56,24 63,22 59,92 57,42 57,72 62.04

Perkembangan Beberapa Agregat PDRB Perkapita di Kabupaten Batu Bara


2011 – 2016 (persen)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016


PDRB atas Dasar Harga Berlaku 17,9 19, 21, 23, 24, 26,
(Persen) 2 30 54 51 40 93
PDRB atas Dasar Harga Konstan 16,4 17, 18, 19, 20, 22,
2010 (Persen) 6 36 62 38 69 25

Total PDRB 34,38 36,66 40.16 42.89 45.09 49.18

Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan Perkapita di


Kabupaten Batu Bara 2011 – 2016 (persen)

Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015 2016


Pendapatan Regional Perkapita
46, 50, 62,1
atas Dasar Harga Berlaku (Persen) 54,70 59,10 64,21
21 21 1
Pendapatan Regional Perkapita 44, 46, 50,7
47,10 49,50 52,54
atas Dasar Harga Konstan (Pesen) 91 55 2
Total Pendapatan 91,12 96,76 101,80 108,60 112,83 116,75
Model OLS

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Change Statistics


Square Estimate R Square F Change df1 df2 Sig. F
Change Change

1 ,900 ,811 ,527 .45092 ,811 2,855 3 2 ,270

a. Independent Variabel: Pendapatan Perkapita, Angkatan Kerja, PDRB


b. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized Coefficients t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) ,848 7,342 ,116 ,919

Angkatan Kerja ,122 ,077 ,519 1,598 ,251


1
PDRB ,-143 ,280 -1,197 ,513 ,659

Pendapatan Perkapita ,023 ,155 ,348 ,150 ,894

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 4.0636 5.5719 4.6117 .59016 6


Residual -.55342 .20963 .00000 .28518 6
Std. Predicted Value -,929 1,627 ,000 1,000 6
Std. Residual -1,227 ,465 ,000 ,632 6

a. Dependent Variable: Pertumbuhan Ekonomi


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara yaitu
Angkatan Kerja, PDRB, dan Pendapatan Perkapita berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Batubara. Dimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita dikuti oleh harga
berlaku dan harga konstan.  Hasil estimasi Model OLS Pertumbuhan Ekonomi ditunjukkan oleh persamaan PE
=   0,519 AK + (-1,197) PDRB  + 0,348 + 0,450 e, dimana satu variabel independent PDRB berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi tetapi dua variable independent yang lainnya mampu berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan nilai R2 = 0,811. Dilihat dari uji t, nilai t tabel sebesar 0,116
sedangkan nilai t hitung sebesar 0,919 pada taraf α = 10%  . Karena nilai T hitung (t statistik) > T tabel berarti
secara bersama-sama variabel-variabel independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
dependennya.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dilihat dari model OLS ada determinan
pertumbuhan ekonomi yang negatif dari pertumbuhan ekonomi yaitu PDRB, itu artinya PDRB Lapangan Usaha
menurut harga berlaku dan harga konstan kabupaten batubara masih sedikit masyarakat memiliki indikator
PDRB Lapangan Usaha menurut harga berlaku dan harga konstan seperti lahan pertanian, jasa pendidikan,
infrastruktur sarana dan prasarana, dll sehingga minusnya angka PDRB Kabupaten Batubara belum mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara tetapi masih ada harapan untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan pesat. Disamping itu, ada dua determinan pertumbuhan ekonomi yang lainnya di
Kabupaten Batubara dilihat dari Angkatan Kerja dan Pendapatan Perkapitanya berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara. Itu artinya ada juga masyarakat yang bekerja dan yang bekerja
memperoleh pendapatan yang lumayan maka semakin banyaknya masyarakat mendapatkan pekerjaan maka
semakin ada pendapatannya untuk membangun perekonomian Kabupaten Batubara.

Hanya saja PDRB Kabupaten Batubara dapat diperhatikan oleh pemerintah dari lapangan usaha
menurut harga berlaku dan harga konstan seperti lahan pertanian, jasa pendidikan, dan infrastuktur sarana dan
prasara Kabupaten Batubara karena Kabupaten Batubara dilihat dari letak geografisnya dan aspek
pelabuhannya, Kabupaten Batubara sangat berpotensi untuk pertumbuhan ekonomi. Penilitian ini berhasil
membenarkan hasil penelitiannya yaitu determinan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara sesuai dengan
teori pertumbuhan ekonomi dan berpengaruh positif dan signifikan. Diharapkan pemerintah untuk membuka
lapangan pekerjaan di Kabupaten Batubara agar Kabupaten Batubara memiliki SDM berkualitas dari keahlian
yang dimiliki SDM tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara. Apabila
pemerintah tidak memperhatikan SDM Kabupaten Batubara sangat sayang karena Kabupaten Batubara memiliki
infastruktur sarana dan prasarana yang mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batubara karena dilihat
dari pelabuhan Tanjung Tiram Kuala Tanjungnya semua barang eksport dan import serta bea cukai berlabuh ke
Pelabuhan Tanjung Tiram Kuala Tanjung untuk melakukan perdangan nasional dan internasional.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1992 Ekonomi Pembangu- nan, Edisi II, Yogyakarta: STIE YKPN

BPS. Kabupaten Batu Bara dalam Angka 2010 – 2017. Batubara: Pemerintahan Kabupaten Batubara

Ervani, Eva. 2004. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode Tahun
1980-2004. Padjadjaran: Majalah Ilmiah Unikom.
https://www.google.co.id/AnalisisFaktorYangMempengaruhiPertumbuhanEkonomiDiIndonesiaPeriode
Tahun1980-2004. Diunduh 18 Agustus 2017. 12.00 Wib

Fry, Maxwell J. 1995, Money, Interest, and Banking in Development Economic, John Hopkins University Press

Ghatak, Subrata and Jalal U. Siddiki. 2001 “Financial Liberalisation and Endogenous Growth: The Case of
Bangladesh”. http:// www.Kingstone.ac.uk/en s007/school/research/9908.pdf . Diunduh 15 Agustus. 2017.
10.00 Wib

Gujarati, Damodar N. (2003), Basic Econo- metrics, Fourth Edition, New York: McGraw-Hill,Inc

Insukindro. (2006) Modul Teori Ekonometri, FEB-UGM, Yogyakarta


Krisnamurthi, Bayu. (2002) Krisis Moneter Indonesia, Makalah, Jakarta

Kuncoro, Mudrajad. (2003) Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan Menulis Tesis?,
Erlangga, Jakarta

Kuncoro, Mudrajat (2004) Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi, YKPN,
Yogyakarta

Nopirin. (2000). Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta

Siddiki, Jalal U. and Vince Daly. (2002) “Economic Liberalisation and The Empirics of Endogenous Growth in
India”, http://www.Kingstone.ac.uk/en s007/ school/research/9907.pdf. Diunduh 17 Agustus 2017.
18.00 Wib

Simbar, Inkar Robby. 2013. Analisis Determinan Pertumbuhan Kabupaten Minahasa Selatan. Minahasa Selatan:
Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jpekd/article/view/2558. Diunduh 16 Agustus 2017. 14.00 Wib

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai