Di Sususn Oleh :
Npm:101901030
Kelas: A Akuntansi
Semester:IV
FAKULTAS EKONOMI
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
karena masih banyak kekurangan sehingga penyusun terbuka terhadap kritik dan
Demikian yang dapat saya sampaikan.Akhir kata saya ucapkan banyak terima
kasih,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita merupakan tujuan dari
proses pembangunan suatu negara. Sutau negara mengharapkan pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita tiap tahunnya berangsur-angsur meningkat.
Indikator yang digunakan untuk melihat berhasil atau tidaknya pembangunan adalah
meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi berkaitan
pula dengan peningkatan produksi barang dan jasa, dimana dalam hal ini dapat diukur
dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pembangunan ekonomi
merupakan suatu bentuk usaha untuk mengurangi kemiskinan, ketidakmerataan
distribusi pendapatan serta pengangguran, yang merupakan suatu proses
multidimensional dalam konteks pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh (Todaro,
2003).
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini kami membuat rumusan masalah yaitu bagaimana proses
alokasi perekonomian Indonesia.
C. Tujuan
kepada produk tetapi pada manusia. Karena sektor jasa biasanya adalah merupakan
yang memberikan layanan ( Service ) keapada masyarakat,sehingga ukuran
keberhasilan tidak hanaya sekedar di ukur dari beberapa produk yang terjual tetapi
lebih kepada berapa puasnya pelanggan jasa mereka. Prose pergeseran ini terjadi
karna beberapa hal.
Pertama perubahan permintaan domestic,seiring peningkatan pendapatan
maka terjadi perubahan pola permintaan masyarakat. Masyarakat yang lebih kaya
memiliki permintaan barang-barang hasil industry pengolahan yang lebih banyak.
Jika semakin tinggi lagi pendapatan masyarakat maka permintaan mereka akan lebih
bervariasi lagi sehingga permintaan barang pokok akan relative berkurang. Kedua
perubahan struktur produksi,seiring dengan pendapatan sebuah Negara,seperti yang
teklah di singgung di atas tai akan terjadi akumulasi. Dengan semakin tingginya
peran atau barang modal dalam proses produksi makan struktur produksi juga akan
semakin mengarah kepada struktur industrialis, selain itu pola konsumsi masyarakat
akan semakin mengarah keapad barang-barang high-tech. kedua aspek ini secara
simultan akan mengubah sebuah neagara yang tadinya banyak memproduksi barang-
barang kebutuhan pokok haisl produksi sektor primer ( ekstraktif ) menjadi produsen
barang-barang sektor industry. Ketiga,perubahan struktur perdagangan luar negeri.
Perdagangan luar negeri akan di pengaruhi oleh barang apa yang banyak di produksi.
Negara yang lebih makmur menghadapi permintaan masyarakat yang cenderung pada
barng-barang hasil industry. Dan dengan demikian struktur produksi pun berubah
menjadi barang-barang industry dan dengan demikian maka struktur ekspornya akan
berubah.
B. Tranformasi Industri Manufaktur Di Indonesia
Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa kelompok komoditas,
berdasarkan skala usaha dan berdasarkan hubungan antara produknya. Penggolongan
yang paling universal ialah berdasarkan International Standard of
Industrial Classification (ISIC). Penggolongan menurut ISIC ini didasarkan atas
pendekatan kelompok komoditas, yang secara garis besar dibedakan kepada sembilan
golongan sebagaimana tercantum di bawah ini (Dumairy, 1996).
Perlu diketahui bahwa nilai MVA atau Manufacturing Value Added untuk
industri manufaktur Indonesia berada di posisi paling atas di antara negara ASEAN
dengan pencapaian sebesar 4,5%. Sedangkan secara global, manufaktur Indonesia
berada di peringkat ke-9 dari seluruh negara di dunia. Menurut Airlangga, salah satu
alasan mengapa industri manufaktur Indonesia menjadi yang terbesar se-ASEAN
adalah karena sistem perekonomian di Indonesia sudah termasuk dalam
kelompok one trillion dollar club yang jelas berbeda dengan negara lainnya di
ASEAN.
C. Transformasi Perdagangan internasional Indonesia
Harmonized Commodity Description and Coding System atau lebih dikenal dengan
nama Harmonized System (HS) adalah suatu daftar penggolongan barang yang dibuat
secara sistematis untuk mempermudah penarifan, transaksi perdagangan,
pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya.
HS disusun pada tahun 1986 oleh sebuah kelompok studi dari Customs Cooperation
Council (sekarang dikenal dengan nama World Customs Organization). Saat ini, HS
menjadi metode pengklasifikasian produk yang diterima secara internasional di
semua negara, termasuk Indonesia. Pada laporan neraca pembayaran Indonesia,
ekspor komoditas nonmigas utama digolongkan menurut HS.
