Anda di halaman 1dari 14

RADIKALISME & LIBERALISME,

DERADIKALASASI & DELIBERALISASI


Disusun guna memenuhi tugas makalah
Mata Kuliah : Ahlussunnah wa al Jama’ah
Dosen Pengampu : Dr. Achmad Slamet, M.S.I.

Oleh :
Firda Aulia (221340000239)
Novyati Kamalika Putri (221340000245)
Yuvia Karlin Nazha (221340000240)

PRODI PENDIDIKAN PERGURUAN PAUD


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan
ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Radikalisme &
Liberalisme, Deradikalisme & Deliberalisme."
Dalam penyusunan makalah ini, ditulis berdasarkan jurnal yang berkaitan dengan Ilmu
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan, para pembaca dan juga bagi
penulis. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih Ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun mengharapkan semoga dari makalah "Radikalisme & Liberalisme,
Deradikalisme & Deliberalisme." ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca. Selain itu, Makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jepara, 18 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
Pengertian Radikalisme & Liberalisme.......................................................................................6
Pengertian Deradikalisasi & Deliberalisasi..................................................................................8
BAB III..........................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................12
Kesimpulan................................................................................................................................12
Saran...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemunculan kelompok politik radikalisme Islam berkaitan dengan adanya partai ikhwan
al-muslimin pada abad pertengahan dua puluh, mengedepankan penafsiran al-Quran secara
subjektif untuk keselarasan kebutuhan politik partai menuju tangga kekuasaan. Gerakan
radikalisme ini awalnya muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap komunisme di
Indonesia. Kaum Radikal terbagi menjadi dua: Pertama, kaum radikal dalam pemikiran dan
pemahaman. Seperti adanya kelompok Wahabi/Salafi yang senang mengkafirkan kaum
muslimin, karena dianggap melakukan bid’ah. Jadi kelompok yang mengkafirkan jamaah
inilah yang disebut sebagai kelompok radikal dalam pemikiran dan pemahaman. Kedua,
kaum radikal dalam prilaku. Kelompok ini adalah mereka yang melakukan perusakan fisik
maupun pembantaian terhadap nyawa orang lain, tanpa mempertimbangkan syarat-syarat
yang ditetapkan oleh syari’at perang agar kita yang memperjuangkan Islam melawan bentuk-
bentuk kezaliman seperti faham liberalisme.
Selain itu, perlawanan mereka terhadap penerapan pancasila sebagai asas tunggal dalam
politik. Bagi mereka sistem demokrasi pancasila itu dianggap haram hukumnya dan
pemerintah di dalamnya adalah kafir. Ada beberapa organisasi, gerakan, maupun aliran yang
bersifat radikal sesuai dengan cita-cita yang diusung: Pertama, gerakan yang mencita-citakan
didirikannya negara Islam yaitu HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). HTI punya semangat untuk
menyebarluaskan ideologi untuk memberlakukan syariat hukum Islam yang bersifat
universal disebarkan di Indonesia dengan melakukan dakwah dengan halaqah menjawab
persoalan yang ada di masyarakat dengan pemikiran-pemikiran Islam, sehingga masyarakat
sadar bahwa Islam mampu menjawab semua persoalan mereka, setelah itu baru menuntut
dilaksanakannya penerapan hukum Islam dengan sistem negara Islam (khilafah). 10 Kedua,
gerakan yang menginginkan perubahan di masyarakat, menggunakan kekerasan tapi tidak
merencanakan pembunuhan, yaitu FPI. Ketiga, gerakan atau kelompok jihadis, menggunakan
kekerasan dalam agenda perjuangannya akibat ketidakadilan penguasa terhadap umat Islam,
menggunakan strategi bom dan bom bunuh diri, dan melakukan penyerangan terhadap
aparatur negara. Dalam hal ini ialah Jamaah Islamiyah, JAD, dan ISIS.Di Indonesia banyak
terjadi aksi teroris yaitu bentuk wujud dari radikalisme, yaitu : Pertama, tragedi bom Bali
agaknya juga tak luput dari perhatian kita. Aksi teror yang mengatasnamakan agama dengan
dalih menolak arus modernitas menyebabkan aparat pemerintah seolah-olah dikagetkan
dengan tragedi tersebut. Apalagi pada saat itu belum ada badan otonom yang khusus
menangani permasalahan terorisme memudahkan oknum-oknum untuk menyusun rencana
aksi teror selanjutnya. Kedua, tidak lama kemudian bom terjadi di Hotel J.W Warriot di
Kuningan. Mereka berangkat dari ideologi tunggal yakni Islam yang menurut mereka harus
bersih dari arus modernitas. Bagi mereka hal itu adalah sebuah jihad fi sabilillah dan
dijanjikan untuk masuk surga. Tujuan dari jihad tersebut tidak lain bersifat ideologis yakni
ingin mendirikan negara Islam di Indonesia. Ketiga, Mapolda Riau diserang oleh kelompok
teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Syam
(ISIS). Setidaknya, satu orang polisi gugur, dua orang polisi luka-luka, dan dua jurnalis luka-
luka. Empat orang teroris tewas tertembak, sedangkan satu orang teroris yang berperan
sebagai pengemudi mobil melarikan diri. Keempat, yang baru terjadi, yaitu bom bunuh diri.

B. RUMUSAN MASALAH
A. Apa pengertian dari Radikalisme & Liberalisme?
B. Apa pengertian Deradikalisasi & Deliberalisasi
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Radikalisme & Liberalisme.
Radikal berasal dari kata radic yang berarti akar, Radikal adalah (sesuatu) yang bersifat
mendasar atau ‘hingga ke akar-akarnya’. Predikat ini bisa dikenakan pada pemikiran atau
paham tertentu, sehingga muncul istilah ‘pemikiran yang radikal’ dan bisa pula ‘gerakan’.
Berdasarkan itu, radikalisme diartikan dengan paham atau aliran keras yang menginginkan
perubahan atau pembaruan sosial dan politik dengan cara keras atau drastis dan sikap
ekstrem suatu aliran politik.Radikalisme merupakan paham atau aliran yang mengingikan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Esensi
radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Sementara itu
Radikalisme Menurut Wikipedia adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok
orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis
dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Apabila dilihat dari sudut pandang keagamaan
dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat
mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut
dari paham/aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham/aliran
untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk diterima
secara paksa. Adapun yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan
kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara
Islam merupakan agama kedamaian.

Islam tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan


agama, paham keagamaan serta paham politik. Dari berbagai definisi maka dapat dikatakan
makna radikalissme, yaitu pandangan/cara berfikir seseorang yang menginginkan
peningkatan mutu, perbaikan, dan perdamaian lingkungan multidimensional, hingga semua
lapisan masyarakatnya dapat hidup rukun dan tenteram Perkembangannya pemahaman
terhadap radikalisme itu sendiri mengalami pemelencengan makna, karena minimnya sudut
pandang yang digunakan, masyarakat umum hanya menyoroti apa yang kelompok-kelompok
radikal lakukan (dalam hal ini praktek kekerasan), dan tidak pernah berusaha mencari apa
yang sebenarnya mereka cari (perbaikan). Hal serupapun dilakukan oleh pihak pemerintah,
hingga praktis pendiskriminasian terhadap paham yang satu ini tak dapat dielakkan.
Tingkatan radikalisme yaitu Puritanisme, Radikalisme, dan Terorisme. Peran Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama dalam Pemikiran Dalam menjalankan perannya untuk mencegah
radikalisme agama di Indoneisa, PBNU memiliki pemikiran-pemikiran yang dijadikan
landasan dalam menentukan sikap, bertindak, dan mencari solusi dari permasalahan tersebut
antara lain sebagai berikut:

1. Melalui Keputusan-keputusan.

2. Meningkatnya Propaganda anti fitnah-fitnahan.

3. Melalui Munas dan Konferensi Besar.

4. Melalui Holaqoh.

Istilah “liberalisme‟berasal dari bahasa Latin, liber, yang bertinya„bebas‟ atau


„merdeka’. Hingga pengujung abad ke-18 Masehi, istilah ini terkait erat dengan konsep
manusia merdeka setelah dibebaskan, yakni mantan budak (freed-man). Dari sinilah muncul
istilah “liberal arts‟ yang bererti ilmu yang berguna bagi dan sepatutnya dimiliki oleh setiap
manusia merdeka. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari
pemerintah dan agama. Liberalisme yang dibawa oleh peradaban barat modern telah
menjadi fenomena umum, manusia telah digiring untuk melupakan Tuhan. Lahirlah istilah
“liberal arts” yang berarti ilmu yang bermanfaat, dan menurut liberalisme setiap orang
bebas harus memilikinya.Liberalisme dari perspektif agama berarti kebebasan untuk
mengikuti, percaya dan melakukan apa saja sesuai dengan kecenderungan, kehendak dan
keinginan individu. Lebih jauh lagi, liberalisme telah menjadikan pendidikan agama
sebagai urusan privat. Artinya, konsep Amar ma'ruf dan Nahi munkar dianggap tidak
bermakna bahkan bertentangan dengan konsep liberalisme.

Selama tidak merugikan orang lain, maka pezina tidak boleh dihukum, apalagi jika
dilakukan secara suka sama suka menurut asas ini. Karena menggeser peran agama dan
politik wahyu dari ranah politik, ekonomi, dan sosial.Pemikiran liberal berkembang bak
jamur di musim hujan, bahkan di masa reformasi, perkembangan pembebasan Islam
semakin menampakkan ajarannya. Tradisi orientalis menghasilkan produksi karya yang
berhubungan dan diikutioleh para sarjana Islam. Terakhir, orientalis juga melahirkan
sarjana-sarjana Islam yang tidak kritis terhadap Barat dan mengikuti pemikiran orientalis.
Sekarang ada intelektual Muslim di Indonesia yang membawa ide-ide yang merupakan
bagian dari agenda Barat. Islam dipandang sebagai ancaman bagi Barat, Islam sebagai
masalah politik yang potensial untuk mendapatkan kekuasaan di Barat, berbagai isu
dan perusahaan berusaha untuk menaklukkan dan melemahkan Islam. Program saat ini
adalah implementasi proyek liberalisasi Islam berskala besar dengan kedok reformasi
pemikiran Islam, meskipun tujuan sebenarnya adalah untuk meruntuhkan fondasi
fundamental pemahaman Islam saat ini dengan model pemikiran Barat dari dalam.
Fondasi dasar yang dirusak oleh kaum liberaladalah iman (kepercayaan).

Adapun pengaruh negatif Liberalisme terhadap umat Islam yang terjadi dan
perkembangannya adalah sebagai berikut:

1. Meragukan umat Islam pada prisip-prinsip dasar ajaran Islam yang absolut dalam akidah,
syari‟at, kemuliaan ajaran dan sejarahnya.

2. Menghambat penegakkan syari‟at dalam aspek politik, perundangundangan, sosial


budaya, dan perekonomian serta berupaya sekuat tenaga untuk menggantinya dengan
teori dan filsafat barat yang mandul dan kacau serta dengan peraturan-peraturan mereka
yang membingungkan

3. Mengupayakan sekuat tenaga untuk segera mengundang-undangkan hukum konvensional


yang bersumber dari hukum barat dalam berbagai aspek kehidupan seperti pidana,
perdata, kebudayaan, pendidikan, hukum keluarga, dan ekonomi.

4. Kesungguhan mereka dalam menebarkan kerusakan moral dan mengaburkan nilai-nilai


luhur ajaran Islam baik terha-dap individu maupun masyarakat luas.

B. Pengertian Deradikalisasi & Deliberalisasi


Deradikalisasi merupakan tindakan mencegah eskalasi lebih lanjut dari dampak
radikalisme baik dampak pemahaman maupun perilaku radikal. selain itu menciptakan
kondisi yang kondusi dan mengutamakan cara dialogis dengan individu maupun kelompok
radikal. Deradikalisasi juga dapat dipahami sebagai proses mengubah sikap dan perilaku
seseorang yang telah terpapar paham radikal untuk menolak kekerasan sebagai tujuan
ideologis, agama atau politik yang dapat membahayakan keamanan nasional, ketidak stabilan
politik dan ekonomi.
Istilah Islam liberal pertama kali digunakan oleh sarjana-sarjana barat seperti Loenard
Binder (Islamic Liberalism) ik Charles Kuzman (Liberal Islam). Istilah ini digunakan untuk
mengistilahkan Islam baru yang sejajar dengan berbagai madzhab dalam Islam, sehingga
maksudnya adalah aliran pemikiran baru yang bersifat liberal dikalangan umat Islam.
Namun demikian, Islam Liberal tidak dapat dikategorikan sebagai madzhab Islam karena
alasan:
1. Islam liberal tidak bersumber pada Induk yang disepakati madzab-madzab dalam Islam,
yaitu al-Qur’an dan al-Hadist.
2. Islam liberal bertujuan meliberalkan Islam dan membongkar ajaran-ajarannya yang telah
disepakati seluruh umat Islam.
Dengan demikian, Islam liberal bukan pemikiran Islam sebanarnya. Bahkan lebih tepat
dikatakan Islam liberal adalah pemikiran liberal yang ditunjukkan pada Islam. Dalam
memasarkan pemikirannya, kaum liberal memiliki beberapa prinsip, yaitu:
a) Sekularisasi, yaitu pembebasan manusia dari kunkungan agama dan metafisika/hal gaib
yang berkaitan dengannya.
b) Pluralisme agama, yaitu paham yang menyamakan semua agama (adalah benar).
c) Dekonstruksi agama, yaitu membongkar ajaran-ajaran agama yang telah mapan.

 Deradikalisasi dan Deliberalisasi Melalui Pendekatan Moderasi Ashlussunnah wal


Jama’ah
Moderasi Islam adalah sebuah pandangan atau sikap yang selalu berusaha mengambil
posisi tengah dari dua sikap yang berseberangan dan berlebihan sehingga salah satu dari
kedua sikap yang dimaksud tidak mendominasi dalam pikiran dan sikap seseorang. Dengan
kata lain seorang muslim moderat adalah muslim yang memberi setiap nilai atau aspek yang
berseberangan bagian tertentu tidak lebih dari hak yang semestinya. Karena manusia siapa
pun ia tidak mampu melepaskan dirinya dari pengaruh tradisi, pikiran, keluarga, zaman dan
tempatnya, maka ia tidak mungkin merepresentasikan atau mempersembahkan moderasi
penuh dalam dunia nyata. Yang mampu melakukan hal itu adalah hanya Allah.
Dalam menimplementasikan aswaja dalam upaya dekarilisasi dan deliberalisasi dengan
beberapa hal:
a. Memadukan operasionalisasi dalil aqli dibawah dalil naqli dalam ungkapan
menundukkan rasio dan tidak mendudukan rasio melebihi nash, tekstual- kontekstual
seimbang, tidak liberal.
b. Dalam memahmai sifat Allah tidak ta’thil (mengingat sifat-sifat Allah seperti
dilakukan oleh kaum Mu’atthillah), tidak tajsim (menggambarkan Allah mempunyai
organ tubuh seperti kaum Mujassimah), dan tidak tasybih (menyerupakan Allah
dengan makhluk seperti kaum Musyabbihah).
c. Berpegah teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan cara mengikuti mazhab dan
manhaj ulama’ mazhab empat.
d. Bersikap toleran pada masalah furu’iyah.
e. Meninggalkan sikap ghuluw (berlebihan) dan tatharruf (eksrim).
f. Menerima hal-hal baru baik berkaitan dengan budaya atau pemikiran dari luar
sepanjang tidak bertentangan dengan syariat.
g. Menjalankan agama secara proporsional antara ukhrawi dan duniawi serta seiring
antara syariat dan hakikat.
 PBNU bersama dengan lembaga-lembaga dan badan otonomnya bergerak bersama dalam
upaya mencegah radikalisme tahun 2018
1. Peran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Pemikiran
Dalam menjalankan perannya untuk mencegah radikalisme agama di Indoneisa,
PBNU memiliki pemikiran-pemikiran yang dijadikan landasan dalam menentukan
sikap, bertindak, dan mencari solusi dari permasalahan tersebut antara lain sebagai
berikut:
1. Melalui Keputusan-keputusan.
2. Meningkatnya Propaganda anti fitnah-fitnahan.
3. Melalui Munas dan Konferensi Besar.
4. Melalui Holaqoh.
2. Peran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Administratif
Peran Administrasi yang dilakukan oleh PBNU melalui beberapa cara, antara lain
sebagia berikut:
1. Melalui Instruksi yang dilakukan PP muslimat dalam memberi Instruksi pada
Muslimat wilayah untuk memasukan materi anti radikalisme dan terorisme di
pengajian ibu-ibu.
2. Kedua, Instruksi PBNU kepada lembaga pendidikan berbasis NU untuk
meningkatkan daya kritis siswa dalam mengunkan teknologi informasi dan
komunikasi.
3. Peran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Melalui Gerakan
Gerakan ini dirumuskan oleh PBNU melalui beberapa cara, antara lain sebagai
berikut:
1. Melalui kaderisasi kepada kader struktural maupun kultural NU.
2. Melalui Pelatihan
3. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga dan badan
otonom NU
4. Peran Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dalam Merespon Keadaan
1. Kritik Terbuka Ketua PBNU Pada BAN-PT
2. PBNU Mendukung Lahirnya Undang-Undang Anti Terorisme yang lebih Tajam
3. Respon yang dilakukan oleh PBNU dalam mencegah radikaisme adalah respon
PP muslimat tehadap aksi Bim di Surabaya dan PBNU merespon dengan bergerak
ke 41 masjid-masjid yang terpapar radikalisme serta memperkokoh masjid yang
tidak terkena radikaisme agar tetap dengan prinsipnya.

 Faktor –faktor yang Menguatkan Peran PBNU Dalam Mencegah Radikalisme Agama di
Indonesia Pada Tahun 2018
1) Kuatnya pemahaman warga Nahdliyyin terhadap nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.
2) Kuatnya khazanah tradisi budaya warga Nahdliyyah.
3) Kuatnya peran Ulama NU dalam menyampikan pendamian anatara nilai keagamaan
dengan nilai kebangsaan
4) NU memiliki lembaga pendidikan pesantren dan Sekolah formal dari jenjang MI
sampai dengan perguruan tinggi.
5) NU meiliki kekuatan dalam ilmu tasawuf dan toriqoh yang menyebabkan ajran Islam
mudah diterima oleh masyarakat.
6) NU memiliki massa yang banyak berupa angggota NU yang tersebar dihampir
seluruh daerah di Indonesia yang jumlahnya menginjak 80 juta jiwa sehingga NU
memiliki jaringan yang banyak.
7) NU mampu mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau negara.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Radikal berasal dari kata radic yang berarti akar, Radikal adalah (sesuatu) yang bersifat
mendasar atau ‘hingga ke akar-akarnya’. Radikalisme merupakan paham atau aliran yang
mengingikan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau
drastis. Esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa dalam mengusung perubahan. Adapun
yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering
menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara Islam merupakan
agama kedamaian.

Istilah “liberalisme‟berasal dari bahasa Latin, liber, yang bertinya„bebas‟ atau


„merdeka’. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan
agama. Liberalisme dari perspektif agama berarti kebebasan untuk mengikuti, percaya dan
melakukan apa saja sesuai dengan kecenderungan, kehendak dan keinginan individu.
Liberalisme telah menjadikan pendidikan agama sebagai urusan privat. Dan konsep
Amar ma'ruf dan Nahi munkar dianggap tidak bermakna bahkan bertentangan dengan
konsep liberalisme. Deradikalisasi merupakan tindakan mencegah eskalasi lebih lanjut dari
dampak radikalisme baik dampak pemahaman maupun perilaku radikal. Deradikalisasi juga
dapat dipahami sebagai proses mengubah sikap dan perilaku seseorang yang telah terpapar
paham radikal untuk menolak kekerasan sebagai tujuan ideologis, agama atau politik yang
dapat membahayakan keamanan nasional, ketidak stabilan politik dan ekonomi.
B. Saran
Jangan sampai terpengaruh dengan paham-paham radikal karena paham radikal
bukan saja bisa mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara tapi juga bisa merusak
kehidupan dan masa depan. Apalagi penyebaran paham radikalisme saat ini sangat
marak disebarkan melalui media sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Yunus, A. F. (2017). Radikalisme, Liberalisme dan Terorisme: Pengaruhnya Terhadap


Agama Islam. Jurnal Studi Al-Qur'an, 13(1), 76-94.
Sari, F., & Rahma, F. I. (2022). Pendidikan Agama Islam Dan Paham Keagamaan Aktual
(Fundamentalisme, Radikalisme, Sekularisme Dan Liberalisme). Tut Wuri
Handayani: Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 1(3), 159-166.
Rolhmad, Abu. Radikalisme islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal.
Walisongo, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 20, no.1.
Masduqi, Irwan. 2012. Deardikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren.
Jurnal Pendidikan Islam Vol.I, Nomor 2. Pesantren Assalafiyah Mlangi
Yogyakarta.
Naim, Ngainun,. “Pengenmbangan Pendidikan Aswaja Sebagai Strategi Deradikalisasi,”
WALISONGO, Vol. 23. No. 1. Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai