Anda di halaman 1dari 10

Pusat Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan
menjadi pusat pembangunan yang dapat memengaruhi perkembangan daerah-daerah di
sekitarnya. Pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia
berupa tenaga kerja ahli, terampil, andal, kapabel, dan profesional, serta sumber daya alam
yang bernilai ekonomi tinggi, kondisi fisiografi/ lokasi yang memudahkan transportasi dan
angkutan barang, dan adanya fasilitas penunjang yang memadai.
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Suatu wilayah dapat berkembang
dan menjadi pusat pertumbuhan karena potensi tersebut. Potensi yang ada dalam suatu wilayah
sangat beragam. Ada wilayah yang berkembang karena potensi sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan lingkungan.
Contoh wilayah yang berkembang karena potensi ekonomi misalnya Kota Batam. Apabila
dibandingkan dengan potensi lainnya, potensi ekonomi lebih dominan. Hal ini karena Kota
Batam dekat dengan negara Singapura, membuat konektivitas dan aktivitas lebih mudah.
Sementara potensi lainnya seperti lingkungan, sosial, dan budaya sebagai pendukung.
Pusat pertumbuhan wilayah merupakan daya tarik bagi wilayah-wilayah lain di
sekitarnya.
Tahukah Anda bahwa pusat pertumbuhan wilayah dapat berkembang secara alami maupun
terencana? Pusat pertumbuhan yang berkembang secara alami dapat dilihat pada
perkembangan Kota Jakarta. Pada awalnya Kota Jakarta merupakan tempat yang digunakan
oleh Belanda sebagai administrasi niaga. Jadi, setiap perniagaan yang akan dijual harus melalui
Kota Jakarta terlebih dahulu. Seiring dengan perkembangannya, Kota Jakarta berkembang
menjadi kota besar.

A. Fungsi Pusat Pertumbuhan Wilayah

Suatu wilayah tidak berkembang secara bersamaan. Ada wilayah yang berkembang
lebih dahulu, ada pula wilayah yang tertinggal. Bagi wilayah yang telah berkembang, dapat
berfungsi sebagai pendorong perkembangan wilayah tertinggal.
Secara garis besar fungsi pusat pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut.
a. Memudahkan pemerintah dalam pengelolaan wilayah.
b. Koordinasi antarwilayah menjadi lebih mudah.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan berdasarkan
perkembangan wilayah.
d. Pemerataan pembangunan wilayah sehingga kesenjangan dapat diperkecil.
e. Sebagai pertimbangan dalam pembangunan.
f. Memantau perkembangan wilayah apakah lebih maju atau mundur.

B. Faktor yang Memengaruhi Pusat Pertumbuhan Wilayah

Perkembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Di antaranya


adalah sebagai berikut:

a. Sumber Daya Alam


Wilayah yang kaya akan sumber daya alam berpotensi menjadi pusat pertumbuhan
lebih besar. Sebagai contoh adalah pertambangan yang bernilai ekonomis dan strategis. Di
Balikpapan pertambangan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. Selain itu, dapat
membuka peluang kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan
kesejahteraan.
b. Sumber Daya Manusia
Pusat pertumbuhan wilayah juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia. Penduduk
yang memiliki keterampilan, ahli, dan profesional di bidangnya dapat menunjang
pengelolaan sumber daya alam. Jadi, sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan oleh
dan untuk perkembangan wilayah yang bersangkutan. Sumber daya manusia juga berperan
dalam menentukan kebijakan yang diambil dalam pembangunan. Apabila kebijakan yang
diambil kurang tepat dapat memengaruhi pembangunan wilayah secara keseluruhan. Oleh
karena itu, sumber daya manusia yang berkualitas merupakan potensi wilayah yang sangat
penting.

c. Lokasi
Pernahkah Anda mengamati bahwa kota-kota besar berkembang di dataran rendah?
Mengapa tidak berkembang di dataran tinggi atau wilayah perbukitan? Nah, salah satu
faktor yang memengaruhi perkembangan pusat wilayah adalah lokasi. Lokasi yang
strategis membuat wilayah lebih mudah berkembang seperti di dataran rendah. Hal ini
dikarenakan pembangunan dan segala aktivitas lebih mudah dilakukan dibanding di dataran
tinggi. Selain itu, faktor iklim, tanah, keadaan air juga berperan dalam perkembangan pusat
pertumbuhan. Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka suatu wilayah akan lebih
cepat berkembang menjadi pusat pertumbuhan.

d. Fasilitas Pendukung
Pusat pertumbuhan wilayah akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas
pendukung yang memadai. Semakin meningkatnya wilayah, menuntut peningkatan
fasilitas pendukung. Fasilitas pendukung memberikan kemudahan penduduk dalam
melakukan kegiatan, terutama kegiatan ekonomi. Fasilitas pendukung pusat pertumbuhan
wilayah di antaranya adalah jaringan listrik, jaringan komunikasi, transportasi, fasilitas
umum, dan sebagainya.

e. Kondisi Sosial dan Ekonomi


Pusat pertumbuhan wilayah dicirikan dengan kondisi sosial dan ekonomi yang lebih
maju dibanding lainnya. Berdasarkan aspek sosial misalnya, memiliki fasilitas pendidikan
dan kesehatan yang memadai. Fasilitas pendidikan dan kesehatan dapat terbentuk secara
alami apabila penduduknya memiliki kesadaran pendidikan dan kesehatan tinggi. Dengan
demikian, dalam pembangunan, maka akan ada peningkatar pelayanan pendidikan dan
kesehatan. Di bidang ekonomi, pusat pertumbuhar wilayah merupakan tempat penyediaan
kebutuhan. Karena setiap wilayah memiliki kebutuhan yang berbeda, maka wilayah yang
memiliki potensi penyediaan akan memenuhi kebutuhan tersebut.
Misalnya kota-kota besar yang ada di Indonesia terdapat mall dan pasar-pasar tradisional
besar. Bagi wilayah yang ada di sekitarnya, jika ingin melakukan jual beli, transaksi,
memasarkan produk, dan lainnya dapat datang ke kota. Dengan demikian, terjadi hubungan
timbal balik yang saling memengaruhi.

C. Pendekatan Pertumbuhan Wilayah

Pendekatan pertumbuhan wilayah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan


eksternal dan pertumbuhan internal.

a. Pertumbuhan eksternal
Pertumbuhan eksternal memandang bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai
akibat dari perluasan ekspor ke wilayah lain dan akibat adanya investasi modal atau
eksploitasi seta aliran teknologi dari pihak luar. Perdagangan antarwilayah (ekspor-
impor) menjadi motor pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

b. Pertumbuhan internal
Pertumbuhan internal bertolak dari pandangan bahwa inisiator dan motor pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam wilayah itu
sendiri. Inisiatif biasanya muncul dalam bentuk penerapan teknologi baru atau
penyempurnaan teknologi vang telah ada.

D. Syarat-Syarat dari Pusat Pertumbuhan

Berikut merupakan syarat atau karakteristik dari pusat pertumbuhan.


1. Adanya sekelompok kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada suatu lokasi atau
kawasan tertentu.
2. Terdapat keterkaitan input dan output yang kuat antarsesama kegiatan ekonomi pada
pusat
3. Kelompok ekonomi kegiatan tersebut terdapat sebuah industri induk yang mendorong
pengembangan kegiatan ekonomi tersebut.
4. Konsentrasi ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang dinamis
dalam perekonomian.

E. Pusat Pertumbuhan Wilayah Indonesia

Tahukah Anda, bahwa selama ini pembangunan di Indonesia terpusat di Pulau Jawa?
Meskipun pulau-pulau lain terdapat pembangunan, tetapi tidak seperti di Pulau Jawa yang lebih
dominan. Hal ini disebabkan sebagian besar penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa sehingga
menuntut adanya pembangunan untuk memenuhi kebutuhannya.
Perwilayahan yang dimaksud adalah koridor ekonomi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor
48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang
masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan
masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Nah, untuk pemerataan
pembangunan dilakukanlah perwilayahan berdasarkan unsur-unsur tertentu yang terdiri atas
beberapa provinsi. Setiap provinsi memiliki keterkaitan yang mendukung pembangunan di
wilayah lainnya.