HS mengklasifikasikan barang dengan merinci kategori tiap produk secara tepat dan
sistematis. HS mempunyai enam digit angka untuk penggolongan, masing-masing
negara yang ikut menandatangani konvensi HS atau contracting Party dapat
mengembangkan penggolongan enam digit angka tersebut menjadi lebih spesifik
sesuai dengan kebijakan pemerintah masing-masing namun, tetap berdasarkan
ketentuan HS enam digit. Di Indonesia, sistem penggolongan HS menggunakan
sistem penomoran 10 digit dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI).
digit) 01 01 11 xx xx
Bab (Chapter) 1
iii. Setelah bagian atau Bab telah sesuai dengan spesfikasi barang, maka
selanjutnya adalah mengidentifikasi pos yang mungkin mencakup
barang tersebut lebih spesifik. Di sini kita akan menentukan sub-pos
(6-digit), sub-pos AHTN (8-digit) dan pos tarif (10-digit) jika ingin
menetahui pembebanan barang yang akan masuk ke Indonesia..
Standard International Trade Classification (SITC)
1. Bahan produksi
5. Perubahan teknologi
FOB
Free On Board atau Freight On Board (FOB) adalah salah satu metode pembebanan
biaya pengiriman barang. Jika menerapkan metode FOB, maka eksportir hanya
memiliki kewajiban untuk membayar biaya pengiriman barang sampai pada port atau
pelabuhan terdekat dari gudangnya. Artinya, biaya ditanggung oleh importir saat
barang sudah berada di atas kapal. Pada laporan neraca pembayaran Indonesia,
metode pembebanan biaya pengiriman yang menggunakan FOB adalah impor minyak
dan ekspor gas .
Contoh ilustrasi:
CIF
Cost, Insurance and Freight (CIF) juga merupakan salah satu metode pembebanan
biaya pengiriman barang. Jika menerapkan metode CIF, maka eksportir memiliki
kewajiban untuk menanggung biaya pengiriman dan premi asuransi sampai barang
tersebut tiba pada port atau pelabuhan terdekat importir. Pada laporan neraca
pembayaran Indonesia, biaya pengiriman yang menggunakan metode CIF adalah
impor nonmigas menurut kelompok barang dan negara asal utama serta impor
komoditas nonmigas utama.
Contoh ilustrasi:
A. Kesimpulan
Proses alokasi sumberdaya mengakibatkan perubahan yang sistematis pada
komposisi sektoral pada permintaan domestik, perdagangan internasional, dan tingkat
produksi seiring dengan kenaikkan tingkat pendapatan. Perubahan tersebut
disebabkan oleh interaksi antara efek permintaan karena kenaikkan pendapatan
dengan efek penawaran karena perubahan proporsi faktor produksi dan teknologi.
Proporsi pendapatan yang dialokasikan untuk konsumsi atas barang pangan akan
menurun.
proses alokasi adalah suatu proses perubahan atau lebih tepatnya pergeseran
sektor strategi penyumbang nilai tambah terbesar dalam GDP, pergeseran ini
biasanya terjadi dari sektor primer\eksrektif ( pertanian dan penggalian), menuju
sektor sekunder ( industry ) dan yang terakhir sektor tersier atau jasa. Outputnya di
ambil langsung dari bumi dan langsung di oleh tanpa di oleh terlebih dahulu.
Sementara sektor industry adalah sektor di mana terjadi pengolahan dari bahan baku
yang di hasilkan oleh sektor primer menjadi barang lain yang baru untuk di konsumsi.
Sektor jasa adalah sektor yang merupakan sektor yang sudah berorientasi tidak lagi
kepada produk tetapi pada manusia. Karena sektor jasa biasanya adalah merupakan
yang memberikan layanan ( Service ) keapada masyarakat,sehingga ukuran
keberhasilan tidak hanaya sekedar di ukur dari beberapa produk yang terjual tetapi
lebih kepada berapa puasnya pelanggan jasa mereka. Prose pergeseran ini terjadi
karna beberapa hal.
B. Saran
Saya menggetahui makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu krSaya
menggetahui makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran kami
harapkan di berikan bagi pembaca agar kedepannya dapat lebih baik lagi.
Daftar pustaka
http://e-journal.uajy.ac.id/16752/3/EP206282.pdf.
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E211US885G91428&p=https.
http://oh-bumi-ku.blogspot.com/2014/10/klasifikasi-industri-menurut.html.
https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/perkembangan-
industri-manufaktur-di-indonesia.
https://macroeconomicdashboard.feb.ugm.ac.id/mengenal-istilah-hs-sitc-cif-fob/.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210129/12/1349756/3-produk-ekspor-ini-jadi-
bukti-transformasi-perdagangan-ri.