Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KEBIJAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

(KEMISKINAN)

OLEH:

MUHAMMAD RAMADHAN IDRIS


B1A121160

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul "KEBIJAKAN PERTUMBUHAN EKONOMI".

Tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas makalah ini diharapkan dapat
menjadi penambah wawasan bagi pembaca serta bagi penulis sendiri.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
berbagi pengetahuannya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.

Kendari, Desember 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan nilai serta jumlah


produksi barang dan jasa yang dihitung suatu negara dalam suatu
kurun waktu tertentu berdasarkan kepada beberapa indikator misalnya
saja naiknya pendapatan nasional, pendapatan perkapita, jumlah
tenaga kerja yang lebih besar dari jumlah pengangguran, serta
berkurangnya tingkat kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses perubahan


yang secara berkesinambungan menuju kondisi yang lebih baik dalam
kondisi perekonomian suatu negara. Ekonomi suatu negara sendiri
dapat dikatakan bertumbuh jika kegiatan ekonomi masyarakatnya
berdampak langsung kepada kenaikan produksi barang dan jasanya.

Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerintah


kemudian dapat membuat perencanaan mengenai penerimaan negara
dan pembangunan kedepannya. Sementara bagi para pelaku sektor
usaha, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai dasar
dalam membuat rencana pengembangan produk serta sumber
dayanya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan
cara membandingkan PDB-nya. Untuk ukuran nasional, produk
domestik bruto (PDB) tahun yang sedang berjalan dengan tahun
sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaiamana kondisi pertumbuhan ekonomi di indonesia?
 Bagaimana pengaruh kemiskinan terhadap pertumbuhan
ekonomi?
 Bagaimana data kemiskinan di sulawesi Tenggara selama 10
tahun terakhir?

1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui kondisi pertumbuhan ekonomi di indonesia


 Untuk mengetahui pengaruh kemiskinan terhadap pertumbuhan
ekonomi
 Untuk mengetahui data kemiskinan di Sulawesi Tenggara
selama 10 tahun terakhir

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik ada beberapa teori yakni :


1. Harrod-Domar

Menurut Harrod-Domar, perlu adanya pembentukan modal atau


investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang teguh (steady
growth). Semakin banyak modal maka produksi barang dan jasa juga
makin banyak. Jadi kalo menurut teori ini, ada syarat agar perekonomian
negara dapat berkembang secara jangka panjang (steady growth). Btw,
Harrod-Domar ini dua orang ya, gais. Nama keduanya adalah R. F.
Harrod dan Evsey Domar.

2. Schumpeter

Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh


kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Teori ini menekankan
pada inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha, yang mana kemajuan
teknologi sangat ditentukan oleh jiwa kewirausahaan masyarakat yang
mampu melihat peluang untuk membuka usaha baru maupun memperluas
usaha yang telah ada. Dengan pembukaan usaha baru dan perluasan
usaha, tersedia lapangan kerja tambahan untuk menyerap angkatan kerja
yang bertambah setiap tahunnya.

3. Robert Solow

Menurut Solow, dalam jangka panjang tingkat tabungan dapat


menentukan modal dalam proses produksi. Artinya, semakin tinggi
tingkat tabungan, semakin tinggi pula modal dan output yang
dihasilkan. Solow juga berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
rangkaian kegiatan dengan empat faktor utama yaitu manusia, akumulasi
modal, teknologi modern dan hasil (output).

2.2 Teori Kemiskinan Menurut Pandangan Keynes


Teori Keynes mengatakan hal yang berlawanan dengan Teori
Klasik, menurut Teori Keynes sesungguhnya masalah pengangguran
terjadi akibat permintaan agregat yang rendah. Sehingga terhambatnya
pertumbuhan ekonomi bukan disebabkan oleh rendahnya produksi akan
tetapi rendahnya konsumsi. Menurut Keynes, hal ini tidak dapat
dilimpahkan ke mekanisme pasar bebas. Ketika tenaga kerja meningkat,
upah akan turun hal ini akan merugikan bukan menguntungkan, karena
penurunan upah berarti menurunkan daya beli masyarakat terhadap
barang-barang. Akhirnya produsen akan mengalami kerugian dan tidak
dapat menyerap tenaga kerja.