Dengan memperhitungkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah di setiap


pulau besar di Indonesia (berdasarkan letak dan 1 kondisi geografis), maka ditetapkan enam
koridor ekonomi. Adanya koridor ekonomi ini diharapkan pembangunan ekonomi lebih merata
dan tidak hanya berpusat di Pulau Jawa. Kesenjangan pembangunan diharapkan dapat diatasi,
karena dengan perwilayahan ini pengelolaan potensi menjadi lebih mudah.
Masing-masing koridor memiliki tema pembangunan. Berdasarkan tema tersebut setiap
wilayah berusaha untuk mewujudkannya. Misalnya tema wilayah Sumatra adalah "Sentra
produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional”. Penentuan teman ini
didasarkan atas potensi yang ada di Sumatra. Potensi hasil bumi dan energi diharapkan menjadi
penopang pembangunan di wilayah Sumatra sendiri secara khusus dan secara nasiona
secara umum.
Terdapat empat region pembangunan utama, yaitu sebagai berikut.

a. Wilayah pembangunan utama A, berpusat di Kota Medan. Wilayah pembangunan utama A


meliputi region I dan region II. Region I meliputi Aceh, Sumatra Utara (Medan), sedangkan
region II meliputi Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau yang berpusat di Pekanbáru.

b. Wilayah pembangunan utama B, berpusat di Kota Jakarta. Wilayah pembangunan utama B


meliputi region III, region IV, dan region V. Region III meliputi daerah Jambi, Sumatra Selatan,
Bengkulu, dan Bangka Belitung berpusat di Palembang. Region IV meliputi daerah Lampung,
Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta berpusat di Jakarta, sedangkan
region V meliputi daerah Kalimantan Barat yang berpusat di Pontianak.

c. Wilayah pembangunan utama C, berpusat di Kota Surabaya. Wilayah pembangunan utama


C meliputi region VI dan region VII. Region VI meliputi daerah Jawa Timur yang berpusat di
Surabaya.
Region VII meliputi daerah Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta Kalimantan Selatan
yang berpusat di Balikpapan dan Samarinda.

d. Wilayah pembangunan utama D, berpusat di kota Makassar. Wilayah Pembangunan Utama


D meliputi region VIII, region IX, dan region X. Region VIII meliputi daerah Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara yang berpusat di
Makassar. Region IX
'meliputi daerah Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo berpusat di Manado. Region
X meliputi daerah Maluku, Maluku Utara, dan Irian Jaya (Papua) yang berpusat di Sorong.

Langkah-Langkah Pengembangan Pusat Pertumbuhan

Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan


pusat pertumbuhan.
1. Peningkatan efektivitas sarana-sarana penting, misalnya pelabuhan, bandara, terminal,
jalan, telepon, dan listrik terutama di wilayah yang masih minim sarana seperti wilayah
Indonesia Timur.
2. Penambahan dana ekstra untuk pengembangan daerah terpencil dan tertinggal melalui
pendidikan, sektor industri kecil dan menengah, maupun pembangunan kantor-kantor
pemerintah.
3. Melakukan pertukaran guru, pelajar, dan tenaga ahli ke seluruh pelosok Indonesia.

Batas Wilayah Pertumbuhan

Batas wilayah pertumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu batas absolut dan batas relatif. Batas
absolut digunakan sebagai pedoman kasar. Pada batas absolut terdapat batas-batas wilayah
pertumbuhan yang identik dengan batas-batas wilayah administrasi. Contoh dari batas absolut
adalah batas provinsi, kabupaten, dan kecamatan.

Gejala dari Pusat Pertumbuhan

Sebuah pusat pertumbuhan memiliki gejala-gejala sebagai berikut.


