Anda di halaman 1dari 8

LIHAT KE HALAMAN ASLI

Mujur Sahata Edi Suandi Matondang

Saya seorang Widyaiswara (Widyaiswara adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup,
tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada Lembaga
Diklat Pemerintah). Dalam hal ini saya bertugas di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Medan bidang Bangunan dan Listrik. Lembaga ini dibawah Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Latar Belakang
Pendidikan : S-1 (Sarjana-Pendidikan Teknik Mesin ) Universitas Negeri Medan, UNIMED Tahun 2000. S-2
(Magister Sains - Perencanaan Wilayah , Konsentrasi Perencanaan Pendidikan) Universitas Sumatera
Utara , USU 2009.

FOLLOW

Kajian Teori Lokasi dengan Perencanaan Wilayah Kawasan Utara Kota Medan

6 Februari 2015 00:14 | Diperbarui: 17 Juni 2015 11:45

Kajian Teori Lokasi Dengan Perencanaan WilayahKawasan Utara Kota Medan

KAJIAN TEORI LOKASI DENGAN PERENCANAAN WILAYAH

KAWASAN UTARA KOTA MEDAN

A.Pendahuluan

Kota Medan sebagai sebuah kota terbesar ketiga di Indonesia semakinpenuh dengan aktifitas
pembangunan baik berupa fisik maupun non fisik. Letaknya yang strategis di wilayah pesisir Timurdekat
dengan jalur transportasi Selat Malaka menyebabkan Medan berkembang dengan pesat. Perannya
sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara sangat sentral dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi,
administrasi, sosial politik dan kebudayaan.
Secara geografis, wilayah Kota Medan berada antara 3”30’ – 3”43’ LU dan 98”35’ – 98”44’ BT dengan
luas wilayah 265,10 km2dengan batas-batas sebagai berikut :

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka

Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

ÄBatas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Topografi Kota Medan cenderung miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas
permukaan laut. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut:

1. Pemukiman 36,3 %

2. Perkebunan 3,1 %

3. Lahan Jasa 1,9 %

4. Sawah 6,1 %

5. Perusahaan 4,2 %

6. Kebun Campuran 45,4 %

7. Industri 1,5 %

8. Hutan Rawa 1,8 %


Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang,
Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.
Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan
kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Medan, yang akan genap berusia 425 tahun pada tanggal 1 Juli 2015, berkembang menjadi kota
metropolitan. Pemerintah Kota Medan pun berambisi memajukankota ini semaju kota-kota besar
lainnya, tidak saja seperti Jakarta atau Surabaya diJawa, tetapi juga kota-kota di negara tetangga, seperti
Penang dan KualaLumpur.Medan, kota berpenduduk 2 juta orang memiliki areal seluas 26.510 hektar
yangsecara administratif dibagi atas 21kecamatan yang mencakup 151 kelurahan(lihat tabel ).

Sebagai sebuah kota, ia mewadahiberbagai fungsi, yaitu, sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat
industri, pusatjasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan,
sertaberbagai pusat perdagangan regional dan internasional.

Tabel Luas Wilayah Kota Medan

B.Medan Sebagai Pusat Pertumbuhan

Dalam konteks pengembangan wilayah ada tiga tipe wilayah (region) yaitu :

Wilayah Homogen (homogeneous region), yaitu wilayah yang memiliki karakteristik serupa atau
seragam. Keseragaman ciri dapat ditinjau dari faktor ekonomi misalnya beberapa desa dalam satu
kecamatan memiliki kesamaan struktur produksi, komoditi atau pola konsumsi. Faktor geografi,
kesamaan dalam iklim, tanah, dan topografi. Faktor sosial budaya dalam hal adat istiadat, seni, dan
perilaku masyarakat. Faktor lainnya seperti perkebunan karet di Sumater Utara, produksi Teh di Jawa
Barat, wilayah priangan (kota dan kabupaten Bandung, Sumedang, Garut dan Tasikmalaya), budaya
banyumasan di Jawa tengah (Banyumas, Purbalingga, banjarnegara, Majenang dan Ajibarang), Pusat
produksi garmen di Jawa Barat (Bandung, Tangerang dan Bekasi).

Wilayah heterogen (nodal region), yaitu wilayah yang saling berhubungan secara fungsional disebabkan
faktor ketidakmerataan (heterogenitas). Wilayah ini saling melengkapi dengan fungsi yang berbeda-
beda. Tipe wilayah heterogen pada umumnya berlangsung antara wilayah pusat (core) dan wilayah
pinggiran (periphery atau hinterland) misalnya Jakarta sebagai ‘core’ dan wilayah lainnya (Bekasi, Depok,
Tangerang dan Bogor) sebagai wilayah pinggiran.

Wilayah perencanaan (planning region), yaitu wilayah yang berada dalam kesatuan kebijakan atau
administrasi. Wilayah ini umum digunakan untuk menyatakan kesatuan administratif seperti desa,
kecamatan, kabupaten/kota, dan propinsi. Wilayah lain yang secara spasial memiliki perencanaan yang
tetap seperti DAS Citarum Hulu, Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur) dan lain-lain.

(Sumpeno, 2007)

Melihat dari ciri – ciriMedan sebagai suatu wilayah maka dapat dikatakan bahwa Medan termasuk tipe
model region yang heterogen. Medan sebagai core mempunyaiwilayah pinggiran (periphery atau
hinterland) yaitu Binjai , Deli Serdang. Bahkan daerah seperti Karo, Langkat, Serdang Bedagai masih
mempunyai ketergantungan yang sangat dekat dengan Kota Medan. Daerah inti (core region)merupakan
pusat-pusat utama dari pembaharuan (inovation). Sementara wilayah-wilayah territorial lainnya
merupakan daerah-daerah tepi/pinggiran (peripheri regions) menggantungkan nasibnya kepada daerah-
daerah inti. Pembangunan di daerah-daerah pinggiran ini juga ditentukan oleh daerah inti. Ini berarti
pembangunan Kota Medan akan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan wilayah pinggirannya.

Dalam perkembangannya Kota Medan berperan sebagai kutub pertumbuhan (growth pole) sebagaimana
dinyatakan Boudeville (1966: 11), dengan mengikuti Perroux, telah mendefinisikan kutub pertumbuhan
regional sebagai seperangkat industri- industri sedang berkembang yang berlokasi di suatu daerah
perkotaan dan mendorong perkembangan lanjut dari kegiatan ekonomi melalui daerah pengaruhnya.
Faktor utama dalam ekspansi regional adalah interaksi antara industri-industri inti yang merupakan pusat
nadi dari kutub perkembangan. industri-industri ini mempunyai ciri-ciri khusus tertentu: tingkat
konsentrasi yang tinggi, elastisitas pendapatan dari permintaan yang tinggi terhadap produk mereka
yang biasanya dijual ke pasar-pasar nasional, efek multiplier dan efek polarisasi lokal yang sangat besar.
Tumbuhnya industri di kota Medanmerupakan salah satu ciri Medan sebagai sebuah pusat pertumbuhan
industri yang mendorong pertumbuhan ekonomi baikuntuk Medan maupun wilayah pinggirannya.

Akan tetapi, kutub pertumbuhan (growth pole) tidaklah hanya merupakan lokalisasi dari industri-industri
inti. Kutub pertumbuhan harus juga mendorong ekspansi yang besar di daerah sekitar, dan karenanya
efek polarisasi strategi adalah lebih menentukan dari pada perkaitan- perkaitan antar industri. Prasarana
yang sudah ada sangat berkembang, penyediaan pelayanan-pelayanan sentral, permintaan terhadap
faktor-faktor produksi dari daerah pengaruh, dan persebaran kesadaran pertumbuhan dan dinamisme ke
seluruh daerah pengaruh. Kesemuanya ini penting untuk mendorong polarisasi.
Analisa titik pertumbuhan mengandung hipotesa bahwa pendapatan di daerah pertumbuhan sebagai
keseluruhan akan mencapai maksimum apabila pembangunan dikonsentrasikan pada titik- titik
pertumbuhan dari pada jika pembangunan itu dipencar-pencar secara tipis di seluruh daerah. Dengan
demikian, interaksi antara masing-masing titik pertumbuhan dan. daerah pengaruhnya adalah unsur
yang panting dalam teori ini. Interaksi ini mempunyai beberapa aspek. Pertama, interaksi ini akan
menimbulkan ketidak seimbangan struktural di daerah yang bersangkutan secara keseluruhan. Jika suatu
titik pertumbuhan digandengkan dengan pembangunan suatu komplek industri baru, maka komplek
tersebut akan ditempatkan di sekitar titik pertumbuhan itu sendiri. Memang harus diakui industri-
industri pensuplai di daerah pengaruh tentu akan ikut terdorong berkembang, tetapi perbedaan yang
besar dalam kemakmuran antara titik pertumbuhan dan daerah yang mengitarinya akan tetap terdapat.
Selanjutnya di luar perbatasan daerah pengaruh, tingkat pendapatan dapat mengalami stagnasi den
daerah mengalami kemunduran. Pembenaran titik pertumbuhan ini adalah bahwa daerah - daerah ini
bagaimanapun juga pasti sampai pada titik stagnasi, dan bahwa pengkonsentrasian akan menghasilkan
pendapatan perkapita rata - ratayang lebih tinggi di daerah yang bersangkutan sebagai keseluruhan.

