DAERAH
PENYUSUN:
MAPEL :Sosiologi
TEMA :Ekonomi
MAN 1 JEPARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu daerah dianggap sebagai ruang di mana terdapat kegiatan ekonomi dan didalam
pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut
antara lain dari segi pendapatan perkapita, sosial budaya, geografisnya, dan
sebagainya. Daerah yang memiliki ciri-ciri seperti ini disebut daerah homogen.
Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang apabila daerah tersebut dikuasai
oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dalam pengertian ini disebut
daerah modal.
Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi
tertentu seperti satu propinsi, kabupaten/kota, pembagian administratif suatu negara.
Daerah dalam pengertian ini dinamakan daerah administrasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Ada sejumlah teori yang dapat menerangkan kenapa ada perbedaan dalam tingkat
pembangunan ekonomi antardaerah diantaranya yang umum di gunakan adalah teori basis
ekonomi,teori lokasi dan teori daya tarik industri.
Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa
dari luar daerah.
b. Teori lokasi
Teori lokasi juga sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan
industri di suatu dareah. Inti pemikiran dari teori ini didasarkan pada sifat rasional
pengusaha/perusahaan yang cenderung mencari keuntungan setinggi mungkin dengan
biaya serendah mungkin oleh karena itu , pengusaha akan memilih lokasi usaha yang
memaksimalkan keuntungannya dan meminimalisasikan biaya usaha atau
produksinya, yakni lokasi yang dekat dengan tempat bahan baku dan pasar.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan
kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut.
Tujuan utama dari setiap pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan
jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemerintah daerah dan masyarakatnya harus bersama-sama mengambil inisiatif
pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya,
dengan dukungan sumber daya yang ada harus mampu menghitung potensi sumber daya-
sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun ekonomi daerahnya.[2]
Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Pertumbuhan
ekonomi di daerah dengan konsentrasi ekonomi yang tinggi cenderung pesat, sedangkan
daerah yang konsentrasi ekonominya rendah ada kecenderungan tingkat pembangunan dan
pertumbuhan ekonominya juga rendah.
Harrod-Domar ada korelasi positif antara tingkat investasi dengan laju pertumbuhan
ekonomi, sehingga dengan kurangnya investasi dengan laju pertumbuhan ekonomi, sehingga
dengan kurangnya investasi di suatu daerah membuat pertumbuhan dan tingkat pendapatan
perkapita masyarakat di daerah tersebut rendah. Hal ini dikarenakan tidak adanya kegiatan-
kegiatan ekonomi yang produktif seperti industri manufaktur.
Kurang lancarnya mobilitas faktor produksi seperti tenaga kerja dan kapitas antar
daerah juga merupakan penyebab terjadinya ketimpangan ekonomi regional. Hal ini karena
perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah membuat terjadinya perbedaan tingkat
pendapatan perkapita antar daerah, dengan asumsi bahwa mekanisme pasar output dan input
bebas (tanpa distorsi yang direkayasa, misalnya kebijakan pemerintah) memengaruhi
mobilitas faktor produksi antar daerah. Menurut A. Lewis, jika perpindahan faktor produksi
antar daerah tidak ada hambatan, maka pada akhirnya pembangunan ekonomi yang optimal
antar daerah akan tercapai dan semua daerah akan menjadi lebih baik (dalam pengertian
pareto optimal: semua daerah mengalami better off).
Di sisi permintaan jumlah penduduk yang besar merupakan potensi besar bagi
pertumbuhan pasar, yang berarti faktor pendorong bagi pertumbuhan kegiatan ekonomi. Dari
sisi penawaran, jumlah penduduk yang besar dengan pendidikan dan kesehatan yang baik,
disiplin dan etos kerrja yang tinggi merupakan aset penting bagi produksi.
3. Fasilitator
4. Stimulator
Secara garis besar strategi pembangunan ekonomi daerah menurut Arsyad (1999)
dapat dikelompokan menjadi empat yaitu:
Pembuatan bank tanah (landbanking), dengan tujuan agar memiliki data tentang tanah
yang kurang optimal penggunaannya, tanah yang belum dikembangkan, atau salah
dalam penggunaannya, dan sebagainya.
Pengendalian perencanaan dan pembangunan, dengan tujuan untuk memperbaiki
iklim investasi di daerah dan memperbaiki citra pemerintah daerah.