Keynes menganjurkan adanya campur tangan pemerintah dalam


mempertahankan tingkat permintaan agregat agar sektor pariwisata dapat
menciptakan lapangan pekerjaan (Soesastro, dkk, 2005). Perlu dicermati
bahwa pemerintah hanya bertugas untuk menjaga tingkat permintaan
agregat, sementara penyedia lapangan kerja adalah sektor wisata. Hal ini
memiliki tujuan mempertahankan pendapatan masyarakat agar daya beli
masyarakat terjaga. Sehingga tidak memperparah resesi serta diharapkan
mampu mengatasi pengangguran akibat resesi.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia


Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan nilai serta jumlah
produksi barang dan jasa yang dihitung suatu negara dalam suatu kurun
waktu tertentu berdasarkan kepada beberapa indikator misalnya saja
naiknya pendapatan nasional, pendapatan perkapita, jumlah tenaga kerja
yang lebih besar dari jumlah pengangguran, serta berkurangnya tingkat
kemiskinan.

Pertumbuhan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses


perubahan yang secara berkesinambungan menuju kondisi yang lebih
baik dalam kondisi perekonomian suatu negara. Ekonomi suatu negara
sendiri dapat dikatakan bertumbuh jika kegiatan ekonomi masyarakatnya
berdampak langsung kepada kenaikan produksi barang dan jasanya.

Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerintah


kemudian dapat membuat perencanaan mengenai penerimaan negara
dan pembangunan kedepannya. Sementara bagi para pelaku sektor
usaha, tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dijadikan sebagai dasar dalam
membuat rencana pengembangan produk serta sumber dayanya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2022 kembali


mencatatkan kinerja impresif dengan mampu tumbuh sebesar 5,72% (yoy)
melanjutkan tren pertumbuhan yang solid sejak awal tahun 2022. Dengan
ditopang oleh fundamental ekonomi dalam negeri yang kuat, kinerja
ekonomi Indonesia masih tetap terjaga.

“Capaian ini patut kita syukuri karena ini membuktikan bahwa roda
pemulihan ekonomi domestik terus bergerak cepat di tengah perlambatan
ekonomi global yang sedang berlangsung,” ujar Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers PDB
Triwulan III-2022 secara daring, Senin (07/11).

Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga menjadi


penyumbang pertumbuhan terbesar PDB dengan mampu tumbuh tinggi
sebesar 5,39% (yoy), sementara konsumsi LNPRT juga tumbuh signifikan
mencapai 6,09% (yoy). PMTB juga mampu tumbuh sebesar 4,96% (yoy)
sejalan dengan meningkatnya kapasitas produksi dunia usaha. Menurut
Airlangga, daya beli masyarakat terdorong berkat adanya peningkatan
realisasi program perlindungan sosial sebesar 12,46% (yoy) dan
peningkatan realisasi subsidi BBM sebesar 111,96% (yoy).

“Mobilitas masyarakat yang semakin pulih menjadi determinan


utama pendorong aktivitas ekonomi, baik dari sisi pengeluaran maupun
sisi sektoral. Di saat yang sama, Pemerintah juga mengambil langkah-
langkah responsif dalam menjaga daya beli masyarakat di tengah tren
kenaikan inflasi global,” ungkap Menko Airlangga.
Kuatnya pertumbuhan ekonomi domestik pada Triwulan III-2022
juga ditopang oleh kinerja neraca perdagangan Indonesia yang
menunjukkan surplus sebesar US$14.92 miliar, atau tumbuh sebesar
12,58% (yoy). Indonesia juga masih mendapatkan windfall profit akibat
tingginya harga beberapa komoditas unggulan yang didominasi oleh batu
bara 13,31%, kemudian minyak kelapa sawit 8,95%, serta besi dan baja di
angka 6,38%. Hasilnya, sektor ekspor mampu tumbuh double digit
sebesar 21,64% (yoy).

Sementara itu, impor juga tumbuh tinggi sebesar 22,98% (yoy)


selama Triwulan III-2022 dengan didorong oleh kenaikan impor bahan
baku dan barang modal untuk mendukung aktivitas ekonomi yang
menciptakan nilai tambah lebih tinggi, sehingga masing-masing mampu
tumbuh 34,22% dan 44,08% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga hampir terjadi di seluruh


sektor lapangan usaha selama Triwulan III-2022. Sektor Industri
Pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB tumbuh positif sebesar
4,83% (yoy). Sektor utama lainnya, seperti Sektor Pertambangan dan
Pertanian mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 3,22% (yoy)
dan 1,65% (yoy). Di saat yang sama, Sektor Transportasi dan
Pergudangan merupakan sektor dengan pertumbuhan paling tinggi yakni
sebesar 25,81% (yoy), diikuti Akomodasi dan Makanan Minuman 17,83%
(yoy) dan Administrasi Pemerintahan 12,42% (yoy).

“Pulihnya berbagai sektor usaha di Triwulan III-2022 juga


mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja,” ungkap Menko
Airlangga. Melansir data per Agustus 2022, Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) juga meningkat menjadi 68,63% dan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) menurun menjadi 5,86%, lebih baik dibandingkan tahun
2021.

Secara spasial, seluruh daerah di Indonesia juga melanjutkan


pertumbuhan positif pada Triwulan III-2022. Meski masih didominasi oleh
kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan memberikan kontribusi terhadap
PDB sebesar 56,30%, kelompok provinsi di Pulau Sulawesi mencatatkan
pertumbuhan ekonomi tertinggi mencapai 8,24% secara (yoy) di mana
industri pengolahan dan pertambangan dan penggalian menjadi sumber
pertumbuhan utama.

Prospek ekonomi Indonesia diperkirakan semakin cerah yang


tercermin dari berbagai leading indicators, seperti indeks keyakinan
konsumen (IKK) yang terus berada di level optimis. Sejalan dengan itu,
aktivitas dunia usaha juga semakin bergeliat dan tergambar dari level
Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada September 2022 yang
kembali melanjutkan level ekspansif selama 14 bulan beruntun dengan
berada di tingkat 51,8. Nilai PMI Indonesia juga tercatat lebih tinggi
dibanding negara-negara di ASEAN lainnya seperti Thailand (51,6),
Vietnam (50,6), Malaysia (48,7), dan Myanmar (45,7).

“Kebijakan dan strategi pemerintah akan diarahkan untuk menjaga


keseimbangan antara mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi dan
tetap menjaga inflasi di level yang stabil. Kebijakan fiskal masih menjadi
instrumen utama sebagai shock absorber, sementara stabilitas harga
akan dijaga melalui Program kebijakan 4K yaitu Keterjangkauan Harga,
Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif.
Untuk jangka menengah panjang, Pemerintah akan terus memperkuat
fundamental ekonomi bangsa melalui peningkatan kualitas SDM, dan
melanjutkan reformasi struktural,” ungkap Menko Airlangga.

Data Pertumbuhan Ekonomi 10 Tahun Terakhir (2012 sampai 2021)

No Tahun PDB Indonesia


1 2012 6,03%
2 2013 5,56%
3 2014 5,01%
4 2015 4,88%
5 2016 5,03%
6 2017 5,07%
7 2018 5,17%
8 2019 5,02%
9 2020 2,97%
10 2021 3,69%

Grafik Pertumbuhan Ekonomi 10 Tahun Terakhir (2012 sampai 2021)


Kemiskinan di sulawesi tenggara
Kemiskinan di sulawesi tenggara
330.80% 331.71%
326.86%
321.90%
318.70%
314.10%
307.90% 307.10%
302.58% 301.82%

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Grafik diatas merupakan data PDB di indonesia selama 10


tahun terakhir yakni tahun 2012 sampai 2021. Data diatas menunjukkan
bahwa data PDB di indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2012 yakni
6,03%. Sedangkan data PDB terendah terjadi pada tahun 2020 yakni
2,97%. Tinggi dan rendahnya pertumbuhan ekonomi di suatu negara
diakibatkan oleh rendah tingginya tingkat pengangguran, kemiskinan,
tenaga kerja dan lainnya.

3.2 kemiskinan Terhadap pertumbuhan Ekonomi

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kemiskinan merupakan


masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama negara
sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah
rumit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan antara
satu sama lain, seperti tingkat pendapatan masyarakat, pengangguran,
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, geografis, atau lokasi
lingkungan. Banyak dampak negatif yang disebabkan oleh kemiskinan,
salah satunya memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi suatu negara.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pertumbuhan ekonomi


merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menilai kinerja
perekonomian suatu negara. Perekonomian suatu negara bisa dikatakan
mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari
tahun ke tahun. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi menunjukkan
sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan
pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.
Sehingga, pertumbuhan ekonomi suatu negara yang terus menunjukkan
peningkatan menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah
tersebut berkembang dengan baik.

Jadi, kemiskinan memiliki pengaruh negatif terhadap pertumbuhan


ekonomi karena jika tingkat kemiskinan suatu negara cukup tinggi, maka
daya beli masyarakat akan kurang. Akibatnya perusahaan atau produsen
tidak dapat menjual banyak barang dan jasa dalam negeri. Maka dari itu
produsen di negara yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi akan
memproduksi sedikit barang sehingga mereka tidak mengalami kerugian.
Dengan begitu, jumlah produksi barang tidak akan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun sehingga dapat dikatakan bahwa
perekonomian negara tersebut tidak mengalami pertumbuhan.

Maka dari itu, semakin tinggi tingkat kemiskinan suatu negara atau
wilayah, semakin rendah pula tingkat pertumbuhan ekonomi negara atau
wilayah tersebut. Sebaliknya, jika suatu negara atau wilayah memiliki
tingkat kemiskinan yang rendah, maka pertumbuhan ekonomi negara atau
wilayah tersebut semakin bagus. Untuk menghindari tingkat kemiskinan
yang tinggi, maka pemerintah harus menyediakan lapangan pekerjaan
sesuai dengan jumlah angkatan kerja yang ada atau memberikan
pelatihan agar masyarakat memiliki kemampuan pada bidang masing-
masing sehingga akan mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu
meningkatkan daya beli masyarakat.
3.3 Data Kemiskinan di Sulawesi Tenggara 10 Tahun Terakhir (2012
sampai 2021)

No Tahun Kemiskinan di sulawesi tenggara


1 2012 307,90%
2 2013 330,80%
3 2014 314,10%
4 2015 321,90%
5 2016 326,86%
6 2017 331,71%
7 2018 307,10%
8 2019 302,58%
9 2020 301,82%
10 2021 318,70%

Grafik Kemiskinan di Sulawesi Tenggara 10 Tahun Terakhir (2012


Sampai 2021)

Kemiskinan di sulawesi tenggara


335.00%
330.80% 331.71%
330.00%
326.86%
325.00%
321.90%
320.00% 318.70%
315.00% 314.10%
307.90% 307.10%
310.00%
302.58%
305.00%
301.82%
300.00%
295.00%
290.00%
285.00%
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Kemiskinan di sulawesi tenggara

Grafik di atas merupakan data kemiskinan di Sulawesi Tenggara


selama 10 tahun terakhir yakni tahun 2012 sampai 2021. Data di atas
menunjukan bahwa data kemiskinan di Sulawesi Tenggara tertinggi terjadi
pada tahun 2017 yakni 331,71% . Sedangkan data kemiskinan terendah
terjadi pada tahun 2020 yakni 301,82%. Data kemiskinan terendah
diakibatkan kurangnya peran pemerintah dalam mengatasi masyarakat
atau membantu masyarakat dalam menghidupi kehidupannya. dan
harapannya pemerintah turut serta dalam menurunkan angka kemiskinan
di Sulawesi Tenggara.
BAB IV

PENUTUP & SARAN

Anda mungkin juga menyukai