Kedua, industri-industri penggerak (propulsive industries) di kutub pertumbuhan . adalah industri-


industri ekspor yang melayani pager- pager ekstra regional. Teori titik pertumbuhan secara implisit
bersumber pada konsep basis ekspor tetapi dengan memberinya dimensi ruang, karena industri-industri
inti (key industries) berlokasi pada titik pertumbuhan sedangkan industri-industri suplay, tenaga kerja,
bahan-bahan mentah dan pelayanan-pelayanan defenden dapat terpencar-pencar di seluruh daerah
pengaruh. Pendapatan yang terima di daerah pengaruh berasal dari penerimaan faktor terutama upah
yang diperoleh para pekerja yang tinggal di daerah pengaruh tetapi bekerja di titik pertumbuhan. Salah
satu perbedaan enters titik pertumbuhan dan daerah pengaruhnya adalah bahwa titik pertumbuhan
dapat dianggap sebagai pager tenaga kerja sentral dan daerah pengaruhnya sebagai daerah sumber
tenaga kerja. Ketiga, fungsi tempat sentral dari titik pertumbuhan (dengan asumsi bahwa tempat
tersebut adalah pusat penduduk yang substansial) dapat memperjelas hubungan antar titik
pertumbuhan dan daerah pengaruhnya.

Tersedianya pelayanan sentral adalah salah satu keuntungan aglomerasi yang penting pada titik
pertumbuhan. Tetapi, secara konsepsional, titik pertumbuhan dan tempat sentral tidaklah identik.
Tempat-tempat sentral (central places) adalah banyak sekali dan tersusun dalam suatu hirarki, sedangkan
titik pertumbuhan hanya sedikit sekali dalam beberapa hal, hanya satu di dalam suatu daerah. Arus
polarisasi disekitar titik pertumbuhan adalah lebih intensif dan mempunyai watak yang lebih beraneka
ragam dari pada di sekitar tempat sentral dimana arus terutama terdiri dari kepergian hilir mudik untuk
keperluan berbelanja, rekreasi dan jasa-jasa lainnya.
C.Penggunaan Lahandalam Pengembangan Wilayah Kota Medan

Dalam RUTR Kota Medan Tahun 2011-2031 dinyatakan bahwa akan mengkonsentrasikan pembangunan
permukiman di kawasan utara, yang meliputi Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Deli, Medan
Helvetia dan Medan Barat, Medan Timur dan sekitarnya. Sedangkan pemanfaatan lahan di kawasan
selatan mulai dibatasi. pengembangan permukiman di kawasan utara akan didukung melalui pola lahan
siap bangun (lasiba) dan kawasan siap bangun (kasiba). Pemko Medan juga akan melakukan penataan
kembali wilayah Medan Belawan. Hal itu sejalan dengan rencana pengembangan Kota Belawan sebagai
kota pelabuhan modern (harbour city). PT Pelindo I telah menyusun master plan (rencana induk) khusus
di kawasan pelabuhan. Kota Belawan akan difokuskan sebagai kawasan industri (industrial park) dan jasa
penunjang aktivitas pelabuhan seperti pergudangan, pusat perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan,
galangan kapal dan industri perikanan.

Sementara itu, pemanfaatan lahan di kawasan selatan akan dibatasi, mengingat fungsi kawasan itu yang
telah ditetapkan sebagai daerah konservasi atau penyangga kota (buffer zone). Izin pembangunan
perumahan di wilayah selatan, termasuk Kecamatan Medan Johor, akan diberikan secara selektif untuk
menjaga kondisi lingkungan kota agar tetap hijau dan asri (eco-city). ''Di pusat kota juga dilakukan
optimalisasi lahan, mengingat keterbatasan dan mahalnya harga tanah. Izin pembangunan akan
diprioritaskan untuk bangunan yang bersifat vertikal (pencakar langit) seperti pusat perkantoran dan
apartemen. Selain di wilayah-wilayah yang berada antara inti kota dan kawasan utara, pengembangan
Kota Medan juga akan mengarah ke daerah hinterland (pinggiran) yang sebagian besar masuk dalam
Kabupaten Deliserdang, seperti Hamparan Perak, Tanjungmorawa dan Kuala Namu.

Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di indonesia, kota Medan telah menyiapkan
berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan sebuah kawasan industri yang
modern dan terkelola secara profesional yang sering disebut aglomerasi industri yaitu pengelompokan
industri alam suatu koridor. Tujuannya agar mendorong spesialisasi produk dan keunggulan komparatif
menjadi keunggulan kompetitif, meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya transportasi dan transaksi,
menciptakan aset secara kolektif, dan meningkatkan inovasi (Panjaitan,http://64.203.71.11/kompas-
cetak/0008/19/EKONOMI/aglo14.htm).Kawasan industri Medan (KIM) berlokasi di kelurahan Mabar,
Kecamatan Medan Deli dengan areal seluas 524 hektar. PT KIM resmi berdiri menjadi perseroan sejak
tanggal 7 oktober 1988. areal kawasan industri ini dibelah oleh dua jalur tol dari Kota Medan menuju
pelabuhan Belawan. Posisinya sangat strategis dengan jarak 8 kilometer ke pelabuhan Belawan, kurang
lebih 30 kilometer ke Bandara International Kualanamu, serta 10 kilometer ke pusat kota Medan.
Berbagai fasilitas penunjang yang dimiliki kawasan industri medan antara lain pengolahan air limbah, air
bersih, air hydran, listrik, telepon, gas, keamanan, pemadam kebakaran dan poliklinik. Keberadaan
Kawasan Industri Medan saat ini sudah semakin berkembang perluasan lahan dari Kawasan Industri
Medan Tahap I kini sudah memasuki pengembangan Tahap ke III. Adapun pengembangan tahap III ini
sudah memasuki wilayah Kabupaten Deli Serdang yang berbatasan dengan Kota Medan. Artinya
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sudah mempunyai andil dalam pengembangan Industri di Kota
Medan dan Deli Serdang. Secara nyata saat ini Upah Minimum Regional bagi Industri dan Perusaahan di
Kawasan Industri Medan Tahap IIadalah berdasarkan UMRPemkab Deli Serdangyang artinya sebagian
Kawasan Industri Medan telah masuk dalam administrasi Pemkab Deli Serdang.

Saat ini pertumbuhan industri itu ada di Medan sebagaicore region (wilayah inti) yaitu di Kawasan
Industri Medan , namun kemungkinan karena pesatnya pertumbuhannya maka daerah sekitar akan
tumbuh juga sebagai lokasi industri baru. Hal ini disebabkan keterbatasan lahan yang ada dan fenomena
lainnya, seperti yang terjadi diJakarta dan Bandung(Hidayati dan Kuncoro, 2007
http://www.mudrajad.com/upload/journal_amini-aglomerasi.pdf). ”perkembangan konsentrasi industri
di kutub barat pulau Jawa yang meliputi Greater Jakarta dan Bandung, maka akan terlihat beberapa
fenomena yang cukup menarik untuk diamati lebih lanjut. Pertama, dewasa ini terdapat kecenderungan
perkembangan aktifitas industri manufaktur di kota-kota inti (core region) dalam hal ini Metropolitan
Jakarta dan Bandung terlihat menurun. Sementara itu di kota-kota pinggiran (fringe region) seperti
Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek) aktifitas industri manufaktur justru semakin meningkat. Jika hal
ini terjadi maka hubungan antara Medan dengan daerah sekitar khususnya Deli Serdang mempunyai
keterkaitan yang saling menguntungkan. Industri Deli Serdang juga akan bertumbuh demikian pula
perekonomian termasuk penyerapan tenaga kerja.

D.Penutup

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan di Kawasan Utara Kota Medan
saat ini untuk pengembangan Industri dan Pemukimanberada di Kawasan Utara Kota Medantepatnya di
Kecamatan Medan Deli, Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Belawan. Kawasan Industri Medan
(KIM) berada dekat dengan Pelabuhan Belawansekitar 8 Km di daerah Medan Deli dan Medan Labuhan.
Secara Teori Lokasi daerah ini dipilih karena mempunyai akses dengan Pelabuhan melalui jalan Tol
Belmera sehingga memudahkan transportasi pengiriman barangbaik ekspor maupun import. Kawasan
Industri Medan ini juga menempati lahan yang masih luas dan telah menggunakan juga lahan milik
Pemkab Deli Serdang.

Kehadiran Kawasan Industri bertujuan untuk memudahkan para pengusaha untuk membuka industri
mereka walaupun secara bahan baku Kawasan Industri Medan jauh dari sumber bahan baku, akan tetapi
fasilitas yang disediakan antara lain listrik, telekomunikasi , perbengkelan, keterkaitan antar industri, dan
fasilitas tersedianya tenaga kerja murah akibat adanya aglomerasi akan memberikan keseimbangan
bagiongkos transport yang dikeluarkan untuk bahan baku ( Weber dalam Tarigan 2006). Alasan lain
adalah dekatnya Kawasan Industri Medan dengan Pelabuhan laut.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati dan Kuncoro, 2007 http://www.mudrajad.com/upload/journal_amini-aglomerasi.pdf)

Medan City – The Gate Of WesternIndonesia http://www.pemkomedan.go.id/potensi_kawasan.php.

Panjaitan. http://64.203.71.11/kompas-cetak/0008/19/EKONOMI/aglo14.htm).

Tarigan , Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta . Bumi Aksara

Sirojujilam. 2006. Teori Lokasi,Medan.USU Press

Anda mungkin juga menyukai