Penataan kota (townscaping), dengan tujuan untuk memperbaiki sarana jalan,
penataan pusat-pusat pertokoan, dan penataan standar fisik suatu bangunan.
Pengaturan tata ruang (zoning) dengan baik untuk meragsang perrtumbuhan dan
pembangunan ekonomi daerah.
Penyediaan perumahan dan pemukiman yang baik akan berpengaruh positif bagi
dunia usaha, di samping menciptakan lapangan kerja
Penyadiaan infrastruktur seperti: sarana air bersih, listrik, taman, sarana parkir, tempat
olahraga, dan sebagainya.
Penciptaan iklim usaha yang baik bagi dunia usaha, melalui pengaturan dan kebijakan
yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha dan pada saat yang sama mencegah
penurunan kualitas lingkungan.
Pembuatan informasi terpadu yang dapat memudahkan masyarakat dan dunia usaha
untuk berhubungan dengan aparat pemerintah daerah yang berkaitan dengan peirjinan
dan informasi rencana pembangunan ekonomi daerah.
Pendirian pusat konsultasi dan pengembangan usaha kecil, karena usaha kecil
perannya sangat penting sebagai penyerap tenaga kerja dan sebagai sumberdorongan
memajukan kewirausahaan.
Pembuatan sistem pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis
dala produksi, dan meningkatkan daya saing terhadap produk impor, serta sikap
kooperatif sesama pelaku bisnis.
Pembuatan lembaga penelitian dan pengembangan (Litbang). Lembaga ini diperlukan
untuk melakukan kajian tentang pengembangan produk baru, teknologi baru, dan
pencarian pasar baru.
Strategi pengembangan sumber daya manusia merupakan aspek paling penting dalam
proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tanpa dibarengi
dengan peningkatan kualitas dan keterampilan sumber daya manusia adalah suatu
keniscayaaan. Pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara:
Pelatihan dengan sistem customized training, yaitu sistem pelatihan yang dirancang
secara khusus untuk memenuhi kebutuhan dan harapan siemberi kerja.
Pembuatan bank keahlian (skillbanks), sebagai bank informasi yang berisi data
tentang keahlian dan latar belakang oarng yang menganggur di daerah.
Penciptaan iklim yang mendukung bai perkembangan lembaga-lembaga pendidikan
dan keterampilan di darah.
Pengenmbangan lembaga pelatihan bagi para penyandang cacat.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial, seperti mislanya
dengan menciptakan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidupatau untuk
memperoleh keuntungan dari usahanya.[8]
Tenaga kerja biasa pula disebut sebagai “manpower”. Ada beberapa pendapat
mengenai tenaga kerja oleh ahli-ahli tenaga kerja seperti yang dikemukakan oleh
Djoyohadikusumo (1995: 146), tenaga kerja adalah orang-orang yang bersedia dan sanggup
bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang tidak menerima upah serta mereka yang
bekerja untuk upah. Golongan tenaga kerjapun meliputi mereka yang menganggur dengan
terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja.
Di Indonesia, tenaga kerja dipilih batas umur minimum 15 tahun tanpa batas
maksimum. Sebab umur 15 tahun tersebut adalah sudah banyak terlibat dalam kegiatan
produksi, terutama di daerah pedesaan. Jadi Indonesia tidak menganut batas umur
maksimum, alasannya karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya
sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan di hari tua yaitu pegawai negeri
dan sebagian pegawai swasta. Bagi golongan ini pun, pendapatan yang mereka terima tidak
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka yang telah mencapai usia pensiun
biasanya masih tetap harus kerja.
Ada tiga (3) impilikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah:
Kedua, sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk
daerah dan sebaliknya yang baik di daerah belum tentu baik secara nasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan
masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
2. Permasalahan dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
a) Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri
b) Kurang Meratanya Investasi
c) Tingkat mobilitas faktor produksi yang rendah
d) Kurang lancarnya perdagangan antar daerah
3. Strategi yang harus dilakukan dalam pembangunan ekonomi daerah
a) Strategi Pengembangan Fisik (Locality Or Physical Development Strategy)
b) Strategi Pengembangan Dunia Usaha (Bussines Development Strategi)
c) Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia (Human Resources
Development Strategy)
d) Strategi Pengembangan Masyarakat (Community-Based Development
Strategy)
4. Peran pemerintah dalam membangun ekonomi daerah
a) Entrepreneur
b) Koordinator
c) Fasilitator
d) Stimulator
DAFTAR PUSTAKA