1. Spread effect, pada umumnya yang teriadi adalah jauh lebih lemah dari backwash
effect-nya sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan
memperlambat jalannya pembangunan di daerah miskin
2. Backwash effect adalah kurang maju dan kurang mempunyai daerah-daerah miskin
untukmembangun daerahnya dengan cepat.

Pengaruh Pusat Pertumbuhan dengan Wilayah Sekitar

Tidak dapat dipungkiri, bahwa bila suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan tentu akan
berdampak baik langsung maupun tidak langsung pada wilayah sekitar. Berikut merupakan
pengaruh pusat pertumbuhan dengan wilayah sekitar.

a. Pengaruh terhadap sumber daya


Adanya pertumbuhan suatu daerah tentu dapat menarik tenaga kerja yang berada di
sekitar pusat pertumbuhan. Akibatnya terjadi urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa
ke kota. Urbanisasi akan terus meningkat seiring meningkatnya pusat pertumbuhan yang
terjadi.

b. Pengaruh terhadap sosial budaya


Kondisi sosial dalam kehidupan bermasyarakat akan terpengaruh dengan adanya pusat
pertumbuhan. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada hal-hal berikut:
1. Akulturasi dan asimilasi nilai budava.
2. Termotivasinya masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan, serta
keterampilan untuk menghadapi perubahan nilai-nilai sosial budaya
3. Peningkatan taraf hidup masyarakat.
4. Terbukanya akses informasi dan komunikasi.

c. Pengaruh terhadap ekonomi


Tersedianya lapangan kerja di berbagai sektor yang relatif terbuka dan adanya gerakan
arus barang akan membawa dampak terhadap alat transportasi, perhubungan, perdagangan,
perkantoran, dan jasa.

Pembangunan dan Pengembangan Wilayah

Pembangunan merupakan suatu usaha pemanfaatan lingkungan yang dilakukan ole


manusia secara sadar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan tidak mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang.

a. Aspek-aspek dalam pembangunan


Terdapat tiga aspek penting dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah, yaitu
sebagai berikut.
1. Perubahan, yaitu perubahan dari sesuatu yang kurang menuju kesempurnaan.
2. Tujuan, yaitu tujuan yang diarahkan oleh manusia untuk kelestarian, kesejahteraan, dan
kebahagiaan.
3. Potensi, yaitu potensi masyarakat atau "funds and forces" yang terdapat dalam
masyarakat dan kemudian dapat dipergunakan untuk membiayai perencanaan.

b. Pengembangan wilayah
Pembangunan dapat dicapai dengan pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah tentunya
harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya keseimbangan fungsi budaya dan fungsi
lindung, keselarasan, serta keserasian.
1. Hubungan wilayah dengan pembangunan
2. Pemanfaatan wilayah berupa bumi dan kekayaan alam di Indonesia ditujukan untuk
kemakmuran rakyat melalui program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
3. Pembagian wilayah pembangunan di Indonesia
Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan
kegiatan pembangunan.
4. Pengembangan wilayah sebagai bagian dari pembangunan nasional
Pada umumnya, pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia mengikuti
suatu evolusi yang memiliki kemiripan. Pembangunan ekonomi terbagi menjadi empat
tahap, yaitu tahap praindustri, transisi, industri, dan pasca industri.

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Salah satu program pemerintah sejak dahulu sampai saat ini untuk mengembangkan
dan pemerataan pembangunan adalah KAPET. APET merupakan singkatan dari kawasan
pengembangan ekonomi terpadu. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu merupakan
kawasan yang cepat tumbuh, memiliki potensi unggulan sehingga dapat menggerakkan
ekonomi di kawasan sekitarnya.
KAPET merupakan pendekatan wilayah yang memadukan potensi kawasan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan sebagai
penggerak utama. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 9 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Keppres Nomor 89 Tahun 1996 tentang
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Kemudian, keputusan tersebut disempurnakan
oleh Keppres Nomor 150 Tahun 2000. Berdasarkan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS (2008),
sampai saat ini pemerintah telah menetapkan 13 KAPET, yang terdiri atas 12 KAPET di
Kawasan timur Indonesia dan 1 di Kawasan Barat Indonesia.
Adapun ke-13 KAPET tersebut adalah:
a. KAPET Biak
b. KAPET Batulicin
c. KAPET Sasamba
d. KAPET Sanggau
e. KAPET Manado Bitung
f. KAPET Mbay
g. KAPET Parepare
h. KAPET Seram
i. KAPET Bima
j. KAPET Batui
k. KAPET Bukari
l. KAPET DAS Kakab
m. KAPET Sabang
Dengan dibentuknya KAPET diharapkan pembangunan lebih merata dan hasilnya dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada pembangunan di
Indonesia dominan di Kawasan Barat Indonesia sehingga pembangunan kurang merata.

a. Syarat Terbentuknya KAPET


Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai KAPET apabila memenuhi syarat. Adapun
syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya.
2. Sesuai dengan kepentingan masyarakat.
3. Memiliki sektor unggulan.
4. Memberi pengaruh terhadap wilayah di sekitarnya.

b. Faktor yang Memengaruhi Pengembangan KAPET


Suatu kawasan meskipun telah ditetapkan sebagai KAPET bukan berarti dapat
berkembang dengan cepat. Ada faktor-faktor yang memengaruhi perkembangannya, yaitu
sebagai berikut.
1. Kebijakan yang diambil oleh Badan Pengembangan KAPET Pusat.
2. Pembiayaan program-program, karena pembiayaan pengembangan KAPET
dibebankan kepada APBN dan APBD.
3. Kebijakan atau regulasi yang ditetapkan pemerintah.
4. Pemerintah daerah, karena KAPET berada di daerah, maka peran pemda sangat besar.
5. Partisipasi masyarakat dalam menyuk-seskan pengembangan kawasan.

Pengaruh Pusat Pertumbuhan Wilayah Indonesia

Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia sangat bervariasi yang dipengaruhi


oleh tatanan ekonomi, kondisi sosial, budaya, lingkungan, pemerintahan, dan lainnya. Pusat
pertumbuhan wilayah berperan dalam pemerataan pembangunan.
Sebagai pusat wilayah, tentu memiliki pengaruh terhadap wilayah yang ada di sekitarnya.
Adapun pengaruh pusat pertumbuhan wilayah di antaranya sebagai berikut.
a. Adanya mobilitas dan migrasi penduduk dari wilayah pendukung ke pusat wilayah
(desa-kota).
b. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, karena terbukanya lapangan pekerjaan.
c. Peluang kerja di berbagai sektor yang semakin luas.
d. Adanya pergerakan arus barang, sehingga berdampak pada sektor lain seperti
transportasi, jasa, perdagangan, dan perkantoran.
e. Perubahan sosial masyarakat, karena interaksi yang semakin kompleks.
f. Pusat-pusat pertumbuhan wilayah semakin berkembang.
g. Adanva akulturasi dan asimilasi budaya akibat mobilitas penduduk.
h. Terjadi kesenjangan apabila pembangunan tidak dilakukan dengan tepat dan terarah.

F. Teori Lokasi

1. Teori Tempat Pusat (Central Place Theory)

Teori tempat pusat pertama kali dikembangkan oleh Walter Christaller pada tahun 1933.
Christaller mendefinisikan bahwa pusat pelayanan atau tempat pusat merupakan kota yang
menyajikan barang dan jasa bagi penduduk yang berada di wilayah sekelilingnya dengan
membentuk hierarki berdasarkan jarak dan jumlah penduduk.
Pembagian hierarki pelayanan tersebut mengakibatkan suatu kota (dengan hierarki
pelayanan paling tinggi) secara alami memiliki potensi daya tarik yang besar dan berpengaruh
besar bagi daerah-daerah yang kekuatannya lebih kecil, di mana kota tersebut mempunyai
kemampuan menarik potensi, sumber daya dari daerah lain dan kota di bawahnya. Pada
aktivitas ekonomi terdapat istilah ambang (threshold) dan jarak (range).
a. Ambang (Threshold)

Ambang atau threshold, yaitu jumlah minimal penduduk untuk menunjang aktivitas
barang dan jasa tersebut supaya berjalan lancar. Dalam hal ini, barang dan jasa yang
ditawarkan adalah jasa pelayanan yang dilakukan di pusat wilayah. Apabila jumlah penduduk
berada di bawah ambang batas, maka pelayanan barang dan jasa tidak maksimal. Misalnya,
pasar, sekolah, dan rumah sakit harus terletak di tengah pusat kegiatan penduduk seperti
kecamatan, kota, dan lainnya sehingga setiap penduduk dapat menjangkaunya. Contoh lain
adalah warung sembako tidak membutuhkan jumlah penduduk banyak, sementara toko mebel
membutuhkan jumlah penduduk yang banyak, atau threshold lebih besar.

b. Jarak (Range)

Jarak atau range, yaitu kemampuan penduduk dalam menjangkau dan memperoleh
kebutuhannya. Apabila seseorang menempuh jarak jauh untuk memperoleh barang atau jasa,
maka orang tersebut akan mencari alternatif lainnya yang lebih dekat untuk memenuhi
kebutuhannya. Misalnya jarak showroom mobil lebih besar dibandingkan jarak toko beras,
karena mobil lebih mahal daripada beras. Christaller juga beranggapan bahwa jumlah
penduduk merupakan penentu dari tingkat pelayanan tempat sentral. Selain itu, fungsi tempat
sentral juga sangat penting seperti sebagai pusat pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
pemerintahan. Perlu kamu ketahui bahwa ada hubungan erat antara jumlah penduduk di suatu
wilayah dengan hierarki dari pusat pelayanan tempat sentral. Tempat sentral dapat berupa pusat
pemerintahan, pusat rekreasi, pusat sosial, dan lainnya. Tempat sentral dapat berpengaruh
terhadap wilayah yang ada di sekitarnya. Pengaruh tempat sentral dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Zona keuntungan besar merupakan wilayah yang penduduknya memperoleh manfaat
dan memberikan kontribusi yang besar. Dalam kegiatan ekonomi berarti penduduk
tersebut memiliki daya beli tinggi. Di bidang sosial penduduk tersebut dapat
memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tinggi. Sementara di bidang
pemerintahan, penduduknya berpotensi memperoleh pelayanan maksimal.
2. Zona keuntungan menurun merupakan wilayah yang penduduknya memperoleh
pelayanan tetapi tidak semaksimal pada zona keuntungan besar. Dapat dikatakan bahwa
penduduk yang berada di zona ini mencari tempat sentral lainnya.
3. Zona kerugian merupakan wilayah yang penduduknya sudah tidak memberikan
kontribusi lagi. Penduduk di wilayah ini lebih memilih mencari tempat sentral lainnya
dengan memperoleh barang dan jasa yang sama.

2. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)

Teori kutub pertumbuhan pertama kali dikembangkan oleh Perroux (1950), seorang ahli
ekonomi dari Perancis. Perroux berpendapat bahwa pembangunan tidak terjadi secara
bersamaan di suatu wilayah, tetapi pembangunan berasal dari kutub atau pusat petumbuhan.
Dari kutub-kutub pertumbuhan tersebut proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-
wilayah lain di sekitarnya yang lebih rendah. Pusat pertumbuhan merupakan suatu aktivitas
ekonomi yang bersifat dinamis. Misalnya, ada pembangunan rumah sakit dapat membuat
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dinamis di lingkungan sekitarnya, seperti apotek. Selain itu,
ada pula usaha baru tetapi tidak ada hubungan langsung dengan rumah sakit seperti warung
makan, rental mobil, toko-toko, dan sebagainya.
Teori pusat pertumbuhan lebih banyak membahas tentang konsep ekonomi region
dibandingkan geografi region. Konsep kutub pertumbuhan dapat diterapkan di Indonesia dalam
strategi pembangunan wilayah. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan ini adalah
mobilitas penduduk yang sulit dibatasi, seperti di Jakarta dan ketimpangan wilayah antara pusat
wilayah dengan wilayah penyangga.
Penduduk cenderung mendekati kawasan potensial, yaitu pusat kota. Fenomena ini dapat
dilihat pada wilayah-wilayah di sekitar Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Pusat pertumbuhan wilayah memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
a) Adanya Hubungan Intern dari Berbagai Sektor
Hubungan intern sangat menentukan perkembangan suatu kota. Antara sektor yang satu
dengan sektor lainnya saling berkaitan, sehingga apabila satu sektor tumbuh akan
mendorong sektor lainnya. Misalnya kondisi ekonomi masyarakat tinggi. Keadaan ini
mendorong tingginya daya beli masyarakat, meningkatkan pendidikan, dan kesehatan.
b) Multiplier Effect
Keberadaan efek yang saling berkaitan menyebabkan efek ganda. Tingginya daya beli
masyarakat membuat permintaan meningkat. Semakin tinggi permintaan, maka
semakin besar produksi. Dengan adanya efek ganda ini, dapat mendorong pertumbuhan
wilayah di sekitarnva
c) Konsentrasi Geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor seperti kesehatan, ekonomi, sosial, dan
pemerintahan di pusat pertumbuhan mengakibatkan efisiensi di antara sektor-sektor
lain yang membutuhkan. Selain itu, konsentrasi geografis tersebut merupakan daya
tarik pusat pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya.
d) Mendorong Wilayah di Belakangnya
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pusat pertumbuhan yang satu dengan lainnya
saling berkaitan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, kota membutuhkan wilayah di
belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah kota dalam
mengembangkan wilayahnya.

3. Teori Losch

Teori Losch pertama kali dikenalkan oleh August Losch pada tahun 1954. Teori Losch
menjelaskan bahwa teori lokasi berdasarkan aspek permintaan sebagai variabel utama dengan
memperhitungkan harga produk dan biaya produksi. Pada teori Losch mengungkapkan bahwa
suatu lokasi memengaruhi pembeli. Semakin jauh lokasi, maka semakin sedikit pembeli karena
biaya transportasi yang dikeluarkan semakin besar.
Supaya kegiatan ekonomi berjalan lancar harus berada di lokasi yang strategis seperti
pasar atau pusat pemerintahan. Pada teori Losch, wilayah pasar dapat berubah-ubah jika terjadi
perubahan pada harga dan inflasi. Hal ini disebabkan
produsen tidak selalu dapat memenuhi permintaan karena terjadi inflasi yang menyebabkan
biaya transportasi meningkat. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah konsumen beralih pada
pedagang lain yang menawarkan harga lebih murah.

4. Teori potensi daerah setempat

Teori potensi daerah setempat memiliki konsep, yaitu setiap daerah memiliki potensi
untuk dikembangkan, baik alam yang ada di daerah tersebut maupun manusia yang meninggali
daerah tersebut.

5. Teori kontrol
Teori kontrol meyakini bahwa pertumbuhan wilayah dikontrol oleh dua aspek penting,
yaitu aspek lingkungan alam (determinisme lingkungan alam) dan aspek kebudayaan
masyarakat (determinisme kebudayaan).

6. Teori sektor

Teori sektor dikemukakan oleh August Losch. Teori tersebut merupakan kelanjutan dari
Teori tempat sentral. Berdasarkan kedua teori ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa cara
terbaik dalam menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan adalah dengan
menempatkan aktivitas pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada
pada simpui-simpul jaringan heksagonal.

7. Konsep agropolitan

Konsep agropolitan dikemukakan oleh Friedman. Konsep dasar dari teori tersebut
adalah usaha supaya pembangunan di perdesaan lebih terbuka, sehingga diharapkan menjadi
beberapa "kota" di perdesaan.Perkembangan setiap daerah tentu bergantung pada potensi
daerah, lokasi, sumber daya manusia serta sarana prasarana transportasi. Identifikasi dari
pertumbuhan dapat dilihat pad hal-hal berikut.
1. Angka pertumbuhan ekonomi dari satu waktu ke waktu.
2. Angka laju pertumbuhan dari waktu ke waktu.
3. Perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu.
4. Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat perkembangan
tingkat pendidikan dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai